BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal...

24
Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 3 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa. Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia. Perkembangan Islam di Indonesia terutama di Jawa tidak dapat dilepaskan dari peranan para wali yang tergabung dalam organisasi walisongo, dimana pembentukan lembaga walisongo ternyata pertama kali dilakukan oleh sultan Turki Muhammad I, yang memerintah pada tahun 1394-1421. Pada waktu sultan Muhamamd I menerima laporan dari para saudagar Gujarat (India) bahwa di pulau Jawa jumlah pemeluk Agama Islam masih sangat sedikit. Sultan muhamamd I kemudian mengirim sebuah tim yang anggotanya dipilih orang-orang yang memiliki kemampuan di berbagai bidang, tidak hanya bidang ilmu agama saja. Untuk membentuk tim, sultan Muhamamd I mengirim surat kepada para pembesar di Afrika Utara dan Timur Tengah, yang isinya minta dikirim beberapa ulama yang mempunyai ‘karomah”.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno

merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi

yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan

penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal

dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual

kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan

Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing

seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa

dan Gresik di Jawa.

Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari

Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang

dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam.

Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan

kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara

intensif ke seluruh wilayah Indonesia.

Perkembangan Islam di Indonesia terutama di Jawa tidak dapat

dilepaskan dari peranan para wali yang tergabung dalam organisasi

walisongo, dimana pembentukan lembaga walisongo ternyata pertama kali

dilakukan oleh sultan Turki Muhammad I, yang memerintah pada tahun

1394-1421. Pada waktu sultan Muhamamd I menerima laporan dari para

saudagar Gujarat (India) bahwa di pulau Jawa jumlah pemeluk Agama Islam

masih sangat sedikit.

Sultan muhamamd I kemudian mengirim sebuah tim yang

anggotanya dipilih orang-orang yang memiliki kemampuan di berbagai

bidang, tidak hanya bidang ilmu agama saja. Untuk membentuk tim, sultan

Muhamamd I mengirim surat kepada para pembesar di Afrika Utara dan

Timur Tengah, yang isinya minta dikirim beberapa ulama yang mempunyai

‘karomah”.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 4

Berdasarkan perintah sultan Muhamad I itu lalu dibentuk sebuah tim

yang berintikan 9 orang yang ditugaskan menjadi penyebar Islam di pulau

Jawa, kemudian tim diberangkatkan ke pulau Jawa pada tahun 1404, di

mana tim tersebut diketuai oleh maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki,

seorang ahli agama dan juga ahli irigasi yang dianggap piawai dalam

mengatur Negara.

Begitu tiba di Jawa tim, sembilan ini langsung melakukan pertemuan

untuk menyusun rencana kerja, oleh karena itu pertemuan tahun 1404 yang

dihadiri lengkap anggotanya dianggap sebagai sidang walisongo pertama

kemudian disebut sebagai walisongo angkatan pertama; istilah walisongo

sendiri baru muncul setelah ada beberapa wali pribumi dari kalangan

bangsawan Jawa yang menjadi anggota tim bahkan ada yang menyebutkan

bahwa istilah walisongo muncul pada abad ke-18 atau abad ke-19.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja teori-teori masuknya islam di Indonesia? Jelaskan!

2. Apakah peran Walisongo dalam islamisasi di Indonesia?

3. Bagaimana model islamisasi Walisongo?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui teori-teori masuknya islam di Indonesia

beserta dengan penjelasannya.

2. Untuk mengetahui peranan Walisongo dalam islamisasi di

Indonesia.

3. Untuk mengetahui model islamisasi Walisongo.

D. BATASAN MASALAH

1. Membahas teori-teori masuknya islam di Indonesia beserta

dengan penjelasannya.

2. Membahas peranan Walisongo dalam islamisasi di Indonesia.

3. Membahas model islamisasi Walisongo.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 5

E. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam 2.

2. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai

sejarah perkembangan islam di indonesia.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Beberapa Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung

secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun,

dan sangat beragam. Menurut para sejarawan, teori-teori tentang kedatangan

Islam ke Indonesia dapat dibagi menjadi empat, yakni teori Mekah, teori

Gujarat, teori Persia dan teori Cina.

1. Teori Mekah

Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke

Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung

pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan

teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang

ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya

ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis

Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh

anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke

Indonesia tidak langsung dari Arab.

Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan Hamka adalah

sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal

kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai-nilai ekonomi, melainkan

didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan

Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung

jauh sebelum tarikh masehi.

Dalam hal ini, teori Hamka merupakan sanggahan terhadap Teori

Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-

prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di

Indonesia. Penulis Barat, kata Hamka, melakukan upaya yang sangat

sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang

hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai

sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 7

pandangan Hamka, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari

orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan.

Pandangan Hamka ini hampir sama dengan Teori Sufi yang

diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah

(kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia.

Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk

mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.

2. Teori Gujarat

Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke

Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat

ini terletak di India bagain barat, berdekatan dengan Laut Arab. Tokoh yang

menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana

pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas

Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei

telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke 7

Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel

bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah

memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan

disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje.

Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan

Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka

hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab.

Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa

berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan

Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di

depan namanya.

Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta

(1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-

Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh.

Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 8

wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama

dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya

berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau

setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar

kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei yang

dianut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.

