BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh diguncang pemberontakan Darul Islam, yang dipimpin langsung oleh Teungku Daud Beureueh. Pemberontakan ini merupakan reaksi terhadap sikap Presiden Soekarno yang melakukan pengklaiman terhadap daerah Aceh. Awal sejarahnya yaitu Soekarno datang ke Aceh setelah dilakukan Perjanjian Linggarjati 25 Maret 1947, dan berjumpa dengan Teungku Muhammad Daud Beureueh dan pernah berjanji dan berikrar yaitu "Sebagai seorang Islam, saya berjanji dan berikrar bahwa saya sebagai seorang presiden akan menjadikan Republik Indonesia yang merdeka sebagai negara Islam dimana hukum dan pemerintahan Islam terlaksana. Saya mohon kepada kakak, demi untuk Islam, demi untuk bangsa kita seluruhnya, marilah kita kerahkan seluruh kekuatan kita untuk mempertahankan kemerdekaan ini" 1 . Soekarno kembali ke Aceh pada tanggal 17 Juni 1948 setelah diadakan perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948. Dalam sebuah rapat akbar di Lapangan Blang Padang Banda Aceh, Soekarno menyatakan. "Kedatangan saya ke Aceh ini khusus untuk bertemu dengan rakyat Aceh, dan saya mengharapkan partisipasi yang sangat besar dari rakyat Aceh untuk menyelamatkan Republik Indonesia ini," memohon kesediaan rakyat Aceh untuk terus membantu Indonesia. Di Blang Padang ini pula ia kemudian berujar tentang kontribusi Aceh sebagai daerah modal terhadap tegak-berdirinya Indonesia “Daerah Aceh merupakan daerah modal bagi Republik Indonesia dan melalui perjuanagan rakyat Aceh 1 S.S. Djuangga Batubara, Teungku Tjhik Muhammad Dawud di Beureueh Mujahid Teragung di Nusantara, Gerakan Perjuangan & Pembebasan Republik Islam Federasi, Sumatera Medan, cetakan pertama, 1987, hal. 76-77. Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 1953, Aceh diguncang pemberontakan Darul Islam, yang dipimpin

langsung oleh Teungku Daud Beureueh. Pemberontakan ini merupakan reaksi

terhadap sikap Presiden Soekarno yang melakukan pengklaiman terhadap daerah

Aceh. Awal sejarahnya yaitu Soekarno datang ke Aceh setelah dilakukan Perjanjian

Linggarjati 25 Maret 1947, dan berjumpa dengan Teungku Muhammad Daud

Beureueh dan pernah berjanji dan berikrar yaitu "Sebagai seorang Islam, saya berjanji

dan berikrar bahwa saya sebagai seorang presiden akan menjadikan Republik

Indonesia yang merdeka sebagai negara Islam dimana hukum dan pemerintahan

Islam terlaksana. Saya mohon kepada kakak, demi untuk Islam, demi untuk bangsa

kita seluruhnya, marilah kita kerahkan seluruh kekuatan kita untuk mempertahankan

kemerdekaan ini"1.

Soekarno kembali ke Aceh pada tanggal 17 Juni 1948 setelah diadakan

perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948. Dalam sebuah rapat akbar di

Lapangan Blang Padang Banda Aceh, Soekarno menyatakan. "Kedatangan saya ke

Aceh ini khusus untuk bertemu dengan rakyat Aceh, dan saya mengharapkan

partisipasi yang sangat besar dari rakyat Aceh untuk menyelamatkan Republik

Indonesia ini," memohon kesediaan rakyat Aceh untuk terus membantu Indonesia. Di

Blang Padang ini pula ia kemudian berujar tentang kontribusi Aceh sebagai daerah

modal terhadap tegak-berdirinya Indonesia “Daerah Aceh merupakan daerah modal

bagi Republik Indonesia dan melalui perjuanagan rakyat Aceh

1 S.S. Djuangga Batubara, Teungku Tjhik Muhammad Dawud di Beureueh Mujahid Teragung di

Nusantara, Gerakan Perjuangan & Pembebasan Republik Islam Federasi, Sumatera Medan, cetakan

pertama, 1987, hal. 76-77.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

seluruh wilayah Republik Indonesia dapat direbut kembali2”.

Dalam Perjanjian Renville inisebagian isinya menyangkut gencatan senjata

disepanjang garis Van Mook dan pembentukan daerah-daerah kosong militer. Secara

de jure dan de facto kekuasaan RI hanya sekitar daerah Yogyakarta saja. Perjanjian

Renville ini ditandatangani oleh Perdana Mentri Mr. Amir Sjarifuddin dari Kabinet

Amir Sjarifuddin, yang disaksikan oleh H.A. Salim, Dr.Leimena, Mr. Ali

Sastroamidjojo3. Jadi akibat dari ditandatangani Perjanjian Renville inilah kekuasaan

wilayah RI hanya di Yogya dan daerah sekitarnya, sehingga daerah wilayah Negeri

Aceh menjadi berada diluar wilayah kekuasaan de-facto Negara RI

Soekarno.Sehingga tidak mungkin secara hukum Soekarno bisa memberikan hak-hak

rakyat Aceh dan menyusun rumah tangganya sendiri sesuai syariat Islam.

Sebagaimana yang pernah dituturkan Daud Beureueh kepada Boyd R.

Compton dalam sebuah wawancara, "Anda harus tahu, kami di Aceh ini punya

sebuah impian. Kami mendambakan masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda, pada

masa Aceh menjadi Negara Islam. Di zaman itu, pemerintahan memiliki dua cabang,

sipil dan militer. Keduanya didirikan dan dijalankan menurut ajaran agama Islam.

Pemerintahan semacam itu mampu memenuhi semua kebutuhan zaman moderen.

Sekarang ini kami ingin kembali ke sistem pemerintahan semacam itu"4.

