A. Globalisasi Dan Daya Saing Bangsa Untuk Menghadapi Permasalahan Dan Tantangan Dalam Manajemen...
-
Upload
dera-fitria -
Category
Documents
-
view
688 -
download
24
Transcript of A. Globalisasi Dan Daya Saing Bangsa Untuk Menghadapi Permasalahan Dan Tantangan Dalam Manajemen...
MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS MULTIBUDAYA
M A K A L A H
“Globalisasi dan Daya Saing Bangsa untuk Menghadapi Permasalahan dan Tantangan
dalam Manajemen Pendidikan dan Kebudayaan”
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam matakuliah
Manajemen Pendidikan Berbasis Multibudaya yang diampu oleh :
Dr. Dedy Achmad Kurniady, M.Pd
Iik Nurul Paik, M.Pd
Disusun Oleh :
Dera Fitria (1000854)
Fitri Ermassari (1006111)
Reni Puji Astuti (1001761)
Rika Wijayanti (1002973)
Widya Indah Nirmala (1000479)
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT., atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga pada saat ini
kami masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyusun Makalah yang berjudul
Globalisasi dan Daya Saing Bangsa untuk Menghadapi Permasalahan dan Tantangan dalam
Manajemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tidak lupa shalawat serta salam selalu tercurah
kepada Nabi besar Muhammad Saw. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok dalam mata kuliah Manajemen Pendidikan Berbasis Multibudaya. Adapun
didalamnya terbagi menjadi tiga bab, yaitu Pendahuluan, Pembahasan, dan Kesimpulan serta
Saran.
Terima kasih kepada Yth. Dr. Dedy Achmad Kurniady, M.Pd, dan Iik Nurul Paik, M.Pd.
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pembekalan sehubungan dengan
penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini telah kami susun sebaik-baiknya, namun
kesempurnaan hanya milik Allah SWT., oleh karena itu mohon maaf apabila terdapat
kesalahan didalamnya. Semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembacanya.
Terima kasih
Bandung, September 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2
D. Sistematika Penulisan............................................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Konsep Dasar Pendidikan dan Kebudayaan..........................................................3
B. Globalisasi dan Daya Saing Bangsa......................................................................5
C. Permasalahan dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan dan Kebudayaan...8
BAB III Penutup
A. Kesimpulan............................................................................................................14
B. Saran......................................................................................................................15
Daftar Pustaka........................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“A culture may be conceived as a total way of life,…”
(Harold Entwistle, 1977:109)
Seperti yang diungkapkan diatas, bahwa budaya itu mengandung arti sebagai arah
kehidupan secara total. Artinya bahwa budaya yang berkembang sekarang ini merupakan
budaya yang berkembang yang mengandung makna sebagai arah kehidupan manusia
secara total dalam melakukan segala aktivitasnya.
Apabila budaya merupakan sebagai arah kehidupan manusia secara total, maka untuk
mengarahkan arah kehidupan tersebut perlu adanya suatu hal yang dapat mengarahkan
manusia kearah yang benar yakni melalui proses pendidikan baik secara formal, informal,
maupun nonformal. Budaya, sangat perlu untuk dilestarikan yaitu melalui pendidikan, dan
pendidikan pun dapat memberikan kebermanfaatan untuk dapat mempertahankan budaya
yang telah ada sesuai dengan perkembangan zaman pada era globalisasi ini yang semakin
dinamis.
Oleh karena itu, dalam menghadapi perkembangan era globalisasi dan daya saing
bangsa yang begitu amat kompleks ini baik itu dalam hal ilmu pengetahuan ataupun
teknologi, perlu adanya suatu pertahanan dalam rangka melestarikan budaya yang telah
ada sebelumnya dengan melalui manajemen pendidikan yang efektif dan efisien.
Mengingat bangsa yang maju adalah bangsa yang mengenal sejarah akar budanya. Maka
perlu suatu pengendali untuk bisa mempertahankan budaya melalui proses pendidikan
untuk menghadapi segala permasalahan dan tantangan yang ada baik dimasa sekarang
ataupun masa yang akan datang dalam hubungannya manajemen pendidikan dan
kebudayaan.