3. Teori Persia

Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke

Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari

teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam

memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya

pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat

Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10

Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein

bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi

tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari

bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi.

Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya

antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-

Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa

setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan

Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan lain

yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada

kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan

Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia

menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyakan muslim di Iran.

4. Teori Cina

Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia

(khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah

berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 9

Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah

berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang.

Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana

agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus

Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960)

di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan,

telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori Cina ini bila dilihat dari

beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan hikayat),

dapat diterima.

Bahkan menurut sejumlah sumber lokal tersebut ditulis bahwa raja

Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan

keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan

(sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat

Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya ditulis

dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek

Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan

“Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di

utara Cina yang berbatasan dengan Rusia.

Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur

Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama

di Pulau Jawa. Pelabuhan penting pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya,

menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan

pedagang Cina.

Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan

kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam

masing-masing teori tersebut. Meminjam istilah Azyumardi Azra,

sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas;

artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak

dalam waktu yang bersamaan.

B. Peranan Walisongo dalam Islamisasi di Indonesia

1. Sunan Gresik

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 10

Ketika pertama kali beliau datang ke Jawa, pada umumnya

masyarakat memeluk agama Hindu/Budha dan berada di bawah

pemerintahan kerajaan Majapahit. Masyarakat menganut struktur sosial

yang berkasta, yaitu kasta sudra, kasta waisya, kasta ksatria, dan kasta

brahmana.

Sebelum menyiarkan agama Islam, beliau mendekati penduduk

setempat untuk mengenal adat istiadatnya terlebih dahulu. Dengan cara itu,

Islam mudah diterima oleh golongan yang menjadi sasaran penyebaran.

Metode dakwah yang beliau terapkan cukup unik dan tepat, yaitu

dengan membuka warung untuk berjualan kebutuhan sehari-hari dengan

harga murah, juga mengadakan pengobatan gratis. Beliau juga membangun

masjid dan pondok pesantren di dusun Pesucian, sekitar 9 km utara Kota

Gresik pada tahun 801 H/1392 M.

Beliau mencoba merangkul masyarakat bawah, yaitu kasta terendah

dalam budaya Hindu. Metode ini ternyata berhasil, terbukti sedikit demi

sedikit masjid yang dibangun beliau ramai dikunjungi warga yang sudah

memeluk agama Islam. Dan Islam pun berkembang di pulau Jawa, bahkan

di daerah-daerah Nusantara.

2. Sunan Ampel

Sunan Ampel adalah penerus cita-cita dan perjuangan Maulana

Malik Ibrahim. Beliau memulai aktivitasnya dengan mendirikan pesantren

di Ampel Denta, Surabaya. Sehingga beliau dikenal dengan Pembina

pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Di pesantren inilah beliau

mendidik para pemuda Islam untuk menjadi tenaga da’i yang akan

disebarkan ke seluruh Jawa.

Sebagai seorang ulama yang giat berdakwah, Sunan Ampel

mempunyai ajaran yang terkenal dngan sebutan “molimo” . “Mo” berarti

tidak mau, sedangkan limo adalah 5 perkara. Jadi, “molimo” adalah tidak

mau melakukan 5 perkara yang terlarang. Kelima ajaran Sunan Ampel itu

adalah:

1. Emoh Main, artinya tidak mau main judi.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 11

2. Emoh Ngombe, artinya tidak mau minum-minuman yang

memabukkan.

3. Emoh Madat, artinya tidak mau mengisap candu atau ganja.

4. Emoh Maling, artinya tidak mau mencuri.

5. Emoh Madon, artinya tidak mau main perempuan yang bukan

isterinya (zina).

Menurut Babad Diponegoro, Sunan Ampel sangat berpengaruh di

kalangan istana Majapahit. Kedekatan beliau tersebut membuat penyebaran

Islam di Daerah kekuasaan Majapahit, khususnya di pantai utara Pulau

Jawa, tidak mendapat hambatan yang berarti, bahkan mendapat izin dari

penguasa kerajaan.

Sunan Ampel tercatat sebagai perancang kerajaan Islam pertama di

Pulau Jawa dengan ibu Kota Bintoro, Demak. Beliaulah yang mengangkat

Raden Fatah sebagai sultan pertama Demak, yang dipandang punya jasa

paling besar dalam meletakkan peran politik umat Islam di Nusantara.

Disamping itu, beliau juga ikut mendirikan Masjid Agung Demak pada

tahun 1479.

3. Sunan Giri

Nama aslinya Raden Paku, dikenal juga dengan sebutan Prabu

Satmata, kadang-kadang disebut juga dengan Sultan Abdul Fakih. Dikenal

sebagai Sunan Giri, karena beliau, mendirikan pesantren di dekat sebuah

gunung yaitu gunung giri dan berdakwah di sana sampai akhir hayatnya dan

dimakamkan di sana pula. Beliau adalah putra dari Maulana Ishak (adik dari

Maulana Ibrahim). Ibunya bernama Dewi Sekardadu dari Blambangan.

