BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi sebagai bagian dari masyarakat yang secara otomatis terpengaruh
terutama dalam hal hubungan antara organisasi dengan publik-publiknya.
Organisasi tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari adanya dukungan semua
publiknya baik internal maupun eksternal. Dukungan akan diperoleh apabila ada
atau terjalin hubungan yang baik, saling pengertian, dan saling menguntungkan
antar kedua belah pihak.
Suatu organisasi harus berbenah diri dan menjalin hubungan baik dengan
publiknya untuk mendapatkan reputasi yang baik. Reputasi merupakan sebuah
bentuk keberhasilan organisasi dalam menggalang profit sehingga ada istilah good
profit means good reputation. Salah satu publik yang memberikan kontribusi
terbentuknya reputasi organisasi adalah komunitas. Keberadaan komunitas menjadi
penting bagi kelangsungan eksistensi organisasi.
Jika sebuah perusahaan ingin terus dapat bertahan ditengah persaingan yang
ketat, perusahaan tersebut harus memiliki kemampuan analitis dan harus mampu
mengantisipasi perubahan dan perkembangan pasar, serta perusahaan harus mampu
menjaga harmonisasi dengan publiknya yang diwujudkan dalam mutual
understanding. Publik dapat mendukung atau menentang tujuan dari sebuah
organisasi. Publik juga mempunyai peran dalam organisasi dan mereka berusaha
untuk mempengaruhi misi dan tujuan dari organisasi tersebut. Publik-publik
tersebut adalah khalayak sasaran kegiatan humas yang disebut dengan stakeholders.
Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar
perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan
(Kasali, 2003:63). Kepuasan kelompok-kelompok dalam stakeholders dapat dipakai
sebagai indikator keberhasilan perusahaan. Oleh karena itu, organisasi akan efektif
2
ketika mereka memilih dan mencapai tujuan yang sama pentingnya bagi
kepentingan organisasi dan kepentingan publik strategis dalam lingkungan.
Di berbagai tempat masih banyak sekali perusahaan-perusahaan yang tidak
mampu menghadapi tantangan dan perubahan di era globalisasi ini karena tidak
tepatnya strategi bisnis dan manajemen perusahaan. Perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada aspek keuntungan secara
ekonomis semata, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi
keuangan, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya.
Sangat tidak menjamin suatu perusahaan tersebut dapat tumbuh secara
berkelanjutan (sustainable) hanya dengan mengandalkan finansial semata,
keberlanjutan usaha akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan aspek terkait
lainnya, yaitu aspek sosial dan lingkungan.
Menurut Wibisono (2007), sejalan dengan bergulirnya wacana tentang
kepedulian lingkungan kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang
dalam kemasan philanthropy serta community development (CD). Pada era 1980-an
makin banyak perusahaan menggeser konsep philanthropy kearah community
development. Berkembangnya kegiatan kedermawanan perusahaan berdampak pada
semakin maraknya kegiatan-kegiatan sosial dan pengembangan masyarakat. Para
perusahaan melalui program CSR mengalokasikan dana sosial untuk mendukung
dan mendanai berbagai kegiatan CSR tersebut.
Salah satu sektor industri utama dalam tatanan ekonomi global, industri
pertambangan dalam banyak kasus memiliki posisi dominan dalam pembangunan
sosioekonomi negara maju dan berkembang. Sektor industri ini berdampak sangat
signifikan dalam arti positif maupun negatif. Implementasi program community
relations sebagai tanggungjawab sosial perusahaan dengan berbagai publiknya yaitu
dengan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi saja, akan tetapi juga secara
sosial dan lingkungan bagi keberlanjutan perusahaan serta mencegah terjadinya
konflik.
3
Permasalahan paling utama yang dihadapi komunitas adalah kemiskinan dan
lingkungan, maka dari itu perusahaan hendaklah berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan, bekerjasama dengan para karyawan perusahaan dan
mensejahterakan keluarga karyawan tersebut beserta komunitas-komunitas setempat
(lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup.
Hal ini dilakukan karena secara hukum setiap perusahaan ekstraktif
diwajibkan untuk merealisasi program community development, dinyatakan bahwa
dalam setiap kontrak kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan
pelaksana kegiatan penambangan, perusahaan tersebut diharuskan melakukan
program community development, dan Undang-Undang No 40 tahun 2007 bahwa
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan serta
mengimplementasikan program community relations antara perusahaan dengan
publik-publiknya agar perusahaan tersebut dapat berkembang dan berkelanjutan
(sustainable).
Community relations merupakan kewajiban sosial dalam bisnis modern
sehingga memiliki peranan yang sangat penting dalam keberadaan suatu perusahaan
karena dapat membangun pertemanan/hubungan yang baik antara organisasi dengan
komunitas sehingga adanya timbal balik yang saling menguntungkan. Wujud dari
pengaplikasian suatu program community relations untuk pengembangan
masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai macam bentuk dengan cara
mengoptimalkan sumberdaya perusahaan yang ada, juga dengan memanfaatkan
tenaga ahli yang dimiliki oleh komunitas lokal. Salah satu prinsip yang paling
penting dilakukan adalah bagaimana membuat masyarakat mandiri dan mampu
menentukan keinginan mereka sendiri.
Dalam prakteknya, pelaksanaan program community relations sebagai
bentuk tanggungjawab sosial perusahaan harus menggunakan prinsip menuju
kemandirian masyarakat sehingga pendanaan kegiatan bukan sebagai charity yang
apabila pendanaan itu selesai maka selesai pula kegiatan yang bersangkuta. Saat ini
diperlukan dan dibutuhkan program yang dapat memberdayakan masyarakat
4
melalui program pengembangan masyarakat yang merupakan refleksi kondisi riil
dengan melihat keinginan masyarakat setempat, yang dalam pelaksanaannya
memerlukan peran serta mereka secara aktif. Perubahan paradigma ini pada
gilirannya menempatkan program pengembangan masyarakat sebagai salah satu
bentuk program community relations sebagai tanggungjawab sosial perusahaan, dan
merupakan investasi program yang berpotensi sejajar dengan investasi lain bagi
industri atau perusahaan.
Berdasarkan ISO 26000, yang menjadi alasan penelitian ini adalah adanya
isu lingkungan dan pengembangan masyarakat. Isu lingkungan yang melatar
belakangi dengan adanya pencegahan polusi debu dan limbah pabrik yang
dihasilkan dari proses produksi semen, perlindungan dan pemulihan lingkungan
yang dilakukan perusahaan terhadap derah sekitar lingkup pabrik. Sedangkan isu
pengembangan masyarakat yang diangkat adalah tujuan perusahaan untuk
membangun sosial ekonomi masyarakat lokal.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebagai salah satu perusahaan
produsen semen di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu
dengan merek “Tiga Roda”. PT Indocement memiliki komitmen kuat untuk
meneruskan bisnis secara etis dan taat hukum, membantu usaha-usaha peningkatan
ekonomi, dan turut memperbaiki kehidupan para karyawan serta masyarakat sekitar
wilayah operasi. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tidak hanya mempunyai
nilai ekonomi (laba) saja melainkan juga mempunyai misi sosial. Perusahaan
mendasarkan program-program community relations sebagai tanggungjawab
sosialnya pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)
dengan tiga dasar utama kepentingan (triple bottom lines), yakni memelihara
lingkungan, memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, dan menjaga pertumbuhan
perusahaan. Dalam pelaksanaan program-programnya, perusahaan mengacu pada
kegiatan yang terkelompok dalam kerangka Lima Pilar (The Five Pilars) yaitu
pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosbudagor (sosial, budaya, agama, dan olahraga),
dan keamanan serta program sustainable development program (SDP).
5
Dengan community relations, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk telah
menjadi perusahaan yang memiliki kepedulian sosial khususnya terhadap
masyarakat sekitar perusahaan. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk telah mendapatkan Peringkat Hijau Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) untuk periode 2012-2013 untuk pabrik
Citeureup dan Peringkat Emas untuk pabrik Palimanan-Cirebon melalui program
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk kepedulian kepada
masyarakat karena, dukungan masyarakat yang positif sangatlah penting bagi
jalannya sebuah organisasi. (Sustainability Report Indocement, 2012:9).