1
2
B. Rumusan masalah
a) Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan kebudayaan ?
b) Mengapa perlu dipelajari konsep pendidikan berbasis multikultural dalam era
globalisasi dan daya saing bangsa ?
c) Bagaimana permasalahan dan tantangan yang terjadi saat ini dalam manajemen
pendidikan dan kebudayaan ?
C. Tujuan Penulisan
Secara khusus tujuan dibuatnya makalah ini yakni utnuk memenuhi salah satu tugas
matakuliah manajemen pendidikan berbasis multibudaya. Selain itu adapun tujuan
umumnya yang ingin dicapai oleh penulis, diantaranya :
a) Mengetahui secara kommprehensif tentang keterkaitan anatara pendidikan dan
kebudayaan.
b) Memahami pentingnya mempelajari pendidikan berbasis multicultural dalam era
globalisasi dan daya saing bangsa
c) Memberikan solusi yang praktis dalam rangka menghadapi permasalahan dan
tantangan yang terjadi saat ini
dalam manajemen pendidikan dan kebudayaan.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalampenulisan makalah ini diantaranya terdiri dari tiga BAB
yakni BAB 1 pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
dan sistematika penulisan. Kemudian BAB 2 pembahasan yakni membahas mengenai apa
yang dimaksud dengan pendidikan dan kebudayaan, globalisasi dan daya saing serta
permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam manajemen pendidikan dan
kebudayaan. Setelah itu BAB 3 penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pendidikan dan Kebudayaan
Sebelum masuk dalam pembahasan, perlu kiranya kita mengetahui dan lebih
memahami makna dari pendidikan dan kebudayaan yang telah berkembang. Seperti
yang dikutip dalam http://binham.wordpress.com/2012/04/06/pengertian-pendidikan-
budaya-dan-karakter-bangsa/, diantaranya :
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1)
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya.
Sedangkan definisi lainnya juga diajukan oleh beberapa ahli antropologi terkenal
(C. Wisster, C. Kluchohn, A. Davis/ A. Hoebel).yang terdapat pada situs
http://www.perkuliahan.com/hubungan-antara-pendidikan-dan-kebudayaan/ yakni :
Kebudayaan adalah “segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (Learned Behavier).
E.B. Taylor mengemukakan kebudayaan adalah : suatu keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan kecakapan-kecakapan serta kebiasaan-kebiasaan yang lainnya diperoleh/ dihasilkan manusia sebagai anggota masyarakat.
Koentjaraningrat mengemukakan kebudayaan adalah seluruh keseluruhan hasil kelakuan manusia yang teratur dari tata kelakuan yang diperoleh dengan belajar.
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengemukakan kebudayaan adalah semua karya dari cipta rasa dan karsa masyarakat.Budaya juga didefinisikan seluruh hasil usaha manusia dengan budinya berupa segenap jiwa, yakni : cipta, rasa dan karsa.
Kata “kebudayaan berasal dari kata Sanskarta Buddhayanah, ialah bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi” atau “akal”. Kemudian kebudayaan itu diartikan : “Hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”. Ada pendirian lain mengenai asal dari kata “kebudayaan” itu, ialah bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, artinya daya dari budi, kekuatan dari akal.
3
4Kekayaan manusia yang paling penting adalah pikiran dan perasaan. Kekayaan
dan perasaan manusia dapat menghasilkan karya yang biasanya disebut kebudayaan, karena itu manusia disebut sebagai mahluk berbudaya, yang dimaksud adalah mahluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka dapat dikatakan hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang manusia berbudaya.
Keterkaitan pendidikan dan budaya
Menurut Dewi Turgaini (2011)dalam situs http://fpips.upi.edu/berita-345-.html,
dikemukakan bahwa :
Pasal 1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dari definisi itu, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana. Oleh karena itu, harus dengan kesadaran dan terencana pula kemana pendidikan harus diarahkan, akankah pendidikan kita berkiblat ke barat, ke timur, atau berakar pada tradisi?
