BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf ·...
-
Upload
dinhkhuong -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf ·...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gaya hidup merupakan contoh kecenderungan kelompok-kelompok dalam
menggunakan barang-barang untuk membedakan diri mereka dengan kelompok-
kelompok lain, sekaligus sebagai sebuah perjuangan memperoleh posisi sosial
(Lury, 1988: 113). Gaya hidup suatu kelompok akan berbeda dengan kelompok
lainnya. Kelompok masyarakat petani memiliki perbedaan gaya hidup dengan
pengrajin batik, demikian pula pengrajin batik akan berbeda dengan gaya hidup
pegawai negeri. Demikian pula dilihat dari kondisi sosial ekonomi, maka
kelompok masyarakat yang miskin akan memiliki gaya hidup yang berbeda
dengan masyarakat yang kaya atau kalangan atas.
Perbedaan gaya hidup disebabkan oleh status sosial ekonomi serta jenis
pekerjaan tertentu, maka bukan suatu mustahil terjadinya perubahan gaya hidup
masyarakat Desa Maos Kidul yakni semula petani menjadi pengrajin batik serta
semula dalam kondisi ekonomi yang lemah menjadi ekonomi yang mampu.
Dalam hal ini gaya hidup pengrajin batik yang konsumtif dalam pemakaian
barang-barang mewah seperti: pakaian, rumah, radio, televisi, VCD, sepeda
motor, dan mobil. Tingkat kehidupan pengrajin batik yang kaya dan mapan serta
karakter pengrajin batik yang individualis.
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik
bisa diartikan sebagai salah satu teknik pewarnaan pada sebuah kain dengan
1
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
2
menggunakan bahan sejenis malam yang berfungsi untuk mencegah pewarnaan
sebagian pada bahan kain dasar tersebut. Pengertian lain batik adalah kain atau
busana yang dibuat dengan teknik tersebut (teknik pewarnaan), termasuk
penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan (Prasetyo, 2010: 1).
Batik dalam bahasa Jawa berasal dari kata “tik”. Kata itu mempunyai
pengertian berhubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut, dan kecil, yang
mengandung keindahan. Batik merupakan hasil penggambaran corak di atas kain
dengan menggunakan canting dan bahan malam (Handoyo, 2008: 3)
Batik merupakan hasil kebudayaan asli bangsa Indonesia yang
mempunyai nilai tinggi. Batik sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak ratusan
tahun yang lalu. Awalnya batik hanya digunakan untuk pakaian raja-raja di Jawa
pada zaman dahulu. Kemudian, batik berkembang menjadi pakaian sehari-hari
masyarakat Jawa (Setiati, 2008: 3).
Batik merupakan salah satu warisan budaya asli Indonesia yang bernilai
seni tinggi dan telah mendapatkan pengakuan oleh dunia internasional. Hal ini
dibuktikan dengan pengakuan UNESCO yang secara resmi mencatumkan Batik
Indonesia dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan
Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity)
dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the
Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi.
Dengan cita rasa seni tinggi yang terkandung dalam sebuah batik, kini
batik menjadi kebanggan pakaian nasional bagi masyarakat Indonesia bahkan
batik berkembang menjadi sebuah identitas bagi bangsa Indonesia di dunia
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
3
internasional. Dengan banyaknya ragam benda kesenian yang dibuat dengan
bahan dasar batik maka ini memicu munculnya industri – industri batik di
Indonesia, baik itu Industri skala besar dan menengah ataupu industri-industri
yang bersifat kecil yang disebut juga industri rumah tangga atau home industry.
Banyak sekali home industry batik di Indonesia ini yang bisa ditemukan
salah satunya adalah home industry batik Rajasamas yang berlokasi di desa Maos
kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap. Industri batik Rajasamas ini dimiliki
oleh Bapak Tonik Sudarmaji dan istrinya, Euis Rohaini. Pada awalnya batik
Rajasamas merupakan industri rumah tangga kecil biasa tetapi seiring waktu serta
semakin berkembangnya pemakaian batik dalam kehidupan masyarakat Indonesia
maka industri batik Rajasamas kini telah berkembang dan cukup dikenal oleh
masyarakat di daerah Cilacap dan sekitarnya.
Batik Rajasamas tidak hanya dikenal di daerah Cilacap dan sekitarnya
saja tetapi kini sudah dikenal oleh masayarakat di luar daerah Cilacap seperti
Semarang dan Jakarta bahkan hingga ada yang dijual ke Luar negeri. Dengan
lokasi yang jauh dari kota yang identik sebagai pusat atau kiblat batik nasional
seperti Pekalongan, Solo dan Yogyakarta, hal ini memberikan keleluasaan pangsa
pasar bagi batik Rajasamas untuk memperluas daerah pemasaran di luar
kabupaten Cilacap selain di kedua kota besar seperti Semarang dan Jakarta.
