BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/540/4/Skripsi.pdf · materi,...

68
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan interaksi antara guru dan siswa. Dalam proses interaksi antara guru dengan siswa, dibutuhkan komponen-komponen pendukung. Komponen- komponen tersebut dalam berlangsungnya proses belajar mengajar tidak dapat dipisah-pisahkan. 1 Proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila terjadi transfer belajar yaitu materi pelajaran yang disajikan guru dapat diserap kedalam struktur kognitif siswa. Siswa dapat mengetahui materi tersebut tidak hanya terbatas pada tahap ingatan saja tanpa pengertian tetapi bahan pelajaran dapat diserap secara bermakna, agar terjadi transfer belajar yang efektif, maka kondisi fisik dan psikis dari setiap individu siswa harus sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Pada bidang studi fikih tidak sedikit kesulitan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. Misalnya saja dalam dunia fikih perkembangan pemikiran cukup cepat terjadinya. Selalu banyak ide-ide baru yang bermunculan. Ide-ide itu biasanya muncul karena terjadinya perkembangan kebudayaan masyarakat. Perkembangan kebudayaan itu 1 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal.14

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/540/4/Skripsi.pdf · materi,...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan interaksi

antara guru dan siswa. Dalam proses interaksi antara guru dengan

siswa, dibutuhkan komponen-komponen pendukung. Komponen-

komponen tersebut dalam berlangsungnya proses belajar mengajar

tidak dapat dipisah-pisahkan.1 Proses belajar mengajar dikatakan

efektif apabila terjadi transfer belajar yaitu materi pelajaran yang

disajikan guru dapat diserap kedalam struktur kognitif siswa. Siswa

dapat mengetahui materi tersebut tidak hanya terbatas pada tahap

ingatan saja tanpa pengertian tetapi bahan pelajaran dapat diserap

secara bermakna, agar terjadi transfer belajar yang efektif, maka

kondisi fisik dan psikis dari setiap individu siswa harus sesuai dengan

materi yang dipelajarinya.

Pada bidang studi fikih tidak sedikit kesulitan yang dihadapi

guru dalam proses pembelajaran. Misalnya saja dalam dunia fikih

perkembangan pemikiran cukup cepat terjadinya. Selalu banyak ide-ide

baru yang bermunculan. Ide-ide itu biasanya muncul karena terjadinya

perkembangan kebudayaan masyarakat. Perkembangan kebudayaan itu

1 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2007), hal.14

2

juga sebaiknya diketahui oleh guru.2 Selain itu pemilihan metode

pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi juga akan menyebabkan

sulitnya siswa dalam mencerna materi pelajaran yang disampaikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,

tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern

dan faktor ekstren. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang

tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.

Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan dan kelelahan.3

Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam proses pembelajaran

ialah metode, karena merupakan suatu bidang yang harus dikuasai oleh

guru artinya guru harus pandai-pandai dalam memilih metode

pengajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Efektif

dan tidaknya penggunaan metode pembelajaran tergantung dari

kemampuan guru itu sendiri, dengan metode yang efektif siswa akan

termotivasi untuk belajar.

Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya

pengajaran.4 Metode juga merupakan seni dalam mentransfer ilmu

pengetahuan kepada peserta didik yang lebih signifikan dibanding

2 Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Yogyakarta: Teras,

2009), hal.3 3 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1995), 55. 4 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar

BaruAlgensindo, 1989 ), 76.

3

dengan materi sendiri. Dalam memilih metode yang digunakan dalam

proses belajar mengajar, seorang guru perlu mempunyai alasan yang

kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut.

Pada hakekatnya metode adalah penerapan prinsip-prinsip psikologi

dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan peserta didik.

Madrasah Aliyah Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan

Panimbang Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu Madrasah

Aliyah Swasta di Kecamatan Panimbang. Di Madrasah Aliyah Al-

Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten

Pandeglang banyak masalah yang dihadapi siswa dalam proses

pembelajaran diantaranya: kurangnya motivasi belajar siswa, siswa

kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa sulit menguasai

materi, dan rendahnya kemampuan dasar siswa terutama mata pelajaran

fikih, sehingga membuat hasil belajar siswa rendah terutama materi

tentang haji. Sebelum penelitian dilakukan diperoleh data-data hasil

belajar siswa pada mata pelajaran fikih di kelas X MA Al-

Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten

Pandeglang yang masih di bawah standar. Data tentang hasil belajar

mata pelajaran fikih yang rendah dapat dilihat dari berbagai hasil

ulangan harian dan mid semester. Hasil belajar fikih melalui ulangan

harian dirata-rata yaitu 70. Sedangkan hasil ulangan mid semester

diperoleh rata-rata 65. Hasil ini berada dibawah KKM mata pelajaran

fikih di Madrasah Aliyah Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan

Panimbang Kabupaten Pandeglang yaitu 75. Hasil ulangan mid

4

semester dari 36 siswa kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup

Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang yang memperoleh nilai

diatas KKM hanya 16 orang siswa dan 20 orang siswa yang lain

mendapat nilai di bawah KKM.

Dari nilai hasil ulangan harian dan nilai mid semester, yang jauh

dari KKM tersebut, kemungkinan karena peneliti dalam mengajar

masih menggunakan cara-cara tradisional yaitu menggunakan metode

ceramah dan latihan soal, serta tidak terbiasanya peneliti menggunakan

metode pembelajaran yang lebih variatif. Selain itu dengan

menggunakan metode ceramah dan latihan soal dalam proses

pembelajaran tidak dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk

belajar lebih giat lagi. Motivasi siswa yang rendah inilah yang

menyebabkan hasil belajar fikih menjadi rendah juga. Siswa yang

terbiasa hanya mendengarkan ceramah dari guru cenderung cepat bosan

dan kurang memperhatikan dalam mengikuti proses pembelajaran.

Guru mendominasi jalannya pembelajaran sehingga siswa kurang

terlibat secara aktif. Jika guru melontarkan pertanyaan kepada siswa,

hanya beberapa siswa yang berani atau mau menjawab. Permasalahan

lain tampak saat guru menjelaskan materi banyak siswa tampak

mengantuk, melamun dan mengobrol. Kondisi tersebut terjadi karena

penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan suasana

yang kurang menyenangkan bagi siswa. Proses pembelajaran seperti

inilah yang mengakibatkan pembelajaran kurang efektif dan

menjadikan hasil belajar siswa rendah.

5

Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam

proses belajar mengajar sehingga siswa dapat ikut berperan aktif dalam

proses belajar mengajar adalah metode cooperative learning karena

dengan adanya cooperative learning terjadi interaksi antara siswa yang

satu dengan yang lain. Cooperative learning dapat melatih siswa

mengungkapkan pendapat atau bertanya dengan siswa yang lain dan

dapat melatih mental mereka untuk belajar bersama dan berdampingan

dengan orang lain. Selain itu dengan adanya cooperative learning juga

dapat menekan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan

kelompok. Disamping hal tersebut penggunaan metode cooperative

learning dapat membantu siswa mempelajari materi secara lebih

mendalam sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Bukan hanya

hasil belajar secara pengetahuan atau kognitif saja namun juga afektif

dan psikomotornya.

Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka

penulis tertarik dan merasa perlu untuk melakukan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dengan menerapkan metode pembelajaran cooperative

learning dengan alasan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun judul skripsi peneliti adalah “Penerapan Metode Cooperative

Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Fikih Materi Tentang Haji (PTK di Kelas X MA Al-

Jami’atusysyubban Citeureup Panimbang Pandeglang)”.

6

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat ditunjuk

identifikasi masalahnya yaitu:

1. Siswa belum aktif dalam proses pembelajaran.

2. Siswa belum berani mengajukan pertanyaan.

3. Siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran fikih materi tentang.

4. Rendahnya hasil belajar siswa masih rendah.

5. Metode yang digunakan masih monoton dan cenderung

membosankan.

6. Pembelajaran yang dilaksanakan kurang efektif, dimana

pembelajaran berpusat pada guru.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode cooperatiive learning pada mata

pelajaran fikih materi haji di kelas X MA Al-Jami’atusysyubban

Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang?

2. Apakah penerapan metode cooperative learning dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MA Al-

Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten

Pandeglang pada mata pejaran fikih materi haji?

7

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan metode cooperative learning terhadap

peningkatan belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji di

kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan

Panimbang Kabupaten Pandeglang.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran fikih melalui penerapan metode cooperative learning di

kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan

Panimbang Kabupaten Pandeglang.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pengguna

a) Bagi Siswa

1) Dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

2) Dapat memotivasi dan semangat belajar siswa pada mata

pelajaran fikih.

3) Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir,

pemecahan masalah dan kemampuan intelektual dalam

berkomunikasi dengan kelompok.

8

4) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

fikih materi tentang haji.

b) Bagi Sekolah

1) Mampu mewujudkan kerjasama, kolaborasi antar guru dalam

satu sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah

pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.

2) Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik,

menantang, menyenangkan dan melibatkan siswa karena

setrategi, metode, teknik atau media yang digunakan dalam

pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara

sungguh-sungguh.

3) Sebagai upaya peningkatan kualitas kelulusan.

2. Bagi peneliti

a) Mendapatkan pengetahuan baru dengan menerapkan metode

cooperative learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

b) Menerapkan metode cooperative learning untuk materi yang

lain.

c) Meningkatkan dan memperkuat kemampuan peneliti dalam

memecahkan masalah-masalah pembelajaran.

3. Bagi Lembaga

a) Dapat dijadikan bahan masukan dalam memperkenalkan dan

mengembangkan metode cooperative learning untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih.

9

b) Sebagai perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan mutu

sekolah.