Tahun 1961 Daud Beureuh mengubah Aceh menjadi Republik Islam Aceh

(RIA). Panglima Kodam Iskandar Muda, Kolonel M. Jassin berhasilmeyakinkan

Daud Beureuh untuk kembali bergabung dengan Republik Indonesia. Tepat tanggal 9

Mei 1966 Daud Beureuh ditemani antara lain komandanpasukannya

2 M. Djali Yusuf, Buku Perekat Hati yang Tercabik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, Hal 22. 3 Sekretariat Negara Republik Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949, Jakarta, 1986,

hal.155-163. 4 Boyd R. Compton, Surat-Surat Rahasia Boyd R. Compton, Jakarta: LP3ES, 1995. Yang setia Tengku Ilyas Leube turun gunung. Bulan desember tahun 1966

perdamaian dirumuskan dalam Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

Perdamaian yang dirumuskan tersebut tidak ikut merangkul seluruh anak

didik Daud Beureueh salah satunya adalah Hasan Tiro yang berada di Amerika

Serikat. Hasan Tiromenilai adat Aceh telah dicampakkan oleh kemajuan industri pada

masa pemerintahan Soeharto diawal tahun 1970an. Pasca kepulangan Hasan Tiro dari

Amerika Serikat pada tanggal 30 Oktober 1976ia bersama para ulama Aceh, tokoh

eks DI/TII, dan tokoh muda Aceh mengadakan rapat menilai kekayaan alam Aceh

dikuras melalui pembangunan industri yang dikuasai orang asing melalui restu

pemerintah pusat. Tetapi rakyat Aceh tetap miskin, pendidikan rendah dan kondisi

ekonomi sangat memprihatinkan5. Rapat ini berlangsungdi kaki Gunung Halimun,

Pidie dan merupakan cikal-bakal berdirinya Gerakan Aceh Merdeka.

Organisasi perjuangan Acheh Sumatra National Liberation Front(ASNLF atau

NLFAS atau GAM) berdiri pada tanggal 29 November 1976,deklarasi Negara Aceh

merdeka dinyatakan pada tanggal 4 Desember 1976 yang sebagian isinya berbunyi

“Kami bangsa Acheh Sumatra, telah melaksanakan hak hak kami untuk menentukan

nasib sendiri, dan melaksanakan tugas kami untuk melindungi hak suci kami atas

tanah pusaka peninggalan nenek moyang, dengan ini menyatakan diri kami dan

negeri kami bebas dan merdeka dari penguasaan dan penjajahan rezim asing Jawa di

Jakarta"6.

Deklarasi Negara Acheh yang berdaulat dibacakan di satu tempat yang

dinamakan bukit Tjokkan oleh Hasan Tiro sebagai ketua ASNLF dan

sekaligussebagai pemimpin perang dan wali negara, sedangkan wakil wali negara

5 Neta S Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka,Solusi, Harapan, dan Impian, Jakarta, Grasindo, 2001. hal 10. 6 The Price of Freedom: the unfinished diary of Tengku Hasan di Tiro, National Liberation Front of Acheh Sumatra1984,diterjemahkan oleh Ahmad Sudirman, 2004, Stockholm – SWEDIA, hal 85.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

Dr. Muchtar Hasbi. Dan pada saat itu diumumkan kabinet pertama. Dimana anggota

kabinet menteri yaitu Dr. Muchtar Hasbi Menteri Dalam negeri dan wakil Menteri

Luar negeriDr. Husaini Hasan Menteri Pendidikan dan Penerangan, Dr. Zaini

Abdullah Menteri Kesehatan,Dr. Zubir Mahmud Menteri Sosial dan menjabat

Gubernur Peureulak, Dr. Asnawi Ali Menteri Tenaga Kerja dan Industri, Mr. Amir

Ishak Menteri Perhubungan, Muhammad Daud Husin Komandan Angkatan perang,

Teungku Ilyas Leube Menteri Kehakiman, Teungku Muhammad Usman Lampoh

Awe Menteri Keuangan, Mr. Amir Rashid Mahmud Menteri Perdagangan, dan Malik

Mahmud Menteri Negara (berada diluar negeri). Tetapi acara pelaksanaan sumpah

atau baiat para menteri kabinet baru dapat dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober

19777.Setelah Daud Beureueh turun gunung, ia tidak pernah lagi terlibat dalam

gerakan politik. Perlawanan yang diusung GAM, sama sekali tidak terkait dengan

DI/TII. “Kalau Hasan Tiro kan menuntut kemerdekaan, sedangkan DI/TII melawan

karena kecewa,” kata M Jasin, mantan Pangdam Iskandar Muda. Almarhum Ali

Hasjmy mantan Gubernur Aceh, memutus kaitan GAM dan Abu Beureueh.

Menurutnya GAM dan Hasan Tiro adalah gerakan kriminal, sedangkan DI/TII adalah

gerakan politik murni. Tak heran jika awal-awal perlawanan GAM, Pemerintah

Indonesia menuding mereka sebagai gerombolan pengacau keamanan (GPK)8.Stigma

kriminal dimunculkan untuk memutus dukungan pengikut Daud Beureueh. Nyatanya,

upaya membumikan GAM sebagai kelompok kriminal tetap gagal.

Daftar tokoh pertama yang bergabung dalam GAM banyak di antara mereka

adalah bekas pendukung DI/TII. Sebut saja Teungku Ilyas Leube danDaud Husin

alias Daud Paneuek. Ilyas adalah ulama yang disegani di AcehTengah dan merupakan

pendukung setia Daud Beureueh. Dalam susunan kabinet.

7Neta S Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka,Solusi, Harapan, dan Impian, Jakarta, Grasindo, 2001. Hal 15. 8 Majalah Aceh Kita, Kutipan Wawancara Pangdam Iskandar Muda dan Gubernur Aceh, Banda Aceh, edisi Juli 2005.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

GAM pertama, Ilyas duduk sebagai Menteri Kehakiman, sedangkan Daud Paneuek

sebagai Panglima Angkatan Bersenjata. Keputusan Ilyas mendukung GAM semata-

amata karena kecewa dengan sikap pemerintah yang ternyata hanya memberi janji

omong kosong kepada Aceh. “Ilyas orangnya sangat peka terhadap agama, ketika

Syariat Islam tidak berjalan di Aceh, ia orang yang paling marah”.

