BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bisnis sablon menjadi cukup digemari karena pangsa pasar yang besar, dimana permintaan akan sablon cukup besar dari konsumen. Pangsa pasar yang besar tersebut, antara lain salah satunya terdapat di kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Usaha sablon yang merupakan bisnis di bidang konveksi di Kabupaten Bantul semakin bertambah banyak dan berkembang. Usaha sablon tersebut merupakan usaha yang terus dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat karena usaha ini bergerak di bidang kebutuhan primer yaitu kebutuhan sandang. Tolok ukur sukses tidaknya usaha ini bisa diukur melalui bagaimana nama usaha sablon atau yang sering disebut vendor dapat dikenal baik oleh masyarakat luas. Baik tidaknya nama suatu vendor dapat ditentukan oleh kualitas dan ketepatan waktu pengerjaan. Permasalahan yang sering kali timbul adalah keterlambatan barang pesanan yang diterima oleh pihak konsumen. Keterlambatan tersebut menimbulkan kerugian bagi konsumen. Selain itu, kualitas barang pesanan tidak jarang menjadi hal yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan kepuasaan konsumen. Akibat dari permasalahan tersebut, berdampak bagi pelaku usaha sablon, yaitu terlambatnya pelunasan pembayaran. Termasuk dalam hal ini adalah tidak diambilnya barang pesanan oleh pihak konsumen. BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DAN KONSUMEN APABILA TERJADI WANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) ADAM GHOZALLI Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bisnis sablon menjadi cukup digemari karena pangsa pasar yang

besar, dimana permintaan akan sablon cukup besar dari konsumen. Pangsa

pasar yang besar tersebut, antara lain salah satunya terdapat di kabupaten

Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Usaha sablon yang merupakan bisnis di bidang konveksi di

Kabupaten Bantul semakin bertambah banyak dan berkembang. Usaha sablon

tersebut merupakan usaha yang terus dibutuhkan oleh seluruh lapisan

masyarakat karena usaha ini bergerak di bidang kebutuhan primer yaitu

kebutuhan sandang. Tolok ukur sukses tidaknya usaha ini bisa diukur melalui

bagaimana nama usaha sablon atau yang sering disebut vendor dapat dikenal

baik oleh masyarakat luas. Baik tidaknya nama suatu vendor dapat ditentukan

oleh kualitas dan ketepatan waktu pengerjaan.

Permasalahan yang sering kali timbul adalah keterlambatan barang

pesanan yang diterima oleh pihak konsumen. Keterlambatan tersebut

menimbulkan kerugian bagi konsumen. Selain itu, kualitas barang pesanan

tidak jarang menjadi hal yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan

kepuasaan konsumen. Akibat dari permasalahan tersebut, berdampak bagi

pelaku usaha sablon, yaitu terlambatnya pelunasan pembayaran. Termasuk

dalam hal ini adalah tidak diambilnya barang pesanan oleh pihak konsumen.

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

2

Menjamurnya bisnis sablon menjadi alasan kuat akan perlunya

suatu perlindungan hukum terhadap para pihak, yaitu pelaku usaha dan

konsumen. Perlindungan hukum tersebut tertuang didalam perjanjian yang

diadakan oleh para pelaku usaha sablon dengan konsumennya. Perjanjian

sablon memuat segala klausul-klausul tentang segala sesuatunya antara pihak

pelaku usaha dengan konsumennya.

Pada prinsipnya, suatu perjanjian harus memberikan keadilan bagi

para pihak. Namun demkian, fakta dilapangan menunjukkan bahwa mayoritas

pelaku usaha maupun konsumen tidak mengetahui secara jelas perlindungan

hukum yang dituangkan didalam perjanjian.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (UUPK) menjelaskan bahwa pelaku usaha dalam perjanjian

sablon wajib memberikan perlindungan dan menjamin hak-hak bagi

konsumen. Mengingat UUPK merupakan payung hukum dalam bidang

penegakan hukum konsumen, maka perjanjian sablon antara pelaku usaha

dengan konsumen wajib mematuhi ketentuan-ketentuan yang ada dalam

UUPK.

Pentingnya pelayanan jasa yang diberikan oleh pelaku usaha kepada

konsumen menjadikannya hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

perlindungan hukum bagi konsumen dan juga bagi pelaku usaha.

