BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka...

83
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perencanaan pembangunan nasional adalah suatu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. 1 Pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dari tahun ke tahun terus meningkat. bersama dengan itu jumlah penduduk terus bertambah, dan sejalan dengan semakin meningkatnya pembangunan dan hasil-hasilnya, maka semakin meningkat dan beragam pula kebutuhan penduduk. Termasuk dalam kegiatan pembagnunan Nasioanl itu adalah membangun untuk kepentingan umum, hal ini harus terus ditingkatkan dan diupayakan pelaksanaannya dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang disertai dengan semakin meningkatnya kemakmuran. Penduduk yang semakin bertambah dengan tingkat kemakmuran yang semakin baik. Tentunya membutuhkan berbagai fasilitas umum seperti jalan, jembatan, transportasi, fasilitas pendidikan, peribadatan, olah raga, dan lain-lain. Pembangunan nasional secara umum dapat juga meliputi pembangunan nasional di bidang hukum, dalam hal ini pemerintah mempunyai setrategi dalam 1 Pasal 1 ayat (3) Undand-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem perencanaan pembangunan nasional adalah suatu kesatuan tata cara

perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan

dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh

unsure penyelenggara Negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.1

Pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi

amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dari tahun ke tahun terus

meningkat. bersama dengan itu jumlah penduduk terus bertambah, dan sejalan

dengan semakin meningkatnya pembangunan dan hasil-hasilnya, maka semakin

meningkat dan beragam pula kebutuhan penduduk.

Termasuk dalam kegiatan pembagnunan Nasioanl itu adalah membangun

untuk kepentingan umum, hal ini harus terus ditingkatkan dan diupayakan

pelaksanaannya dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang disertai

dengan semakin meningkatnya kemakmuran.

Penduduk yang semakin bertambah dengan tingkat kemakmuran yang

semakin baik. Tentunya membutuhkan berbagai fasilitas umum seperti jalan,

jembatan, transportasi, fasilitas pendidikan, peribadatan, olah raga, dan lain-lain.

Pembangunan nasional secara umum dapat juga meliputi pembangunan

nasional di bidang hukum, dalam hal ini pemerintah mempunyai setrategi dalam

1 Pasal 1 ayat (3) Undand-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

2

pembangunan umum di Nasional di bidang Hukum, adapun salah satu contohnya.

Yaitu trehadap intansi-intansi hukum, peraturan-peraturan hukum, dll. Dengan

demikian. Pembangunan nasional di bidang hukum merupakan langkah atau

strategi pemerintah untuk mengikutkan kualitas hukum.

Arah pembangunan hukum bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri,

melainkan terintegrasi dengan arah pembangunan di bidang lainnya memerlukan

penyerasian. Betapapun arah pembangunan hukum bertitik tolak pada garis-garis

besar gagasan dalam Undang-Undang Dasar 1945, dibutuhkan penyelarasan

dengan tingkat perkembangan masyarakat yang dimimpikan akan tercipta pada

masa depan. Pembangunan hukum tidak identik dan tidak boleh diidentikan

dengan pembangunan undang-undang atau peraturan perundangan menurut istilah

yang lazim digunakan di Indonesia. Membentuk undang-undang sebanyak-

banyaknya, tidaklah berarti sama dengan membentuk hukum. Negara hukum

bukanlah negara undang-undang. Pembentukan undang-undang hanya bermakna

pembentukan norma hukum. Padahal tatanan sosial, ekonomi budaya, dan politik

bukanlah tatanan normatif semata. Karena itulah maka diperlukan ruh tertentu

agar tatanan tersebut memiliki kapasitas.2

Pembangunan hukum merupakan suatu tindakan politik. Pembangunan

hukum bukanlah pembangunan Undang-Undang, apalagi jumlah dan jenis

undang-undang. Pembangunan hukum pun bukanlah hukum dalam arti positif.

Sebagai satu tindakan politik, maka pembangunan hukum sedikit banyaknya akan

2 Orang buton, Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, Melalui <www.docstoc.com>, senin

26/01/2011, Pkl. 16.54 Wib

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

3

bergantung pada kesungguhan aktor-aktor politik. Merekalah yang memegang

kendali dalam menentukan arahnya, begitu juga corak dan materinya.3

Pelaksanaan pembangunan daerah di bidang hukum telah terjadi dalam

beberapa waktu ke belakang salah satu contohnya yaitu pelaksanaan otonomi di

daerah. Dengan adanya otonomi daerah maka semua kegiatan pemerintahan dapat

di laksanakan oleh tiap-tiap daerahnya tertentu. Permasalahan yang dihadapi

dalam pembangunan bidang hukum di daerah selain materi hukum yang

ditetapkan nasional banyak yang belum sinergi, juga penerapan dan penegakannya

yang belum dapat dilakukan. Berbagai peraturan perundang-undangan yang

ditetapkan Pusat masih banyak yang saling bertentangan, sehingga

membingungkan bagi daerah.4

Berkaitan dengan hal tersebut di dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah maka akan terdapat asas-asas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

istilah asas berarti dasar perinsip, pedoman, pegangan, sedangkan asas

penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah dasar-dasar yang perlu diketahui

oleh setiap orang dalam pelaksanaan hukum pemerintahan daerah.5 Oleh karena

itu, penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat menggunakan asas-asas umum

pemerintahan yang baik, asas keahlian, asas dekonsentrasi, asas desentralisasi

(asas otonomi dan tugas pembantuan).

3 Margarito, Arah Pemikiran Pembangunan Hukum Pasca Perubahan UUD 1945, Melalui

<www.setneg.co.id> , Minggu 28/02/2011, Pkl. 20.52 Wib 4 Pembangunan Bidang Hukum Politik Dan Pemerintah Daerah, Melalui

<http://www.docstoc.com>, Senin 21/07/2010, Pkl. 22.04 Wib 5 Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, Pemerintahan Derah Di Indonesia, Pustaka Setia,

Bandung,2006, hlm. 94

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

4

Asas desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan pada badan-badan dan

golongan-golongan dalam masyarakat dalam daerah tertentu untuk mengurus

rumah tangganya sendiri.6 dengan demikian pemerintah daerah sejalan adanya

asas desentralisasi maka pemerintah daerah menjadi lebih mandiri dalam

melaksanakan kegiatan pemerintahannya.

Asas dekonsentrasi dalah pelimpahan sebagian dari kewenangan

Pemerintah Pusat pada alat-alat Pusat yang ada di daerah atau pelaksanaan urusan

pemerintahan pusat, yang tidak diserahkan kepada satuan pemerintahan daerah.

