BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · tempat makan di wilayah Solo dan sekitarnya. ......

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bersifat informatif, menghibur, maupun mendidik. Dari berbagai media di tanah air saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling memberikan pengaruh besar pada masyarakat (Syahputra, 2006:70). Hal ini karena televisi mempunyai tiga kekuatan media sekaligus. Dua kekuatan yang pertama adalah televisi mampu menampilkan gambar hidup bergerak dan suara untuk mendalami kekuatan gambar. Kekuatan yang lainnya adalah penggunaan frekuensi milik publik. Salah satu stasiun televisi yang ada di Indonesia adalah Terang Abadi Televisi (TATV). Terang Abadi Televisi (TATV) adalah stasiun televisi yang berdiri dibawah PT. Terang Abadi Televisi (TATV) yang telah hadir di kota Solo sejak April tahun 2004. TATV berdiri dan berkantor di Jalan Brigadir Jenderal Anumerta Katamso Darmokusumo Nomor.173, Kelurahan Mojosongo, Kacamatan Jebres, Kota Surakarta. TATV memiliki beberapa karateristik yang kuat, yakni sebagai penyedia hiburan, alat informasi lokal yang tajam dan lugas, serta sebagai televisi yang memberi pencerahan terhadap paradigma berpikir dan berperilaku bagi masyarakat tanpa meninggalkan budaya lokal dan tetap mengikuti perkembangan zaman ( https://id.wikipedia.org/wiki/TATV_Solo ). Salah satu program acara TATV yang menjadi favorit pemirsanya adalah program acara Preman Pawon.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · tempat makan di wilayah Solo dan sekitarnya. ......

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang

bersifat informatif, menghibur, maupun mendidik. Dari berbagai media di tanah

air saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling

memberikan pengaruh besar pada masyarakat (Syahputra, 2006:70). Hal ini

karena televisi mempunyai tiga kekuatan media sekaligus. Dua kekuatan yang

pertama adalah televisi mampu menampilkan gambar hidup bergerak dan suara

untuk mendalami kekuatan gambar. Kekuatan yang lainnya adalah penggunaan

frekuensi milik publik. Salah satu stasiun televisi yang ada di Indonesia adalah

Terang Abadi Televisi (TATV).

Terang Abadi Televisi (TATV) adalah stasiun televisi yang berdiri

dibawah PT. Terang Abadi Televisi (TATV) yang telah hadir di kota Solo sejak

April tahun 2004. TATV berdiri dan berkantor di Jalan Brigadir Jenderal

Anumerta Katamso Darmokusumo Nomor.173, Kelurahan Mojosongo,

Kacamatan Jebres, Kota Surakarta.

TATV memiliki beberapa karateristik yang kuat, yakni sebagai penyedia

hiburan, alat informasi lokal yang tajam dan lugas, serta sebagai televisi yang

memberi pencerahan terhadap paradigma berpikir dan berperilaku bagi

masyarakat tanpa meninggalkan budaya lokal dan tetap mengikuti perkembangan

zaman (https://id.wikipedia.org/wiki/TATV_Solo). Salah satu program acara

TATV yang menjadi favorit pemirsanya adalah program acara Preman Pawon.

Program acara Preman Pawon tayang di TATV (Terang Abadi Televisi) setiap

hari Sabtu dan hari Minggu pukul 17.00-17.30 WIB.

Program acara Preman Pawon adalah salah satu program acara yang

termasuk dalam kategori reality show dengan tema wisata kuliner. Reality show

adalah jenis tayangan yang menampilkan aktivitas nyata dari pembawa acara dan

segala aspek pendukung acara (talent, objek, situasi, dramatika) (Set, 2008:98).

Program acara tersebut mengisahkan perjalanan wisata kuliner seorang host

bernama Bowo Landa yang menjajaki makanan dan minuman khas dari sebuah

tempat makan di wilayah Solo dan sekitarnya. Program acara yang mempunyai

tag line “Preman Pawon makan yuk, grrrr” dan sapaan “badhoger” untuk para

pemirsanya ini dipandu oleh Bowo Landa sendiri sebagai hostnya. Keseluruhan

acara disajikan dengan gaya santai di setiap episodenya. Gaya wawancara host

dengan mitra tutur selalu diselipkan celotehan yang mengundang gelak tawa mitra

tutur dan penontonnya bahkan seringkali mitra tuturnya tidak bisa mengimbangi

celotehan Bowo Landa yang kocak dan sedikit konyol.

Dalam perjalanan wisata kuliner pada acara Preman Pawon ini host yang

diperankan oleh Bowo Landa akan mengunjungi sebuah tempat makan yang

menjadi target dalam perjalanan wisata kulinernya. Setibanya di lokasi, Bowo

Landa langsung menemui karyawan atau langsung disambut oleh karyawan dari

tempat makan tersebut. Setelah itu Bowo Landa meminta informasi mengenai

menu makanan atau minuman yang khas dari tempat makan tersebut dan meminta

izin untuk ikut membuatnya. Dalam proses pembuatan makanan atau minuman

khas dari tempat makan, host ikut serta dalam pembuatan menu masakan mulai

dari awal sampai menyajikannya. Di tengah-tengah proses pembuatan masakan,

host juga meminta penjelasan mengenai bahan dasar makanan dan cara

memasaknya, serta meminta penjelasan mengenai nama makanan yang

menurutnya aneh disertai dengan celotehan atau humor yang dilontarkan oleh

Bowo Landa kepada mitra tuturnya. Hal tersebut yang membuat acara Preman

Pawon ini berbeda dengan acara di bidang kuliner lainnya.

Secara garis besar struktur acara Preman Pawon ini dibagi menjadi 3

bagian, yakni bagian awal, tengah/isi, dan akhir/penutup. Pada bagian awal

ditampilkan dhagelan singkat oleh Bowo Landa sebagai tokoh tunggal, akan

tetapi terkadang juga ditemani oleh mitra tutur. Sesuai dengan tema acara Preman

Pawon, pada bagian tengah/isi ditampilkan mengenai proses memasak dan

mengulik secara detail makanan mulai dari bahan-bahan yang digunakan, cara

membuat dan menyajikanannya. Pada bagian akhir/penutup, Bowo Landa

mencicipi masakan yang sudah dibuat bersama karyawan tempat makan, owner

tempat makan atau chef yang ada pada tempat makan yang didatanginya sambil

membicarakan mengenai sejarah berdirinya tempat makan, pemilihan nama

tempat makan, dan menu-menu apa saja yang terdapat di tempat makan tersebut

serta ucapan terima kasih kepada couster sebagai sponsor atas kostum yang

dikenakan oleh Bowo Landa dan himbauan kepada pemirsa untuk menyaksikan

acara Preman Pawon yang tayang di TATV pada hari Sabtu dan Minggu pukul

17.00-17.30 WIB.

Dalam acara Preman Pawon terdapat percakapan-percakapan yang

merupakan sebuah bentuk komunikasi antara host acara tersebut, yaitu Bowo

Landa, dengan mitra tutur yang menjadi target dalam perjalanan wisata kuliner

setiap episodenya tanpa menggunakan skenario. Tayangan yang berlangsung

tanpa skenario ini menghasilkan percakapan-percakapan yang spontan, sehingga

tuturan-tuturannya alami. Dikatakan alami karena host mewawancarai mitra tutur

(koki, karyawan, atau pemilik tempat makan) dengan ikut terjun langsung ke

dapur dan ikut memasak mulai dari proses awal sampai akhir hingga

menyajikannya, sehingga mitra tutur yang diwawancarai menuturkan tuturan yang

spontan. Tuturan-tuturan yang alami tersebut memuat unsur-unsur pragmatik

seperti tindak tutur ekspresif.

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk

mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan

yang tersirat dalam ilokusi (Searle dalam terjemahan Oka, 1993:164). Tindak

tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon dituturkan oleh

penuturnya untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.

Sebuah tuturan dapat dihasilkan dari proses interaksi sosial. Proses

interaksi sosial dapat berupa dialog atau percakapan antara dua orang atau lebih.

