BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/540/4/Skripsi.pdf · materi,...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/540/4/Skripsi.pdf · materi,...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan interaksi
antara guru dan siswa. Dalam proses interaksi antara guru dengan
siswa, dibutuhkan komponen-komponen pendukung. Komponen-
komponen tersebut dalam berlangsungnya proses belajar mengajar
tidak dapat dipisah-pisahkan.1 Proses belajar mengajar dikatakan
efektif apabila terjadi transfer belajar yaitu materi pelajaran yang
disajikan guru dapat diserap kedalam struktur kognitif siswa. Siswa
dapat mengetahui materi tersebut tidak hanya terbatas pada tahap
ingatan saja tanpa pengertian tetapi bahan pelajaran dapat diserap
secara bermakna, agar terjadi transfer belajar yang efektif, maka
kondisi fisik dan psikis dari setiap individu siswa harus sesuai dengan
materi yang dipelajarinya.
Pada bidang studi fikih tidak sedikit kesulitan yang dihadapi
guru dalam proses pembelajaran. Misalnya saja dalam dunia fikih
perkembangan pemikiran cukup cepat terjadinya. Selalu banyak ide-ide
baru yang bermunculan. Ide-ide itu biasanya muncul karena terjadinya
perkembangan kebudayaan masyarakat. Perkembangan kebudayaan itu
1 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007), hal.14
2
juga sebaiknya diketahui oleh guru.2 Selain itu pemilihan metode
pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi juga akan menyebabkan
sulitnya siswa dalam mencerna materi pelajaran yang disampaikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern
dan faktor ekstren. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang
tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.
Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kelelahan.3
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam proses pembelajaran
ialah metode, karena merupakan suatu bidang yang harus dikuasai oleh
guru artinya guru harus pandai-pandai dalam memilih metode
pengajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Efektif
dan tidaknya penggunaan metode pembelajaran tergantung dari
kemampuan guru itu sendiri, dengan metode yang efektif siswa akan
termotivasi untuk belajar.
Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran.4 Metode juga merupakan seni dalam mentransfer ilmu
pengetahuan kepada peserta didik yang lebih signifikan dibanding
2 Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Yogyakarta: Teras,
2009), hal.3 3 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1995), 55. 4 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar
BaruAlgensindo, 1989 ), 76.
3
dengan materi sendiri. Dalam memilih metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar, seorang guru perlu mempunyai alasan yang
kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut.
Pada hakekatnya metode adalah penerapan prinsip-prinsip psikologi
dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan peserta didik.
Madrasah Aliyah Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan
Panimbang Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu Madrasah
Aliyah Swasta di Kecamatan Panimbang. Di Madrasah Aliyah Al-
Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten
Pandeglang banyak masalah yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran diantaranya: kurangnya motivasi belajar siswa, siswa
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa sulit menguasai
materi, dan rendahnya kemampuan dasar siswa terutama mata pelajaran
fikih, sehingga membuat hasil belajar siswa rendah terutama materi
tentang haji. Sebelum penelitian dilakukan diperoleh data-data hasil
belajar siswa pada mata pelajaran fikih di kelas X MA Al-
Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten
Pandeglang yang masih di bawah standar. Data tentang hasil belajar
mata pelajaran fikih yang rendah dapat dilihat dari berbagai hasil
ulangan harian dan mid semester. Hasil belajar fikih melalui ulangan
harian dirata-rata yaitu 70. Sedangkan hasil ulangan mid semester
diperoleh rata-rata 65. Hasil ini berada dibawah KKM mata pelajaran
fikih di Madrasah Aliyah Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan
Panimbang Kabupaten Pandeglang yaitu 75. Hasil ulangan mid
4
semester dari 36 siswa kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang yang memperoleh nilai
diatas KKM hanya 16 orang siswa dan 20 orang siswa yang lain
mendapat nilai di bawah KKM.
Dari nilai hasil ulangan harian dan nilai mid semester, yang jauh
dari KKM tersebut, kemungkinan karena peneliti dalam mengajar
masih menggunakan cara-cara tradisional yaitu menggunakan metode
ceramah dan latihan soal, serta tidak terbiasanya peneliti menggunakan
metode pembelajaran yang lebih variatif. Selain itu dengan
menggunakan metode ceramah dan latihan soal dalam proses
pembelajaran tidak dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk
belajar lebih giat lagi. Motivasi siswa yang rendah inilah yang
menyebabkan hasil belajar fikih menjadi rendah juga. Siswa yang
terbiasa hanya mendengarkan ceramah dari guru cenderung cepat bosan
dan kurang memperhatikan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Guru mendominasi jalannya pembelajaran sehingga siswa kurang
terlibat secara aktif. Jika guru melontarkan pertanyaan kepada siswa,
hanya beberapa siswa yang berani atau mau menjawab. Permasalahan
lain tampak saat guru menjelaskan materi banyak siswa tampak
mengantuk, melamun dan mengobrol. Kondisi tersebut terjadi karena
penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan suasana
yang kurang menyenangkan bagi siswa. Proses pembelajaran seperti
inilah yang mengakibatkan pembelajaran kurang efektif dan
menjadikan hasil belajar siswa rendah.
5
Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
proses belajar mengajar sehingga siswa dapat ikut berperan aktif dalam
proses belajar mengajar adalah metode cooperative learning karena
dengan adanya cooperative learning terjadi interaksi antara siswa yang
satu dengan yang lain. Cooperative learning dapat melatih siswa
mengungkapkan pendapat atau bertanya dengan siswa yang lain dan
dapat melatih mental mereka untuk belajar bersama dan berdampingan
dengan orang lain. Selain itu dengan adanya cooperative learning juga
dapat menekan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan
kelompok. Disamping hal tersebut penggunaan metode cooperative
learning dapat membantu siswa mempelajari materi secara lebih
mendalam sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Bukan hanya
hasil belajar secara pengetahuan atau kognitif saja namun juga afektif
dan psikomotornya.
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka
penulis tertarik dan merasa perlu untuk melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan menerapkan metode pembelajaran cooperative
learning dengan alasan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Adapun judul skripsi peneliti adalah “Penerapan Metode Cooperative
Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Fikih Materi Tentang Haji (PTK di Kelas X MA Al-
Jami’atusysyubban Citeureup Panimbang Pandeglang)”.
6
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat ditunjuk
identifikasi masalahnya yaitu:
1. Siswa belum aktif dalam proses pembelajaran.
2. Siswa belum berani mengajukan pertanyaan.
3. Siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran fikih materi tentang.
4. Rendahnya hasil belajar siswa masih rendah.
5. Metode yang digunakan masih monoton dan cenderung
membosankan.
6. Pembelajaran yang dilaksanakan kurang efektif, dimana
pembelajaran berpusat pada guru.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode cooperatiive learning pada mata
pelajaran fikih materi haji di kelas X MA Al-Jami’atusysyubban
Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang?
2. Apakah penerapan metode cooperative learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MA Al-
Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten
Pandeglang pada mata pejaran fikih materi haji?
7
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan metode cooperative learning terhadap
peningkatan belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji di
kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan
Panimbang Kabupaten Pandeglang.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran fikih melalui penerapan metode cooperative learning di
kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan
Panimbang Kabupaten Pandeglang.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pengguna
a) Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
2) Dapat memotivasi dan semangat belajar siswa pada mata
pelajaran fikih.
3) Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir,
pemecahan masalah dan kemampuan intelektual dalam
berkomunikasi dengan kelompok.
8
4) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
fikih materi tentang haji.
b) Bagi Sekolah
1) Mampu mewujudkan kerjasama, kolaborasi antar guru dalam
satu sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah
pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
2) Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik,
menantang, menyenangkan dan melibatkan siswa karena
setrategi, metode, teknik atau media yang digunakan dalam
pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara
sungguh-sungguh.
3) Sebagai upaya peningkatan kualitas kelulusan.
2. Bagi peneliti
a) Mendapatkan pengetahuan baru dengan menerapkan metode
cooperative learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
b) Menerapkan metode cooperative learning untuk materi yang
lain.
c) Meningkatkan dan memperkuat kemampuan peneliti dalam
memecahkan masalah-masalah pembelajaran.
3. Bagi Lembaga
a) Dapat dijadikan bahan masukan dalam memperkenalkan dan
mengembangkan metode cooperative learning untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih.
9
b) Sebagai perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan mutu
sekolah.
4. Bagi Pengembang Ilmu
a) Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
pendidikan dan pemilihan metode cooperative learning pada
pembelajaran pada umumnya, dapat memperkaya khasanah dan
meningkatkan kualitas dunia pendidikan islam yang diperoleh
dari penelitian ini pada khususnya.
b) Untuk memperkokoh metode cooperative learning dalam proses
pembelajaran.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika penelitian ini di bagi kedalam lima bab, dari
masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-sub pembahasan, adapun
rinciannya adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab II Landasan Teori, meliputi: Hakikat Cooperative Learning
(Pengertian Cooperative Learning, Unsur-unsur Cooperative Learning,
Tujuan Cooperative Learning, Langkah-Langkah Cooperative
Learning, Tipe-Tipe Cooperative Learning, Kelebihan dan Kekurangan
Cooperative Learning), Hakikat Hasil Belajar (Pengertian Hasil
10
Belajar, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar), Kerangka
Pemikiran dan Hipotesis.