Bahkan kini batik Rajasamas telah memiliki galeri outlet di Semarang dan Jakarta
sebagai bukti ekspansi area pemasarannya di dalam negeri.
Area pemasarannya tidak hanya di dalam negeri tetapi juga sudah sampai
ke Luar negeri hal ini terbukti dari adanya pesanan batik dari Jepang dan China.
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
4
Batik Rajasamas juga sering mengikuti pameran-pameran produk batik hingga ke
luar negeri. Salah satu contohnya yaitu pada saat mengikuti pameran UKM di
Ankara, Turki saat ditunjuk menjadi perwakilan produk khas Cilacap dalam
bidang UKM Indonesia. Dengan semakin luasnya daerah pemasaran maka hal ini
akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi ataupun penjualan. Hal ini akan
memicu meningkatnya kebutuhan tenaga kerja dalam pemenuhan peningkatan
terhadap jumlah produksi kain batik.
Pada saat awal berdirinya, batik Rajasamas dikerjakan oleh pemilik dan
keluarga sendiri. Namun saat ini batik Rajasamas telah memiliki 80 pekerja yang
berperan dalam proses bisnis batik Rajasamas dari mulai proses produksi,
distribusi hingga pemasaran produk. Peningkatan kebutuhan tenaga kerja ini
berdampak positif bagi masyarakat karena akan menyerap tenaga kerja lokal di
sekitar lingkungan industri batik Rajasamas yang berarti bahwa dalam skala minor
angka pengangguran di kabupaten Cilacap berkurang.
Dengan meningkatnya jumlah produksi dan penjualan maka secara
otomatis keuntungan (omset) batik Rajasamas meningkat. Hal ini akan
berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan hidup bagi pemilik dan para
pengrajin batik Rajasamas. Peningkatan kesejahteraan tersebut berimbas pada
meningkatnya kemampuan secara ekonomi yang lebih baik bagi pengrajin batik
sehingga berpengaruh pada pola gaya hidup pengrajin batik tersebut. Hal ini
tercermin dalam kemampuan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup misalnya
adanya pemenuhan, peningkatan kualitas atau kuantitas tempat tinggal,
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
5
pemenuhan terhadap peralatan modern seperti kendaraan bermotor, peralatan
elektronik, peralatan komunikasi dan sebagainya.
Akan tetapi meningkatnya kesejahteraan ekonomi terhadap kemampuan
pemenuhan kebutuhan hidup ini bisa mendorong pengrajin batik untuk mengikuti
gaya hidup konsumtif yang tinggi walau sebenarnya kebutuhan-kebutuhan itu
bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap
kondisi kehidupan sosial masyarakat di desa Maos Kidul yang memiliki
kemampuan ekonomi rendah.
Dengan mengetahui latar belakang masalah seperti diatas maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitiaan tentang gaya hidup pengrajin batik
Rajasamas di desa Maos Kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap tahun 2008-
2014 dalam peranan serta kaitannya dengan perkembangan keadaan sosial
ekonomi di desa Maos Kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan diteliti sebagai berikut.
1. Bagaimana kondisi wilayah di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten
Cilacap?
2. Bagaimana perubahan sosial ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Desa
Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap?
3. Bagaimana perkembangan gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul
Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap?
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui sebagai berikut.
1. Kondisi wilayah di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap.
2. Perubahan sosial ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Desa Maos Kidul
Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap.
3. Perkembangan gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul Kecamatan
Maos Kabupaten Cilacap.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan informasi tentang kondisi wilayah di Desa Maos Kidul kecamatan
Maos kabupaten Cilacap.
2. Memberi informasi tentang tingkat kehidupan pengrajin batik di desa Maos
Kidul.
