BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

43
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan dan mempunyai masyarakat yang heterogen karena kaya dengan keberagaman budaya unik yang terbentuk oleh ratusan kelompok etnik yang disebut masyarakat tradisional. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Daeng (2000:303) bahwa identitas tradisional ini dilingkari oleh batas primordial dalam wujud ikatan keluarga, desa, suku, dan agama. Kebudayaan yang beragam ini muncul karena manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan dirinya dengan berbagai perubahan yang terjadi disekitarnya sehingga melahirkan suatu pola-pola tingkah laku yang baru. Liliweri (2003:120) juga mengungkapkan bahwa para anggota dari setiap kebudayaan mempunyai suatu keunikan yang dijadikan sebagai identitas sosial untuk menyatakan tentang siapa mereka dan mengapa mereka ada, kemudian muncullah budaya material. Budaya material adalah hasil produksi suatu kebudayaan berupa benda yang dapat ditangkap indera dan budaya material tidak hadir dengan sendirinya tetapi dia dibangun berdasarkan nilai tertentu. Budaya material juga bisa muncul akibat dari adaptasi manusia dengan alamnya. Lingkungan alam yang berbeda-beda menyebabkan berbagai bentuk adaptasi dikalangan manusia yang berbeda-beda pula. Menurut Steward (1955) dan Force (1974) dalam Su Ritohardoyo (2006:30) yang mengungkapkan adaptasi dalam arti

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan dan mempunyai masyarakat yang

heterogen karena kaya dengan keberagaman budaya unik yang terbentuk oleh

ratusan kelompok etnik yang disebut masyarakat tradisional. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Daeng (2000:303) bahwa identitas tradisional ini dilingkari

oleh batas primordial dalam wujud ikatan keluarga, desa, suku, dan agama.

Kebudayaan yang beragam ini muncul karena manusia selalu berupaya untuk

menyesuaikan dirinya dengan berbagai perubahan yang terjadi disekitarnya

sehingga melahirkan suatu pola-pola tingkah laku yang baru.

Liliweri (2003:120) juga mengungkapkan bahwa para anggota dari setiap

kebudayaan mempunyai suatu keunikan yang dijadikan sebagai identitas sosial

untuk menyatakan tentang siapa mereka dan mengapa mereka ada, kemudian

muncullah budaya material. Budaya material adalah hasil produksi suatu

kebudayaan berupa benda yang dapat ditangkap indera dan budaya material tidak

hadir dengan sendirinya tetapi dia dibangun berdasarkan nilai tertentu. Budaya

material juga bisa muncul akibat dari adaptasi manusia dengan alamnya.

Lingkungan alam yang berbeda-beda menyebabkan berbagai bentuk adaptasi

dikalangan manusia yang berbeda-beda pula. Menurut Steward (1955) dan Force

(1974) dalam Su Ritohardoyo (2006:30) yang mengungkapkan adaptasi dalam arti

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

2  

luas yaitu sebagai aktivitas-aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan, dalam

rangka mempertahankan kehidupannya, dengan tingkat budaya yang dimiliki.

Adaptasi bukan hanya semata-mata berarti bahwa kehidupan manusia

bergantung pada lingkungan alam, tetapi adaptasi diartikan sebagai suatu

kepastian proses kreatif dan tingkat penyesuaian budaya dari manusia terhadap

tantangan lingkungan alam yang tidak dapat dihindarkan. Sedangkan Geertz

(1976:10) menegaskan bahwa sifat adaptasi suatu komunitas tergantung pada

perjuangan keras atau kecerdikan mereka untuk mengalahkan lingkungan alam.

Proses adaptasi yang digambarkan oleh Steward ini dapat terjadi di dalam struktur

masyarakat manapun. Sebagai contoh adaptasi manusia dengan alamnya adalah

adaptasi masyarakat Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan terhadap

lingkungan sungai, diantaranya dengan memanfaatkan sungai untuk aktifitas

berdagang seperti pasar terapung Lok Baintan di Desa Lok Baintan.

Kalimantan Selatan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang

memiliki banyak sungai sebagai salah satu sumber daya alamnya. Bahkan sering

mendapat sebutan sebagai kota seribu sungai. Secara geografi Kalimantan Selatan

menempati posisi sentral dan dibatasi oleh Sungai Barito, Laut Jawa, Selat

Makasar, dan Pegunungan Meratus. Daerah ini merupakan warisan pusat kerajaan

Banjarmasin dari Abad ke 17 yang meliputi daerah sungai-sungai besar Barito,

Martapura, dan Negara. Hampir separoh wilayah Kalimantan Selatan merupakan

wilayah perairan, yaitu seluas 17.610 kilometer persegi atau sekitar 47,62%

meliputi perairan sungai, danau dan daerah genangan, pantai, termasuk terusan

(kanal) dan waduk Aranio di Riam Kanan (Subiyakto, 2005:57).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

3  

Keberadaan sungai sudah sejak lama menjadi bagian penting dan urat nadi

bagi kehidupan warga masyarakat Banjar. Sungai oleh masyarakat Banjar

dipandang sebagai sumber daya alam yang sangat penting. Mereka biasa

memanfaatkan sungai untuk berbagai keperluan hidup seperti mandi, mencuci,

buang hajat dan memasak makanan serta minuman. Masyarakat Banjar juga

sering memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi penghubung antar desa

atau kampung, ketika belum terdapat infrastruktur jalan darat yang baik yang

menghubungkan antar kampung, sungai merupakan jalur perhubungan yang

sangat vital dan utama bagi kehidupan masyarakat Banjar.

Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyanto (2004:81) tentang pola

pemukiman masyarakat Banjar, dimana pada awalnya berbentuk memanjang

sepanjang tepian sungai dengan arah rumah (depan rumah) menghadap ke sungai.

Tidak ada yang membangun rumah dengan membelakangi sungai. Pola

pemukiman seperti ini terjadi karena adanya keperluan akan barang dan jasa yang

semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang tinggal

di lokasi tersebut. Keadaan ini tentunya mengakibatkan meningkatnya kebutuhan

akan sumber bahan pokok kehidupan di sekitar pemukiman mereka. Kebutuhan

tersebut dipenuhi dengan adanya para pedagang berperahu yang menjajakan

hampir semua kebutuhan hidup sehari-hari yang hilir mudik di sungai setiap pagi

hari. Semakin lama jumlah pedagang berperahu ini semakin banyak sehingga

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

4  

memunculkan pasar dadakan yang cukup ramai di atas air. Keberadaan pasar

inilah yang kemudian berkembang pesat menjadi pasar terapung1.

Pasar merupakan sesuatu yang sangat penting terutama dalam kegiatan

berdagang masyarakat, selain itu pasar juga berperan sebagai pusat informasi,

komunitas, pendidikan, dan sosial budaya. Pasar juga dapat menciptakan banyak

lapangan kerja, terutama untuk perempuan. Sebagian besar perempuan di seluruh

nusantara mengandalkan kegiatan berdagang di pasar sebagai penopang keluarga.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chandler bahwa di Kalimantan

Tengah dan Kalimantan Selatan, jumlah perempuan yang berdagang di pasar

berkisar antara 60%-70% dari seluruh pedagang yang ada di pasar (Chandler,

1985:50).

Selain menjadi tempat untuk mencari nafkah, Kutanegara (dalam Irwan

Abdullah, 2006:215) mengatakan bahwa pasar telah memberi kesempatan kepada

perempuan untuk menciptakan “dunia baru” yang tidak hanya berfungsi sebagai

tempat untuk mencari keuntungan, tetapi juga sebagai tempat rekreasi dan

memperoleh informasi baru. Pasar pada akhirnya juga memberi peluang kepada

perempuan untuk meraih otonomi yang lebih besar.

                                                            1 Menurut penuturan warga sekitar pasar terapung, dahulu pasar terapung banyak terdapat di beberapa anak sungai (sungai kecil) Martapura. Namun seiring dikembangkannya fasilitas yang lebih memadai di jalur darat, pasar-pasar terapung ini perlahan mulai di tinggalkan. hanya ada 2 buah saja yang masih bertahan, salah satunya adalah pasar terapung Lok Baintan.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

5  

Pasar yang terdapat di Kalimantan Selatan sebagian besar masih pasar

tradisional, namun terdapat pasar yang memiliki keunikan dari segi budaya dan

berbeda dari kondisi pasar pada umumnya di Indonesia yaitu pasar terapung.

Pasar terapung di Kalimantan Selatan sekarang hanya tersisa dua buah, yaitu pasar

terapung Muara Kuin dan pasar terapung Lok Baintan. Proses transaksi antara

pedagang dan pembeli berlangsung di atas sungai (masing-masing tetap berada

diatas perahu) atau bagi penduduk sekitar pasar terapung transaksi juga dilakukan

di tabing 2 dan batang. Sejarah pasti mengenai kapan terjadi atau mulai adanya

pasar terapung (pasar di atas sungai) di Lok Baintan ini belum pernah diketahui,

hal ini berdasarkan penuturan warga sekitar dan para pedagang ketika peneliti

melakukan observasi pada awal bulan oktober 2012. Pasar terapung Lok Baintan

telah terjadi secara turun temurun dari nenek moyang sejak beberapa puluh tahun

yang silam.