Sementara itu, Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, milik diri manusia dengan belajar. Dengan demikian, kebudayaan timbul
sebagai hasil belajar. Tentu saja pengertian belajar tidak sebatas pada bangku sekolah
melainkan hasil filterisasi dari kebiasaan yang kemudian diwariskan dan dilembagakan
secara turun-temurun dan mengandung kearifan, yang pada akhirnya pilihan cerdas
diserahkan pada masyarakat penerusnya akankah melestarikan atau memusnahkannya.
Sementara Selo soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengartikan kebudayaan
sebagai hasil cipta, karsa, dan rasa manusia. Definisi ini harus dimaknai secara utuh
sebagai satu kesatuan, sehingga kebudayaan ini sebagai hasil olah piker, olah rasa, olah
karsa, dan olah ragayang kemudian dijadikan indikator manusia yang berkarakter
Pendidikan adalah usaha cultural, karena itu sangat berkaitan dengan kebudayaan.
Pendidikan bertugas meneruskan nilai-nilai budaya sebagai hasil olah pikir, olah rasa,
olah karsa, serta olah raga tadi. Pendidikan berperan sebagi pengawal kebudayaan
sehingga dalam mendesain kurikulum pendidikan kita tidak boleh keluar dari akar
budaya dan lingkunagn sosial masyarakatnya.
5
Pendidikan diarahkan pada realitas kebudayaan yang berakar pada nilai tradisi lama,
kini, dan yang akan datang. Peserta didik dapat kita kenalkan terhadap berbagai
kebudayaan nasional baik berupa ide, system social masyarakat Indonesia,
perilaku/moral yang baik sebagai kearifan dengan tidak menutup budaya asing yang
dapat diambil kearifan globalnya seperti etos kerja, penghargaan terhadap hasil cipta/
karya, penghargaan terhadap waktu, dan lain-lain
Dari berbagai definisi diatas mengenai pendidikan dan budaya, keduanya
memiliki keterkaitan karena proses kebudayaan melalui pendidikan formal
(enkulturasi) adalah upaya membentuk perilaku dan sikap seseorang yang didasari
oleh ilmu pengetahuan, keterampilan sehingga setiap individu dapat memainkan
perannya masing-masing, sedangkan budaya merupakan suatu pandangan,
keyakinan baik nilai, moral yang terbentuk dari suatu proses berfikir yang
memerlukan pendidikan dalam proes pembentukannya .
B. Globalisasi dan Daya Saing Bangsa
Globalisasi adalah sebuah babakan baru dalam proses perkembangan bangsa
(Choirul Mahmud, 2011:108). Dimana globalisasi ini menuntut manusia untuk berfikir
maju sesuai dengan perkembangan jaman. Menurut A.W dalam Choirul Mahmud
(2011:109), dijelaskan bahwa dalam prakriknya, beberapa kecenderungan
perkembangan masyarakat pada era global adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat fungsional, yaitu masyarakat yang masing-masing warganya
dalam berhubungan sosial hanya terjadi karena adanya kegunaan atau fungsi
tertentu. Ini berarti hubungan antar manusia akan lebih diwarnai oleh motif-
motif kepentingan (fungsional), yang biasanya berkonotasi “fisik-materiil”. Hal-
hal yang berada di luar itu, dengan sendirinya kurang mendapatkan perhatian
yang sewajarnya.
2. Masyarakat teknologis, yaitu masyarakat yang semua urusan dan kegiatannya
harus dikerjakan menurut tekniknya masing-masing, yang cenderung sudah
baku. Pola kehidupan yang teknologi membawa konsekuensi nilai, yaitu makin
dominannya pertimbangan efisiensi, produktivitas dan sejenisnya yang pada
umumnya menggambarkan ciri-ciri materialistik.
6
3. Masyarakat saintifik, yaitu masyarakat yang dalam menghargai manusia lebih
diwarnai oleh seberapa jauh hal itu bernilai rasional objektif, provable (dapat
dibuktikan secara empirik dan kaidah-kaisah ilmiah yang lain). Dalam
masyarakat semacam ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama akan
menunjukkan peran yang semakin penting.