Pada hakikatnya alat pemerintahan pusat ini melaksanakan pemerintahan sendiri

di daerah-daerah dan berwenang mengambil keputusan sendiri dan sampai tingkat

tertentu berdasarkan tanggungjawab langsung kepada Pemerintahan Pusat, yang

memikul semua biaya dan tanggung jawab terakhir mengenai urusan

dekonsentrasi.7

Dalam asas desentralisasi ada penyerahan wewenang sepenuhnya dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tentang urusan tertentu, sehingga

pemerintah daerah dapat mengambil prakarsa sepenuhnya baik menyangkut

kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pembiayaan. Pada asas dekonsentrasi

yang terjadi adalah pelimpahan wewenang kepada aparatur pemerintah pusat di

daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah pusat di daerah dalam arti bahwa

kebijakan, perencanaan, dan biaya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat,

sedangkan aparatur pemerintah pusat di daerah bertugas melaksanakan. Sementra

Asas pembantuan berarti keikutsertaan pemerintah daerah untuk melaksanakan

6 Ridwan, Hukum Administrasi di Daerah, FH UII Press, Yogyakarta,2009 hlm. 15

7 Ibid. hlm. 19

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

5

urusan pemerintah pusat di daerah itu, dalam arti bahwa organisasi pemerintah

daerah memperoleh tugas dan kewenangan untuk membantu melaksanakan

urusan-urusan pemerintah pusat .8

Desentralisasi saat ini telah menjadi azas penyelenggaraan pemerintahan

yang diterima secara universal dengan berbagai macam bentuk aplikasi di setiap

negara. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa tidak semua urusan pemerintahan dapat

diselenggarakan secara sentralisasi, mengingat kondisi geografis, kompleksitas

perkembangan masyarakat, kemajemukan struktu sosial dan budaya lokal serta

adanya tuntutan demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.9

Desentralisasi memiliki berbagai macam tujuan. Secara umum tujuan

tersebut dapat diklasifikasi ke dalam dua variabel penting, yaitu, sebagai berikut:10

1. peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan

(yang merupakan pendekatan model efisiensi struktural/structural

efficiency model).

2. peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan dan

pembangunan (yang merupakan pendekatan model

partisipasi/participatory model).

Setiap negara lazimnya memiliki titik berat yang berbeda dalam tujuan-

tujuan desentralisasinya tergantung pada kesepakatan dalam konstitusi terhadap

arah pertumbuhan (direction of growth) yang akan dicapai melalui desentralisasi.

8Mahkamah Konstitusi, Desentralisasi Dan Otonomi Daerah, Melalui

<www.daulahalfarisi.blogspot.com>, Selasa 01/03/2011, Pkl. 20.43 Wib 9Mahkamah Konstitusi, Desentralisasi Dan Otonomi Daerah, Melalui

<www.daulahalfarisi.blogspot.com>, Rabu Pkl. 19.2402/03/2011, Wib 10

Mahkamah Konstitusi, Desenralisasi Dan Otonomi Daerah, Melalui

<www.daulahalparisi.blogspot.com>, Kamis 03/03/2011, Pkl. 20.04 Wib

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

6

Oleh karena itu desentralisasi merupakan simbol “trust” dari pemerintrah pusat

kepada sistem yang sentralistik mereka tidak bisa berbuat banyak dalam

mengatasi berbagai masalah, dalam sistem otonomi daerah mereka tertantang

untuk secara kolektif menentukan solusi-solusi atas berbagai masalah yang

dihadapi.11

Secara yuridis asas desentralisai di sebutkan dalam undang-undang nomor

32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Pasal 1 ayat (7), yaitu

menyatakankan sebagai berikut:

“Desentralisai adalah penyerahan wewenang Pemerintahan kepada

daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Dengan demikian permasalahan-permasalahan dapat saja muncul pada

pelaksanaan asas desentralisasi di tiap-tiap pemerintahan daerah. Berdasarkan

teori-teori di atas maka pelaksanaan asas desentralisasi harus berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka dari itu Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menjadi dasar

hukum dalam pelaksanaan asas desentralisasi di Pemerintahan Daerah khususnya

di Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut, dalam hal ini Pemerintahan Daerah

Kabupaten Garut terdapat kesenjangan antara keharusan melaksanakan ketetuan

peraturan perundang-undangan Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang 32 Tahun 2004

Pemerintahan Daerah (Das Solen), yaitu menyatakan sebagai berikut:

“Dalam menyelenggarakan pemerintahan, pemerintah menggunakan asas

desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan”.

11

Mahkamah Konstitusi, Desentralisasi Dan Otonomi Daerah, Melalui

<www.daulahalfarisi.blogspot.com>, Jumat 04/03/2011, Pkl. 08.01 Wib

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

7

Namun kenyataan yang terjadi di lingkungan Pemerintahan Daerah

Kabupaten Garut (Das Sein), adala tidak ada keselarasan dengan Pasal 20 ayat (2)

undang-undang tahun 2004 Tentang Pemerintahan daerah.

Di Kabupaten Garut dengan berlakunya asas desentralisasi diharapkan

akan mensejahtrakan masyarakat dan memaksimalkan pelayanan publik sesuai

dengan amanat dasar hukum pelaksanaan asas desentralisasi yaitu Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Di samping itu pemerintahn kabupaten garut merasa terbebani karena

dengan banyaknya kewenangan pemerintah pusat kepada daerah, maka kebutuhan

operasional makin banyak. Dengan demikian pelayanan masyarakat dan

kesejahtraan yang merupakan prioritas utama dalam desentralisasi menjadi tidak

terlaksana dengan maksimal dan pemerintahan kabupaten lebih cenderung

memikirkan jalan keluar untuk mengatasi masalah desentralisasi.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PELAKSANAAN ASAS

DESENTRALISASI DI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN

GARUT BEDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004

TNTANG PEMERINTAH DAERAH.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

8

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan Asas Desentralisasi di pemerintahan Daerah

Kabupaten Garut berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah ?

2. Bagaimana kendala dalam Pelaksanaan Asas Desentralisasi di

Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut Berdasarkan Undang-Undang

No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah?

3. Bagaimana upaya mengatasi kendala yang di lakukan dalam pelaksanaan

Asas Desentralisasi di Kabupaten Garut berdasarkan Undang-Undang

No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang diuraikan di atas maka penelitian

ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Asas Desentralisasi di pemerintahan

Daerah Kabupaten Garut berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah;

2. Untuk mengetahui kendala dalam Pelaksanaan Asas Desentralisasi di

Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut Berdasarkan Undang-Undang

No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;

3. Untuk mengetahui upaya mengatasi kendala yang di lakukan dalam

pelaksanaan Asas Desentralisasi di Kabupaten Garut berdasarkan Undang-

Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

9

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dari segi

praktis dan teoritis yaitu :

1. Kegunaan Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu hukum pada umumnya, Hukum Tata Negara

khususnya, terutama yang menyangkut asas desentralisai

b) Penelitian ini di harapkan memberikan pengetahuan mengenai asas

desentralisasi kepada penulis dan kepada pihak akademik lainnya,

mahasiswa hukum tatanegara pada khususnya, dalam mempelajari

matakuliah hukum pemerintahan daerah (Hukum PEMDA).

2. Kegunaan Praktis.

a) Penelitian ini di harapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan

pemahaman bagi penulis di bidang ilmu hukum, khususnya mengenai

permasalahan yang di bahas dalam skripsi ini yaitu mengenai asas

desentralisai. Dengan demikian asas desentralisai dapat di laksanakan

sesuai dengan potensi dan kebutuhan di pemerintahan kabupaten

Garut.

b) Di samping itu ketentuan di dalam asas desentralisasi dapat terlealisasi

di pemerintahan kabupaten Garut, sehingga apa yang menjadi urusan-

urusan wajib pemerintahan Garut dapat di laksanakan sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

10

E. Kerangka Pemikiran

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 mengenai Pemerintahan

daerah, yaitu menyatakan sebagai berikut:

“Negara kesatuan republik indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap

provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang

diatur dengan Undang-Undang”.