3. Untuk mengetahui perkembangan gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos
Kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul
Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap tahun 2008-2014 merupakan penelitian
yang pertama kali dilakukan. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Jarwono
(2002) yang meneliti “Gaya Hidup Pedagang di Desa Losari Kecamatan
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
7
Rembang Kabupaten Purbalingga”. Hasil penelitian ini menyatakan ada
perubahan gaya hidup setelah menjadi pedagang rantau. Perubahan yang
menyolok baik dari segi perumahan, pakaian, makanan, maupun pemilikan
peralatan rumah tangga. Sebagai dampak dari keberhasilan perantau maka terjadi
perkembangan gaya hidup mereka dan keluarganya, serta munculnya gaya hidup
penduduk perkotaan antara lain dalam hal sikap konsumsi serta kepemilikan
barang-barang dan mengubah bentuk rumah yang bertingkat dengan arsitektur
lebih maju. Munculnya gaya hidup masyarakat desa yang dengan penampilan
industrialis.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti (2002) dalam penelitian
yang berjudul “Kehidupan pengrajin limbah glugu dan bathok di Kelurahan
Purbalingga Wetan” menyimpulkan bahwa kegiatan pengrajin limbah glugu dan
bathok di Kelurahan Purbalingga wetan, Kecamatan Purbalingga Kabupaten
Purbalingga tahun 1992-1998 kurang begitu berkembang dikarenakan
penggunaan alat yang masih tradisional. Pemasaran yang bersifat lokal serta
belum adanya kegiatan industri yang bersifat kelompok, mulai tahun 1999 sampai
sekarang adanya penggunaan mesin produksi. Adanya perkembangan pemasaran
sampai keluar daerah berdampak pada meningkatnya jumlah permintaan produksi
kerajinan limbah glugu dan bathok sehingga meningkatkan penghasilan mereka.
Hal tersebut juga berdapak pada perubahan gaya hidup, peningkatan pemahaman
pengrajin terhadap kebutuhan anak, seperti pendidikan formal, cara hidup sehat,
serta perumahan. Dari penelitian Aprianti dapat ditarik kesimpulan bahwa dari
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
8
keluarga pengrajin dapat meningkatkan hasil sehingga mereka dapat menikmati
seperti kebutuhan papan, sandang, makan, pendidikan dan kesehatan yang layak.
Menurut Umi Baroroh (2004) yang meneliti tentang “Gaya Hidup
Pengrajin Jamu Tradisional di Desa Mujur Lor Kecamatan Kroya Kabupaten
Cilacap” menyimpulkan bahwa setelah menjadi pengrajin jamu tradisional,
kehidupan yang dialami oleh masyarakat menjadi lebih baik dibandingkan pada
waktu menjadi petani. Gaya hidup yang dialami cenderung lebih baik, terbukti
dengan adanya pemilikan barang-barang yang tergolong mewah. Serta dalam
bidang perumahan yang dapat dilihat dalam bentuk bangunan rumah mereka yang
bertingkat dengan arsitektur yang lebih maju dibandingkan penduduk sekitar.
Perbedaan dengan peneliti sebelumnya, sebenarnya hampir sama yaitu
membahas tentang gaya hidup. Peneliti sebelumnya membahas tentang gaya
hidup pedagang. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang kondisi wilayah
Desa Maos Kidul, perkembangan ekonomi pengrajin batik, dan kondisi ekonomi
pengrajin batik berpengaruh terhadap gaya hidup di Desa Maos Kidul Kecamatan
Maos Kabupaten Cilacap.
F. Landasan Teori dan Pendekatan
1. Deskripsi teori
a. Pengertian Kerajinan Batik
Perkembangan pengrajin batik sekarang tidak hanya dituangkan di atas
kain, melainkan sudah mulai berinovasi dan menjadi industry kreatif seperti
kerajinan batik dituangkan ke alat-alat rumah tangga dalam bentuk seprei, gorden,
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
9
penutup kulkas dan dispenser, dan lain-lain, inovasi ke dalam bentuk asesoris
berbahan baku batik, sepatu, blangkon, tas, dompet, sandal, mukena, sajadah dan
lain-lain, batik ke dalam bentuk Craft, dan Batik ractal, yaitu pembuatan motif
Batik dengan menggunakan software digital yang dapat menghasilkan berbagai
macam motif Batik Indonesia.
b. Perkembangan Usaha Batik
Saat ini industri batik yang tidak terlalu terpuruk dan lumayan berkembang
adalah batik Pekalongan. Saat ini industri batik Pekalongan memiliki 2608 unit
usaha yang tersebar di kota Pekalongan sebanyak 608 unit usaha dengan 5.821
tenaga kerja. Dan di kabupaten Pekalongan sebanyak 2000 unit usaha dengan
10.000 tenaga kerja.
Kebanyakan hasil produksi dari industri Pekalongan adalah batik cap dan
batik printing. Karena proses produksinya lebih cepat dan harganya tidak terlalu
mahal. Sementara itu untuk batik tulis hanya diproduksi berdasarkan pesanan
karena proses pembuatan yang lama dan harga yang relatif mahal. Negara yang
menjadi pasar tetap produk batik Pekalongan antara lain Malaysia, Jepang dan
Timur Tengah. Sementara Pasar domestik adalah pasar Bali dan Jakarta. Dan juga
kota-kota lain di Indonesia. Selain itu untuk menjaga agar batik tetap menjadi
bagian dari masyarakat Pekalongan, seni batik dimasukkan ke dalam kurikulum
lokal di sekolah-sekolah menengah agar para pemuda di Pekalongan dapat
mengenal batik dengan baik.