Percakapan dapat terjadi jika ada pergantian antara penutur dan mitra tutur dalam

berujar. Proses pergantian dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya

kadang-kadang terjadi dalam waktu yang singkat. Proses percakapan tersebut

sangat dipengaruhi oleh peristiwa atau konteks tertentu saat terjadinya

komunikasi. Artinya maksud yang terdapat di balik tuturan penutur tidak dapat

dipisahkan dari situasi tutur.

Pemahaman yang terlepas dari konteks situsasi sama halnya dengan

pemahaman bahasa yang terlepas dari manusia yang berbahasa dan masyarakat

tempat manusia itu hidup dan mengadakan interaksi sosial.

Pengertian konteks situasi ada dua macam, yaitu konteks bahasa dan

konteks luar bahasa. Teks-teks yang berupa kata-kata atau kalimat-kalimat, yang

berada disekitar teks pokok yang sedang dikaji adalah konteks bahasa (linguistic-

context). Sementara itu lingkungan yang berada di luar teks tetapi masih berkaitan

dengan teks yang sedang dikaji, yang meliputi faktor-faktor situasional dan

kultural merupakan konteks luar bahasa (extra linguistic-context).

Pemahaman terhadap teks dan konteks akan lebih memperkuat keyakinan

bahwa dalam memahami, mengamati, dan mengkaji fenomena-fenomena yang

berada di luar bahasa, yang diungkapkan oleh bahasa, maka banyak penunjuk

yang kita peroleh dengan bergerak diluar bahasa kita mampu menjelaskan arti

bahasa. Dengan demikian dalam suatu pemerian yang lengkap mengenai latar

belakang sosial-budaya yang berkaitan dengannya (dalam Sumarlam, 2013:232-

233).

Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang

dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan

psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan,

kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Tindak tutur itu mungkin disebabkan

oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya

menyangkut pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur

menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya) (Yule, 2006:93).

Tuturan-tuturan ekspresif yang mengungkapkan perasaan yang sedang

dialami oleh penutur dalam program acara Preman Pawon dapat digambarkan

pada contoh berikut.

Konteks tuturan: Percakapan terjadi di pinggir jalan ketika Bowo Landa melihat

sebuah sepeda motor yang menurutnya bagus dan cocok untuk dijadikan sebagai

pengganti kendaraanya agar nanti saat mencari lokasi (tempat makan) yang enak

bisa lebih nyaman.

(1) Bowo Landa : Wa...iki pit montore apik tenan iki. Untung kae wis remuk

tak dol kiloan.

Pelajar : Motorku iki mas, wa..wis. (ND/01-08-15/1)

Bowo Landa : ‘Wa..ini sepeda motornya bagus sekali ini. Untung itu

sudah hancur saya jual kiloan.

Pelajar : ‘Sepeda motor saya ini mas, wa..sudah.’

Pada kutipan (1) data di atas Bowo Landa menuturkan subtindak tutur

ekspresif memuji. Subtindak tutur ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo

Landa tersebut terjadi ketika Bowo Landa melihat sebuah sepeda motor yang

menurutnya bagus dan cocok untuk dijadikan kendaraannya dalam perjalanan

wisata kulinernya.

Pernyataan memuji Bowo Landa dituturkan melalui tuturan Wa...iki pit

montore apik tenan iki. Untung kae wis remuk tak dol kiloan. ‘Wa..ini sepeda

motornya bagus sekali ini. Untung itu sudah hancur saya jual kiloan’. Pemarkah

lingual dari subtindak tutur ekspresif memuji pada tuturan di atas adalah kalimat

Wa...iki pit montore apik tenan iki ‘Wa..ini sepeda motornya bagus sekali ini’.

Kalimat tersebut merupakan pujian yang dituturkan oleh Bowo Landa karena

melihat sepeda motor yang telah membuatnya tertarik untuk memilikinya.

Beberapa penelitian terdahulu yang sejenis dan relevan dalam penelitian ini antara

lain:

1. Danik Fajarwati (2013) Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dalam skripsinya yang berjudul

“Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Acara Hati ke Hati Bersama

Mamah Dedeh di ANTV”, mendeskripsikan analisisnya mengenai bentuk

tindak tutur direktif dan bentuk tindak tutur ekspresif dalam acara Hati ke Hati

Bersama Mamah Dedeh di ANTV dan menerangkan implikatur yang terdapat

dalam Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh di ANTV.

2. Devi Andriyani (2010) Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dalam skripsinya yang berjudul

“Tindak Tutur Ekspresif dalam Reality show “John Pantau” di Trans TV”,

mendeskripsikan analisisnya mengenai jenis tindak tutur ekspresif dan

penyebab terjadinya tindak tutur ekspresif dalam Reality show “John Pantau” ,

dan menguraikan efek perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif

dalam Reality show “John Pantau”.

3. “Keefektifan Kesantunan Berbahasa pada Tindak Tutur Ekspresif Mario Teguh

Golden Ways (MTGW) “Jomblo Mulia 8 Juni 2014” (Pragmatik)”. Dalam

SEMINAR NASIONAL PRASASTI yang ditulis oleh Binti Qani’ah pada

tahun 2014. Penelitian ini membahas mengenai jenis tindak tutur ekspresif

yang paling dominan dan mengapa jenis ekspresif itu dominan, serta

bagaimana keefektifan kesantunan pada tindak tutur ekspresifprogram Mario

Teguh Golden Ways (MTGW) ‘Jomblo Mulia’yang ditayangkan pada tanggal

8 Juni 2014.

4. “Jenis dan Fungsi Tindak Tutur Dosen dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa

Arab Di UIN Malang”. Jurnal Thaqafiyyat, Vol 13, No 2, Desember 2012.

Ditulis oleh Wahyudi dari Program Studi Kajian Timur Tengah Sekolah

Pascasarjana UGM pada tahun 2012. Penelitian ini membahas mengenai jenis

dan fungsi tindak bahasa dosen dalam interaksi pembelajaran Bahasa Arab di

UIN Malang.

5. “Tindak tutur dan Peristiwa Tutur”. Jurnal Pena Vol 1, No 1, Desember

2011:77-91. ISSN 2089-3973. Ditulis oleh Andiopenta Purba dari FKIP

Universitas Jambi pada tahun 2011. Penelitian ini membahas mengenai dua

aspek yang penting dalam komunikasi lisan, tindak tutur, dan peristiwa tutur.

6. “Daya Pragmatik Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia”.

Jurnal BASASTRA, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan

Pengajarannya Vol 2, No 1, April 2013, ISSN I2302-6405. Ditulis oleh Rina

Yuliana dari Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2013. Penelitian

ini membahas mengenai jenis-jenis tindak tutur yang digunakan guru dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII F SMP Negeri 2 Kebak Kramat

Kabupaten Karanganyar, dan daya pragmatik yang terkandung dalam tindak

tutur guru bahasa Indonesia di kelas VIII F SMP Negeri 2 Kebakkramat

Kabupaten Karanganyar.

7. “Kesantunan Berbahasa dalam Pembelajaran Interaksi Bahasa Jawa di SMP N

1 Banyumas”. Jurnal LingTera Vol 1, No 2, Oktober 2014. Ditulis oleh Astiana

Ajeng Rahadini dan Suwarna Universitas Negeri Surakarta dan Universitas

Negeri Yogyakarta pada tahun 2014. Penelitian ini membahas mengenai

bentuk, nilai, dan fungsi kesantunan berbahasa Jawa dalam interaksi antara

guru dan siswa ketika pembelajaran bahasa Jawa di SMP N 1 Banyumas serta

implikasinya bagi pembelajaran.

8. “Realisasi Sapaan Datu dalam Tindak Tutur Ekspresif Bahasa Banjar”. Jurnal

BEBASAN, Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. Vol 2, No 2, Desember

2015. ISSN 2406-7466. Ditulis oleh Rissari Yayuk dari Balai Bahasa Provinsi

Kalimantan Selatan pada tahun 2015. Penelitian ini membahas mengenai

Realisasi Sapaan Datu dalam Tindak Tutur Ekspresif Bahasa Banjar.

Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana wujud sapaan datu dalam

bahasa Banjar dan bagaimana realisasi kesantunan penggunaan sapaan datu

dalam tindak tutur ekspresif pada masyarakat Banjar.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan terkait dengan topik

penelitian ini memberi petunjuk celah fokus penelitian yang belum dilakukan.

