47509258 Tugas Desain Pembelajaran KTSP IPS Esti and Viany

download 47509258 Tugas Desain Pembelajaran KTSP IPS Esti and Viany

of 39

Transcript of 47509258 Tugas Desain Pembelajaran KTSP IPS Esti and Viany

Tugas Desain Pembelajaran

(Esti Ernawati, ME.Yuanita Prih Indraningsih, Lenti Sitorus, LaurentTresno)

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan SosialTujuan mata pelajaran IPS:1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Perilaku:

Berpikir logis dan kritis (Logic & Critical Thinking)Apa perilaku tsb ? Menurut John Dewey p. 2-3: Active, persistent, careful consideration of a belief or supposed from of knowledge in the light of the grounds which support it and the further conclusions to which it tends. Critical thinking is essentially an active process, one in which you think things through for yourself, raise questions yourself, find relevant information yourself, etc rather than learning in a largely passive way from someone else. As persistent and careful, Dewey is contrasting it with the kind of unreflective thinking we all engage in sometimes for example we jump to a conclusion or make a snap decision without thinking about it. Critical thinking attaches huge importance to reasoning, to giving reasons, and to evaluating reasoning as well as possible. Skillful reasoning is a key element. MCC General Education Iniatives: Berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.

R. Swartz dan D.N. Perkins (dalam Hassoubah (2004: 86)) menyatakan bahwa berpikir kritis berarti: memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan serta menerapkan standar tersebut mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang mendukung suatu penilaian. R.H Ennis memberikan sebuah definisi berpikir kritis: adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Hassoubah, 2004: 87). Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery & Potter,2005).

Mengapa perilaku itu penting?

Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. (Ennis (1985: 54) Berpikir kritis penting agar dapat menjauhkan seseorang dari keputusan yang keliru dan tergesa-gesa sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan. (R.H Ennis Hassoubah, 2004: 87). Selain itu, untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan diterima atau apa yang akan dilakukan dengan alasan yang logis (R. Swartz dan D.N. Perkins (dalam Hassoubah (2004: 86)) Karena berpikir kritis: melibatkan suatu rangkaian yang terintegrasi tentang kemampuan dan sikap berfikir, berfikir secara aktif dengan menggunakan intelegensia, pengetahuan, dan ketrampilan diri untuk menjawab pertanyaan, dengan cermat menggali situasi dengan cara mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan relevan, berfikir untuk diri sendiri. Secara cermat menelaah berbagai ide dan mencapai kesimpulan yang berguna, mendiskusikan ide kedalam suatu cara yang terorganisasi untuk pertukaran dan menggali ide dengan orang lain. Sebagai seorang profesional berfikir kreatif harus selalu melihat kedepan, profesional tidak boleh membiarkan berfikir menjadi sesuatu yang rutin atau standar. Seorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru, seorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang paling efektif dan ilmiah dan memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejahteraan diri maupun orang lain. Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki kita menjadi lebih mampu untuk membetuk asumsi, ide-ide dan menbuat

simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan belajar. ( Pery & Potter,2005). Bagaimanakah pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku tersebut ? Guru mendorong siswa untuk: 1) mementingkan kejelasan pernyataan atau pertanyaan, (2) mementingkan rasional, (3) berupaya memperbaiki sesuatu yang tidak tertata, (4) menggunakan sumber yang dapat dipercaya, (5) mempertimbangkan situasi secara keseluruhan, (6) berpegang pada orisinalitas pikiran atau dasar pertimbangan, (7) mencari alternatif, (8) berpikiran terbuka, (9) mengambil posisi sewaktu menghadapi rasional dan bukti, (10) mementingkan ketepatan permasalahan, (11) mengambil cara yang runtut dalam menghadapi bagian dari sesuatu yang kompleks, (12) menggunakan keterampilan berpikir kritis, (13) sensitif terhadap perasaan orang lain, tingkat pengetahuan, dan tingkat kecanggihan, dan (14) menggunakan pikiran kritis dari orang lain. Ennis (1987) Indikator apa yang dapat menggambarkan perubahan perilaku tersebut? Siswa dapat: (1) merumuskan pertanyaan, (2) membatasi permasalahan, (3) menguji data-data, (4) menganalisis berbagai pendapat yg bias, (5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional, (6) menghindari penyederhanaan berlebihan, (7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan (8) mentoleransi ambiguitas. Wade (1995)

Sikap ingin tahu (Curiosity)Apa perilaku tsb ? Ketidakpastian muncul ketika kita mengalami sesuatu yang baru, mengejutkan, tidak layak, atau kompleks. Ini akan menimbulkan rangsangan yang tinggi dalam sistem syaraf pusat kita. Respon manusia ketika menghadapi suatu ketidakpastian inilah yang disebut dengan curiosity atau rasa ingin tahu. Curiosity akan mengarahkan manusia kepada perilaku yang berusaha mengurangi ketidakpastian (Gagne,

1985) Curiosity is defined as a disposition to inquire, investigate or seek after knowledge. It is simply the frame ofmind in which you want to learn more about something. It also provides the source of internal motivation thatcomprises the foundation of education. The profound benefit of internal motivation is that it avoids the insidiousproblem of rebellion caused by externally applied motivators, i.e., parents, instructors, peer groups and society. Dec. 2009, Volume 6, No.12 (Serial No.61)

Mengapa perilaku itu penting? siswa akan termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian dalam dirinya tersebut. Dapat disimpulkan bahwa curiosity merupakan hal penting dalam meningkatkan motivasi.

Bagaimanakah pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku tersebut ? Guru member kesempatan kepada siswa untuk: 1. Menyikapi, mengatasi situasi apapun adaptif. Semakin si anak fleksibel dalam sebuah situasi yang berubah-rubah, maka anak dapat dikatakan sebagai anak cerdik. 2. Melatih dengan dengan memberikan tantangan-tantangan yang melingkupi aspek-aspek: Penglihatan (Visual). Pendengaran (Audiotori), Perasaan (kinestetik: indra peraba), Penciuman dan Pengecapan. With the addition of the role change of the instructor from a director to a facilitator, the overall curiositybased learning objectives are as follows: (1) Read well and listen wellinformational input: comprehension and understanding of information. This objective includes comprehension and understanding of information from all available sources, not just journals, books and the internet, but leaders in the field, industry or market place. (2) Think wellinformational processing: analysis, problem definition and multiple solution generation. This is an important goal for increasing understanding by using analysis along with additional modes such as visual diagramming or brain storming techniques, testing problem definitions and multiple solution or hypothesis generation. (3) Communicate wellinformational output: This end-process goal consists of verbal self-expression Dec. 2009, Volume 6, No.12 (Serial No.61) Indikator apa yang dapat menggambarkan perubahan perilaku tersebut? (1) Students initiate their direction in the courses topic based on their own interests; (2) Teacher and students assist each other acquiring knowledge from various sources;

(3) The teacher assists the students in learning a general educational model that can be easily applied to their future study in any topic; (4) Students learn to explain as well as defend their research and positions verbally, visually and in writing via a peer review process; (5) Teachers are afforded the opportunity to gain more knowledge as a result of their students research. Unique and common elements of curiosity-based learning (1) Common elements curiosity-based learning: (a) Student centered; (b) Instructor as a facilitator; (c) Investigative and explorative; (d) Requires an interactive group. (2) Unique additions of curiosity-based learning: (a) Activities designed to make the students aware of their initial self-limiting baseline of curiosity; (b) Activities designed to increase the students self-awareness of the importance of curiosity; (c) Activities designed to increase the students level of curiosity; (d) Experience with multimodal methods of representing and defending ones research findings; (e) Experience with a model method of research that can be generalized for later use with any subject. Dec. 2009, Volume 6, No.12 (Serial No.61)