Bab III Metode Penelitian meliputi: Metode Penelitian, Kancah
Penelitian (Tempat Penelitian, Waktu Penelitian, Siklus PTK, Obyek
Penelitian), Pengumpulan Data (Sumber Data, teknik Pengumpulan
Data, Instrument Pengumpulan data), Prosedur Penelitian dan Teknik
Analisis Data.
Bab IV Hasil Dan Pembahasan Penelitian, meliputi: Deskripsi
Hasil Penelitia dan Pembahasan Hasil Penelitian.
Bab V Penutup, meliputi: Kesimpulan dan Saran-saran.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Cooperative Learning
1. Pengertian Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif dalam bahasa Inggris lebih dikenal
dengan istilah cooperative learning. Berasal dari kata Cooperative
yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim.5 Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran
yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Menurut Isjoni cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah
dalam belajar.6
Pembelajara yang didalamnya mengkondisikan para siwa untuk bekerja
bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu
satu sama lain dalam belajar.
Menurut Miftahul Huda cooperative learnig merupakan
aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu
prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan
informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok
5 Isjoni, Cooperative Learning efektifitas pembelajaran kelompok (Bandung:
Alfabeta, 2013), 15. 6 Isjoni, Cooperative Learning efektifitas pembelajaran kelompok……., 15.
11
12
pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung
jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk
meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.7
Dalam pembelajaran di kelas para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup
segala bentuk kesenjangan dalam pemahaman materi pelajaran pada
tiap-tiap siswa.
Cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen..8
Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
cooperative learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran
yang menempatkan siswa pada kegiatan belajar mengajar dalam
bentuk tim atau kelompok yang beranggotakan empat sampai enam
dengan berbagai latar belakang tingkat kemampuan siswa sehingga
didalamnya terjadi sebuah interaksi diantara sesama siswa sehingga
yang dijadikan sumber belajar bukan hanya berasal dari guru dan
buku pelajaran. Dalam pembelajaran tersebut menekankan pada
bentuk kerja kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran yang
sama diantara masing-masing anggota.
7 Miftahul Huda, Cooverative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), 29. 8 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 204.
13
2. Unsur-Unsur Cooperative Learning
Menurut Isjoni ada lima unsur dasar cooperative learning,
yaitu: 1) positive interdependence yaitu hubungan timbal balik
yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan
diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang
merupakan keberhasilan yang pula atau sebaliknya, 2)
interaction face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi
antar siswa tanpa adanya perantara, 3) adanya tanggung jawab
pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok, 4)
membutuhkan keluwesan, dan 5) meningkatkan keterampilan
bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).
Untuk memperoleh informasi itu para siswa perlu mengadakan
perbaikan-perbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka
telah bekerja sama sebagai satu tim, seberapa baik tingkat
pencapaian tujuan kelompok, bagaimana mereka saling membantu
satu sama lain, bagaimana mereka bertingkah laku positif untuk
memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan
menjadi berhasil.
Sedangkan menurut Rusman unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Siswa dan kelompoknya haruslah beranggapan bahwa
mereka sehidup sepenanggungan bersama.
b. Siswa bertangungjawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
14
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua
anggota kelompok.
f. Siswa berbagai kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar.
g. Siswa diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.9
Unsur-unsur cooperative learning selain belajar bertanggung
jawab atas kelompoknya juga peserta didik harus kompak dan siap
jadi ketua atau pemimpin dari masing-masing individu. Walaupun
mereka mempunyai pemimpin dalam kelompoknya, namun semua
anggota kelompok juga haruslah bertanggung jawab karena mereka
mempunyai tujuan yang sama. Untuk mengajarkan agar semua
anggota kelompok mempunyai tanggung jawab, pekerjaan atau
tugas kelompok harus dibagi rata sehingga semua anggota kelompok
bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas kelompok.
3. Tujuan Cooperative Learning
Setiap metode pembelajaran tentunya memiliki tujuan yang
ingin dicapai. Begitu pula dengan metode cooperative learning ada
tujuan kelompok yang harus dicapai yang menjadi tanggung jawab
masing-masing individu.
Menurut Isjoni tujuan utama dalam metode cooperative
learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara
9 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.), 208.
15
berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling
menghargai pendapat dan dan memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan
menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.10
Jadi cooperative learning dilakukan dengan tujuan agar anak
mempunyai hubungan kerja sama yang baik dalam memecahkan
suatu masalah dengan temannya. Disini anak sangat dilatih dalam
menjaga kekompakan terhadap sesama anggota kelompok untuk
mencapai tujuan bersama, anak akan belajar berdiskusi sehingga
anak bisa mengeluarkan apa pendapatnya juga dilatih agar anak
dapat mendengarkan dan menerima apa pendapat dari teman.
Hubungan kerja sama tersebut tentu sangat berguna bagi anak dalam
hubungan dengan masyarakat kelak.
Tujuan penting dari cooperative learning adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting dimiliki di dalam
masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar
dilakukan dalam organisasi yang bergantung satu sama lain dan
di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.11
Cooperative learning dapat memaksimalkan belajar siswa untuk
meningkatkan keaktifan dan pemahaman baik secara individu
maupun secara kelompok. Jadi Cooperative learning bertujuan agar
peserta didik bisa bekerja sama satu sama lain jika dalam satu
kelompok ada peserta didik yang kurang memahami suatu materi
10
Isjoni, Cooperative Learning efektifitas pembelajaran kelompok
(Bandung: Alfabeta, 2013), 21. 11
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 210.
16
peserta didik yang lain membatu menerangkan atau menjelaskan
materi tersebut, selain itu dengan diterapkannya cooperative
learning khususnya pada mata pelajaran fikih materi tentang haji,
siswa diharapkan tidak hanya meningkat kemampuannya secara
kognitif saja namun juga afektiv dan psikomotornya. Sehingga
materi yang dipelajari oleh siswa tersebut bukan hanya dapat
dimengerti namun juga dapat diambil nilai-nilainya dan diamalkan
dalam kehidupan nyata.
4. Langkah-langkah Cooperative Learning
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang sesuai dengan
cooperative learning, maka dibutuhkan suatu langkah untuk
mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif. Adapun langkah-
langkah umum penerapan metode cooperative learning di yaitu:
a. Langkah 1: memilih metode, teknik dan struktur
pembelajaran kooperatif
b. Langkah 2: menata ruang kelas untuk pembelajaran
kooperatif
c. Langkah 3: merangking siswa
d. Langkah 4: menentukan jumlah kelompok
e. Langkah 5: membentuk kelompok-kelompok
f. Langkah 6: merancang “team bulding” untuk setiap
kelompok
g. Langkah 7: mempresentasikan materi pembelajaran
h. Langkah 8: membagikan lembar kerja siswa
i. Langkah 9: menugaskan siswa mengerjakan kuis secara
mandiri
j. Langkah 10: menilai dan menskor kuis siswa
17
k. Langkah 11: memberi penghargaan pada kelompok
l. Langkah 12: mengevaluasi perilaku-perilaku (anggota)
kelompok12
Dari 12 langkah yang telah dijelaskan, bahwa untuk
mewujudkan proses pembelajaran cooperative learning secara
maksimal, peran guru sangat menentukan terutama dalam
menetapkan sebuah target.
Menurut Rusman terdapat enam langkah utama atau fase-fase
tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan cooperative
learning. Adapun langkah-langkah tersebut yaitu seperti tabel di
bawah ini:
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Cooperative Learning13
Fase Tahapan Tingkah Laku Guru
I Menyampaikan tujuan dan
memotovasi siwa
Guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotovasi
siwa belajar
II Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
12
Miftahul Huda, Cooverative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), 162. 13
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru,…. 211.
18
III Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada
siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap
kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
IV Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka
mengerjakan tugas
V Evaluasi Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-
masing kelompok
mempresentasikan hasil
kerjanya
VI Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik nupaya
maupun hasil belajar individu
dan kelompok
Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk menggunakan
langkah-langkah yang dikemukakan oleh Rusman karena langkah-
langkah tersebut mudah untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran.
19
5. Tipe Cooperative Learning
Tipe cooperative learning dalam penelitian yang akan
digunakan peneliti yaitu cooperative learning tipe STAD (Student
Teams Achievement Division).
Student Teams Achievement Division (STAD)
Menurut Rusman tipe STAD (Student Teams Achievement
Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling
banyak diteliti.14
Tipe ini juga merupakan salah satu tipe
cooperative learning yang menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Tipe
tersebut sangat mudah diadaptasi, paling sederhana, dan
merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para
guru yang baru menggunakan pendekatan metode cooperative
learning.
Pada proses pembelajarannya, pembelajaran kooperatif tipe
STAD melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penyampaian tujuan dan motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Pembagian kelompok
Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap
kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan
heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik,
gender/jenis kelamin, rasa tau etnik.
14
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 213.
20
3. Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pertemuan tersebut serta penttingnya pokok bahasan tersebut
dipelajari.
4. Kegiatan belajar dalam tim (Kerja Tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru
menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja
kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-
masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru
melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan
dan bantuan bila diperlukan.
5. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis
tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian
terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.
6. Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa
dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya
pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat
dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a) Menghitung Skor Indivudu
Untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung
sebagaimana dapat dilihat pada table berikut:
21
Tabel 2.2
Penghitungan Perkembangan Skor Individu
No Nilai Tes Skor Perkembangan
1 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin
2 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
3 Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin
4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin
5 Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan
skor dasar)
30 poin
b) Menghitung skor Kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata
skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan
menjumlahkan semua skor perkembangan individu
anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota
kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor
perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok
sebagaimana dalam tabel berikut.
Tabel 2.3
Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok
No Rata-rata Skor Kualifikasi
1. 0 ≤ N ≤ 5 -
2. 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team)
3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang Baik Sekali (Great
Team)
4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang Istimewa (Super
Team)
22
c) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh
predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan
kepada masing-masing kelompok sesuai dengan
prestasinya (kretiria tertentu yang ditetapkan guru) .15
Dibalik penerapan metode cooperate learning tipe STAD
adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-
keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa
menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan,
mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari
materi yang diberikan. Mereka juga harus mendorong teman
mereka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu
norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga
dan menyenangkan.
Suatu strategi pembelajaran mempunyai keunggulan dan
kekurangan. Demikian pula dengan cooperative learning tipe
STAD (Student Teams Achievement Division). Keunggulan
pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division),
antara lain sebagai berikut:
1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan
menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk
berhasil bersama.
15
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru,… 215-216.
23
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih
meningkatkan keberhasilan kelompok.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan
mereka dalam berpendapat.
5. Meningkatkan kecakapan individu.
6. Meningkatkan kecakapan kelompok.
7. Tidak bersifat kompetitif.
8. Tidak memiliki rasa dendam.
Adapun kekurangan metode pembelajaran STAD, antara lain
sebagai berikut:
1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.
2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan
karena peran anggota yang pandai lebih dominan.
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga
sulit mencapai target kurikulum.
4. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga
pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran
kooperatif.
5. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak
semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
6. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka
bekerja sama.16
16
Jumanta Hamdayana, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter ……… 118.
24
6. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning
Suatu metode semuanya mempunyai kelebihan dan kekurangan
, begitupun dengan metode cooperative learning. Adapun kelebihan
cooperative learning diantaranya adalah:
Menurut isjoni kelebihan metode cooperative learning yaitu: (a)
Saling ketergantungan yang positif, (b) adanya pengakuan
dalam merespon perbedaan individu, (c) siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas, (d) suasana kelas yang
rileks dan menyenangkan, (e) terjalinnya hubungan yang hangat
dan bersahabat antar siswa dengan guru, dan (f) memiliki
banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman emosi
yang menyenangkan. Sedangkan keunggulan metode
cooperative learning
a. Jika dilihat dari aspek siswa, keunggulan cooperative
learning adalah memberi peluang kepada siswa agar
mengemukakan dan membahas suatu pandangan,
pengalaman yang diperoleh siswa secara bekerja sama dalam
merumuskan ke arah suatu pandangan kelompok.
b. Siswa dimungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam
belajar, melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik
ketrampilan berpikir maupun keterampilan sosial seperti
ketrampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima
saran, dan masukan dari orang lain.
c. Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar karena
didorong dan didukung dari rekan sebaya.
d. Siswa menghasilkan peningkatan kemampuan akademik,
kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan
25
persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar
menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa,
memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi
tingkah laku yang kurang baik, serta membatu siswa dalam
menghargai pokok pikiran orang lain.
e. Siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan
menimbulkan persahabatan yang akrab yang terbentuk
dikalangan siswa.
f. Saling ketergantungan yang positif, adanya pengakuan dalam
merespon perbedaan individu, siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas, suasana kelas yang rileks
dan menyenangkan.
Selanjutnya adapun kekurangan dari cooperative learning berasal
dari dua faktor yaitu:
a. Faktor dari dalam (Intern)
1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,
disamping itu proses pembelajaran kooperatif memerlukan
lebih bayak tenaga, pemikiran dan waktu.
2. Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yag cukup
memadai.
3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang meluas. Dengan
demikian, banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
4. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang.
Hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
26
b. Faktor dari luar (Ekstern)
Faktor ini erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah.
Selain itu pelaksanaan tes terpusat seperti UN dan UASBN
mengakibatkan kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung
dipersiapkan untuk keberhasilan perolehan UN atau
UASBN.17
Berdasarkan uraian kelebihan dan kelemahan di atas, dapat
disimpulkan bahwa dalam setiap metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru tujuannya untuk membangun dan memberikan
motivasi kepada siswa agar belajar lebih bersemangat, serta
memberikan kesempatan kepada siswa secara demokratis untuk
mengungkapkan gagasan atau pendapatnya.
B. Hakikat Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.18
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa tersebut meliputi
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik seperti
dinyatakan Benyamin Bloom dalam taksonominya. Bahkan
Gagne membagi kemampuan hasil belajar tersebut menjadi lima
17
Muhammad Thobroni Dan Arif Mustofa, Belajar Dan Pembelajaran
Pengembangan Wacana Dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional,
(Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2013), 291-292. 18
Nana Sudjana, Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010), 22.
27
macam yaitu tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu
lagi bersifat psikomotorik.19
Kemampuan-kemampuan tersebut adalah (1) keterampilan
intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi verbal, (4) sikap dan
(5) keterampilan motorik. Hampir senada dengan pendapat tersebut
di atas, Oemar Hamalik mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku seseorang setelah melakukan
kegiatan belajar.20
Perubahan tingkah laku tersebut seperti dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari
tidak bias menjadi bisa. Dengan kata lain, indikator keberhasilan
belajar seseorang dapat dilihat dari perubahan tingkah lakunya.
Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat peneliti
simpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa sebagai hasil dari pengalaman belajarnya dalam
bentuk perubahan tingkah laku berupa pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif) dan keterampilam (psikomotorik).
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dalam setiap pembelajaran banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Slameto menggolongkan faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi dua golongan
yaitu faktor intern dan faktor ekstern.21
Adapun faktor-faktor intern
adalah faktor yang ada dalam diri individu siswa tersebut yaitu
19
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:
Erlangga, 2010), 118. 20
Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
30. 21
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 54.
28
meliputi: (1) faktor jasmaniah seperti kesehatan dan cacat tubuh, (2)
faktor psikologi seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motivasi, kematangan dan kesiapan, (3) faktor kelelahan. Sedangkan
faktor-faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri siswa
tersebut yaitu meliputi: (1) faktor keluarga seperti cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan dalam
keluarga. (2) faktor sekolah yang meliputi: metode dalam mengajar,
kurikulum yang digunakan, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat atau media pembelajaran, waktu
belajar, dan sarana pendidikan. (3) faktor masyarakat yang meliputi:
kegiatan siswa dalam masyarakat, media, teman bermain dan bentuk
kehidupan di masyarakat.
Sejalan dengan pendapat Slameto di atas, Nasution juga
menyebutkan bahwa:
Agar pembelajaran berhasil dengan baik, maka harus dipenuhi
kondisi intern yaitu penguasaan konsep sebagai pra syarat untuk
memahami bahan pelajaran yang baru, dan kondisi ektern yaitu
mengenai hal-hal dalam situasi belajar yang dapat dikontrol
oleh si pengajar.22
Menurut peneliti, diantara faktor-faktor tersebut yang paling
menentukan terhadap hasil belajar seorang siswa adalah metode
mengajar guru, karena hal tersebut terkait dengan kualitas
pembelajaran yang juga menentukan keberhasilan belajar siswa.
Kemampuan seorang guru yang baik dan professional dalam
22
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar
(Jakarta: Bumi aksara, 2009), 184.
29
mengelola pembelajaran akan mengantarkan siswanya menjadi
siswa yang berhasil dalam belajarnya. Oleh karena itu, bagi peneliti
atau guru fikih khususnya dituntut untuk memiliki kemampuan yang
cukup dalam mengelola pembelajaran, mampu membuat media
pembelajaran yang baik, dan mampu menerapkan metode dan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Dengan demikian, hasil belajar yang didapatkan akan sesuai dengan
harapan.
C. Kerangka Pemikiran
Berbagai persoalan pelajaran dan keterbatasan waktu untuk
pembelajaran fikih perlu diatasi dengan mengembangkan pembelajaran
yang lebih menarik dan bermakna. Sebab itu perlu mengembangkan
metode-metode pembelajaran yang memiliki daya tarik dan efektif,
diantara yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan bahan
ajar atau materi pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang
kontekstual, aktual dan bermakna.
Berdasarkan kajian teori tersebut dapat diambil pokok pikiran
bahwa hasil belajar mata pelajaran fikih pokok bahasan haji dapat
meningkat apabila dalam proses pembelajaran menggunakan metode
cooperative learning. Dengan metode cooperative learning dimaksud
guru dan peserta didik melakukan sesuatu serta mengamati proses dan
hasil pekerjaan. Dan akhirnya peserta didik melakukan tugas yang
diberikan guru untuk diperagakan. Dengan ini metode cooperative
learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
30
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan
yang diteliti, atau disebut juga dugaan yang mungkin benar atau
mungkin palsu, dan akan diterima jika faktor-faktor membenarkannya.