Hubungan komunitas (community relations) yang baik tidak hanya dapat
dicapai dengan bantuan yang mendukung maksud-maksud baik, tetapi juga dengan
mengasumsikan suatu peran kepemimpinan dalam peristiwa kemasyarakatan.
Dengan kata lain community relations yang baik berasal dari sikap sebagai warga
yang baik dalam segala aspek kehidupan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, perumusan masalah
utama dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk unit Palimanan-Cirebon telah melakukan pengembangan masyarakat
dan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi pelaksanaan program
community relations sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Implementasi pelaksanaan program community relations sebagai bentuk
tanggungjawab sosial perusahaan merupakan program yang dilaksanakan oleh
general affairs department dengan tujuan memberdayakan masyarakat sekitar
perusahaan.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka perumusan masalah
utama dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana PT indocement Tunggal
Prakarsa Tbk unit Palimanan-Cirebon telah melakukan pengembangan masyarakat
dan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi pelaksanaan program
community relations sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan. Dari
6
rumusan masalah utama, diturunkan beberapa pertanyaan yang lebih spesifik dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana kebijakan perusahaan dalam implementasi pelaksanaan program
community relations sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan pada
tahun 2012-2013?
2. Bagaimana tujuan dan sasaran program community relations perusahaan
berbasiskan pemberdayaan dan pengembangan masyarakat pada tahun 2012-
2013?
3. Bagaimana proses pelaksanaan program community relations perusahaan
pada tahun 2012-2013?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan umum
dari penelitian ini tentu saja menjawab rumusan penelitian yaitu mengetahui
sampai sejauh mana PT indocement Tunggal Prakarsa Tbk telah melakukan
pengembangan masyarakat, peningkatan perekonomian masyarakat dalam
implementasi program community relations sebagai bentuk tanggungjawab sosial,
dan pencapaian pembangunan berkelanjutan. Adapun tujuan umum tersebut dapat
dijawab melalui tujuan khusus penelitian ini, yaitu:
1. Mengidentifikasi kebijakan perusahaan dalam implementasi program
community relations sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan
pada tahun 2012-2013
2. Menganalisis tujuan dan sasaran program community relations perusahaan
berbasiskan pemberdayaan dan pengembangan masyarakat pada tahun
2012-2013
3. Menganalisis proses pelaksanaan program community relations perusahaan
pada tahun 2012-2013
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi bagi pengembangan kajian PR (public relations) dalam studi Ilmu
Komunikasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi penelitan sejenis.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah memberi pengetahuan kepada
perusahaan dan dijadikan masukan serta kritik atau evaluasi yang membangun
terhadap pelaksanaan program community relations yang dijalankan oleh
perusahaan.
E. Kerangka Pemikiran
1. Public Relations dan Publik Perusahaan
a. Pengertian Public Relations
Hubungan masyarakat/humas erat kaitannya dengan corong informasi
publik yang memiliki kekuatan untuk dapat mempengaruhi opini publik. Aktivitas
kehumasan menjadi sangat penting terlebih saat ini tuntutan masyarakat menjadi
lebih kompleks. Pengetahuan masyarakat semakin bertambah dan didukung
dengan adanya peningkatan pesat dalam bidang teknologi komunikasi dan dengan
kemajuan di bidang humas.
Humas kerap disebut sebagai public relations yang merupakan suatu
profesi yang menghubungkan antara perusahaan atau organisasi dengan
publiknya, yang ikut menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Humas berfungsi menumbuhkan hubungan baik antara segenap komponen,
memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi, dan menciptakan
8
kerjasama berdasarkan hubungan baik dengan publik. Dalam humas dibedakan
dua macam publik yang menjadi sasaran, yakni publik internal dan publik
eksternal.
Definisi mengenai public relations yang telah dirumuskan oleh para ahli
sangat beraneka ragam. Hal ini disebabkan oleh kegiatan public relations atau
kehumasan yang bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika
masyarakat yang mengikuti kemajuan jaman. Cutlip, dkk (1971:6) mendefinisikan
humas sebagai:
Public relations is a management function that establishes and maintains mutually benefical relationship between an organization and the publics on whom its success or failure depend.
Definisi ini menekankan pentingnya public relations sebagai fungsi
manajemen untuk membangun dan menjaga hubungan yang saling
menguntungkan antar organisasi dengan berbagai publik yang menentukan
keberhasilan atau kegagalan organisasi tersebut.
Definisi yang berbeda dikemukakan oleh Lattimore, dkk (2010:4) yaitu:
Public relations adalah sebuah fungsi kepemimpinan dan manajemen yang membantu pencapaian tujuan sebuah organisasi, membantu mendefinisikan filosofi, serta memfasilitasi perubahan organisasi. Parapraktisi public relations berkomunikasi dengan semua masyarakat internal dan eksternal yang relevan untuk mengembangkan hubungan yang positif serta menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi dengan harapan masyarakat. Mereka juga mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program organisasi yang mempromosikan pertukaran pengaruh serta pemahaman diantara konstituen organisasi dan masyarakat.
Definisi diatas tersebut menjelaskan bahwa humas itu membantu
organisasi dalam melakukan perubahan agar dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah. Humas menjadi penting karena menjadi bagian yang
membantu organisasi dalam membangun dan memelihara hubungan baik,
membangun hubungan saling pengertian dengan berbagai publiknya, baik publik
internal maupun publik eksternal.
9
Definisi mengenai public relations tidak terbatas sampai disitu saja,
bahkan saat ini tiap ahli dibidang kehumasan mempunyai definisi tersendiri
mengenai humas seperti yang dikatakan oleh Edward L. Bernays dalam kutipan
Iriantara (2010:5) yang menyebutkan public relations sebagai sebuah profesi yang
berkaitan dengan relasi-relasi satu unit dengan publik atau publik-publiknya
sebagai relasi yang mendasari berlangsungnya kehidupan.
Definisi public relations lainnya masih dalam kutipan Iriantara (2010:5)
yang mengutip dari kata-katanya DeFleur dan Dennis yang mengatakan bahwa,
public relations sebagai proses komunikasi dimana individu atau unit-unit
masyarakat berupaya untuk menjalin relasi yang terorganisasi dengan berbagai
kelompok atau publik untuk tujuan tertentu.
Dari definisi-definisi yang telah dijelaskan diatas tersebut kiranya dapat
memperjelas tentang posisi public relations baik sebagai proses komunikasi
maupun sebagai kegiatan yang dijalankan oleh organisasi. Sebagai proses
komunikasi, public relations merupakan kegiatan yang terorganisasi dan
bertujuan sehingga bisa dibedakan dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan
begitu saja dan tidak memiliki tujuan yang jelas. Sebagai kegiatan, public
relations bertujuan untuk membantu publik memahami organisasi dan produk
organisasi tersebut.
Kegiatan humas merupakan suatu unsur yang penting dan diperlukan
dalam suatu organisasi untuk mencapai keberhasilan dari setiap organisasi baik di
sektor pemerintah, privat, maupun non-profit. Humas menjadi media yang
menjembatani antara organisasi dengan publiknya untuk menghindari maupun
meredam masalah dan menciptakan saling pengertian diantara keduanya.
Dilakukan komunikasi dua arah dalam kegiatannya agar tujuan tersebut dapat
terlaksana dengan baik.
10
b. Publik Perusahaan
Kegiatan kehumasan yang dilakukan oleh suatu organisasi ditujukan untuk
membangun hubungan yang baik dengan publiknya. Grunig & Hunt dalam
bukunya yang berjudul Managing Public Relations dalam kutipan Putra
(2008:5.14) menyebutkan dua tokoh sosiolog Herbert Blumer dan filosofi John
Dewey sebagai pemberi pengertian yang lumayan jelas tentang konsep ‘publik’.
Menurut Blumer, publik merupakan kumpulan orang yang diikat oleh sesuatu
yang sama, mereka terpengaruh atau menghadapi suatu masalah. Sedangkan bagi
John Dewey, yang dimaksud dengan publik adalah sebuah kumpulan manusia
yang (1) menghadapi masalah sama, (2) mengakui bahwa masalah itu memang
ada, dan (3) mengorganisir diri untuk melakukan sesuatu terhadap masalah
tersebut.