Sungai merupakan sumber daya alam yang sangat bernilai bagi

masyarakat Kalimantan Selatan, hal itu berarti bahwa sungai merupakan sumber

kehidupan. Bagi penduduk pinggiran sungai, terutama sungai Martapura dan

sungai Barito, sungai merupakan tempat dan sarana untuk mempertahankan

kelangsungan hidup. Para perempuan di pinggiran sungai banyak yang

menggantungkan hidup dengan berdagang di pasar terapung setiap pagi hari.

Pasar terapung inilah yang membuktikan adanya adaptasi masyarakat dengan

lingkungan.

                                                            2  Tabing  adalah  pinggiran/tepian  sungai.  Tetapi  sekarang  ini  bantaran  sungai  banyak  didirikan rumah sebagai tempat tinggal masyarakat sekitarnya.  

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

6  

Sekarang, perlahan tapi pasti, pasar terapung di Kalimantan Selatan mulai

menghilang dan memudar seiring dengan modernisasi ilmu dan teknologi.

Pemerintah mulai membangun jalur transportasi darat untuk menghubungkan

antara tempat yang satu dengan yang lain. Selain itu, perilaku warga yang

membuang begitu saja sampah rumah tangga ke sungai telah menyebabkan

kerusakan lingkungan sungai. Salah satu akibat dari perilaku itu adalah telah

terjadi penyempitan anak-anak sungai menuju pasar terapung. Walaupun

penyempitan ini dapat juga terjadi karena proses alami yang berasal dari tanaman

gulma air, seperti ilung/enceng gondok dan pohon nipah yang pada musim

tertentu dapat dengan cepat berkembang. Dengan demikian terjadi penumpukan

sampah dan tanaman air yang dalam waktu lama dapat menyebabkan kedangkalan

dan penyempitan sungai. Hal ini akan sangat mempengaruhi aktifitas berdagang

para pedagang.

Namun berbeda dengan yang terjadi di pasar terapung Lok Baintan, pasar

ini masih terus bertahan hingga saat ini, bahkan semakin ramai ditengah

memudarnya dan menghilangnya pasar-pasar terapung yang lainnya.

Kealamian/keaslian pasar ini tetap terjaga dengan baik hingga saat ini. Bahkan

pemerintah setempat juga sedang berupaya melestarikan dan mengangkat budaya

pasar terapung Lok Baintan sebagai ‘Ikon Pariwisata Unggulan’.

Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

kebudayaan sungai, tetapi juga sebagai tempat mencari nafkah bagi para pedagang

sekitar pasar terapung Lok Baintan untuk mempertahankan keberlangsungan

berdagang mereka, khususnya para pedagang perempuan, karena memang

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

7  

mayoritas pedagangnya adalah perempuan. Perempuan pedagang memilih sungai

untuk tempat berdagang adalah sebagai bentuk pemanfaatan modal yang telah

disediakan oleh alam.

Demi keberlangsungan berdagang di pasar terapung Lok Baintan, maka

para pedagang memerlukan strategi dalam berdagang. Oleh karena itu, penelitian

ini menarik dan penting untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai

strategi berdagang yang mereka lakukan.

B. Rumusan Masalah

Keberadaan pasar terapung Lok Baintan sudah berlangsung sejak lama,

seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sekarang ini jumlah pedagang dan

pembelinya juga menjadi lebih banyak. Berdasarkan pengamatan awal yang

disertai wawancara dengan kepala Desa Lok Baintan, serta beberapa pedagang

diketahui bahwa sebagian besar para pedagang yang beraktifitas di pasar terapung

Lok Baintan adalah kaum perempuan yang umumnya bertempat tinggal di

pinggiran/tepian sungai lokasi pasar terapung tersebut. Adapun barang yang

diperjual-belikan di pasar terapung Lok Baintan adalah hasil kebun sendiri dan

kebutuhan pokok setiap hari. Dikaitkan dengan penelitian lain, misalnya

penelitian Chandler (1985) “wanita pedagang di pasar desa di Jawa” dan

penelitian Irwan (1989) “wanita bakul di Pedesaan Jawa”, temuan dilapangan

memang menunjukkan bahwa kaum perempuan lebih banyak berkecimpung di

pasar desa.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

8  

Oleh karena itu, penting untuk melakukan penelitian yang berperspektif

perempuan: mengacu kepada adaptasi dan pengalaman kerja perempuan. Oleh

karena itu, keberadaan dan pengalaman berdagang perempuan pedagang pasar

terapung Lok Baintan diangkat, ditelaah dan diteliti secara mendalam khususnya

yang menyangkut strategi kerja sebagai pedagang pasar dan berbagai faktor atau

permasalahan yang mereka hadapi sehubungan dengan kerja sebagai pedagang

pasar, serta bagaimana peran pemerintah dalam mendukung kegiatan berdagang

para perempuan pedagang.

Untuk memperoleh jawaban dari permasalahan pokok di atas, diajukan

pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi berdagang pada perempuan pedagang di Pasar Terapung

Lok Baintan untuk terus bertahan di tengah pesatnya arus modernitas dan di

tengah percepatan kerusakan sungai?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi berdagang pada

perempuan pedagang Pasar Terapung Lok Baintan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengungkap berbagai strategi berdagang pada perempuan pedagang di

Pasar Terapung Lok Baintan dalam menghadapi pesatnya arus modernitas

dan di tengah percepatan kerusakan sungai.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

9  

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi strategi berdagang pada

perempuan pedagang di Pasar Terapung Lok Baintan.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan akademis dan

dapat dijadikan sebagai referensi kepada penelitian selanjutnya yang akan

mengadakan penelitian tentang gender dan ekologi, khususnya yang terkait

dengan pedagang perempuan di pasar terapung.

2. Manfaat praktis, penelitian ini dapat memberi masukan dan pertimbangan

kepada pengambil kebijakan khususnya Kabupaten Banjar dalam

menentukan kebijakan yang dapat mendukung kegiatan para pedagang

khususnya pedagang perempuan yang berdagang di pasar terapung Lok

Baintan.

D. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang terkait dengan pasar terapung sudah pernah diteliti oleh 3

(orang), yaitu 2 (dua) penelitian menggunakan tempat penelitian di pasar terapung

Muara Kuin dan 1 (satu) penelitian yang menggunakan tempat di pasar terapung

Lok Baintan. Adapun penelitian yang menggunakan lokasi di pasar terapung

Muara Kuin :

Pertama, penelitian El Kari Panannangan (2011), yang mengkaji tentang

strategi yang diterapkan oleh para pedagang pasar terapung Muara Kuin. Hasil

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

10  

penelitiannya menunjukkan bahwa strategi mempertahankan kelangsungan hidup

dalam hal ini adalah cara rumah tangga menggunakan segenap kemampuan setiap

anggota keluarga, modal, dan aset untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Strategi yang digunakan oleh rumah tangga pedagang pasar terapung

Muara Kuin antara lain adalah strategi konsolidasi sebanyak 51% atau sebanyak

26 pedagang. Strategi survival sebanyak 47% atau 24 pedagang. Sedangkan

strategi akumulasi sebanyak 2% atau hanya 1 pedagang, jadi total responden

penelitian secara keseluruhan adalah 51 orang. Sedangkan modal yang mereka

miliki adalah pertama, modal sosial mencakup sistem barter, meminjam uang,

mengikuti komunitas umum, bantuan dari keluarga, bantuan pemerintah, bantuan

orang lain karena balas budi dan bantuan dari tempat lainnya. Kedua, modal

keuangan dari pendapatan pokok untung yang didapat dari berjualan dipasar

terapung, pendapatan sampingan dan tabungan. Ketiga, modal fisik, dan keempat,

modal SDM. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas strategi

keberlangsungan hidup pedagang pasar terapung Muara Kuin adalah waktu kerja,

pengurangan angka kemiskinan, kesejahteraan dan kemampuan, dan adaptasi.