Untuk industri-industri batik yang lain keadaanya tidak terlalu
menggembirakan. Bahkan untuk mendapatkan batik tertentu seperti batik
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
10
Lasem sangat sulit, khususnya batik tulis. Demikian juga dengan batik Yogya dan
batik Solo, walaupun tidak separah batik Lasem, tapi produksinya sangat
menurun. Pengrajin batin Yogya dan Solo semakin berkurang. Demikian juga
dengan batik-batik yang lain seperti batik Ciamisan, batik Banyumas, batik
Indramayu dan batik Tasik. Kalaupun ada produksi biasanya berdasarkan pesanan
dalam partai kecil dan dititipkan pada pemilik merek terkenal seperti Batik Keris
atau Danar Hadi.
Industri batik Indonesia pernah mengalami masa jaya yaitu pada tahun
1980-an. Saat itu batik Indonesia mampu menembus pasar luar negeri. Tetapi
keterbatasan modal membuat sebagian pengrajin tidak dapat memenuhi
permintaan apalagi ketika krisis moneter melanda Indonesia, pengrajin batik
semakin kesulitan, impor kain dan obat-obatan untuk pewarna melonjak tajam.
Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) membuat keadaan semakin sulit. Ditambah lagi
dengan keamanan yang tidak kondusif seperti bom Bali 1 dan 2.
c. Wilayah Pemasaran Batik
Area pemasarannya tidak hanya di dalam negeri seperti pasar lokal tetapi
juga sudah sampai ke luar negeri hal ini terbukti dari adanya pesanan batik dari
Jepang dan China. Negara yang menjadi pasar tetap produk batik antara lain
Malaysia, Jepang dan Timur Tengah. Sedangkan Pasar domestik adalah pasar Bali
dan Jakarta. Dan juga kota-kota lain di Indonesia.
d. Segmen Pasar
Dalam menempatkan posisi untuk membidik pasar, alias segmentasi, tidak
hanya menjual batik sebagai sebuah produk pakaian saja, tapi juga mengemasnya
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
11
menjadi satu kesatuan produk jasa yang menarik. Bidang usahanya adalah penata
rias untuk acara pernikahan atau keperluan lain dengan batik sebagai kostumnya.
Melihat domisili usahanya di sebuah apartemen misalnya, maka sudah jelas akan
membidik pasar menengah keatas. Namun, membidik akan jadi sebuah bidikan
kosong apabila kita tidak kreatif mengemas dalam sebuah produk jasa tambahan,
terlebih lagi apabila jasa tersebut sangat unik dan jarang ada orang lain yang
sanggup. Mungkin apabila hanya menjual batik sebagai suatu produk barang
tanpa dikemas dengan produk jasa yang menarik lainnya (meskipun
segmentasinya menengah keatas), orang belum tentu tertarik.
e. Pengrajin Batik
Pengrajin batik adalah aset dalam dunia batik yang mempunyai arti sangat
penting dan bernilai tinggi bagi perkembangan batik Indonesia. Tanpa pengrajin
batik, maka bisa dipastikan perkembangan batik Indonesia akan semakin
tenggelam bahkan bisa jadi kebanggaan warisan budaya Indonesia ini akan hilang.
Seperti yang terjadi saat ini, banyak pengusaha batik yang gulung tikar
disebabkan oleh minimnya Skill, dan minimnya regenerasi para pengrajin batik.
Pentingnya dari kehadiran pengrajin batik dalam perkembangan batik
baik di Indonesia maupun di kancah internasional, maka seharusnya pengrajin
batik mendapatkan perhatian dari banyak pihak, khususnya pemerintah. Baik
dalam segi kesejahteraan pengrajin batik, juga perlindungan terhadap para
pengrajin tersebut. Berkat kemampuan mereka dalam membuat batik, maka bisa
mendatangkan keuntungan yang sangat besar bagi pengusaha batik dan bangsa
Indonesia.
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
12
Selain itu, pengakuan dari UNESCO ini tidaklah bersifat selamanya. Jika
batik sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia ini tidak mampu dirawat
dan dilestarikan oleh masyarakat Indonesia sendiri, maka status pengakuan ini
akan berakhir. Maka lembaga ini hadir untuk melestarikan batik Indonesia dengan
memperhatikan, melindungi dan meregenerasi para pengrajin batik. Dengan cara
memberi mereka pelatihan agar pengrajin batik Indonesia menjadi pengrajin batik
unggul dan profesional modernis, mengenalkan batik sejak usia dini, mengajak
pemuda untuk mencintai batik sebagai regenerasi penerus pengrajin batik
Indonesia.