Inkuiri (Inquiry)Apa perilaku tsb ? Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993) Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaanpertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. (Sanjaya 2008;196) Eksperimen berbasis Inkuiri ini memiliki proses pembelajaran yang dicapai melalui suatu sistem pemikiran yang sistematis. Di dalam proses ini, siswa diharapkan dapat memahami dan terampil terhadap suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Sehingga peran guru dalam proses inkuri ini, tidak hanya

memberikan teori saja, tetapi membantu dan membimbing siswanya agar bisa menemukan jawaban atas permasalah yang diberikan. Cara untuk mendapat jawaban tersebut siswa dapat merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik sebuah kesimpulan. 9Shinta http://organisasi.org/eksperimen-berbasis-inkuiri-dan-eksperimen-berbasis-verifikasi Pembelajaran inkuiri pada dasarnya merupakan pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, menyelidiki masalah merumuskan hipotesis, menemukan data serta menggambarkan kesimpulan. Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran inkuiri meliputi observasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan dugaan, mengumpulkan data dalam bentuk tabel, gambar dan menyusun kesimpulan. (ENDANG FITNAYATIhttp://digilib.umm.ac.id/gdl.php) Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaanpertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. (Sanjaya 2008;196) Eksperimen berbasis Inkuiri ini memiliki proses pembelajaran yang dicapai melalui suatu sistem pemikiran yang sistematis. Di dalam proses ini, siswa diharapkan dapat memahami dan terampil terhadap suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Sehingga peran guru dalam proses inkuri ini, tidak hanya memberikan teori saja, tetapi membantu dan membimbing siswanya agar bisa menemukan jawaban atas permasalah yang diberikan. Cara untuk mendapat jawaban tersebut siswa dapat merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik sebuah kesimpulan. 9Shinta http://organisasi.org/eksperimen-berbasis-inkuiri-dan-eksperimen-berbasis-verifikasi Pembelajaran inkuiri pada dasarnya merupakan pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, menyelidiki masalah merumuskan hipotesis, menemukan data serta menggambarkan kesimpulan. Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran inkuiri meliputi observasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan dugaan, mengumpulkan data dalam bentuk tabel, gambar dan menyusun kesimpulan. (ENDANG FITNAYATIhttp://digilib.umm.ac.id/gdl.php)

Mengapa perilaku itu penting? Siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser, 1990). (Haury, 1993). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa. Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. (Akhmad Sudrajat, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/model-pembelajaran2/

Bagaimanakah pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku tersebut ? Question: Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini sesuai dengan Taxonomy Bloom siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.

Student Engangement: Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi. Cooperative Interaction: Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang

diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar. Performance Evaluation: Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi. Variety of Resources: Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. (Garton, 2005) Indikator apa yang dapat menggambarkan perubahan perilaku tersebut? Students are able to: Ask questions about objects, events, and systems Employ a variety of equipment and tools to make observations and measurements in order to obtain data and seek evidence to answer their questions Use scientific concepts and principles along with clear reasoning to develop tentative explanations that make sense of collected evidence Make predictions to test explanation Reach conclusion

Memecahkan masalah (Problem Solving)Apa perilaku tsb ? suatu keahlian untuk memecahkan problem baik non-routin problem maupun problem yang mencoba untuk mempromosikan tingkat berpikir yang lebih tinggi yang terkait dengan materi pelajaran. Problem adalah suatu ketidakmampuan untuk menyelesaikan suatu masalah.atau mencari suatu solusi padahal sadar dan tahu akan situasi itu dan berminat untuk menyelesaikannya. ( Branca , 1980 ). Polya seorang ahli pendidikan terkenal (dikutip dari Presentasi Surya Institut), mendefinisikan Problem solving sebagai suatu kegiatan untuk : (a) Mencari tahu saat kita tidak tahu tentang suatu hal. (b) Mencari jalan keluar dari suatu kesulitan. (c) Mencari jalan untuk menghindar dari suatu hambatan. (d) Mencari tujuan yang kita inginkan, dimana pada awalnya tampak tujuan tersebut mustahil untuk terwujud.

Proses pendekatan systematis terhadap suatu masalah mulai dari identifikasi dan perumusan masalah,

mengumpulkan dan menganalisa data atau informasi, pengembangan dan pemilihan alternative serta pelaksanaan tindakan yang tujuannya untuk memperbaiki keadaan yang belum memuaskan (Widodo utomo, www.GrameenFoundation.org) Mengapa perilaku itu penting? Ada sejumlah alasan kuat mengapa Problem Solving dalam pembelajaran perlu ditekankan sebagai aspek penting dan sangat berarti dalam proses pembelajaran yang efektif dan kreatif antara lain adalah : 1. Dengan menggunakan Problem Solving dalam pembelajaran akan membuat materi pelajaran lebih dapat diterapkan (more applicable) dalam kehidupan siswa di luar kehidupan kelas atau situasi yang belum familiar (Pengelly, 1989:) 2. Melatih dan membiasakan siswa untuk berani berpikir lain dari biasanya. 3. Problem Solving dalam pembelajaran memberikan kesempatan dan dapat mendorong siswa berdiskusi dengan siswa yang lainnya yaitu pada saat menemukan jawaban permasalahan. ( Gervasoni, 1998 ) 4. Problem Solving dapat mendorong murid untuk menyusun teorinya sendiri melalui berpikir kreatif dan kritis, mengujinya, menguji teori temannya, membuangnya jika teori temannya tidak konsisten dan mencoba yang lainnya.(NCTM , 1989 dikutip di Taplin, 2001). 5. Strategi Problem Solving dalam pembelajaran lebih dapat mendorong serta menumbuhkan keingintahuan pada diri siswa untuk menemukan jawaban atas problem yang dihadapinya. 6. Keahlian Problem Solving dalam pembelajaran ini perlu dibiasakan pada diri siswa, sebab kenyataan hidup manusia pada hakekatnya memerlukan, untuk memecahkan secara cerdas serangkaian problem yang dihadapi. Bagaimanakah pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku tersebut ? Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk: Menyajikan masalah. Guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk berfikir. Tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak. Menentukan Prosedur. Para siswa harus memikirkan prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai pemecahan. Bila usia anak masih muda seperti di kelas awal (kelas 1, 2, atau 3), maka persoalan yang diajukan juga lebih sederhana. Bereksperimen dan mengeksplorasi. Dalam bereksprerimen siswa mencoba beberapa kemungkinan cara memecahkan masalah serta menilai dan membuat sebuah pilihan. Ketika mencari-cari jawaban, anaklah yang menentukan arah pemecahannya. Sementara hanya berperan sebagai penasihat, seperti menjawab pertanyaan membantu, memberikan komentar, dan mendorong siswa. Namun, ia tidak megnemukakan jawaban. Waktu harus dirancang cukup untuk mencari jawaban. Mengamati, mengevaluasi, dan berdiskusi. Setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk

mengemukakan jawaban dan mengamati apa yang ditemukan siswa lainnya. aneka macam hasil temua dapat dipertunjukkan oleh anak secara perorangan, kelompok kecil, rombongan yang agak besar, atau bagian dari kelas. Diskusi terpusat pada pengujian pemecahan yang khas. Penghalusan dan perluasan. Setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainnya dan mengevaluasi alasan di balik pemecahan yang dipilih, apa yang perlu dilakukan. Setiap anak memperoleh kesempatan untuk bekerja kembali melakukan pola geraknya, menggabungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya.