Di Kabupaten Bantul, Pelaku usaha dan konsumen sering kali

memilih mengikatkan diri dengan menggunakan perjanjian lisan. Namun ada

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

3

juga yang menggunakan perjanjian tertulis. Perjanjian lisan dinilai lebih

praktis dan tidak memerlukan waktu dan biaya dalam proses pembuatanya.

Perjanjian tertulis sebagian besar digunakan untuk pelayanan jasa terhadap

instansi pemerintahan ataupun mengenai pelayanan jasa dengan jumlah besar.

Walaupun lebih praktis dari aspek waktu dan murah dai segi biaya, kebiasaan

mengikatkan diri dengan perjanjian lisan menimbulkan permasalahan-

permasalahan yang berpotensi merugikan para pihak

Masalah yang ditimbulkan dari bentuk perjanjian antara para pihak

inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul

“Bentuk Perjanjian serta Perlindungan Hukum bagi Pelaku Usaha

Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di

kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta )”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang penulis sampaikan dalam latar belakang,

maka dapat dirumuskan dua pokok masalah yang akan dibahas, yaitu :

1. Bagaimana bentuk perjanjian antara pelaku usaha sablon dengan

konsumen di Kabupaten Bantul?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak apabila terjadi

wanprestasi?

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

4

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan hukum ini terdiri dari 2 (dua) tujuan

yang saling berkaitan, yaitu :

1. Tujuan Subjektif

Tujuan subjektif merupakan tujuan dari penulis, yaitu untuk

menambah pengetahuan penulis terkait dengan bentuk perjanjian serta

perlindungan hukum terkait bisnis ataupun usaha sablon yang terdapat di

Kabupaten Bantul. Selain itu, penelitian ini merupakan salah satu bagian

dari mata kuliah Penulisan Hukum yang digunakan oleh penulis untuk

memperoleh gelar sarjana hukum (S.H).

2. Tujuan Objektif

Tujuan objektif dari penelitian ini antara lain adalah :

a. Untuk mengetahui dan mengkaji bentuk perjanjian antara pengusaha

sablon dengan konsumen di wilayah Bantul.

b. Untuk mengetahui dan mengkaji perlindungan hukum bagi para

pihak apabila terjadi wanprestasi.

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan penulis,

ditemukan beberapa penelitian yang memiliki kemiripan pembahasan terkait

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

5

perjanjian dan perlindungan hukum dengan objek yang berbeda, diantaranya

adalah :

1. Penulisan Hukum oleh Agung Wicaksono dengan Judul “Penyelesaian

Wanprestasi Dalam Perjanjian Jasa Laundry Di Wilayah Kota

Yogyakarta”, pada tahun 2016. Pada penulisan hukum tersebut

penulisnya mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

a. Apakah klausul-klausul baku yang terdapat pada perjanjian jasa

laundry telah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang

perlindungan Konsumen?

b. Apakah penyelesaian wanprestasi para perjanjian jasa laundry telah

memenuhi asas keadilan bagi konsumen?

Penulisan hukum tersebut antara lain menyimpulkan :

a. Klausul-klausul baku yang terdapat pada perjanjian jasa laundry

belum sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen karena beberapa kalusul baku yang terdapat dalam nota

transaksi jasa Landry merupakan klausula eksenorasi, yaitu klausula

yang membebaskan, bahkan dapat mengarah pada penghapusan

tanggungjawab yang seharusnya dibenbankan kepada pelaku usaha.

Klausula-klausula tersebut bertentangan degan pasal 18 ayat (1) hruf

(a) Undang-Undang Peerlindungan Konsumen yang mengatur bahwa

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

6

ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau

mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau

perjanjian apabila menyatakan pengalihan tanggungjawab pelaku

usaha. Dengan demikian klausul eksenoransi yang terdapat dalam

nota transaksi jasa laundry menjadi batal demi hukum sesuai

ketentuan dalam pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Perlindungan

Konsumen. Pada prakteknya katentuan dalam klausul baku di nota

transaksi jasa laundry tidak serta merta diterapkan oleh pemilik

usaha laundry jika terjadi wanprestasi. Pemilik usaha laundry

mengutamakan langkah penyelesaiaan dengan cara kekeluargaan dan

musyawarah.