Humas harus dapat memilah siapa saja yang menjadi publik kunci mereka
atau yang disebut dengan segmentasi publik. Publik dalam hal ini sering juga
disebut stakeholders, segmentasi publik di identifikasi melalui prioritas
stakeholders agar manajer humas dapat menentukan secara tegas publik sasaran
dari kegiatan kehumasan mereka. Dari segmentasi publik tersebut diharapkan
akan terlihat gambaran jelas tentang karakter, hubungan, dan pengaruhnya
terhadap organisasi. Hanya dengan melakukan segmentasi yang tepat, seorang
manajer humas dapat menentukan strategi kehumasan yang efektif.
Pemahaman akan publik ini sangat penting dimiliki oleh humas, karena
setiap publik tentunya memiliki kesadaran dan cara menyikapi yang berbeda
dalam setiap masalah, humas harus mengerti apa saja yang dibutuhkan oleh setiap
publiknya, serta bagaimana organisasi atau perusahaan dapat mengakomodasi
kepentingan-kepentingan stakeholders.
Grunig & Repper seperti dikutip oleh Putra, (2008:5.13) mengatakan
bahwa stakeholders adalah orang yang punya kaitan dengan organisasi, karena
baik orang-orang tersebut maupun organisasi memiliki konsekuensi satu sama
lainnya. Sebagai publik, mereka berhak mengetahui rencana-rencana usaha suatu
organisasi atau perusahaan berdasarkan keadaan, harapan-harapan, keinginan-
11
keinginan publik sebagai sasarannya. Oleh karena itu, segala bentuk kebijakan
organisasi atau perusahaan tentu harus mempertimbangkan kelompok-kelompok
ini, terutama dalam hal program komunikasi perusahaan sebab keputusan yang
dibuat organisasi atau perusahaan menjadi landasan dari hubungan yang terjalin
dengan stakeholders dan menentukan arah perilaku publik dalam menunjang
pencitraan perusahaan ke arah yang lebih baik.
Secara umum, stakeholders dalam suatu perusahaan dikelompokkan
menjadi dua, yaitu stakeholders internal dan stakeholders eksternal (Kasali,
2003:75). Stakeholders internal merupakan pihak-pihak kelompok-kelompok
internal perusahaan, mulai dari manajemen puncak hingga level karyawan paling
bawah. Stakeholders internal relatif mudah dikendalikan dan pekerjaan untuk
komunikasi intern bisa diserahkan kepada bagian lain seperti bagian kepegawaian,
atau malah dirangkap langsung oleh manajemen puncak.
Sedangkan, stakeholders eksternal adalah unsur-unsur yang berada di luar
kendali perusahaan (uncontrollable). Stakeholders eksternal seperti lembaga
pemerintah, pelanggan, pemasok, bank, media/pers, dan komunitas. Mereka
memiliki karakter yang berbeda-beda dan perusahaan mengalami kesulitan untuk
mengidentifikasi kepentingan masing-masing. Para pimpinan perusahaan
selayaknya mendesain perusahaan sesuai dengan keadaan lingkungan
eksternalnya.
Banyak orang menganggap bahwa ruang lingkup kegiatan public relations
hanya meliputi stakeholders eksternal, namun dalam kenyataannya stakeholders
internal juga memegang peranan yang penting dalam keberhasilan suatu
perusahaan sehingga peran public relations bersifat dua arah, yaitu berorientasi ke
dalam (inward looking) dan keluar (outward looking).
12
Tabel 1
Stakeholders Internal dan Eksternal
Stakeholders Internal Stakeholders Eksternal
Pemegang saham
Manajemen dan Top Executive
Karyawan
Keluarga karyawan
Konsumen
Penyalur
Pemasok
Bank
Pemerintah
Pesaing
Komunitas
Pers
Sumber: Kasali (2003:65)
Broom dan Dozier dalam kutipan Putra (2008:5.27-5.29), melakukan
pendekatan segmentasi publik yang berguna untuk memilah-milah dan memahami
siapa saja publik dari perusahaan berdasarkan kategori tertentu. Hal ini perlu
dilakukan untuk memperkirakan strategi apa yang cocok ditujukan pada mereka,
segmentasi publik tersebut yaitu:
a. Geografis, publik dilihat berdasarkan tempat tinggalnya.
b. Demografis, publik dilihat melalui aspek jenis kelamin, umur, pendapatan,
pendidikan, status perkawinan, agama, dan sebagainya.
c. Psikografis, publik dilihat dari sudut pandang psikologi maupun gaya
hidup, penilaian bersadar psikografis ini lebih dikenal dengan model
VALS (value and lifestyle).
d. Covert power, publik dilihat dari pengaruh yang dimiliki terhadap
kelompok lain
e. Posisi, publik dilihat berdasarkan aspek profesi atau pengetahuan yang
mereka miliki.
13
f. Reputasi, publik dinilai berdasarkan siapa yang paling tahu akan suatu
persoalan.
g. Keanggotaan, publik dilihat dari keanggotaannya dalam berbagai
organisasi, karena perilakunya dapat menggambarkan perilaku dari
keseluruhan objek.
h. Publik dilihat melalui peranannya dalam proses pengambilan keputusan.
i. Perilaku komunikasi publik, disini humas melihat tingkat keaktifan publik,
saluran komunikasi, serta aspek-aspek lain dalam berkomunikasi.
Dalam mencapai tujuan organisasi, segmentasi publik penting dilakukan
oleh humas agar dapat melihat publik dikelompok mana saja yang dapat
membantu organisasi mencapai tujuannya. Selain itu, cara organisasi dalam
menyampaikan pesannya dipengaruhi juga oleh pemilihan publik, karena setiap
kelompok dalam segmentasi tersebut memiliki frame of reference dan field of
experience yang berbeda, yang sangat berpengaruh pada persepsi komunikasi
yang disampaikan oleh organisasi. Apabila humas dapat menentukan publik
kuncinya, komunikasi yang dilakukan tentunya tidak akan bias. Pada akhirnya,
hal ini akan memudahkan humas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Komunitas dan Organisasi
a. Pengertian Komunitas
Di dalam proses menjalankan usahanya, perusahaan-perusahaan atau
lembaga-lembaga non profit lainnya tentu saja melibatkan komunitas. Komunitas
sangat penting demi keberlangsungan usaha sehingga perlu adanya hubungan
masyarakat yang baik yang dilakukan oleh perusahaan. Komunitas diartikan
sebagai masyarakat atau sekelompok orang yang menempati wilayah tertentu,
mengidentifikasi diri mereka di wilayah tersebut, dan adanya tingkat solidaritas.
Pengertian komunitas lebih di jelaskan kembali oleh beberapa para ahli
sosiologis, salah satunya adalah Robert M. MacIver, in Society: Its Structure and
Change dalam kutipan Koenig (1957:177), yang mengatakan bahwa:
14
Community as a group of people “who live together, who belong together, so that they share, not this or that particular interest, but a whole set of interest wide enough and complete enough to include their lives.
Robert M. MacIver mengartikan komunitas sebagai sekelompok orang
yang hidup bersama, yang menjadi milik bersama sehingga mereka berbagi satu
sama lainnya dan bukan hanya mementingkan kepentingan tertentu saja tetapi
saling membantu dan hidup rukun di kehidupan mereka. Komunitas terdiri dari
wilayah yang kecil seperti masyarakat desa dan wilayah yang besar seperti
masyarakat kota, suku-suku, dan bangsa.
Definisi tentang komunitas lainnya juga dikatakan oleh W.J. Peak dalam
Lesly (1991:117), yang mengatakan bahwa konsep komunitas dalam konteks
public relations telah banyak berubah, yaitu: komunitas bukan lagi sekadar
kumpulan orang yang tinggal pada lokasi yang sama tapi juga menunjukkan
terjadinya interaksi di antara kumpulan orang tersebut. Jadi komunitas itu juga
bisa merupakan unit sosial yang terbentuk lantaran adanya interaksi di antara
mereka. Dengan kata lain, komunitas itu bukan hanya menunjukkan pada lokalitas
saja melainkan juga pada struktur.
Sedangkan Stewart E. Perry dalam CED Definitions and Terminology
yang dikutip oleh Iriantara (2010:24), memandang ada dua makna komunitas.
Pertama, komunitas sebagai kategori yang mengacu pada orang yang saling
berhubungan berdasarkan nilai-nilai dan kepentingan bersama yang khusus,
seperti para penyandang cacat, jamaah masjid, atau kelompok imigran. Kedua,
secara khusus menunjukkan pada satu kategori manusia yang berhubungan satu
sama lain karena didasarkan pada lokalitas tertentu yang sama, yang karena
kesamaan lokalitas itu secara tidak langsung membuat mereka mengacu kepada
kepentingan dan nilai-nilai yang sama.