Kedua, penelitian Fatimah Maseri (2006) tentang Konsep kerja dan peran

majemuk perempuan pasar terapung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan

Selatan. Permasalahan pokok dari penelitian ini adalah peran majemuk perempuan

pedagang termanifestasi dalam kerja, dan berimplikasi pada posisi faktual dalam

perbandingan relatif dengan suami. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa

yang melatarbelakangi terjunnya perempuan sebagai pedagang adalah karena

tuntutan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga yang tidak tercukupi oleh suami.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

11  

Selain alasan pemenuhan kebutuhan finansial, hal lain yang mendukung

perempuan menjadi pedagang adalah adanya dukungan keluarga, peluang, dan

kesempatan yang mereka miliki. Kegiatan kerja perempuan pedagang

termanifestasi dalam kerja reproduktif, produktif, dan komunitas. Implikasi dari

peran dalam kegiatan kerja itu terlihat pada posisi faktual dalam perbandingan

relatif dengan suami pada kerja reproduktif, hal ini terlihat dengan adanya

pembagian tugas rumah tangga antara anggota keluarga, baik dengan suami

manpun dengan anak. Sedangkan pada kerja produktif juga terbukti dengan

adanya kerja sama antara suami-istri serta anggota keluarga lainnya, sehingga

terlihat posisi perempuan menguat dengan dimilikinya otonomi finansial. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan pedagang sebagai pencari nafkah

tambahan, bahkan pencari nafkah utama, sangat besar kontribusinya dalam

menunjang kebutuhan ekonomi keluarga. Meskipun demikian, perempuan

pedagang tetap sebagai penanggung jawab dalam pekerjaan domestik. Peran

majemuk yang disandangnya itu membuat mereka harus memikul beban majemuk

pula.

Ketiga, penelitian Nidah Nadawati (2007) tentang pasar terapung Lok

Baintan : Dari Tuntunan ke Tontonan (studi perubahan sosial budaya komunitas

pasar terapung Lok Baintan). Rumusan masalah penelitian ini tentang dampak

kultural dari intervensi pembangunan kawasan yang kapitalistik bagi masyarakat

desa dan komunitas pasar terapung Lok Baintan. Adapun permasalahan pokok

dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh keberadaan pasar terapung Lok

Baintan bagi masyarakat Desa Lok Baintan dan bagi kepentingan pembangunan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

12  

pariwisata daerah. Bagaimana pasar terapung Lok Baintan yang pada awalnya

sebuah kekuatan ekonomi lokal, dimana transaksi jual beli dipasar ini berjalan

lancar dan baik berubah menjadi ‘tontonan’ yang memakmurkan kekuatan

ekonomi global. Modernitas teknologi yang dibawa oleh para wisatawan

memungkinkan masyarakat Desa Lok Baintan untuk mengadopsinya. Pasar

terapung tidak lagi diapresiasi sebagai produk kebudayaan yang telah sekian lama

menjalani proses sosialnya tetapi direduksi sebagai artefak budaya yang hanya

menguntungkan pariwisata sebagai pasar. Meskipun pariwisata memperkenalkan

heterogenitas pada masyarakat desa karena mereka berinteraksi dengan lebih

banyak orang lain, namun keuntungan sosial tersebut tidak sebanding dengan

degradasi kebudayaan yang mereka alami.

Adapun tulisan yang spesifik membahas tentang strategi berdagang pada

perempuan pedagang di pasar terapung khususnya pasar terapung Lok Baintan,

Kabupaten Banjar, sepengetahuan penulis, sampai sekarang belum ada. Terdapat

beberapa tulisan yang sama membahas tentang pasar terapung seperti penelitian

El Kari Panannangan (2011) dan Fatimah Maseri (2006) seperti dijelaskan

sebelumnya, tetapi kedua penelitian tersebut sama-sama menggunakan tempat

penelitian di pasar terapung Muara Kuin, Banjarmasin dengan konsep penelitian

tentang peran ganda perempuan dan strategi keberlangsungan hidupnya.

Meskipun ada kemiripan dalam pengkajian yaitu sama mengenai para pedagang di

pasar terapung, tetapi lokasi penelitian dan kajian penelitian ini berbeda dan

karena kedua peneliti dari disiplin ilmu yang berbeda yaitu dari Jurusan Geografi

dan Kajian Wanita, tentu pembahasan secara teori dan sosialnya pun juga berbeda.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

13  

Sedangkan penelitian Nidah Nadawati (2007) tentang pengaruh keberadaan pasar

terapung Lok Baintan bagi masyarakat Desa Lok Baintan dan bagi kepentingan

pembangunan pariwisata daerah.

Perbedaan lainnya, di pasar terapung Lok Baintan mayoritas para

pedagangnya adalah para petani sendiri yang mendagangkan hasil panen sayur

dan buahnya, juga sebagai tempat bertemunya antara pedagang tangan pertama

(pedagang grosir) dan tangan kedua (pedagang eceran) yang umumnya berasal

dari para pedagang pasar-pasar di daratan, sebagian juga dari pasar terapung

Muara Kuin, serta hampir semua pedagangnya menggunakan perahu tradisional

atau jukung sebagai tempat berdagang. Sedangkan pasar terapung Muara Kuin

hanya terdapat pedagang tangan kedua (pedagang eceran). Perahu sebagai tempat

berdagang juga sudah bervariasi, selain menggunakan jukung juga ada perahu

besar dan klotok, dan pasar terapung ini memang sudah dikembangkan pemerintah

kota Banjarmasin sebagai tempat tujuan wisata. Walaupun dalam hasil penelitian

terakhir tahun 2011 oleh El Kari diketahui keberadaan pasar terapung Muara Kuin

sudah hampir punah, karena sangat sedikitnya para pedagang serta pembeli atau

pengunjungnya.

Sedangkan penelitian yang mengkaji tentang keterlibatan perempuan

khususnya dalam perdagangan memang sudah cukup banyak. Seperti Kutanegara

(2006) dalam penelitiannya tentang bakul gendong di Jatinom yang menunjukkan

bahwa pilihan perempuan untuk terlibat di sektor perdagangan merupakan salah

satu alternatif yang dapat dilakukan ketika mereka harus mencukupi kebutuhan

rumah tangganya. Seorang perempuan di daerah pedesaan yang sumber

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

14  

pendapatan suaminya dari sektor pertanian harus mampu mengelola pendapatan

tersebut dengan sebaik-baiknya. Panen di sektor pertanian yang datangnya relatif

lama yakni sekitar 3 sampai 4 bulan, memaksa mereka untuk mencari alternatif

lain agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perempuan sebagai salah satu

unsur rumah tangga harus mampu memperoleh penghasilan.

Pekerjaan perempuan sebagai bakul gendong telah mengakibatkan selain

memiliki peran ganda, perempuan pedagang di pedesaan juga mempunyai beban

ganda. Sejak malam hari hingga siang hari, perempuan pedagang mempersiapkan

diri dan pergi ke pasar. Ketika kembali sore harinya, ia harus mengerjakan

pekerjaan rumah tangga dan kadang kala turut membantu pekerjaan pertanian.

Meski demikian ada juga yang menyerahkan urusan rumah tangga kepada

suaminya. Padatnya kegiatan-kegiatan itu membuat perempuan mengorbankan

waktu untuk kegiatan individual dan istirahat, mereka mengabaikan kesehatannya,

tidak mempunyai waktu untuk meningkatkan kemampuan dirinya, dengan kata

lain mereka memaksakan diri demi ekonomi dan kebutuhan keluarga.

Penelitian Abdullah (1989) tentang wanita bakul di pedesaan jawa juga

menunjukkan keterlibatan perempuan dalam perdagangan. Dimana perempuan

sangat bangga dengan menjadi bakul, mereka memandang diri sendiri sebagai

kelompok yang memiliki status sosial yang tinggi dibandingkan perempuan desa

yang tidak ke pasar, karena secara ekonomi mereka juga lebih mampu. Mereka

mengatakan bahwa mereka orang yang mengetahui lebih banyak dunia luar.

Intensitas pertemuan antar pedagang dengan orang lain di pasar menjadikan

mereka lebih terbuka dan dapat berkomunikasi dengan lapisan sosial lain. Mereka

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

15  

mampu berbicara dan mengekspresikan pikiran-pikiran. Oleh karenannya, mereka

mendapatkan tempat khusus di dalam masyarakat, mereka menemui status baru

melalui perdagangan.

Secara umum, masalah yang diangkat dalam penelitian terdahulu tentang

keterlibatan perempuan dalam perdagangan, lebih banyak memfokuskan tentang

peran ganda perempuan dan keterlibatannya dalam perdagangan karena untuk

menjaga kelangsungan hidup rumah tangganya. Sedangkan yang secara spesifik

meneliti tentang strategi perempuan berdagang sangat sedikit dan jarang

ditemukan, walaupun ada yang meneliti tentang strategi pedagang seperti

penelitian Endrizal (2009) tentang strategi pedagang pasar tradisional menghadapi

persaingan dengan pasar modern, penelitian Jamanirrizal (2009) tentang strategi

pedagang kaki lima di kota Ranai Kabupaten Natuna agar tetap eksis. Akan tetapi

mereka meneliti pedagang secara umum, bukan secara spesifik pedagang

perempuan saja. Sehingga yang secara spesifik meneliti strategi perempuan

pedagang khususnya di pasar terapung dan masih belum penulis temukan.