b. Penyelesaian wanprestasi pada perjanjian jasa laundry telah

memenuhi asas keadilan bagi konsumen. Hal ini dapat disimpulkan

berdasarkan pengakuan para konsumen yang pernah mengalami

wanprestasi pada laundry langganan mereka masing-masing. Mereka

menerima penawaran ganti kerugian yang ditawarkan oleh pihak

laundry karena dinilai sebanding dengan kerugian yang mereka

alami, serta bagi konsumen yang paling penting adalah adanya itikad

baik dari pemilik laundry sedangkan mengenai jumlah aatau bentuk

ganti rugi dirasa tidak erlalu masalah bagi konsumen. Dengan

memberikan ganti rugi yang sesuai dengan harapan, maka konsumen

telah mendapatkan haknya sesuai yang tercantum pada pasal 4 huruf

h Undang-Undang Perlindungan Konsumen yaitu tentang hak

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

7

konsumen untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian. Dengan demikian asas keadilan dalam Undang Undang

Perlindungan Konsumen telah terpenuhi. Konsumen telah

mendapatan haknya dalam kegiatan jual beli jasa secara patut,

sehingga penyelesaiaan wanprestasi tersebut dinilai adil bagi

konsumen.

2. Penulisan Hukum oleh Aisyah Ayu Musyafah dengan Judul

“Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli

Makanan Antara Katering X dengan Konsumen Di Yogyakarta”, pada

tahun 2015. Pada penulisan hukum tersebut, penulisnya mengambil

rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jual beli makanan antara

pihak Katering X dengan konsumen di Yogyakarta?

b. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap para pihak dalam

perjajian jual beli makanan antara Katering X dengan konsumen di

Yogyakarta serta upaya penyelesaian yang sudah dilakukan dalam

hal terjadi wanprestasi?

Penulisan hukum tersebut antara lain menyimpulkan :

a. Pelaksanaan perjanjian jual beli makanan antara katering X dengan

konsumen di Yogyakarta tidak selalu berjalan mulus. Beberapa kali

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

8

terjadi wanprestasi yang dilakukan baik dari konsumen maupun

katering x. Wanprestasi yang terjadi menunjukkan adanya kewajiban

dari salah satu pihak yang tidak terlaksana dengan baik dan terdapat

hak dari pihak lain yang tidak terpenuhi. Berdasarkan penelitian

penulis, bentuk wanprestasi yang dilakukan konsumen yaitu

keterlambatan pembayaran dan pembatalan sepihak, sedangkan

bentuk wanprestasi yang dilakukan Katering X adalah tidak

menyediakan makanan sesuai yang diperjanjikan. Kesemua

wanprestasi yang terjadi pada perjanjian tersebut diselesaikan

dengan melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi dan dengan

musyawarah diantara kedua belah pihak tanpa proses pengadilan.

b. Perlindungan hukum terhadap para pihak dalam hal terjadi

wanprestasi pada perjanjian jual beli makanan antara Katering X

dengan konsumen di Yogyakarta diatur dalam UU PK dan

KUHPerdata. UU PK mengatur mengenai hak dan kewajiban pelaku

usaha dan konsumen serta asas-asas perlindungan konsumen.

Perlindungan hukum bagi konsumen terhadap wanprestasi yang

dilakukan Katering X berdasarkan UU PK dapat diajukan tuntutan

pidana karena tidak dilaksanakannya pesanan sesuai yang

diperjanjikan. Perlindungan hukum bagi pelaku usaha atas

wanprestasi yang dilakukan konsumen menurut KUHPerdata, pelaku

usaha dapat menuntut pemenuhan perjanjian, pemenuhan perjanjian

dengan ganti rugi, pemenuhan ganti rugi, pembatalan perjanjian, dan

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

9

pembatalan perjanjian dengan ganti rugi. Pada wanprestasi yang

dilakukan konsumen, Katering X hanya meminta ganti rugi saja pada

wanprestasi berupa pembatalan perjanjian secara sepihak.

Wanprestasi yang berupa keterlambatan pembayaran, Katering X

hanya menuntut pemenuhan perjanjian. Pada wanprestasi yang

dilakukan Katering X, konsumen tidak menuntutapapun dari

Katering X karena merasa tidak terlalu dirugikan.