Raden Paku diangkat anak oleh seorang wanita kaya bernama Nyai

Gede Maloka, Babad Tanah Jawa disebut Nyai Ageng Tandes (ada juga

yang menyebut Nyai Ageng Pinatih). Beranjak dewasa Raden Paku belajar

agama di Pondok Pesantren Ampel Denta pimpinan Sunan Ampel. Di sana

beliau menjadi teman akrab dengan putra Sunan Ampel yaitu Maulana

Makdum Ibrahim.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 12

Dalam perjalanan beliau ke haji bersama Sunan Bonang, mereka

terlebih dahulu memperdalam ilmu pengetahuan di Pasai yang ketika itu

menjadi tempat berkembangnya ilmu ketuhanan, keimanan, dan tasawuf. Di

sinilah Raden Paku sampai pada tingkat ilmu laduni, sehingga gurunya

menganugrahkan gelar ‘Ain al-Yaqin.

Sebagai seorang ulama yang wara’,Sunan Giri sangat-sangat berhati-

hati dalam memutuskan masalah ubudiyah. Dalam masalah ini beliau

berpegang teguh pada ajaran al-Qur’an dan Hadis. Bahkan beliau

berpendapat “bahwa ibadah mau tidak mau harus sesuai dengan ajaran Nabi

saw, tidak booleh di campur adukan dengan adat istiadat yang bertolakk

belakang dengan ajaran tauhid”. Pendapatnya itu dilandasi oleh firman

Allah:

“Dan sembahlah Allah dan janganlah Kamu mempersekutukan-

Nya…”(QS. An Nisa : 36)

Sunan Giri terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokrasi,

beliau mendidik anak-anak melalui berbagai permainan yang berjiwa

agama, misalya jelungan, jamuran, gendi ferit, jor, gula ganti, cublak-cublak

suweng, ilir-iilir, dan sebagainya. Beliau juga dipandang sebagai orang yang

sangat berpengaruh terhadap jalannya roda Kesultanan Demak Bintiro

(kesultanan demak)., sebab setiap kali muncul maalah penting yang harus

diputuskan, wal yang lain selalu menantikan kepuutusan dan

pertimbangannya.

4. Sunan Bonang

Dalam kegiatan dakwahnya, beliau telah berhasil mengubah jalan

Raden Syahid dari kesesatan kemudian beliau membimbing Raden Syahid

dalam masalah keagamaan sehingga Raden Syahid menjadi seorang alim

yang kemudian dikenal dengan julukan Sunan Kalijaga. Kegiatan dakwah

Sunan Bonang dipusatkan di sekitar Jawa Timur, terutama di daerah Tuban.

Beliau mendirikan Masjid Sangkal Dhaha. Dalam aktivitas dakwahnya,

beliau beliau mengganti nama dewa-dewa dengan nama nabi dan malaikat

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 13

dalam Islam dengan maksud agar penganut agama Hindu dan Budha mudah

diajak masuk agama Islam.

Mengingat orang-orang Hindu/Budha gemar memainkan seni

gamelan Jawa, maka Sunan Bonang menambahi dengan instrumen Bonang.

Lirik-lirik tembang yang diciptakannya sarat akan nilai-nilai ketuhanan.

Tembang Tombo Ati adalah salah satu karya beliau yang fenomenal.

Ajaran Sunan Bonang berintikan filasafat cinta atau isyq.

Menurutnnya, cinta sama dengan iman yaitu pengetahuan intutif (ma’rifat)

dan kepatuhan kepada Allah SWT.

Ajaran tersebut di sampaikannya melalui media kesenian, dibantu

murid utamanya, Sunan Kalijaga.

Sunan Bonang juga merupakan guru bagi Raden Fatah. Karena,

beliau telah memberikan pendidikan Islam kepada putra raja Majapahit

Prabu Brawija V tersebut, yang kemudian menjadi sultan pertama Demak.

Catatan-catatan pendidikan tersebut dikenal dengan “Suluk Sunan Bonang”

atau “Primbon Sunan Bonang”. Isu buku tersebut berbentuk prosa ala Jawa

Tengah, kalimatnya sangat banyak dipengaruhi bahasa Arab, dan sampai

sekarang antara lain masih tersimpan di Universitas Laiden, Negeri Belanda.

5. Sunan Drajat

Beliau adalah putra Sunan Ampel yang kedua. Setelah menguasai

pelajaran agama dari sang ayah, beliau hijrah ke desa Drajat di Lamongan,

dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang sekarang bernama

desa Drajat. Di daerah inilah Sunan Drajat memusatkan dakwahnya, beliau

juga memegang kendali kerajaan di wilayah perdikan Drajat.

Sebagai seorang ulama’, beliau mengajarkan sifat tawakal sebagai

salah satu ajaran akhlaknya. Mengenai ajaran tawakal, beliau menyatakan

bahwa “apa yang terjadi pada diri manusia memang sudah ditentukan oleh

Allah Yang Maha Kuasa. Karena itu, manusia disamping harus

menyerahkan nasib kepada Allah, dia juga harus tetap berusaha. Dengan

bertawakal secara benar dan bersungguh-sungguh kebenaran janji Allah

akan datang”. Hal itu sesuai firman Allah yang dikutip oleh Sunan Drajat:

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 14

“Barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan

mencukupkan (keperluan)-nya”. (QS. At-Talaq : 3).

Hal yang paling menonjol dalam dakwah Sunan Drajat adalah

perhatiannya yang sangat serius pada masalah-masalah sosial. Beliau

terkenal mempunyai jiwa sosial dan teman-teman dakwahnya selalu

berorientasi pada kegotong-royongan. Beliu selalu memberi pertolongan

kepada umum, menyantuni anak yatim dan fakir miskin sebagai suatu

proyek sosial yang dianjurkan agama lslam.