Mempunyai Kemampuan Sosial (Social skills) Apa perilaku tsb ? According to: Rimm, 1974: Interpersonal behaviour that implies the honest and relatively direct expression of feelings". Alberti and Emmons, 1978: Behaviour which allows a person to act according to his most important interests, to defend himself without inappropriate anxiety, to comfortably express honest feelings or exercise the personal rights without denying other's their rights.". Mc Donald, 1978: Expression manifests from preferences (through words or action) in a way which makes others realize. Kelly, 1982: Mixture of identifiable and learned behaviour which individuals use in interpersonal situations to obtain or maintain the reinforcement of their environment". Mengapa perilaku itu penting? Social skills refer to how we get along with others family and friends. Navigating social interactions is one of the most complex tasks that human beings do, involving many psychological systems, such as visual and auditory perception, language and problem-solving. These systems develop throughout childhood (and adulthood) based on both nature and nurture. When these systems do not function properly, social exchanges do not go smoothly. (Jessica Masty, M.A., and Yoni Schwab, M.SO) Bagaimanakah pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku tersebut ? Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk: I. Describe, Explain, Discuss 1. Introduce the context for the skill (Statement: "There are times when we get upset and angry."; Question: "What makes a good listener?"; Read a relevant story [Turtle Story].) 2. Describe the components of the skill a. Stop and think. (Verbalize what the student might be thinking.) b. Take a deep breath and count to five. c. Say the problem and how you feel.

d. Go inside your shell and calm down. e. Wait until you feel calm, then come back out of your turtle shell. II. Model the Skill Demonstrate to the students the steps in executing the skill. Use a live vignette with the teacher modeling the steps in the skill. Make it realistic by struggling to execute some of the steps. III. Role Playing Help students learn how to perform the skill. Select two students to play the main roles. 1. Student describes a situation in which the skill might be helpful. 2. Student chooses a co-actor with whom he or she has a problem. 3. Relevant information about the event is presented. 4. Skill steps are reviewed. (Have a chart with the skill and the steps.) 5. Direct the main actor to "think out loud." 6. Designate responsibilities of observers. 7. Assist / coach main actor through the role play. IV. Performance Feedback and Reinforcement Be specific and concrete regarding how well the steps in the skill were followed. Solicit feedback from the co-actor, from observers, and finally the teacher. If feedback is too negative or off target, the leader may go first and model the appropriate way to give feedback. Provide reinforcement (e.g. praise/encouragement: "Nice job, Billy... You covered all the steps.") (Jessica Masty, M.A., and Yoni Schwab, M.SO) Indikator apa yang dapat menggambarkan perubahan perilaku tersebut? Students are able to: get along with others work cooperatively in groups solve the problem Mempunyai kemampuan komunikasi (communication skills) Apa perilaku tsb ? Donald Byker dan Loren J. Anderson: "Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih" Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson: "Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna" Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: "Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih" Okwo (1995) defined communication as an interactive process involving design of ideas, message,

information, and their dissemination in an attempt to effect change in a persons behaviour or to persuade him to act in a particular or predetermined manner. Nzerem (1996) viewed communication as encoding and decoding messages or information usually through a medium sounds, gestures, books, pictures, etc. Daly (2003) said that communication is a process of effectively conveying information, expressing thoughts and facts, and demonstrating effective use of listening skills and displaying openness to other peoples ideas and thoughts. Mengapa perilaku itu penting? Because it is an important aspect of learning for students to be able to communicate what they know, or think they know. The best way for teachers to encourage communication from all students is through classroom discussion or small group work (Rika, 1996). Kemampuan berkomunikasi memang merupakan suatu hal yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia. Dengan mampu berkomunikasi yang baik kita bisa membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, mengembangkan karir. Sebaliknya, dengan kemampuan berkomunikasi yang buruk, kita juga dapat memupuk perpecahan, menanamkan kebencian, dan menghambat kemajuan. Komunikasi itu penting untuk membangun konsep-diri, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan. (Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson)

Bagaimanakah pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku tersebut ? Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk: In order to have good discussions teachers need to provide problems that have multiple solutions or methods of solution. These types of problems are best in simulating discussion, creativity and risk taking. When teachers are trying to encourage a meaningful discussion it is crucial that they give their students plenty of time to respond and think about what they want to say. Teachers should avoid yes/no questions and short answered question if they want to have a quality discussion. Open-ended higher level thinking questions are the best choice to get students thinking and communicating their ideas. The teacher should stay involved in the discuss to correct wrong information but should be careful when pointing out mistakes. It is very important to create and maintain an environment that students feel comfortable participating. Another way to encourage students to communicate, especially if they are too shy to speak up, is to have them journal. Research suggests (Terrell Young, 1990 that dialogue journals provide a purposeful activity in which students communicate their thoughts and feelings. It is important that teachers collect these

journals and respond to them. The teacher doesn't necessarily need to evaluate them, but she/he could ask the students questions to further their thinking. Such as, "Why do you think that?", "What could be another reason?", and so on. Students can also exchange journals to share their ideas and get responses from others. Debate is another way teachers can provide their students with the opportunity to practice their communication skills. Research suggests that debate encourages different types of responses, helps students to develop convincing arguments, and allows teachers and students to learn from one another (Leonard, 1999). This also encourages students to back up what they believe and it allows teachers to really get a good idea of what kind of conceptual knowledge students have about certain topics.Indikator

apa yang dapat menggambarkan perubahan perilaku tersebut? Students are able to: 1. have a meaningful discussion to communicate their ideas 2. make their journal to overcome their shyness 3. involve in debate to practice their communication skills

Mampu Bekerjasama (Cooperative)

Apa perilaku tsb ? Cooperative learning exists when students work together to accomplish shared learning goals (Johnson & Johnson, 1999). Each student can then achieve his or her learning goal if and only if the other group members achieve theirs (Deutsch, 1962). Co-operative learning occurs when students work collaboratively towards a common goal (Panitz,1996) Achievements are positively correlated with the other cooperating students. Students work together in small clusters or groups. (PLSB,1999) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/pembelajaran-kooperatif-cooperative.html Menurut Mubyarto kerja sama adalah kegiatan bersama untuk mencapai tujuan bersama

(http://webcache.googleusercontent.com) Kerjasama, atau kooperasi merujuk pada praktek seseorang atau kelompok yang lebih besar yang bekerja di khayalak dengan tujuan atau kemungkinan metode yang disetujui bersama secara umum, alihalih bekerja secara terpisah dalam persaingan. Kerja sama dapat sejumlah ranah bisnis, pertanian, dan perusahaan dapat diwujudkan dalam bentuk koperasi. Kerja sama umumnya mencakup paradigma yang berlawanan dengan kompetisi. Banyak orang yang mendukung kerja sama sebagai bentuk yang idel untuk pengelolaan urusan perorangan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kerjasama)

Mengapa perilaku itu penting? Students who learn cooperatively tend to be more highly motivated to learn because of increased selfesteem, the pro-academic attitudes of group-mates, appropriate attributions for success and failure, and greater on-task behavior. They also score higher on tests of achievement and problem solving and tend to get along better with classmates of different racial, ethnic, and social class backgrounds. This last outcome should be of particular interest to those of you who expect to teach in areas marked by cultural diversity. (Slavin, 1995, 421-422) Effective co-operative learning promotes: positive interdependence - a feeling of connection with other members of the group as they accomplish a common goal. positive interdependence - a feeling of connection with other members of the group as they accomplish a common goal individual accountability - every member of the group is held accountable for the group's achievements face to face interaction - group members engage at close range and are influenced by each other's verbal communication social skills - students become aware of the human interaction skills involved in effective group cooperation group processing - groups may reflect and discuss how well they are functioning as a unit and how effective their working relationships are.(PLSB,1999) Perilaku kooperatif penting karena untuk mencapai hasil belajar akademik efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa

siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini rnelalui penggunaan pembelajaran kooperatif. memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas kerja bersama menyelesaikan tugas tugas akademik, siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemapuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor rnembutuhkan pemikiran lebih dalam tentang hubungan ide ide yang terdapat di dalam materi tertentu. rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalam situasi tertentu. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/pembelajaran-kooperatif-cooperative.html