Penelitian ini direncanakan dua siklus dan setiap siklus dengan
prosedur perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Melalui
prosedur tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa paa
mata pelajaran fikih materi haji. Sehingga hipotesis tindakan yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah: metode cooperative learning
tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
31
BAB III
METODELOGI PENILITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR) yang difokuskan kepada proses
pembelajaran. Adapun alasan pemilihan metode ini karena penelitian
tindakan kelas merupakan salah satu metode yang dapat dipergunakan
guru untuk mengetahui aktifitas siswa dalam proses pembelajaran di
kelas.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
kelas.23
Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau pada proses
pembelajaran yang terjadi di kelas yang berusaha mengkaji dan
merefleksi suatu pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan
proses pembelajaran di kelas.
Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut,
maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan yaitu:
1. Penelitian yaitu kegiatan mencermati suatu objek,
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh
data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
23 Kunandar, Langkah mudah Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013), h. 45
31
32
2. Tindakan yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.24
Dengan menggabungkan batasan tiga kata inti tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas peneliti juga
bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi didalam
kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan memecahkan
masalah, akan tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal
tersebut bisa dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan, penelitian
tindakan kelas juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru
dalam pengembangan profesionalnya.
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah model stephen Kemmis dan Mc. Taggart
merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh
Kurt Lewin. Model ini terdiri empat komponen, yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa
untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus.25
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model
Kemmis dan MC Taggart karena menurut peneliti model tersebut
24
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas Cet ke-8, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h.58. 25
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas, (Jakarta: Indeks, 2009), h. 21
33
mudah dijalankan dan dapat digunakan untuk memperbaiki atau
mengatasi permasalahan yang ada di kelas. Selain itu, PTK dengan
model ini dapat memperbaiki kinerja guru dan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Adapun untuk memperjelas alur rencana penelitian tindakan kelas
ini dapat digambarkan melalui desain penelitian siklus berdasarkan
model Kemmis dan MC Taggrat yaitu sevagai berikut:
Gambar 3.1
Model penelitian tindakan kelas oleh Kemmis dan MC
Taggrat
Sumber : Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian
Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2009)
Refleksi Awal
Refleksi
Perencanaan
Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
pengamatan
Siklus II
Pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
34
B. Kancah Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah
Aliyah Al-jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang
Kabupaten Pandeglang pada mata pelajaran fikih materi tentang haji.
Madrasah Aliyah (MA) Al-jami’atusysyubban Citeureup dipilih
karena peneliti bertugas di madrasah ini. Sehingga hasil penelitian
nantinya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan proses
pembelajaran di tempat peneliti bertugas.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan pada bulan Agustus 2016
sampai bulan April 2017. Adapun rincian kegiatan serta waktu yang
digunakan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Kegiatan
PelaksanaanKegiatan
Agustus Septemb
er Oktober November Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penelitian Pendahuluan
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal
4 PenyusunanInstrumen
5
AnalisisPelaksanaan
Tindakan siklus I
6
AnalisisPelaksanaan
Tindakan siklus II
7
Penyusunan Naskah
Skripsi
35
3. Siklus PTK
Dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas
(PTK) yang dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat
peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi
tentang haji dengan menggunakan metode cooperative learning tipe
STAD.
4. Subyek Penelitian
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X
MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang
Kabupaten Pandeglang dengan jumlah siswa sebanyak 36 siswa
dengan komposisi 14 laki-laki dan 22 perempuan.
C. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Siswa
Data yang diperoleh dari siswa adalah tentang hasil belajar siswa
pada mata pelajaran fikih materi tentang haji yang diambil dari
hasil ulangan harian.
b. Guru
Data yang diperoleh dari guru adalah untuk melihat tingkat
keberhasilan pembelajaran fikih materi tentang haji dan untuk
merekan apa saja aktifitas yang telah dilakukan serta bagaimana
hasilnya.
c. Teman sejawat
Data diperoleh dari teman sejawat dan kolaborator adalah
tentang implementasi PTK dari hasil siswa dan aktifitas guru
dalam kegiatan pembelajaran.
36
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dengan kelayakan penerapan
metode cooperative learning dalam mata pelajaran fikih materi
tentang haji dengan menghitung data sebagai berikut:
a. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas
siswa pada kegiatan pembelajaran fikih materi tentang haji.
b. Tes Hasil Pembelajaran Siswa
Hasil pembelajaran siswa tampak pada perolehan nilai siswa
pada setiap tes yang diberikan guru disetiap siklus. Data tersebut
diolah dengan tujuan dapat mengetahui kemampuan siswa dalam
pembelajaran fikih materi tentang haji dengan menggunakan
penerapan metode cooperative learning tipe STAD.
c. Wawancara
Dengan wawancara yang dilakukan yaitu percakapan antara
peneliti dengan siswa untuk mengetahui pendapat siswa terkait
dengan penerapan cooperative learning tipe STAD pada mata
pelajaran fikih materi haji.
3. Instrument Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah tes untuk kerja, lembar observasi, penyebaran
kuesioner, pedoman wawancara dan diskusi.
a. Tes untuk kerja ; digunakan untuk memperoleh data tentang
hasil belajar siswa dalam pembelajaran fikih materi tentang haji.
b. Lembar observasi ; digunakan untuk memperoleh data aktifitas
siswa pada kegiatan pembelajaran fikih materi tentang haji
dengan metode cooperative learning tipe STAD.
37
c. Wawancara yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui
pendapat siswa terkait dengan penerapan metode cooperative
learning tipe STAD pada mata pelajaran fikih materi haji.
D. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
terjadi peningkatan nilai rata-rata dari hasil tes siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan mengguunakan metode cooperative learning tipe
STAD yaitu hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji
minimal 80% telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dari jumlah siswa kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang yakni mencapai 75.
E. Prosedur Penelitian
Siklus I
1. Perencanaan tindakan
Masalah yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan
langkah-langkah perencanaan tindakan, yaitu menyusun
instrument penelitian berupa: Rencana Pelaksanaan
pembelajaran (RPP), observasi dan soal tes.
2. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan
program pembelajaran dengan menerapkan metode cooperative
learning tipe STAD pada mata pelajaran fikih materi haji,
pengumpulan data hasil tes dan lembar observasi.
38
3. Pengamatan/Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti yang
bertindak sebagai guru selama proses belajar mengajar
berlangsung, dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dirancang sebelumnya untuk mengetahui aktivitas siwa.
4. Refleksi
Tahap ini adalah tahapan yang terakhir dalam siklus I.
dalam tahap ini penulis menganalisis setiap data dan
dokumentasi hasil observasi untuk dianalisis terkait dengan
pembelajaran menggunakan metode cooperative learning tipe
STAD serta diambil kesimpulan dan jika dirasa belum berhasil
dalam satu siklus maka penulis mulai menyusun siklus ke dua
dengan menyusun perencanaan secara matang.
Siklus II
Sama seperti siklus I pada siklus II dalam PTK ini terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi dengan rincian
sebagai bertikut:
1. Perencanaan tindakan
Peneliti membuat rencana tindakan seperti pada siklus I dan
berdasarkan refleksi pada siklus I.
2. Pelaksanaan tindakan
Peneliti melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP hasil
refleksi siklus I.
3. Pengamatan/Observasi
Peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran.
39
4. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II untuk
membuat kesimpulan atas pembelajaran fikih materi tentang
haji dengan menggunakan metode cooperative learning pada
siswa kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan
Panimbang Kabupaten Pandeglang.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses mengolah dan
menginterprestasikan data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai
informasi sesuai dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi
sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dn arti yang jelas
sesuai dengan tujuan penilitian.26
Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisa data
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya tes siswa yang dilakukan untuk mengetahui persentase
ketuntasan belajar siswa dalam suatu kelas melalui penilaian berikut
ini:
P=
×100%
Keterangan: P= persentase
F= jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
N= jumlah seluruh siswa27
Standar ketuntasan belajar siswa ditentukan dari hasil
persentase penguasaan siswa pada kompetensi dasar dalam suatu
26
Wina sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2011), h.
106 27
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo, 2009), h. 40)
40
materi tertentu. Kriteria ketuntasan belajar setiap kompetensi dasar
antara 0-100%
Adapun untuk mengetahui nilai rata-rata siswa dilakukan
melalui penilaian berikut ini:
X=∑
X= nilai rata-rata siswa
∑ =jumlah nilai siswa
N=Jumlah siswa28
2. Menganalisa data aktivitas siswa melalui pengembangan skala
dengan ketentuan skor nilai sebagai berikut:
a. Jawaban sangat baik diberi skor 5
b. Jawaban baik diberi skor 4
c. Jawaban kurang baik diberi skor 3
d. Jawaban tidak baik diberi skor 2
e. Jawaban sangat tidak baik diberi skor 1
Adapun cara menghitung presentase data aktivitas siswa dan guru
yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P=
×100%
Keterangan: P= persentase
F= Frekuensi/total jawaban yang didapat
N= jumlah maksimum
28
Supardi dan Darwyan Syah, Pengantar statistic Pendidikan.(Jakarta: Diadit
Media, 2009), 36.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan oleh
peneliti untuk memperoleh data tentang hasil kegiatan pembelajaran
fikih materi haji di kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang, dengan menerapkan
metode cooperative learning tipe STAD. Pelaksanaan tindakan kelas
ini terdiri atas dua tahap yaitu siklus I dan siklus II, setiap tindakan
pembelajaran terdiri atas satu siklus, setiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
1. Pra Siklus
Kegiatan pra siklus ini dilaksanakan pada tanggal 04 Oktober
2016, merupakan kegiatan awal untuk mengetahui gambaran tentang
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas X MA Al-
Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten
Pandeglang pada mata pelajaran fikih materi haji. Data pra siklus
diambil dari hasil pre-tes pada materi tentang haji di kelas X MA Al-
jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten
Pandeglang. Pre-tes ini dilakukan pada awal pembelajaran materi
haji. Hal ini dijadikan sebagai tindakan awal dan dasar untuk
diadakannya perbaikan pembelajaran.