Karena keberhasilannya menyebarkan Islam dan menanggulangi

kemiskinan, Sunan Drajat memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari

Raden Fatah, Sultan Demak 1 tahun saka 1442 atau 1520 M.

6. Sunan Gunung Djati

Sunan Gunung Jati adalah cucu raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.

Yaitu, putra dari Nyai Lara Santang (anak kedua raja Pajajaran) dengan

Maulana Sultan Mahmud (Syarif Abdullah), seorang bangsawan Arab yang

berasal dari Bani hasyim. Pernikahan mereka terjadi ketika Nyai Lara

Santang dan kakaknya Raden Walangsungsang pergi haji yang merupakan

perintah guru mereka yaiu Syekh Datu Kahfi (Syekh Nurul Jati) di Gunung

Ngamparan Jati.

Setelah dewasa, Syarif Hidayatullah memilih berdakwah ke tanah

Jawa daripada menetap di tanah Arab. Beliau kemudian menemui Raden

Walangsungsang yang sudah bergelar Pangeran Cakrabuana. Setelah

pamannya itu wafat, beliau menggantikan kedudukannya dan kemudian

berhasil meningkatkan status Cirebon menjadi sebuah kesultanan. Beliau

kemudian terkenal dengan dengan gelar Sunan Gunung Jati.

Menurut Purwaka Carunban Nagari, Sunan Gunnung Jati, sebagai

salah seorang wali songo, mendapat penghormatan dari raja-raja lain di

Jawa, seperti kerajaan Demak dan Pajang, karena kedudukannya sebagai

raja dan ulama, beliau di beri gelar Raja Pandita. Beliau mengembangkan

agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka,

Kuningan, Kawli (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Beliau meletakkan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 15

dasar bagi pengembangan Islam dan perdagangan orang-orang Islam Banten

pada tahun 1525 atau 1526. Ketika beliau kembali ke Cirebon, Banten di

serahkan kepada anaknya, Sultan Maulana Hasanudin yang kemudian

menurunkan raja-raja Banten.

Setelah Sunan Gunung Jati wafat, Cirebon mengalami pasang surut.

Kendati demikian, peranan histories keagamaan yang dijalankannya tak

pernah hilang.

7. Sunan Kudus

Nama aslinya Ja’far Sadiq, tetapi sewaktu kecil dipanggil Raden

Undung,. Kadang beliau dipanggil dengan Raden Amir Haji, sebab ketika

menunaikan ibadah haji beliau bertindak sebagai pemimpi rombongan

(amir).

Sunan Kudus adalah putra Raden Usman Haji, yang menyiarkan

Islam di daerah Jipang Panoalan, Blora. Sedangkan Sunan Kudus sendiri

menyiarakan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya, dan beliau

memiliki keahlian khusus dalam bidang ilmu agama, terutama dalam ilmu

fiqih, ushul fiqh, tauhid, tafsir, serta logika. Oleh sebab itu, diantara wali

songo yang lain, hanya beliaulah yang dijuluki al-‘alim (orang yang luas

ilmunya).

Disamping menjadi juru dakwah, Sunan Kudus juga menjadi

panglima perang Kesultanan Demak Bintoro yang tangguh, dan dipercaya

untuk mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus, sehigga beliau

menjadi pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin agama di daerah

tersebut.

Pada tahun 986 H atau 1549 M, Sunan Kudus Menunaikan Haji. Saat

itu pula beliau singgah ke Bait al-Maqdis (al-Quds) untuk memperdalam

ilmu agama. Disana, beliau mendapat semacam amanat berbahasa Arab

yang tertulis di atas batu. Inti pesan itu adalah menyuruh Sunan Kudus

mendirikan masjid dan menanamkan syiar Islamnya dengan nama Kudus,

bila beliau kembali ke pulau Jawa. Dan akhirnya terciptalah Masjid Manara

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 16

dan daerah bernama Kudus. Hingga kini pesan yang dituliskan Arab di atas

batu tersebut masih tersimpan di mihrab.

Seperti sunan yang lainnya, dalam menyiarkan Islam Sunan Kudus

tidak menghilangkan ciri atau budaya Hindu. Bahkan sampai sekarang di

daerah Kudus ada pelarangan untuk menyembelih sapi. Hal itu merupakan

sebuah penghormatan Sunan Kudus terhadap masyarakat yang mayoritas

memeluk agama Hindu.

Selain sebagai mubaligh, beliau juga dikenal sebagai pujanga

mengarang cerita-cerita bernafaskan Islam, sebagai pendukungan dalam

melaksanakan dakwahnya. Karangan cerita beliau yang palig terkenal

adalah Gending Maskumambang dan Mijil.

8. Sunan Kalijaga

Nama kecilnya adalah Raden Mas Syaid atau sa’id putra adipati

Tuban, dan kadang-kadang dijuluki Syekh Malaya.

Salah satu sifat yang menonjol dari Raden Mas Syahid kecil adalah

sifat welas asih (kasih sayang). Sikap kasih sayang tersebut terutama

ditunjukan kepada rakyat kecil yang banyak menderita. Bahkan pada masa

remajanya perasaan kasih sayang tersebut diwujudkan secara berlebihan.