2. Kerangka Teori

Kerangka teori yang gunakan menjadi bagian penting dalam penyajian

penelitian. Dalam menjelaskan suatu fenomena, sosiologi melakukan pendekatan

dengan paradigma. Pengertian paradigma menurut George Ritzer adalah

pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok

persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan

(dicipline). Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari,

persoalan-persoalan apa yang mesti dijawab, bagaimana seharusnya

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

16  

menjawabnya, serta aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam

menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab

persoalan-persoalan tersebut (Ritzer, 2002:6-7).

Sedangkan kerangka teoritik adalah penggunaan teori-teori pendukung

yang digunakan sebagai alat analisa ketika peneliti turun kelapangan. Kerangka

teori yang ada menjadi bagian penting dalam penyajian penelitian. Sebagai alat

analisis berbagai konsep teori tersebut akan mengawal proses penelitian hingga

mencapai beberapa target substantif maupun praktis. Adapun teori yang dipakai

sebagai alat analisa dalam penelitian ini yaitu teori rasionalitas Max Weber dan

teori aksi Talcott Parsons. Fenomena lapangan yang diteliti, dianalisa sesuai

dengan teori yang dipakai. Hasil analisa akan menunjukkan apakah teori tersebut

masih relevan untuk dipakai atau dibutuhkan teori baru. Dalam keadaan seperti

tersebut diatas analisa lapangan dapat memunculkan teori baru yang relevan

dengan keadaan saat ini. Selain itu hasil analisa dapat memperluas, melengkapi,

dan berfungsi menyempurnakan teori yang ada.

Kerlinger dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi memberikan

batasan teori sebagai berikut : “teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak,

definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis

dengan cara merumuskan hubungan antar konsep” (Masri Singarimbun dan

Sofian Effendi, 1989:37).

2.1 Strategi Perempuan Pedagang dan Rasionalitas Instrumental

Menganalisis berbagai macam strategi yang dikembangkan oleh para

pedagang di pasar terapung, secara teoritis bisa dihubungkan dengan asumsi

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

17  

Epicurus (dalam Mustain, 2001:17) tentang eksistensi manusia sebagai makhluk

hidup. Menurutnya, sebagai makhluk individu manusia selalu dibimbing oleh

kepentingan pribadinya :

Self interest rules all man that what they seek is their own pleasure or good. Man is not naturally a social animal, as Aristotle tought, but enters into association with his fellow man to gain some pleasure or adavantage for him self. Manusia berusaha agar kepentingan pribadinya itu bisa terpenuhi. Oleh

karenanya manusia bertindak/berperilaku demi memenuhi kepentingannya itu.

Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa melakukan tindakan-tindakan untuk

mencapai tujuan tertentu. Tindakan merupakan suatu perbuatan, perilaku, atau

aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan

tertentu. Weber (Doyle, 1986:219) menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan

dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu

tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Tindakan Sosial

Weber disini yaitu tindakan yang melibatkan orang lain atau tindakan yang

dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Tindakan sosial

merupakan tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna bagi

dirinya sendiri dan diarahkan kepada orang lain. Tindakan yang dilakukan para

perempuan pedagang disini merupakan tindakan sosial, karena tindakannya tidak

hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga ditujukan kepada orang lain

dalam hal ini adalah para pembeli/pelanggannya.

Selanjutnya menurut Weber (Ritzer, 2012:214), tindakan dikatakan terjadi

bila para individu melekatkan makna-makna subjektif kepada tindakan mereka.

Contoh spesifik pemikiran Weber mengenai tindakan tersebut adalah ‘tindakan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

18  

ekonomi’, yang dia definisikan sebagai orientasi yang sadar, terutama kepada

pertimbangan ekonomi...masalah yang penting bukan kebutuhan objektif untuk

membuat persediaan ekonomi, tetapi kepercayaan bahwa hal itu perlu. Di dalam

teorinya tentang tindakan, jelaslah Weber ingin berfokus pada para individu, pola-

pola dan regularitas-regularitas tindakan.

Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam

klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. pembedaan pokok yang

diberikan adalah antara tindakan rasional dan tindakan yang nonrasional. Weber

(Doyle, 1986:220-221) membagi Rasionalitas ke dalam 4 (empat) macam, yaitu

rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan

tradisional, dan tindakan afektif.

Pertama, rasionalitas instrumental (Zweckkrationalitat) adalah tingkat

rasionalitas yang paling tinggi, meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar

yang berhubungan dengan “tujuan” tindakan itu dan “alat” yang dipergunakan

untuk mencapainya atau dengan kata lain tindakan yang dilakukan oleh seseorang

dengan memperhitungkan ‘kesesuaian’ antara cara yang digunakan dengan tujuan

yang akan dicapai. Rasionalitas sarana-tujuan adalah tindakan yang ditentukan

dengan harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia

lain.

Kedua, rasionalitas yang berorientasi nilai (Wertrationalitat) adalah

tindakan yang bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan

yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. Pelaku hanya

beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam kriteria baik

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

19  

dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat di sekitarnya. Rasionalitas

nilai adalah tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai

perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari

prospek keberhasilannya.

Ketiga, tindakan tradisional adalah tindakan yang ditentukan oleh cara

bertindak aktor yang biasa dan telah lazim dilakukan. Tindakan ini merupakan

tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya karena

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau

membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan

digunakan.

Keempat, tindakan afektif adalah tipe tindakan yang ditandai oleh

dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang

sadar. Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta,

ketakutan, kemarahan, atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan

perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif.

Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan yang

logis, ideologi, atau kriteria rasionalitas lainnya.

Dalam penelitian ini akan menggunakan rasionalitas instrumental, yaitu

tindakan yang dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara

cara yang digunakannya dengan tujuan yang ingin dicapai atau bisa juga disebut

rasionalitas alat-tujuan. Tindakan sosial hanya dapat dimengerti menurut arti

subyektif dan pola-pola motivasional yang berkaitan dengan hal tersebut. Untuk

tindakan rasional, arti subyektif itu dapat ditangkap dengan skema ‘alat tujuan’.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

20  

Teori tindakan ini mempunyai asumsi bahwa manusia pada umumnya rasional;

bahwa mereka bertindak dengan mempertimbangkan bahwa hal tersebut adalah

baik bagi mereka. Namun, rasionalitas dalam jenis tindakan Weber ini tidak

terbatas pada pengertian yang sempit untuk ‘memaksimalkan keuntungan’

sebagaimana ketika digunakan dalam teori ekonomi. Seseorang yang melakukan

sesuatu karena mengikuti kebiasaan mungkin merupakan sesuatu yang sangat

rasional ketika mengacu pada rasionalitas tindakan dalam pandangan Weber.

Jary dan Jary (1991:521) mengungkapkan bahwa menurut pendekatan

rasionalitas instrumental setiap tindakan (manusia) selalu didasarkan atas

pertimbangan untung rugi atau selalu berorientasi pada keuntungan (profit

oriented). Oleh karena itu, apapun strategi yang dipilih manusia untuk mencapai

suatu tujuan, tentu didasari oleh pertimbangan untung rugi atau selalu berorientasi

pada keuntungan. Prioritas diletakkan pada strategi yang dipandang paling baik

dan mampu memberikan keuntungan optimum.

Sedangkan menurut Weber (Ritzer, 1986:220) rasionalitas instrumental itu

sendiri merupakan tingkat rasionalitas paling tinggi, meliputi pertimbangan dan

pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang

dipergunakan untuk mencapainya. Sebagai individu, tentu manusia memiliki

macam-macam tujuan yang diinginkannya, dan atas dasar suatu kriteria tertentu,

individu menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan yang saling bersaingan

ini. Individu lalu menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai

tujuan yang dipilih tersebut. Dalam hal ini, mungkin mencakup pengumpulan

informasi, mencatat kemungkinan-kemkungkinan serta hambatan-hambatan yang

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

21  

terdapat dalam lingkungan, dan mencoba untuk meramalkan konsekuensi-

konsekuensi yang mungkin dari beberapa alternatif tindakan itu. Akhirnya suatu

pilihan dibuat atas alat yang dipergunakan yang kiranya mencerminkan

pertimbangan individu atas efisiensi dan efektivitasnya. Sesudah tindakan itu

dilaksanakan, orang itu dapat menentukan secara obyektif sesuatu yang

berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai.

Weber menjelaskan (Ritzer, 1986:220) : Tindakan diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari tujuan-tujuan individu yang memiliki sifat-sifatnya sendiri (zweckrational), apabila tujuan itu, alat dan akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya secara rasional. Hal ini mencakup pertimbangan rasional atas alat alternatif untuk mencapai tujuan itu, pertimbangan mengenai hubungan-hubungan tujuan itu dengan hasil-hasil yang mungkin dari penggunaan alat tertentu apa saja, dan akhirnya pertimbangan mengenai pentingnya tujuan-tujuan yang mungkin berbeda secara relatif. Berdasarkan asumsi ini, manusia merupakan makhluk rasional di mana

tindakan-tindakannya apakah mampu memberikan keuntungan/manfaat atau

sebaliknya senantiasa dikontrol oleh pertimbangan-pertimbangan rasionalnya.