4. Bagi Pengembang Ilmu

a) Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan

pendidikan dan pemilihan metode cooperative learning pada

pembelajaran pada umumnya, dapat memperkaya khasanah dan

meningkatkan kualitas dunia pendidikan islam yang diperoleh

dari penelitian ini pada khususnya.

b) Untuk memperkokoh metode cooperative learning dalam proses

pembelajaran.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika penelitian ini di bagi kedalam lima bab, dari

masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-sub pembahasan, adapun

rinciannya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

Bab II Landasan Teori, meliputi: Hakikat Cooperative Learning

(Pengertian Cooperative Learning, Unsur-unsur Cooperative Learning,

Tujuan Cooperative Learning, Langkah-Langkah Cooperative

Learning, Tipe-Tipe Cooperative Learning, Kelebihan dan Kekurangan

Cooperative Learning), Hakikat Hasil Belajar (Pengertian Hasil

10

Belajar, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar), Kerangka

Pemikiran dan Hipotesis.

Bab III Metode Penelitian meliputi: Metode Penelitian, Kancah

Penelitian (Tempat Penelitian, Waktu Penelitian, Siklus PTK, Obyek

Penelitian), Pengumpulan Data (Sumber Data, teknik Pengumpulan

Data, Instrument Pengumpulan data), Prosedur Penelitian dan Teknik

Analisis Data.

Bab IV Hasil Dan Pembahasan Penelitian, meliputi: Deskripsi

Hasil Penelitia dan Pembahasan Hasil Penelitian.

Bab V Penutup, meliputi: Kesimpulan dan Saran-saran.

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Cooperative Learning

1. Pengertian Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif dalam bahasa Inggris lebih dikenal

dengan istilah cooperative learning. Berasal dari kata Cooperative

yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan

saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu

tim.5 Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran

yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Menurut Isjoni cooperative learning adalah suatu model

pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara

kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah

dalam belajar.6

Pembelajara yang didalamnya mengkondisikan para siwa untuk bekerja

bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu

satu sama lain dalam belajar.

Menurut Miftahul Huda cooperative learnig merupakan

aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu

prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan

informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok

5 Isjoni, Cooperative Learning efektifitas pembelajaran kelompok (Bandung:

Alfabeta, 2013), 15. 6 Isjoni, Cooperative Learning efektifitas pembelajaran kelompok……., 15.

11

12

pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung

jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk

meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.7

Dalam pembelajaran di kelas para siswa diharapkan dapat saling

membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk

mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup

segala bentuk kesenjangan dalam pemahaman materi pelajaran pada

tiap-tiap siswa.

Cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan

cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai

enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen..8

Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

cooperative learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran

yang menempatkan siswa pada kegiatan belajar mengajar dalam

bentuk tim atau kelompok yang beranggotakan empat sampai enam

dengan berbagai latar belakang tingkat kemampuan siswa sehingga

didalamnya terjadi sebuah interaksi diantara sesama siswa sehingga

yang dijadikan sumber belajar bukan hanya berasal dari guru dan

buku pelajaran. Dalam pembelajaran tersebut menekankan pada

bentuk kerja kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran yang

sama diantara masing-masing anggota.

7 Miftahul Huda, Cooverative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2011), 29. 8 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 204.

13

2. Unsur-Unsur Cooperative Learning

Menurut Isjoni ada lima unsur dasar cooperative learning,

yaitu: 1) positive interdependence yaitu hubungan timbal balik

yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan

diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang

merupakan keberhasilan yang pula atau sebaliknya, 2)

interaction face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi

antar siswa tanpa adanya perantara, 3) adanya tanggung jawab

pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok, 4)

membutuhkan keluwesan, dan 5) meningkatkan keterampilan

bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).

Untuk memperoleh informasi itu para siswa perlu mengadakan

perbaikan-perbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka

telah bekerja sama sebagai satu tim, seberapa baik tingkat

pencapaian tujuan kelompok, bagaimana mereka saling membantu

satu sama lain, bagaimana mereka bertingkah laku positif untuk

memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan

menjadi berhasil.

Sedangkan menurut Rusman unsur-unsur dasar pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Siswa dan kelompoknya haruslah beranggapan bahwa

mereka sehidup sepenanggungan bersama.

b. Siswa bertangungjawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam

kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

14

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang

sama di antara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan

hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua

anggota kelompok.

f. Siswa berbagai kepemimpinan dan mereka membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar.

g. Siswa diminta mempertanggung jawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.9

Unsur-unsur cooperative learning selain belajar bertanggung

jawab atas kelompoknya juga peserta didik harus kompak dan siap

jadi ketua atau pemimpin dari masing-masing individu. Walaupun

mereka mempunyai pemimpin dalam kelompoknya, namun semua

anggota kelompok juga haruslah bertanggung jawab karena mereka

mempunyai tujuan yang sama. Untuk mengajarkan agar semua

anggota kelompok mempunyai tanggung jawab, pekerjaan atau

tugas kelompok harus dibagi rata sehingga semua anggota kelompok

bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas kelompok.

3. Tujuan Cooperative Learning

Setiap metode pembelajaran tentunya memiliki tujuan yang

ingin dicapai. Begitu pula dengan metode cooperative learning ada

tujuan kelompok yang harus dicapai yang menjadi tanggung jawab

masing-masing individu.

Menurut Isjoni tujuan utama dalam metode cooperative

learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara

9 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.), 208.

15

berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling

menghargai pendapat dan dan memberikan kesempatan kepada

orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan

menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.10

Jadi cooperative learning dilakukan dengan tujuan agar anak

mempunyai hubungan kerja sama yang baik dalam memecahkan

suatu masalah dengan temannya. Disini anak sangat dilatih dalam

menjaga kekompakan terhadap sesama anggota kelompok untuk

mencapai tujuan bersama, anak akan belajar berdiskusi sehingga

anak bisa mengeluarkan apa pendapatnya juga dilatih agar anak

dapat mendengarkan dan menerima apa pendapat dari teman.

Hubungan kerja sama tersebut tentu sangat berguna bagi anak dalam

hubungan dengan masyarakat kelak.

Tujuan penting dari cooperative learning adalah untuk

mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan

kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting dimiliki di dalam

masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar

dilakukan dalam organisasi yang bergantung satu sama lain dan

di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.11

Cooperative learning dapat memaksimalkan belajar siswa untuk

meningkatkan keaktifan dan pemahaman baik secara individu

maupun secara kelompok. Jadi Cooperative learning bertujuan agar

peserta didik bisa bekerja sama satu sama lain jika dalam satu

kelompok ada peserta didik yang kurang memahami suatu materi

10

Isjoni, Cooperative Learning efektifitas pembelajaran kelompok

(Bandung: Alfabeta, 2013), 21. 11

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 210.

16

peserta didik yang lain membatu menerangkan atau menjelaskan

materi tersebut, selain itu dengan diterapkannya cooperative

learning khususnya pada mata pelajaran fikih materi tentang haji,

siswa diharapkan tidak hanya meningkat kemampuannya secara

kognitif saja namun juga afektiv dan psikomotornya. Sehingga

materi yang dipelajari oleh siswa tersebut bukan hanya dapat

dimengerti namun juga dapat diambil nilai-nilainya dan diamalkan

dalam kehidupan nyata.

4. Langkah-langkah Cooperative Learning

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang sesuai dengan

cooperative learning, maka dibutuhkan suatu langkah untuk

mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif. Adapun langkah-

langkah umum penerapan metode cooperative learning di yaitu:

a. Langkah 1: memilih metode, teknik dan struktur

pembelajaran kooperatif

b. Langkah 2: menata ruang kelas untuk pembelajaran

kooperatif

c. Langkah 3: merangking siswa

d. Langkah 4: menentukan jumlah kelompok

e. Langkah 5: membentuk kelompok-kelompok

f. Langkah 6: merancang “team bulding” untuk setiap

kelompok

g. Langkah 7: mempresentasikan materi pembelajaran

h. Langkah 8: membagikan lembar kerja siswa

i. Langkah 9: menugaskan siswa mengerjakan kuis secara

mandiri

j. Langkah 10: menilai dan menskor kuis siswa

17

k. Langkah 11: memberi penghargaan pada kelompok

l. Langkah 12: mengevaluasi perilaku-perilaku (anggota)

kelompok12

Dari 12 langkah yang telah dijelaskan, bahwa untuk

mewujudkan proses pembelajaran cooperative learning secara

maksimal, peran guru sangat menentukan terutama dalam

menetapkan sebuah target.

Menurut Rusman terdapat enam langkah utama atau fase-fase

tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan cooperative

learning. Adapun langkah-langkah tersebut yaitu seperti tabel di

bawah ini:

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Cooperative Learning13

Fase Tahapan Tingkah Laku Guru

I Menyampaikan tujuan dan

memotovasi siwa

Guru menyampaikan semua

tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotovasi

siwa belajar

II Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi

kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan

bacaan

12

Miftahul Huda, Cooverative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2011), 162. 13

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru,…. 211.

18

III Mengorganisasikan siswa

ke dalam kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada

siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar

dan membantu setiap

kelompok agar melakukan

transisi secara efisien

IV Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing

kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka

mengerjakan tugas

V Evaluasi Guru mengevaluasi hasil

belajar tentang materi yang

telah dipelajari atau masing-

masing kelompok

mempresentasikan hasil

kerjanya

VI Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik nupaya

maupun hasil belajar individu

dan kelompok

Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk menggunakan

langkah-langkah yang dikemukakan oleh Rusman karena langkah-

langkah tersebut mudah untuk diterapkan dalam proses

pembelajaran.