Bagaimanakah pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku tersebut ? Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk: Murid dibagi kelompok 4-5 orang di dalam group, setiap orang mewakili kemampuan, latarbelakang dan gender. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan 4 langkah cycle: teach, team study, test, and recognition. The teaching phase: presentasi material (a lecture-discussion format). During team study: group members work cooperatively with teacher-provided worksheets and answer sheets Test: each student individually takes a quiz. Recognition: Using a scoring system that ranges from 0 to 30 points and reflects degree of individual improvement over previous quiz scores, the teacher scores the papers. Each team receives one of three recognition awards, depending on the average number of points earned by the team. For example, teams that average 15 to 19 improvement points receive a GOOD TEAM certificate, teams that average 20 to 24 improvement points receive a GREAT TEAM certificate, and teams that average 25 to 30 improvement points receive a SUPER TEAM certificate. Guru mendorong siswa untuk: Di tingkat awal: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menghargai kontribusi; (c) mengambil giliran dan berbagi tugas;

(d) berada dalam kelompok; (e) berada dalam tugas; (f) mendorong partisipasi; (g) mengundang orang lain untuk berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya;dan (i) menghormati perbedaan individu. (b) di tingkat menengah: (a). menunjukkan penghargaan dan simpati; ( b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan aktif; (d) bertanya; (e) membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir (h) menerima, tanggung jawab; (i)mengurangi ketegangan. di tingkat mahir: (a)mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan kebenaran; (d) menetapkan tujuan; (e) berkompromi http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/pembelajaran-kooperatif-cooperative.html Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi Siswa Fase 2 : Menyajikan informasi Fase 3 : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kelompik belajar Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5 : Evaluasi Fase 6 : Memberikan penghargaan MODEL BELAJAR SKRIP KOOPERATIF : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari Langkah-langkah : 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan 2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. 5. Sementara pendengar : a. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap b. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubung-kan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya 6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas. 7. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru 8. Penutup (Kenneth Boulding in The Image: Knowledge in Life and Society) Indikator apa yang dapat menggambarkan perubahan perilaku tersebut? Students are able to:1. Bekerjasama dalam kelompok mengerjakan tugas dan mendapatkan penghargaan (recognition) 2. Memecahkan masalah yang diajukan kepada kelompok

3. Mengerjakan quiz secara individu

Mampu Berkompetisi (Competitive)Apa perilaku tsb ? Competitive learning exists when one student goal is achieved, all other students fail to reach that goal. (Johnson & Johnson,1991) Competitive learning can be interpersonal (between individuals), where rows are most important or intergroup (between groups), where a group setting is appropriate. Competitive learning is most appropriate when students need to review learned material. Competition is the inside drive that motivates a person to always become better than he/she has ever been before, or to be better or dominate the other person. Competition is a high mover among college students, and of course this will have some consequence on the way that they study or act. Students who are more competitive are likely to have been more involved in activities (Ozie Lea - EzineArticles.com Expert Author) Mengapa perilaku itu penting? competition can be seen Intergroup as an appropriate competitive strategy as it maximizes the number of winners. It is also important to ensure homogeneous grouping to maximize the chance of winning for all groups. Bagaimanakah pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku tersebut ? Homogeneous grouping allows the groups to be as evenly matched as possible to provide a challenging environment for competition. One particular grouping strategy is called bumping (Johnson & Johnson1991). This involves ranking groups from highest to lowest in achievement through cooperative learning. Then through interpersonal competition in clusters students are ranked in their clusters. The highest achieving member is then moved up to the higher ranked group, and the lowest ranked member is moved down to a lower ranked group.

Indikator apa yang dapat menggambarkan perubahan perilaku tersebut? Students are able to: 1. Be more confident 2. Be high-motivation to compete to achieve the rank in groups

Creative Thinking

Apa perilaku tsb ? Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan orisinil. Berpikir adalah proses mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi suatu kebutuhan atau memberikan respons. Dalam berpikir seseorang mengolah informasi-informasi yang ada dengan

menggunakan lambang-lambang visual, lambang grafis atau lambang verbal. (Omith http://kuliah.dagdigdug.com/2008/07/06/berpikir-kreatif/) Torrance (dalam Penick,1988:7) mengemukakan: Creativity is a process of becoming sensitive to problems, deficiencies, knowledge, missing elements, disharmonies, etc.; identifying the difficulties; searching for solution, making guesses, or formulating hypotheses and possibly modifying them and retesting them; finally communicating the results. Mednick (dalam Picard,1979:15): creative thinking consist in forming need combination of associative elements, especially mutually remote elements. Berpikir kreatif dilukiskan sebagai kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. (Utami Munandar, 1977 http://didinuninus.blogspot.com/2009/03/berpikir-kreatif.html) "Creative or innovative thinking is the kind of thinking that leads to new insights, novel approaches, fresh perspectives, whole new ways of understanding and conceiving of things. The products of creative thought include some obvious things like music, poetry, dance, dramatic literature, inventions, and technical innovations. But there are some not so obvious examples as well, such as ways of putting a question that expand the horizons of possible solutions, or ways of conceiving of relationships that challenge presuppositions and lead one to see the world in imaginative and different ways." {Peter Facione, Santa Clara University) Mengapa perilaku itu penting? Penick menegaskan : Only creative individuals will be able to optimally use science and the ideas of science in resolving societal problems. Dan karena Creativity is the essence of science maka kreativitas merupakan modal dasar utama jika memiliki keinginan untuk turut berkiprah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. (dalam Penick,1988:7)) Utami Munandar mengemukakan pula alasan mengapa kreativitas pada diri siswa perlu dikembangkan: Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan dirinya (self actualization), dan ini merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mewujudkannya. Kedua, Sekalipun setiap orang memandang bahwa kreativitas itu perlu dikembangkan, namun perhatian terhadap pengembangan kreativitas itu belum memadai khususnya dalam pendidikan formal. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tapi juga memberikan kepuasan tersendiri. Keempat, kreativitas lah yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk hal ini kita menyadari bagaimana para pendahulu kita yang kreatif telah banyak menolong manusia dalam memecahkan berbagai permasalahan yang menghimpit manusia. (Utami Munandar, 1977 http://didin-uninus.blogspot.com/2009/03/berpikir-kreatif.html)

Educators should recognize, appreciate, and encourage different styles of creativity. Gerard Puccio describes the advantages and disadvantages of two styles of creative people (functioning primarily as adaptors who focus on improving an existing situation, and innovators who develop and advocate

new solutions): "Instead of valuing one style, an organization should respect and value the adaptive and innovative styles of creativity. Individuals within an organization can work more effectively together by capitalizing on each others' strengths, rather than punishing each other because of individual differences. If an atmosphere of openness and trust prevails in the organization, then the adaptors and innovators will be able to join their creative talents to propel the organization to success. ... Individuals will manifest their creativity in different ways, and both styles of creativity are valuable." { from Two Dimensions of Creativity: Level and Style which also describes four aspects of "the what-and-how of creativity" and of research about the creative person, process, product, and environment } Bagaimanakah pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku tersebut ? Creative thinking skill (risalah yang bertajuk The Innovators DNA (dimuat pada jurnal Harvard Business Review edisi Desember 2009), dipetakan empat elemen kunci yang mesti disandang untuk merekahkan ketajaman membangun creative thikinking skills.