4. Masyarakat terbuka, yaitu suatu masyarakat yang sepenuhnya berjalan dan
diatur oleh sistem. Dinamika kehidupan diatur oleh sistem, bukan diatur oleh
orang. Dan sistem ini tidak saja bersifat lokal, nasional, atau regional, tetapi
bersifat global.
5. Transendentalisasi agama, yaitu masyarakat yang meletakkan agama semata-
mata sebagai masalah individu (personal/pribadi). Tuhan tidak lagi diberi
otoritas untuk mengatur dinamika alam dan kehidupan. Agama seolah
disisihkan dari dinamika sosial masyarakat.
6. Masyarakat serba nilai, yaitu berkembangnya nilai-nilai budaya masyarakat
yang timbul akibat modernisasi itu sendiri. Beberapa kecenderungan tersebut
antara lain ; sekulerisme, materialism, individualism, hedonism, dan sebagainya.
Dalam era globalisasi ini yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, tentunya membawa dampak baik positif ataupun negatif terutama dalam bidang
pendidikan. sebagaimana yang dikemukakan Choirul Mahfud (2011), bahwa
“Industrialisasi membawa berbagai perubahan pada banyak aspek kehidupan manusia. Perubahan cara kerja, gaya hidup, tata ekonomi, dan kebijakan politik, pada akhirnya membawa pula dampak sosial yang sulit diperkirakan. Diantara berbagai kecenderungan sosial pada era ini, yang menonjol adalah berkembangnya orientasi yang berlebihan terhadap materi (fasilitas) berikut konsumerismenya. Bila tidak terkendali antara orientasi keduniaan (inner wordly) dan keakhiratan (other wordly). Banyak anggota masyarakat yang terperangkap kedalam arus matrealisme, hedonistic, atau sebaliknya, sufisme yang terlalu jauh………..Pada masyarakat yang disitu tingkat persaingan untuk dapat hidup layak sedemikian ketat, dan pembagian pendapatan tidak merata,…”
Dalam kutipan diatas, sudah jelas bahwa dalam era globalisasi ini dimana bukan
hanya ilmu pengetahuan dan teknologi saja yang berkembang, tetapi sudah menyentuh
berbagai aspek kehidupan yang menimbulkan hal-hal yang disebutkan diatas sehingga
akan muncul juga persaingan atau daya saing setiap bangsa untuk terus memajukan
negaranya dengan yang lain.
7
Oleh karena itu perlu adanya suatu strategi yang dapat dijadikan sebagai landasan kita
untuk menghadapi era globalisasi dan daya saing bangsa seperti yang ditulis oleh Nils A
Shapiro seorang editor Gallery Magazine yang dikutip dalam Choirul Mahfud (2011:112),
sebagai berikut :
1. Perencanaan yang cermat (carefull planning)
Dalam kehidupan yang semakin kompetitif, perencanaan yang cermat merupakan
suatu keharusan dan keniscayaan. Dengan perencanaan,. Keberhasilan menjadi
lebih mudah teraih. Tanpa perencanaan hidup seperti berjalan tanpa arah. Sulit
dievaluasi apakah gagal atau berhasil, karena tidak ada standar yang dapat
dipergunakan sebagai tolok ukur. Dengan perencanaan yang ceramt, segala
sesuatunya dapat diperhitungkan sebelumnya, dan karena itu pula dapat dilakukan
antisipasi terhadap kemuungkinan-kemungkinan buruk yang bakal terjadi. Ketika
seseorang beranjak dewasa, semestinya perencanaan hidupnya sudah semakin
matang dan cermat.
2. Latihan dan pengalaman (training and experience)
Latihan dan pengalaman akan meningkatkan profesionalisme seseorang dalam
berbagai bidang kehidupan. Seseorang dikatakan professional di bidangnya
setidaknya harus memiliki keahlian, komitmen dan skill yang relevan dengan
bidang pekerjaannya. Pada umumnya, pekerja professional melewati tiga titian :
well educated, well trained and well paid. Dengan demikian hal yang baik,
disertai pelatihan dan pengalaman yang banyak, biasanya baru akan diikuti oleh
penghasilan yang memadai.