Negara kesatuan republik indonesia merupakan negara hukum, ketentuan

ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 perubahan

ktiga, yaitu menyatakan sebagai berikut:

“Negara indonesia adalah negara hukum”.

Artinya bahwa negara kesatuan republik indonesia adalah negara yang

berdasarkan atas hukum (rechstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka

(machstaat) dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi.

Ketentuan tersebut mensyaratkan bahwa hukum harus dipegang teguh oleh setiap

warga negara, dan apartaur negara harus berdasarkan ketetapan hukum yang

berlaku. Kelsen12

mengemukakan teorinya mengenai hierarki hukum, berpendapat

bahwa:

“Norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam

suatu hierarki tata susunan”.

Dengan demikian Negara yang berdasarkan hukum akan terjadi

keselarasan dalam melaksanakan kehidupan bernegara. Adapun yang di maksud

dengan pengertian ujuan hukum adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum

dalam masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan, yaitu

12

Rudi, Memahami Konsep Hierarki Hukum Refleksi Permasalahan Dana APBD di Bank

Tripanca, Melalui <www. rechtboy.wordpress.com>, Selasa 01/03/2011, Pkl. 00.23 wib

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

11

asas-asas keadilan dari masyarakat itu.13

Hal ini menunjukan bahwa suatu norma

yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdsar pada norma yang lebih tinggi,

demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih

lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif yaitu norma dasar.

Perkembangan aturan hukum dalam pelaksanaannya menunjukan adanya

penggantian terhadap aturan-aturan hukum yang sedang berlaku hukum positif

(hukum yang ada di Indonesia) karena tidak sesuai lagi dengan kebutuahan akan

hukum di masyarakat.

Selain hukum harus mengikuti perkembangan masyarakat hukum juga

harus dapat membantu peroses perubahan masyarakat, Peran hukum sebagai law

is a . tool of social engineering yang artinya hukum sebagai alat perekayasa

social, merupakan konsep hukum dari Rouscoe Poun.14

Sedangkan menurut Muchtar Kusuma Atmaatmaja yang di kenal dengan

Madhab Unpad mennyatakan bahwa hukum dapat di pergunakan sebagai

pembaharuan masyarakat.15

Di Indonesia fungsi hukum dalam pembaharuan

adalah sebagai sarana pembaharuan masyarakat. Hal inididasarkan pada anggapan

bahwa adanya ketertiban dalam pembangunan, merupakan sesuatu dipandang

penting dan sangat di perlukan.

Di samping itu, maka hukum sebagai tata kaidah dapat berfungsi sebagai

sarana untuk menyalurkan arah kegiatan-kegiatan warga masyarakat ketujuan

13

C.S.T. Kansil, Pengantar ilmuHukum dan Tata Hukum Indonesi. Balai pustaka Jakarta, 198,

hlm. 40, 41. 14

Lili Rasidi, Dasar-dasar filsafat Hukum dan Teori Hukum. Citra AdityaBakti, Bandung, 2007,

hlm,68. 15

Mochtar Kusuma Atmaja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung,

2002, hlm 25

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

12

yang di kehendaki oleh perubahan terancam tersebut. Sudah tentu, bahwa fungsi

hukum sebagai sarana dari pada sistem pengendalian sosial. Dengan demikian

asas desentralisasi menjadi system pengendalian sosial oleh sebab itu sistem

pemerintahan di lingkuan daerah menjadi lebih teratur maksimal dalam pelayanan

publik dan menjadi pengendali dalam tatanan pemerintahan daerah.

Dalam hal ini upaya dalam perekayasan ke arah lebih baik lagi dari

sebelumnya, yang tercapai suatu perubahan seperti yang terdapat pada Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dalam hal

desentralisasi. Dengan demikian adanya asas desentralisasi tersebut dapat

memaksimalkan kinerja pemerintah daerah dan pelayanan kepada masyarakat di

kabupaten Garut dengan mengatur sendiri kebutuhan dan potensi yang ada dierah

tersebut, Oleh karena itu penetapan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah merupakan fungsi sebagai alat pertekayasa

masyarakat.

Dalam sistem hukum di Indonesia, teori hierarki hukum ini

dimanefestasikan dalam tata urutan peraturan Perundang-Undangan di Indonesia

dalam instrumen hukum Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yaitu menyatakan sebagai

berikut:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Ktetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

4. Peraturan Pemerintah;

5. Peraturan Presiden;

6. Peraturan Daerah Propinsi, Peraturan Daerah Kabupaten dan Kota.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

13

Dengan demikian berdasarkan teori hierarki hukum, peraturan Perundang-

Undangan di bawah Undang-Undang misalnya Peraturan Pemerintah tidak boleh

bertentangan dengan Undang-Undang yang berada pada hierarki yang lebih

tinggi. ketentuan ini berlaku pula terhadap hal lainnya sesuai dengan tingkatan

hierarkinya masing-masing, yaitu prodak hukum yang lebih rendah tidak boleh

bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi (lex superior derogate lex interior),

dengan demikian asas desentralisasi yang di atur dalam undang-undang nomor 32

tahun 2004 tentang pemerintahan daerah Pasal 20 ayat (2) tidak bertentangan

dengan undang-undang dasar tahun 1945 Pasal 18 ayat (1).

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

Pasal 20 ayat (2) yaitu menyatakan sebagai berikut:

“Dalam menyelenggarakan pemerintahan, pemerintahan menggunakan

asas desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan”.

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tentang pemerintahan daerah Pasal 18

ayat (1) menyatakan sebagai berikut:

“Negara Kesatuan Republik Indonesia di bagi atas daerah-daerah

provinsi dan daerah provinsi itu di bagi atas kabupaten dan kota, yang

tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan

daerah, yang di atur dengan undang-undang”.

Negara Indonesia menganut faham kedaulatan rakyat atau demokrasi,

pemilik kekuasaan tertingi dalam Negara adalah rakyat, kekuasaan yang

sesungguhnya adalah berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam

pandangan Eman Hermawan mengatakan bahwa:16

16

Eman Hermawan, Politik Membela Yang Benar , KLIK, Yogyakarta, 2001. Hlm. 33

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

14

“Pemerintah harus berdasarkan perinsi-perinsip pemerintahan asli,

karena demokrasi dalam ruanglingkupnya adalah pemerintahan oleh

rakyat, dan rakyat dan untuk rakyat.”

Jimmly Asshidiqie menyatakan:17

“Kedaulatan rakyat Indonesia diselenggarakan secara langsung dan

melalui system perwakilan. Secara langsung, kedaulatan rakyat itu

diwujudkan dalam tiga cabang kekuasaan yang tercermin dalam Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang terdiri dari: Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan Wakil

Presiden dan Kekuasaan Kehakiman. Dalam menentukan kebijakan pokok

pemerintahan dan mengatur ketentuan hukum berupa UUD dan Undang-

Undang, serta dalam menjalankan fungsi pengawasan (fungsi control)

terhadap jalanya pemerintahan. Pelembagaan kedaulatan rakyat itu

disalurkan melalui system perwakilan, yaitu melaui Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan

Perwakilan Daerah. Di daerah-daerah Provinsi dan kabupaten/Kota

pelembagaan kedaulatan rakyat itu juga disalurkan melalui Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.”