Dengan demikian penelitian tentang Tindak Tutur Ekspresif dalam Program

Acara Preman Pawon di TATV belum pernah dilakukan sehingga penelitian ini

adalah merupakan penelitian yang berfokus baru. Selain daripada itu, penelitian

ini dilaksanakan dengan pertimbangan sebagai berikut.

1. Program acara Preman Pawon merupakan acara reality show yang bertema

wisata kuliner dengan menampilkan menu masakan dan minuman yang khas

dari sebuah tempat makan yang dipandu oleh host bernama Bowo Landa.

Acara tersebut disajikan dengan gaya santai dan selalu diselipkan celotehan

yang seringkali mengundang gelak tawa mitra tutur dan pemirsanya dalam

setiap peristiwa yang dialami Bowo Landa. Tuturan dalam peristiwa tersebut

banyak mengandung tindak tutur ekspresif.

2. Program acara Preman Pawon merupakan program acara yang tidak hanya

menampilkan kuliner siap santap akan tetapi juga menampilkan proses

memasak makanan tersebut dan wawancara langsung antara host dengan

mitra tutur (pemilik tempat makan). Program acara Preman Pawon di TATV

ini berbeda dengan acara reality show di bidang kuliner lainnya yang

biasanya hanya menampilkan kelezatan dari suatu masakan saja. Pada saat

proses memasak makanan dalam acara ini, banyak tuturan yang mengandung

tindak tutur ekspresif seperti memuji dan mengritik yang dituturkan oleh host

Preman Pawon.

3. Hal yang paling menarik dalam acara Preman Pawon adalah tayangan pada

saat proses memasak makanan, di mana host akan mengulik tuntas mengenai

masakan dan pada saat wawancara host dengan owner tempat makan tersebut

dengan gaya bahasanya yang khas dan agak konyol. Hal tersebut membuat

penulis tertarik karena pada saat yang seperti itu banyak tuturan yang

mengandung tindak tutur ekspresif, sehingga penulis menjadikan acara

Preman Pawon ini sebagai objek kajian disamping penelitian terhadap acara

Preman Pawon ini belum ada yang meneliti.

4. Ragam bahasa yang digunakan dalam acara Preman Pawon cenderung

menggunakan ragam bahasa Jawa informal dalam tuturan-tuturannya.

Ketidakformalan penggunaan bahasa tersebut sebagai ciri khas dari acara

Preman Pawon itu sendiri karena dengan digunakannya ragam bahasa

tersebut, penulis melihat dalam acara Preman Pawon banyak terdapat tuturan

yang mengandung subtindak tutur ekspresif seperti memuji, mengucapkan

terima kasih, mengritik, dan mengeluh. Dalam acara Preman Pawon bahasa

komunikasi yang paling dominan digunakan adalah bahasa Jawa akan tetapi

penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris seringkali muncul dalam

tuturan, baik tuturan oleh Bowo Landa maupun mitra tuturnya.

5. Suatu tuturan ekspresif dapat dijadikan sarana untuk menyatakan sesuatu

yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-

pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan,

kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Dalam program acara

Preman Pawon tidak terlepas dari penggunaan tindak tutur ekspresif. Tindak

tutur itu disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau

pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. Adapun

tuturan ekspresif tersebut yaitu berupa tuturan memuji, mengritik, mengeluh,

mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, dan meminta maaf.

Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan di atas dan berbagai

pertimbangan dari peneliti, maka peneliti tertarik untuk meneliti program acara

Preman Pawon dari segi tindak tutur ekspresif berdasarkan analisis teori

pragmatik. Hal yang membuat penasaran peneliti, apakah data lain ditemukan

tindak tutur yang lain. Di lain pihak, berbagai subtindak tutur ekspresif yang

ditemukan apakah merata ataukah ada subtindak tutur ekspresif yang frekuensinya

sangat menonjol. Dari berbagai subtindak tutur ekspresif, cenderung mempunyai

berbagai macam latar belakang, dari berbagai latar belakang itu, manakah yang

terdapat dalam data yang digunakan. Atas pertimbangan itulah penulis mengkaji

penelitian ini dari segi tindak tutur yang diujarkan oleh para pelibat (host, dan

narasumber dalam acara Preman Pawon) dengan judul Tindak Tutur Ekspresif

dalam Program Acara Preman Pawon di TATV Sebuah Kajian Pragmatik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. Jenis subtindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat dalam program acara

Preman Pawon dan pemarkah lingual apa yang digunakan dalam

subtindak tutur ekspresif tersebut?

2. Jenis subtindak tutur ekspresif apakah yang paling dominan dalam

program acara Preman Pawon dan mengapa subtindak tutur ekspresif

tersebut dominan?

3. Faktor apa saja yang melatarbelakangi adanya subtindak tutur ekspresif

dalam program acara Preman Pawon?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan jenis subtindak tutur ekspresif yang terdapat dalam

program acara Preman Pawon dan pemarkah lingual yang digunakan

dalam subtindak tutur ekspresif tersebut.

2. Mendeskripsikan jenis subtindak tutur ekspresif yang paling dominan

dalam program acara Preman Pawon dan menjelaskan mengapa subtindak

tutur ekspresif tersebut dominan.

3. Menjelaskan faktor yang melatarbelakangi adanya subtindak tutur

ekspresif dalam program acara Preman Pawon.

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian pada hakikatnya dilakukan untuk mendapatkan suatu

manfaat, begitu pula dengan penelitian ini. Adapun manfaat yang diharapkan oleh

penulis dari penelitian ini adalah

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan

pengembangan ilmu yaitu ilmu pragmatik. Penelitian ini diharapkan dapat

memperkuat penerapan teori yang sudah ada yaitu teori tentang tindak tutur

ekspresif.

2. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan bagi calon peneliti terutama

dalam memahami jenis subtindak ekspresif, pemarkah lingual yang

terdapat dalam subtindak tutur ekspresif, dan faktor yang

melatarbelakangi tindak tutur ekspresif.

2) Penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi bagi para pendidik atau

para guru yang menangani pembelajaran pragmatik.

E. Landasan Teori

1. Definisi Pragmatik

Istilah pragmatik pertama kali muncul dari seorang filosof tahun 1938

yang bernama Charles Morris. Dia membagi ilmu tentang tanda atau semiotik

menjadi tiga konsep dasar, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik. Menurut

Charles Morris yang dikutip dari Levinson dalam Nadar (2009:5) mengartikan

bahwa pragmatik sebagai “the study of relation of signs to interpretes” atau

studi relasi antara tanda-tanda dengan para penafsirnya. Oleh karena itu, tanda-

tanda yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah bahasa yang berawal

dari suatu pemikiran dan kemudian berkembang, pragmatik sebagai salah satu

cabang ilmu linguistik.

Definisi pragmatik telah banyak disampaikan para linguis yang

menggeluti pragmatik. Beberapa pengertian mengenai pragmatik akan

disampaikan pada bagian ini agar didapatkan gambaran yang jelas apa

sebenarnaya yang dimaksud dengan pragmatik itu.

Levinson (dalam Rahardi, 2005:48) mendefinisikan pragmatik

sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya.

Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat

dilepaskan dari struktur bahasanya. Menurut Parker (dalam Rahardi, 2005:48)

pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara

eksternal. Adapun yang dimaksud dalam hal itu adalah bagaimana satuan

lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. Tokoh ini

membedakan pragmatik dalam studi tata bahasa yang dianggapnya sebagai

seluk beluk bahasa secara internal. Menurutnya, studi bahasa tidak perlu

dikaitkan dengan konteks, sedangkan studi pragmatik mutlak dikaitkan dengan

konteks.

Dalam buku Prinsip-Prinsip Pragmatik (edisi terjemahan oleh Oka,

1993:8), Leech mengatakan “Pragmatik adalah studi tentang makna ujaran di

dalam situasi-situasi ujar (speech situation)”. Leech melihat pragmatik sebagai

bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik.

Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian

dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari

pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik

sebagai dua bidang yang saling melengkapi. Karya Leech yang paling

menonjol di bidang pragmatik adalah teori prinsip kesantunan (politness

principles).

Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatik (edisi terjemahan oleh

Wahyuni dan Mustajab, 2006:3-4) menyebutkan beberapa batasan ilmu

pragmatik. Menurutnya ilmu pragmatik mempunyai empat batasan sebagai

berikut.

1. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang maksud penutur.

2. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual.

3. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih

banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.

4. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang jarak hubungan.

Menurut Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994:88-94), pragmatik

adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna

kalimat yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya

(force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa

suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan.

Pragmatik mengungkapkan maksud suatu tuturan di dalam peristiwa

komunikasi, oleh karena itu analisis pragmatik berupaya menemukan maksud

penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan

secara tersirat di balik tuturan. Maksud tuturan dapat diidentifikasikan dengan

mempertimbangkan komponen situasi tutur yang mencakupi penutur, mitra

tutur, tujuan, konteks, tuturan sebagai hasil aktivitas dan tuturan sebagai

tindakan verbal (Rustono, 1999:17).

Terkadang dalam penggunaan bahasa itu sendiri, mereka secara tidak

sadar akan menggunakan tuturan yang sulit dipahami oleh lawan tuturnya.

Oleh karena itu, setiap manusia harus dapat memahami maksud dan makna

tuturan yang diucapkan oleh lawan tuturnya. Dalam hal ini, manusia tidak

hanya sekedar mengerti apa yang telah diujarkan oleh si penutur, tetapi juga

konteks yang digunakan dalam ujaran tersebut. Kegiatan semacam ini

berkaitan dengan tindak tutur, yaitu tuturan yang disertai dengan gerak, sikap

anggota badan maupun ekspresi tertentu. Pragmatik adalah studi tentang makna

dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar. Menurut Purwo “Pragmatik

merupakan salah satu bidang kajian linguistik” (1994: 2). Jadi, dapat dikatakan

bahwa pragmatik merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji makna

tuturan dengan cara menghubungkan faktor nonlingual seperti konteks,

pengetahuan, komunikasi, serta situasi pemakaian bahasa dalam rangka

penggunaan tuturan oleh penutur dan lawan tutur. Makna tuturan dalam

pragmatik lebih mengacu pada maksud dan tujuan penutur terhadap tuturannya

(Yuliana, 2013: 3).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat ditegaskan

bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa

secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam

komunikasi. Pragmatik menyelidiki makna yang terkait pada konteks yang

mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Jadi dapat dikatakan bahwa antara

bahasa dengan konteks merupakan dasar pemahaman pragmatik.

2. Situasi Tutur

Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Pernyataan ini

sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi

tutur merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa situasi

tutur. Situasi tutur sangat penting di dalam pragmatik. Maksud tuturan yang

sebenarnya hanya dapat diidentifikasikan melalui situasi tutur yang

mendukungnya. Tidak selamanya tuturan itu secara langsung menggambarkan

makna yang dikandung oleh unsur-unsurnya (Rustono, 1999:25).

Leech (edisi terjemahan oleh Oka, 1993:19-20) membagi aspek-aspek

situasi ujar menjadi lima macam yaitu: (1) penutur dan mitra tutur, (2) konteks

sebuah tuturan, (3) tujuan sebuah tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan

atau kegiatan (tindak ujar), (5) tuturan sebagai produk tindak verbal.

1) Penutur dan Mitra Tutur

Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang

menyampaikan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa

komunikasi. Mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran

sekaligus kawan penutur di dalam periatiwa tutur. Aspek-aspek

yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar

belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan

tingkat keakraban.

2) Konteks Sebuah Tuturan

Konteks merupakan suatu pengetahuan latar belakang

bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan yang

membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan. Konteks tuturan

penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau

setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Di dalam

pragmatik, konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang

pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur.

Konteks ini membantu mitra tutur di dalam manafsirkan maksud

yang ingin dinyatakan oleh penutur.

3) Tujuan Sebuah Tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur

dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan

adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan

tindakan bertutur. Di dalam peristiwa tutur, bermacam-macam

tuturan dapat diekspresikan untuk menyatakan suatu tuturan, dan

bermacam-macam tujuan dapat dinyatakan dengan tujuan yang

sama.

4) Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Kegiatan (Tindak Ujar)

Tindak tutur merupakan suatu aktivitas. Menuturkan sebuah

tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act). Tindak tutur

sebagai satu tindakan itu sama dengan mencubit atau menendang.

Hanya saja, bagian tubuh yang berperan berbeda. Pada tindakan

bertutur bagian tubuh yang berperan adalah alat ucap.

5) Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal

Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act)

yang terjadi dalam situasi tertentu. Tuturan tercipta melalui tindakan

verbal, maka tuturan itu merupakan hasil tindak verbal. Tindakan

verbal adalah tindakan mengekspresikan kata-kata atau bahasa.

Imam Syafi’i (sebagaimana dikutip oleh Hamid Hasan Lubis, 1993:58)

(dalam Sumarlam, 2013:77) membedakan empat macam konteks pemakaian

bahasa, yaitu konteks fisik, konteks epistemik, konteks linguistik, dan konteks

sosial. Konteks fisik (physical context) meliputi tempat terjadinya pemakaian

bahasa, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi, dan tindakan para

partisipan dalam peristiwa komunikasi itu. Konteks epistemis (episthemic

context) yaitu latar pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh penutur dan

mitra tutur. Konteks linguistik (linguistic context) terdiri atas tuturan-tuturan

yang mendahului atau yang mengikuti sebuah tuturan tertentu dalam peristiwa

komunikasi. Konteks sosial (social context) yaitu relasi sosial yang

melengkapi hubungan antara penutur dengan mitra tutur.

3. Tindak Tutur

Di dalam pragmatik, tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam

konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Menurut

Rustono (1999:31) tindak tutur (speech act) merupakan entitas yang bersifat

sentral dalam pragmatik. Oleh karena sifatnya yang sentral itulah, tindak tutur

bersifat pokok di dalam pragmatik. Mengujarkan sebuah tuturan tertentu bisa

dipandang sebagai melakukan tindakan (mempengaruhi, menyuruh) di samping

memang mengucapkan atau mengujarkan tuturan itu.

Interaksi antara penutur dengan petutur pada saat berlangsungnya

komunikasi (percakapan) terjadi secara timbal balik. Petutur (pendengar,

penyimak) yang tadinya bertindak sebagai penerima informasi, setelah

menerima dan memahami informasi itu akan bereaksi melakukan tindak tutur

atau menjadi penutur. Sebaliknya, penutur (pembicara) yang tadinya bertindak

sebagai pemberi informasi setelah menyampaikan informasi itu akan berubah

menjadi petutur (pendengar, penyimak) (Purba, 2011: 84).

Dalam berkomunikasi setiap penutur akan melakukan kegiatan

mengujarkan tuturan. Yule berpendapat bahwa tindak tutur adalah tindakan-

tindakan yang ditampilkan lewat tuturan (dalam terjemahan oleh Wahyuni dan

Mustajab 2006:82). Setiap tindak tutur yang diucapkan oleh seorang penutur

mempunyai makna tertentu, tindak tutur dapat berwujud permohonan,

permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan atau janji.

Searle yang menjadi pendukung dan juga pengkritik gagasan Austin

sekaligus membuat formula-formula pelengkap. Dia menyatakan bahwa

setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang

penutur, yaitu tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi. Setiap tuturan dari seorang

penutur memungkinkan mengandung lokusi, ilokusi, dan perlokusi saja.

Namun dapat terjadi satu tuturan mengandung kedua tindak tutur atau ketiga-

tiganya.

Menurut Searle (dalam Martinich (ed) 1996:147), inti dari tindak tutur

adalah tindak ilokusi. Menurutnya, dalam tindak ilokusi, penutur dalam

mengatakan sesuatu juga melakukan sesuatu. Sehubungan dengan itu, Searle

menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima bentuk tuturan yang

masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima jenis tindak tutur tersebut

yaitu tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur

ekspresif, dan tindak tutur deklarasi.

Searle (dalam Martinich (ed) 1996:147-149) mengklasifikasikan

tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis. Kelima jenis tindak tutur adalah sebagai

berikut.

1) Tindak Tutur Asertif (Assertives)

Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya

kepada kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya.

Termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini misalnya tuturan-tuturan

menyatakan, melaporkan, memprediksi, menunjukkan, dan

menyebutkan.