3. Bersedia belajar dari orang lain (willingness to learn from others)
Sumber belajar, menurut teori pendidikan, tidaklah terbatas pada guru dalam artii
pengajar formal di sekolah. Kita dapat pula belajar banyak dair buku. Dan buku
yang paling banyak memberikan pelajaran berharga sebenarnya adalah
pengalaman orang lain. Maka sangatlah rugi jika orang tidak mau belajar dari
pengalaman orang lain. Kehidupan orang lain dapat menjadi cermin yang baik
bagi siapapun yang bersedia berkaca. Ki Hajar Dewantara memberi nasihat kalau
orang mau maju, dapat melakukan 3N yaitu niteni, niroake, dan nambahi.
Maksudnya, kita perhatikan pengalaman orang lain, kita contih dan ikuti
keberhasilannya, baru kemudian kita tambahi, kita kembangkan lebih lanjut agar
lebih mempunyai nilai tambah.
8
4. Bersedia bekerjasama selama dan sekeras diperlukan (commitment to working as
long and as hard as necessary)
5. Tabah menghadapi kekecewaan dan kemunduran (courage to overcome
disappointment and setbeacks)
6. Kemampuan bersikap jujur (ability to be honest)
C. Permasalahan dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan dan Kebudayaan
Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah
memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga secara umum kualitas sumberdaya
manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun dibandingkan dengan negara-negara ASEAN,
kita masih ketinggalan jauh. Oleh karena itu, upaya yang lebih aktif perlu ditingkatkan
agar bangsa kita tidak menjadi tamu terasing di Negeri sendiri terutama karena terjajah
oleh budaya asing dan terpaksa menari diatas irama gendang irang lain. Upaya untuk
membangun sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek, serta
bermoral dan berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif ringan. Hal ini di sebabkan
dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah internal yang cukup mendasar
dan bersifat kompleks. Kita masih menghadapi sejumlah masalah yang sifatnya berantai
sejak jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Rendahnya kualitas pada jenjang
sekolah dasar sangat penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap
pendidikan selanjutnya, ada beberapa masalah internal pendidikan yang dihadapi, antara
lain sebagai berikut.
1. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta didik
yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan.
2. Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA),
matematika, serta bahasa terutama bahasa inggris padahal penguasaan materi tersebut
merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan iptek.
3. Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui waktu standart
yang sudah ditentukan.
4. Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relevansi
pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang
cenderung terus meningkat. Secara empiris kecenderungan meningkatnya
pengangguran tenaga terdidik disebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang masih
9
di dominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan
efisiensi (padat modal dan padat teknologi). Dengan demikian pertambahan
kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebuh kecil dibandingkan pertambahan jumlah
lulusan lembaga pendidikan.
5. Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran pelajar dan
kenakalan remaja. Dalam hal ini pendidikan agama menjadi sangat penting menjadi
landasan akhlak dan moral serta budi pekerti yang luhur perlu diberikan kepada
peserta didik sejak dini. Dengan demikian, hal itu akan menjadi landasan yang kuat
bagi kekokohan moral dan etika setelah terjun ke masyarakat. Masalah-masalah diatas
erat kaitanya dengan kendala seperti keadaan geografis, demografis, serta sosio-
ekonomi besarnya jumlah penduduk yang tersebar diseluruh wilayah geografis
Indinesia cukup luas. Kemiskinan juga merupakan salah satu kendala yang memiliki
hubungan erat dengan masalah pendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem
pendidikan tidak hanya disebabkan oleh adanya kelemahan menejemen pendidikan
tingkat mikro lembaga pendidikan, tetapi karena juga menejemen pendidikan pada
tingkat makro seperti rendahnya efisiensi dan efektivitas pengolahan sistem
pendidikan. Sistem dan dan tata kehidupan masyarakat tidak kondusif yang turut
menentukan rendahnya mutu sistem pendidikan disekolah yang ada gilirannya
menyebabkan rendahnya mutu peserta didik dan lulusannya. Kebijaksanaan dan
progran yang ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas, harus di
rumuskan secara spesifik karena fenomena dan penyebab timbulnya masalah juga
berbeda-beda di seluruh wilayah Indonesia.