Otonomi daerah dalam lingkup demokrasi mengandung arti bahwa

otonomi daerah menuntut adanya partisipasi dan kemandiriaan daerah (local)

tanpa mengabaikan perinsip persatuan negara dan bangsa. Hal tersebut

sebagaiman di kemukakaan dalam Pasal 6 Tap MPR NO. X/MPR/1998, Pasal 6

yaitu, menyatakan sebagai berikut:

Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, pembagiaaan, dan

pemanpaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, dan perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah, dalam kerangka mempertahankan dan

memperkokoh Negara Keasatuaan Republik Indonesia dilaksanakan

berdasarkan asas kerakyatan dan berkesinambungan yang di perkuat

dengan pengawasan DPRD dan masyarakat.

Di samping itu dalam pelaksanaan otonomi daerah yang di dalamnya

terdapat asas desentralisasi maka pengertian desentralisasi menurut para ahli dapat

diuraikan sebagai berikut:18

17

Jimmly Asshidiqie, Penegakan Hukum dalam Era Pembangunan Berkelanjutan, Seminar

Pembangunan Hukukm VII, Makalah, 2004

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

15

1. Joeinarto, menyebut bahwa desentralisasi adalah meberian wewenang

dari negara kepada pemerintah lokal untuk mengatur dan mengurus

urusan tertentu sebagai urusan rumah tangganya sendiri.

2. Muslimin, mengartikan desentralisasi adalah pelimpahan wewenang

pada badan-badan dan golongan-golongan dalam masyarakat dalam

daerah tertentu untuk mengurus rumah tangganya.

3. Irawam Soejito, mengartikan desentralisasi sebagai pelimpahan

kewenangan pemerintah kepada pihak lain untuk dilaksanakan .

Asasa Desentralisasi yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah pada

dasarnya mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah Pasal 20 ayat ayat (2), yaitu menyebutkan sebagai berikut:

Dalam menyelenggarakan pemerintahan pemerintah menggunakan asas

desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Dalam hal ini pengertian desentralisasi secara yuridis dapat dilihat dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1

ayat ayat (7), yaitu menyebutkan sebagai berikut:

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dalam sistem Negara kesatuan Republik Indonesia

Desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri

berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan

Republik Indonesia. dengan adanya desentralisasi maka muncullan otonomi bagi

suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam

18

Idem

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

16

keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan

kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia,

desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan

karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan paradigma

pemerintahan di Indonesia .

F. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang penulis tempuh dalam penulisan skripsi

ini adalah sebagai berikut:

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi Penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis yaitu

menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dikaitkan

dengan teori-teori hukum dalam pelaksanaan praktek pelaksanaan hukum

menyangkut masalah yang diteliti.19 Yaitu Pelaksanaan Asas Desentralisasi di

Pemerintahan Kabupaten Garut Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Selanjutnya meneliti sejauh mana peraturan

perundang-undangan di Indonesia mengatur mengenai pelaksanaan Asas

Desentralisai

2. Metode Pendekatan

Metode Pendekatan pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan

yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang berarti penelitian terhadap Pasal-

19

Ronny Hanitijo Soemantri, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia, Jakarta, 1994, hlm. 97

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

17

Pasal yang mengatur hal yang menjadi permasalahan di atas.20 Selanjutnya

dikaitkan dengan kenyataan yang ada dalam praktek dan aspek-aspek sosial yang

berpengaruh, kemudian mencoba mengumpulkan, mengkaji, ketentuan-ketentuan

hukum mengenai proses Pelaksanaan Asas desentralisasi tersebut.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Yaitu penelitian terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

penyelenggaraan proses pelaksanaan asas desentralisasi berdasarkan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan perangkat

hukum yang mengatur hal tersebut, agar mendapat landasan teoritis dan

memperoleh informasi dalam bentuk ketentuan-ketentuan formal dan data-data

melalui naskah yang ada.

Tahap penelitian hukum normatif merupakan penelitian kepustakaan

yaitu penelitian terhadap data sekunder pengumpulan data dalam penelitian

diperoleh baik melalui menganalisis peraturan perundang-undangan yang

berkaitan, dokumen-dokumen maupun literatur-literatur ilmiah dan penelitian para

pakar yang sesuai serta berkaitan dengan objek penelitian dari data sekunder.

Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh melalui tahap,

yaitu:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yaitu

diantaranya:

a) Undang-Undang Dasar 1945; Pasal 18 Ayat (1)

20

Ibid. hlm. 35

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

18

b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah;

c) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Pembangunan Nasional.

d) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan

terhadap sumber hukum primer seperti hasil karya para ahli hukum

yang berupa artikel.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk

terhadap sumber bahan primer dan sekunder, seperti data ysng

diperoleh dari ensiklopedia umum secara online.

b. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data

dalam penelitian kualitatif, penelitian ini biasanya dilakukan dalam ruangan

terbuka, dimana kelompok eksperimen masih dapat berhubungan dengan faktor-

faktor luar.21

Penelitian ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Pengamatan Lapangan

Yaitu dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan asas

Desentralisasi di pemerintahan daerah Kabupaten Garut berdasarkan

21

Penelitian Lapangan, Melalui, <http//www.google.com>, Jum’at 22/03/2011, Pkl. 20.12 Wib

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

19

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah.

2) Wawancara

Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab langasung dengan

Kasubag hukum pemerintahan daerah kabupaten Garut, yaitu dengan

Bapak.22 Drs. Ma’mun Budianto sebagai KASI PMSD dan Politik

Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut.

3) Observasi

Yaitu pengumpulan data dimana penelitian mengadakan

pengamatan terhadap gejala-gejala subjek yang diteliti.23 Dalam hal ini

penulis melakukan penelitian di Pemerintahan Daerah Kabupaten

Garut

4. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif, kualitatif adalah

data yang dikumpulkan berupa data deskriptif, seperti kata-kata tertulis, ucapan

lisan dari para responden. Selain itu terdapat data yang telah ditetapkan mengenai

tinjauan hukum terhadap proses Pelaksanaan asas desentralisasi di kabupaten

Garut berdasrkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah.24

22

Ronny Hanitijo Soemantri, Op.Cit. hlm. 114 23

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm 95 24

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Hukum Kualitatif, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung,

2004 hlm.4

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

20

5. Metode Analisis Data

Data yang diproleh dari penelitian, selanjutnya akan dianalisis dengan

menggunakan analisis data deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh

disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif (deskriptif analitis)

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Data penelitian diklasifikasikan sesuai dengan permasalahn penelitian;

b. Hasil klasifikasi data selanjutnya disistematisasikan;

c. Data yang telah disistematisasikan selanjutnya dianalisis untuk

dijadikan dasar dalam pengembalian kesimpulan.

6. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan guna penelitian ini maka lokasi

penelitian dilakukan di:

1. SEKDA Pemerintahan Daerah kabupaten Garut;

2. Perpustakaan Daerah Kabupaten Garut;

3. Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Barat;

4. Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Sunan Gunung Djati Bandung;

5. Perpustakaan Univrsitas Padjadjaran.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

21

BAB II

TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN DAERAH DAN OTONOMI

DAERAH DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

A. Ruang Lingkup Pemerintahan Daerah

1. Pengertian Pemerintah Daerah

Asal-usul kata pemerintah daerah berasal dari bahasa yunani dan latin

kuno seperti koinotes (komunitas) dan demos (rakyat atau distrik), commune (dari

bahasa perancis) yaitu suatu komunitas swakelola dari sekelompok penduduk

suatu wilayah . ide dasar tentang commune adalah suatu pengelompokan alamiah

dari penduduk yang tinggal pada suatu wilayah tertentu dengan kehidupan

kolektif yang dekat dan memiliki minat dan perhatian yang bermacam macam.25

Istilah Pemerintahan menurut Inu Kencana Syafiie26

adalah suatu ilmu dan

seni. Disebut sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan karena mempunyai syarat-

syaratnya yaitu dapat dipelajari dan diajarkan, memiliki objek materil maupun

formal, sifatnya universal, sistematik serta spesifik (khas) dan dikatakan sebagai

seni, karena banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintahan

mampu berkiat serta dengan kharismatik menjalankan roda pemerintahan.27

Secara yuridis pengertian Pemerintahan Daerah tercantum dalam Pasal 1

angka (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,

yang berbunyi sebagai berikut:

25

.J.Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 152 26

Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, Op Cit, hlm. 72 27

Idem

21

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

22

“Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asa otonomi seluasa-

luasnya dalam sistem dan perinsip Negara Kesaatuan Republik Indonesia

sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan

Republik Indonesia Tanhun 1945”

Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-

daerah Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah

Kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai

pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan Daerah

adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan

umum. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala

Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.28

2. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Istilah asas berarti dasar, prinsip, pedoman, pegangan, sedangkan asas-asas

Pemerintahan Daerah adalah dasar-dasar yang perlu diketahui oleh setiap orang

dalam pelaksanaan hukum pemerintahan daerah.29

Oleh karena itu,

penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam arti luas di Indonesia adalah

28

Wikipedia, Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Melalui,

<http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia>, Senin 18 April 2011, Pkl.

10.35 Wib. 29

Josef Riwu Kaho, Prosfek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2005, hlm. 87

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

23

pemerintahan pusat maupun daerah dapat menggunakan asas-asas umum

pemerintahan yang baik, asas keahlian dan kedaerahan, asas dekonsentrasi, asas

desentralisasi (asas otonomi dan tugas pembantuan)30

Asas keahlian dan kedaerahan adalah suatu asas yang menghendaki tiap-

tiap urusan kepentingan umum diserahkan kepada para ahli untuk diselenggarakan

secara fungsional.31

Hal ini terdapat dalam susunan pemerintahan pusat, yaitu

departemen-departemen dan lembaga pemerintahan non departemen kepentingan

yang harus diselenggarakan oleh pemerintah pusat, untuk kelancaran jalannya

pemerintahan ditempuh asas dekonsentrasi dan desentralisasi.

Pemaknaan asas desentralisasi mejadi perdebatan di kalangan para pakar,

dari pemaknaan para pakar tersebut Agus Salim Andi Gadjong.32

mengklasifikasikan desentralisasi sebagai berikut:

a. Desentralisasi sebagai penyerahan kewenangan dan kekuasaan dari

pusat ke daerah;

b. Desentralisasi sebagai pelimpahan kekuasaan dan kewenangan;

c. Desentralisasi sebagai pembagian, penyebaran, pemencaran, dan

pemberian kekuasan dan kewenangan;

d. Desentralisasi sebagai sarana dalam pembagian dan pembentukan

daerah pemerintahan.

Menurut R.G. Kartasapoetra33

desentralisasi diartikan sebagai penyerahan

urusan dari pemerintah pusat kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya.

30

Idem 31

Idem 32

Hanif Nurcholis, Teori Dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah, Grasindo, Jakarta

2007, hlm. 79

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

24

Penyerahan ini bertujuan untuk mencegah pemusatan kekuasaan, keuangan serta

sebagai pendemokratisasian pemerintahan, untuk mengikutsertakan rakyat

bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Tak jauh berbeda E. Koswara34

menyatakan desentralisasi adalah sebagai

proses penyerahan urusan-urusan pemerintahan yang semula termasuk wewenang

pemerintah pusat kepada badan atau lembaga Pemerintahan Daerah agar menjadi

urusan rumahtangganya sehingga urusan tersebut beralih kepada dan menjadi

tanggung jawab pemerintah daerah.

Desentralisasi mengandung segi positif dalam penyelenggaraan

pemerintahan baik dari sudut politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan

keamanan, karena dilihat dari fungsi pemerintahan, desentralisasi menunjukkan:35

a. Satuan-satuan desentralisasi lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai

perubahan yang terjadi dengan cepat;

b. Satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas lebih efektif

dan lebih efisien;

c. Satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif;

d. Satuan-satuan desentralisasi mendorong tumbuhnya sikap moral yang

lebih tinggi, komitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif.

Dari beberapa pandangan pakar di atas, dengan jelas menafsirkan bahwa

dimensi makna desentralisasi melahirkan sisi penyerahan kewenangan, pembagian

kekuasaan, pendelegasian kewenangan, dan pembagian daerah dalam struktur

33

R.G Kartasapoetra, Sistematka Hukum Tata Negara, , Bina Aksara, Jakarta 1987 hlm. 87 & 98 34

E. Koswara, Otonomi Daerah: untuk demokrasi dan kemandirian rakyat, Yayasan PARIBA,

Jakarta, 2001, hlm. 17 35

Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, PSH FH-UII,Yogyakarta, 2001 hlm. 174

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

25

pemerintahan di Negara Kesatuan. Penyerahan, pendelegasian dan pembagian

kewenangan dengan sendirinya menciptakan kewenangan pada pemerintah daerah

dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah, yang didahului pembagian daerah

pemerintahan dalam bingkai daerah otonom.

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan kepada

daerah otonom sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah

dalam kerangka Negara Kesatuan, dan lembaga yang melimpahkan kewenangan

dapat memberikan perintah kepada pejabat yang telah dilimpahi kewenangan itu

mengenai pengambilan atau pembuatan keputusan36

. Sebab terjadinya penyerahan

wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabat-pejabat atau aparatnya untuk

melaksanakan wewenang tertentu dilakukan dalam rangka menyelenggarakan

urusan pemerintah pusat di daerah, sebab pejabat-pejabat atau aparatnya

merupakan wakil pemerintah pusat di daerah yang bersangkutan.37

Pendelegasian wewenang pada dekonsentrasi hanya bersifat menjalankan

atau melaksanakan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pusat lainnya

yang tidak berbentuk peraturan, yang tidak dapat berprakarsa menciptakan

peraturan dan atau membuat keputusan bentuk lainnya untuk kemudian

dilaksanakannya sendiri pula. Pendelegasian dalam dekonstrasi berlangsung

antara petugas perorangan pusta di Pemerintahan Pusat kepada petugas

perorangan pusat di Pemerintahan Daerah.

36

Noer Fauzi dan R.Yando Zakaria, Mensiasati Otonomi Daerah, Konsorsium pembaruan

Agraria bekerjasama dengan INSIST “Press”, Yogyakarta, 2000, hlm 11 37

Idem

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

26

Asas tugas pembantuan secara yuridis ditentukan dalam Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat (9), yaitu:

Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan

atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten atau kota dan atau

desa serta dari pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk

melaksanakan tugas tertentu.