Daerah dakwah Sunan Kalijaga tidak terbatas, bahkan sebagai

mubaligh beliau berkeliling dari satu daerah ke daerah lain. Karena system

dakwahnya yang intelek dan aktual, maka para bangsawan dan cendikiawan

sangat simpati terhadapnya, demikian juga lapisan masyarakat awam,

bahkan penguasa.

Sunan Kalijaga dalam menyebarkan Islam dengan memanfaatkan

sarana wayang yang digemari masyarakat pedalaman Jawa. Salah satu

contohnya adalah Wayang Purwa. Pengetahuan dibidang seni melatar

belakangi pendekatan kebudayaan yang digunakannya dalam menyebarkan

agama Islam.

Dalam menjalankan dakwahnya, Sunan Kalijaga tidak membangun

pesantren sepert yang dilakukan oleh para wali lainnya. Beliau lebih

cenderung dengan berkelana dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 17

Dalam metode dakwahnya, kepercayaan dan adat istiadat setempat tidak

ditentang begitu saja, bahkan beliau jadikan sebagai sarana dakwah.

9. Sunan Muria

Nama aslinya Raden Umar Said atau Raden Said, sedangkan nama

kecilnya adalah Raden Prawoto. Namun beliau lebih terkenal dengan nama

Sunan Muria karena pusat kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di

gunung Muria (18 km di sebelah utara kota Kudus sekarang).

Ciri khas Sunan Muria dalam upaya menyiarkan agama Islam adalah

menjadikan desa-desa terpencil sebagai tempat dakwahnya. Beliau lebih

suka menyendiri dan bertempat tinggal di desa dan bergaul dengan rakyat

iasa.

Beliau mendidik rakyat di sekitar gunung Muria. Cara yang

ditempuhnya dalam menyiarkan agama Islam adalah dengan mengadakan

kursus-kursus bagi bagi kaum pedagang, para nelayan dan rakyat biasa.

Beliau juga banyak menggunakan metode pendekatan kebudayaan yang

bertujuan untuk menarik rakyat golongan bawah masuk Islam. Misalnya,

dengan menggunakan pertunjukan kesenian yang digemari masyarakat

setempat.

Sunan Muria juga terkenal sebagai pendukung setia Kesultanan

Demak Bintoro dan berperan serta dalam mendirikan masjid Demak. Dalam

rangka dakwah melalui budaya, beliau menciptakan tembang dakwah

Sinom dan Kinanti. Sinom adalah sejenis tembang Jawa yang pada

umumnya menampilkan suasana yang dapat menyentuh hati. Sedangkan

kinanti pada umumnya berisi tentang syair-syair yang bersuasana senang,

gembira, penuh kasih sayang dan rasa cinta.

C. Model Islamisasi Walisongo

Model islamisasi walisongo adalah dengan menerapkan siasat yang

bijaksana yaitu melalui beberapa jalur yang ditempuh. Antara lain:

1. Mendirikan Masjid

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 18

Para Wali Songo dalam memulai tugas da’wah (islamisasi) selalu

diawali dengan mendirikan masjid sebagai tempat pemusatan ibadah dan

sebagai tempat berpijak dari segala bentuk kegiatan da’wah yang

dilakukannya. Dengan demikian sangat memungkinkan untuk mengundang

dan mengumpulkan masyarakat banyak untuk dididik dengan ajaran Islam.

Dalam rangka untuk tidak mengundang rasa asing bagi masyarakat

yang telah terpengaruh dengan ajaran Hindu-Budha. Maka para wali dalam

membuat masjid agak disesuaikan dengan bentuk-bentuk bangunan candi-

candi Budha. Selain itu di setiap bangunan masjid yang didirikannya

disediakan sebuah alun-alun yang terletak di depan masjid, hal ini

meneyerupai sebuah keraton. Kesemuannya itu dapat kita saksikan pada

bangunan masjid Wali di Demak, Kudus, Tuban, Gresik, Cirebon, dan lain-

lainnya.

Sebagai salah satu bukti bahwa masjid merupakan bagian dari model

islamisasi wali songo, dapatlah dilihat dari bentuk bangunannya yang

mengandung perlambang (simbul) yang berarti bagi masyarakat Jawa dalam

kehidupannya, lambang-lambang dari bagian masjid itu antara lain: setiap

masjid yang dibangun itu selalu dilengkapi dengan gapuro yang mirip

dengan dengan pintu gerbang dari keraton. Nama dari gapuro itu berasal

dari bahasa Arab “Ghafura” yang diucapkan dengan lidah jawa gapuro yang

mempunyai arti “ampunan”, melambangkan bahwa siapa yang mau

melewati gapuro itu akan diampuni segala dosanya. Dengan ini

dimaksudkan dapat menarik orang-orang untuk masuk ke dalam agama

Islam.

Bukti peninggalan dari para wali songo yang masih dapat kita

saksikan hingga saat sekarang ini ialah bangunan masjidnya, sebab para

wali itu hampir seluruhnya mempunyai masjid sebagai tempat titik tolak

dari kegiatan da’wahnya.

Masjid-masjid itu antara lain: Masjid Maulana Malik Ibrahim di

Leran, Masjid Sunan Ampel di Ampel Denta, Masjid Sunan Bonang di

Tuban, Masjid Sunan Giri di Kabupaten Gresik, Masjid Sunan Kalijaga di

Kadilangu Demak, Masjid Sunan Gunung Jati di Cirebon dan Masjid Agung

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 19

Demak yang didirikan oleh para wali songo, Masjid Sunan Muria di atas

bukit gunung Muria kabupaten Kudus, Masjid Sunan Kudus (Jafar Shodiq)

di Kudus kulon.