Sistem pendidikan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan
masyarakat sebagai supra sistem. Pembanguana sistem pendidikan tidak mempunyai arti
apa-apa jika tidak singkron dengan pembanguanan nasional. Kaitan yang erat antara
bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai supra sistem
tersebut, dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian
rupa sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks.
Artinya suatu permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan
masalah-masalah di luar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil
belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi
10
masyarakat disekitarnya, dari mana murid-murid sekolah tersebut berasal, serta masih
banyak lagi faktor-faktor lainnya diluar sistem persekolahan yang berkaitan dengan mutu
hasil belajar tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga sangat
kompleks, menyangkut banyak komponen dan melibatkan banyak pihak.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air
kita dewasa ini, yaitui:
1) Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
2) Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja
yang mantap untuk dapat terjun kedalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua adalah masalah mutu,
relevansi, dan juga efisiensi pendidikan.
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaiman sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembanguana
sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan. Masalah pemerataan
pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah
yang tidak dapat di tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya
fasilita pendidikan yang tersedia.
2. Masalah mutu pendidikan
Berarti pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah
pemprosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran pemprosesan pendidikan ditunjang
oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana pembelajaran, dan juga masyarakat sekitar. Dan Masalah mutu
pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Pada hakikatnya masalah efisiensi adalah masalah pengelolaan pendidikan, terutama
dalam pemanfaatan dana dan sumber daya manusia. Dan sistem pendidikan yang
efesien ialah dengan tenaga dan dana yang terbatas dapat di hasilkan sejumlah besar
lulusan yang berkualitas tinggi. Para ahli banyak mengatakan bahwa sistem
pendidiakn sekarang ini masih kurang efisien. Masalah efisiensipendidikan
mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikn mendayagunakan sumber daya
11
yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat
sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Masalah ini meliputi pengangkatan,
penempatan, dan pengembanagan tenaga kependidikan.
4. Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat
menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-
masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
Alternatif solusinya:
1. Solusi Masalah Pemerataan Pendidikan
Dengan Cara konvesional antara lain:
1) Membangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan belajar.
2) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan
sore).
2. Solusi Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi Pendidikan
Dengan Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya
meliputi hal-hal yang bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen.
Sebagai berikut:
a) Seleksi yanglebih rasional terhadap masukan mentah, khususnay untuk Slta dan
PT.
b) Pengembanagn kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.
c) Penyempurnaaan kurikulum
d) Pengembanagan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk
belajar
e) Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran
f) Peniungkatan adminisrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran
g) Kegiatan pengendalian mutu.
Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan diatas merupakan
masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam sistem
pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut berkaitan dengan masalah makro
pembangunan, yaitu masalah di luar sistem pendidikan, sehingga harus diperhitungkan
dalam memecahkan masalah mikro pendidikan. Masalah-maslah makro yang merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu:
12
1. Perkembangan iptek dan seni.
2. Laju pertumbuhan penduduk.
3. Aspirasi masyarakat.
4. Keterbelakang budaya dan sarana kehidupan.
Dengan melihat berbagai macam permasalahan yang muncul, ada berbagai tantangan
yang dihadapi dalam manajemen pendidikan dan kebudayaan antara lain :
1) Keanekaragaman budaya peserta didik
Dengan beranekaragamnya budaya peserta didik, tentunya merupakan suatu
tantangan yang besar bagi para pengelola pendidikan untuk dapat memenuhi
kebutuhan peserta didik dengan budaya yang berbeda dan tentunya dengan
kebutuhan yang berbeda pula.