Namun pentingnya kehadiran pengrajin batik dalam kemajuan batik
Indonesia, tidak sesuai dengan kemajuan batik Indonesia. Jumlah pengrajin batik
di Indonesia semakin berkurang, Disebabkan oleh: 1) kesenjangan para pengrajin
batik dengan pengusaha, 2) minimnya regenerasi pengrajin batik, 3) batik tulis
berkurang karena kurangnya modal, 4) kurangnya dukungan dari pemerintah, 5)
lebih mementingkan batik sebagai komoditas bukan dari nilai dari estetika batik
tersebut. Untuk itulah Komunitas Pengrajin Batik Indonesia ini akan menjawab
tantangan di atas, sehingga kemajuan batik bisa tercapai.
f. Gaya Hidup Pengrajin Batik
Gaya hidup adalah karakteristik seseorang yang dapat diamati, yang
menandai suatu sistem nilai serta sikap terhadap diri sendiri dan lingkungan.
Karakteristik tersebut berkaitan dengan pola penggunaan waktu, uang, dan obyek-
obyek yang berkaitan dengan semuanya. Misalnya cara makan, berbicara,
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
13
kebiasaan dirumah, kebiasaan di kantor, kebiasaan belanja, dan pilihan teman
(Piliang, 1998: 209).
Manusia pada kelompok manapun pasti memiliki gaya hidup. Gaya hidup
ini biasanya yang membedakan kehidupan suatu kelompok dengan kelompok lain.
Gaya hidup biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Gaya hidup (Life Style) dalam penelitian ini menuju pada perilaku
konsumen yang dianut oleh masyarakat, dalam hal ini adalah pengrajin batik.
Dengan gaya hidup konsumen dianggap membawa kesadaran dan kepekaan yang
lebih tinggi terhadap para konsumen. Oleh sebab itu dengan gaya hidup maka
manusia bersikap individualis dan melalui pemilihan barang-barang tertentu.
Dalam kaitan ini, individu secara aktif menggunakan barang-barang konsumsi
seperti pakaian, mobil, rumah, dekorasi, furniture, makanan dan minuman dan
juga benda-benda seperti hiburan, musik, film, dan seni sesuai cita rasa
kelompoknya. Jadi dalam kaitannya dengan pembangunan gaya hidup yang
ekspresif maka untuk mencapai kepuasaan dari berbagai komoditas dan praktik
yang melengkapi itu, muncullah tuntutan yang konstan akan informasi mengenai
gaya hidup. Yang hanya memiliki satu kehidupan untuk dihidupkan (only one life
to life) banyak sekali interpretasi mengenai benda-benda budaya, pengalaman
budaya serta gaya hidup yang kesemuanya menunjuk pada kapasitas untuk diri
dan transformasi gaya hidup. Warren Susman (1979: 220) menegaskan bahwa
salah satu perubahan terpenting dalam formasi identitas yang terjadi bersama
dengan gerakan menuju budaya konsumen terjadi bersamaan dengan terjadinya
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
14
pergeseran dari pernyataan mengenai kebaikan karakter menjadi kebaikan
kepribadian (Featherstone, 2001: 273).
Individu-individu menggunakan barang-barang menurut tujuan yang telah
diimpikan oleh pembuat iklan seringkali diungkapkan bahwa art pemakaian
benda-benda konsumen, proses decoding, sangat kompleks dan problematik.
Raymond Williams (1961: 312), misalnya berpendapat bahwa keseragaman antar
kelas (cross class) dalam perumahan dan waktu senggang mereka tidak signifikan
dalam memahami struktur kelas. Sebaliknya kelas-kelas yang berbeda memiliki
cara kehidupan dan pandangan yang berbeda mengenai sifat hubungan sosial yang
membentuk suatu matriks yang didalam matriks itu terjadi konsumsi
(Featherstone, 2001: 206).
Dengan demikian, maka gaya hidup merupakan contoh kecenderungan
kelompok-kelompok dalam menggunakan barang-barang untuk membedakan diri
mereka dengan kelompok-kelompok lain, sekaligus sebagai sebuah perjuangan
memperoleh posisi sosial (Lury, 1988: 113). Berdasarkan pendapat diatas maka
tampak bahwa gaya hidup suatu kelompok akan berbeda dengan kelompok
lainnya. Kelompok masyarakat petani memiliki perbedaan gaya hidup dengan
pengrajin batik, demikian pula pengrajin batik akan berbeda dengan gaya hidup
pegawai negeri. Demikian pula dilihat dari kondisi sosial ekonomi, maka
kelompok masyarakat yang miskin akan memiliki gaya hidup yang berbeda
dengan masyarakat yang kaya atau kalangan atas.