Selain itu model islamisasi Wali Songo dilakukan dengan

mengadakan komunikasi anatara sesamanya, bermusyawarah, terutama

dalam menghadapi berbagai macam persoalan yang muncul. Sebagaimana

mereka menghadapi ajaran dari Syeh Siri Jenar yang mengajarkan tentang

faham Wahdatul Wujud atau dengan istilah jawa “Manunggaling kawula

gusti”, bersatunya diri dengan Tuhan. Faham ini dianggap sangat

membahayakan dan bahkan dapat merusak aqidah Islam. Akhirnya para

wali itu memutuskan untuk menghukum mati bagi Syeh Siti Jenar.

2. Jalur Pendidikan

Langkah persuasif dan edukatif ini mula-mula dipraktekkan oleh

Syeikh Maulana Malik Ibrahim di Gresik, kemudian dikembangkan dan

mencapai kemajuannya oleh Sunan Ampel di desa Ampel Denta, Surabaya.

Di pesantren, para wali menggembleng dai-dai yang siap dikirimkan

untuk berdakwah ke berbagai daerah. Lewat pesantren pula, para wali

mengajarkan secara mendalam dan tuntas pengetahuan-pengetahuan agama

islam.

Kehadiran pesantren sebagai upaya untuk mendakwahkan agama

bagi orang-orang Jawa ternyata lambat laun mengalami perluasan peran. Ia

kemudian menjelma menjadi lembaga pendidikan yang bermanfaat untuk

mendidik orang Islam menjadi alim dan cerdas dalam dan pengetahuan

agamanya, peran pendidikan tidak sekedar mengalihkan ilmu-ilmu

keagamaan yang berkenaan dengan penanaman aspek penghayatan agama

yang bersifat kesalehan personal (etika) melalui pengenalan dan praktek

tasawuf, melainkan juga melebar kepengajaran ilmu-ilmu syariat yang

bekaitan dengan aturan atau tata pergaulan kemasyarakatan,.

Meskipun pada mulanya pesantren berfungsi sebagai lembaga

pendidikan yang bercorak keagamaan, dan menjadi pusat pertumbuhan dari

system zawiyah (qilda) yang dikembangkan oleh kaum sufi dengan berbagai

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 20

aliran tarekatnya, justru dalam pertumbuhannya yang tidak disadari,

pesantren malah berubah menjadi markas gerakan yang bernuansa politik.

Dengan demikian, kedua orientasi tersebut terdapat di pesantren tersebut

ternyata membawa dampak bagi santri untuk mengartikulasikan ajaran

agamanya di tengah-tengah masyarakat Jawa.

3. Jalur Kesenian

a. Wayang Kulit

Sebelum Islam datang dan berkembang di pulau Jawa, masyarakat

Jawa telah lama menggemari akan kesenian, baik seni pertunjukkan wayang

dengan gamelannya maupun seni tarik menarik suara. Maka oleh karena itu

wali songo mengambil siasat menjadikan kesenian itu sebagai alat

da’wahnya, guna memasukkan ajaran Islam kepada masyarakat lewat apa

yang selama ini menjadi kegemarannya.

Cara ini adalah merupakan sebagain cara yang bijaksana dalam

pendekatan dan menarik simpati rakyat serta memperkenalkan ajaran Islam

kepadanya.

Pertunjukan wayang telah ada semenjak zaman Prabu Jayaboyo raja

dari kerajaan Kediri yang memerintah pada tahun 1135-1157, bahkan dialah

yang pertama kali menciptakannya. Namun wayang yang ada pada masa itu

adalah wayang purwo yang terbuat dari lembaran kertas lembar, yang

kemudian terkenal dengan wayang beber.

Sebelum para wali mengambil wayang sebagai alat da’wahnya

terlebih dahulu mereka bermusyawarah tentang hukum dari gambar wayang

yang mirip dengan gambar manusia itu, aliran Giri yang dipelopori oleh

Sunan Giri berpendapat bahwa wayang itu hukumnya haram sebab

menyerupai bentuk manusia, sedangkan menggambar manusia menurutnya

adalah haram. Sunan Kalijaga mengusulkan agar tidak menjadi haram,

gambar wayang yang ada itu diubah bentuknya, umpamanya tangannya

lebih panjang dari kakinya, hidungnya panjang-panjang, kepalanya agak

menyerupai kepala binatang dan lain-lain agar tidak serupa persis dengan

manusia, kalau sudah tidak serupa tentu saja hukumnya tidak haram lagi.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 21

Akhirnya usul itu disetujui oleh para wali. Setelah itu dimulailah

pengubahan wayang yang dipelopori oleh Sunan Kalijaga sendiri, peristiwa

itu terjadi kira-kira pada tahun 1443 M, dan sekaligus para wali itu

menciptakan gamelannya.

Untuk memainkan wayang dan gamelannya itu para walipun

mengarang cerita yang bernafaskan nilai keislaman. Adapun pelaku cerita

dalam pewayangan yang terkenal hingga saat ini adalah cerita tentang

punokawan Pandowo, yang terdiri dari semar, petruk, gareng dan bagong.