Diadakannya observasi ini bertujuan untuk mengetahui lebih
dalam kondisi sekolah, sebagai kelas yang akan mendapat
perlakuan. Kondisi tersebut mencakup kondisi fisik kelas, kondisi
41
42
siswa, guru, proses pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar di
kelas.
Berdasarkan hasil tes pada pra siklus, dapat diketahui bahwa
hasil belajar siswa kelas X MA Al-jami’atusysyubban Citeureup
pada pembelajaran fikih materi haji adalah kurang maksimal, yaitu
dari 36 siswa yang berhasil mencapai nilai KKM (Kriteria
ketuntasan Minimal) hanya 3 siswa atau 8%.
Data hasil pra siklus tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Daftar Perolehan Nilai Siswa Pada Pra Siklus
No Indikator Nilai
1. Rata-Rata 56
2. Persentase Ketuntasan 8%
3. Persentase Ketidak Tuntasan 92%
Keterangan :
Nilai rata-rata
=
=56
Presentase ketuntasan
X 100=
x100=8 %
Presentase ketidak tuntasan
X
100=
= 92%
Berdasarkan hasil observasi pada pra siklus diperoleh refleksi
sebagai berikut:
43
a. Permasalahan
1) Siswa cenderung pasif dan hanya menunggu informasi dari
guru.
2) Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
3) Guru tidak menggunakan media atau alat pembelajaran.
b. Penyebab
1) Siswa terbiasa dengan satu metode (ceramah)
2) Metode yang digunakan masih bersifat monoton sehingga
ada siswa yang mengantuk, mengobrol dengan temannya,
nyeletuk, pindah-pindah tempat, melamun.
3) Siswa belum terbiasa untuk mencari sumber belajar selain
buku paket.
c. Perbaikan
1) Mencoba menerapkan metode cooperative learning tipe
STAD agar siswa tidak pasif lagi.
2) Dengan metode cooperative learning tipe STAD tercipta
suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
3) Siswa diminta untuk mencari sumber belajar lain selain buku
paket sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Berdasarkan hasil refleksi pada pra siklus maka dibuatlah
perencanaan untuk siklus I yaitu menggunakan metode cooperative
learning tipe STAD.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus I pada tahap ini peneliti
merencanakan pelaksankan kegiatan tindakan-tindakan
44
perbaikan pada proses pembelajaran fikih materi tentang haji
dengan menerapkan metode cooperative learning tipe STAD.
Perencanaan dirancang berdasarkan hasil refleksi pada tahap
pra siklus yaitu:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan metode cooperative learning tipe STAD
(lampiran)
2) Membuat lembar kerja siswa dan media pembelajaran
(lampiran)
3) Membuat lembar observasi aktivitas pembelajaran (lampiran)
4) Menginstruksikan kepada siswa untuk membawa catatan
tentang haji dari berbagai sumber
5) Membuat lembar pembagian kelompok siswa (lampiran)
6) Membuat lembar evaluasi pembelajaran siklus I (lampiran)
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari selasa
tanggal 11 Oktober 2016. Pelaksanaan ini merupakan
implementasi dari hasil rencana tindakan yang telah disusun
sebelumnya yaitu untuk mengenalkan pembelajaran yang
inovatif dan kreatif untuk siswa dengan menggunakan
cooperative learning tipe STAD.
Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan
proses pembelajaran sesuai yang telah dirumuskan berdasarkan
rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) yang telah direncanakan
dan disiapkan pada tahap perencanaan oleh peneliti adapun
langkah-langkah tindakan yang telah dilaksanakan oleh peneliti
yaitu terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
45
1) Kegiatan awal atau pendahulua
Pada kegiatan awal atau pendahuluan peneliti membuka
pelajaran dengan mengucapkan salam, melihat kesiapan siswa
dan peneliti memeriksa lembar kehadiran siswa.
Peneliti mengajak siswa bertanya jawab tentang materi
yang sudah dibahas sebelumnya. Peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan dan siswa menjawab.
Peneliti memberikan motivasi dan memberitahukan
materi yang akan dibahas dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dan menjelaskan terkait
metode pembelajaran yang akan digunakan yaitu metode
cooperative learning tipe STAD.
2) Kegiatan inti
Sedangkan pada kegiatan inti, siswa diminta untuk
mengamati gambar yang sudah disediakan oleh peneliti dan
dibagikan kepada setiap siswa satu gambar satu meja,
kemudian peneliti meminta siswa untuk menanggapinya dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi
tidak ada satupun yang bertanya akhirnya penelitilah yang
memberi pertanyaan kepada siswa dan ada salah satu siswa
yang menjawab.
Peneliti memberitahukan kepada siswa bahwa ada
pembagian kelompok untuk melaksanakan diskusi. Peneliti
membagi siswa menjadi enam kelompok yang beranggotakan
enam orang yang bersifat heterogen. Pembagian kelompok ini
didasarkan pada perolehan hasil nilai pembelajaran yang telah
dilakukan sebelumnya. Setiap kelompok beranggotakan siswa
46
yang mendapatkan nilai yang beragam yang meliputi nilai
tinggi, cukup dan rendah.
Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada
setiap masing-masing kelompok. Peneliti memberikan
penjelasan kepada siswa untuk saling bekerja sama dalam
menjalankan setiap tugas yang tercantum dalam LKS dan
akan adanya penghargaan bagi kelompok terbaik yang
mendapatkan nilai tinggi.
Setiap siswa bersama anggota kelompoknya bekerja
sama mengerjakan tugas dalam LKS sampai waktu yang
sudah ditentukan dan kemudian tugas tersebut dikolektif oleh
ketua kelompok untuk di kumpulkan kepada peneliti. Selama
siswa mengerjakan LKS peneliti berkeliling melihat cara kerja
masing-masing kelompok secara bergantian. Peneliti juga
mengingatkan bahwa soal dalam LKS disusun sebagai salah
satu alat membantu siswa dalam memahami materi.
Pembahasan LKS dilakukan dengan perwakilan masing-
masing kelompok menyajikan hasilnya di depan kelas.
Peneliti bersama siswa membuat kesimpulan tentang
materi yang baru saja sudah dibahas. Diakhir diskusi
kelompok peneliti membagikan lembar soal tes siklus I
kepada masing-masing siswa dan mengawasi jalannya
evaluasi/tes. Dalam pelaksanaan tes ini, guru menegur
beberapa siswa yang bekerja sama dengan teman
sebangkunya (nyontek) dan guru langsung memberi teguran
kepada siswa tersebut untuk tidak mengulanginya lagi. Sekali
47
lagi guru mengingatkan kembali agar siswa menyelesaikan tes
secara individu.
3) Kegiatan penutup
Sedangkan kegiatan penutup, setelah selesai
mengerjakan soal dan mengumpulkannya, guru mengajak
siswa untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya dan mengingatkan kembali kepada
siswa untuk membawa buku pembahasan haji dan
pembelajaran ditutup dengan salam dan diakhiri dengan doa.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana
kegiatan, aktifitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
fikih sekaligus mengamati efektivitas penerapan metode
cooperative learning tipe STAD.
Pembelajaran dilakukan secara berkelompok yang berbeda
dari biasanya. Dalam pembagian anggota kelompok dengan
pengaturan meja, bangku dan informasi anggota kelompok yang
berbeda dari biasanya, metode tersebut sebelumnya tidak pernah
dilakukan dalam pembelajaran fikih. Dengan adanya metode
cooperative learning tipe STAD siswa terlihat sangat senang dan
antusias mengikuti proses pembelajaran karena selama ini
pembelajaran dilakukan secara klasikal dan hanya mendengar
dari penjelasan guru saja.
48
Dari hasil observasi terhadap tindakan pada siklus I, selama
kegiatan pembelajaran berlangsung aktivitas guru dalam kegiatan
belajar mengajar pada siklus pertama masih tergolong rendah.
Hal ini terjadi karena lebih banyak berdiri di depan kelas dan
kurang memberikan pengarahan kepada siswa sebagaimana
melakukan pembelajaran secara kooperatif.
Adapun aktivitas guru tersebut adalah: 1) Apersepsi, guru
melakukan memasuki kelas dan mengucapkan salam, siswa
menjawab dengan serentak meskipun terlihat masih ada yang
masih mengobrol dengan tamannya, kemudian guru memberikan
motivasi dan mengajak siswa bertanya jawab terkait materi yang
akan dibahas. 2) Penjelasan materi, guru memberikan penjelasan
terkait materi yang dibahas dan dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana siswa dalam menguasai materi tersebut namun
masih ada sisa yang masiih sibuk dengan alat tulisnya. 3)
Penjelasan metode pembelajaran, guru menjelaskan metode yang
akan dilakukan yaitu metode STAD, disini siswa terlihat antusias
mendengarkan tetapi juga masih beberapa siswa yang sibuk
dengan urusan sendiri dan masih ada yang ngobrol. 4) Teknik
pembagian kelompok, guru membagi kelompok siswa menjadi 6
kelompok yang beranggotakan enam orang yang bersifat
heterogen. Pembagian kelompok ini didasarkan pada perolehan
hasil nilai pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya.