19

5. Tipe Cooperative Learning

Tipe cooperative learning dalam penelitian yang akan

digunakan peneliti yaitu cooperative learning tipe STAD (Student

Teams Achievement Division).

Student Teams Achievement Division (STAD)

Menurut Rusman tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling

banyak diteliti.14

Tipe ini juga merupakan salah satu tipe

cooperative learning yang menekankan pada adanya aktivitas dan

interaksi diantara siswa untuk saling membantu dalam menguasai

materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Tipe

tersebut sangat mudah diadaptasi, paling sederhana, dan

merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para

guru yang baru menggunakan pendekatan metode cooperative

learning.

Pada proses pembelajarannya, pembelajaran kooperatif tipe

STAD melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada

pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Pembagian kelompok

Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap

kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan

heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik,

gender/jenis kelamin, rasa tau etnik.

14

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 213.

20

3. Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu

menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada

pertemuan tersebut serta penttingnya pokok bahasan tersebut

dipelajari.

4. Kegiatan belajar dalam tim (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru

menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja

kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-

masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru

melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan

dan bantuan bila diperlukan.

5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis

tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian

terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.

6. Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa

dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya

pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat

dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan

sebagai berikut:

a) Menghitung Skor Indivudu

Untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung

sebagaimana dapat dilihat pada table berikut:

21

Tabel 2.2

Penghitungan Perkembangan Skor Individu

No Nilai Tes Skor Perkembangan

1 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin

2 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin

3 Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin

4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin

5 Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan

skor dasar)

30 poin

b) Menghitung skor Kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata

skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan

menjumlahkan semua skor perkembangan individu

anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota

kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor

perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok

sebagaimana dalam tabel berikut.

Tabel 2.3

Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok

No Rata-rata Skor Kualifikasi

1. 0 ≤ N ≤ 5 -

2. 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team)

3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang Baik Sekali (Great

Team)

4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang Istimewa (Super

Team)

22

c) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh

predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan

kepada masing-masing kelompok sesuai dengan

prestasinya (kretiria tertentu yang ditetapkan guru) .15

Dibalik penerapan metode cooperate learning tipe STAD

adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan

membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-

keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa

menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan,

mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari

materi yang diberikan. Mereka juga harus mendorong teman

mereka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu

norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga

dan menyenangkan.

Suatu strategi pembelajaran mempunyai keunggulan dan

kekurangan. Demikian pula dengan cooperative learning tipe

STAD (Student Teams Achievement Division). Keunggulan

pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division),

antara lain sebagai berikut:

1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan

menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk

berhasil bersama.

15

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru,… 215-216.

23

3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih

meningkatkan keberhasilan kelompok.

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan

mereka dalam berpendapat.

5. Meningkatkan kecakapan individu.

6. Meningkatkan kecakapan kelompok.

7. Tidak bersifat kompetitif.

8. Tidak memiliki rasa dendam.

Adapun kekurangan metode pembelajaran STAD, antara lain

sebagai berikut:

1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan

karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga

sulit mencapai target kurikulum.

4. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga

pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran

kooperatif.

5. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak

semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

6. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka

bekerja sama.16

16

Jumanta Hamdayana, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan

Berkarakter ……… 118.

24

6. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning

Suatu metode semuanya mempunyai kelebihan dan kekurangan

, begitupun dengan metode cooperative learning. Adapun kelebihan

cooperative learning diantaranya adalah:

Menurut isjoni kelebihan metode cooperative learning yaitu: (a)

Saling ketergantungan yang positif, (b) adanya pengakuan

dalam merespon perbedaan individu, (c) siswa dilibatkan dalam

perencanaan dan pengelolaan kelas, (d) suasana kelas yang

rileks dan menyenangkan, (e) terjalinnya hubungan yang hangat

dan bersahabat antar siswa dengan guru, dan (f) memiliki

banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman emosi

yang menyenangkan. Sedangkan keunggulan metode

cooperative learning

a. Jika dilihat dari aspek siswa, keunggulan cooperative

learning adalah memberi peluang kepada siswa agar

mengemukakan dan membahas suatu pandangan,

pengalaman yang diperoleh siswa secara bekerja sama dalam

merumuskan ke arah suatu pandangan kelompok.

b. Siswa dimungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam

belajar, melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik

ketrampilan berpikir maupun keterampilan sosial seperti

ketrampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima

saran, dan masukan dari orang lain.

c. Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar karena

didorong dan didukung dari rekan sebaya.

d. Siswa menghasilkan peningkatan kemampuan akademik,

kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan

25

persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar

menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa,

memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi

tingkah laku yang kurang baik, serta membatu siswa dalam

menghargai pokok pikiran orang lain.

e. Siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan

menimbulkan persahabatan yang akrab yang terbentuk

dikalangan siswa.

f. Saling ketergantungan yang positif, adanya pengakuan dalam

merespon perbedaan individu, siswa dilibatkan dalam

perencanaan dan pengelolaan kelas, suasana kelas yang rileks

dan menyenangkan.

Selanjutnya adapun kekurangan dari cooperative learning berasal

dari dua faktor yaitu:

a. Faktor dari dalam (Intern)

1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

disamping itu proses pembelajaran kooperatif memerlukan

lebih bayak tenaga, pemikiran dan waktu.

2. Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yag cukup

memadai.

3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada

kecenderungan topik permasalahan yang meluas. Dengan

demikian, banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang

ditentukan.

4. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang.

Hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

26

b. Faktor dari luar (Ekstern)

Faktor ini erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah.

Selain itu pelaksanaan tes terpusat seperti UN dan UASBN

mengakibatkan kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung

dipersiapkan untuk keberhasilan perolehan UN atau

UASBN.17

Berdasarkan uraian kelebihan dan kelemahan di atas, dapat

disimpulkan bahwa dalam setiap metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru tujuannya untuk membangun dan memberikan

motivasi kepada siswa agar belajar lebih bersemangat, serta

memberikan kesempatan kepada siswa secara demokratis untuk

mengungkapkan gagasan atau pendapatnya.

B. Hakikat Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.18

Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa tersebut meliputi

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik seperti

dinyatakan Benyamin Bloom dalam taksonominya. Bahkan

Gagne membagi kemampuan hasil belajar tersebut menjadi lima

17

Muhammad Thobroni Dan Arif Mustofa, Belajar Dan Pembelajaran

Pengembangan Wacana Dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional,

(Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2013), 291-292. 18

Nana Sudjana, Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2010), 22.

27

macam yaitu tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu

lagi bersifat psikomotorik.19

Kemampuan-kemampuan tersebut adalah (1) keterampilan

intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi verbal, (4) sikap dan

(5) keterampilan motorik. Hampir senada dengan pendapat tersebut

di atas, Oemar Hamalik mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

terjadinya perubahan tingkah laku seseorang setelah melakukan

kegiatan belajar.20

Perubahan tingkah laku tersebut seperti dari tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari

tidak bias menjadi bisa. Dengan kata lain, indikator keberhasilan

belajar seseorang dapat dilihat dari perubahan tingkah lakunya.

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat peneliti

simpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa sebagai hasil dari pengalaman belajarnya dalam

bentuk perubahan tingkah laku berupa pengetahuan (kognitif), sikap

(afektif) dan keterampilam (psikomotorik).

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dalam setiap pembelajaran banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Slameto menggolongkan faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi dua golongan

yaitu faktor intern dan faktor ekstern.21

Adapun faktor-faktor intern

adalah faktor yang ada dalam diri individu siswa tersebut yaitu

19

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:

Erlangga, 2010), 118. 20

Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),

30. 21

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), 54.

28

meliputi: (1) faktor jasmaniah seperti kesehatan dan cacat tubuh, (2)

faktor psikologi seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motivasi, kematangan dan kesiapan, (3) faktor kelelahan. Sedangkan

faktor-faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri siswa

tersebut yaitu meliputi: (1) faktor keluarga seperti cara orang tua

mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan

ekonomi, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan dalam

keluarga. (2) faktor sekolah yang meliputi: metode dalam mengajar,

kurikulum yang digunakan, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, alat atau media pembelajaran, waktu

belajar, dan sarana pendidikan. (3) faktor masyarakat yang meliputi:

kegiatan siswa dalam masyarakat, media, teman bermain dan bentuk

kehidupan di masyarakat.

Sejalan dengan pendapat Slameto di atas, Nasution juga

menyebutkan bahwa:

Agar pembelajaran berhasil dengan baik, maka harus dipenuhi

kondisi intern yaitu penguasaan konsep sebagai pra syarat untuk

memahami bahan pelajaran yang baru, dan kondisi ektern yaitu

mengenai hal-hal dalam situasi belajar yang dapat dikontrol

oleh si pengajar.22

Menurut peneliti, diantara faktor-faktor tersebut yang paling

menentukan terhadap hasil belajar seorang siswa adalah metode

mengajar guru, karena hal tersebut terkait dengan kualitas

pembelajaran yang juga menentukan keberhasilan belajar siswa.

Kemampuan seorang guru yang baik dan professional dalam

22

S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar

(Jakarta: Bumi aksara, 2009), 184.

29

mengelola pembelajaran akan mengantarkan siswanya menjadi

siswa yang berhasil dalam belajarnya. Oleh karena itu, bagi peneliti

atau guru fikih khususnya dituntut untuk memiliki kemampuan yang

cukup dalam mengelola pembelajaran, mampu membuat media

pembelajaran yang baik, dan mampu menerapkan metode dan model

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Dengan demikian, hasil belajar yang didapatkan akan sesuai dengan

harapan.