Perbedaan gaya hidup disebabkan oleh status sosial ekonomi serta jenis
pekerjaan tertentu, maka bukan suatu mustahil terjadinya perubahan gaya hidup
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
15
masyarakat Desa Maos Kidul yakni semula petani menjadi pengrajin batik serta
semula dalam kondisi ekonomi yang lemah menjadi ekonomi yang mampu.
Dalam hal ini, peneliti akan mengupas gaya hidup pengrajin batik yang konsumtif
dalam pemakaian barang-barang mewah seperti: pakaian, rumah, radio, televisi,
VCD, sepeda motor, dan mobil. Tingkat kehidupan pengrajin batik yang kaya dan
mapan serta karakter pengrajin batik yang individualis.
2. Teori dan Pendekatan
a. Teori Gaya Hidup
Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang
diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas),
apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang
mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, kaum
remaja sangatlah identik dengan apa yang mereka lakukan dalam setiap waktunya
(remaja tidak terlepas dari peran media dalam kehidupan sehari-harinya).
Sebagian besar waktu mereka tersita dengan menonton siaran televisi (program-
program yang mereka minati yang bertemakan hiburan, musik, fashion, dan lain-
lain seperti: film-film Korea, ajang reality show “Girl and Boy Band”),
mendengarkan siaran radio (lagu-lagu yang sedang nge-trend), mengikuti
perkembangan para idolanya dalam majalah ataupun internet, dan berbagai cara
lain guna memperoleh informasi agar tidak ketinggalan zaman.
Menurut Khaldun (Lover, 1993: 43) btu bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang pada hakikatnya sifat sosial manusia itu berasal dari kenyataan bahwa
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
16
untuk menolong dirinya sendiri, yang diperlukan aktivitas dalam upaya
mempertahankan hidupnya. Untuk itu manusia pada kelompok manapun pasti
memiliki gaya hidup, gaya hidup biasanya yang membedakan kehidupan suatu
kelompok dengan kelompok lain. Faktor yang mempengaruhi gaya hidup antara
lain kondisi sosial ekonomi yang bersangkutan. Berdasarkan keterangan diatas
maka dapatlah diambil suatu pengertian mengenai gaya hidup. Gaya hidup adalah
karakteristik seseorang yang dapat diamati, yang menandai suatu sistem nilai serta
sikap terhadap diri sendiri dengan lingkungan. Karakteristik tersebut berkaitan
dengan penggunaan waktu, uang dan obyek-obyek yang berkaitan dengan
semuanya. Misalnya cara makan, berbicara, kebiasaan dirumah, kebiasaan
dikantor, kebiasaan berbelanja dan pilihan teman (Piliang, 1998: 209).
Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup
adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam
hubungannya dengan tiga hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan,
persahabatan, dan cinta. Bertolak pada pengertian gaya hidup di atas, remaja
merupakan sasaran empuk dari terciptanya pola-pola kehidupan berdasarkan
persahabatan dan cinta. Di mana pada masa tersebut merupakan saat-saat untuk
mereka saling mengekspresikan rasa persahabatan dan cinta dalam berbagai
bentuk (hal ini dapat berakibat positif dan negatif, dengan munculnya geng-geng
antar remaja, biasanya bermula dari lingkungan sekolah, tempat di mana mereka
berinteraksi dengan teman sebaya).
Gaya hidup menurut Kotler (2002: 192) adalah pola hidup seseorang di
dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
17
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam
beraksi dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya
hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas),
apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang
orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah
perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya
yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.
Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku
sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan
social berada dalam keadan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur,
makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman
beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang
dialami. Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005) menyebutkan
bahwa perilaku sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang
baik dengan menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan
ketidakseimbangan yang menurunkan kekebalan dan semua yang mendatangkan
penyakit (Hardinger dan Shryock, 2001).
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
18
b. Bentuk-bentuk Gaya Hidup
Menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya hidup,
berikut ini.
1) Industri Gaya Hidup
Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalami estetisisasi,
“estetisisasi kehidupan sehari-hari” dan bahkan tubuh/diri (body/self) pun justru
mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi
sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada!”
adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia
modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar
adalah industri penampilan.
2) Iklan Gaya Hidup
Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), para
politisi, individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era
globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk
budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste culture) adalah gempuran
iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona dan
memabukkan. Iklan merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara
halus (subtle) arti pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga
perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.
3) Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup
Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa
dalam budaya berbasis-selebriti (celebrity based-culture), para selebriti membantu
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
19
dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya
konsumen, identitas menjadi suatu sandaran “aksesori fashion”. Wajah generasi
baru yang dikenal sebagai anak-anak E-Generation, menjadi seperti sekarang ini
dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired
identity) cara mereka berselancar di dunia maya (Internet), cara mereka gonta-
ganti busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka
digunakan momen demi momen untuk membantu konsumen dalam parade
identitas.
4) Gaya hidup mandiri
Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada
sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan
dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan
tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi.
Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan
memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko
dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya
hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia
akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab,
serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian
tersebut.
5) Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk
mencari kesenangan , seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah,
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
20
lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang
mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup dapat
berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan, modeling dari artis
yang diidolakan, gaya hidup yang hanya mengejar kenikmatan semata sampai
dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam
pola perilakunya.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup
Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup
seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti
kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan
jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2
faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang
berasal dari luar (eksternal).
Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian,
konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai
berikut.
1) Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan
untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui
pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
21
tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan
sosialnya.
2) Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku,
pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat
dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari
pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
3) Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku
yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
4) Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri.
Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk
menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek.
Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap
suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan
perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri
merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.
5) Motif.
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa
aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif.
Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan
membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
22
6) Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti
mengenai dunia.
Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut.
a. Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok
yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut
menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi
pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota
didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan
individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
b. Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan
sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk
kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
c. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan
lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan
para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang
sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam
masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
23
tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta
kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha
yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang
dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.
d. Kebudayaan
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari
pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan
bertindak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep
diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi,
keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.
Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama
dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang
di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan kelompok
gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer mungkin
menemukan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
24
pencapaian prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas
mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berprestasi.
Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup
sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain,
berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image
inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam
mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Fenomena ini pokok pangkalnya adalah stratifikasi sosial, sebuah struktur sosial
yang terdiri lapisan-lapisan :
a. dari lapisan teratas sampai lapisan terbawah.
b. dalam struktur masyarakat modern,
c. status sosial haruslah diperjuangkan (achieved)
d. dan bukannya karena diberi atau berdasarkan garis keturunan (ascribed).
Selayaknya status sosial merupakan penghargaan masyarakat atas prestasi
yang dicapai oleh seseorang. Jika seseorang telah mencapai suatu prestasi tertentu,
ia layak di tempatkan pada lapisan tertentu dalam masyarakatnya. Semua orang
diharapkan mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih prestasi, dan
melahirkan kompetisi untuk meraihnya (https://www.academia.Edu/
4297262/teori_gaya_hidup/ diakses pada 30 Mei 2014).
b. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi dan ekonomi.
Pendekatan sosiologi menyoroti tentang segi-segi sosial peristiwa yang dikaji,
seperti golongan sosial mana yang berperan, nilai-nilai yang dianut, serta
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
25
hubungan dengan golongan lain (Kartodirdjo, 1992: 4). Pendekatan ekonomi
menyoroti kondisi ekonomi subyek penelitian yaitu para pengrajin batik Desa
Maos Kidul. Kedua pendekatan ini penting berkaitan dengan perubahan gaya
hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap.
G. Metode Penelitian
Pada bagian ini merupakan penguraian mengenai metode dan teknik
penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan dengan
skripsi yang berjudul Gaya Hidup Pengrajin Batik di Desa Maos Kidul
Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap tahun 2008-2014. Metode yang dipakai
dalam penelitian adalah metode sejarah yaitu menguji dan menganalisis secara
kritis rekaman dan peninggalan masa lalu untuk memahami peristiwa yang terjadi
masa lampau secara imajinatif. Adapun tahapan-tahapan metode sejarah adalah
sebagai berikut.
1. Heuristik, merupakan sebuah tahapan atau kegiatan untuk mencari atau
menemukan sumber, data dan informasi mengenai masalah yang di angkat,
baik tulis maupun batik cap, yang disesuaikan dengan jenis sejarah yang akan
ditulis (Kuntowijoyo, 1995: 94).
a. Dokumen
Sehubungan dengan metode penelitian tersebut, kegiatan penelitian ini
diawali dengan mengumpulkan sumber-sumber dari berbagai catatan dan
motif-motif batik di galery batik atau sumber tertulis yang di ambil dari
Kantor Kepala Desa setempat dalam Monografi desa Maos Kidul 2013.
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
26
b. Informasi/ data wawancara
Wawancara ini dilakukan oleh penulis dengan beberapa masyarakat yang
menjadi pengrajin batik. Awal wawancara penulis melakukan pengumpulan
data pertanyaan kemudian melakukan wawancara dengan 6 orang.