Ketika GAM masih dalam bentuk rancangan, sebenarnya Daud Beureueh

sudah diberi tahu masalah itu. Hanya saja, Daud Beureueh tak mungkin lagi angkat

senjata karena di tahun 1976, saat Hasan Tiro datang ke Aceh untuk kedua kalinya,

Daud Beureueh sudah berusia 77 tahun. “Ayahanda tidak perlu berperang biar kami

saja yang melakukan perlawanan. Kami hanya perlu dukungan dari Ayahanda,”

demikian bujuk Hasan Tiro kepada Daud Beureueh seperti ditirukan Baihaqi, Sebagai

asisten pribadi Abu Beureueh9. “Jadi kalau dikatakan Daud Beureueh mendukung

Hasan Tiro, itu bisa jadi benar,” katanya. Bedanya, di masa DI/TII, Daud Beurueh

mengumumkan perlawanan secara resmi dan terbuka kepada seluruh masyarakat

Aceh, tetapi di masa GAM ia lebih banyak diam.Dukungan Daud Beureueh kepada

GAM pada masa itu diberikan karena Hasan Tiro bertekad mendirikan negara Islam

di Aceh ungkap Zakaria Saman yang juga menteri pertahanan GAM10

Ditambah dengan alasan-alasan sejarah, etnosentris, dan penguasaan ekonomi

oleh Jakarta atas Aceh, membuat Hasan Tiro punya banyak alasan menyambung

perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan Aceh. Ia mengimajinasikan sebuah

Negara atau kerajaan sambungan (succesor state). Untuk itu Aceh harus mandiri dari

Indonesia.

Daud Beureueh legenda Aceh itu akhirnya meninggal dunia pada 10 Juni

1987. Jasadnya dimakamkan di bawah pohon mangga di pekarangan Masjid Baitul

A’la lil Mujahidin di Beureunen. Seluruh. Sejak itu, tragedi demi tragedi

9 Majalah Aceh Kita, Kutipan Wawancara Prof. Baihaqi asisten Daud Beureueh, Banda Aceh, edisi

Juli 2005. 10 Majalah Aceh Kita, Dari Daud Beureueh ke Hasan Tiro, Banda Aceh, edisi khusus 60 tahun ikut Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

berkali-kali singgah di bumi Serambi Mekkah. Tahun 1989 Tanah Rencong

bersimbah darah dengan digelarnya Operasi Jaring Merah atau pemberlakuan Daerah

Operasi Militer (DOM). Setelah meninggalnya Daud Beureueh, Hasan Tiro pun

menjadi simbol perlawanan baru untuk pemerintahan Republik Indonesia, lengkap

dengan segalakontroversinya.

Berbagai upaya perundingan dan penyelesaian yang dilakukan oleh

pemerintah Republik Indonesia terhadap Gerakan Aceh Merdeka gagal mewujudkan

perdamaian yang permanen di tanah rencong. Dari Jeda Kemanusiaan I dan II tahun

2000-2001 diera presiden Abdurrahman Wahid hingga perjanjian penghentian

permusuhan (COHA) tahun 2002-2003 di masa Presiden Megawati Soekarno Putri.

Gagalnya perundingan tanggal 9 Desember 2002 di Swedia mendasari

diberlakukannya status darurat militer dan operasi terpadu di Aceh berdasarkan

Keppres No. 28 tahun 200311.

Pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi bencana gempa dan tsunami

menghancurkan sebahagian bumi Aceh, Dimana tercatat ratusan ribu orang

meninggal dunia dan puluhan ribu dinyatakan hilang. Hasan Tiro yang saat

itumenonton tayangan televisi di Norsborg, Swedia, menitikkan air mata. Aceh yang

ingin dia rebut sedang luluh lantak terjerembab ke titik nadir peradaban, perlu kondisi

damai untuk membangun kembali Aceh dari keterpurukan. Dr.Zaini Abdullah dan

Malik Mahmud menyahuti tawaran RI untuk berdamai.

Terwujudnya penandatanganan kesepakatan damai antara pemerintah

Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka Pada tanggal 15 Agustus 2005 di

Helsinki Finlandia memberikan harapan baru bagi seluruh masyarakat Aceh akan

kehidupan yang lebih baik dan indah. Pasca perdamaian MOU Helsinki tanggal 15

Agustus 2005, Para mantan pasukan Gerakan Aceh Merdeka memiliki wadah yaitu

Komite Peralihan Aceh (KPA) . Komite Peralihan Aceh

dibentuk oleh kedua belah pihak yang berdamai yaitu Pemerintah Republik

11 Balidbang Dephan, Kajian Penanggulangan Disintegrasi Bangsa ; Kasus Aceh, Dephan,

Jakartatahun 2003dan 2004.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Komite Peralihan Aceh di bentuk untuk

menjamin kebutuhan kesejahteraan hidup para mantan pasukan Gerakan Aceh

merdeka pasca MOU Helsinki.

Pemerintahan pusat yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak Dr.H.Susilo

Bambang Yudhoyono dan H. Jusuf Kalla mengabulkan butir MOU Helshinki tersebut

dengan hak istimewa dalam bentuk hak politik masyarakat Aceh yaitu berdirinya

partai politik lokal khusus di Aceh yang kiprah partai politik lokal tersebut hanya

mencakup wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sesuai dengan UU No.11

tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA) yang berbunyi partai politik lokal

adalah suatu organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok penduduk Aceh secara

suka rela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan

kepentingan anggota, masyarakat, daerah, bangsa dan Negara, melalui pemilihan

umum dan pemilihan kepala daerah12.

Implementasi dari kebijakan tersebut dapat di lihat pada Pemilihan kepala

daerah Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Aceh yang dilakukan pasca

penandatanganan MOU Helsinki tahun 2006 antusiasme masyarakat Aceh dalam

berpolitik dengan sangat baik tanpa adanya kasus-kasus kriminalitas, intimidasi dan

gangguaan keamanan lainnya yang dapat mengganggu stabilitas keamanan Provinsi

Aceh. Pemilihan Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Aceh tahun

2006 diikuti oleh delapan pasangan calon yaitu :

1. Ir. H. Iskandar Hoesin, MH dan Drs. H. M. Saleh Manaf (PBB)

2. Letjen TNI (Purn) H. Tamlicha Ali dan Drs. Tgk. Harmen

Nuriqmar (PBR, PPNUI, dan PKB)

3. Drs. H. A. Malik Raden, MM dan H. Sayed Fuad Zakaria, SE (Partai

Golkar, PDIP, dan PKPI)

4. DR. Ir. H. A. Humam Hamid, MA dan Drs. H. Hasbi Abdullah, M.Si.

12 UU No.11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

5. H. M. Djali Yusuf dan Drs. H. R. A. Syauqas Rahmatillah, MA (Calon

Independen)

6. drh. Irwandi Yusuf, M.Sc dan Muhammad Nazar, S.Ag. (Calon Independen)