C. Kerangka Pemikiran

Berbagai persoalan pelajaran dan keterbatasan waktu untuk

pembelajaran fikih perlu diatasi dengan mengembangkan pembelajaran

yang lebih menarik dan bermakna. Sebab itu perlu mengembangkan

metode-metode pembelajaran yang memiliki daya tarik dan efektif,

diantara yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan bahan

ajar atau materi pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang

kontekstual, aktual dan bermakna.

Berdasarkan kajian teori tersebut dapat diambil pokok pikiran

bahwa hasil belajar mata pelajaran fikih pokok bahasan haji dapat

meningkat apabila dalam proses pembelajaran menggunakan metode

cooperative learning. Dengan metode cooperative learning dimaksud

guru dan peserta didik melakukan sesuatu serta mengamati proses dan

hasil pekerjaan. Dan akhirnya peserta didik melakukan tugas yang

diberikan guru untuk diperagakan. Dengan ini metode cooperative

learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

30

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan

yang diteliti, atau disebut juga dugaan yang mungkin benar atau

mungkin palsu, dan akan diterima jika faktor-faktor membenarkannya.

Penelitian ini direncanakan dua siklus dan setiap siklus dengan

prosedur perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Melalui

prosedur tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa paa

mata pelajaran fikih materi haji. Sehingga hipotesis tindakan yang

dirumuskan dalam penelitian ini adalah: metode cooperative learning

tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

31

BAB III

METODELOGI PENILITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research (CAR) yang difokuskan kepada proses

pembelajaran. Adapun alasan pemilihan metode ini karena penelitian

tindakan kelas merupakan salah satu metode yang dapat dipergunakan

guru untuk mengetahui aktifitas siswa dalam proses pembelajaran di

kelas.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang

dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di

kelas.23

Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau pada proses

pembelajaran yang terjadi di kelas yang berusaha mengkaji dan

merefleksi suatu pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan

proses pembelajaran di kelas.

Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut,

maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan yaitu:

1. Penelitian yaitu kegiatan mencermati suatu objek,

menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh

data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan

mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

23 Kunandar, Langkah mudah Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2013), h. 45

31

32

2. Tindakan yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian berbentuk

rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama

menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.24

Dengan menggabungkan batasan tiga kata inti tersebut, dapat

disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas peneliti juga

bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi didalam

kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan memecahkan

masalah, akan tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal

tersebut bisa dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan, penelitian

tindakan kelas juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru

dalam pengembangan profesionalnya.

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah model stephen Kemmis dan Mc. Taggart

merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh

Kurt Lewin. Model ini terdiri empat komponen, yaitu perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa

untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus.25

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model

Kemmis dan MC Taggart karena menurut peneliti model tersebut

24

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas Cet ke-8, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2009), h.58. 25

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan

Kelas, (Jakarta: Indeks, 2009), h. 21

33

mudah dijalankan dan dapat digunakan untuk memperbaiki atau

mengatasi permasalahan yang ada di kelas. Selain itu, PTK dengan

model ini dapat memperbaiki kinerja guru dan dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran.

Adapun untuk memperjelas alur rencana penelitian tindakan kelas

ini dapat digambarkan melalui desain penelitian siklus berdasarkan

model Kemmis dan MC Taggrat yaitu sevagai berikut:

Gambar 3.1

Model penelitian tindakan kelas oleh Kemmis dan MC

Taggrat

Sumber : Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian

Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2009)

Refleksi Awal

Refleksi

Perencanaan

Siklus I

Pengamatan

Perencanaan

pengamatan

Siklus II

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

34

B. Kancah Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah

Aliyah Al-jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang

Kabupaten Pandeglang pada mata pelajaran fikih materi tentang haji.

Madrasah Aliyah (MA) Al-jami’atusysyubban Citeureup dipilih

karena peneliti bertugas di madrasah ini. Sehingga hasil penelitian

nantinya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan proses

pembelajaran di tempat peneliti bertugas.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan pada bulan Agustus 2016

sampai bulan April 2017. Adapun rincian kegiatan serta waktu yang

digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan

PelaksanaanKegiatan

Agustus Septemb

er Oktober November Februari Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penelitian Pendahuluan

2 Penyusunan Proposal

3 Seminar Proposal

4 PenyusunanInstrumen

5

AnalisisPelaksanaan

Tindakan siklus I

6

AnalisisPelaksanaan

Tindakan siklus II

7

Penyusunan Naskah

Skripsi

35

3. Siklus PTK

Dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas

(PTK) yang dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat

peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi

tentang haji dengan menggunakan metode cooperative learning tipe

STAD.

4. Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X

MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang

Kabupaten Pandeglang dengan jumlah siswa sebanyak 36 siswa

dengan komposisi 14 laki-laki dan 22 perempuan.

C. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Siswa

Data yang diperoleh dari siswa adalah tentang hasil belajar siswa

pada mata pelajaran fikih materi tentang haji yang diambil dari

hasil ulangan harian.

b. Guru

Data yang diperoleh dari guru adalah untuk melihat tingkat

keberhasilan pembelajaran fikih materi tentang haji dan untuk

merekan apa saja aktifitas yang telah dilakukan serta bagaimana

hasilnya.

c. Teman sejawat

Data diperoleh dari teman sejawat dan kolaborator adalah

tentang implementasi PTK dari hasil siswa dan aktifitas guru

dalam kegiatan pembelajaran.

36

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dengan kelayakan penerapan

metode cooperative learning dalam mata pelajaran fikih materi

tentang haji dengan menghitung data sebagai berikut:

a. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas

siswa pada kegiatan pembelajaran fikih materi tentang haji.

b. Tes Hasil Pembelajaran Siswa

Hasil pembelajaran siswa tampak pada perolehan nilai siswa

pada setiap tes yang diberikan guru disetiap siklus. Data tersebut

diolah dengan tujuan dapat mengetahui kemampuan siswa dalam

pembelajaran fikih materi tentang haji dengan menggunakan

penerapan metode cooperative learning tipe STAD.

c. Wawancara

Dengan wawancara yang dilakukan yaitu percakapan antara

peneliti dengan siswa untuk mengetahui pendapat siswa terkait

dengan penerapan cooperative learning tipe STAD pada mata

pelajaran fikih materi haji.

3. Instrument Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah tes untuk kerja, lembar observasi, penyebaran

kuesioner, pedoman wawancara dan diskusi.

a. Tes untuk kerja ; digunakan untuk memperoleh data tentang

hasil belajar siswa dalam pembelajaran fikih materi tentang haji.

b. Lembar observasi ; digunakan untuk memperoleh data aktifitas

siswa pada kegiatan pembelajaran fikih materi tentang haji

dengan metode cooperative learning tipe STAD.

37

c. Wawancara yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui

pendapat siswa terkait dengan penerapan metode cooperative

learning tipe STAD pada mata pelajaran fikih materi haji.

D. Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

terjadi peningkatan nilai rata-rata dari hasil tes siswa setelah mengikuti

pembelajaran dengan mengguunakan metode cooperative learning tipe

STAD yaitu hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji

minimal 80% telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

dari jumlah siswa kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup

Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang yakni mencapai 75.

E. Prosedur Penelitian

Siklus I

1. Perencanaan tindakan

Masalah yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan

langkah-langkah perencanaan tindakan, yaitu menyusun

instrument penelitian berupa: Rencana Pelaksanaan

pembelajaran (RPP), observasi dan soal tes.

2. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan

program pembelajaran dengan menerapkan metode cooperative

learning tipe STAD pada mata pelajaran fikih materi haji,

pengumpulan data hasil tes dan lembar observasi.

38

3. Pengamatan/Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti yang

bertindak sebagai guru selama proses belajar mengajar

berlangsung, dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dirancang sebelumnya untuk mengetahui aktivitas siwa.

4. Refleksi

Tahap ini adalah tahapan yang terakhir dalam siklus I.

dalam tahap ini penulis menganalisis setiap data dan

dokumentasi hasil observasi untuk dianalisis terkait dengan

pembelajaran menggunakan metode cooperative learning tipe

STAD serta diambil kesimpulan dan jika dirasa belum berhasil

dalam satu siklus maka penulis mulai menyusun siklus ke dua

dengan menyusun perencanaan secara matang.

Siklus II

Sama seperti siklus I pada siklus II dalam PTK ini terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi dengan rincian

sebagai bertikut:

1. Perencanaan tindakan

Peneliti membuat rencana tindakan seperti pada siklus I dan

berdasarkan refleksi pada siklus I.

2. Pelaksanaan tindakan

Peneliti melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP hasil

refleksi siklus I.

3. Pengamatan/Observasi

Peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan

pembelajaran.

39

4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II untuk

membuat kesimpulan atas pembelajaran fikih materi tentang

haji dengan menggunakan metode cooperative learning pada

siswa kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan

Panimbang Kabupaten Pandeglang.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses mengolah dan

menginterprestasikan data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai

informasi sesuai dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi

sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dn arti yang jelas

sesuai dengan tujuan penilitian.26

Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisa data

dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya tes siswa yang dilakukan untuk mengetahui persentase

ketuntasan belajar siswa dalam suatu kelas melalui penilaian berikut

ini:

P=

×100%

Keterangan: P= persentase

F= jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

N= jumlah seluruh siswa27

Standar ketuntasan belajar siswa ditentukan dari hasil

persentase penguasaan siswa pada kompetensi dasar dalam suatu

26

Wina sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2011), h.