Dasar asas tugas pembantuan juga tercantum dengan tegas dalam Undang-

Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (2), yaitu:

Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan.

Sjachran bahas38

mengatakan bahwa pada hakikatnya, asas tugas

pembantuan (medebewind) adalah menjalankan ketentuan perundang-undangan

yang lebih tinggi tingkat derajatnya dari pihak lain secara bebas. Bebas dalam arti

bahwa terdapat kemungkinan untuk mengadakan peraturan yang mengkhususkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkat derajatnya,

supaya sesuai dengan keadaan nyata di daerah-daerahnya.

Bagir Manan39

mengatakan bahwa pada dasarnya, tugas pembantuan

adalah tugas melaksanakan peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi (de

uitvoering van hogere regelingen). Daerah terikat melaksanakan peraturan

perundang-undangan termasuk yang diperintahkan atau diminta dalam rangka

tugas pembantuan tugas pembantuan dalam hal tertentu dapat dijadikan semacam

“terminal” menuju penyerahan penuh.

38

Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, Op.cit, hlm. 105 39

Ibid, hlm 104

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

27

Asas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah disebutkan juga dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 20

ayat (1) dan ayat (2), yaitu:

Pasal 20 ayat (1), menyatakan sebagai berikut:

“penyelenggaraa pemerintah berpedoman pada asas Umum

Penyelenggaraan Negara yang terdiri dari:

a. Asas kepastian hukum

b. Asas tertib penyelenggara Negara

c. Asas kepentingan umum

d. Asas keterbukaan

e. Asas proporsionalitas

f. Asas profesionalitas

g. Asas akuntabilitas

h. Asas efisiensi, dan

i. Asas efektifitas”

Pasal 20 ayat (2), menyatakan sebagai berikut:

“Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah menggunakan asas

desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan”

Asas-asas umum dalam penyelenggaraan Negara dapat dijelaskan sebagai

berikut:40

a. Asas kepastian hukum

Negara hukum bertujuan untuk menjamin bahwa kepastian hukum

terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan

kepastian dalam hubungan antar manusia, yaitu menjamin

prediktabilitas, dan juga bertujuan untuk mencegah bahwa hak yang

terkuat yang berlaku, beberapa asas yang terkandung dalam asas

kepastian hukum adalah:

40

Nur Syam, Saatnya Kini Good Governance, <http://nursyam.sunan-ampel.ac.id>, Jumat 12

April 2011, Pkl. 16.12 Wib

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

28

1) Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum.

2) Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat aturan

tentang cara pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan

pemerintahan.

3) Asas non-retroaktif perundang-undangan: sebelum mengikat,

undang-undang harus diumumkan secara layak.

4) Asas non-liquet: hakim tidak boleh menolak perkara yang

dihadapkan kepadanya dengan alasan undang-undang tidak jelas

atau tidak ada.

5) Asas peradilan bebas: objektif-imparsial dan adil-manusiawi.

6) Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin

perlindungannya dalam undang-undang dasar.

b. Asas tertib penyelenggara Negara

adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan

keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara

c. Asas kepentingan umum

adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara

yang aspiratif, akomodatif dan selektif

d. Asas keterbukaan

adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif

tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan

perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

29

e. Asas proporsionalitas

adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban penyelenggara negara

f. Asas profesionalitas

adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode

etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

g. Asas akuntabilitas

adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai

pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku

h. Asas efisiensi

adalah asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya

guna

i. Asas efektifitas

adalah asas yang berorientasi pada minimalisasi penggunaan sumber

daya untuk mencapai hasil kerja yang terbaik

B. Ruang Lingkup Otonomi Daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah kebebasan dan kemandirian (urijheiden

zelfstandigheid) untuk mengatur dan mengurus sebagai urusan pemerintah.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

30

Kebebasan dan kemandirian dalam hal ini mengandung arti ”atas nama dan

tanggung jawab sendiri” (opeigen naam verantwoordeliijkheid).41

Dalam Pasal 1 angka (5) UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah di sebutkan bahwa:

“Otonomi daerah adalah hak, wewenag, dan kewajiban daerah otonomi

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahaan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan”

Rumusan pasal ini tidak begitu berbeda di bandingkan dengan rumusan

yang terdapat dalam Pasal 1 huruf (h) UU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang

Pemerintahan Daerah yang berbunyi sebagai berikut:

“Otonomi daerah adalah kewenagan daerah otonomi untuk mengatutrdan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan”

2. Dasar Hukum Otonomi Daerah42

Dasar hukum terbentuknya otonomi daerah, yaitu dapat diuraikan sebagai

berikut:

a) Undang Undang Dasar.

Sebagaimana telah disebut di atas Undang-undang Dasar 1945 merupakan

landasan yang kuat untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Pasal 18 UUD

menyebutkan adanya pembagian pengelolaan pemerintahan pusat dan daerah.

Pemberlakuan sistem otonomi daerah merupakan amanat yang diberikan oleh

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)

41

M.C. Burkens, et.al., Beginseln van de Democratische Rechtsstaat, Kluwer, Deventer, 1997,

hlm. 263. 42

Canzyber, Otonomi Daerah, Melalui <http://www.scribd.com>, Senin 18 April 2011, Pkl. 10.50

Wib.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

31

Amandemen Kedua tahun 2000 untuk dilaksanakan berdasarkan undang-undang

yang dibentuk khusus untuk mengatur pemerintahan daerah. UUD 1945 pasca-

amandemen itu mencantumkan permasalahan pemerintahan daerah dalam Bab VI,

yaitu Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B. Sistem otonomi daerah sendiri tertulis

secara umum dalam Pasal 18 untuk diatur lebih lanjut oleh undang-undang.

Pasal 18 ayat (2) menyebutkan:

“Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan”

Pasal 18 ayat (5) menyebutkan:

“Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali

urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan pemerintah pusat.”

Pasal 18 ayat (2) menyebutkan:

“Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan

peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan”

b) Ketetapan MPR-RI

Tap MPR-RI No. XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Otonomi

Daerah: Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

berkeadilan, serta perimbangan kekuangan Pusat dan Daerah dalam rangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c) Undang-Undang

Undang-undang N0.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah pada

prinsipnya mengatur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

32

mengutamakan pelaksanaan asas Desentralisasi. Hal-hal yang mendasar dalam

UU No.22/1999 adalah mendorong untuk pemberdayaan masyarakat,

menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran masyarakat,

mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Namun, karena dianggap tidak sesuai

lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan

penyelenggaraan otonomi daerah, maka aturan baru pun dibentuk untuk

menggantikannya. Pada 15 Oktober 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri

mengesahkan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Dari ketiga dasar perundang-undangan tersebut di atas tidak diragukan

lagi bahwa pelaksanaan Otonomi Daerah memiliki dasar hukum yang kuat.

Tinggal permasalahannya adalah bagaimana dengan dasar hukum yang kuat

tersebut pelaksanaan Otonomi Daerah bisa dijalankan secara optimal.