7. Ir. H. Azwar Abubakar, MM dan M. Nasir Djamil, S.Ag. (PAN dan PKS)

8. Drs. Ghazali Abbas Adan dan H. Salahuddin Alfata (Calon Independen)

Pemilihan kepala daerah Aceh tahun 2006 dimenangkan oleh nomor urut 6

drh. Irwandi Yusuf, M.Sc dan Muhammad Nazar S.Ag (calon Independen) dengan

suara sebanyak 768.745 (38,20%) dari total keseluruhan surat suara yang terpakai

sebanyak 2.012.37013. Mereka berdua yang akan memimpin rakyat Aceh selama 5

tahun kedepan dari tahun 2006 sampai 2011. Irwandi Yusuf merupakan elit Gerakan

Aceh Merdeka yang bertugas di Aceh sebagai Staf Khusus Komando Pusat Tentara

GAM dari tahun 1998 hingga 2001dan tim penerjemah MOU Helsinki, sedangkan

Muhammad Nazar beliau merupakan Aktifis muda pendukung kemerdekaan Aceh,

penggerak Sentral Informasi Referendum Aceh

(SIRA) dan keduanya pernah dipenjara oleh Pemerintah Indonesia.

Keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 pada 16 Maret 2007

mempercepat proses berdirinya Partai Lokal di Aceh14. Setelah berbagai tahapan

Verifikasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh,

makaberdasarkan surat keputusan KIP Nomor: 04/SK/KIP/2008 tanggal 7 Juli 2008

tentang penetapan Partai Politik Lokal yang lulus verifikasi faktual dari 12 partai

lokal yang mendaftar hanya 6 partai lokal yang lolos Verifikasi yaitu Partai Aceh

Aman Seujahtera (PAAS), Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA), Partai

Bersatu Atjeh (PBA), Partai Daulat Aceh (PDA), Partai Aceh (PA)Partai Rakyat

Aceh (PRA) berhak mengikuti pemilihan legislatif tahun 200915.

13 Pengumuman KIP Aceh tanggal 29 Desember 2006. 14 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007. 15Surat Keputusan KIP Aceh Nomor: 04/SK/KIP/2008

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

Partai Aceh adalah satu-satunya partai yang menjadi wadah politik bagi

seluruh mantan Gerakan Aceh Merdeka. Struktur kepengurusannya juga sama dengan

struktur Komite Peralihan Aceh. Partai ini berdiri pada tanggal 4 Juni tahun 2007 di

Banda Aceh. Pada Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Aceh

Tahun 2012 yang kedua dilakukan pasca MOU Helsinki, adanya suatu dinamika yang

sangat kuat dikalangan elit Gerakan Aceh Merdeka dalam penentuan calon Gubernur

dan Wakil Gubernur yaitu adanya dua nama kandidat yang muncul yaitu drh. Irwandi

Yusuf (incumbent) dan Dr. Zaini Abdullah.

Dampak dari dinamika elit Gerakan Aceh Merdeka terjadinya beberapa kasus

konflik regulasi dan kriminalitasterjadi kasus penembakan Cage mantan GAM di

bireuen, penembakan tukang suku jawa di Lhoksemawe, penembakan kader Partai

Aceh, penggranatan dan pembakaran. Sehingga stabilitas keamanan Aceh terganggu.

Banyak opini-opini yang berkembang dimasyarakat apa yang terjadi dikalangan elit

Gerakan AcehMerdeka. Sehingga membuat ketertarikan saya mencari tahu hal-hal

apa yang terjadi di lingkaran elit Gerakan Aceh Merdeka dengan judul

Skripsi“Konflik Elit Gerakan Aceh Merdeka”Dalam Penentuan Calon Gubernur

Dari Partai Aceh Tahun 2012.

1.2 Perumusan masalah

Perumusan masalah dalam penelitian saya ini adalah “Mengapa terjadi

konflik dikalangan elit Gerakan Aceh Merdeka dalam penentuancalon

Gubernur dari Partai Aceh tahun 2011”?

1.3 Pembatasan masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam

batasan Penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna.untuk

mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah penelitian

dan faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitiantersebut.

Maka untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

tujuan menghasilkan uraian yang sistematis diperlukan adanya batasan

masalah, Adapun batasan masalah yang akan ditulis oleh peneliti yaitu:

Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan pergesekan diantara elit Gerakan

Aceh Merdeka pada saat proses penentuan calon Gubernur dari Partai Aceh

Tahun 2011.

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bagaimana proses yang terjadi dikalangan elit GAM dalam

penentuan calon gubernur dari Partai Aceh Tahun 2012.

2. Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan pergesekan dikalangan Elit

GAM Pada penentuan calon Gubernur dari Partai Aceh tahun 2012.

1.5 Signifikasi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya

pengembangan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan studi program sarjana stara satu (S1)

Departemen ilmu politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Secara teoritis, Penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang

diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai

permasalahan konflik elit.

3. Hasil penelitian ini diharapkan juga diharapkan dapat memberikan

kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam ilmu politik, serta menjadi

referensi/kepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fisip USU.

1.6 Kerangka Teori

Salah satu unsur penting dalam sebuah penelitian adalah penyusunan

kerangka teori, karena teori berfungsi sebagai landasan berfikir untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

menggambarkan dari mana peneliti melihat objek yang di teliti sehingga

penelitian dapat lebih sistematis. Teori adalah rangkaian asumsi, konsep,

kontruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial

secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep16.

1.6.1. Teori Konflik

1.6.1.1 James C. Scott

James Scott mengemukakan teori patron-klien, dimana ”Sekelompok informal

figure yang berkuasa (patron) dan memiliki posisi memberikan rasa aman, pengaruh.

sebagai imbalannya klien akan memberikan bantuan pribadi kepada patronya dalam

kondisi apa pun, baik patronya dalam keadaan benar ataupun menyimpang

bahkansalah17.