Terlihat siswa senang dalam berkelompok dan ada juga siswa
yang bingung dikarenakan belum pernah melakukan kerja
kelompok. 5) Penguasaan kelas, dalam penguasaan kelas guru
merasa belum bisa sepenuhnya menguasai kelas dikarenakan
49
belom bisa beradaptasi dengan metode yang di terapkan. 6)
Penggunaan media, penggunaan media yang dilakukan oleh guru
masih minim dan terlihat hanya ada beberapa siswa yang
membawa buku paket tentang haji. 7) Bimbingan kepada
kelompok, masih ada sebagian yang bingung dalam mengerjakan
tugas yang ada di lembar kerja, guru mendampingi pada setiap
masing-masing kelompok secara insentif dengan cara
mengelilingi setiap anggota kelompok agar semua anggota
tersebut ikut aktif dalam proses pengerjaan tugas itu sampai
selesai. 8) Pemberian pertanyaan, guru memberikan pertanyaan
terkait materi yang dibahas, terlihat siswa masih enggan untuk
bisa menjawab sendiri dikarenakan merasa malu. 9) Kemampuan
melakukan evaluasi, evaluasi dilakukan pada akhir pembelajaran,
terlihat ada masih ada siswa yang melakukan kerjasama sesama
temannya (nyontek) 10) Menyimpulkan materi pembelajaran, 11)
Menutup pelajaran, guru menyampaikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya, dan meminta siswa untuk
semuanya menyiapkan materi yang sudah ditentukan dan
siswapun terlihat antusias dalam mendengarkannya. Kemudian
membaca hamdallah dan meminta siswa untuk siap-siap berdoa.
Selain aktivitas guru dalam proses pembelajaran, penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaranpun masih tergolong kurang.
Dari skor ideal 100, skor pelohehan rata-rata hanya mencapai 70.
Hal ini terjadi karena siswa masih ada yang berisik, mengerjakan
tugas lain, mengantuk, mengganggu siswa lain, melamun, usil,
nyeletuk dan pindah-pindah tempat duduk.
50
Adapun hasil observasi kelompok siswa yaitu 1) kerjasama
dalam kelompok, dalam diskusi kali ini, peneliti mengamati
bahwa pada pelekasanaan kerja kelompok, sebagian kelompok
sudah menunjukan keaktifannya dalam berdiskusi. Siswa sudah
terlihat bekerja sama untuk memahami materi dengan sesama
kelompoknya. Hanya masih ada beberapa kelompok yang masih
terlihat ribut ketika belajar, dan beberapa kelompok yang masih
terlihat individual. Mereka enggan berdiskusi membahas materi
yang sedang dibahas. Bahkan sebagaian siswa masih bergurau
sendiri, dan masih berdiskusi dengan teman sekelompoknya
sendiri. Dengan kondisi seperti ini peneliti langsung menasehati
siswa yang bersangkutan untuk mengikuti jalannya diskusi
dengan baik. 2) mengajukan pertanyaan, ketika diminta untuk
mengajukan pertanyaan ke kelomok lain terkait materi yang
dibahas terlihat banyak siswa yang ingin mengajukan
pertanyaannya. 3) memperhatikan pertanyaan teman, siswa
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lain dengan
serius namun masih ada siswa yang tidak memperhatikan
pertanyaan bahkan siswa tersebut bingung ketika diminta
jawaban. 4) memberikan tanggapan terhadap jawaban teman,
siswa terlihat masih bingung dalam memberikan tanggapan
dikarenakan minimnya media yang mereka bawa 5) tidak
memaksakan pendapat, 6) kemampuan memahami materi, pada
aspek ini siswa terlihat masih kurang memahami materi
pelajaran. Artinya dalam aspek ini guru harus memberikan
pemahaman yang lebih baik lagi kepada siswa, baik dalam
penggunaan bahasa yang mudah dimengerti agar siswa mudah
51
memahami materi dan hasil belajar ada peningkatan. 7)
partisipasi dalam kelompok, pada aspek ini masih ada 2
kelompok masih rendah, dalam artian belum terlihat adanya kerja
sama dan kekompakan antar anggota kelompok. Sedangkan 4
kelompok lainnya dinilai sudah cukup baik dalam kerja sama tim.
9) persentasi didepan kelas, dalam aspek ini ini ternyata
presentasi siswa dinilai masih rendah, karena masih banyak siswa
yang masih belum berani dan percaya diri untuk berbicara di
depan kelas, oleh karena itu perlu adanya bimbingan dan
dorongan guru agar siswa dapat berani dan percaya diri persentasi
di depan kelas. 10) kemampuan menarik kesimpulan, siswa masih
banyak yang belum memperhatikan kesimpulan yang guru
sampaikan, oleh karena itu penting bagi guru agar
mengkondisikan siswa lebih baik lagi agar siswa dapat menyimak
kesimpulan guru dan faham akan pelajaran yang telah dipelajari.
Berikut adalah perolehan hasil belajar siswa berdasarkan tes
yang telah dilaksanakan.
Tabel 4.3
Daftar Perolehan Nilai Siswa Pada siklus I
No Indikator Nilai
1. Rata-Rata 70
2. Persentase Ketuntasan 44%
3. Persentase Ketidak Tuntasan 56%
Keterangan :
Nilai rata-rata
=
=70
52
Presentase ketuntasan
X 100=
x100=44 %
Presentase ketidak tuntasan
X 100=
= 56%
Berdasarkan data nilai di atas, tampak bahwa masih ada
beberapa yang mencapai KKM karena siswa tersebut serius dan
bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi pada siklus I ini, hasil penelitian
didapatkan dari data tes hasil tindakan, observasi siswa dan
respon siswa. Setelah dilaksanakan evaluasi siklus I terhadap
proses pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe
STAD maka terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan
hasil pembelajaran dan kekurangan atau kelemahan dalam
kegiatan pembelajaran pada siklus I ini.
Pada tahap refleksi ditemukan temuan-temuan kelebihan
dan kelemahannnya, yaitu:
1) Kelebihan
a. Penggunaan metode cooperative learning tipe STAD dapat
menarik minat belajar siswa namun masih perlu
ditingkatkan.
b. Adanya interaksi antar siswa dalam berpendapat
c. Siswa saling bekerjasama dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
53
2) Kelemahan
a. Guru belum terbiasa dengan metode cooperative learning
tipe STAD sehingga berakibat pada efektifitas dan efesiensi
aktifitas guru belum optimal.
b. Siswa kurang sedikit cekatan ktika diminta untuk duduk
berkelompok, hal ini dsebabkan karena mereka belum
terbiasa membentuk kelompok.
c. Antusias belajar siswa masih rendah karena guru kurang
memberikan motivasi sehingga pada waktu diskusi dengan
teman kelompok, sebagian siswa belum aktif berdiskusi
bahkan ada beberapa siswa yang belum paham
melaksanakan tugasnya.
d. Masih ada siswa yang belum serius mengikuti pelajaran
dengan mengobrol, melihat keluar, jalan-jalan ke kelompok
yang lain sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas dengan
waktu yang sudah ditentukan.
e. Media pembelajaran yang digunakan masih terbatas karena
hanya ada beberapa siswa yang membawa buku paket.
3) Solusi atau Perbaikan
a. Membuat kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
lembar observasi siswa serta lembar evaluasi pembelajaran
untuk di siklus II.
b. Guru berusaha untuk menguasai metode cooperative
learning tipe STAD agar bisa lebih mengoptimalkan lagi
penggunaannya.
c. Memberikan motivasi dan arahan dengan cara memberikan
perhatian yang lebih kepada siswa yang kurang semangat
54
dan aktif dalam belajar dengan cara sanjungan dan
berbicara dari hati ke hati supaya lebih dekat hubungan
antara siswa dan guru.
d. Guru menugaskan kepada siswa semuanya untuk membawa
catatan materi tentang haji dan mencatat pelajaran yang
sudah dibahas di siklus I.
e. Membuat media berupa power point dengan cara di foto
copy lalu dibagikan kepada setiap siswa dikarenakan belum
ada infocus.
f. Meminta siswa membuat kelompok sebelum pelajaran di
mulai dan menyerankan kepada siswa untuk membuat
kelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing pada
siklus I agar tidak banyak waktu yang terbuang.
g. Lebih menegaskan lagi kepada siswa agar tidak menyontek
ketika menjawab soal.
h. Memberikan rewed kepada kelompok terbaik diakhir siklus.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan kegiatan pada siklus II peneliti laksanakan
berdasarkan hasil analisis dari observasi dan refleksi yang telah
dilaksanakan pada siklus I. Adapun perencanaan yang dilakukan
antara lain sebagai berikut:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan metode cooperative learning tipe STAD
(lampiran)
2) Membuat lembar kerja siswa dan media pembelajaran
(lampiran)
55
3) Membuat lembar observasi aktivitas pembelajaran (lampiran)
4) Menginstruksikan kepada siswa untuk membawa catatan
tentang haji dari berbagai sumber
5) Membuat power point (terlampir)
6) Membuat lembar evaluasi pembelajaran siklus I (lampiran)
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari selasa
tanggal 25 Oktober 2016. Kegiatan yang dilaksanakan pada
siklus II sama halnya dengan siklus I.