Inilah yang mendasari manusia menggunakan strategi untuk mencapai maksud

dan tujuan yang diinginkannya.

Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan strategi adalah cara-

cara, tindakan yang dilakukan oleh para perempuan pedagang di pasar terapung

Lok Baintan untuk mendapatkan konsumen atau pelanggannya. Bagi para

pedagang, keberadaan strategi ini tentu dianggap penting mengingat besar

kecilnya pendapatan yang diperoleh tergantung dari jumlah konsumen/pelanggan

yang membeli dagangannya. Para pedagang yang aktif bergerak dan punya

strategi tertentu pasti berbeda dengan para pedagang lainnya yang tidak

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

22  

mempunyai strategi dalam mendapatkan konsumen/pelanggan. Oleh karena itu,

perlu diaplikasikan dan dikembangkan cara-cara tertentu (strategi) yang

dipandang tepat untuk dapat memperoleh konsumen sebanyak-banyaknya.

Adanya strategi pedagang di pasar terapung menjadi semakin penting

mengingat semakin banyaknya persaingan dengan pedagang di pasar-pasar

tradisional yang ada di daratan dan semakin sempitnya sungai-sungai sebagai

akses menjajakan barang dagangan. Kondisi seperti ini membuka peluang bagi

terjadinya persaingan yang ketat dalam menjaring konsumen sehingga dapat

mendorong para pedagang untuk mengembangkan strategi tertentu untuk

memenangkan persaingan. Hal ini seperti diungkapkan Learned dkk (Rangkuti,

1999:3) bahwa strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing.

Hal ini pada tahap berikutnya dapat pula melahirkan pluralitas strategi pada para

pedagang di pasar terapung Lok Baintan sesuai dengan situasi dan kondisinya

masing-masing. Semua itu dikembangkan untuk bisa mendapatkan konsumen

yang sebanyak-banyaknya karena dengan begitu akan semakin besar pula

penghasilan atau keuntungan yang akan diterima.

Pluralitas strategi dapat direlevansikan dengan konsep Parsons tentang

voluntarisme. Parsons (Ritzer, 2002:48-49) mengatakan bahwa voluntarisme

merupakan kemampuan individu untuk melakukan tindakan, dalam arti

menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka

mencapai tujuannya. Apabila dihadapkan pada serangkaian alternatif maka

tindakannya akan diarahkan kepada mana yang dipandang dapat memberikan

manfaat yang terbaik bagi dirinya.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

23  

Hamel dan Prahalad (Rangkuti, 1999:4) mengemukakan bahwa strategi

merupakan tindakan yang bersifat incremental (selalu meningkat) dan terus

menerus dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh

para pelanggan/konsumen. Mengacu pada pernyataan tersebut maka dibutuhkan

adanya evaluasi, pengembangan maupun inovasi dalam sebuah strategi yang

diaplikasikan. Pada saat-saat tertentu, secara periodik maupun insidentil, perlu

untuk menganalisa strategi yang telah dijalankan dan mengevaluasi hasilnya. Ini

dapat dijadikan sebagai konsideran untuk mengambil keputusan dalam rangka

meneruskan, memperbaiki, mengembangkan maupun mengganti strategi yang

sudah ada atau yang selama ini telah diaplikasikan para pedagang. Dengan

langkah strategis tersebut para pedagang di pasar terapung akan lebih siap dalam

menghadapi persaingan guna menjaring konsumen/pelanggan sebanyak mungkin.

Asumsi ini senada dengan pernyataan Hinkle (Ritzer, 2002:46), bahwa manusia

memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan

yang telah dilakukannya.

Sehubungan dengan tindakan yang dilakukan seseorang dapat pula dikaji

melalui pendekatan ‘teori aksi’, karena teori aksi juga dikenal sebagai teori

bertindak, yang pada awalnya teori ini juga dikembangkan oleh Max Weber,

kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Parsons. Weber (Ritzer,

2002:39) berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas

pengalaman, pemahaman, persepsi atas suatu objek stimulus dan situasi tertentu.

Tindakan individu merupakan sosial yang rasional yaitu untuk mencapai tujuan

atau sarana-sarana yang paling tepat. Teori ini menekankan bahwa individu

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

24  

menentukan sendiri sesuatu yang bermakna bagi dirinya sendiri. Jadi sebagai

subyek, manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

yang memberikan makna baginya. Teori ini sesuai untuk menjelaskan strategi

para pedagang perempuan di pasar terapung Lok Baintan.

Kepentingan manusia mempunyai maksud atau tujuan tertentu dan pasti

manusia berkeinginan semua itu dapat tercapai. Untuk itu mereka melakukan dan

mengembangkan sejumlah cara untuk mewujudkannya. Hal ini sejalan dengan

beberapa asumsi teori aksi yang dikemukakan oleh Hinkle yang menyatakan:

Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan.

Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan yang telah dilakukannya (Ritzer, 2002:46).

Dalam konteks tindakan dan strategi, Parsons menyusun skema tentang

unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Adanya individu sebagai aktor. 2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu. 3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai

tujuannya. 4. Aktor berhadapan dalam sejumlah kondisi situasional yang dapat

membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu.

5. Aktor berada dibawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan (Ritzer, 2002:48-49).

Paparan di atas menunjukkan bahwa perilaku individu dibimbing oleh

adanya kepentingan, maksud, dan tujuan tertentu. Untuk mencapai semua itu

maka manusia mengembangkan cara-cara tertentu yang dipandang mampu dan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

25  

efektif. Cara-cara demikian sering disebut dengan istilah strategi. Dalam

prakteknya, istilah strategi sering pula disebut “kiat atau taktik”. Menurut

Purwadarminta (1976:965) strategi adalah akal atau tipu muslihat untuk mencapai

suatu maksud. Sedangkan Menurut Snel dan Staring (dalam Resmi Setia, 2005:6)

mengemukakan bahwa strategi adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih

secara standar oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi.

Jadi strategi adalah akal atau cara-cara tertentu yang dilakukan untuk mencapai

suatu tujuan. Dengan kata lain strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan

dalam berbagai macam aktivitas. Terlihat bahwa manusia merupakan makhluk

yang rasional, sehingga dalam mencapai tujuannya manusia akan bertindak

dengan cara-cara tertentu yang dipandangnya efektif, yaitu dengan menggunakan

satu atau seperangkat strategi.

Cara-cara manusia menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi mereka atau

kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial

yang dipilih, termasuk keahlian dalam memobilitasi sumber daya yang ada,

tingkat keterampilan, kepemilikan aset, jenis pekerjaan, status gender dan

motivasi pribadi. Nantinya akan dilihat apakah jaringan sosial dan kemampuan

memobilitasi sumber daya yang ada termasuk disini mendapatkan kepercayaan

dari orang lain (dalam hal ini pelanggan) dapat membantu mereka dalam

menyusun strategi bertahan sebagai pedagang di pasar terapung.

Dalam menyusun strategi, individu tidak hanya menjalankan satu jenis

strategi saja, sehingga kemudian muncul istilah multiple survival strategies atau

strategi bertahan jamak. Selanjutnya Snel dan Starring mengartikan hal ini sebagai

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

26  

kecenderungan pelaku-pelaku atau rumah tangga untuk memiliki pemasukan dari

berbagai sumber daya yang berbeda, karena pemasukan tunggal terbukti tidak

memadai untuk menyokong kebutuhan hidupnya. Strategi yang berbeda-beda ini

dijalankan secara bersamaan dan akan saling membantu ketika ada strategi yang

tidak bisa berjalan dengan baik. Hal ini juga dilakukan sebagian para perempuan

pedagang di pasar terapung, dimana pada umumnya selain sebagai pedagang,

mereka juga sebagai petani kebun dan juga petani sawah. Begitu juga dengan para

laki-laki (suami), selain sebagai petani sawah dan kebun, mereka juga sebagai

pencari ikan di sungai-sungai sekitar tempat tinggalnya, baik untuk dikonsumsi

sendiri ataupun untuk didagangkan oleh istrinya.

2.2 Perempuan dan Perdagangan

Menurut Chebair dan Reichmann (dalam Fatimah, 2001:41), banyaknya

perempuan memilih kegiatan di sektor informal terutama dunia dagang, karena

memberikan kebebasan waktu kepada perempuan untuk mengatur kegiatan rumah

tangga dengan jadwal usaha mereka, dan mengkombinasikan aktivitas produksi

dengan kewajiban terhadap keluarga mereka.