Dengan demikian, untuk kepentingan public relations kita bisa
memandang komunitas berdasarkan lokalitas sebagai sekelompok orang yang
berdiam pada lokasi yang sama dan komunitas dapat juga dipandang sebagai
interaksi dalam struktur sosial yang berdiam pada lokasi yang berbeda atau
15
mungkin berjauhan namun dipersatukan oleh kepentingan dan nilai-nilai yang
sama.
b. Hubungan Organisasi dan Komunitas
Komunitas dan organisasi/perusahaan mempunyai hubungan yang cukup
erat berkaitan satu sama lainnya. Hubungan ini dimaknai seperti hubungan
bertetanggaan, bila diperlakukan dengan baik maka akan menjadi kawan dan
sebaliknya bila diperlakukan buruk bisa menjadi lawan. Maka dari itu perusahaan
harus menjaga dengan baik hubungan tersebut agar usahanya dapat berjalan lancar
dan diterima di komunitas. Dalam konsep tetanggaan yang baik, terdapat
perbedaan pandangan antara organisasi dan komunitas dimana keduanya
mengartikan hal yang berbeda. Bagi organisasi, sifat caritatif (amal) dengan
memberikan bantuan mungkin dipandang memadai untuk membangun hubungan
bertetangga yang baik. Namun bagi komunitas tentu saja bukan sekadar itu,
bertetangga baik itu bisa juga dalam bentuk memberi prioritas bagi warga sekitar
untuk bekerja di organisasi.
Komunitas tidak hanya dimaknai dengan lokalitas belaka, melainkan juga
dimaknai secara struktural yang didalamnya terjadi interaksi karena memiliki
nilai-nilai dan kepentingan yang sama, serta manfaatnya bisa dirasakan kedua
belah pihak. Karena itu, hubungan antara organisasi dengan komunitas lebih tepat
dipandang sebagai relasi yang dikembangkan untuk membuka ruang bagi
terwujudnya tanggungjawab sosial organisasi. Menurut Daugherty dalam kutipan
Iriantara (2010:26) tanggungjawab sosial itu adalah:
Tanggungjawab sosial itu merupakan perkembangan proses untuk mengevaluasi stakeholders dan tuntutan lingkungan serta implementasi program-program untuk menangani isu-isu sosial. Tanggungjawab sosial itu berkaitan dengan kode-kode etik, sumbangan perusahaan program-program community relations dan tindakan mematuhi hukum.
Dari definisi diatas tersebut dapat dikatakan bahwa organisasi bisnis
memang punya tanggungjawab untuk memproduksi dan mendistribusikan barang
dan jasa secara efektif untuk dikonsumsi konsumen dan memberikan keuntungan
16
bagi stakeholders. Namun selain itu organisasi bisnis juga harus memberikan
sumbangan kepada masyarakat terhadap munculnya isu-isu sosial yang penting.
Dengan begitu, ada dua sisi untuk melihat organisasi yaitu organisasi sebagai
lembaga yang mencari keuntungan yang dipandang sebagai lembaga ekonomi,
dan di sisi lainnya organisasi bisnis dipandang juga sebagai lembaga sosial
lantaran memikul beban tanggungjawab bagi masyarakat. Maka dari itu,
organisasi dituntut untuk menjalankan kedua peran tersebut yakni tanggungjawab
ekonomis dan sosial.
Beberapa contoh kongkret membangun hubungan dengan komunitas itu
misalnya: memberikan bantuan untuk keluarga-keluarga berpendapatan rendah
dan sedang, memberikan pelatihan keterampilan pada masyarakat sekitar, atau
menunjang kepentingan-kepentingan budaya, pendidikan, kesehatan, dan
kesejahteraan komunitas. Dari contoh yang telah dijalankan tersebut maka akan
ada upaya baik dari masyarakat maupun dari organisasi untuk sama-sama
menjalankan kegiatan yang memberikan manfaat dan kepentingan bagi kedua
belah pihak.
c. Peran Komunitas Bagi Keberhasilan Organisasi
Keberhasilan satu organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
itu ditentukan oleh sikap dari komunitas sekitarnya, karena bukan hanya mereka
yang di dalam organisasi saja yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan,
melainkan juga komunitas yang berada disekeliling wilayah operasi organisasi.
Menjalin hubungan yang baik dan sehat dengan komunitas akan membentuk sikap
positif komunitas pada organisasi yang berpengaruh terhadap sikap karyawan
organisasi tempatnya bekerja. Rasa bangga terhadap organisasi tempatnya bekerja
ditentukan juga oleh sikap masyarakat terhadap organisasinya tersebut.
Dengan demikian, sesungguhnya komunitas sekitar organisasi memiliki
pengaruh besar dan langsung pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Oleh
karena itu, sangat wajar bila kini semakin banyak organisasi yang menyadari
pentingnya menjalin hubungan baik dengan komunitasnya karena dapat
membangun citra yang baik bagi organisasi di mata komunitas dan juga semakin
17
menambah rasa bangga para karyawan dan staf organisasi tersebut pada
organisasinya.
3. Community Relations
a. Pengertian Community Relations
Hubungan masyarakat/community relations telah di jalankan oleh
beberapa industri di semua institusi pemerintah, lembaga, sistem sekolah,
perguruan tinggi, lembaga kesejahteraan, dan lain-lainnya. Community relations
banyak diartikan oleh berbagai para ahli, diantaranya seperti yang dikatakan oleh
W.J. Peak dalam kutipan Lattimore, dkk (2010:257) yang mendefinisikan
community relations sebagai:
Seperti fungsi public relations, community relations adalah partisipasi dari lembaga yang terencana, aktif, dan terus-menerus dengan masyarakat, dalam rangka memelihara dan meningkatkan lingkungannya untuk memperoleh keuntungan, bagi lembaga maupun bagi komunitas.
Community relations yang baik adalah sebuah kemitraan yang saling
menguntungkan, tidak hanya sekadar memberikan suatu donasi keuangan atau
kedermawanan untuk mendanai proyek masyarakat saja. Idealnya, sebuah institusi
akan mengumpulkan sumber dayanya, produk dan jasa yang diberikan
perusahaan, relasi dengan konsumen, rekrutmen, rancangan gedung dan fasilitas
organisasi dan menggunakan semua ini untuk membuat komunitas menjadi lebih
baik serta untuk membentuk komunitas di tempat institusi tersebut berada.
Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan oleh Jerold
seperti yang dikutip Iriantara (2010:20) yaitu, community relations dimaknai
sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas
melalui berbagai upaya untuk kepentingan bersama bagi organisasi dan
komunitas.
Komunitas dianggap penting bagi sebuah perusahaan karena mereka
menentukan jalannya perusahaan tersebut. Tanpa adanya dukungan dan
penerimaan sikap baik dari publik maka perusahaan tersebut tidak dapat berjalan
18
dengan lancar. Maka dari itu, organisasi termotivasi untuk membuat program-
program community relations untuk membangun komunitas dan mendapatkan
dukungan dari komunitas dan biasanya program-program community relations
lebih difokuskan untuk menanamkan kebanggaan karyawan, membangun
kepercayaan publik, menumbuhkembangkan pendidikan, memberi respon
terhadap kebutuhan komunitas, dan meningkatkan citra perusahaan.
Semua langkah dalam program community relations dilakukan dengan
didasarkan pada nilai-nilai dasar perusahaan yakni menghormati individu,
integritas yang utuh, keterpercayaan, kredibilitas dan perbaikan berkelanjutan,
pembaharuan pribadi serta pengakuan dan nama baik.
b. Pentingnya Community Relations
Pada masa lalu, program community relations ditandai dengan istilah
seperti “corporate citizenship” atau “good neighbor” tetapi kini konsepnya telah
berubah menjadi salah satu pilihan yang dipilih bersama oleh komunitas dan
perusahaan untuk mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Untuk mencapai
keberhasilan, perusahaan harus bisa bekerjasama sekaligus bersaing dan sebuah
organisasi menjadi bagian dari komunitasnya, menciptakan solusi saling
menguntungkan (win-win solution) yang membawa keuntungan bagi stakeholder
dan masyarakat secara keseluruhan, serta adanya tindakan yang positif dan
bertanggungjawab secara sosial untuk membantu masyarakat sebagai bagian dari
organisasi.