106 27

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja

Grafindo, 2009), h. 40)

40

materi tertentu. Kriteria ketuntasan belajar setiap kompetensi dasar

antara 0-100%

Adapun untuk mengetahui nilai rata-rata siswa dilakukan

melalui penilaian berikut ini:

X=∑

X= nilai rata-rata siswa

∑ =jumlah nilai siswa

N=Jumlah siswa28

2. Menganalisa data aktivitas siswa melalui pengembangan skala

dengan ketentuan skor nilai sebagai berikut:

a. Jawaban sangat baik diberi skor 5

b. Jawaban baik diberi skor 4

c. Jawaban kurang baik diberi skor 3

d. Jawaban tidak baik diberi skor 2

e. Jawaban sangat tidak baik diberi skor 1

Adapun cara menghitung presentase data aktivitas siswa dan guru

yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P=

×100%

Keterangan: P= persentase

F= Frekuensi/total jawaban yang didapat

N= jumlah maksimum

28

Supardi dan Darwyan Syah, Pengantar statistic Pendidikan.(Jakarta: Diadit

Media, 2009), 36.

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan oleh

peneliti untuk memperoleh data tentang hasil kegiatan pembelajaran

fikih materi haji di kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup

Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang, dengan menerapkan

metode cooperative learning tipe STAD. Pelaksanaan tindakan kelas

ini terdiri atas dua tahap yaitu siklus I dan siklus II, setiap tindakan

pembelajaran terdiri atas satu siklus, setiap siklus terdiri dari

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

1. Pra Siklus

Kegiatan pra siklus ini dilaksanakan pada tanggal 04 Oktober

2016, merupakan kegiatan awal untuk mengetahui gambaran tentang

proses pembelajaran yang berlangsung di kelas X MA Al-

Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten

Pandeglang pada mata pelajaran fikih materi haji. Data pra siklus

diambil dari hasil pre-tes pada materi tentang haji di kelas X MA Al-

jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten

Pandeglang. Pre-tes ini dilakukan pada awal pembelajaran materi

haji. Hal ini dijadikan sebagai tindakan awal dan dasar untuk

diadakannya perbaikan pembelajaran.

Diadakannya observasi ini bertujuan untuk mengetahui lebih

dalam kondisi sekolah, sebagai kelas yang akan mendapat

perlakuan. Kondisi tersebut mencakup kondisi fisik kelas, kondisi

41

42

siswa, guru, proses pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar di

kelas.

Berdasarkan hasil tes pada pra siklus, dapat diketahui bahwa

hasil belajar siswa kelas X MA Al-jami’atusysyubban Citeureup

pada pembelajaran fikih materi haji adalah kurang maksimal, yaitu

dari 36 siswa yang berhasil mencapai nilai KKM (Kriteria

ketuntasan Minimal) hanya 3 siswa atau 8%.

Data hasil pra siklus tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Daftar Perolehan Nilai Siswa Pada Pra Siklus

No Indikator Nilai

1. Rata-Rata 56

2. Persentase Ketuntasan 8%

3. Persentase Ketidak Tuntasan 92%

Keterangan :

Nilai rata-rata

=

=56

Presentase ketuntasan

X 100=

x100=8 %

Presentase ketidak tuntasan

X

100=

= 92%

Berdasarkan hasil observasi pada pra siklus diperoleh refleksi

sebagai berikut:

43

a. Permasalahan

1) Siswa cenderung pasif dan hanya menunggu informasi dari

guru.

2) Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

3) Guru tidak menggunakan media atau alat pembelajaran.

b. Penyebab

1) Siswa terbiasa dengan satu metode (ceramah)

2) Metode yang digunakan masih bersifat monoton sehingga

ada siswa yang mengantuk, mengobrol dengan temannya,

nyeletuk, pindah-pindah tempat, melamun.

3) Siswa belum terbiasa untuk mencari sumber belajar selain

buku paket.

c. Perbaikan

1) Mencoba menerapkan metode cooperative learning tipe

STAD agar siswa tidak pasif lagi.

2) Dengan metode cooperative learning tipe STAD tercipta

suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

3) Siswa diminta untuk mencari sumber belajar lain selain buku

paket sebelum pembelajaran dilaksanakan.

Berdasarkan hasil refleksi pada pra siklus maka dibuatlah

perencanaan untuk siklus I yaitu menggunakan metode cooperative

learning tipe STAD.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan siklus I pada tahap ini peneliti

merencanakan pelaksankan kegiatan tindakan-tindakan

44

perbaikan pada proses pembelajaran fikih materi tentang haji

dengan menerapkan metode cooperative learning tipe STAD.

Perencanaan dirancang berdasarkan hasil refleksi pada tahap

pra siklus yaitu:

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan metode cooperative learning tipe STAD

(lampiran)

2) Membuat lembar kerja siswa dan media pembelajaran

(lampiran)

3) Membuat lembar observasi aktivitas pembelajaran (lampiran)

4) Menginstruksikan kepada siswa untuk membawa catatan

tentang haji dari berbagai sumber

5) Membuat lembar pembagian kelompok siswa (lampiran)

6) Membuat lembar evaluasi pembelajaran siklus I (lampiran)

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari selasa

tanggal 11 Oktober 2016. Pelaksanaan ini merupakan

implementasi dari hasil rencana tindakan yang telah disusun

sebelumnya yaitu untuk mengenalkan pembelajaran yang

inovatif dan kreatif untuk siswa dengan menggunakan

cooperative learning tipe STAD.

Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan

proses pembelajaran sesuai yang telah dirumuskan berdasarkan

rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) yang telah direncanakan

dan disiapkan pada tahap perencanaan oleh peneliti adapun

langkah-langkah tindakan yang telah dilaksanakan oleh peneliti

yaitu terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

45

1) Kegiatan awal atau pendahulua

Pada kegiatan awal atau pendahuluan peneliti membuka

pelajaran dengan mengucapkan salam, melihat kesiapan siswa

dan peneliti memeriksa lembar kehadiran siswa.

Peneliti mengajak siswa bertanya jawab tentang materi

yang sudah dibahas sebelumnya. Peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan dan siswa menjawab.

Peneliti memberikan motivasi dan memberitahukan

materi yang akan dibahas dan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dan menjelaskan terkait

metode pembelajaran yang akan digunakan yaitu metode

cooperative learning tipe STAD.

2) Kegiatan inti

Sedangkan pada kegiatan inti, siswa diminta untuk

mengamati gambar yang sudah disediakan oleh peneliti dan

dibagikan kepada setiap siswa satu gambar satu meja,

kemudian peneliti meminta siswa untuk menanggapinya dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi

tidak ada satupun yang bertanya akhirnya penelitilah yang

memberi pertanyaan kepada siswa dan ada salah satu siswa

yang menjawab.

Peneliti memberitahukan kepada siswa bahwa ada

pembagian kelompok untuk melaksanakan diskusi. Peneliti

membagi siswa menjadi enam kelompok yang beranggotakan

enam orang yang bersifat heterogen. Pembagian kelompok ini

didasarkan pada perolehan hasil nilai pembelajaran yang telah

dilakukan sebelumnya. Setiap kelompok beranggotakan siswa

46

yang mendapatkan nilai yang beragam yang meliputi nilai

tinggi, cukup dan rendah.

Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada

setiap masing-masing kelompok. Peneliti memberikan

penjelasan kepada siswa untuk saling bekerja sama dalam

menjalankan setiap tugas yang tercantum dalam LKS dan

akan adanya penghargaan bagi kelompok terbaik yang

mendapatkan nilai tinggi.

Setiap siswa bersama anggota kelompoknya bekerja

sama mengerjakan tugas dalam LKS sampai waktu yang

sudah ditentukan dan kemudian tugas tersebut dikolektif oleh

ketua kelompok untuk di kumpulkan kepada peneliti. Selama

siswa mengerjakan LKS peneliti berkeliling melihat cara kerja

masing-masing kelompok secara bergantian. Peneliti juga

mengingatkan bahwa soal dalam LKS disusun sebagai salah

satu alat membantu siswa dalam memahami materi.

Pembahasan LKS dilakukan dengan perwakilan masing-

masing kelompok menyajikan hasilnya di depan kelas.

Peneliti bersama siswa membuat kesimpulan tentang

materi yang baru saja sudah dibahas. Diakhir diskusi

kelompok peneliti membagikan lembar soal tes siklus I

kepada masing-masing siswa dan mengawasi jalannya

evaluasi/tes. Dalam pelaksanaan tes ini, guru menegur

beberapa siswa yang bekerja sama dengan teman

sebangkunya (nyontek) dan guru langsung memberi teguran

kepada siswa tersebut untuk tidak mengulanginya lagi. Sekali

47

lagi guru mengingatkan kembali agar siswa menyelesaikan tes

secara individu.

3) Kegiatan penutup

Sedangkan kegiatan penutup, setelah selesai

mengerjakan soal dan mengumpulkannya, guru mengajak

siswa untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya dan mengingatkan kembali kepada

siswa untuk membawa buku pembahasan haji dan

pembelajaran ditutup dengan salam dan diakhiri dengan doa.

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana

kegiatan, aktifitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

fikih sekaligus mengamati efektivitas penerapan metode

cooperative learning tipe STAD.

Pembelajaran dilakukan secara berkelompok yang berbeda

dari biasanya. Dalam pembagian anggota kelompok dengan

pengaturan meja, bangku dan informasi anggota kelompok yang

berbeda dari biasanya, metode tersebut sebelumnya tidak pernah

dilakukan dalam pembelajaran fikih. Dengan adanya metode

cooperative learning tipe STAD siswa terlihat sangat senang dan

antusias mengikuti proses pembelajaran karena selama ini

pembelajaran dilakukan secara klasikal dan hanya mendengar

dari penjelasan guru saja.

48

Dari hasil observasi terhadap tindakan pada siklus I, selama

kegiatan pembelajaran berlangsung aktivitas guru dalam kegiatan

belajar mengajar pada siklus pertama masih tergolong rendah.