Dalam kegiatan kerjanya kaum perempuan sering memilih hal-hal yang

terkait dengan peranannya dalam rumah tangga, misalnya dengan menjual

makanan atau barang-barang yang berurusan dengan peran perempuan dalam

rumah (Chandler, 1985:54). Dengan kata lain, perempuan melakukan kegiatan

sebagai pedagang, selain untuk menambah penghasilan, sekaligus dengan tidak

terlepas dari peran kesehariannya.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

27  

Sakidjo dan Sumarsulistyo (1995:6) dalam penelitiannya menemukan

bahwa rumah tangga miskin banyak menggantungkan diri pada pendapatan kaum

perempuan pedagang untuk “survival” rumah tangganya. Saptari dan Holzner

(1997:325) mengetengahkan hasil para peneliti dalam studi kasus di Sulawesi

Utara yang menunjukkan bahwa bagi petani kecil dan orang-orang tanpa tanah,

bahwa kegiatan perempuan berdagang adalah sangat penting untuk dapat bertahan

hidup.

Dalam perdagangan, peran perempuan sangat menonjol, sehingga nampak

bahwa bidang ini lebih didominasi perempuan. Perdagangan memberi peluang

kerja dan usaha yang cocok bagi perempuan untuk memperoleh pendapatan yang

teratur (Stoler, 1975:29, dalam Arianto, 1994:4). Bagi perempuan sektor

perdagangan juga dianggap mudah untuk dimasuki, karena tidak memerlukan

kepandaian, keterampilan dan modal (Oey, 1984:5, dalam Djodi, 1986:59). Selain

itu menurut Kutanegara (2006, dalam Abdullah, ed, 2006:213) salah satu daya

tarik yang mendorong perempuan terjun ke dunia perdagangan adalah kesempatan

mereka untuk selalu memegang uang.

Menurut Kutanegara (dalam Abdullah, ed, 2006:215) pasar telah

memberikan kesempatan kepada perempuan untuk menciptakan ‘dunia baru’,

pasar tidak hanya berfungsi sebagai tempat mencari keuntungan, tetapi juga

menjadi tempat rekreasi dan memperoleh informasi baru, menciptakan peluang

kepada perempuan untuk otonomi yang lebih besar. Sejalan dengan Saptari dan

Holzner (1997:328) yang juga melihat bahwa selain fakta berdagang secara

ekonomis, perdagangan bagi perempuan juga membawa aspek sosial yang

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

28  

penting, misalnya bertukar berita, bertemu orang lain, memperoleh teman dan

kenalan lebih banyak lagi serta ikut bermasyarakat.

Evers (dalam Arianto, 1994:5) melihat akses yang dimiliki dan relatif

rendahnya tuntutan dari sektor perdagangan, telah mendorong perempuan masuk

ke dalamnya, selain kapasitas penyerapan yang sangat tinggi. Hasil penelitian

Evers di Jatinom Jawa Tengah, menunjukkan bahwa pilihan perempuan untuk

terlibat di sektor perdagangan merupakan salah satu alternatif yang dapat di

lakukan ketika perempuan harus mencukupi kebutuhan rumah tangganya, yakni

harus mampu memperoleh penghasilan, dan hal ini tampak sangat besar terjadi di

daerah pedesaan.

Banyak hal yang menyebabkan perempuan ikut mencari nafkah, termasuk

perempuan yang terlibat di sektor perdagangan, antara lain: terdorong perasaan

manusiawi untuk turut serta memberikan sumbangan kepada ekonomi rumah

tangganya yang belum cukup (Sayogyo, P, 1983), manambah penghasilan

keluarga, mengisi waktu luang (Ihromi, 1989), kondisi sosial ekonomi yang

kurang menguntungkan dan demi kelangsungan hidup keluarga (Lewis, 1986),

dan memperoleh penghasilan yang teratur sebagai sumber penting bagi rumah

tangga (Stoler, 1975:135-136, dalam Arianto, 1994:4).

Namun demikian dari sejumlah alasan-alasan tentang keterlibatan

perempuan di sektor perdagangan, maka alasan utamanya adalah alasan ekonomi,

yakni hasil pendapatan suami tidak mencukupi kehidupan keluarga. “tidak

berfungsinya suami” oleh Reneen dan Dharma (Gardiner, ed, 1991:81, dalam

Fatimah, 2001:43) dianggap sebagai salah satu latar belakang masuknya

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

29  

perempuan ke wilayah publik, maka sebagian besar waktunya tercurah dalam

kegiatan usaha dagang.

Pasar yang dituju oleh mayoritas perempuan pedagang menurut Chebair

dan Reichmann (1995:43 dalam Fatimah:2001:49) adalah menyukai pasar yang

lebih lapang dekat rumah, dan mencoba pasar-pasar di luar tetangga dekat mereka,

namun masih dalam kota mereka, untuk menjamin penghasilan yang cukup.

Sementara laki-laki sedikit banyak mencoba ke pasar-pasar yang lebih jauh

wilayahnya.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dimaksud meliputi : 1) lokasi penelitian, 2)

pendekatan penelitian, 3) unit analisis, 4) penentuan informan, 5) teknik

pengumpulan data, dan 6) teknik analisis dan verifikasi data. Berikut

penjelasannya :

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pasar terapung Lok Baintan, Desa Lok

Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan

Selatan. Lokasi ini dipilih karena budaya sungai dan tradisi masyarakatnya yang

kental dengan budaya berdagang. Salah satunya adalah pasar terapung Lok

Baintan yang merupakan pasar tradisional yang mengandung unsur atau nilai

budaya. Menurut pengamatan awal (tahun 2012) tempat ini dinilai masih sangat

alami, berada di wilayah pedesaan, dan masih banyak terdapat pedagang

perempuannya.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

30  

Gambar 1 : Suasana Pasar Terapung Lok Baintan

Dokumentasi Pribadi 2012

Pasar terapung Lok Baintan ini juga sebagai tempat bertemunya antara

pedagang tangan pertama (dimana mereka adalah petani yang menjual sendiri

hasil panennya berasal dari sekitar pasar terapung) dan tangan kedua (pedagang

yang berasal dari pasar di daratan dan anak-anak sungai sekitar pasar terapung).

Para pedagang di pasar terapung Lok Baintan adalah mayoritas masyarakat yang

bertempat tinggal di sekitar pasar tersebut, berbeda dengan para pedagang di pasar

terapung Muara Kuin yang mayoritas para pedagangnya adalah para pendatang

dari berbagai daerah dan kebanyakan menjual barang dagangan dalam bentuk

eceran. Menurut observasi awal di pasar terapung Lok Baintan ini masih terdapat

banyak pedagangnya, berkisar 100 orang pedagang, dimana mayoritas adalah

perempuan, bahkan menurut penuturan warga sekitar, jika pada musim buah

biasanya lebih ramai dan banyak lagi para pedagangnya, yaitu sekitar bulan

oktober sampai desember. Karena banyak para petani sekaligus sebagai pedagang

yang datang langsung mendagangkan hasil panennya ke pasar ini.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

31  

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti memilih

metode kualitatif karena fokus kajian atau permasalahan yang diteliti bersifat

kompleks, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin bila data pada

situasi sosial ini diperoleh dengan metode penelitian kuantitatif. Selain itu, metode

ini lebih mampu menemukan definisi situasi dan gejala sosial dari subjek,

perilaku, motif-motif subyektif, perasaan dan emosi orang yang diamati, sehingga

mampu mendefinisikan situasi subyek yang diteliti. Menurut Bogdan dan Taylor

(1975), metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati dan tujuan untuk menyumbang pengetahuan secara mendalam

mengenai objek penelitian. Sedangkan menurut Kirk dan Miller (1986)

mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada

manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut

dalam bahasanya dan dalam istilahnya (Lexy Moleong, 1994:3-5).

Apabila ditinjau dari jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif-analitis yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi fenomena sosial

secara cermat melalui pengembangan konsep dan menghimpun fakta (data)

empiris. Selain itu, apabila ditinjau dari tempat kegiatannya merupakan kategori

penelitian lapangan (field research) karena kegiatan penelitian ini dilakukan di

lingkungan masyarakat yaitu para pedagang perempuan di pasar terapung Lok

Baintan, para pelanggan/pembeli di pasar terapung Lok Baintan dan dinas terkait

yang bertanggung jawab.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

32  

Secara khusus, peneliti menggunakan format penelitian atau metode studi

kasus tunggal sebagai perangkat eksplanatoris terhadap fokus kajian yaitu

mengenai strategi berdagang pada perempuan pedagang di pasar terapung Lok

Baintan. Studi kasus (case study) merupakan metode eksploratif dan analitis yang

sangat cermat dan intensif (terinci dan mendalam) mengenai suatu keadaan unit

(kesatuan) sosial berupa individu, suatu keluarga, lembaga, suatu organisasi,

kelompok masyarakat atau gejala tertentu. Sedangkan dalam Yin (2004) studi

kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial secara umum

merupakan strategi yang berkenaan dengan pertanyaan tentang how dan why,

penelitian hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa

yang akan diselidiki dengan fokus penelitiannya terletak pada fenomena

kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Adapun tujuan dari

studi kasus adalah :

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya faktor-faktor tertentu yang memberikan ciri khas pada tingkah laku sosial yang kompleks dari unit.