Teori konflik Patron Klien yang dikemukakan oleh Scott didasarkan atas

konflik kelompok. Yang dijadikan basis teori konflik ialah kelompok yang

didasarkan atas hubungan Patron Klien. James C. Scott yang merumuskan teori

tersebut ingin menunjukkan bahwa konflik akan dapat lebih dipahami bila diketahui

kelompok patron klien mereka yang terlibat konflik. Patron ialah orang yang

mempunyai kekuasaan terhadap para klien karena ia mempunyai kelebihan

16 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES, 1989. hal. 37. 17Layn, Safrusdin Bustam. 2008. Dimanika Ikatan Patron Klien (Suatu Tinjauan Sosiologis), dalam

Jurnal Populis Vol 3 no 1. September 2008.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

dalam hal kemampuan dibandingkan dengan para kliennya. Kemampuan tersebut

adalah pengaruh dan sumber-sumber kebutuhan hidup. Dengan hal ini lah seorang

patron mendapatkan kekuasaan, karena para kliennya pasti akan membalas atas

semua pemberian patron dengan memberikan dukungan dan pelayanan terhadap

patron.

Didalam zaman modern, sumber kekuasaan patron telah bergeser ke bidang

pemerintahan dan politik. Hal tersebut dapat dijalankan oleh para patron dengan

memberikan posisi-posisi tertentu bagi para klien, yang nantinya para klien tadi akan

memberikan dukungan politik. Karena kelompok patron-klien merupakan kelompok

kecil, hubungan antara anggota kelompok bersifat tatap muka. Hubungan yang erat

dimana setiap orang mengenal anggota-anggota yang lain dengan baik. Hubungan

yang erat memainkan peran penting dalam menimbulkan solidaritas antara anggota.

Karena sudah kenal erat, timbul semacam solidaritas yang didasarkan atas sentimen

atau emosi. Solidaritas seperti ini mempunyai dasar yang lebih jelas dan kuat

dibandingkan dengan solidaritas yang lain, yakni hubungan sosial18.

Biasanya hubungan antara patron-klien ini diikuti dengan hubungan yang erat

antara anggota-anggota keluarga masing-masing (anak-istri) yang memperkuat

hubungan social antar anggota kelompok.Biasanya hubungan antara patron klien ini

diikuti dengan hubungan yang erat antara anggota-anggota keluarga masing-masing

(anak-istri) yang memperkuat hubungan social antar anggota kelompok.Kelompok

patron-klien adalah kelompok yang sangat informal. Tidak ada ketentuan-ketentuan

tertulis yang mendasari pembagian kekuasaan dalam kelompok. Juga tidak ada

peraturan-peraturan kelompok yang mengatur hubungan antara anggota kelompok.

Kelompok berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

patron.

18Maswadi Rauf, KONSENSUS dan Konflik POLITIK, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Hal. 78-80.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

Kelompok seperti ini juga tidak memerlukan pengesahan secara hukum dan

berjalan dengan sendirinya. Sebenarnya kelompok patron-klien bersifat abstrak, tidak

berbentuk.Yang menyadari adanya kelompok patron-klien ialah patron-

klien.Indikator keberadaannya hanya adanya hubungan yang erat, fasilitas, dan

dukungan yang diberikan klien.

1.6.1.2 Lewis A. Coser

Pertikaian sebagai gejala yang tidak mungkin dihindari dalam masyarakat.

Struktur sosial dilihat sebagai gejala yang mencakup berbagai proses asosiatif dan

disosiatif yang tidak mungkin terpisahkan, namun dapat dibedakan dalam analisa dan

konflik tunduk pada perubahan19. Coser mengembangkan proposisi dan memperluas

konsep tersebut dalam menggambarkan kondisi-kondisi dimana konflik secara positif

membantu struktur sosial dan bila terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka

masyarakat.Ikatan kelompok dan pemeliharaan fungsi-fungsi konflik sosialdapat

merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan

pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas

antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat

kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia

sosial di sekelilingnya.Seluruhfungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam

ilustrasi suatu kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.

Coser benar-benar concern pada satu tema konflik, baik konflik tingkat

eksternal maupun internal. Ia mampu mengurai konflik dari sisi luar maupun sisi

dalam. Jika dihubungkan dengan pendekatan fungsionalisme, nampak ada upaya

Coser untuk mengintegrasikan fungsionalisme dengan konflik.Coser memilih untuk

menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif

19 Coser A Lewis, The Fungtions of Sosial Conflict, New York, USA, The Free Press, 1956, hal 10.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

yaitu membentuk serta mempertahankan struktur suatu kelompok tertentu. Seluruh

fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang

sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.

Katup penyelamat atau safety valve ialah salah satu mekanisme khusus yang

dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial.

“katup penyelamat” membiarkan luapan permusuhan tersalur tanpa menghancurkan

seluruh struktur, konflik membantu “membersihkan suasana” dalam kelompok yang

sedang kacau.Coser melihat katup penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang

meredakan permusuhan, yang tanpa itu hubungan- hubungan di antara pihak-pihak

yang bertentangan akan semakin menajam. Katup Penyelamat ialah salah satu

mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari

kemungkinan konflik sosial. Katup penyelamat merupakan sebuah lembaga

pengungkapan rasa tidak puas atas sebuah sistem atau struktur. Sebagaimana yang

dinyatakan oleh Coser lewat katup penyelamat itu, permusuhan dihambat agar tidak

berpaling melawan obyek aslinya. Dalam membahas berbagai situasi konflik ia

membedakan konflik menjadi 2 macam :

1. Konflik Realistis yaitu berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus

yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para

partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan.

2. Konflik Non- Realistis yaitu konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan

saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling

tidak dari salah satu pihak.

Akan tetapi apabila konflik berkembang dalam hubungan- hubungan yang

intim, maka pemisahan (antara konflik realistis dan non-realistis) akan lebih sulit

untuk dipertahankan. Coser menyatakan bahwa, semakin dekat suatu hubungan

semakin besar rasa kasih sayang yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga

kecenderungan untuk menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan.

hubungan primer dimana keterlibatan total para partisipan membuat pengungkapan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut. Isu

fungsionalitas konflik Coser mengutip hasil pengamatan Simmel yang meredakan

ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok. Peningkatan konflik kelompok dapat

dihubungkan dengan peningkatan interaksi dengan masyarakat secara keseluruhan.

Bila konflik dalam kelompok tidak ada, berarti menunjukkan lemahnya integrasi

kelompok tersebut dengan masyarakat.

Dalam struktur besar atau kecil konflik in-group merupakan indikator adanya

suatu hubungan yang sehat. Coser sangat menentang para ahli sosiologi yang selalu

melihat konflik hanya dalam pandangan negatif saja. Perbedaan merupakan peristiwa

normal yang sebenarnya dapat memperkuat struktur sosial. Coser menolak pandangan

bahwa ketiadaan konflik sebagai indikator dari kekuatan dan kestabilan suatu

hubungan.