Elemen 1 : Associating. Meng-asosiasikan atau ketrampilan asosiasi adalah sejenis kemampuan untuk mengkoneksikan sejumlah perspektif dari beragam disiplin yang berbeda, guna membangun satu gagasan yang bersifat kreatif. Creativity is connecting things, begitu sang dewa inovasi, Steve Jobs pernah berujar. Asosiasi sejatinya bersandar pada kemampuan untuk menggunakan kekayaan wawasan kita pada satu bidang/disiplin ilmu tertentu, dan kemudian mencoba mengaplikasikannya dalam bidang lain, guna menghasilkan sebuah temuan baru yang inovatif. Disini misalnya kita mengenal bagaiamana teknologi fraktal (yang berbasis pada chaos theory) diaplikasikan dalam pembuatan batik, dan bum..yang tercipta kemudian adalah kain batik dengan corak yang unik nan spektakuler. Ketrampilan asosiasi adalah sejenis kemampuan yang terus menggedor kita untuk bisa berpikir lintas didisplin dan lintas bidang. Dan sungguh, lentingan kreativitas hanya akan terekspresi manakala kita memiliki ketajaman untuk membangun asosiasi ini. Elemen 2 : Questioning. Ribuan tahun silam kita pernah mendengar sang filsuf Plato berdendang : Kecerdasan seseorang tidak diukur dari seberapa bagus ia memberikan jawaban, namun dari ketrampilannya meracik sebuah pertanyaan. Para inovator sejati adalah mereka yang secara konstan selalu mengajukan pertanyaan. Para creative thinkers adalah mereka yang selalu bertanya : why, why not, dan what if? Mereka selalu mendedahkan serangkaian pertanyaan semacam itu untuk mendapatkan clue bagi aneka gagasan baru. Sebab dibalik rentetan pertanyaan yang mengedor itu, niscaya terbentang luas hamparan gagasan kreatif yang menunggu untuk diejawantahkan. Elemen 3 : Observing. Ah, betapa beragam dan uniknya fenomena yang ada disekeliling kita. Betapa kayanya beragam dimensi kultural dan sosial yang ada di segenap kolong jagat ini. Dan dari kemampuan untuk melakukan observasi inilah, sesungguhnya telah banyak ide kreatif dilahirkan.

Bisnis makanan kebab turki baba rafi yang fenomenal itu lahir lantaran hasil observasi pendirinya ketika jalan-jalan ke negara Timur Tengah. Produk kerajinan radio dari kayu yang menembus empat benua itu lahir karena pendirinya bingung melihat begitu banyak kayu sengon yang ada dikampungnya, di Temanggung sana. Pendeknya, kemahiran melakukan observasi dan ketajaman mencium peluang inovasi dibaliknya, merupakan sejenis gen yang melekat dalam DNA setiap kreator sejati. Jadi, sering-seringlah melakukan proses observasi secara intens atas segenap situasi di sekeliling kita. Lalu, cobalah bangun imajinasi kreatif untuk merekahkan hasil observasi itu dalam serangkaian gagasan nan inovatif. Elemen 4 : Experimenting. Kita mengenal kisah indah dari Thomas Alva Edison puluhan tahun silam : ia telah melakukan eksperimen sebanyak dua ribu kali sebelum akhirnya menemukan bohlam lampu yang sekarang mungkin nangkring diatas meja kantor Anda.

Para inovator sejati adalah mereka yang tidak takut untuk melakukan dan mencoba hal-hal baru. Dan sungguh, mereka juga tak pernah takluk ketika eksperimen gagasan barunya itu selalu kandas menembus ilalang. Mereka selalu terus mencoba dan mencoba, demi membuktikan bahwa gagasan inovatifnya layak untuk dihamparkan dalam kenyataan. Indikator apa yang dapat menggambarkan perubahan perilaku tersebut? Siswa dapat: Menyampaikan gagasan/ide yang kreatif dalam pembelajaran Menunjukkan kemampuan dalam berpikir asosiatif (mampu menemukan hubungan tentang suatu hal yang dipelajari dalam lintas pelajaran) Menyampaikan pertanyaan untuk hal-hal yang belum dipahaminya. Melakukan observasi terhadap lingkungannya Berani melakukan eksperimen dan mencoba hal-hal yang baru.

Kemampuan Tehnology Informasi

Apa perilaku tsb ? Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya Ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan Kemampuan untuk mentransfer area teknologi darI sistem informasi (hardware dan data base, jaringan dan sumber lainnya) Cara untuk mendeskripsikan sejumlah sis tem informasi, pengguna, dan manajemen (Turban,

Mclean, Wetherbe 2002) Seperangkat alat yang membantu siswa bekerja dengan informasi dan melakukan tugas2 yang berhubungan dengan pemprosesan informasi (haag dan Keen , 1996)

Mengapa perilaku itu penting? Dengan adanya teknologi informasi sekarang ini guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. ( http://perpustakaan-online.blogspot.com/2008/05/pentingnya-teknologi-informasi-dalam.html) memberikan akses langsung kepada siswa terhadap berbagai tipe informasi mengintegrasikan terhadap berbagai media dan karakter memampukan siswa untuk mempertukarkan pesan dengan berbagai cara (komunikasi antar siswa tidak harus terjadi pada waktu dan tempat yang sama, komunikasi antar sekolah terjadi diseluruh penjuru dan menciptakan peluang2 untuk berbicara dengan tidak harus bertatap muka). (haag dan Keen , 1996)

Bagaimanakah pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku tersebut ? Siswa belajar sendiri secara cepat, yaitu meningkatkan pengetahuan, belajar berinteraksi, dan mengembangkan pengetahuan di bidang penelitian Siswa diharapkan untuk memperkaya diri dengan meningkatkan komunikasi dengan siswa lain dan meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada di seluruh dunia. Sumber : jurnal pendidikan dan kebudayaan, volume 13 No.66 tahun 2007

Indikator apa yang dapat menggambarkan perubahan perilaku tersebut? Siswa trampil dalam berkomunikasi dengan komunitasnya denagn menggunakan media tehnologi informasi Siswa dapat menggunakan menanpuan tehnologi informasinya untuk belajar mandiri, mendapatkan informasi pembelajaran dari sumber-sumber informasi tak terbatas (internet)

Leadership

Apa perilaku tsb ?

Leadership is a process by which a person influences others to accomplish an objective and directs the organization in a way that makes it more cohesive and coherent. This definition is similar to Northouse's (2007, p3) definition Leadership is a process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal. Atkinson, Rita., Atkinson, Richard, C., & Hilgard, Ernest, R., 1983. Introduction to Psychology, 8th Ed. Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses

komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24). Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7). Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk

mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46). Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang

mengikuti dan menaati segala keinginannya. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan

dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281). Kepemimpinan adalah membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memili jawab total terhadap usaha mencapai ki tanggungatau bahkan melampaui tujuan organisasi. Kepemimpinan adalah suatu proses dimana sesorang siap untuk mempengaruhi orang2 atau sekelompok orang dengan kemampuan tertentu bahkan mempertahankan kemampuan yang luar biasa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan bahkan jika mungkin melampauinya. (Gunawan, enche wijawa. Dampak kepemimpinan resonan guru terhadap efektivitas proses belajar mengajar melalui pengukuran Balance score Card, Jakarta, Universitas Pelita Harapan, 2009 ) Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), istilah ini dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. (Leadership, 1996) Menurut Anderson, "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance". (The Essence of Leadership, 2005)