C. Ruang Lingkup Asas Desentralisasi

1. Pengertian Asas Desentralisasi

Desentralisasi merupakan asas penyelenggaraan pemerintahan yang tepat

bagi indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari berbagai daerah dalam

wilayahnya. Untuk dapat memberikan pelayanan publik kepada masyarakat,

pemerintah pusat khususnya tidak memungkinkan untuk secara langsung di

seluruh daerah di indonesia oleh karenanya, desentralisasi menjawab berbagai

persoalan yang dihadapi negara dalam rangka memberikan pelayanan publik yang

baik bagi masyarakat daerah. Desentralisasi merupakan antitesa dari sentralisasi

penyelenggaraan pemerintahan. Antara dua kutub itu dalam perkembanganya

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

33

tidak jarang diletakan pada kutub yang berlawanan.43

Padahal dalam negara

kesatuan disamping keliru untuk mempertentangkan keduanya juga antara

keduanya tidak bisa ditiadakan sama sekali. Artinya, kedua konsep, sistem bahkan

teori dimaksud saling melengkapi dan membutuhkan dalam rangka yang ideal

sebagai sendi negara demokratis.

Pentingnya desentralisasi pada esensinya agar persoalan yang di kompleks

dengan di latarbelakangi oleh berbagai faktor heteregonitas dan kekhususan derah

yang melingkunginya jika seperti; budaya, agama, adat istiadat, dan luas wilayah

yang jika di tangani semuanya oleh pemerintah pusat atau pemerintahan atasan

merupakan hal yang tidak mungkin dengan ketrebatasan dan kekurangan hampir

di semua aspek. Namun didesentralisasi kepada daerah dengan alasan cerminan

dari perinsip demokrasi. Oleh karena itu, pengendalian dan pengawasan pusat

sebagai cerminan dari sentralisai tetap dipandang mutlak sepanjang tidak

melemahkan bahkan memandulkan perinsip demokrasi itu sendiri.

Berdasarkan Pasal 1 angka (7) UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, yaitu berbunyi sebagai berikut:

“Desentralisai di artikan sebagai penyerahan wewenang Pemerintahan

oleh pemerintahan kepada Daerah Otonomi untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia. berdasarkan pasal ini penyelenggaraan pemerintah”

Desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan pada badan-badan dan

golongan-golongan dalam masyarakat dalam daerah terutama untuk mengurus

urusan rumah tangganya sendiri. Desentralisai ini kemudian terbagi dua;

Desentralisai teritorial (territoriale decentralisastie) yaitu pelimpahan kekuasaan

43

Bagir Manan, menyongsong fajar otonomi daerah, pusat studi hukum UII, yogyakarta, hlm. 189

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

34

untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga daerah masin-masing

(otonomi), yang melahirkan badan berdasarkan wilayah (gebiedscorporaties),

sedangkan desentralisasi fungsional (functionele decentralisatie), adalah

pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu atau beberapa

kepentingan tertentu, yang berbentuk dengan bada-badan dengan tujuan tertentu

(doelcorporaties).44

Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat

terhadap desentralisasi di berbagai pemerintahan dunia ketiga. Banyak negara

telah melakukan perubahan struktur organisasi pemerintahan ke arah

desentralisasi. Menurut Conyers, minat terhadap desentralisasi ini juga senada

dengan kepentingan yang semakin besar dari berbagai badan pembangunan

internasional. Mengenai desentralisasi, Soenobo Wirjosoegito memberikan

definisi sebagai berikut:45

“Desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh badan-badan umum

yang lebih tinggi kepada badan-badan umum yang lebih rendah untuk

secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentinga sendiri

mengambil keputusan pengaturan dan pemerintahan, serta struktur

wewenang yang terjadi dari itu”.

Selanjutnya DWP. Ruiter mengungkapkan bahwa menurut pendapat

umum desentralisasi terjadi dalam 2 (dua) bentuk, yaitu desentralisasi teritorial

dan fungsional, yang dijabarkan sebagai berikut:46

“Desentralisasi teritorial adalah memberi kepada kelompok yang

mempunyai batas-batas teritorial suatu organisasi tersendiri, dengan

demikian memberi kemungkinan suatu kebijakan sendiri dalam sistem

44

Amrah Muslimin, Aspek-aspek Hukum Otonomi Daerah, Alumni, Bandung, 1978, hlm. 5. 45

Sudikno Mertokusumo, Teori Desentralisasi (Pengertian dan Ruang Lingkup Pemerintahan

Daerah), Melalui <http://studihukum.blogspot.com>, Senin 18 April 2011, Pkl. 11.55 Wib 46

Sudikno Mertokusumo, Teori Desentralisasi (pengertian dan Ruang Lingkup Pemerintahan

Daerah), Melalui <http://setudihukum.blogspot.com>, Selasa 19 April 2011, Pkl 20.04 Wib

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

35

keseluruhan pemerintahan. Sedangkan desentralisasi fungsional adalah

memberi kepada suatu kelompok yang terpisah secara fungsional suatu

organisasi sendiri, dengan demikian memberi kemungkinan akan suatu

kebijakan sendiri dalam rangka sistem pemerintahan”.

Berkaitan dengan desentralisasi terotorial dan fungsional, C.W. Van Der

Pot dalam bukunya yang berjudul Handhoek van Nederlandse Staatrech,

berpendapat:47

“Desentralisasi akan didapat apabila kewenangan mengatur dan

mengurus penyelenggaraan pemerintah tidak semata-mata dilakukan oleh

pemerintah pusat (central government), melainkan juga oleh kesatuan-

kesatuan pemerintah yang lebih rendah yang mandiri (zelfanding),

bersifat otonomi (teritorial dan fungsional)”.

Dengan demikian, sistem desentralisasi mengandung makna pengakuan

penentu kebijaksanaan pemerintah terhadap potensi dan kemampuan daerah

dengan melibatkan wakil-wakil rakyat di daerah dengan menyelenggarakan

pemerintahan dan pembangunan, dengan melatih diri menggunakan hak yang

seimbang dengan kewajiban masyarakat yang domkratis.48

Robert Reinow dalam buku Introduction to Government, mengatakan

bahwa ada 2 (dua) alasan pokok dari kebijaksanaan membentuk pemerintahan di

daerah. Pertama, membangun kebiasaan agar rakyat memutuskan sendiri sebagian

kepentingannya yang berkaitan langsung dengan mereka. Kedua, memberi

kesempatan kepada masing-masing komunitas yang mempunyai tuntutan yang

bermacam-macam untuk membuat aturan-aturan dan programnya sendiri.

47

Sudikno Mertokusumo, Teori Desentralisasi (Pengertian dan Ruang Lingkup Pemerintahan

Daerah), Melalui <http://setudihukum.blogspot.com>, Rabu 20 April 2011, Pkl. 11.20 Wib 48

Sudikno Mertokusumo, Teori Desentralisasi (Pengertian dan Ruang Lingkup Pemerintahan

Daerah),Melalu < http://setudihukum blogspot.com>, kamis 21April 2011, Pkl. 21.01 Wib

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

36

Menurut Bagir Manan, dasar-dasar hubungan antara pusat dan daerah dalam

kerangka desentralisasi ada 4 (empat) macam, yaitu:49

a. Dasar-dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara.