Hal ini terjadi karena lebih banyak berdiri di depan kelas dan

kurang memberikan pengarahan kepada siswa sebagaimana

melakukan pembelajaran secara kooperatif.

Adapun aktivitas guru tersebut adalah: 1) Apersepsi, guru

melakukan memasuki kelas dan mengucapkan salam, siswa

menjawab dengan serentak meskipun terlihat masih ada yang

masih mengobrol dengan tamannya, kemudian guru memberikan

motivasi dan mengajak siswa bertanya jawab terkait materi yang

akan dibahas. 2) Penjelasan materi, guru memberikan penjelasan

terkait materi yang dibahas dan dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana siswa dalam menguasai materi tersebut namun

masih ada sisa yang masiih sibuk dengan alat tulisnya. 3)

Penjelasan metode pembelajaran, guru menjelaskan metode yang

akan dilakukan yaitu metode STAD, disini siswa terlihat antusias

mendengarkan tetapi juga masih beberapa siswa yang sibuk

dengan urusan sendiri dan masih ada yang ngobrol. 4) Teknik

pembagian kelompok, guru membagi kelompok siswa menjadi 6

kelompok yang beranggotakan enam orang yang bersifat

heterogen. Pembagian kelompok ini didasarkan pada perolehan

hasil nilai pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya.

Terlihat siswa senang dalam berkelompok dan ada juga siswa

yang bingung dikarenakan belum pernah melakukan kerja

kelompok. 5) Penguasaan kelas, dalam penguasaan kelas guru

merasa belum bisa sepenuhnya menguasai kelas dikarenakan

49

belom bisa beradaptasi dengan metode yang di terapkan. 6)

Penggunaan media, penggunaan media yang dilakukan oleh guru

masih minim dan terlihat hanya ada beberapa siswa yang

membawa buku paket tentang haji. 7) Bimbingan kepada

kelompok, masih ada sebagian yang bingung dalam mengerjakan

tugas yang ada di lembar kerja, guru mendampingi pada setiap

masing-masing kelompok secara insentif dengan cara

mengelilingi setiap anggota kelompok agar semua anggota

tersebut ikut aktif dalam proses pengerjaan tugas itu sampai

selesai. 8) Pemberian pertanyaan, guru memberikan pertanyaan

terkait materi yang dibahas, terlihat siswa masih enggan untuk

bisa menjawab sendiri dikarenakan merasa malu. 9) Kemampuan

melakukan evaluasi, evaluasi dilakukan pada akhir pembelajaran,

terlihat ada masih ada siswa yang melakukan kerjasama sesama

temannya (nyontek) 10) Menyimpulkan materi pembelajaran, 11)

Menutup pelajaran, guru menyampaikan materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya, dan meminta siswa untuk

semuanya menyiapkan materi yang sudah ditentukan dan

siswapun terlihat antusias dalam mendengarkannya. Kemudian

membaca hamdallah dan meminta siswa untuk siap-siap berdoa.

Selain aktivitas guru dalam proses pembelajaran, penguasaan

siswa terhadap materi pembelajaranpun masih tergolong kurang.

Dari skor ideal 100, skor pelohehan rata-rata hanya mencapai 70.

Hal ini terjadi karena siswa masih ada yang berisik, mengerjakan

tugas lain, mengantuk, mengganggu siswa lain, melamun, usil,

nyeletuk dan pindah-pindah tempat duduk.

50

Adapun hasil observasi kelompok siswa yaitu 1) kerjasama

dalam kelompok, dalam diskusi kali ini, peneliti mengamati

bahwa pada pelekasanaan kerja kelompok, sebagian kelompok

sudah menunjukan keaktifannya dalam berdiskusi. Siswa sudah

terlihat bekerja sama untuk memahami materi dengan sesama

kelompoknya. Hanya masih ada beberapa kelompok yang masih

terlihat ribut ketika belajar, dan beberapa kelompok yang masih

terlihat individual. Mereka enggan berdiskusi membahas materi

yang sedang dibahas. Bahkan sebagaian siswa masih bergurau

sendiri, dan masih berdiskusi dengan teman sekelompoknya

sendiri. Dengan kondisi seperti ini peneliti langsung menasehati

siswa yang bersangkutan untuk mengikuti jalannya diskusi

dengan baik. 2) mengajukan pertanyaan, ketika diminta untuk

mengajukan pertanyaan ke kelomok lain terkait materi yang

dibahas terlihat banyak siswa yang ingin mengajukan

pertanyaannya. 3) memperhatikan pertanyaan teman, siswa

menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lain dengan

serius namun masih ada siswa yang tidak memperhatikan

pertanyaan bahkan siswa tersebut bingung ketika diminta

jawaban. 4) memberikan tanggapan terhadap jawaban teman,

siswa terlihat masih bingung dalam memberikan tanggapan

dikarenakan minimnya media yang mereka bawa 5) tidak

memaksakan pendapat, 6) kemampuan memahami materi, pada

aspek ini siswa terlihat masih kurang memahami materi

pelajaran. Artinya dalam aspek ini guru harus memberikan

pemahaman yang lebih baik lagi kepada siswa, baik dalam

penggunaan bahasa yang mudah dimengerti agar siswa mudah

51

memahami materi dan hasil belajar ada peningkatan. 7)

partisipasi dalam kelompok, pada aspek ini masih ada 2

kelompok masih rendah, dalam artian belum terlihat adanya kerja

sama dan kekompakan antar anggota kelompok. Sedangkan 4

kelompok lainnya dinilai sudah cukup baik dalam kerja sama tim.

9) persentasi didepan kelas, dalam aspek ini ini ternyata

presentasi siswa dinilai masih rendah, karena masih banyak siswa

yang masih belum berani dan percaya diri untuk berbicara di

depan kelas, oleh karena itu perlu adanya bimbingan dan

dorongan guru agar siswa dapat berani dan percaya diri persentasi

di depan kelas. 10) kemampuan menarik kesimpulan, siswa masih

banyak yang belum memperhatikan kesimpulan yang guru

sampaikan, oleh karena itu penting bagi guru agar

mengkondisikan siswa lebih baik lagi agar siswa dapat menyimak

kesimpulan guru dan faham akan pelajaran yang telah dipelajari.

Berikut adalah perolehan hasil belajar siswa berdasarkan tes

yang telah dilaksanakan.

Tabel 4.3

Daftar Perolehan Nilai Siswa Pada siklus I

No Indikator Nilai

1. Rata-Rata 70

2. Persentase Ketuntasan 44%

3. Persentase Ketidak Tuntasan 56%

Keterangan :

Nilai rata-rata

=

=70

52

Presentase ketuntasan

X 100=

x100=44 %

Presentase ketidak tuntasan

X 100=

= 56%

Berdasarkan data nilai di atas, tampak bahwa masih ada

beberapa yang mencapai KKM karena siswa tersebut serius dan

bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi pada siklus I ini, hasil penelitian

didapatkan dari data tes hasil tindakan, observasi siswa dan

respon siswa. Setelah dilaksanakan evaluasi siklus I terhadap

proses pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe

STAD maka terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan

hasil pembelajaran dan kekurangan atau kelemahan dalam

kegiatan pembelajaran pada siklus I ini.

Pada tahap refleksi ditemukan temuan-temuan kelebihan

dan kelemahannnya, yaitu:

1) Kelebihan

a. Penggunaan metode cooperative learning tipe STAD dapat

menarik minat belajar siswa namun masih perlu

ditingkatkan.

b. Adanya interaksi antar siswa dalam berpendapat

c. Siswa saling bekerjasama dalam mencapai tujuan

pembelajaran.

53

2) Kelemahan

a. Guru belum terbiasa dengan metode cooperative learning

tipe STAD sehingga berakibat pada efektifitas dan efesiensi

aktifitas guru belum optimal.

b. Siswa kurang sedikit cekatan ktika diminta untuk duduk

berkelompok, hal ini dsebabkan karena mereka belum

terbiasa membentuk kelompok.

c. Antusias belajar siswa masih rendah karena guru kurang

memberikan motivasi sehingga pada waktu diskusi dengan

teman kelompok, sebagian siswa belum aktif berdiskusi

bahkan ada beberapa siswa yang belum paham

melaksanakan tugasnya.

d. Masih ada siswa yang belum serius mengikuti pelajaran

dengan mengobrol, melihat keluar, jalan-jalan ke kelompok

yang lain sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas dengan

waktu yang sudah ditentukan.

e. Media pembelajaran yang digunakan masih terbatas karena

hanya ada beberapa siswa yang membawa buku paket.

3) Solusi atau Perbaikan

a. Membuat kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,

lembar observasi siswa serta lembar evaluasi pembelajaran

untuk di siklus II.

b. Guru berusaha untuk menguasai metode cooperative

learning tipe STAD agar bisa lebih mengoptimalkan lagi

penggunaannya.

c. Memberikan motivasi dan arahan dengan cara memberikan

perhatian yang lebih kepada siswa yang kurang semangat

54

dan aktif dalam belajar dengan cara sanjungan dan

berbicara dari hati ke hati supaya lebih dekat hubungan

antara siswa dan guru.

d. Guru menugaskan kepada siswa semuanya untuk membawa

catatan materi tentang haji dan mencatat pelajaran yang

sudah dibahas di siklus I.

e. Membuat media berupa power point dengan cara di foto

copy lalu dibagikan kepada setiap siswa dikarenakan belum

ada infocus.

f. Meminta siswa membuat kelompok sebelum pelajaran di

mulai dan menyerankan kepada siswa untuk membuat

kelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing pada

siklus I agar tidak banyak waktu yang terbuang.

g. Lebih menegaskan lagi kepada siswa agar tidak menyontek

ketika menjawab soal.

h. Memberikan rewed kepada kelompok terbaik diakhir siklus.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan kegiatan pada siklus II peneliti laksanakan

berdasarkan hasil analisis dari observasi dan refleksi yang telah

dilaksanakan pada siklus I. Adapun perencanaan yang dilakukan

antara lain sebagai berikut:

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan metode cooperative learning tipe STAD

(lampiran)

2) Membuat lembar kerja siswa dan media pembelajaran

(lampiran)

55

3) Membuat lembar observasi aktivitas pembelajaran (lampiran)

4) Menginstruksikan kepada siswa untuk membawa catatan

tentang haji dari berbagai sumber

5) Membuat power point (terlampir)

6) Membuat lembar evaluasi pembelajaran siklus I (lampiran)

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari selasa

tanggal 25 Oktober 2016. Kegiatan yang dilaksanakan pada

siklus II sama halnya dengan siklus I.

Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan siklus II yang

merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari kegiatan inti pada

pembelajaran fikih materi tentang haji dengan menggunakan

metode cooperative learning tipe STAD dengan menempuh

langkah perbaikan yang telah direncanakan dan terkonsep dalam

RPP. Adapun pelaksanaanya sama seperti siklus I tetapi

dimodifikasi sedikit lebih menekankan pada keaktifan siswa

dalam belajar. Berikut adalah deskripsi proses pembelajaran pada

siklus II.

1) Kegiatan awal atau pendahuluan

Tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah

dimulai dengan mengucapkan salam, siswa menjawab salam

dengan serentak. Kemudian guru memperhatikan kesiapan

siswa sebelum dimulai pembelajaran.

Guru memberikan motivasi pada siswa dengan

memberikan perhatian yang lebih dan memberikan sanjungan

pada anak dan kelompok yang berprestasi supaya kelompok

yang lain termotivasi untuk berusaha lebih baik lagi dan

56

memberitahukan bahwa akan adanya penghargaan atau rewed

bagi kelompok terbaik yang mendapatkan nilai tertinggi.

Kemudian guru menjelaskan kembali proses menggunakan

metode cooperative learning tipe STAD.

2) Kegiatan inti

Siswa dimanta untuk duduk berkelompok sesuai dengan

kelompoknya masing-masing di siklus I, kemudian siswa

langsung membuat kelompok sesuai dengan kelompoknya

masing-masing tanpa bertanya lagi.

Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok

sekaligus foto copy power point kepada siswa, siswa

menerimanya dan mengamatinya dan kemudian guru

menjelaskan materi yang ada di foto copy power point dan

memberitahukan kembali kepada siswa untuk saling bekerja

sama dalam menjalankan setiap tugas yang tercantum dalam

LKS kelompok masing-masing dan akan adanya penghargaan

bagi kelompok terbaik yang mendapatkan nilai tertinggi.

Setiap siswa bersama anggota kelompoknya bekerja

sama mengerjakan tugas dalam LKS, guru berkeliling dengan

sesekali menghampiri setiap kelompok untuk memberi

perhatian dan bimbingan kepada kelompok dalam berdiskusi

maupun kepada siswa yang belum jelas dengan materi.

Setelah waktu yang ditentukan waktu untuk berdiskusi

selesai dan setiap kelompok sudah selesai mengerjakan tugas

suasana kelaspun mulai ramai, guru meminta setiap ketua

kelompok untuk mengumpulkan tugasnya masing-masing dan

mulai membahas lembar kerja siswa.

57

Guru menawarkan perwakilan kelompok siapa pertama

yang akan menyajikan hasil diskusi di depan kelas dan

sebagian siswa tunjuk jari. Akhirnya guru memutuskan dari

kelompok tiga yang maju karena kelompok tersebut paling

banyak yang tunjuk jari agar bisa maju ke depan kelas.

Jalannya diskusi kali ini banyak siswa yang berantusias

memberikan pertanyaan dan jawaban tanpa di tunjuk oleh

guru, dikarenakan mereka sudah mempersiapkan pertanyaan

dan jawaban pada masing-masing kelompok sebelum

dimulainya persentasi kelompok. Kemudian guru dan siswa

bersama-sama membuat kesimpulan tentang materi yang

sudah dibahas.

Peneliti membagikan lembar evaluasi kepada masing-

masing siswa dan menegaskan kepada siswa untuk bekerja

secara mandiri dan tidak ada yang boleh bekerja sama dalam

menjawab soal tanpa terkecuali. Guru terus berkeliling-

keliling dan lebih ketat mengawasi siswa sampai waktu

evaluasi selesai.

3) Kegiatan penutup

Sedangkan kegiatan penutup, setelah selesai

mengerjakan soal dan mengumpulkannya, guru mengajak

siswa untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang

telah dilaksanakan dan memberikan pengumuman kelompok

yang mendapatkan predikat terbaik yang di menangkan oleh

kelompok 3.

58

Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya dan pembelajaran ditutup dengan salam

dan diakhiri dengan doa.

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran seperti halnya di siklus I, kegiatan

observasi dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan

untuk mengetahui sejauh mana kegiatan, aktifitas dan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran fikih sekaligus mengamati

efektivitas penerapan metode cooperative learning tipe STAD.

Penerapan metode cooperative learning tipe STAD dapat

membawa siswa senang dan antusias mengikuti proses

pembelajaran karena selama ini pembelajaran dilakukan secara

klasikal dan hanya mendengar dari penjelasan guru saja.

Dari hasil observasi terhadap tindakan pada siklus II, selama

kegiatan pembelajaran berlangsung aktivitas guru dan siswa

dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus kedua tergolong

baik. Hal ini terlihat pada siklus II siswa menjadi lebih aktif,

banyak yang serius saat proses pembelajaran berlangsung dan

tidak bergurau saat pembelajaran.

Adapun aktivitas guru tersebut adalah: 1) Apersepsi, guru

masuk mengucapkan salam, siswa menjawab, guru memberikan

motivasi dan memberikan perhatian lebih serta sanjungan kepada

siswa, terlihat siswa sangat senang sudah siap dan percara diri

untuk mengikuti pelajaran. 2) Penjelasan materi, guru

memberikan penjelasan terkait materi pembahasan yang ada di

foto copy power point. Terlihat siswa memperhatikan penjelasan

59

yang disampaikan oleh guru dengan antusias. 3) Penjelasan

metode pembelajaran, guru menjelaskan metode yang akan

dilakukan yaitu metode STAD, disini siswa terlihat antusias

mendengarkan dan bertanya ketika mereka masih bingung. 4)

Teknik pembagian kelompok, guru membagi kelompok siswa

menjadi 6 kelompok sesuai dengan kelompok pertemuan yang

lalu pada siklus I, guru tidak lagi sibuk membagi kelompok

karena terlihat siswa sudah cekatan dalam membuat kelompok

tanpa diberitahukan lagi nama-nama kelompoknya dikarenakan

mereka sudah tau tempat kelompoknya masing-masing. 5)

Penguasaan kelas, dalam penguasaan kelas guru merasa sudah

mulai bisa menguasai kelas dikarenakan sudah bisa beradaptasi

dengan metode yang di terapkan. 6) Penggunaan media,

penggunaan media yang dilakukan oleh guru sudah meningkat

dengan menyediakan power point dan terlihat beberapa siswa

sudah banyak yang membawa buku paket tentang haji. 7)

Bimbingan kepada kelompok, guru mendampingi pada setiap

masing-masing kelompok secara insentif dengan cara

mengelilingi setiap anggota kelompok terlihat semua anggota

kelompok tersebut ikut aktif dalam proses pengerjaan tugas itu

sampai selesai. 8) Pemberian pertanyaan, guru memberikan

pertanyaan terkait materi yang dibahas, terlihat siswa banyak

yang memberikan jawaban dan tidak malu lagi untuk

memberikan jawaban sendiri. 9) Kemampuan melakukan

evaluasi, evaluasi dilakukan pada akhir pembelajaran, terlihat

siswa sangat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal

dikarenakan guru lebih ketat dalam mengawasinya. 10)

60

Menyimpulkan materi pembelajaran, guru mengajak siswa untuk

bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang sudah

dibahas terlihat siswa antusias ikut menyimpulkannya. 11)

Menutup pelajaran, guru menyampaikan materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya, dan meminta siswa untuk

semuanya menyiapkan materi yang sudah ditentukan dan

siswapun terlihat antusias dalam mendengarkannya. Kemudian

membaca hamdallah dan meminta siswa untuk siap-siap berdoa.

Adapun hasil observasi kelompok siswa yaitu 1) kerjasama

dalam kelompok pada diskusi di siklus II lebih tertib

dibandingkan dengan diskusi pada siklus I, setiap kelompok

mampu bekerja sama satu sama lain dengan anggotanya masing-

masing. 2) mengajukan pertanyaan, ketika diminta untuk

mengajukan pertanyaan ke kelomok lain terkait materi yang

dibahas terlihat banyak siswa yang ingin mengajukan

pertanyaannya dikarenakan mereka sudah mempersiapkan

pertanyaan sebelum diskusi dimulai. 3) memperhatikan

pertanyaan teman, terlihat siswa menjawab pertanyaan-

pertanyaan dari kelompok lain dengan serius dan sungguh-

sungguh dikarenakan mereka sudah menguasai materi kelompok

mereka masing-masing. 5) tidak memaksakan pendapat, terlihat

siswa menerima ketika mendapatkan temannya ada yang mau

memberikan pendapat atau meluruskan dari jawaban 7)

kemampuan memahami materi, pada aspek ini siswa terlihat

sudah memahami materi pelajaran dengan baik. Artinya dalam

aspek ini guru memberikan pemahaman yang lebih baik kepada

siswa, baik dalam penggunaan bahasa yang mudah dimengerti

61

agar siswa mudah memahami materi dan hasil belajar meningkat.