Community relations yang baik membantu mengamankan apa yang
dibutuhkan organisasi dari komunitas dan membantu menyediakan apa yang
diharapkan oleh komunitas. Lebih dari itu, community relations membantu
melindungi investasi organisasi, meningkatkan penjualan produk dan saham,
memperbaiki iklim operasional umum, serta mengurangi biaya yang berhubungan
dengan badan pemerintah. Community relations yang positif menghasilkan sikap
komunitas yang menyenangkan kepada organisasi sehingga dapat meningkatkan
produktivitas pekerja. Program community relations yang baik adalah program
yang mengalir secara ilmiah dari sumber-sumber organisasi.
19
c. Dasar Program Community Relations
Banyak perusahaan yang semakin menyadari pentingnya mengembangkan
hubungan baik dengan masyarakat/komunitas di sekitarnya, biasanya mereka
melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui
proyek-proyek pengembangan masyarakat seperti membangun fasilitas rumah
sakit ataupun sekolah-sekolah.
Community relations menjadi bagian dari public relations yang harus
ditangani dengan fokus dan serius, karena menurut Cutlip, dkk (1971:336)
community relations penting untuk dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Adanya saling ketergantungan antara organisasi dengan publiknya untuk
dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok ataupun individu. Saling
menguntungkan diantara keduanya, masyarakat tidak dapat hidup dan
tumbuh tanpa adanya industri karena industri memberikan lapangan
pekerjaan dan kesejahteraan untuk masyarakat dan begitu juga sebaliknya.
2. Proses interaksi yang dilakukan secara continuous atau terus menerus yang
dilakukan oleh manager perusahaan dan kemudian mengalir kebawah
melalui karyawan dan kemudian keluar kepada masyarakat. Tanpa adanya
karyawan/seorang praktisi humas yang baik maka perusahaan tidak dapat
menjalankan community relations dengan baik karena humas menerapkan
masyarakat kedalam pekerjaannya dan pekerjaannya diterapkan untuk
masyarakat. Ini merupakan satu peranan pentingnya humas di dalam
perusahaan.
3. Community relations dilakukan perusahaan sebagai upaya positif yang
menguntungkan. Perusahaan menjalin sebuah tetanggaan yang baik
dengan masyarakat sekitarnya demi meningkatkan hasil pendapatan
perusahaan tersebut tanpa harus adanya konflik dengan masyarakat.
4. Community relations yang sehat/baik tidak dibangun hanya dengan
memberikan hadiah, donasi, atau publisitas saja tetapi hubungan yang baik
dibangun dengan cara perusahaan menjalankan tanggungjawab sosialnya.
20
Namun di dalam menjalankan usahanya, sebagian perusahaan merasa
kesulitan dalam mengukur sebuah indikator apakah program community relations
yang diberikan perusahaan kepada komunitas itu dapat berhasil berjalan dengan
baik atau tidak, itu dikarenakan perusahaan tidak memiliki gagasan yang jelas
tentang apa dan bagaimana hubungan yang sukses dengan masyarakatnya itu.
Perusahaan sering mengukur hal yang salah dengan secara sepihak
menentukan indikator keberhasilan dalam mengontrol program community
relations, sebagai contoh perusahaan melakukan program pemberdayaan
masyarakat dengan melatih masyarakat tersebut sebagai mekanik bengkel motor
yang padahal masyarakat tersebut tidak membutuhkan pelatihan itu karena tidak
sesuai dengan keadaan di suatu daerah tersebut. Dari sini biasanya perusahaan
hanya menentukan indikator keberhasilan kerjanya saja dengan cara sepihak yaitu
hanya melihat program tersebut telah terlaksana dan sampai kepada masyarakat
namun perusahaan tidak melihat bagaimana dampak dan pandangan/harapan
masyarakat kepada perusahaan, sejatinya haruslah kedua belah pihak merasa
diuntungkan karena keberhasilan masyarakat mengarah kepada keberhasilan
perusahaan.
Perusahaan haruslah memiliki gagasan yang jelas tentang bagaimana
mereka dan masyarakat dapat bekerjasama dengan baik, perusahaan harus
mengindentifikasi indikator yang mengukur kemajuan dan persepsi masyarakat
dalam kaitannya dengan tujuan tersebut karena ini adalah dasar untuk mengetahui
sikap positif atau negatif dari masyarakat untuk mendukung perusahaan. Indikator
harus dinamis tidak statis, indikator harus memferifikasi tren dan perubahan
persepsi masyarakat perusahaan. Mereka harus mengukur bagaimana hubungan
antara perusahaan dan masyarakat berkembang dari waktu ke waktu, hal ini dapat
diukur dalam berbagai cara termasuk melalui umpan balik.
Selain itu, perusahaan juga perlu memantau faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi masyarakat, seperti misalnya meminta opini masyarakat,
mengadakan diskusi secara berkala, dan komunikasi yang transparan dengan
masyarakat pada program community relations yang telah dijalankan tersebut
apakah telah memberikan keuntungan dan perubahan di masyarakat.
21
d. Public Relations dan Community Relations Sebagai Bagian dari
Aktifitas Perusahaan
Komunitas memiliki arti penting dalam pelaksanaan public relations
sehingga perlu di pelihara hubungan yang baik dan tetap memperhatikan
kepentingan publik/komunitasnya karena mereka dapat mempengaruhi jalannya
perusahaan. Community relations yang harmonis yang dilakukan oleh perusahaan
dapat menjadikan komunitas merasa dirinya telah dianggap menjadi bagian dari
sebuah perusahaan/organisasi tersebut.
Public relations harus mulai berpikir tentang komunitas organisasinya
karena komunitas merupakan publik dari organisasi itu sendiri. Public relations
merupakan usaha aktif yang berguna untuk memulihkan dan menjaga komunitas.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh seorang humas harus berkelanjutan dan dapat
bermanfaat untuk komunitasnya. Usaha tersebut dilakukan bukan karena akan
mendatangkan profit, namun merupakan tanggungjawab moral organisasi kepada
komunitasnya. Dari argumen-argumen diatas tersebut menunjukan bahwa
komunitas merupakan salah satu bagian penting dari public relations. Konsep
serta kajian public relations tentang komunitas ini dinamakan community
relations.
Antara public relations dengan community relations sangat erat kaitannya,
karena mereka berhubungan satu sama lain dan keduanya merupakan bagian dari
aktifitas perusahaan. Ronald D. Hunter, dkk (2004:30-36) mengatakan perbedaan
antara public relations dengan community relations harus dipahami dalam sebuah
kerangka analisis yang fokus kepada tiga karakteristik dari kegiatannya, yaitu:
1. Tujuan dari kegiatan tersebut
Pada public relations, salah satu tujuan umum dari kegiatannya adalah
untuk mengembangkan dan mempertahankan lingkungan yang baik tempat
dimana perusahaan tersebut beroperasi, seorang humas harus memberikan
informasi kepada publik dan mempengaruhi masyarakat untuk mendapatkan
dukungan demi meningkatkan citra perusahaan.
22
Pada community relations, upaya hubungan komunitas diarahkan untuk
mengintegrasikan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat sehingga
perusahaan mempunyai tujuan khusus pada program hubungan komunitas
diantaranya sebagai berikut:
a. Untuk menentukan program yang tepat yang akan diberikan kepada
masyarakat.
b. Untuk menentukan bagaimana layanan ini akan disediakan (dalam arti
taktik dan prosedur yang tepat).
c. Untuk mengidentifikasi dan menentukan area-area mana saja yang
berpotensi menimbulkan masalah dan solusi cara menangani/ memberbaiki
masalah tersebut.
d. Untuk membangun mekanisme yang berkelanjutan untuk menyelesaikan
masalah kepentingan bersama antara perusahaan dan masyarakat.
2. Proses yang terlibat dari kegiatan tersebut
Beberapa perbedaan yang menarik muncul ketika public relations dan
community relations dibandingkan melalui proses keterlibatan diantara keduanya,
proses tersebut meliputi: standardization, agency oriented, community oriented or
both, information flow, hierarchical level of involvement, and breadth of agency
involvement.
Pada public relations, standarisasinya adalah kegiatan humas cenderung
dirutinkan dan dikhususkan, hal ini membuat lebih mudah untuk mengontrol.