2. Untuk memahami relasi antara unit tersebut dengan milieu sekitarnya. case study bisa ditujukan secara luas terhadap segenap segi siklus kehidupan, atau hanya mencakup satu sektor tertentu dari siklus kehidupan unit tersebut.

3. Memahami sejarah dari unit sosial tersebut, serta mamahami relasi dan pengaruh dari faktor-faktor sosial, sehingga berwujud sebagai kekuatan-kekuatan sosial atau kelompok-kelompok masyarakat.

4. Melalui case study orang berusaha menemukan varietas faktor-faktor yang terdapat dalam satu unit sosial, dipandang sebagai satu kesatuan yang terintegrasi dari unit sosial tadi; sehingga oleh karenanya orang bisa memahami ciri-ciri khusus dan pola tingkah laku dari unit sosial itu (Kartini Kartono, 1996:254-255).

3. Unit Analisis

Unit analisis dalam suatu penelitian secara esensial dapat meliputi

individu, rumah tangga, kelompok, organisasi, lembaga sosial dan lain-lain. Unit

analisis seperti apa yang akan diambil dalam proses penelitian ini tergantung dari

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

33  

permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini unit analisis berguna untuk

memfokuskan kajian yang dilakukan atau dengan pengertian lain obyek yang

diteliti ditentukan kriterianya sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.

Dalam penelitian perempuan pedagang di pasar terapung ini, unit analisis yang

dipilih adalah ‘kelompok’ perempuan pedagang di pasar terapung Lok Baintan.

Perempuan pedagang di pasar terapung Lok Baintan terdiri dari dua

kelompok, yaitu pedagang tetap dan pedagang tidak tetap. Untuk lebih jelasnya

perbedaan karakteristik kedua kelompok pedagang tersebut digambarkan dalam

tabel di bawah ini :

Tabel 1: Karakteristik Pedagang Tetap dan Pedagang Tidak Tetap di Pasar Terapung Lok Baintan

No Karakteristik Pedagang Tetap Pedagang Tidak Tetap 1 Intensitas waktu

berdagang Para pedagang yang setiap hari berdagang di pasar terapung Lok Baintan.

Para pedagang yang tidak setiap hari berdagang di pasar terapung Lok Baintan, hanya berdagang 2-3 kali saja dalam seminggu.

2 Jenis Komoditas dagangan yang didagangkan

Jenis dagangan yang sama setiap harinya dan tanggap terhadap per-mintaan pelanggan, serta dapat membaca kebutuh-an pasar.

Tergantung hasil perkebunan dan apa yang tersedia yang dapat didagangkan kembali.

3 Modal yang di-gunakan dalam berdagang

Relatif lebih besar Kecil dan bahkan didapatkan secara gratis dari hasil perkebunan sendiri.

4 Jumlah pelanggan

Cenderung mempunyai banyak pelanggan

Tidak mempunyai pelanggan, bebas dalam transaksi jual-beli.

5 Sistem penjualan

Eceran Grosir, biasanya dalam bentuk bungkalang (keranjang).

Sumber : pengamatan, wawancara dan pengolahan data lapangan.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

34  

Berdasarakan tabel 1 (satu) dapat dilihat perbedaan antara kedua kelompok

pedagang di pasar terapung Lok Baintan. Adapun perbandingan kedua kelompok

pedagang tersebut tidak seimbang, karena lebih banyak para pedagang tidak tetap

yang berdagang di pasar terapung Lok Baintan apalagi dalam bulan-bulan tertentu

yaitu bulan oktober-desember.

4. Penentuan Informan

Informan adalah orang yang bisa memberikan informasi, situasi, kondisi

dan data yang diperlukan dalam penelitian atau yang terkait dengan subjek

penelitian. Informan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu informan utama

dan informan pendukung. Untuk informan utamanya adalah para perempuan

pedagang di pasar terapung Lok Baintan, sedangkan informan pendukungnya

adalah para pembeli/pelanggan yang berada disekitar pasar terapung, aparat Desa

Lok Baintan dan Kabid. Pariwisata dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pemilihan informan dengan menggunakan teknik purposive (bertujuan)

dan snowball (bergulir) untuk memperluas informasi yang telah didapat

sebelumnya. Adapun informan yang dipilih atas dasar pertimbangan tertentu dan

disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

Berdasarkan observasi awal (bulan Mei tahun 2012) yang disertai

wawancara dengan aparat Desa Lok Baintan, serta dengan beberapa pedagang di

pasar terapung, diketahui bahwa sebagian besar pedagang yang beraktifitas sehari-

hari di pasar terapung adalah kaum perempuan yang umumnya bertempat tinggal

di tepian sungai sekitar pasar terapung. Menurut data tahun 2012 dari Kordinator

Pariwisata dan Kepala Desa Lok Baintan terdapat 47 (empat puluh tujuh) orang

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

35  

pedagang tetap yang berasal dari Desa Lok Baintan, jumlah tersebut belum

termasuk para pedagang tidak tetap. Sehingga, peneliti memilih 9 (sembilan)

orang informan utama yang terlibat dalam perdagangan di pasar terapung Lok

Baintan.

Para pedagang terdiri dari 6 (enam) orang pedagang tetap dengan

kategorisasi/kriteria informan yang ditetapkan adalah perempuan pedagang di

pasar terapung Lok Baintan yang sudah berpengalaman, barang dagangannya

lebih laris dan banyak mempunyai pelanggan, mereka adalah pedagang

kelontongan, pedagang beras, pedagang buah dan sayur, pedagang makanan dan

pedagang pakaian. Serta 3 (tiga) orang pedagang tidak tetap, dimana mereka

adalah para petani yang mendagangkan sendiri hasil panennya ketika mereka

panen dan pedagang yang berdagang dengan jenis barang dagangan yang tidak

tetap atau berubah-ubah setiap harinya.

Alasan dalam pengambilan 9 (sembilan) informan tersebut adalah:

informan tersebut dapat mewakili heterogenitas pedagang pasar terapung yang ada

di pasar terapung Lok Baintan, barang-barang yang diperdagangkan merupakan

kebutuhan pokok yang perputarannya sangat cepat. Sedangkan alasan

pengambilan 9 (sembilan) orang informan tersebut ditentukan tidak seimbang

antara pedagang tetap dan pedagang tidak tetap, kerena dalam penelitian ini fokus

kepada perempuan pedagang yang mempunyai banyak pelanggan, lebih laris dan

memang berbeda dari para pedagang lainnya. Hal itu ditemukan pada pedagang

tetap, sehingga jumlah informan yang diambil disesuaikan dengan fokus

penelitian tersebut. Lama mereka berdagang di pasar terapung bermacam-macam,

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

36  

dari lamanya berdagang 3 (tiga) tahun sampai 30 (tiga puluh) tahun. Untuk

selengkapnya mengenai informan utama perempuan pedagang di pasar terapung

Lok Baintan, digambarkan pada tabel 2 (dua) berikut :

Tabel 2 : Daftar dan Identitas Informan

No Nama Umur Lama Berdagang di Pasar Terapung

Jenis Barang Dagangan

1 Informan AB 48 Tahun 18 Tahun Berbagai jenis pakaian, horden dan sarung.

2 Informan BJ 45 Tahun 8 Tahun Beras 3 Informan ST 60 Tahun 30 Tahun Sayur dan buah eceran 4 Informan IL 58 Tahun 18 Tahun Kelontongan 5 Informan IB 59 Tahun 30 Tahun Kelontongan 6 Informan IN 46 Tahun 15 Tahun Sayur, ikan kering dan

buah 7 Informan IR 29 Tahun 3 Tahun Pisang Goreng/kue basah 8 Informan YT 34 Tahun 14 Tahun Sayur dan buah dari

kebun sendiri (grosir) 9 Informan IJ 41 Tahun 20 Tahun Sayur, buah, tanaman dari

kebun sendiri (grosir) Sumber : pengamatan, wawancara dan pengolahan data lapangan