Ke empat pelaku itu mengandung falsafah yang amat dalam, di antaranya

ialah sebagai berikut:

1. Semar, dari bahasa Arab ‘Simaar’ yang artinya Paku. Dikatakan

bahwa kebenaran agama Islam adalah kokoh, sejahtera bagaikan

kokohnya paku yang sudah tertancap yakni Simaaruddunya

(pakunya dunia/paku bumi).

2. Petruk, dari bahasa Arab ‘Fatruk’ yang artinya tinggalkan, sama

dengan kalimat fatruk kulluman siwallahi yaitu tinggalkanlah segala

apa yang selain Allah.

3. Gareng, dari bahasa Arab ‘naala qoriin’(nala gareng), yang artinya

memperoleh banyak kawan, yaitu sebagai tujuan para wali adalah

berda’wah untuk memperoleh banyak kawan.

4. Bagong, dari bahasa Arab ‘bagha’ yang artinya lacut atau berontak,

yaitu memberontak terhadap segala sesuatu yang zalim.

Adapula yang mengatakan bahwa:

1. Semar pada hakekatnya adalah lambang nafsu mutmainah.

2. Gareng lambang dari nafsu amarah.

3. Petruk lambang dari nafsu lauwamah.

4. Bagong lambang dari nafsu sufiyah.

5. Togok asal kata Thogut, artinya Iblis.

Pertunjukkan wayang itu dimainkan oleh seorang dalang, nama

dalang ini juga diambil dari bahasa Arab “Dalla” yang artinya petunjuk

maksudnya orang yang menunjukkan ke jalan yang benar.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 22

Selain cerita pelaku pewayangan tersebut di atas masih banyak

lagicerita wayang yang diciptakan oleh para wali songo sendiri artinya cerita

itu tidak diambil dari kitab Mahabarata dan kitab Ramayana versi India.

Yaitu antara lain cerita dewa ruci, jimat Kalimasada (kalimat Syahadat),

Petruk jadi raja, Pandu Pragolo, Mustaka weni dll.

Dalam cerita Dewa Ruci digambarkan tentang sang Bima

menemukan tentang arti kehidupan yang sebenarnya, Bima disuruh oleh

gurunya yang bernama Pandito Durno mencari air suci yang adanya hanya

di dasar laut, dasar samudra yang gelombangnya besar dan menggelegak,

dengan tekadnya yang kuat sang Bima berhasil sampai ke bawah lautan dan

di sana diceritakan dia menemui Dewa ruci. Dewa Ruci itu adalah nabi

Hidir.

Ada lagi cerita menarik sekali yaitu cerita tentang jimat Kalimosodo

(kalimat syahadat), dalam cerita itu digambarkan barang siapa yang dapat

memiliki jimat Kalimosodo pasti akan selamat selama-lamanya. Sebab dia

telah masuk ke dalam agama Islam. Dalam cerita itu yang menjadi pelaku

diantaranya ialah Prabu Darmokusumo yang dikatakan dia ini tidak wafat-

wafat karena telah memiliki jimat Kalimo Sodo. Dikatakan pula

Darmokusumo itu mempunyai empat saudara yang dalam cerita itu disebut

Pandowo limo, artinya bahwa rukun Islam itu terdiri dari lima perkara.

Awal mula langkah da’wah menggunakan kesenian wayang

dilakukan di serambil mesjid Agung Demak dalam rangka memperingati

maulud nabi Muhammad SAW.

Pertama-tama ditabuhlah gamelan gong bertalu-talu yang suaranya

kedengaran di mana-mana. Sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Jawa

pada masa itu apabila mereka mendengar sesuatu bunyi-bunyian mereka

saling berdatangan, lebih-lebih suara itu enak kedengarannya. Maka tidak

heranlah banyak orang yang berkumpul. Dan perlu diingat bahwa masjid

Agung Demak yang didirikan oleh para wali itu telah diperlengkapi dengan

gapuro (pintu masuk), gapuro berasal dari ghofuuraa artinya ampunan, jadi

siapa-siapa yang mau masuk lewat gapuro dosanya akan terampuni sebab

dia telah masuk Islam.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 23

Selain itu pula di depan masjid sebelah kiri ada sebuah kolam tempat

mengambil air wudhu. Tiap-tiap pintu gapuro telah dijaga oleh para wali,

sebelum orang-orang memasuki gapuro diharuskan mengucapkan dua

kalimat syahadat sebagai karcis masuknya dan ini tentu diajarkan oleh para

wali penjaga pintu itu sendiri. Setelah membaca syahadat baru

diperkenankan masuk. Sebelum mereka masuk ke masjid mereka harus

mencuci kaki terlebih dahulu di kolam yang telah tersedia di depan masjid.

Kolam itu sampai saat ini masih dapat kita saksikan disana, namun kolam

itu sekarang sudah tidak digunakan lagi untuk mengambil air wudhu. Di tepi

kolam telah ada wali yang menjaganya, orang-orang yang akan mencuci

kaki, harus menurut aturan yang dibuat oleh para wali, maka dari itu mereka

harus diajari cara-caranya, antara lain pertama-tama muka harus dibasuh

biar bersih, kemudian kedua tangan harus dicuci, lalu kepala harus dibasahi

biar adem, dekil-dekil yang ada di telinga harus dihilangkan dengan air,

yang terakhir kedua kaki harus dicuci sampai bersih, baru mereka

dipersilahkan memasuki serambi masjid untuk mendengarkan wayang dan

gamelannya.