Secara sederhana, heuristik merupakan mencari jejak-jejak yang ditinggalkan
karena setiap aktivitas pastilah meninggalkan bukti-bukti bahwa pernah ada
suatu aktivitas. Sumber ini berupa sumber lisan yaitu merupakan keterangan
langsung dari para pelaku, biasanya disebarkan dari mulut ke mulut. Sumber
lisan yang penulis kumpulkan antara lain menggunakan metode sejarah lisan
kepada sejumlah informan yang dijadikan narasumber untuk melengkapi hal-
hal yang tidak termuat dalam dokumen, adapun informan yang penulis
jadikan salah satu narasumber adalah beberapa masyarakat setempat sebagai
pengrajin batik (Kuntowijoyo, 1995: 100).
2. Kritik, yaitu berupa pengkajian sumber sejarah, di tempuh dengan jalan
mencari keotentikan dan kredibilitas sumber yang sesuai dengan materi
penelitian. Kritik sendiri dibagi dua yaitu, kritik ekstern dan kritik intern.
Kritik ekstern yaitu untuk menentukan apakah sumber asli atau palsu dengan
cara mengamati keadaan fisik sumber tersebut. Kritik intern yaitu
menentukan isi sumber dapat dipercaya atau tidak, dengan cara mencari
beberapa sumber yang sesuai dengan pembahasan materi untuk dibandingkan
kemudian ditentukan dapat dipakai atau tidak. Sumber lisan dengan cara
mewawancarai pengrajin batik tersebut. (Kuntowijoyo, 1995: 100)
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
27
3. Interpretasi, yaitu penafsiran terhadap data tersebut. Tahapan ini sering
disebut sumber subyektivitas, karena Kuntowijoyo (1995: 100) pendapat
tersebut sebagian benar dan sebagian lagi salah. Interpretasi sebagai sumber
subyektivitas dikatakan benar karena tanpa penafsiran sejarawan, data tidak
bisa berbicara. Sejarawan yang jujur, akan mencantumkan data dan
keterangan dari mana data itu diperoleh. Orang lain dapat melihat kembali
dan menafsirkan ulang. Itulah sebabnya, subyektivitas penulis sejarah diakui,
tetapi untuk dihindari. Interpretasi mengandung maksud sebagai penafsiran
terhadap data yang terkumpul setelah dilakukan penyeleksian atau pegujian
sumber. Dengan kata lain dalam langkah ini peneliti menggabungkan semua
fakta-fakta yang telah didapat dari para informan menjadi satu kesatuan
(Kuntowijoyo (1995: 100)
4. Historiografi, adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai
sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk tulisan sejarah. Setelah
melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar
bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga
untukdibaca orang lain. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan struktur dua
gaya bahasa penulisanya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar
orang lain mengerti pokok-pokok pikiran yang diajukan oleh penulis. Pada
tahap ini peneliti melakukan penulisan sehingga dapat menjadi karya tulis
ilmiah yang sesuai dengan ketentuan keilmuan (Kuntowijoyo, 1995: 102).
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
28
H. Sistematika Penulisan
Sistem penulisan proposal seminar ini adalah sebagai berikut :
Bab I Berisi pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Landasan Teori dan Pendekatan, Metode
Penelitian, serta Sistematika Penulisan. Latar belakang masalah
menguraikan tentang hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini.
Masalah-masalah dalam penelitian ini akan dibahas dalam
rumusan masalah, selanjutnya diuraikan tujuan penelitian yaitu
mendeskripsikan untuk apa penelitian dilakukan, sedangkan
dalam manfaat penelitian menjelaskan manfaat penelitian secara
teoritis dan praktis.
Bab II Mengupas tentang kondisi wilayah Desa Maos Kidul Kecamatan
Maos Kabupaten Cilacap terdiri dari Sejarah Desa, keadaan
Demografi, dan keadaan Sosial Ekonomi serta awal munculnya
Batik Maos.
Bab III Mengupas tentang perubahan sosial ekonomi dan penyerapan
tenaga kerja pengrajin batik yang terdiri dari pengrajin batik,
dampak kerajinan batik terhadap perubahan sosial ekonomi,
penyerapan tenaga kerja, partisipasi masyarakat daerah sekitar,
peranan lembaga swasta dan pemerintah, serta nilai-nilai
kewirausahaan pengrajin batik.
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014
29
Bab IV Mengupas tentang perkembangan gaya hidup di desa Maos Kidul
kecamatan maos kabupaten cilacap terdiri dari tingkat kehidupan
pengrajin batik, karakter pengrajin batik, dan perkembangan gaya
hidup pengrajin
Bab V Simpulan dan Saran
Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014