2) Kebijakan politik
Seperti kita tahu bahwa politik akan berpengaruh terhadap kebijakan khususnya
dalam bidang pendidikan. Perubahan kebijakan dalam pendidikan tentunya akan
selalu ada, karenanya para pengelola pendidikan harus dapat menyesuaikan
dengan perubahan yang terjadi. Misalnya ketika ada pergantian menteri
pendidikan maka berganti pula kurikulum pendidikan. Maka, mau tidak mau
pengelola pendidikan harus menyesuaikan dengan perubahan tersebut.
3) Kualitas pendidik
Dengan peserta didik yang beranekaragam dengan berbagai karakter dan
kebutuhan, tentunya diperlukan seorang pendidik yang berkualitas. Hal ini
merupakan tantangan bagi pengelola pendidikan untuk terus menciptakan para
pendidik yang berkualitas.
4) Kondisi geografis Indonesia
Kondisi geografis Indonesia bermacam-macam, dari pegunungan sampai lautan.
Hal ini merupakan tantangan bagi manajemen pendidikan, dimana dengan kondisi
geografis yang berbeda-beda namun tetap harus dapat menciptakan kualitas
pendidikan yang merata di setiap daerah.
5) Perkembangan pesat IT
Pada era sekarang perkembangan IT sangatlah cepat, sehingga para pengelola
pendidikan harus dapat mengimbangi perkembangan tersebut. Karena IT ini
merupakan hal yang dibutuhkan untuk menunjang pendidikan yang berkualitas
apalagi jika melihat dengan kondisi geografis Indonesia, IT ini dapat
13
dimanfaatkan untuk membuat jarak antar wilayah bukan menjadi halangan.
Koordinasi dari pusat ke daerah pun bisa lebih cepat dilakukan dengan IT ini.
Karena itu manajemen pendidikan harus selalu mengikuti perkembangan IT.
6) Manajemen Pendidikan yang masih bersifat semi desentralisasi
Seperti yang dikemukakan oleh Deden Sholehuddin dalam situs
(http://dedensoleh.wordpress.com/2010/02/04/system-pendidikan-berbasis-multi-
cultural-bagus-diterapkan-di-indonesia/) bahwa :
Salah satu yang dirasakan kurang diterapkan di Indonesia adalah dari sistem semi desentralisasi. Dari segi manajemen sekolah di Indonesia menganut konsep MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), akan tetapi dari evaluasi di Indonesia masih sentralistik dengan masih diberlakukannya Ujian Nasional.
Dengan melihat pernyataan tersebut, Ujian nasional ini dianggap masih belum tepat
karena menyamaratakan kualitas pendidikan padahal pelayanan pendidikan antara di
perkotaan dengan pedesaan sangatlah berbeda. Hal ini merupakan tantangan bagi
manajemen pendidikan dimana harus mewujudkan desentralisasi pendidikan yang benar-
benar total.
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanPendidikan dan kebudayaan memiliki saling keterkaitan yang begitu signifikan apabila
kita kaji lebih mendalam. Seperti yang disebutkan bahwa keduanya memiliki keterkaitan
karena proses kebudayaan melalui pendidikan formal (enkulturasi) adalah upaya
membentuk perilaku dan sikap seseorang yang didasari oleh ilmu pengetahuan,
keterampilan sehingga setiap individu dapat memainkan perannya masing-masing,
sedangkan budaya merupakan suatu pandangan, keyakinan baik nilai, moral yang
terbentuk dari suatu proses berfikir yang memerlukan pendidikan dalam proes
pembentukannya.