Di situlah mereka asyik mendengarkan cerita-cerita gubahan para

wali yang bernafaskan nilai-nilai keislaman. Setelah waktu dhuhur tiba,

mereka semua diajak berdo’a agar supaya sang dewa tidak murka, cara

berdo’anyapun diajarkan oleh wali dengan gerakkan-gerakkan yang berarti.

Kesemuanya itu secara tidak sadar mereka telah diajarkan cara berwudhu

dan bersembahyang, namun mereka tidak diberitahu bahwa yang diperbuat

itu cara-cara Islam dan mereka telah masuk Islam.

b. Seni Suara

Kegemaran masyarakat Jawa akan seni suara atau seni tarik menarik

suara, nampaknya mendapatkan perhatian yang serius dari para wali. Oleh

karena itu merekapun tidak ketinggalan pula untuk menciptakan lagu-lagu

yang indah, yang penuh dengan arti dan falsafah kehidupan. Di antara lagu

atau tembang ciptaan para wali itu ialah Lagu Lir Ilir ciptaan Sunan

Kalijaga, lagu Asmaradana dan pucung ciptaan Sunan Giri, lagu Durma

ciptaan Sunan Bonang, lagu Maskumambang dan Mijil ciptaan Sunan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 24

Kudus, lagu Sinom dan Kinanti ciptaan Sunan Muria, lagu Pangkur ciptaan

Sunan Drajat.

Lagu-lagu yang diciptakan para wali mengandung arti ataupun

makna mengajak, menyeru kepada kebaikan serta teguran atau peringatan.

c. Seni Ukir

Dalam rangka menarik simpati masyarakat, para wali juga turut serta

mewarnai seni ukir yang selama ini telah ada dan berkembang di

masyarakat. Seni ukir yang ada pada saat itu bercorak atau berbentuk

gambar-gambar manusia dan binatang. Oleh para wali seni ukir itu

dikembangkan menjadi seni ukir yang berbentuk dedaunan, peti-peti klasik,

alat-alat menggantungkan gamelan dll. Bentuk-bentuk ukiran rumah adat di

Kudus, Demak dam Gresik yang hingga sampai saat ini satu dua masih

dapat kita temui dan saksikan adalah peninggalan-peninggalan dari zaman

wali.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 25

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ada empat teori masuknya islam ke Indonesia. Yakni teori Mekah,

teori Gujarat, teori Persia dan teori Cina.

Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke

Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab.

Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke

Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M.

Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke

Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran).

Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia

(khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina.

Peranan Walisongo dalam Islamisasi di Indonesia antara lain:

1) Sunan Gresik berdakwah dengan cara berdagang.

2) Sunan Ampel dakwahnya berawal dengan membangun

pesantren.

3) Sunan Kalijogo berdakwah melalui kesenian dan berkelana.

4) Sunan Giri dakwahnya bersifat permainan yang berjiwa agama.

5) Sunan Bonang, dakwahnya dengan jalan seni.

6) Sunan Drajat, dakwahnya bersifat sosial.

7) Sunan Gunung Jati, dakwahnya dengan politik dan sosial.

8) Sunan Muria, berdakwahnya dengan mengadakan kursus-kursus

bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.

9) Sunan Kudus, berdakwahnya dengan pendekatan kultural, yaitu

menciptakan berbagai cerita keagamaan.

Model islamisasi walisongo adalah dengan menerapkan siasat yang

bijaksana yaitu melalui beberapa jalur yang ditempuh. Antara lain:

1. Mendirikan masjid sebagai basis dakwahnya

2. Jalur pendidikan dengan mendirikan pondok pesantren

3. Jalur kesenian dengan wayang kulit, seni suara dan seni ukir

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF fileSementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada ... E. TUJUAN

Sejarah Peradaban Islam 2 Halaman 26

DAFTAR PUSTAKA

Amin Fattah, Nur. 1997. Metode Da’wah Walisongo. Pekalongan: C.

V. Bahagia

Badriyatim. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Hasjmy, A. 1990. Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia. cetakan1.

Jakarta: PT. Bulan Bintang

http://adinurahman.blogspot.com/2013/04/makalah-sejarah-

masuknya-islam-ke.html. diakses pada hari sabtu tanggal 15-

11-2014 jam 05.30

http://beringindalam.blogspot.com/2014/03/peran-wali-songo-

dalam-penyebaran-islma.html. diakses pada hari sabtu

tanggal 15-11-2014 jam 06.00

http://fitwiethayalisyi.wordpress.com/bascame-ilmu/walisongo-nine-

wali/.

diakses pada hari sabtu tanggal 15-11-2014 jam 15.00

http://hakamabbas.blogspot.com/2013/10/peran-walisongo-dalam-

penyebaran-agama.html diakses pada hari sabtu tanggal 15-

11-2014 jam 15.40

http://muftiramdlani.wordpress.com diakses pada hari sabtu tanggal

15-11-2014 jam 15.45

http://www-yusufblogspot.blogspot.com/p/makalah-perananan-wali-

songo-dan.html. diakses pada hari sabtu tanggal 15-11-2014

jam 16.00

Murodi. 1994. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT. Karya

Toha Putra