Leadership is a process by which a person influences others to accomplish an objective and directs the organization in a way that makes it more cohesive and coherent. This definition is similar to Northouse's (2007, p3) definition Leadership is a process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal. Leaders carry out this process by applying their leadership knowledge and skills. This is called Process Leadership (Jago, 1982). However, we know that we have traits that can influence our actions. This is called Trait Leadership (Jago, 1982), in that it was once common to believe that leaders were born rather than made. These two leadership types are shown in the chart below (Northouse, 2007, p5) Mengapa perilaku itu penting? Pemimpin adalah seseorang yang mulai bekerja dengan mengkomunikasikan kebijakan dan rencana ke bawahan dari tempat kerja benar-benar dimulai. Motivasi-pemimpin terbukti memainkan peran insentif dalam keprihatinan yang bekerja. He motivates the employees with economic and non-economic rewards and thereby gets the work from the subordinates. Dia memotivasi karyawan dengan penghargaan ekonomi dan non-ekonomi dan dengan demikian mendapat pekerjaan dari bawahan. Providing guidance- A leader has to not only supervise but also play a guiding role for the subordinates. Guidance here means instructing the subordinates the way they have to perform their work effectively and efficiently. Creating confidence- Confidence is an important factor which can be achieved through expressing the work efforts to the subordinates, explaining them clearly their role and giving them guidelines to achieve the goals effectively. It is also important to hear the employees with regards to their complaints and problems. Building morale- Morale denotes willing co-operation of the employees towards their work and getting them into confidence and winning their trust. A leader can be a morale booster by achieving full co-operation so that they perform with best of their abilities as they work to achieve goals. Management is getting things done from people. An efficient work environment helps in sound and stable growth. Therefore, human relations should be kept into mind by a leader. He should have personal contacts with employees and should listen to their problems and solve them. He should treat employees on humanitarian terms. Bagaimanakah pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku tersebut ? Step 1: Discuss the definition of positive reinforcement. Try to give a few real life examples that you have seen. Step 2: Break the class into small groups. Have them discuss the six example/non-example pairs listed

below. This exercise allows the learners to see the differences between examples and non-examples that have similar content. Ask them to pay particular attention to the difference between each pair. Once they have finished, assemble them back into one group and discuss the exercise. Ask for real life examples of positive reinforcement and other reinforcers that might have seemed like positive reinforcement. Step 3: Break the class into small groups again. Using the Practical Exercise section listed in the later part of this guide, have the learners create a positive reinforcement example for each idea listed. After they have created their examples, bring the small groups back together and discuss their work. Atkinson, Rita., Atkinson, Richard, C., & Hilgard, Ernest, R., 1983. Introduction to Psychology, 8th Ed. Harcourt Brace Jovanovich, Inc. The road to great leadership (Kouzes & Posner, 1987) that is common to successful leaders: Challenge the process - First, find a process that you believe needs to be improved the most. Inspire a shared vision - Next, share your vision in words that can be understood by your followers. Enable others to act - Give them the tools and methods to solve the problem. Model the way - When the process gets tough, get your hands dirty. A boss tells others what to do, a leader shows that it can be done. Encourage the heart - Share the glory with your followers' hearts, while keeping the pains within your own.

Indikator apa yang dapat menggambarkan perubahan perilaku tersebut?

Could be said to discover problems and discover avenues of solution. O manipulates problems by questioning existing assumptions Is catalyst to settled groups, irreverent of their consensual views; seen as abrasive, creating dissonance Seen as unsound, impractical; often shocks his or her opposite In pursuit of goals treats accepted means with little regard Capable of detailed routine work (system maintenance) for only short bursts; quick to delegate routine tasks Tends to take control in unstructured situations Often challenges rules, has little respect for past custom Appears to have low self-doubt when generating ideas, not needing consensus to maintain confidence in face of opposition Is at his or her best in unscheduled institutional crises; can even help to avoid them if he or she can

channel efforts. (Kouzes & Posner, 1987)

Cognitive Domain

Category Knowledge: Recall data or information.

Example and Key Words (verbs) Examples: Recite a policy. Quote prices from memory to a customer. Knows the safety rules. Key Words: defines, describes, identifies, knows, labels, lists, matches, names, outlines, recalls, recognizes, reproduces, selects, states.

Comprehension: Understand the meaning, translation, interpolation, and interpretation of instructions and problems. State a problem in one's own words.

Examples: Rewrites the principles of test writing. Explain in one's own words the steps for performing a complex task. Translates an equation into a computer spreadsheet. Key Words: comprehends, converts, defends, distinguishes, estimates, explains, extends, generalizes, gives an example, infers, interprets, paraphrases, predicts, rewrites, summarizes, translates.

Application: Use a concept in a new situation or unprompted use of an abstraction. Applies what was learned in the classroom into novel situations in the work place.

Examples: Use a manual to calculate an employee's vacation time. Apply laws of statistics to evaluate the reliability of a written test. Key Words: applies, changes, computes, constructs, demonstrates, discovers, manipulates, modifies,

operates, predicts, prepares, produces, relates, shows, solves, uses. Analysis: Separates material or concepts into component parts so that its organizational structure may be understood. Distinguishes between facts and inferences. Examples: Troubleshoot a piece of equipment by using logical deduction. Recognize logical fallacies in reasoning. Gathers information from a department and selects the required tasks for training. Key Words: analyzes, breaks down, compares, contrasts, diagrams, deconstructs, differentiates, discriminates, distinguishes, identifies, illustrates, infers, outlines, relates, selects, separates. Synthesis: Builds a structure or pattern from diverse elements. Put parts together to form a whole, with emphasis on creating a new meaning or structure. Examples: Write a company operations or process manual. Design a machine to perform a specific task. Integrates training from several sources to solve a problem. Revises and process to improve the outcome. Key Words: categorizes, combines, compiles, composes, creates, devises, designs, explains, generates, modifies, organizes, plans, rearranges, reconstructs, relates, reorganizes, revises, rewrites, summarizes, tells, writes. Evaluation: Make judgments about the value of ideas or materials. Examples: Select the most effective solution. Hire the most qualified candidate. Explain and justify a new budget. Key Words: appraises, compares, concludes, contrasts, criticizes, critiques, defends, describes,

discriminates, evaluates, explains, interprets, justifies, relates, summarizes, supports. Affective Domain

The affective domain (Krathwohl, Bloom, Masia, 1973) includes the manner in which we deal with things emotionally, such as feelings, values, appreciation, enthusiasms, motivations, and attitudes. The five major categories are listed from the simplest behavior to the most complex: Category Receiving Phenomena: Awareness, willingness to hear, selected attention. Example and Key Words (verbs) Examples: Listen to others with respect. Listen for and remember the name of newly introduced people. Key Words: asks, chooses, describes, follows, gives, holds, identifies, locates, names, points to, selects, sits, erects, replies, uses. Responding to Phenomena: Active participation on the part of the learners. Attends and reacts to a particular phenomenon. Learning outcomes may emphasize compliance in responding, willingness to respond, or satisfaction in responding (motivation). Examples: Participates in class discussions. Gives a presentation. Questions new ideals, concepts, models, etc. in order to fully understand them. Know the safety rules and practices them. Key Words: answers, assists, aids, complies, conforms, discusses, greets, helps, labels, performs, practices, presents, reads, recites, reports, selects, tells, writes. Examples: Demonstrates belief in the democratic process. Is sensitive towards individual and cultural differences (value diversity). Shows the ability to solve problems. Proposes a plan to social

Valuing: The worth or value a person attaches to a particular object, phenomenon, or behavior. This ranges from simple acceptance to the more complex state of

commitment. Valuing is based on the internalization of a set of specified values, while clues to these values are expressed in the learner's overt behavior and are often identifiable.

improvement and follows through with commitment. Informs management on matters that one feels strongly about. Key Words: completes, demonstrates, differentiates, explains, follows, forms, initiates, invites, joins, justifies, proposes, reads, reports, selects, shares, studies, works. Examples: Recognizes the need for balance between freedom and responsible behavior. Accepts responsibility for one's behavior. Explains the role of systematic planning in solving problems. Accepts professional ethical standards. Creates a life plan in harmony with abilities, interests, and beliefs. Prioritizes time effectively to meet the needs of the organization, family, and self. Key Words: adheres, alters, arranges, combines, compares, completes, defends, explains, formulates, generalizes, identifies, integrates, modifies, orders, organizes, prepares, relates, synthesizes.