Sedangkan pada community relations secara umum, kegiatannya sulit untuk di
rutinkan karena dari beberapa kegiatannya bisa menjadi kegiatan yang rutin
sehingga bentuk kegiatannya lebih ke arah fleksibel dan mudah beradaptasi sesuai
fungsinya yang dilakukan untuk menghubungan perusahaan dengan publiknya.
Kegiatan public relations berorientasi pada lembaga, semua kegiatannya
dirancang untuk melayani kebutuhan lembaga. Sedangkan community relations
tujuannya adalah untuk memberikan layanan kepada masyarakat sehingga
23
masyarakatlah yang dilayani dan berorientasi, pada akhirnya masyarakat juga
melayani kebutuhan lembaga.
Arus informasi dalam kegiatan public relations bersifat satu arah yaitu
mengalir keluar yang artinya hanya memberikan informasi dari perusahan kepada
masyarakat dan tidak adanya timbal balik. Sedangkan pada community relations,
arus informasinya bersifat dua arah yang mengumpulkan umpan balik dari
anggota masyarakat atau masyarakat yang terlibat.
Pengaturan hirarki tanggungjawab untuk kegiatan public relations telah
ditetapkan dan keterlibatan lembaga dalam public relations adalah sempit, public
relations adalah alat dalam manajemen perusahaan bukan merupakan komponen
penting, kegiatan kehumasan umumnya ditugaskan untuk unit tertentu. Pada
community relations hirarki tanggungjawab sangat bervariasi dan tersebar.
Keterlibatan lembaga sangat luas, meskipun aspek-aspek tertentu dari hubungan
komunitas dapat ditugaskan untuk unit departemen tertentu dan masyarakat luas.
3. Tingkat keterlibatan masyarakat
Dalam sebagian besar kegiatan public relations keterlibatan masyarakat
bersifat pasif, masyarakat hanya menerima informasi dari perusahaan saja.
Sedangkan pada community relations kegiatannya bersifat aktif karena sering
sangat bergantung pada keterlibatan masyarakat.
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat digambarkan pada sebuah tabel 2
tentang perbedaan karakteristik public relations dengan community relations agar
lebih mudah untuk dipahami, yaitu:
24
Tabel 2
Perbedaan Karakteristik Public Relations dengan Community Relations
Sumber: Ronald D. Hunter, dkk (2004:36)
e. Proses Community Relations
Community relations yang efektif tidak terjadi begitu saja juga bukan
sebagai hasil yang tidak bisa dielakkan dari organisasi yang berjalan dengan baik
dan senantiasa memikirkan kepentingan umum. Seperti semua aspek public
relations, program community relations yang berhasil harus dibangun dalam
struktur dan budaya organisasi. Community relations tidak didasarkan pada
altruisme murni karena kegiatan ini memperhatikan kepentingan pribadi
organisasi juga.
Di dalam community relations terdapat suatu hubungan yang baik antara
organisasi dengan komunitasnya, tetapi tidak mudah untuk membuat hubungan
tersebut berjalan dengan baik tanpa adanya perencanaan dan eksekusi yang hati-
hati. Oleh karena itu, adanya proses community relations yang harus dijalankan
agar program-program community relations dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan mencapai target dari program itu. Proses community relations
tersebut dijelaskan oleh Lattimore, dkk (2010:256-261) meliputi:
25
1. Menetapkan Sasaran
Menetapkan sasaran community relations secara umum saja tidak cukup
untuk perusahaan menjalankan programnya, sasaran community relations yang
spesifik harus diterangkan dengan seksama. Kegagalan perusahaan dalam
menetapkan sasarannya dapat mematikan berbagai program community relations
sebelum program tersebut dimulai, oleh karena itu perusahaan perlu memiliki
strategi rencana dengan tertulis untuk community relations ini yang menegaskan
pandangan pihak manajemen tentang kewajibannya kepada komunitas sehingga
usaha-usaha yang akan dilakukan dapat terkoordinasi dan terfokus.
Perusahaan harus melibatkan karyawannya ketika merencanakan dan
mengimplementasikan aktivitas community relations. Kebutuhan komunitas lokal
dan kepedulian karyawan perusahaan adalah dua kriteria yang paling penting
dalam menentukan apa yang perlu diberi dukungan. Para karyawan berpartisipasi
dalam kegiatan yang dipilih, membawa komitmen sosial mereka pada kehidupan
masyarakat.
2. Mengenali Komunitas
Mengenali komunitas sangat penting dilakukan sebelum perusahaan
mengembangkan kebijakan dan sasaran. Kebijakan dan sasaran community
relations tidak ditentukan berdasarkan prinsip-prinsip idealis, tetapi terjadi dengan
melihat dan menilai kebutuhan organisasi, sumber daya, dan keahlian dalam
organisasi pada satu sisi, serta kebutuhan dan harapan komunitas di sisi lainnya.
Lattimore, dkk (2010:259) merumuskan bahwa program community relations
yang solid harus dibangun atas jawaban dari pertanyaan untuk dapat mengenali
komunitasnya, seperti berikut:
a. Bagaimana struktur komunitas?
Apa bentuk kepemimpinan formal dan nonformalnya, apakah
penduduknya homogen atau heterogen, apa struktur nilai yang paling
berpengaruh, dan bagaimana struktur saluran komunikasinya.
26
b. Apa kekuatan dan kelemahan komunitas?
Apa saja sumberdaya unik yang dimiliki komunitas (manusia, budaya,
alam), bagaimana situasi politik, bagaimana situasi ekonomi lokal di
komunitas, dan apa masalah khusus yang dihadapi komunitas.
c. Apa yang diketahui dan dirasakan komunitas tentang organisasi?
Apa harapan komunitas terkait aktivitas organisasi, apakah ada
kesalahpahaman komunitas tentang organisasi, apa yang dirasakan
komunitas tentang organisasi, apakah masyarakat sekitar memahami
produk, jasa, praktik, dan kebijakan organisasinya.
Jawaban atas pertanyaan diatas tersebut tidak mudah untuk didapatkan,
maka dari itu dibutuhkan pemantauan yang intens terhadap komunitasnya agar
dapat dikenali. Banyak organisasi melakukan riset survei untuk mencari tahu
pengetahuan, sikap, dan persepsi komunitas. Informasi berharga dapat diperoleh
melalui beberapa cara, yaitu menjalin hubungan dekat dengan pimpinan
komunitas seperti para pemimpin profesional agama, pemimpin politik, serta
editor media yang dapat dijangkau melalui pertemuan tatap muka dalam berbagai
kegiatan.
3. Berkomunikasi dengan Komunitas
Cara yang paling signifikan untuk menjangkau publik adalah perusahaan
harus terbuka terhadap berbagai taktik komunikasi melalui komunikasi karyawan.
Para karyawan ini dapat membagi pesan yang disampaikan oleh perusahaan
kepada tetangga mereka karena biasanya para karyawan tersebut berasal dari
masyarakat sekitar perusahaan. Sehingga diharapkan para karyawan ini dapat
menceritakan dan menginformasikan pesan perusahaan kepada pemimpin opini
komunitas seperti guru, pejabat pemerintah, pimpinan serikat pekerja, serta
pimpinan kelompok etnik dan lingkungan sekitar.
27
Organisasi lokal seperti organisasi budaya, agama, serta kelompok pemuda
juga merupakan faktor yang penting dalam penyebaran pesan kelembagaan dan
memberikan kesempatan yang cukup untuk melakukan komunikasi informal.
Untuk itu, manajer perusahaan harus ikut menjadi bagian dari kelompok seperti
ini dan harus dapat memberikan atau menginformasikan pesan secara langsung
kepada mereka.
4. Saluran Komunikasi
Proses ini merupakan metode komunikasi organisasi yang berorientasi
pada komunitas dengan berbagai cara seperti mengobrol langsung secara informal
dengan masyarakat, pembuatan iklan di media massa setempat seperti di surat
kabar, radio, dan televisi, serta publikasi internal, brosur, dan laporan tahunan
yang dibagikan kepada pemimpin komunitas.
Beberapa organisasi, bahkan membuat newsletter yang ditujukan khusus
untuk masyarakat sekitar dan adapula yang melakukan open house sebagai
aktivitas untuk menyampaikan pesan melalui film, tampilan, brosur, serta
biasanya menyediakan sampel produk yang bisa dibawa pulang oleh partisipan.