8) partisipasi dalam kelompok, pada aspek ini terlihat semua

kelompok bekerja sama dengan baik, dalam artian sudah terlihat

adanya kerja sama dan kekompakan antar anggota kelompok. 9)

persentasi didepan kelas, dalam aspek ini ini ternyata presentasi

siswa dinilai masih rendah, karena masih banyak siswa yang

masih belum berani dan percaya diri untuk berbicara di depan

kelas, oleh karena itu perlu adanya bimbingan dan dorongan guru

agar siswa dapat berani dan percaya diri persentasi di depan

kelas. 10) kemampuan menarik kesimpulan, terlihat siswa

memperhatikan kesimpulan yang guru sampaikan dan faham

akan pelajaran yang telah dipelajari.

Berikut adalah perolehan hasil belajar siswa berdasarkan tes

yang telah dilaksanakan pada siklus II.

Tabel 4.3

Daftar Perolehan Nilai Siswa Pada siklus II

No Indikator Nilai

1. Rata-Rata 83

2. Persentase Ketuntasan 86%

3. Persentase Ketidak Tuntasan 14%

Keterangan :

Nilai rata-rata

=

=83

Presentase ketuntasan

X 100=

x100=86 %

62

Presentase ketidak tuntasan

X 100=

= 14%

Berdasarkan nilai rata-rata yang didapatkan, dapat

dikatakan bahwa pada pembelajaran siklus II mengalami

peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar

siswa pada siklus I, yaitu dari 70 pada siklus I menjadi 83 pada

siklus II.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi pada siklus II ini, hasil penelitian

didapatkan dari hasil tes pelaksanaan tindakan, observasi siswa

dan respon siswa. Setelah melakukan refleksi ternyata dengan

menggunakan metode cooperative learning tipe STAD terdapat

keberhasilan-keberhasilan yang dicapai yaitu siswa termotivasi dan

saling membantu serta bersemangat untuk berhasil mencapai tujuan

bersama, meningkatkan kecakapan individu (mempunyai inisiatif

sendiri membuat catatan) dan kelompok (bekerjasama saling

membantu), guru dan siswa menjadi terbiasa belajar dengan

menggunakan metode cooperative learning tipe STAD, sehingga

aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari tiap siklusnya,

hasil aktivitas meningkat pada tiap siklusnya. Ini menunjukan siswa

semakin aktif pada setiap kegiatan dalam pembelajaran sesuai

dengan harapan guru.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

dari hasil tindakan siklus II menunjukan bahwa menggunakan

metode cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji.

63

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan yang akan diuraikan terkait dengan aktivitas peneliti

sebagaimana yang telah direncanakan, sistem penyajian pembahasan

ini dimulai dari pelaksanaan pra siklus, siklus I dan siklus II.

1. Pelaksanaan Pra Siklus

Sebelum melakukan siklus I, peneliti melaksanakan observasi

terhadap proses belajar mengajar pada pembelajaran fikih di kelas X

MA Al-Jami’atusysyubban. Pada temuan awal pada kegiatan ini

metode yang digunakan guru kurang bervariasi, guru menyampaikan

materi dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja,

bahkan dalam mengimplementasikan pembelajaran guru hanya

berperan sebagai pusat informasi saja atau kegiatan pembelajaran

terlalu didominasi oleh guru dan menjadikan peserta didik

pendengar setia lalu mencatat setiap penjelasan yang diberikan guru,

sehingga saat pembelajaran siswa terlihat bosan dan kurang

memberikan perhatian.

Upaya selanjutnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa,

peneliti mencoba menerapkan metode cooperative learning tipe

STAD.

2. Pelaksanaan Siklus I

Dari pelaksanaan siklus I diperoleh kesimpulan bahwa pada

psoses pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative

learning tipe STAD dapat menarik minat belajar siswa namun masih

perlu ditingkatkan lagi, adanya interaksi antar siswa dalam

berpendapat, siswa belajar saling bekerja sama dalam mencapai

tujuan pembelajaran dan menunjukan adanya peningkatan nilai rata-

64

rata dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa dibandingkan pra

siklus.

Berdasarkan hasil catatan observasi maih ada siswa yang belum

menunjukan kerjasama dengan teman sekelompoknya, ada juga

kelompok yang tidak bisa menyelesaikan tugas dengan waktu yang

sudah ditentukan, media pembelajaran yang digunakan masih

terbatas, masih ada siswa yang malu-malu untuk mempresentasikan

hasil diskusinya ke depan kelas, dan pada saat pelaksanaan evaluasi

(tes) masih diwarnai dengan tindakan mencontek.

Untuk mengatasi permasalahan pada siklus I, peneliti

merancang kembali kegitan tindakan pelaksanaan pada siklus II

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih.

3. Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan siklus II guru sudah mulai menguasai penggunaan

metode cooperative learning tipe STAD, guru mampu memotivasi

dan menggali pengetahuan siswa sehingga siswa semangat dalam

memulai pembelajaran, guru juga sudah meningkat dalam

menjelaskan materi sehingga siswa sudah lebih memahami tentang

materi yang dijelaskan. Pada saat diskusi kelompok komunikasi

diantara siswa sudah semakin baik dengan saling bertukar pendapat

dan saling memberikan pengetahuan. Dalam melakukan kerja

kelompok dan persentasi guru cukup baik dalam membimbing siswa

sehingga siswa bekerja sama dalam melakukan kerja kelompok dan

sudah tidak malu-malu dalam melakukan persentasi, dan pada saat

pelaksanaan tes sudah tertib tanpa adanya tindakan mencontek.

Dalam aturan STAD ada rekognisi atau penghargaan kepada

setiap tim yang diumumkan pasca pelaksanaan tes. Aturan ini

65

memberi dampak yang positif kepada setiap kelompok, motivasi

anggota-anggota kelompok untuk mendapatkan predikat kelompok

istimewa semakin tumbuh dalam setiap siklusnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata setelah

proses pembelajaran mata pelajaran fikih pada siklus II dengan

menggunakan metode cooperative learning tipe STAD ketuntasan

siswa sudah mencapai KKM. Oleh karena itu peneliti mencukupkan

penelitian ini sampai pada siklus II.

Selain peningkatan-peningkatan proses pembelajaran di atas

metode cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil

belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas pada pra

siklus (56), siklus I (70), siklus II (83).

Tabel 4.5

Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa

No Siklus Nilai Rata-Rata Presentase

ketuntasan

Peningkatan

Ketuntasan

1. Pra Siklus 56 8% -

2. Siklus I 70 44% 36

3. Siklus II 83 86% 42

Mengacu pada tabel tersebut, menunjukan hasil belajar serta

nilai rata-rata siswa kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup

Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang mulai dari siklus I

sampai siklus II terlihat adanya suatu peningkatan yang signifikan.

Dengan diperolehnya presentase ketuntasan belajar siswa yaitu

sebesar 86% yang berarti melebihi indikator keberhasilan penelitian,

maka dapat dikatakan bahwa metode cooperative learning tipe

66

STAD pada mata pelajaran fikih materi haji telah berhasil dengan

dibuktikan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MA

Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten

Pandeglang sehingga untuk selanjutnya metode cooperative learning

ini dapat diterapkan lagi pada materi tersebut.

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Efektifitas penggunaan metode cooperative learning tipe STAD

(Student Team Achievement Division) dalam proses

pembelajarannya berjalan dengan baik dan sangat tepat untuk

diterapkan pada pembelajaran fikih materi tentang haji karena

terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MA Al-

Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten

Pandeglang.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan

bahwa metode cooperative learning tipe STAD (Student Team

Achievement Division) dapat meningkatkan aktifitas guru serta

siswa sehingga mampu membuat siswa menjadi lebih aktif dalam

pembelajaran dengan menerapkan metode cooperative learning tipe

STAD (Student Team Achievement Division).

2. Berdasarkan hasil tes mulai dari kegiatan pra siklus, siklus I hingga

siklus II maka didapatkan tabel peningkatan yang cukup signifikan

terhadap hasil belajar siswa kelas X MA Al-jami’atusysyubban

Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang. Dengan

ini metode cooperative learning tipe STAD (Student Team

Achievement Division) berhasil meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran fikih materi haji. Hal ini dikaitkan dengan

kenaikan tingkat ketuntasan hasil belajar siswa yaitu pada pra siklus

67

68

sebesar 8% dengan nilai rata-rata 56, mengalami kenaikan pada

siklus I menjadi 44% dengan nilai rata-rata 70, dan menjadi 86%

dengan nilai rata-rata 83 pada siklus II.

B. Saran

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberikan saran-saran

kepada semua pihak yang terkait yang bersifat membangun untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran kearah

yang lebih baik.

1. Pendidik

Kepada semua pendidik untuk dapat mengoptimalkan

kemampuan siswa dengan memberikan motivasi, rewad dan

bimbingan serta dapat menerapkan metode-metode pembelajaran

yang tepat sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses

pembelajaran dengan aktif dan kreatif, salah satu metode yang

dapat digunakan adalah metode Cooperative Learning tipe STAD.

2. Sekolah

Kepada sekolah untuk semakin memberikan kelancaran proses

belajar mengajar, maka hendaknya lebih dilengkapi sarana dan

prasarana yang sekiranya bisa menunjang keberhasilan metode

yang digunakan.

3. Peneliti yang lain

Bagi peneliti yang lain, supaya dapat mengembangkan

penelitian yang sejenis dengan subjek penelitian yang lain serta

dengan materi yang berbeda.