Coser menunjukkan bahwa konflik dengan kelompok-luar akan membantu

pemantapan batas-batas struktural. Sebaliknya konflik dengan kelompok luar juga

dapat mempertinggi integrasi di dalam kelompok. Coser berpendapat bahwa “tingkat

konsensus kelompok sebelum konflik terjadi” merupakan hubungan timbal balik

paling penting dalam konteks apakah konflik dapat mempertinggi kohesi kelompok.

Konflik dengan kelompok-kelompok lain bisa saja mempunyai dasar yang realistis,

tetapi konflik ini sering (sebagaimana yang telah kita lihat dengan berbagai hubungan

emosional yang intim) berdasar atas isu yang non-realistis.Coser mengatakan musuh-

musuh baru mungkin mencoba untuk lebih memperkuat perkembangan dan

peningkaan kohesi kelompok-kelompok yang tak hanya mencapai identitas struktural

lewat oposisi dengan berbagai kelompok luar tetapi dalam perjuangannya juga

mengalami peningkatan integrasi dan kohesi.

Jelaslah bagi Coser maupun kaum fungsionalisme struktural bahwa struktur

sosial ada di dalam dirinya sendiri dan bergerak sebagai kendala. Coser

mengungkapkan “sosiologi konflik harus mencari nilai-nilai serta kepentingan-

kepentingan yang tertanam secara struktural sehingga membuat manusia saling

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

terlibat dalam konflik. Orientasi fungsionalisme ialah deskripsi mengenai bagaimana

struktur-struktur sosial itu dapat merupakan produk konflik dan bagaimana mereka

dipertahankan oleh konflik20.

1.6.2 Teori Elite

1.6.2.1 Suzzane Keller

Elite menurut Suzzana Keller, berasal dari kata elligere, yang berarti memilih,

dalamperkataan biasa kata itu berarti bagian yang menjadi pilihan atau bunga suatu

bangsa, budaya,kelompok usia dan juga orang-orang yang menduduki posisi sosial

yang tinggi. Dalam arti umum elite menunjuk pada sekelompok orang dalam

masyarakat yang menempati kedudukan-kedudukan tertinggi.Dengan kata lain, elite

adalah kelompok warga masyarakat yang memiliki kelebihan daripada warga

masyarakat lainnya sehingga menempati kekuasaan sosial di atas warga masyarakat

lainnya21.

Perbedaan yang tidak mungkin terelakkan di antara anggota masyarakatyang

satu dengan yang lainnya dapat dinyatakan sebagai titik awal bagi munculnya

kelompok-kelompok yang mempunyai keunggulan.Anggota masyarakat yang

mempunyai keunggulan tersebut pada gilirannya akan tergabung

dalam suatu kelompok yang dikenal dengan sebutan kelompok elit.

Keunggulan yang melekat pada dirinya akan menggiring mereka tergabung dalam

kelompok elite yang mempunyai perbedaan dengan anggota masyarakat kebanyakan

lainnya yang tidak memiliki keunggulan. Sebutan elite atau terminologi elite,

sebagaimana diungkapkan olehVilfredo Pareto, Gaetano Mosca, Suzanne Keller dan

pemikir yang tergolong dalam elite theorits, memang

20Coser A Lewis, The Fungtions of Sosial Conflict, New York, USA, The Free Press, 1956,hal56 21 Suzanne Keller, Penguasa dan Kelompok Elite, Peranan Elite Penentu dalam Masyarakat Modern, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1995, hal. 35

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

menunjukkan pada kelompok atau golongan yang ada di suatu masyarakat. yang

memiliki keunggulan atau superioritas apabila dibandingkan dengan kelompok atau

golongan lainnya.

1.6.2.2 Vilfredo pareto

Pareto percaya bahwa setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil

orang yang mempunyai kualitas-kualitas yang diperlukan bagi kehadiran mereka pada

kekuasaan sosial dan politik yang penuh. Mereka yang bisa menjangkau pusat

kekuasaan adalah selalu merupakan yang, terbaik. Merekalah yang dikenal sebagai

elit22. Elit merupakan orang-orang yang berhasil, yang mampu menduduki jabatan

tinggi dan dalam lapisan masyarakat. Mereka terdiri dari para pengacara, mekanik,

bajingan atau para gundik. Pareto juga percaya bahwa elit yang ada pada pekerjaan

dan lapisan masyarakat yang berbeda itu umumnya datang dari kelas yang sama;

yaitu orang-orang yang kaya, pandai, dan mempunyai kelebihan dalam matematika,

bidang musik, karakter moral dan sebagainya. Karena itu menurut Pareto, masyarakat

terdiri dari 2 kelas:

1. Lapisan atas, yaitu elit, yang terbagi ke dalam elit yang memerintah (governing

elite) dan elit yang tidak memerintah (non-governing elite).

2. Lapisan yang lebih rendah, yaitu non-elit. Pareto sendiri lebih memusatkan perhatiannya pada elit yang memerintah,

yang menurut dia, berkuasa karena bisa menggabungkan kekuasaan dan kelicikan,

yang dilihatnya sebagai hal yang sangat penting.Dalam setiap masyarakat ada

gerakan yang tak dapat. ditahan dari individu-individu dan elit-elit kelas atas hingga

kelas bawah, dan dari tingkat bawah ke tingkat atas yang melahirkan, suatu

peningkatan yang luar biasa pada unsur-unsur yang melorotkan kelas-kelas yang

memegang kekuasaan, yang pada pihak lain justru malah meningkatkan unsur-unsur

kualitas superior pada kelompok-kelompok yang lain.

22Zainuddin Maliki, Sosiologi politik Makna Kekuasaan dan Transformasi Politik, Yogyakarta, tahun

2010 Penerbit GMUP. hal 7

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

Hal tersebut menyebabkan semakin tersisihnya kelompok-kelompok elit yang ada

dalam masyarakat. Akibatnya keseimbangan masyarakat pun menjadi terganggu.

Kiranya inilah yang menjadi perhatian utama Pareto.