F. Fungsi Spesifik Community Relations
Masih banyak organisasi yang belum mampu mengelola community
relations dengan maksimal. Mereka tidak berfokus pada permasalahan
komunitasnya tetapi hanya memikirkan kepentingan organisasinya sendiri,
padahal sebenarnya yang harus dilakukan oleh organisasi itu adalah hendaknya
berfokus pada permasalahan yang dihadapi komunitas. Pelaksanaan program
community relations yang benar akan menjadi tepat sasaran dan dampaknya
langsung dapat dirasakan baik oleh komunitas maupun organisasi itu sendiri yang
merupakan tujuan dari program itu.
28
Program community relations sesungguhnya tidak hanya masalah
perbaikan ekonomi saja, akan tetapi Lattimore, dkk (2010:262-275) mengatakan
bahwa fungsi spesifik dari community relations itu mencangkup beberapa hal,
diantaranya adalah:
1. Ketika organisasi pindah
Community relations menjadi sangat penting khususnya ketika sebuah
organisasi pindah ke komunitas baru dan meninggalkan komunitas lama. Ketika
keputusan untuk pindah ke komunitas tertentu telah dibuat, penting untuk
memberi tahu media setempat akan informasi aktual tentang waktu pindah,
pencarian karyawan baru, pembukaan pabrik, dan aktivitas sejenis lainnya.
Tujuannya adalah untuk membuat kelompok kunci dalam organisasi dan
produk, aktivitas, kebijakan, serta orang-orangnya menjadi familier bagi
komunitas setempat dengan menggunakan semua media dan metode yang
tersedia. Respons komunitas terhadap organisasi harus dijadikan faktor penting
dalam keputusan penentuan lokasi
2. Pemerintah lokal dan aksi politik
Bisnis dan government relations (hubungan dengan pihak pemerintah)
adalah dua aktivitas public affairs yang saling terkait dan saling melengkapi
dengan community relations dalam pemerintah lokal dan politik, karena para
pejabat politik lokal dapat menyuplai input yang sangat berharga bagi program
community relations. Oleh karena itu, sebagian dari usaha community relations
mesti dicurahkan untuk membangun hubungan yang solid dengan pejabat
pemerintah lokal, komisi daerah, dan badan pemerintah daerah.
Community relations lebih dari sekadar kegiatan komunikasi. Kegiatan
tersebut memerlukan aksi yang dilakukan oleh organisasi dalam hubungannnya
dengan kesehatan dan kesejahteraan komunitas, pendidikan, pemerintah, budaya,
rekreasi, serta bidang lainnya.
29
3. Tanggung jawab sosial perusahaan dan filantropis
Perusahaan tentu ingin dipandang sebagai tetangga yang baik, tetangga
yang bekerja di sisi badan pemerintah dan organisasi lainnya untuk membahas
masalah sosial. Dukungan filantropis biasanya diberikan dalam tiga cara: donasi
dalam bentuk tunai, donasi in-kind (memberikan pinjaman), dan karyawan yang
menjadi sukarelawan. Dalam hal ini, pendidikan, pelayanan kesehatan dan
kemanusiaan, peremajaan kota, dan seni menjadi bentuk kontribusi perusahaan
kepada komunitas. Melalui pendidikan perusahaan memberikan bantuan uang dan
juga donasi dalam bentuk fasilitas sekolah (pembangunan ruang kelas, penyediaan
komputer, dll).
Kepentingan pribadi perusahaan dalam kegiatan filantropis perusahaan
yang paling nyata terlihat dalam bidang kesejahteraan dan kesehatan komunitas,
serta peremajaan kota dengan memberikan sumbangan uang untuk membangun
ulang kota karena daerah perkotaan sering menjadi pusat kemiskinan,
pengangguran, polusi, dan tindak kriminal sehingga perusahaan pun ikut
memberikan keahlian atau bakat kepada masyarakat tersebut agar mereka dapat
menciptakan lapangan kerja untuk diri mereka sendiri ataupun orang lain.
Hubungan antara community relations perusahaan dengan seni atau budaya
sangat jelas karena dengannya dapat menarik para konsumen, pemasok,
pemerintah, dan akademisi untuk datang ketempat komunitas tersebut yang dibina
oleh perusahaan. Perusahaan tersebut mengembangkan dan melaksanakan
pemprograman public relations perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas
budaya.
Kegiatan filantropis diatas tersebut dilakukan oleh perusahaan guna
membangun jaringan dengan orang lain di komunitas setempat, meningkatkan
kesadaran akan perusahaan beserta produk dan jasanya, memperkokoh hubungan
dengan konsumen yang sudah ada dan para calon konsumen, menarik minat
karyawan dan meningkatkan kepuasan kerja mereka, serta menghindarkan
perusahaan dari para pesaing.
30
4. Pemasaran Berdimensi Sosial (Cause Related Marketing/CRM)
Pemasaran berdimensi sosial mengikat perusahaan dan produknya pada
sebuah misi sosial karena ketika perusahaan berkontribusi pada komunitas,
mereka membuat sebuah koneksi yang sangat kuat dengan membagi nilai-nilai
karyawan dan konsumen mereka. CRM dilakukan karena mempunyai
keuntungan, diantaranya adalah (Lattimore dkk, 2010:275):
a. CRM meningkatkan penjualan dengan cara membagikan kupon, potongan
harga, dan diskon yang mampu menarik perhatian konsumen. Cara ini
dilakukan untuk kegiatan amal dan menjalin kemitraan.
b. CRM menguatkan citra perusahaan. Dukungan terhadap satu gerakan
sosial dapat menguntungkan perusahaan dengan menguatnya citra
perusahaan sebagai corporate citizen yang baik dan akan lebih banyak di
liput oleh media ketika perusahaan memenuhi kebutuhan komunitasnya.
c. CRM menguntungkan properti dan sponsor. Kegiatan amal dan bakti
sosial dapat meningkatkan jumlah donasi. Cara ini dilakukan dengan cara
organisasi sosial yang telah meminjamkan namanya ke perusahaan bisa
menerima hak bayaran atau potongan harga dari pembelian suatu produk
tertentu jadi bisa dikatakan barang yang di produksi oleh perusahaan
tersebut dapat terjual sekaligus perusahaan mendapatkan donasi untuk
kegiatan amalnya.
Dari penjelasan di atas, sebenarnya kegiatan CRM ini tanpa disadari
bahwa donasi yang diperoleh untuk kegiatan amal di dapatkan dari konsumen
yang membeli produk perusahaan tersebut sehingga perusahaan mendapatkan dua
keuntungan sekaligus yaitu keuntungan meningkatkan penjualan dan juga
mendapatkan keuntungan donasi. Dari kegiatan ini, perusahaan di pandang telah
memberikan sumbangannya kepada komunitas dan citra perusahaan tentunya akan
menjadi baik.
31
F. Kerangka Konsep
Implementasi pelaksanaan program community relations sebagai bentuk
tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
berupa keterlibatan pihak perusahaan secara langsung dalam upaya
pengembangan masyarakat sekitar dengan membentuk suatu proyek atau program
yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri berkaitan dengan tiga dasar utama
kepentingan (Triple Bottom Lines), yakni memelihara lingkungan, memberikan
manfaat bagi masyarakat lokal, dan menjaga pertumbuhan perusahaan. Dalam
pelaksanaan program-programnya PT Indocement mengacu pada kegiatan yang
terkelompok dalam kerangka Lima Pilar (The Five Pilars) yaitu pendidikan,
ekonomi, kesehatan, sosbudagor (sosial, budaya, agama, dan olahraga), dan
keamanan.
Suatu tahapan dalam proses pelaksanaan program community relations
perusahaan terkait langsung pada kebijakan PT Indocement itu sendiri sebagai
landasan dan pedoman dalam pelaksanaan program atau proyek pada masyarakat
di 6 desa binaan. Dalam lingkup perusahaan sendiri terdiri dari motivasi dalam
melakukan program community relations, aspek pengelolaan dimana akan diukur
sejauh mana program tersebut tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan (jangka
waktu dan SDM) yang terlibat dalam implementasi.
Pada awalnya general affair depatment (GAD) bagian CSR section
membuat rancangan kerja tahunan yang akan dilakukan pada satu tahun kedepan.