Pada abad 21 ini, keterkaitan diantara pendidikan dan kebudayaan semakin
berkembang. Sehingga dampak yang berpengaruh terhadap definisi keduanya memiliki
pengaruh yang signifikan, mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin canggih. Globalisasi sebuah babakan baru dalam proses perkembangan bangsa
dan globalisasi ini menuntut manusia untuk berfikir maju sesuai dengan perkembangan
jaman, sedangkan kerap kali kita menemukan bahwa kebudayaan yang beragam seperti di
Indonesia ini sebagian yang masih memiliki kepercayaan yang kental jarang untuk bisa
menerima perkembangan zaman seperti ini dan cenderung menolak. Sehingga, perlu
kiranya kita mempelajari strategi dalam menghadapi globalisasi dan daya saing dalam
pendidikan, diantaranya :
1. Perencanaan yang cermat (carefull planning)
2. Latihan dan pengalaman (training and experience)
3. Bersedia belajar dari orang lain (willingness to learn from others)
4. Bersedia bekerjasama selama dan sekeras diperlukan (commitment to working as
long and as hard as necessary)
5. Kemampuan bersikap jujur (ability to be honest)
Selain itu, strategi dalam menghadapi berkembangnya globalisasi dan daya saing
bangsa maka hal tersebut tidak terlepas dari munculnya permasalahan yang kerap terjadi,
seperti :
14
15
1. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity)
2. Rendahnya mutu akademik
3. Rendahnya efisiensi internal
4. Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relevansi
pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang
cenderung terus meningkat.
5. Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan
lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran
pelajar dan kenakalan remaja.
Dengan melihat berbagai macam permasalahan yang muncul, ada berbagai tantangan
yang dihadapi dalam manajemen pendidikan dan kebudayaan antara lain :
1) Keanekaragaman budaya peserta didik
2) Kebijakan politik
3) Kualitas pendidik
4) Kondisi geografis Indonesia
5) Perkembangan pesat IT
6) Manajemen Pendidikan yang masih bersifat semi desentralisasi
B. SaranSetelah pemaparan diatas mengenai konsep pendidikan dan kebudayaan yang
melahirkan pendidikan multicultural, maka pendidikan multicultural terutama di Indonesia
sangat penting keberadaannya. Dimana pendidikan multicultural berfungsi sebagai sarana
alternative pemecahan konflik, kemudian dengan adanya pelajaran pendidikan yang
berbasis pada multicultural, maka siswa diharapkan mampu untuk tidak tercerabut atau
menghilangkan akar budanya, dan pendidikan multicultural sangat relevan dengan kondisi
alam yang serba demokrasi seperti saat era globalisasi ini. Oleh karena itu, saran dari
kami yaitu bagaimana apabila pendidikan multikultural ini dapat diwujudkan dalam ranah
kurikulum nasional, dimana pada akhirnya dapat menciptakan tatanan masyarakat
Indonesia yang multicultural, serta upaya-upaya lain untuk mewujudkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Mahfud, Choirul. (2011). Pendidikan Multikultural. Pustaka Belajar : Yogyakarta.
Sholehuddin, Deden. (2010). System Pendidikan Berbasis Multi Cultural Bagus Diterapkan Di Indonesia. [Online] Tersedia : http://dedensoleh.wordpress.com/2010/02/04/system-pendidikan-berbasis-multi-cultural-bagus-diterapkan-di-indonesia/ (5 September 2013)
Turgarini, dewi. (2011). Realitas pendidikan dan kebudayaan. Tersedia [Online] :
http://fpips.upi.edu/berita-345-.html .(4 September 2013)
_____.(2012). Pendidikan dan Kebudayaan. [Online]. Tersedia:http://pendidikandankebudayaan.wordpress.com (06 September 2013)
_____.(2012). Isu-isu Masalah Kebudayaan. [Online]. Tersedia: http://phierda.wordpress.com/2012/10/30/isu-isu-masalah-kebudayaan-dalam-pembelajaran-ips-sd-2/ (06 September 2013)
_____.(2012). Problematika Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://abraham4544.wordpress.com/umum/problematika-pendidikan-di-indonesia/ (06 September 2013)
_____.(2009). Masalah Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://moshimoshi.netne.net/materi/ilmu_pendidikan/bab_7.htm (06 September 2013)
_____.(2012). Pengertian Pendidikan budaya dan Karakter Bangsa. [online]. Tersedia di : http://binham.wordpress.com/2012/04/06/pengertian-pendidikan-budaya-dan-karakter-bangsa/ .(5 September 2013)
_____.(2012). Hubungan Antara Pendidikan dan Kebudayaan.[online]. Tersedia di : http://www.perkuliahan.com/hubungan-antara-pendidikan-dan-kebudayaan/ .(5 September 2013)
16