Pada bagian lain ia juga mengemukakan tentang berbagai jenis pergantian

antara elit, yaitu pergantian:

1. Antara kelompok-kelompok elit yang memerintah itu sendiri.

2. Antara elit dengan penduduk lainnya.

Pergantian yang terakhir itu bisa berupa pemasukan individu-individu dari lapisan

yang berbeda ke dalam kelompok elit yang sudah ada dan individu-individu dari

lapisan bawah yang membentuk kelompok elit baru dan masuk ke dalam suatu kearah

perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada.

Tetapi apa sebenarnya yang menyebabkan runtuhnya elit yang memerintah,

yang merusak keseimbangan sosial, dan mendorong pergantian elit.Pareto

memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam sifat psikologis berbagai

kelompok elit yang berbeda. Dalam hubungan inilah Pareto mengembangkan konsep

"residu". Konsep tersebut didasarkan pada perbedaan yang digambarkannya terjadi di

antara tindakan yang "logis" dan "non-Iogis" (lebih daripada "rasional" dan "non-

rasional") dari individu-individu dalam kehidupan sosialnya. Tindakan yang logis

adalah tindakan-tindakan yang diarahkan pada tujuan-tujuan yang dapat diusahakan

serta mengandung maksud pemilikan yang pada akhirnya dapat dijangkau. Tindakan

non-Iogis adalah tindakan-tindakan yang tidak diarahkan pada suatu tujuan, atau

diarahkan pada usaha-usaha yang tidak dapat dilakukan, atau didukung oleh alat-alat

yang tidak memadai guna melaksanakan usaha tersebut.

Konsep Residu sebenarnya adalah kualitas-kualitas yang dapat meningkatkan

taraf hidup seseorang, dan sementara dia menyusun suatu daftar "residu" dia

mengikatkan kepentingan utamanya pada residu "Kombinasi" dan residu "Keuletan

bersama" dengan bantuan elit yang memerintah yang berusaha melestarikan

kekuasaannya. Residu "kombinasi" dapat diartikan sebagai kelicikan dan residu

"keuletan bersama" berarti kekerasan, menurut pengertian yang sederhana. Pareto

juga telah menggambarkan ke dua elit tersebut sebagai para "spekulator" dan para

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

"rentenir". Terdapat dua tipe elit yaitu mereka yang memerintah dengan kelicikan dan

yang memerintah dengan cara paksa. Dalam usahanya untuk mengabsahkan ataupun

merasionalkan penggunaan kekuasaan mereka, elit-elit ini melakukan "penyerapan"

atau menggunakan isu-isu yang mereka ciptakan untuk mengelabui massa23.

1.6.3. Teori Kekuasaan

1.6.3.1 Niccolo Machiavelli

Machiavelli melihat kekuasaan sebagai tujuan. Asumsi bahwa kekuasaan alat

atau instrumen untuk mempertahankan nilai moralitas, etika, dan agama. Segala

kebajikan, agama, moralitas justru harus dijadikan alat untuk memperoleh kekuasaan.

Jadi kekuasaan haruslah diperoleh, digunakan, dan dipertahankan demi kekuasaan itu

sendiri24. Untuk mendapatkan kekuasaan dan mempertahankannya, seseorang yang

bijak hendaknya mengikuti jalur yang dikedepankan berdasarkan kebutuhan,

kejayaan, dan kebaikan Negara. Penguasa yang bijak hendaknya memiliki hal-hal

sebagai berikut:

1. Sebuah kemampuan untuk menjadi baik sekaligus buruk, baik dicintai

maupun di benci.

2. Memiliki Watak seperti ketegasaan, kekejaman,kemandirian, disiplin, dan

control diri.

3. Sebuah reputasi menyangkut kemurahan hati, pengampunan, dapat dipercaya dan tulus

Seseorang harus berani untuk melakukan apapun yang diperlukan “Menghalalkan

23 Zainuddin Maliki, Sosiologi Politik Makna Kekuasaan dan Transformasi Politik, Yogyakarta, tahun

2010 Penerbit GMUP. hal 14. 24 Machiavelli, Niccolo. THE PRINCE Sang Penguasa diterjemahkan Natalia Trijaji. Surabaya, Selasar Surabaya Publishing, 2008, hal 35.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

segala hal untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan”. Betapa pun tampak

tercela, karena rakyat pada akhirnya hanya peduli dengan hasil yaitu kebaikan

Negara.

Untuk mencapai sukses, seorang penguasa harus dikelilingi dengan menteri-

menteri yang mampu dan setia, Machiavelli memperingatkan penguasa agar

menjauhkan diri dari penjilat dan minta pendapat apa yang layak dilakukan. Seorang

penguasa yang cermat tidak harus memegang kepercayaannya jika pekerjaan itu

berlawanan dengan kepentingannya.Sebagai hasil wajar dari pandangan itu,

Machiavelli menasihatkan sang penguasa supaya senantiasa waspada terhadap janji-

janji orang lain.

Dalam kaitannya dengan kekuasaan seorang penguasa, Machiavelli membahas

perebutan kekuasaan (kerajaan). Bila seorang penguasa berhasil merebut suatu

kerajaan maka ada cara memerintah dan mempertahankan negara yang baru saja

direbut itu yaitu “Memusnahkan seluruh orang-orang penguasa yang lama, tidak

boleh ada yang tersisa dari penguasa lama sebab hal itu akan menimbulkan benih-

benih ancaman terhadap penguasa baru suatu saat kelak25”.

Cara itu menurut Machiavelli adalah cara yang paling efektif meski

bertentangan dengan aturan moralitas.Machiavelli juga menguraikan bahwamereka

yang menjadi penguasa lewat cara-cara keji, kejam, dan jahat tidaklah dapat disebut

memperoleh kekuasaan berdasarkan kebajikan (virtue) dan nasib baik (fortune).

Tetapi kata Machiavelli penguasa itu tidak akan dihormati dan dipuja sebagai

pahlawan. Apalagi setelah berkuasa ia menjadikan kekerasan, kekejaman, dan

perbuatan keji sebagai bagian dari kehidupan politik. Ia menyimpulkan cara itu hanya

akan menjadikan sang penguasa berkuasa tetapi tidak menjadikannya terhormat

seperti pahlawan atau orang besar.