Organization: Organizes values into priorities by contrasting different values, resolving conflicts between them, and creating an unique value system. The emphasis is on comparing, relating, and synthesizing values.

Internalizing values (characterization): Has a value system that controls their behavior. The behavior is pervasive, consistent, predictable, and most importantly, characteristic of the learner. Instructional objectives are concerned with the student's general patterns of adjustment (personal, social, emotional).

Examples: Shows self-reliance when working independently. Cooperates in group activities (displays teamwork). Uses an objective approach in problem solving. Displays a professional commitment to ethical practice on a daily basis. Revises judgments and changes behavior in light of new evidence. Values people for what they are, not how they look.

Key Words: acts, discriminates, displays, influences, listens, modifies, performs, practices, proposes, qualifies, questions, revises, serves, solves, verifies. Psychomotor Domain

Category Perception: The ability to use sensory cues to guide motor activity. This ranges from sensory stimulation, through cue selection, to translation.

Example and Key Words (verbs) Examples: Detects non-verbal communication cues. Estimate where a ball will land after it is thrown and then moving to the correct location to catch the ball. Adjusts heat of stove to correct temperature by smell and taste of food. Adjusts the height of the forks on a forklift by comparing where the forks are in relation to the pallet. Key Words: chooses, describes, detects, differentiates, distinguishes, identifies, isolates, relates, selects.

Set: Readiness to act. It includes mental, physical, and emotional sets. These three sets are dispositions that predetermine a person's response to different situations (sometimes called mindsets).

Examples: Knows and acts upon a sequence of steps in a manufacturing process. Recognize one's abilities and limitations. Shows desire to learn a new process (motivation). NOTE: This subdivision of Psychomotor is closely related with the Responding to phenomena subdivision of the Affective domain. Key Words: begins, displays, explains, moves, proceeds, reacts, shows, states, volunteers.

Guided Response: The early stages in learning a complex skill that includes imitation and trial and error. Adequacy of performance is achieved by practicing.

Examples: Performs a mathematical equation as demonstrated. Follows instructions to build a model. Responds handsignals of instructor while learning to operate a forklift. Key Words: copies, traces, follows, react, reproduce, responds

Mechanism: This is the intermediate stage in learning a complex skill. Learned responses have become habitual and the movements can be performed with some confidence and proficiency.

Examples: Use a personal computer. Repair a leaking faucet. Drive a car. Key Words: assembles, calibrates, constructs, dismantles, displays, fastens, fixes, grinds, heats, manipulates, measures, mends, mixes, organizes, sketches. Examples: Maneuvers a car into a tight parallel parking spot. Operates a computer quickly and accurately. Displays competence while playing the piano. Key Words: assembles, builds, calibrates, constructs, dismantles, displays, fastens, fixes, grinds, heats, manipulates, measures, mends, mixes, organizes, sketches. NOTE: The Key Words are the same as Mechanism, but will have adverbs or adjectives that indicate that the performance is quicker, better, more accurate, etc. Examples: Responds effectively to unexpected experiences. Modifies instruction to meet the needs of the learners. Perform a task with a machine that it was not originally intended to do (machine is not damaged and there is no

Complex Overt Response: The skillful performance of motor acts that involve complex movement patterns. Proficiency is indicated by a quick, accurate, and highly coordinated performance, requiring a minimum of energy. This category includes performing without hesitation, and automatic performance. For example, players are often utter sounds of satisfaction or expletives as soon as they hit a tennis ball or throw a football, because they can tell by the feel of the act what the result will produce.

Adaptation: Skills are well developed and the individual can modify movement patterns to fit special requirements.

danger in performing the new task). Key Words: adapts, alters, changes, rearranges, reorganizes, revises, varies. Origination: Creating new movement patterns to fit a particular situation or specific problem. Learning outcomes emphasize creativity based upon highly developed skills. Examples: Constructs a new theory. Develops a new and comprehensive training programming. Creates a new gymnastic routine. Key Words: arranges, builds, combines, composes, constructs, creates, designs, initiate, makes, originates. Other Psychomotor Domain Taxonomies As mentioned earlier, the committee did not produce a compilation for the psychomotor domain model, but others have. The one discussed above is by Simpson (1972). There are two other popular versions: Dave's (1975):

Imitation Observing and patterning behavior after someone else. Performance may be of low quality. Example: Copying a work of art. Manipulation Being able to perform certain actions by following instructions and practicing. Example: Creating work on one's own, after taking lessons, or reading about it. Precision Refining, becoming more exact. Few errors are apparent. Example: Working and reworking something, so it will be just right. Articulation Coordinating a series of actions, achieving harmony and internal consistency. Example: Producing a video that involves music, drama, color, sound, etc. Naturalization Having high level performance become natural, without needing to think much about it. Examples: Michael Jordan playing basketball, Nancy Lopez hitting a golf ball, etc. Harrow's (1972):

Reflex movements Reactions that are not learned. Fundamental movements Basic movements such as walking, or grasping. Perception Response to stimuli such as visual, auditory, kinesthetic, or tactile discrimination.

Physical abilities Stamina that must be developed for further development such as strength and agility. Skilled movements Advanced learned movements as one would find in sports or acting.

No discursive communication Effective body language, such as gestures and facialRANAH PEMBELAJARAN MENURUT GAGNE DOMAIN Cognitive

Tujuan mata pelajaran IPSMengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,

Afektif

Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

Psikomotorik

keterampilan dalam kehidupan sosial Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Keterampilan Generik

Pada saat ini telah disadari bahwa apa yang dipelajari mahasiswa di bangku kuliah tidak sepenuhnya serasi dengan kebutuhan lapangan kerja.

Berdasarkan hasil survei NACE pada tahun 2002 kepada 457 pemimpin perusahaan tentang kualitas terpenting seseorang, hasilnya berturut-turut adalah kemampuan berkomunikasi, kejujuran dan integritas, kemampuan bekerjasama, kemampuan interpersonal,beretika, motivasi dan inisiatif,

kemampuan beradaptasi, daya analitis,emampuan komputer, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detil, kepemimpinan, kepercayaan diri, ramah, sopan, bijaksana, IPK, kreatif, humoris, dan kemampuan berwirausaha (Irma, 2007).

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa IPK hanya menduduki urutan ke-17 pada indikator dan kemampuan yang mencerminkan kualitas seseorang. Faktor-faktor yang lain, misalnya kemampuan berkomunikasi, kejujuran dan integritas, kemampuan bekerjasama, daya analitis,kepemimpinan, dan lainlain memegang peranan penting dalam keberhasilan

Apakah Keterampilan Generik itu?