3. Penulisan Hukum oleh Nadhil Afiq dengan Judul “Upaya Penyelesaian

Wanprestasi Dalam Perjanjian Produksi Konveksi Di CV.WARHOLE Di

Yogyakarta”, pada tahun 2017. Pada penulisan hukum tersebut,

penulisnya merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah upaya perlindungan terhadap konsumen yang

dilakukan oleh pihak CV. Warhole dalam perjanjian produksi

konveksi?

b. Bagaimanakah bentuk wanprestasi dan upaya penyelesaian

wanprestasi dalam perjanjian produksi konveksi di CV. Warhole di

Yogyakarta?

Penulisan hukum tersebut antara lain menyimpulkan:

a. Upaya perlindungan terhadap konsumen yang dilakukan oleh CV.

Warhole belum berhasil secara sepenuhnya untuk mencegah

kerugian yang mungkin diderita oleh konsumen akibat adanya

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

10

wanprestasi meskipun dengan cara perlindungan hukum preventif

yang dilakukan dengan mengimplementasikan Pasal 7 UUPK

tentang kewajiban pengusaha dan perlindungan hukum represif

dengan cara melakukan penggantian produk hingga menyediakan

ganti rugi bagi konsumen yang mengalami akibat dari wanprestasi

dan telah memenuhi syarat sah perjanjian terutama secara objektif

dimana apabila syarat ini tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut

batal demi hukum. Pihak CV.Warhole telah memenuhi tanggung

jawab dalam melindungi hak konsumen yang dalam hal ini

pemenuhan perjanjian produksi konveksi sesuai dengan Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

namun belum bisa melaksanakannya secara optimal sehingga masih

dapat ditemuinnya wanprestasi

b. Bentuk wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian produksi konveksi

di CV. Warhole tejadi dalam dua bentuk, yang pertama adalah

dipenuhinya kewajiban namun tidak sesuai dengan kesepakatan

sebelumnya, misalnya saja spesifikasi dari detail pakaian yang

dipesan berbeda dengan kehendak konsumen, yang kedua adalah

tidak dipenuhinya kewajiban secara tepat waktu, atau dengan kata

lain terdapat ketidaksesuaian terhadapap tanggal penyelesaian

produk sesuai dengan kesepakatan diawal. Upaya penyelesaian yang

dapat ditempuh apabila terjadi wanprestasi tidak tertulis dalam

perjanjian produksi konveksi antara CV dan konsumen, meski begitu

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

11

terdapat upaya penyelesaian yang ditempuh oleh CV apabila terjadi

suatu wanprestasi , yaitu dengan cara musyawarah mufakat, hal

tersebut dilakukan dengan ujuan agar upaya penyelesaian nya lebih

cepat, praktis, dan tidak perlu menghabiskan banyak biaya. Selain itu

dengan penyelesaian secara musyawarah mufakat diharapkan dapat

menjaga hubungan baik antara pihak CV. Warhole dengan

konsumen.

Berdasarkan hasil bacaan penulis terhadap ketiga penulisan hukum

tersebut, maka terdapat perbedaan antara ketiganya dalam hal permasalahan

dan objek penelitian.

Penulisan hukum pertama menitikberatkan pada penyelesaian

wanprestasi dalam jasa laundry. Penulisan hukum yang kedua menekankan

pada aspek perlindungan hukum para pihak dalam jual beli makanan catering.

Pada penulisan hukum yang ketiga menitikberatkan bentuk-bentuk

wanprestasi dan penyelesaian apabila terjadi wanprestasi yang terjadi antara

CV. WARHOLE dengan konsumen. Sedangkan pada penelitian yang

dilakukan penulis, fokusnya adalah bentuk perjanjian pelaku usaha sablon

dengan konsumen dan perlindungan hukum apabila terjadi wanprestasi di

kabupaten Bantul.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang jelas,

diantaranya adalah :

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156862/potongan/S1-2018-334439...Sablon dan Konsumen apabila terjadi Wanprestasi ( Studi kasus di kabupaten

12

1. Manfaat secara teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan kontribusi

pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum, dan menjamin

kepastian hukum mengenai bentuk perjanjian antara pengusaha sablon

dengan konsumen dan perlindungan hukum terhadap para pihak apabila

terjadi wanprestasi.

2. Manfaat secara praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk memberikan

masukan baik berupa saran atau solusi atas permasalahan yang terjadi di

dalam perjanjian antara pengusaha sablon dengan konsumen di wilayah

Kabupaten Bantul.

BENTUK PERJANJIAN SERTA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA SABLON DANKONSUMEN APABILA TERJADIWANPRESTASI (STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)ADAM GHOZALLIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/