25 Niccolo Machiavelli.THE PRINCE Sang Penguasa diterjemahkan Natalia Trijaji. Surabaya, Selasar

Surabaya Publishing, 2008, hal 35.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

Machiavelli menyarankan seorang penguasa boleh melakukan kekejaman dan

menggunakan “cara binatang” hendaknya dilakukan tidak terlalu sering. Setelah

melakukan tindakan itu, ia harus bisa mencari simpati dan dukungan rakyatnya dan

selalu berjuang demi kebahagiaan mereka. Dia juga harus berusaha agar selalu

membuat rakyat tergantung kepadanya. Kearifan dan kasih sayang terhadap rakyat

akan bisa meredam kemungkinan timbulnya pembangkangan. Penguasa yang dicintai

rakyatnya tidak perlu takut terhadap pembangkangan sosial. Inilah menurut

Machiavelli usaha yang paling penting yang harus dilakukan seorang penguasa.

1.6.3.2 Teori French dan Raven

Kekuasaan (power) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau

kelompok untuk mempengaruhi individu lain atau kelompok lain. Kekuasaan yang

dimiliki seseorang akan menempatkan orang tersebut dalam suatu kedudukan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain yang dipengaruhinya26. Pada umumnya

kekuasaan akan menciptakan suatu hubungan yang vertical dalam suatu organisasi.

Kekuasaan juga akan menentukan siapa yang pantas dan seharusnya mengambil

keputusan dalam suatu organisasi.

Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven ini menyatakan bahwa

kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan

kata lain, orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu

kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok

atau organisasi itu sendiri27. sumber kekuasaan itu sendiri atas tiga macam, yaitu :

Kekuasaan, Kepribadian dan Politik.

26 John R. Schemerhorn, James G. Hunt, and Richard N. Osborn, Basic Organizational Behavior, 2nd

edition, 1998, hal 195. 27 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, 2008, hal 20.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

Kekuasaan

1. Kekuasaan formal atau legal termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara,

kepala dinas, presiden atau perdana menteri, dan sebagainya yang nendapat

kekuasaannya karena ditunjuk dan diperkuat dengan peraturan perundangan yang

resmi.

2. Kendali atas sumber dan ganjaran majikan yang menggaji karyawannya, pemilik

sawah yang mengupah buruhnya, kepala suku atau kepala kantor yangdapat memberi

ganjaran kepada anggota atau bawahannya.

3. Kendali Ganjaran biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran

biasanya juga terkait dengan kendali atas hukuman. Walaupun demikian, ada

kepemimpinan yang sumbernya hanya kendali atas hukuman saja. Kepemimpinan

jenis ini adalah kepemimpinan yang berdasarkan atas rasa takut.

4. Kendali Informasi adalah ganjaran positif juga bagi yang memerlukannya. Oleh

karena itu, siapa yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin.

5. Kendali Ekologik Sumber kekuasaan ini juga dinamakan perekayasaan situasi

(situational engineering).

Politik

1. Kendali atas proses pembuatan keputusan dalam organisasi yang dipimpinnya.

2. Koalisi Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas

hak atau kewenangan untuk membuat kerja sama dengan kelompok lain.

3. Partisipasi Pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh

berpartisipasi, dalam bentuk apa tiap anggota itu berpartisipasi, dan sebagainya.

4. Institusionalisasi maksudnya menentukan terbentuknya suatu wadah atau tempat

bernaung yang baru.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan meteodologis yaitu deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah salah satu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah

berdasarkan fakta dan data yang ada. Penelitian ini memberikan gambaran yang

sistematis mengenai suatu gejala atau fenomena28.

1.7.1 Jenis Penelitian

Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi

penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa

“meteodologi kualitatif”sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulisatau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat

diamati29.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan

data sekunder.

Data primer

a. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan melakukan dialog langsung

dengan responden yangberhubungan dengan objek penelitian guna untuk

melengkapi data yang kurang jelas. Adapun pihak-pihak yang akan

diwawancarai adalah para elit Gerakan Aceh Merdeka, diantaranya :

1. IRWANSYAH

Mantan Sekretaris GAM Wilayah Aceh Raya.

Ketua Umum Partai Nasionalis Aceh.

28 Bambang Prasetyo dkk, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005, hal. 42. 29 Mohammad Natsir, Metode Penelitian, Jakarta : PT. Ghalia Indonesia, 1983, hal. 105.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

2. ADNAN BEURANSYAH

Ketua Komisi I DPRA periode 2009-2014

Juru Bicara Partai Aceh.

3. SAYED MUSTAFA USAB AL IDROS

Mantan Koordinator GAM Wilayah Barat-Selatan.

Anggota DPR RI Komisi I periode 2009-2014.

4. MUHARRAM IDRIS

Mantan Panglima Wilayah Aceh Raya

Dewan Penasehat Partai Nasionalis Aceh

5. ILHAM SAPUTRA

Mantan Wakil Ketua KIP Aceh.

b. Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara turun kelapangan melihat

fenomena-fenomena dan fakta-fakta yang ada menyangkut tentang penelitian.

Data Sekunder

Penelitian kepustakaan melalui mengumpulkan dokumen dari sumber yang

telah ada seperti buku, majalah, koran, laporan, jurnal yang berkaitan dengan

penelitian ini.

1.7.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.

1.7.4 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kualitatif, yaitumelakukan

analisa data dengan cara pengumpulan data, analisis data dan penyimpulan data atas

masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yangjelas tentang objek yang diteliti

tanpa menggunakan alat bantu rumus statistik.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1953, Aceh ...

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaranyang jelas skripsi ini terdiri dari 4 bab,

yakni :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai Latar Belakang Masalah,

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori,

Meteodologi Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

BABII :PROSES DAN DINAMIKA ELIT GAM DALAM PENENTUAN

CALON GUBERNUR ACEH DARI PARTAI ACEH TAHUN

2012.

Dalam Bab iniakan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek

penelitian yaitu bagaimana peran masing-masing para elit GAM dalam

terjadinya proses penentuan calon gubernur dari Partai Aceh tahun

2012.

BAB III : ANALISIS DATA

Bab iniakan berisikan data dan fakta yang diperoleh dari buku-buku,

majalah, Koran, dan juga hasil wawancara langsung dari beberapa elit

Gam yang menjadi sebagai pelaku dalam proses tersebut yang

nantinya semua data dan fakta tersebut akan dianalisis berdasarkan

teori.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikesimpulan yang diperoleh

dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta berisi

kemungkinan adanya saran-saran yang peneliti peroleh setelah

melakukan penelitian.

Universitas Sumatera Utara