Sebelum pihak GAD memutuskan program atau proyek community relations
sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan, perusahaan melakukan rapat
BILIKOM (bina lingkungan dan komunikasi) dan melihat socio demograpy
mapping juga data demografi desa tersebut. Tidak kalah pentingnya adalah proses
sosialisasi yang dilakukan pihak perusahaan sebelum melakukan program CSR
dan pada saat pelaksanaan program yang bekerja sama dengan masyarakat.
Setelah dianalisis kebutuhan dan masalah yang ada di masyarakat maka
dipertimbangkan untuk pengadaan pelatihan atau training untuk tiap
program/proyek community relations.
32
Keterlibatan dan partisipasi aktif dari masyarakat sangat penting sebagai
upaya dalam pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Oleh sebab itu,
tingkat implementasi prinsip-prinsip pengembangan masyarakat merupakan suatu
tolak ukur dalam pelaksanaan program community relations yang berbasiskan
pengembangan masyarakat.
Evaluasi proses yang dilakukan termasuk dalam tahap perencanaan,
sosialisasi, dan pelaksanaan program atau proyek community relations yang
dilakukan oleh pihak perusahaan PT Indocement dan masyarakat di 6 desa binaan
yaitu Desa Palimanan Barat, Desa Kedungbunder, Desa Gempol, Desa Cikeusal,
Desa Cupang, dan Desa Ciwaringin. Evaluasi proses dilakukan untuk
mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisa data dan informasi untuk
menyimpulkan kinerja yang kemudian disimpulkan sebagai proses pengambilan
keputusan. Implementasi program community relations yang baik adalah yang
melibatkan partisipasi beberapa stakeholders baik itu perusahaan, masyarakat, dan
pihak lain yang terlibat.
G. METODOLOGI
1. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif dipilih karena seperti yang dikatakan oleh Rachmat
Kriyantono (2009:56) bahwa, penelitian dengan sifat kualitatif merupakan
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya
melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya terhadap suatu objek.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus
yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail yang
bertujuan mempelajari secara intensif latar belakang, status terakhir, dan interaksi
lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial seperti individu, kelompok,
lembaga atau komunitas pada keadaan sekarang. Sehingga pada penelitian ini,
33
peneliti berupaya menemukan berbagai macam sumber untuk keabsahan data serta
menguatkan analisis.
Metode studi kasus yang digunakan adalah bersifat explanatory research,
dimana penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana kesesuaian antara
tujuan dan hasil dari pelaksanaan program community relations dengan
melakukan evaluasi proses program community relations sebagai bentuk
tanggungjawab sosial perusahaan serta faktor-faktor yang akan
mempengaruhinya. Melihat keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan program
community relations sebagai upaya perusahaan untuk mengembangkan
masyarakat di sebuah komunitas yang berada di lingkungan perusahaan.
Metode studi kasus ini diharapkan mampu menggali informasi mendalam
mengenai kontribusi perusahaan dalam pelaksanaan tanggungjawab sosial
perusahaan yang berbasiskan pengembangan masyarakat di lokasi sekitar pabrik
dan evaluasi program yang dilaksanakannya.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk unit Palimanan-Cirebon dengan
pengkhususan pada bagian Departemen Public Relations (General
Affair Department) yang menangani community relations perusahaan
tersebut.
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Humas PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
unit Palimanan-Cirebon yang menangani community relations sebagai upaya
untuk mendapatkan dukungan dan sikap baik dari komunitas sekitar perusahaan
atau suatu desa tertentu.
34
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini baik data primer
maupun data sekunder, dibutuhkan metode pengumpulan data yang diterapkan
peneliti adalah metode triangulasi untuk memperoleh kombinasi data yang akurat
melalui wawancara tatap muka (one-to-one interviews) yang berupa indepth
interview, observasi (pengamatan), dokumentasi, dan studi pustaka yang mencari
data atau informasi riset dari sumber tertulis. Hal ini dilakukan agar dapat
memperoleh kombinasi data yang akurat sehingga dapat menjelaskan gejala sosial
yang berkaitan dengan evaluasi proses program community relations.
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti juga disesuaikan dengan kebutuhan
data dan metode pengumpulannya.
a. Wawancara tatap muka (one-to-one interviews) yang berupa indepth
interviews.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang penting dalam
penelitian studi kasus karena dilakukan secara mendalam untuk memperoleh data
yang mencangkup hal-hal yang berkaitan di masa lampau, sekarang, dan masa
mendatang. Interview guide sebagai intrumen utama dalam melakukan wawancara
secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian. Wawancara
dengan pihak manajemen dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana aktivitas
manajemen humas dan proses penyusunan program community relations.
Subjek dalam penelitian ini adalah informan. Informan merupakan pihak
yang memberikan keterangan tentang diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan
lingkungannya. Pemilihan informan dilakukan secara purposive (secara sengaja),
informan kunci yang di pilih dalam penelitian ini berjumlah 11 orang yang terdiri
dari pihak perusahaan sebanyak 5 orang dan pihak masyarakat di setiap desa
sebanyak 6 orang.
35
Informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah Ibu Dewi
staff Human resource development (HRD), Ibu Anita (dept. head GA), Bapak
Arifin (section head GA), Bapak Lancar Murti (CD officer program 5 pilar), dan
Bapak Misnen (CSR officer program SDP). Serta beberapa informan dari setiap
desa akan di wawancarai, diantaranya adalah: Bapak Madngali (ketua RT Desa
Kedungbunder), Ibu Nani (ketua program sampah mandiri Desa Cupang), Ibu
Wati (anggota program olahan kripik buah Desa Cikeusal), Bapak Asep (petani
padi Desa Gempol), Bapak Nurdin (petani tanaman rosela Desa Palimanan Barat),
dan Ibu Minah (pengrajin batik tulis Desa Ciwaringin).
Untuk menghindari adanya distorsi pesan, maka peneliti setelah
melakukan wawancara mendalam dengan informan, peneliti menulis kembali
hasil wawancara dalam bentuk catatan harian. Catatan harian atau catatan
lapangan adalah instrumen utama yang melekat pada metode-metode
pengumpulan data kualitatif.
b. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati secara
langsung kegiatan yang dilakukan objek penelitian terkait penelitian. Observasi
digunakan untuk memperkuat data dan meningkatkan objektivitas penelitian.
Observasi secara langsung di lapangan yang berupa Participant Observation
(pengamatan partisipasi) dimana peneliti melibatkan diri di PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk unit Palimanan-Cirebon secara langsung. Fungsi observasi
dalam hal deskripsi adalah menjelaskan dan merinci gejala yang terjadi. Data
yang didapatkan dari observasi merupakan data primer.
c. Studi Pustaka dan Dokumentasi
Studi Pustaka bertujuan untuk memperoleh data-data literatur yang
diperlukan untuk mendukung penelitian. Studi Pustaka juga digunakan untuk
memperoleh teori-teori yang relevan terhadap kasus yang dibahas. Teknik ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui literatur yang relevan dan
36
mendukung seperti buku-buku, jurnal, internet, dan dokumen administratif dan
internal perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk unit Palimanan-
Cirebon (program-programnya, proposal, kliping/artikel di media massa ataupun
internet, agenda, dan hasil penelitian lainnya yang berkaitan dengan penelitian).
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik kualitatif,
yaitu teknik penelitian yang analisisnya tanpa menggunakan perhitungan. Data
kualitatif baik data primer maupun sekunder yang telah didapatkan akan diolah
dan dianalisis menggunakan tiga tahapan kegiatan analisis data dan dilakukan
secara bersamaan, yaitu reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
(Sitorus, 1998).
a. Mereduksi data, bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, mengeliminasi data-data yang tidak diperlukan, dan
mengorganisir data sedemikian sehingga didapatkan kesimpulan.
b. Data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk deskriptif maupun
matriks yang menggambarkan proses program community relations yang
sedang dilakukan perusahaan dan masyarakat. Sehingga diharapkan dapat
menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan.
c. Kesimpulan, menarik simpulan melalui verifikasi. Verifikasi dilakukan
sebelum peneliti menarik kesimpulan akhir, dimana proses menyimpulkan
tentang penelitian ini dilakukan bersama dengan para informan yang
merupakan subjek dalam penelitian ini yang telah menyumbangkan data
dan informasi terhadap penelitian ini.