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan siklus II yang
merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari kegiatan inti pada
pembelajaran fikih materi tentang haji dengan menggunakan
metode cooperative learning tipe STAD dengan menempuh
langkah perbaikan yang telah direncanakan dan terkonsep dalam
RPP. Adapun pelaksanaanya sama seperti siklus I tetapi
dimodifikasi sedikit lebih menekankan pada keaktifan siswa
dalam belajar. Berikut adalah deskripsi proses pembelajaran pada
siklus II.
1) Kegiatan awal atau pendahuluan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah
dimulai dengan mengucapkan salam, siswa menjawab salam
dengan serentak. Kemudian guru memperhatikan kesiapan
siswa sebelum dimulai pembelajaran.
Guru memberikan motivasi pada siswa dengan
memberikan perhatian yang lebih dan memberikan sanjungan
pada anak dan kelompok yang berprestasi supaya kelompok
yang lain termotivasi untuk berusaha lebih baik lagi dan
56
memberitahukan bahwa akan adanya penghargaan atau rewed
bagi kelompok terbaik yang mendapatkan nilai tertinggi.
Kemudian guru menjelaskan kembali proses menggunakan
metode cooperative learning tipe STAD.
2) Kegiatan inti
Siswa dimanta untuk duduk berkelompok sesuai dengan
kelompoknya masing-masing di siklus I, kemudian siswa
langsung membuat kelompok sesuai dengan kelompoknya
masing-masing tanpa bertanya lagi.
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok
sekaligus foto copy power point kepada siswa, siswa
menerimanya dan mengamatinya dan kemudian guru
menjelaskan materi yang ada di foto copy power point dan
memberitahukan kembali kepada siswa untuk saling bekerja
sama dalam menjalankan setiap tugas yang tercantum dalam
LKS kelompok masing-masing dan akan adanya penghargaan
bagi kelompok terbaik yang mendapatkan nilai tertinggi.
Setiap siswa bersama anggota kelompoknya bekerja
sama mengerjakan tugas dalam LKS, guru berkeliling dengan
sesekali menghampiri setiap kelompok untuk memberi
perhatian dan bimbingan kepada kelompok dalam berdiskusi
maupun kepada siswa yang belum jelas dengan materi.
Setelah waktu yang ditentukan waktu untuk berdiskusi
selesai dan setiap kelompok sudah selesai mengerjakan tugas
suasana kelaspun mulai ramai, guru meminta setiap ketua
kelompok untuk mengumpulkan tugasnya masing-masing dan
mulai membahas lembar kerja siswa.
57
Guru menawarkan perwakilan kelompok siapa pertama
yang akan menyajikan hasil diskusi di depan kelas dan
sebagian siswa tunjuk jari. Akhirnya guru memutuskan dari
kelompok tiga yang maju karena kelompok tersebut paling
banyak yang tunjuk jari agar bisa maju ke depan kelas.
Jalannya diskusi kali ini banyak siswa yang berantusias
memberikan pertanyaan dan jawaban tanpa di tunjuk oleh
guru, dikarenakan mereka sudah mempersiapkan pertanyaan
dan jawaban pada masing-masing kelompok sebelum
dimulainya persentasi kelompok. Kemudian guru dan siswa
bersama-sama membuat kesimpulan tentang materi yang
sudah dibahas.
Peneliti membagikan lembar evaluasi kepada masing-
masing siswa dan menegaskan kepada siswa untuk bekerja
secara mandiri dan tidak ada yang boleh bekerja sama dalam
menjawab soal tanpa terkecuali. Guru terus berkeliling-
keliling dan lebih ketat mengawasi siswa sampai waktu
evaluasi selesai.
3) Kegiatan penutup
Sedangkan kegiatan penutup, setelah selesai
mengerjakan soal dan mengumpulkannya, guru mengajak
siswa untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan dan memberikan pengumuman kelompok
yang mendapatkan predikat terbaik yang di menangkan oleh
kelompok 3.
58
Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya dan pembelajaran ditutup dengan salam
dan diakhiri dengan doa.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran seperti halnya di siklus I, kegiatan
observasi dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan
untuk mengetahui sejauh mana kegiatan, aktifitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran fikih sekaligus mengamati
efektivitas penerapan metode cooperative learning tipe STAD.
Penerapan metode cooperative learning tipe STAD dapat
membawa siswa senang dan antusias mengikuti proses
pembelajaran karena selama ini pembelajaran dilakukan secara
klasikal dan hanya mendengar dari penjelasan guru saja.
Dari hasil observasi terhadap tindakan pada siklus II, selama
kegiatan pembelajaran berlangsung aktivitas guru dan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus kedua tergolong
baik. Hal ini terlihat pada siklus II siswa menjadi lebih aktif,
banyak yang serius saat proses pembelajaran berlangsung dan
tidak bergurau saat pembelajaran.
Adapun aktivitas guru tersebut adalah: 1) Apersepsi, guru
masuk mengucapkan salam, siswa menjawab, guru memberikan
motivasi dan memberikan perhatian lebih serta sanjungan kepada
siswa, terlihat siswa sangat senang sudah siap dan percara diri
untuk mengikuti pelajaran. 2) Penjelasan materi, guru
memberikan penjelasan terkait materi pembahasan yang ada di
foto copy power point. Terlihat siswa memperhatikan penjelasan
59
yang disampaikan oleh guru dengan antusias. 3) Penjelasan
metode pembelajaran, guru menjelaskan metode yang akan
dilakukan yaitu metode STAD, disini siswa terlihat antusias
mendengarkan dan bertanya ketika mereka masih bingung. 4)
Teknik pembagian kelompok, guru membagi kelompok siswa
menjadi 6 kelompok sesuai dengan kelompok pertemuan yang
lalu pada siklus I, guru tidak lagi sibuk membagi kelompok
karena terlihat siswa sudah cekatan dalam membuat kelompok
tanpa diberitahukan lagi nama-nama kelompoknya dikarenakan
mereka sudah tau tempat kelompoknya masing-masing. 5)
Penguasaan kelas, dalam penguasaan kelas guru merasa sudah
mulai bisa menguasai kelas dikarenakan sudah bisa beradaptasi
dengan metode yang di terapkan. 6) Penggunaan media,
penggunaan media yang dilakukan oleh guru sudah meningkat
dengan menyediakan power point dan terlihat beberapa siswa
sudah banyak yang membawa buku paket tentang haji. 7)
Bimbingan kepada kelompok, guru mendampingi pada setiap
masing-masing kelompok secara insentif dengan cara
mengelilingi setiap anggota kelompok terlihat semua anggota
kelompok tersebut ikut aktif dalam proses pengerjaan tugas itu
sampai selesai. 8) Pemberian pertanyaan, guru memberikan
pertanyaan terkait materi yang dibahas, terlihat siswa banyak
yang memberikan jawaban dan tidak malu lagi untuk
memberikan jawaban sendiri. 9) Kemampuan melakukan
evaluasi, evaluasi dilakukan pada akhir pembelajaran, terlihat
siswa sangat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal
dikarenakan guru lebih ketat dalam mengawasinya. 10)
60
Menyimpulkan materi pembelajaran, guru mengajak siswa untuk
bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang sudah
dibahas terlihat siswa antusias ikut menyimpulkannya. 11)
Menutup pelajaran, guru menyampaikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya, dan meminta siswa untuk
semuanya menyiapkan materi yang sudah ditentukan dan
siswapun terlihat antusias dalam mendengarkannya. Kemudian
membaca hamdallah dan meminta siswa untuk siap-siap berdoa.
Adapun hasil observasi kelompok siswa yaitu 1) kerjasama
dalam kelompok pada diskusi di siklus II lebih tertib
dibandingkan dengan diskusi pada siklus I, setiap kelompok
mampu bekerja sama satu sama lain dengan anggotanya masing-
masing. 2) mengajukan pertanyaan, ketika diminta untuk
mengajukan pertanyaan ke kelomok lain terkait materi yang
dibahas terlihat banyak siswa yang ingin mengajukan
pertanyaannya dikarenakan mereka sudah mempersiapkan
pertanyaan sebelum diskusi dimulai. 3) memperhatikan
pertanyaan teman, terlihat siswa menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari kelompok lain dengan serius dan sungguh-
sungguh dikarenakan mereka sudah menguasai materi kelompok
mereka masing-masing. 5) tidak memaksakan pendapat, terlihat
siswa menerima ketika mendapatkan temannya ada yang mau
memberikan pendapat atau meluruskan dari jawaban 7)
kemampuan memahami materi, pada aspek ini siswa terlihat
sudah memahami materi pelajaran dengan baik. Artinya dalam
aspek ini guru memberikan pemahaman yang lebih baik kepada
siswa, baik dalam penggunaan bahasa yang mudah dimengerti
61
agar siswa mudah memahami materi dan hasil belajar meningkat.