2) Tindak Tutur Direktif (Directives)

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh

penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan

yang disebutkan di dalam tuturan itu atau berharap lawan tutur

melakukan sesuatu. Tuturan-tuturan menyuruh, memohon,

menuntut, menyarankan, memerintah, meminta, dan menantang

termasuk ke dalam jenis tindak tutur direktif ini.

3) Tindak Tutur Komisif (Commisives)

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur untuk mengikat

penuturnya pada suatu tindakan yang dilakukannya pada masa

mendatang dan melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam

tuturan. Misalnya tuturan berjanji, bersumpah, berkaul,

menawarkan, menyatakan kesanggupan, dan mengancam.

4) Tindak Tutur Ekspresif (Expressives)

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan

maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal

yang disebutkan dalam tuturan atau untuk mengungkapkan sikap

psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan memuji,

mengritik, mengeluh, mengucapkan selamat, mengucapkan

terima kasih, dan meminta maaf termasuk ke dalam jenis tindak

tutur ekspresif ini.

5) Tindak Tutur Deklarasi (Declarations)

Deklarasi didefinisikan sebagai tindak tutur yang bersifat

khas, berhasilnya tindak ilokusi ini akan mengakibatkan adanya

kesesuaian antara isi proposisi dan realitas di dunia. Penutur

deklarasi haruslah seorang yang mempunyai kekuasaan atau

wewenang khusus dalam sebuah institusi tertentu, misalnya

hakim dalam institusi pengadilan yang menjatuhkan hukuman.

Tindak tutur deklarasi ialah tindak tutur yang dilakukan penutur

dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan

sebagainya) yang baru. Misalnya tuturan memutuskan,

membatalkan, melarang, mengizinkan, dan mengangkat.

Masing-masing subtindak tutur ekspresif menurut pengklasifikasian

oleh Searle di atas dapat digambarkan pada contoh berikut.

1. Subtindak Tutur Ekspresif Memuji

Konteks tuturan: Percakapan terjadi di pinggir jalan ketika Bowo Landa

melihat sebuah sepeda motor yang menurutnya bagus. Ia mengatakan

bahwa mesin dari motor tersebut besar dan top serta cocok untuk dijadikan

sebagai pengganti kendaraanya agar nanti saat mencari lokasi yang enak

bisa lebih nyaman.

(2) Bowo Landa :...Wis ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki

(sambil mengelus-elus mesin sepeda motor), cocok

dinggo tumpakanku selanjutnya iki. Oke badhoger-

badhoger ketemu lagi di Preman Pawon. Saat ini

saya sedang mencari penggantinya si Untung, biar

nanti saya kalau keliling-keliling cari tempat-tempat

lokasi yang enak itu, jadi isa luwih nyaman. Hehe.

Syeg...gagah.

Pelajar : Motorku iki Mas, wa..wis. (ND/01-08-15/2)

Bowo Landa :‘Wah...ini mesinnya top sekali besar seperti ini,

cocok untuk kendaraan saya selanjutnya ini. Oke

badhoger-badhoger ketemu lagi di Preman Pawon.

Saat ini saya sedang mencari penggantinya si

Untung, agar nanti saya kalau keliling-keliling

mencari tempat-tempat lokasi yang enak itu, jadi

bisa lebih nyaman. Hehe. Syeg...gagah.’

Pelajar : ‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah’

Pada kutipan (2) data di atas terdapat subtindak tutur ekspresif

memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa , yakni melalui tuturan Wis

ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki, cocok dinggo

tumpakanku selanjutnya iki ‘Wah...ini mesinnya top sekali besar

seperti ini, cocok untuk kendaraan saya selanjutnya ini’. Pemarkah

lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif memuji diatas adalah

Wis ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki ‘Wah...ini mesinnya

top sekali besar seperti ini’ yang bermaksud untuk mengungkapkan

kelebihan dari sebuah sepeda motor yang dilihatnya, yaitu sepeda

motor milik seorang pelajar SMA yang sedang berhenti di pinggir

jalan. Selain itu Bowo Landa juga beranggapan bahwa sepeda motor

tersebut cocok untuk dijadikan pengganti kendaraannya (Si Untung)

agar nanti kalau mencari tempat-tempat yang enak akan terasa

nyaman.

2. Subtindak Tutur Ekspresif Mengritik

Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan seorang

pelajar SMA di pinggir jalan. Ketika Bowo Landa melihat sebuah motor

yang bagus Bowo Landa ingin membelinya akan tetapi pemilik sepeda

motor tersebut tidak ingin menjualnya lalu Bowo Landa mengritiknya agar

sepeda motornya dijual.

(3) Bowo Landa : Lha mbok didol!! Aku nde rongewu.

Pelajar : Wadhuh rongewui ngge apa. (ND/01-08-15/32)

Bowo Landa : ‘Dijual saja!! Saya punya dua ribu’

Pelajar : ‘Aduh dua ribu itu untuk apa?’

Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (3) data di atas

terdapat pada tuturan Bowo Landa yang mengatakan Lha mbok didol!!

Aku nde rongewu. ‘Dijual saja!! Saya punya dua ribu’. Pemarkah lingual

yang menunjukkan subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan

tersebut adalah Lha mbok didol!! ‘Dijual saja!!’. Tuturan tersebut

merupakan kritikan atas pernyataan seorang Pelajar SMA. Subtindak tutur

ekspresif mengritik tersebut terjadi karena Bowo Landa ingin membeli

sepeda motor milik seorang pelajar SMA akan tetapi si pelajar SMA tidak

ingin menjualnya.

3. Subtindak Tutur Ekspresif Mengeluh

Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan seorang

pelajar SMA di pinggir jalan. Ketika Bowo Landa sedang melihat-lihat

sebuah sepeda motor milik seorang pelajar SMA tiba-tiba pemilik sepeda

motor tersebut datang dan mendekatinya. Pelajar SMA tersebut

mengeluhkan tindakan yang telah dilakukan oleh Bowo Landa yang sedang

melihat dan memegang-megang sepeda motornya.

(4) Pelajar : Motorku iki Mas, wa..wis.

Bowo Landa : Sorry Mas.

Pelajar : Nggih nggih. (ND/01-08-15/54)

Pelajar : ‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah.’

Bowo Landa : ‘Maaf Mas’

Pelajar : ‘Ya, ya.’

Subtindak tutur mengeluh pada kutipan (4) data di atas terdapat

pada tuturan Bowo Landa yang mengatakan Motorku iki Mas, wa..wis.

‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah.’. Pemarkah lingual yang

menunjukkan subtindak tutur ekspresif mengeluh pada tuturan tersebut

adalah wa..wis ‘Wa..sudah’. Subtindak tutur ekspresif mengritik tersebut

terjadi ketika Bowo Landa sedang melihat-lihat sebuah sepeda motor

milik seorang pelajar SMA tiba-tiba pelajar tersebut datang dan

mendekatinya. Pelajar SMA tersebut mengeluhkan tindakan yang telah

dilakukan oleh Bowo Landa yang sedang melihat dan memegang sepeda

motornya.

4. Subtindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Selamat

Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Rudi dan Farid di kelas. Rudi

memberikan selamat kepada Farid atas prestasinya karena PKMnya lolos

seleksi.

(5) Rudi : Eh, kowe wis nikiki pengumuman neng papan mading durung Rid?

Farid : Durungi, ana pengumunan apa?

Rudi : Kowe lolos PKM Rid, selamat ya.

Farid : Tenane Rud? Wah matur nuwun ya

Rudi : ‘Eh, kamu sudah melihat pengumuman di papan pengumuman

belum Rid?’

Farid : ‘Belum, ada pengumuna apa?’

Rudi : ‘Kamu lolos PKM Rid, selamat ya.’

Farid : ‘Serius Rud? Wah terima kasih ya.’

Subtindak tutur ekspresif mengucapkan selamat pada tuturan di

atas terdapat pada tuturan Kowe lolos PKM Rid, selamat ya. ‘Kamu lolos

PKM Rid, selamat ya’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Rudi yang

ditujukan kepada Farid karena PKM Farid lolos seleksi. Pemarkah lingual

dari subtindak tutur ekspresif mengucapkan selamat pada tuturan tersebut

adalah frase fatis selamat ya ‘Selamat ya.’

5. Subtindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Terima Kasih

Konteks tuturan: Tuturan terjadi antara Bowo Landa dengan Teki di

dapur restoran Njah Djambon. Ketika Bowo Landa tiba di dapur dia

mengajak orang-orang yang ada di dapur untuk salam preman pawon.

(6) Bowo Landa : Oalah...neng kene ki orange profesional, dadi wis nde

jobe dhewe-dhewe. Bagian nggangsa enek, bagian plating

enek. Mas sapa ki mau?

Teki : Teki.

Bowo Landa : Mas Teki, yuk salam preman pawon dulu (Bowo Landa

dan Teki saling mengulurkan tangan yang mengepal) Oke.

(ND/01-08-15/58)

Bowo Landa : ‘Oalah...di sini itu orangnya profesional, jadi sudah ada

jobnya sendiri-sendiri. Bagian menumis ada, bagian menata

di piring ada. Mas siapa ini tadi?’

Teki : Teki.

Bowo Landa : Mas Teki, yuk salam preman pawon dulu (Bowo Landa

dan Teki saling mengulurkan tangan yang mengepal) Oke.

Subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada data di

atas dituturkan oleh Bowo Landa kepada Teki karena telah mau diajak

salam preman pawon. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur

ekspresif mengucapkan terima kasih adalah kata Oke ‘Oke’ yang dia

tuturkan setelah Bowo Landa dan Teki mengulurkan tangan yang mengepal

yang berarti bahwa Teki memberikan respon atas perkataan Bowo Landa.

6. Subtindak Tutur Ekspresif Meminta Maaf

Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak

Sholehan di dapur restoran Njah Djambon. Ketika Pak Sholehan

mengenalkan seorang chef di restoran Njah Djambon Bowo Landa

mengira bahwa chef tersebut adalah anak Pak Sholehan.

(7) Bowo Landa : Ini putranya Pak? Bukan? Hehehe.

Sholehan : Oh bukan, ini chef di sini Mas.

Bowo Landa : Hehehe...oh...mas chef, maaf permisi. (ND/01-08-15/62)

Bowo Landa : Ini putranya Pak? Bukan? Hehehe.

Sholehan : ‘Oh bukan, ini koki di sini Mas.’

Bowo Landa : ‘Hehehe...oh...mas koki, maaf permisi.’

Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan (7) data di

atas terdapat pada tuturan Hehehe...oh...mas chef, maaf permisi.

‘Hehehe...oh...mas koki, maaf permisi.’Tuturan tersebut terjadi ketika Pak

Sholehan mengenalkan seorang chef di restoran Njah Djambon. Bowo

Landa mengira bahwa chef tersebut adalah anak Pak Sholehan. Setelah

mengetahui hal tersebut Bowo Landa merasa malu dan meminta maaf

dengan menuturkan Hehehe...oh...mas chef ‘Hehehe...oh...mas koki’ (Bowo

Landa sambil tertawa dan tubuh yang membungkuk).

Tindak tutur dapat diklasifikasikan berdasarkan teknik penyampaian

dan interaksi makna. Berdasarkan teknik penyampaian tindak tutur dapat

diklasifikasikan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung.

Berdasarkan interaksi makna, tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi

tindak tutur literal dan tindak tutur nonliteral. Bila kalimat berita difungsikan

secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya,

dan kalimat perintah untuk menyuruh, maka tindak tutur yang terbentuk adalah

tindak tutur langsung (Wijana, 1966:30).

Pada sisi yang lain, apabila tuturan perintah diutarakan dengan kalimat

berita atau kalimat tanya yang bertujuan agar orang yang diperintah merasa

dirinya diperintah, maka tindak tutur yang demikian disebut tindak tutur tidak

langsung atau indirect speech act (Wijana, 1966:30). Tindak tutur yang

berlawanan dengan tindak tutur literal adalah tindak tutur tidak literal. Menurut

Wijana (1996:32) tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya

tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang

menyusunnya.

4. Tindak Tutur Ekspresif

Searle menjelaskan tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang

dilaksanakan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi

tentang apa yang disebutkan dalam tuturan untuk mengungkapkan sikap

psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan memuji, mengucapkan

terima kasih, meminta maaf, mengucapkan selamat, mengritik, dan mengeluh

termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif ini (dalam Martinich (ed),

1996a:148).

Leech juga menjelaskan tindak tutur ekspresif dalam teori tindak

tuturnya. Leech mendefinisikan tindak tutur sebagai jenis tindak tutur yang

berfungsi untuk menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang

sedang dialami oleh mitra tutur. Verba yang menandai tindak tutur ini misalnya

mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, merasa ikut bersimpati,

meminta maaf (dalam Oka, 1993:328).

Menurut Yule, tindak tutur ekspresif adalah jenis tindak tutur yang

menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu

mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan

kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan.

Tindak tutur ekspresif mungkin disebabkan oleh suatu yang dilakukan oleh

penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur

(dalam Wahyuni dan Mustajab, 2006:93).

Dalam penelitian ini pembahasan tindak tutur ilokusi ekspresif

mengacu pada tindak tutur ekspresif yang dikemukakan oleh Searle.

Pemanfaatan teori Searle ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dalam

acara Preman Pawon terdapat banyak tuturan yang dapat dianalisis

berdasarkan teori Searle. Teori tindak tutur yang yang dikembangkan Searle

dipandang lebih konkret oleh beberapa ahli.

5. Media Televisi

Berita atau pesan dapat disampaikan melalui berbagai saluran, baik

secara langsung (tatap muka) atau melalui media massa. Media televisi

termasuk dalam media massa, dan bersama-sama radio dan film merupakan

media massa elektronik (Wahyudi, 1984:3-4). Dari berbagai media di tanah air

saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling

memberikan pengaruh besar pada masyarakat (Syahputra, 2006:70). Hal ini

karena televisi mempunyai tiga kekuatan media sekaligus. Dua kekuatan yang

pertama adalah televisi mampu menampilkan gambar hidup bergerak dan suara

untuk mendalami kekuatan gambar. Kekuatan yang lainnya adalah penggunaan

frekuensi milik publik.

Terang Abadi Televisi (TATV) adalah stasiun televisi yang berdiri

dibawah bendera PT. Terang Abadi Televisi (TATV) dengan channel 50 UHF.

TATV telah hadir di kota Solo sejak April tahun 2004. Layanan coverage

TATV meliputi wilayah Subosukawonosraten (Kota Solo, Karanganyar,

Sragen, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo, Wonogiri). Provinsi

Yogyakarta (Bantul, Sleman,Wonosobo), Magelang, Kebumen, Kudus dan

sekitarnya (http://dokumen.tips/documents/sejarah-tatv.html).

TATV berdiri dan berkantor di Jalan Brigadir Jenderal Anumerta

Katamso Darmokusumo Nomor.173, Kelurahan Mojosongo, Kacamatan

Jebres, Kota Surakarta dengan frekuensi 50 UHF serta kekuatan daya pancar

sebesar 10 KW yang berasal dari Menara Pemancar TATV di Dusun Ngoro-

oro, Patuk, Yogyakarta menjadikan siaran TATV dapat diterima di seluruh

wilayah Solo, Yogyakarta, Sragen, kabupaten Boyolali, dan sebagian besar

wilayah Kabupaten Magelang serta beberapa daerah di wilayah Kabupaten

Nganjuk Jawa Timur. (http://dokumen.tips/documents/sejarah-tatv.html).

Dengan tag-line TATV MANTEB!! (masa kini dan tetap berbudaya),

stasiun televisi yang lahir pada bulan September 2004 di Solo ini berusaha

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Tengah (khususnya Solo) dan

sekitarnya. TATV memiliki beberapa karateristik yang kuat, yakni sebagai

penyedia hiburan, alat informasi lokal yang tajam dan lugas, serta sebagai

televisi yang memberi pencerahan terhadap paradigma berpikir dan berperilaku

bagi masyarakat pemirsa, tanpa meninggalkan budaya lokal dan tetap

mengikuti perkembangan zaman. TATV dengan jangkauan siar yang semakin

luas menjadikan channel TV tersebut dapat dinikmati banyak pemirsa di

wilayah Jawa Tengah (https://id.wikipedia.org/wiki/TATV_Solo).