Menurut Kamsah, (2004) keterampilan generik merupakan keterampilanemployability yang digunakan untuk menerapkan pengetahuan. Keterampilan inibukan keterampilan bidang pekerjaan tertentu, namun keterampilan yangmelintasi semua bidang pekerjaan pada arah horizontal dan melintasi segalatingkatan mulai dari tingkat pemula hingga manajer eksekutif pada arah vertikal. Definisi ini senada dengan yang dikemukakan National Skill Task Force (Pumphey dan Slater (2002), bahwa keterampilan generik adalah keterampilan yang melintasi sejumlah pekerjaan yang berbeda. Kearns (dalam Yeung et al.,2007) mendefinisikan keterampilan generik sebagai keterampilan dan atribut- atribut untuk hidup dan bekerja. Yeung et al. (2007) menyatakan bahwa keterampilan generik sangat berguna untuk melanjutkan pendidikan dan kesuksesan karir. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan generik merupakan keterampilan yang diperlukan untuk berbagai bidang pekerjaan dan kehidupan. Komunikasi dalam sains tentu saja berbeda dengan

komunikasi yang kreatif dalam bahasa, akan tetapi terdapat aspek-aspek komunikasi yang sama. Aspek-aspek yang sama ini merupakan keterampilan generik.

Penelitian yang dilakukan Business Council of Australia (Field, 2002) menemukan delapan jenis keterampilan generik yang diperlukan dalam area pekerjaan finansial dan TIK, meliputi: 1) keterampilan berkomunikasi, 2) keterampilan berpikir, 3) keterampilan belajar, 4) keterampilan dalam memanajemeni proyek dan prioritas, 5) keterampilan bekerjasama dan pemahaman sistem, 6) keterampilan dalam menerapkan dan menggunakan teknologi, 7) keterampilan kepemimpinan, 8) dan keterampilan personal dan interpersonal.

Jenis Keterampilan Generik Berbagai asosiasi dan peneliti telah merumuskan berbagai jenis keterampilan generik. Hasil rumusan tersebut berbeda-beda, walaupun beberapa jenis keterampilan generik secara konsisten ada dalam rumusan mereka.

Seperti yang dikutip dalam situs Proffesional Standard Council (2004), The Australian Governments Mayer Comitte (1992) mengidentifikasikan tujuh keterampilan generik yang sangat diperlukan dalam berbagai bidang pekerjaan, meliputi: 1) pengumpulan dan analisis informasi 2) mengkomunikasikan ide dan informasi

3) merencanakan dan mengorganisasikan aktivitas 4) bekerjasama 5) menggunakan ide-ide dan teknik matematik 6) memecahkan masalah 7) penggunaan teknologi.

Menurut Education and Manpower Bureau, terdapat sembilan keterampilan generik yang diidentifikasi, yakni: 1) Keterampilan bekerjasama (collaborative skill) 2) Keterampilan berkomunikasi 3) Kreativitas 4) Keterampilan berpikir kritis 5) Keterampilan teknologi informasi 6) Keterampilan numerasi 7) Keterampilan memecahkan masalah 8) Keterampilan manajemen diri 9) Keterampilan meneliti

Di Indonesia, di dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) berdasarkan Kepmenakertrans RI No. 227 tahun 2003 dan No. 69 tahun 2004 dinyatakan terdapat kompetensi kunci, yakni kemampuan kunci atau generik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan. Terdapat tujuh kompetensi kunci tersebut, yakni

1) Mengumpulkan, mengorganisisr, dan menganalisis informasi 2) Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3) Merencanakan pengorganisasian aktivitas-aktivitas 4) Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 5) Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 6) Memecahkan masalah 7) Menggunakan teknologi.

Menurut Brotosiswoyo (2000), terdapat sembilan keterampilan generik yang dapat dikembangkan melalui pengajaran fisika, yakni: 1) Pengamatan langsung 2) Pengamatan tidak langsung 3) Kesadaran tentang skala besaran 4) Bahasa simbolik 5) Kerangka logika taat azas dari hukum alam 6) Inferensi atau konsistensi logika 7) Hukum sebab akibat 8) Pemodelan matematis 9) Membangun konsep

Menurut Proffesional Standard Council (2004), keterampilan generik memiliki tiga ciri: 1) Keterampilan generik yang diteliti dalam dunia kerja sangat bergantung kepada nilai-nilai dan atribut personal. Sebagai contoh, keterampilan komunikasi seseorang berkaitan dengan integritas, nilai-nilai etis, pemahaman terhadap topik, kejujuran, kepercayaan-diri, serta perhatian terhadap detail dan tindak lanjut.

2) Di dalam dunia kerja, keterampilan generik seringkali beirisan dengan keterampilan teknis. Sebagai contoh, dalam menyiapkan laporan, seseorang akan menggunakan keterampilan teknis dan keterampilan generik. 3) Keterampilan generik cenderung bergantung-konteks. Sebagai contoh, perencanaan dan pengkoordinasian bagi kebanyakan tenaga kerja merupakan keterampilan generik; akan tetapi bagi manajer ini adalah keterampilan teknis yang melibatkan teknik-teknik penjadwalan dan aplikasi komputer yang teknis.

Referensi Atkinson, Rita., Atkinson, Richard, C., & Hilgard, Ernest, R., 1983. Introduction to Psychology, 8th Ed. Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Berliner, David, C. & Calfee, Robert.C.(Editor), 1996. Handbook of Educational Psychology. New York, Simon & Schuster Macmillan. Blosser, Patricia E. & Helgenson, Stanley L. (1990). Selecting Procedures for Improving the Science Curriculum. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED325303) Budiningsih, Asri, C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Penerbit Rineka Cipta. Gage, N.L. & Berliner, David, C. (1984). Educational Psychology 3rd Ed. Boston, Houghton Mifflin Company. Gagne, Ellen, D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown and Company Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy. Haury, L. David. (1993). Teaching Science Through Inquiry. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED359048) Huitt, W. (1997). Socioemotional development. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University ____. (2004). Observational (social) learning: An overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. ____. 2001. Motivation to Learn: An Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, Valdosta State University Leonard, Nancy, H., Beauvais, Laura Lynn., & Scholl Richard, W., 1995. A Self Concept-Based Model of Work Motivation. In The Annual Meeting of the Academy of Management (URL: http://chiron.valdosta.edu/wh). Sagala, Syaiful., 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit Alfabeta. Wortman, Camille., Loftus, Elizabeth. & Weaver, Charles., 2004. Psychology, 5th Ed. Boston, McGraw-Hill. Yerkes, R.M. & Dodson, J.D. (1908) The Relation of Strength of Stimulus to Rapidity of Habit-Formation. Journal of Comparative Neurology and Psychology, 18. Briggs, H. & Hodgson, P. (2002). Generic Skills Development in Undergraduate Engineering Education in Australia. Deakin University.

Candy, Philip C. (2000). Reaffirming a proud tradition: Universities and lifelong learning. Active Learning in Higher Education 1; 101. Tersedia http://www.sagepub.com. [22 April 2008]. Carrick Institute for Learning and Teaching in Higher Education. (2007). Assessing Generic Skills. Tersedia: http:// www.biaoassess.au.edu. [10 Maret 2008]. Curtis, D. & Denton, R. (2003). The Authentic Performance-based Assessment o Problem-Solving. King William Road: NCVER. Harris, K-L., Krause, K., Gleeson, D., Peat, M., Taylor, C. & Garnett, R. (2007). Enhancing Assessment in the Biological Sciences: Ideas and resources for university educators. Tersedia: www.bioassess.edu.au. [8 Maret 2008]. Irma, Dewi. (2007). Soft Skill?. Pikiran Rakyat, Kamis 17 Juni 2007. http://aargantenk.multiply.com/journal/item /70/Soft_Skill. [1 September 2007]. Kamsah, M.Z., (2004). Developing Generic Skills in Classroom Environment:Engineering Students Perspective. Menteri Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Mendiknas. Motah, Mahendranath. (2007) Study of the Influence of Multiple Intelegence and the use of Soft Skill in Proyect Write-up among IT and Non-IT Students: A Research Paper. Proceedings of the 2007 Informing Science and IT Education Joint Conference. Tersedia:http://proceedings.informingscience.org/InSITE2007/InSITE07p071083Mota430.pdf. [1 September 2007].