8) partisipasi dalam kelompok, pada aspek ini terlihat semua
kelompok bekerja sama dengan baik, dalam artian sudah terlihat
adanya kerja sama dan kekompakan antar anggota kelompok. 9)
persentasi didepan kelas, dalam aspek ini ini ternyata presentasi
siswa dinilai masih rendah, karena masih banyak siswa yang
masih belum berani dan percaya diri untuk berbicara di depan
kelas, oleh karena itu perlu adanya bimbingan dan dorongan guru
agar siswa dapat berani dan percaya diri persentasi di depan
kelas. 10) kemampuan menarik kesimpulan, terlihat siswa
memperhatikan kesimpulan yang guru sampaikan dan faham
akan pelajaran yang telah dipelajari.
Berikut adalah perolehan hasil belajar siswa berdasarkan tes
yang telah dilaksanakan pada siklus II.
Tabel 4.3
Daftar Perolehan Nilai Siswa Pada siklus II
No Indikator Nilai
1. Rata-Rata 83
2. Persentase Ketuntasan 86%
3. Persentase Ketidak Tuntasan 14%
Keterangan :
Nilai rata-rata
=
=83
Presentase ketuntasan
X 100=
x100=86 %
62
Presentase ketidak tuntasan
X 100=
= 14%
Berdasarkan nilai rata-rata yang didapatkan, dapat
dikatakan bahwa pada pembelajaran siklus II mengalami
peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
siswa pada siklus I, yaitu dari 70 pada siklus I menjadi 83 pada
siklus II.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi pada siklus II ini, hasil penelitian
didapatkan dari hasil tes pelaksanaan tindakan, observasi siswa
dan respon siswa. Setelah melakukan refleksi ternyata dengan
menggunakan metode cooperative learning tipe STAD terdapat
keberhasilan-keberhasilan yang dicapai yaitu siswa termotivasi dan
saling membantu serta bersemangat untuk berhasil mencapai tujuan
bersama, meningkatkan kecakapan individu (mempunyai inisiatif
sendiri membuat catatan) dan kelompok (bekerjasama saling
membantu), guru dan siswa menjadi terbiasa belajar dengan
menggunakan metode cooperative learning tipe STAD, sehingga
aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari tiap siklusnya,
hasil aktivitas meningkat pada tiap siklusnya. Ini menunjukan siswa
semakin aktif pada setiap kegiatan dalam pembelajaran sesuai
dengan harapan guru.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
dari hasil tindakan siklus II menunjukan bahwa menggunakan
metode cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji.
63
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan yang akan diuraikan terkait dengan aktivitas peneliti
sebagaimana yang telah direncanakan, sistem penyajian pembahasan
ini dimulai dari pelaksanaan pra siklus, siklus I dan siklus II.
1. Pelaksanaan Pra Siklus
Sebelum melakukan siklus I, peneliti melaksanakan observasi
terhadap proses belajar mengajar pada pembelajaran fikih di kelas X
MA Al-Jami’atusysyubban. Pada temuan awal pada kegiatan ini
metode yang digunakan guru kurang bervariasi, guru menyampaikan
materi dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja,
bahkan dalam mengimplementasikan pembelajaran guru hanya
berperan sebagai pusat informasi saja atau kegiatan pembelajaran
terlalu didominasi oleh guru dan menjadikan peserta didik
pendengar setia lalu mencatat setiap penjelasan yang diberikan guru,
sehingga saat pembelajaran siswa terlihat bosan dan kurang
memberikan perhatian.
Upaya selanjutnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
peneliti mencoba menerapkan metode cooperative learning tipe
STAD.
2. Pelaksanaan Siklus I
Dari pelaksanaan siklus I diperoleh kesimpulan bahwa pada
psoses pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative
learning tipe STAD dapat menarik minat belajar siswa namun masih
perlu ditingkatkan lagi, adanya interaksi antar siswa dalam
berpendapat, siswa belajar saling bekerja sama dalam mencapai
tujuan pembelajaran dan menunjukan adanya peningkatan nilai rata-
64
rata dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa dibandingkan pra
siklus.
Berdasarkan hasil catatan observasi maih ada siswa yang belum
menunjukan kerjasama dengan teman sekelompoknya, ada juga
kelompok yang tidak bisa menyelesaikan tugas dengan waktu yang
sudah ditentukan, media pembelajaran yang digunakan masih
terbatas, masih ada siswa yang malu-malu untuk mempresentasikan
hasil diskusinya ke depan kelas, dan pada saat pelaksanaan evaluasi
(tes) masih diwarnai dengan tindakan mencontek.
Untuk mengatasi permasalahan pada siklus I, peneliti
merancang kembali kegitan tindakan pelaksanaan pada siklus II
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih.
3. Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan siklus II guru sudah mulai menguasai penggunaan
metode cooperative learning tipe STAD, guru mampu memotivasi
dan menggali pengetahuan siswa sehingga siswa semangat dalam
memulai pembelajaran, guru juga sudah meningkat dalam
menjelaskan materi sehingga siswa sudah lebih memahami tentang
materi yang dijelaskan. Pada saat diskusi kelompok komunikasi
diantara siswa sudah semakin baik dengan saling bertukar pendapat
dan saling memberikan pengetahuan. Dalam melakukan kerja
kelompok dan persentasi guru cukup baik dalam membimbing siswa
sehingga siswa bekerja sama dalam melakukan kerja kelompok dan
sudah tidak malu-malu dalam melakukan persentasi, dan pada saat
pelaksanaan tes sudah tertib tanpa adanya tindakan mencontek.
Dalam aturan STAD ada rekognisi atau penghargaan kepada
setiap tim yang diumumkan pasca pelaksanaan tes. Aturan ini
65
memberi dampak yang positif kepada setiap kelompok, motivasi
anggota-anggota kelompok untuk mendapatkan predikat kelompok
istimewa semakin tumbuh dalam setiap siklusnya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata setelah
proses pembelajaran mata pelajaran fikih pada siklus II dengan
menggunakan metode cooperative learning tipe STAD ketuntasan
siswa sudah mencapai KKM. Oleh karena itu peneliti mencukupkan
penelitian ini sampai pada siklus II.
Selain peningkatan-peningkatan proses pembelajaran di atas
metode cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas pada pra
siklus (56), siklus I (70), siklus II (83).
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
No Siklus Nilai Rata-Rata Presentase
ketuntasan
Peningkatan
Ketuntasan
1. Pra Siklus 56 8% -
2. Siklus I 70 44% 36
3. Siklus II 83 86% 42
Mengacu pada tabel tersebut, menunjukan hasil belajar serta
nilai rata-rata siswa kelas X MA Al-Jami’atusysyubban Citeureup
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang mulai dari siklus I
sampai siklus II terlihat adanya suatu peningkatan yang signifikan.
Dengan diperolehnya presentase ketuntasan belajar siswa yaitu
sebesar 86% yang berarti melebihi indikator keberhasilan penelitian,
maka dapat dikatakan bahwa metode cooperative learning tipe
66
STAD pada mata pelajaran fikih materi haji telah berhasil dengan
dibuktikan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MA
Al-Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten
Pandeglang sehingga untuk selanjutnya metode cooperative learning
ini dapat diterapkan lagi pada materi tersebut.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Efektifitas penggunaan metode cooperative learning tipe STAD
(Student Team Achievement Division) dalam proses
pembelajarannya berjalan dengan baik dan sangat tepat untuk
diterapkan pada pembelajaran fikih materi tentang haji karena
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MA Al-
Jami’atusysyubban Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten
Pandeglang.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan
bahwa metode cooperative learning tipe STAD (Student Team
Achievement Division) dapat meningkatkan aktifitas guru serta
siswa sehingga mampu membuat siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran dengan menerapkan metode cooperative learning tipe
STAD (Student Team Achievement Division).
2. Berdasarkan hasil tes mulai dari kegiatan pra siklus, siklus I hingga
siklus II maka didapatkan tabel peningkatan yang cukup signifikan
terhadap hasil belajar siswa kelas X MA Al-jami’atusysyubban
Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang. Dengan
ini metode cooperative learning tipe STAD (Student Team
Achievement Division) berhasil meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran fikih materi haji. Hal ini dikaitkan dengan
kenaikan tingkat ketuntasan hasil belajar siswa yaitu pada pra siklus
67
68
sebesar 8% dengan nilai rata-rata 56, mengalami kenaikan pada
siklus I menjadi 44% dengan nilai rata-rata 70, dan menjadi 86%
dengan nilai rata-rata 83 pada siklus II.
B. Saran
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberikan saran-saran
kepada semua pihak yang terkait yang bersifat membangun untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran kearah
yang lebih baik.
1. Pendidik
Kepada semua pendidik untuk dapat mengoptimalkan
kemampuan siswa dengan memberikan motivasi, rewad dan
bimbingan serta dapat menerapkan metode-metode pembelajaran
yang tepat sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan aktif dan kreatif, salah satu metode yang
dapat digunakan adalah metode Cooperative Learning tipe STAD.
2. Sekolah
Kepada sekolah untuk semakin memberikan kelancaran proses
belajar mengajar, maka hendaknya lebih dilengkapi sarana dan
prasarana yang sekiranya bisa menunjang keberhasilan metode
yang digunakan.
3. Peneliti yang lain
Bagi peneliti yang lain, supaya dapat mengembangkan
penelitian yang sejenis dengan subjek penelitian yang lain serta
dengan materi yang berbeda.