TATV memiliki program acara daerah yang kuat dengan beberapa

berita yang menggunakan bahasa daerah dan merupakan program-program

favorit pemirsa seperti program acara Surakarta Hari Ini, Jogja Hari Ini, Kabar

Awan, Kabar Wengi, Live Obloran Forum Solusi, Interaktif Live dalam

Jagongan Pasar Gedhe, Preman Pawon dan Campursari.

6. Reality Show

Reality show adalah jenis tayangan yang menampilkan aktivitas nyata

dari pembawa acara dan segala aspek pendukung acara (talent, objek, situasi,

dramatika) (Set, 2008:98). Program acara Preman Pawon merupakan acara

televisi yang termasuk ke dalam kategori reality show. Program acara yang

tayang di TATV pada hari Sabtu dan Minggu pukul 17.00-17.30 WIB tersebut

mengisahkan perjalanan wisata kuliner seorang host bernama Bowo Landa

yang menjajaki makanan dan minuman khas dari sebuah tempat makan di

wilayah Solo dan sekitarnya. Program acara yang mempunyai tag line

“Preman Pawon makan yuk, grrrr” dan sapaan “badhoger” untuk para

pemirsanya ini dipandu oleh Bowo Landa sendiri sebagai hostnya. Keseluruhan

acara disajikan dengan gaya santai di setiap episodenya. Gaya wawancara host

dengan mitra tutur selalu diselipkan celotehan yang mengundang gelak tawa

mitra tutur dan penontonnya bahkan seringkali mitra tuturnya tidak bisa

mengimbangi celotehan Bowo Landa yang kocak dan sedikit konyol.

F. Metode Penelitian

Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan

menjelaskan suatu fenomena (Kridalaksana, 2008: 153). Dalam metode penelitian

ini akan dibahas beberapa hal, yaitu: (1) jenis penelitian dan pendekatan, (2)

sumber data dan data, (3) alat penelitian, (4) sampel, (5) metode pengumpulan

data, (6) klasifikasi data, (7) metode analisis data, dan (8) teknik penyajian hasil

analisis data.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif. Penelitian kualitatif artinya teknik penentuan sampelnya dengan

cuplikan (nukilan) yang lazim disebut juga dengan purposive sampling. Teknik

nukilan maksudnya sampel ditentukan secara selektif, sumber datanya

diarahkan kepada sumber data yang menghasilkan data secara produktif, yang

penting sesuai dengan permasalahan yang ditentukan, tujuan penelitian, dan

teori yang digunakan (Sutopo, 2002: 36). Di dalam penelitian kualitatif,

paradigma atau prespektif yang digunakan adalah prespektif fenomenologis.

Artinya, penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-

fenomena, peristiwa-peristiwa, dan kaitannya dengan orang-orang atau

masyarakat yang diteliti dalam konteks kehidupan dalam situasi yang

sebenarnya (Subroto, 1992:5-6). Penelitian desktiptif artinya studi kasusnya

mengarah ke pendeskripsian secara rinci, mendalam, betul-betul potret kondisi

tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan (Sutopo,

2002:111). Menurut Sudaryanto, (1988:62) penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada

atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya

sehingga hasilnya adalah perian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan yang

apa adanya, serta tidak mempertimbangkan benar atau salahnya penggunaan

bahasa oleh para penuturnya.

Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan dengan cermat data-

data yang berwujud tuturan yang terdapat dalam program acara Preman

Pawon. Dengan demikian, hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena

tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

pragmatik. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang mendasarkan diri

pada reaksi atau tanggapan mitra tutur atau lawan tutur (Subroto, 2007:65).

Dalam penelitian ini, pendekatan pragmatik digunakan untuk menjawab

permasalahan dan menginterpretasikan maksud dari tuturan yang di tuturkan.

Tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon

dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor konteks situasi tuturnya.

2. Sumber Data dan Data

Sumber data adalah hal-hal yang dapat dijadikan serta menghasilkan

data yang lengkap, benar dan sahih (Sudaryanto, 1992:35). Sumber data

dalam penelitian ini adalah video acara Preman Pawon di TATV yang

didapat dari youtube.

Data merupakan semua informasi atau bahan yang disediakan oleh

alam (dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh

peneliti (Subroto, 2007:38). Data merupakan bahan jadi penelitian, bukan

bahan mentah penelitian (Sudaryanto, 1988:9). Adapun data dalam penelitian

ini adalah tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif yang terdapat

dalam program acara Preman Pawon di TATV.

3. Alat Penelitian

Alat penelitian terdiri atas alat utama dan alat bantu. Alat utama

penelitian adalah peneliti sendiri, artinya kelenturan sikap peneliti mampu

menggapai dan menilai makna dari berbagai interaksi (Sutopo, 2002:35-36).

Lain daripada itu dengan ketajaman intuisi kebahasaan (lingual) peneliti

mampu membagi data secara baik menjadi beberapa unsur (Sudaryanto,

1993: 21-22).

Terkait dengan alat utama penelitian adalah peneliti sendiri, Edi

Subroto mengatakan bahwa dengan intuisi lingual (kebahasaan) peneliti bisa

bekerja secara serta merta menghayati terhadap bahasa yang diteliti secara

utuh (2007:23).

Alat bantu dalam penelitian ini adalah netbook, head set, flash disk,

pensil, bolpoin, kertas, penghapus, dan penggaris.

4. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling artinya sampel ditentukan secara selektif, sumber datanya

diarahkan kepada sumber data yang menghasilkan data secara produktif,

penting, sesuai dengan permasalahan yang ditentukan, tujuan penelitian dan

teori yang digunakan (Sutopo, 2002: 36). Sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam

program acara Preman Pawon di TATV. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini sesuai dengan kriteria yang menghasilkan sumber data yang

produktif, sesuai dengan permasalahan dan teori yang digunakan. Sampel

yang akan diambil dalam penelitian ini adalah tiga video dari program acara

Preman Pawon di TATV yaitu acara Preman Pawon episode Njah Djambon

yang tayang pada 1 Agustus 2015, episode Sambel Mbok Ti yang tayang pada

tanggal 2 Agustus 2015, dan episode Kedai Kopi Ndomblong yang tayang

pada tanggal 20 September 2015.

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak,

yakni berupa penyimakan yang dilakukan dengan menyimak, yaitu

menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Dalam metode simak

terdapat teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasar dari metode

simak dalam penelitian ini adalah teknik sadap yang kemudian diikuti dengan

teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC), dan

teknik catat.

Penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan.

Si peneliti untuk mendapatkan data pertama-tama dengan segenap kecerdikan

dan kemauannya harus menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa

orang. Kegiatan menyadap itu dapat dipandang sebagai teknik dasarnya dan

dapat disebut teknik sadap (Sudaryanto,1993:133). Dalam penelitian ini

penyadapan penggunaan bahasa berupa video yang di dapat dari youtube.

Teknik simak bebas libat cakap (SBLC) menurut Sudaryanto (1993:134)

adalah si peneliti tidak terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbal wicara;

jadi tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling

berbicara. Selanjutnya untuk teknik catat, dilakukan pencatatan pada kartu

data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Pencatatan itu dapat

dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai digunakan dan

dengan menggunakan alat tulis tertentu seperti bolpoin, kertas, netbook, head

set, flash disk, pensil, penghapus, dan penggaris. Dalam pada itu,

transkripsinya pun dapat dipilih satu dari antara yang tiga berikut bergantung

pada jenis objek sasarannya, yaitu transkripsi ortografis, fonemis, atau fonetis

(Sudaryanto, 1993: 135-136).

Setelah data dikumpulkan melalui teknik sadap, penulis kemudian

melakukan pencatatan terhadap data tersebut. Teknik catat ialah penulis

mengadakan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan

tujuan penelitian (Subroto, 1992:42). Pencatatan dilakukan dengan

melakukan transkripsi data hasil rekaman berupa video yang di dapat dari

youtube ke dalam sebuah transkrip data Preman Pawon agar mudah

dilakukan analisis. Penulis kemudian memaparkan deskripsi data dalam

bentuk teks percakapan sekaligus menjelaskan konteksnya, yaitu berupa

keterangan singkat mengenai situasi yang melatarbelakangi terdapatnya data

relevan tersebut. Dari hasil transkripsi tersebut, kemudian dilakukan

klasifikasi data.