Peran Pemerintah setempat dalam memberikan dukungan terhadap para

perempuan pedagang di pasar terapung juga perlu untuk diketahui, oleh karena

itu, penulis mengambil 3 (tiga) orang informan yaitu Kepala Desa Lok Baintan,

Kordinator Pariwisata Desa Lok Baintan dan Kepala Bidang Pariwisata di Dinas

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai pengelola dan bertanggung jawab

terhadap pasar terapung Lok Baintan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan

informan lain yaitu masyarakat sekitar pasar terapung yang aktif berbelanja setiap

harinya di pasar terapung.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

37  

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menjadi komponen penting sebagai upaya

mendapatkan data yang berguna untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam

penelitian ini data didapatkan melalui dua sumber, yaitu: data primer dan data

sekunder. Data primer sebagai sumber data utama, yang didapatkan berupa kata-

kata, tindakan, serta keterangan langsung dari informan melalui wawancara

mendalam dan menggunakan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

pemanfaatan sumber-sumber tertulis berupa dokumen, foto, internet, koran,

literatur, data statistik, monografi lokasi penelitian, dan studi kepustakaan yang

berkaitan dengan masalah penelitian.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan

melakukan kombinasi teknik dari beberapa tools (alat kajian), yang lazim disebut

‘triangulasi’ yang merupakan alat pengumpul data sekaligus untuk menguji

tingkat akurasi data. Triangulasi yang dimaksud meliputi : a) triangulasi data atau

sumber data yaitu dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber

data berupa data primer, data sekunder, dan observasi. b) triangulasi metode yaitu

peneliti menggunakan berbagai metode pengumpulan data untuk menggali data

penelitian yang sejenis berupa metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. c)

triangulasi peneliti yaitu peneliti melakukan review dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh beberapa peneliti yang sama atau menggunakan pendekatan sama

dengan kajian penelitian ini. d) triangulasi teori yaitu peneliti dalam membahas

permasalahan yang sedang dikaji tidak menggunakan satu perspektif teori tetapi

dikoneksikan dengan teori lain yang memiliki relevansi untuk lebih memperdalam

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

38  

analisa data hasil penelitian ini. Untuk selengkapnya berikut pembahasan dari

masing-masing teknik pengumpulan data serta teknik analisis dan verifikasi data :

a) Observasi

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ialah melalui

Observasi participant yaitu merupakan upaya pengamatan dan pengumpulan data

dengan berperan serta melalui interaksi yang intensif dengan subjek yang diteliti

(Denzin dan Lincoln, 2009). Dengan keterlibatan peneliti pada beberapa kegiatan

keseharian para informan seperti pada saat bekerja sebagai pedagang dan saat

dirumah ketika mempersiapkan dagangannya atau selesai berdagang, peneliti

dapat dengan mudah memberikan gambaran yang mendalam tentang kondisi

sosial yang sedang berlangsung. Peneliti mencatat beberapa temuan selama berada

maupun terlibat dalam aktifitas keseharian informan. Dalam hal ini objek

observasi meliputi 3 (tiga) komponen meliputi : (1) Tempat, yaitu lokasi di mana

aktifitas perdagangan berlangsung dan tempat tinggal para perempuan pedagang

yang dipilih sebagai informan dalam penelitian ini yang ada di desa Lok Baintan.

(2) Aktor, yaitu pelaku yang meliputi para perempuan pedagang di pasar terapung

Lok Baintan, para pelanggan/pembeli yang bertempat tinggal di sekitar pasar

terapung Lok Baintan, instansi/dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan aparat

Desa Lok Baintan, (3) Aktivitas, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh aktor sesuai

dengan situasi sosial yang sedang berlangsung sebagai sumber data penelitian.

b) Wawancara

Selain observasi juga menggunakan wawancara mendalam. Dengan

wawancara yang mendalam diharapkan persepsi dan makna simbolik dibalik

kenyataan yang terjadi dapat diketahui. Penelitian yang hanya mengandalkan

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

39  

observasi tidaklah memadai, karena tidak dapat mengungkapkan apa yang diamati

dan dirasakan orang lain, karena itu perlu dilengkapi dengan wawancara

mendalam agar dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan informan (Nasution,

1992: 69). Wawancara merupakan perangkat untuk memproduksi pemahaman

situasional yang bersumber dari episode-episode interaksional khusus. Metode ini

sangat dipengaruhi oleh karakteristik personal seorang peneliti, termasuk ras,

kelas sosial, kesukuan dan gender (Denzin dan Lincoln, 2009). Dalam penelitian

ini, kualitas data ditentukan oleh kualitas peneliti, yaitu kapasitas peneliti untuk

memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis. Kedekatan personal yang dibangun

antara peneliti dan informan ini membantu informan terbuka dan semakin

bersemangat menceritakan pengalaman-pengalamannya.

Pada pelaksanaan wawancara, peneliti mengembangkan prinsip

kesetaraan, agar tidak terjadi hubungan yang hierarkis. Sebagaimana

dikemukakan Oakley (Denzin dan Lincoln, 2009:513-514) yang menegaskan

bahwa tidak ada keintiman dalam sebuah dialog tanpa adanya hubungan timbal

balik yang seimbang. Dengan demikian, seorang peneliti dapat menunjukkan sisi

kemanusiaannya, mengekspresikan perasaan dan bertanya seperti halnya manusia

yang memiliki derajat yang sama dengan informan. Jika hal ini dapat dilakukan

dengan maksimal, maka perempuan sebagai subjek penelitian ini akan lebih

termotivasi untuk mengungkapkan secara terperinci berbagai pengalaman

hidupnya secara pribadi. Perbincangan yang mengalir dengan para pedagang

perempuan akan membentuk relasi yang seimbang antara peneliti dan informan.

Informan dengan leluasa menceritakan pengalamannya selama bekerja sebagai

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

40  

pedagang, awal mula usaha dagang dan berbagai strategi yang dilakukannya

dalam berdagang agar laris dan mendapat pelanggan yang banyak.

Secara teknis, wawancara dilakukan dengan tahapan berikut: (1) penetapan

informan yang terdiri dari perempuan pedagang yang paling sering berdagang di

pasar terapung Lok Baintan dan aparatus pemerintah selaku pengelola pasar

terapung Lok Baintan (2) menyiapkan pokok-pokok permasalahan yang tertulis

dalam panduan wawancara, (3) membuat alur wawancara, (4) menuliskan hasil

wawancara dalam catatan lapangan dan (5) mengidentifikasi tindak lanjut hasil

wawancara yang diperoleh.

c) Analisis Dokumen

Peneliti juga menggunakan data-data sekunder yang berasal dari

dokumentasi-dokumentasi resmi instansi terkait (Data monografi desa dan

kecamatan setempat), arsip yang dapat menunjang kapan mulai adanya pasar

terapung Lok Baintan, dan data-data dari media massa, foto-foto di lapangan,

serta catatan lapangan peneliti. Diharapkan data-data ini dapat melengkapi data

primer yang didapat dari lapangan. Dan terakhir studi pustaka dilakukan dengan

mencari data ataupun informasi melalui penelusuran referensi (buku-buku, jurnal,

internet) yang relevan dengan fokus penelitian, dengan melakukan studi pustaka

diharapkan akan membantu mempertajam kesimpulan penelitian.

6. Teknik Analisis dan Verifikasi Data

Mengacu pada penjelasan sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan

metode studi kasus. Dalam menganalisa studi kasus terdapat beberapa tahapan-

tahapan yang perlu dilakukan Yin (2004), diantaranya :

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

41  

a. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subyek melalui wawancara

mendalam (indepth interview), dimana data tersebut direkam dengan

menggunakan alat perekam dibantu alat tulis lainnya. Kemudian dibuatkan

transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi

bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang

agar peneliti mengerti benar data atau hasil yang telah didapatkan.

b. Pengelompokkan berdasarkan Kategori, Tema dan Pola jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data,

pengertian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa

yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti

menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam

melakukan coding atau pengkodean. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian

kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan

pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi

kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau dikategorikan

berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.

Hasil wawancara dianalisis berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal

diungkapkan oleh informan. Data yang telah dikelompokkan tersebut dicoba

untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata

kuncinya. Peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika

yang terjadi pada subjek.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

42  

c. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terdapat Data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data

tersebut terhadap asusmsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini

kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan

teori, sehingga dapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis

dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis

tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai

hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.

d. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,

peneliti masuk dalam tahap penjelasan. Berdasarkan kesimpulan yang telah

didapat dari kaitannya tersebut, peneliti merasa perlu mencari sesuatu penjelasan

lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian studi kasus

memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada

kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir

sebelumnya. Pada tahap ini diperlukan penjelasan dengan alternatif lain melalui

referensi atau teori-teori lain. alternatif ini sangat berguna pada bagian

pembahasan, kesimpulan dan saran.

e. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data informan yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu

hal yang membantu peneliti untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang

dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah

presentase data yang didapat yaitu; penulisan data-data hasil penelitian

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63385/potongan/S2-2013... · Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari

43  

berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan informan. Proses

dimulai dari data-data yang diperoleh dari informan, dibaca berulang kali

sehingga peneliti mengerti benar permasalahannya, kemudian dianalisis, sehingga

didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari informan selama

penelitian berlangsung. Selanjutnya dilakukan interpretasi secara keseluruhan,

dimana didalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari penelitian.

Untuk kesahihan data yaitu validitas dan objektifitas dalam penelitian ini

menggunakan metode triangulasi. Menurut Patton seperti dikuti Moleong (1994:

178) metode triangulasi dengan sumber dapat berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai

dengan cara: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dan

apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan

orang tentang penelitian dan apa yang diucapkannya sepanjang waktu, (4)

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang

berkaitan. Runtutan proses ini akan membentuk keutuhan hasil penelitian yang

dapat dipertanggungjawabkan.