6. Klasifikasi Data

Sebelum data dianalisis, data yang telah disediakan itu perlu

diklasifikasikan atau dikelompokkan terlebih dahulu. Hal itu dilakukan

dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat yang

selanjutnya diharapkan akan dapat mempermudah proses analisis pada

tahapan-tahapan penelitian selanjutnya (Rahardi, 2005:16). Berkenaan

dengan klasifikasi data, (Subroto, 1992:46) menyatakan bahwa klasifikasi

data dapat memberikan arah yang jelas yang bersifat menuntun tahapan demi

tahapan di dalam pelaksanaan penelitian, serta dapat memberikan isyarat-

isyarat tahapan apa yang akan dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan

itu dikerjakan. Oleh karena itu, klasifikasi data menurut asas-asas tertentu

dipandang memiliki kepentingan yang cukup strategis di dalam suatu

penelitian.

Di dalam penelitian ini, penulis meneliti tuturan yang mengandung

subtindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon

dan pemarkah lingual yang terdapat dalam subtindak tutur ekspresif tersebut,

subtindak tutur ekspresif yang paling dominan dalam program acara Preman

Pawon dan mengapa subtindak tutur ekspresif tersebut dominan, serta faktor

yang melatarbelakangi subtindak tutur ekspresif dalam program acara

Preman Pawon. Dengan demikian, klasifikasi data terhadap data penelitian

ini dilakukan dengan cara mengelompokkan tuturan-tuturan yang

mengandung tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara

Preman Pawon ke dalam masing-masing jenis subtindak tutur ekspresif.

7. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan tahap yang paling penting dan sentral di

dalam penelitian linguistik. Subroto (1992:55) mengungkapkan bahwa

menganalisis merupakan kegiatan mengurai suatu satuan lingual yang

didasarkan atas petunjuk dari kerangka pikiran (teori), atau didasarkan atas

pengujian atas segi-segi tertentu dari suatu satuan lingual yang diteliti.

Dalam penelitian ini data yang terkumpul dianalisis dengan

menggunakan metode padan. Metode padan ialah metode yang dipakai untuk

mengkaji atau menentukan satuan lingual dengan memakai alat penentunya

yang berada diluar bahasa, terlepas dari bahasa dan tidak menjadi bagian dari

bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Menurut Subroto (1992: 55-

60), metode padan berdasarkan alat penentunya dapat dibagi menjadi lima

yaitu sebagai berikut.

1. Metode padan dengan alat penentunya referensial dengan kenyataan yang

ditunjuk bahasa (benda, barang, objek, tindakan, peristiwa, perbuatan,

derajat, sifat, kualitas, dan lain-lain) dan benar-benar diluar bahasa terlepas

dan tidak menjadi bagian dari bahasa.

2. Metode padan dengan penentunya alat ucap (fonetis artikulatiris)

3. Metode padan dengan penentunya bahasa lain (translasional)

4. Metode padan dengan penentunya alat tulisan (ortografis)

5. Metode padan dengan penentunya lawan bicara (pragmatis)

Penggunaan metode padan pada penelitian ini adalah metode padan

pragmatik dengan alat penentunya adalah penutur dan mitra tutur. Metode

padan ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang

mengacu pada bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif pada

program acara Preman pawon.

Metode analisis kontekstual adalah cara analisis data dengan

mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks

yang ada (Rahardi, 2005: 16). Konteks adalah semua latar belakang

pengetahuan yang dapat dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Dalam

penganalisisan data penelitian tindak tutur ekspresif program acara Preman

pawon ini, peneliti menyertakan konteks-konteks situasi yang melatari

terjadinya tindak tutur ekspresif tersebut.

Dalam metode padan ini digunakan teknik pilah unsur penentu (PUP)

yang menggunakan alat berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki

oleh penelitinya (Sudaryanto, 1993:21). Teknik PUP daya pilah pragmatis pada

penelitian ini digunakan untuk menentukan subtindak tutur ekspresif, dan

pemarkah lingual yang digunakan, sedangkan pendekatan kontekstual

digunakan untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur

ekspresif. Contoh penerapan dari metode padan dengan pendekatan kontekstual

sebagai berikut.

Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak

Sholehan selaku manager Njah Djambon. Bowo Landa bertanya kepada Pak

Sholehan mengenai sejak kapan adanya bangunan yang saat ini dijadikan

sebagai restoran Njah Djambon.

(8) Bowo Landa : Nah, Pak ini tempatnya ini udah berapa lama sih Pak?

Sholehan : Ini sudah...kalau bangunanya sudah lama sekali ini, sudah

dari turun temurun.

Bowo Landa : Wua... (sambil melihat-lihat kondisi sekeliling ruangan)

Sholehan : Cuma kalau restorannya baru dua tahun ini. (ND/01-08-

15/7)

Bowo Landa : ‘Nah, Pak ini tempatnya ini sudah berapa lama sih Pak?’

Sholehan : Ini sudah...kalau bangunanya sudah lama sekali ini, sudah

dari turun temurun.

Bowo Landa : ‘Wah...’ (sambil melihat-lihat kondisi sekeliling ruangan)

Sholehan : ‘Hanya kalau restorannya baru dua tahun ini.’

Pada kutipan (8) data di atas terdapat subtindak tutur ekspresif

yang ditunjukkan pada tuturan Wua... ‘Wah...’ (sambil melihat-lihat

kondisi sekeliling ruangan). Tuturan Wua... ‘Wah...’ memiliki arti sama

dengan kata ‘Wah’. Ing wêwêngkon Jawa sisih wétan (Jawa Timur) ana

swara rangkep kang awujud diftong kang kêrêp muncul ing sawijining

tembung. Pamuncule diftong iku ngêmu karêp kanggo mbangêraké

surasane tembung (Sasangka, 2013: 9).

Secara kronologis tuturan tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut. Bowo Landa bertanya kepada Pak Sholehan selaku manager Njah

Djambon mengenai sudah berapa lama tempat yang dijadikan sebuah

restoran Njah Djambon. Pak Sholehan menjawab bahwa bangunan yang

dijadikan restoran itu sudah lama sekali berdirinya, sudah dari turun

temurun, akan tetapi kalau restoran Njah Djambonnya sendiri baru berdiri

sekitar dua tahun. Pemarkah lingual dari subtindak tutur ekspresif memuji

tersebut yakni Wua... ‘Wah...’ (sambil melihat-lihat kondisi sekeliling

ruangan) yang dituturkan oleh Bowo Landa. Subtindak tutur ekspresif

memuji pada tuturan tersebut dilatarbelakangi oleh rasa kagum Bowo

Landa ketika mengetahui bangunan yang dijadikan tempat restoran Njah

Djambon sudah ada sejak turun temurun.

8. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah data selesai dianalisis, maka hasilnya akan penulis sajikan secara

formal dan informal. Penyajian hasil analisis secara formal adalah perumusan

dengan tanda dan lambang-lambang. Tanda dan lambang yang dimaksud

diantaranya: tanda (+), tanda panah (), tanda kurung biasa (()), tanda kurung

kurawal ({}), tanda kurung siku ([]), adapun lambang yang dimaksud

diantaranya: lambang huruf sebagai isngkatan nama (S, P, O, K, TTE),

lambang sigma Ʃ untuk satuan kalimat, dan berbagai diagram (Sudaryanto,

1993:145).

Sementara itu, penyajian data secara informal adalah merumuskan hasil

analisis data dengan kata-kata biasa yang sangat teknis sifatnya (Sudaryanto,

1993:145). Dengan demikian penyajian secara informal dalam penelitian ini

penulis lakukan dengan cara merumuskan hasil analisis data dengan

menggunakan kata-kata biasa yang sangat teknis sifatnya.

G. Sistematika Penyajian

Sistematika merupakan cara penyajian suatu hal yang mengacu pada

aturan yang sistematis. Sistematika diperlukan untuk memberikan gambaran

mengenai langkah-langkah penelitian. Sistematika penelitian dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Bab pertama yaitu pendahuluan yang mencakup: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teori, metode

penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab kedua yaitu analisis data yang berisi analisis terhadap data yang

telah tersedia. Berdasakan analisis tersebut, peneliti dapat memperoleh hasil untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan pada bab pertama.

Bab ketiga yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kemudian

dilanjutkan dengan daftar pustaka dan lampiran.