Di dalam sebuah kegiatan bernegara untuk mewujudkan

pemerintahan yang baik maka dalam setiap keputusan pemerintah

untuk masyarakat harus melalui musyawarah mufakat antara

eksekutif dan legislative.

b. Dasar pemeliharaan dan pengambangan prinsip-prinsip

pemerintahan asli.

Hubungan yang dijalankan antara pemerintah pusat dan daerah

walaupun pemerintah pusat melimpahakn kepada daerah untuk

mengurus rumah tangganya sendiri akan tetapi pemerintah pusat

berhak mengawasi berlangsungnya pemerintahan di tingkat

daerah

c. Dasar kebhinekaan.

Indonesia terbagi kepada beberapa wilayah dan pemerintah pusat

harus tetap menjaga persatuan bagi wilayah yang beraneka ragam.

d. Dasar negara hukum.

Dasar hukum Negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar

1945 maka setiap peraturan yang ada di bawahnya tidak boleh

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945

49

Sudikno Mertokusumo, Teori Desentralisasi (Pengertian dan Ruang Lingkup Pemerintahan

Daerah), Melalui < http://setudihukum.blogspot.com>, Jumat 22 April 2011, Pkl. 20. 33 Wib

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

37

Dilihat dari segi pelaksanaan fungsi pemerintahan, David Oesborne dan

Ted Goeber berpendapat bahwa desentralisasi dan otonomi itu menunjukkan:50

a. Satuan-satuan desentralisasi (otonomi) lebih fleksibel dalam

memenuhi perubahan-perubahan yang terjadi dangan cepat;

b. Satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas dengan

efektif dan lebih efisien;

c. Satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif;

d. Satuan-satuan desentralisasi mendorong tumbuhnya sikap moral

yang lebih tinggi, komitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif.

2. Jenis-Jenis Asas Desentralisasi51

Jenis-jenis asas desentralisasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Dekonsentrasi

Rondinelli, Nellis, dan Cheema (1983) mendefinisikan dekonsentrasi

sebagai penyerahan sejumlah kewenangan dan tanggung jawab administrasi

kepada cabang departemen atau badan pemerintah yang lebih rendah. Dari

pengertian ini terdapat beberapa dimensi utama:

a. Pelimpahan wewenang;

b. Pembuatan keputusan, keuangan dan fungsi manajemen;

c. Level pemerintahan yang berbeda;

d. Dalam jurisdiksi pemerintah pusat.

50

Sudikno Mertokusumo, Teori Desentralisasi (Pengertian dan Ruang Lingkup Pemerintahan

Daerah), Melalui < http://setudihukum.blogspot.com>, Sabtu 23 April 2011, Pkl 12.31 Wib 51

Eko Prasojo (dk), Desentralisasi & Pemerintahan Daerah: Antara Model Demokrasi Lokal dan

Efisiensi Struktural, Melalui <http://www.slideshare.net>, 16 April 2011 Pkl. 11.35 Wib.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

38

Dekonsentrasi melahirkan local state government atau field

administration atau wilayah administrasi. Dalam dekonsentrasi, pemain inti

pemerintahan adalah pemerintah pusat (departemen dan lembaga sektor) dan

aparat pemerintah pusat yang ada di daerah (kantor wilayah atau kantor

departemen), diangkat dan digaji dengan APBN, bukan dipilih oleh rakyat

yang dilayani, dan bertanggung jawab kepada pejabat yang mengangkatnya,

yaitu pejabat pusat.

Dekonsentrasi pada awalnya diterapkan di sistem pemerintahan Perancis

dengan prefect sistem (sistem prefektoral). Dalam perkembangannya, di

negara-negara berkembang instansi vertical bertugas memberikan pelayanan

dan proses pemerintahan di bawah jurisdiksi pemerintah pusat. Untuk

konteks Indonesia, asas dekonsentrasi diwujudkan melalui pembentukan kantor

wilayah di propinsi dan kantor departemen di kabupaten/kota. Setelah UU

22/1999 tentang Pemerintahan Daerah diberlakukan, asas dekonsentrasi hanya

diletakkan pada wilayah propinsi, sedangkan pada wilayah kabupaten/kota tidak

lagi dianut asas dekonsentrasi. Sedangkan di kabupaten/kota hanya dilaksanakan

asas desentralisasi penuh. Semua kantor departemen yang ada di

kabupaten/kota harus diubah statusnya menjadi dinas.

b) Devolusi

Devolusi merupakan desentralisasi dalam pengertian yang sempit. Dalam

devolusi terjadi penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada tingkat

pemerintahan lokal yang otonom. Pendelagasian wewenang dalam devolusi

diatur oleh undang-undang yang memuat antara lain:

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

39

a. Pembentukan dan pemberian status daerah otonom;

b. Batas-batas jurisdiksi dan fungsi yang jelas;

c. Transfer kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri tugas

dan fungsi yang diberikan;

d. Pengaturan tentang interaksi antar unit pemerintahan daerah

baik secara vertical maupun horizontal;

e. Pemberian kewenangan untuk memungut beberapa

penerimaan daerah seperti pajak dan retribusi daerah;

f. Pemberian kewenangan unutk mengatur dan mengelola

anggaran dan keuangan daerah.

Melalui devolusi terbentuk local self government (pemerintahan

daerah sendiri). Dalam devolusi selalu dimulai dengan pembentukan daerah

otonom melalui undang-undang, yang disertai dengan pemberian kewenangan

yang meliputi kewenangan untuk mengatur (policy making) dan kewenangan

untuk mengurus (policy implementing). Dalam devolusi, kewenangan

mengatur yang diberikan oleh pusat, melahirkan lembaga Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD). Lembaga tersebut merupakan esensi dari daerah

otonom, karena melalui dan oleh lembaga tersebut peraturan daerah dibuat.

c) Tugas Pembantuan

Tugas pembantuan (medebewind) pada hakikatnya adalah pelaksanaan

kewenangan pemerintah pusat/pemerintah daerah atasannya, maka sumber

pembiayaannya berasal dari level pemerintahan yang menugaskan. Untuk itu,

sumber biayanya bisa berasal dari APBN atau APBD pemerintah daerah yang

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

40

menugaskannya. Kewenangan yang diberikan kepada daerah adalah kewenangan

yang bersifat mengurus, sedangkan kewenangan mengaturnyatetap menjadi

kewenangan pemerintah pusat/pemerintah atasannya.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

41

BAB III

PELAKSANAAN ASAS DESENTRALISASI DI PEMERINTAHAN

DAERAH KABUPATEN GARUT DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN

DAERAH

A. Kondisi Objektif dan Asas Desentralisasi Pemerintah Daerah

Kabupaten Garut52

Secara umum, Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis,

berbagai dinamika pembangunan terus berlangsung baik bidang politik, ekonomi.

Secara administratif, sampai saat ini Kabupaten Garut mempunyai jumlah

kecamatan sebanyak 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 403 desa, dengan luas

wilayah 306.519 Ha. Kecamatan Cibalong merupakan kecamatan yang

mempunyai wilayah terluas mencapai <6,97%> (enam koma Sembilan puluh

tujuh persen) dari wilayah Kabupaten Garut atau seluas 21.359 Ha, sedangkan

kecamatan Kersamanah merupakan wilayah terkecil dengan luas 1.650 Ha atau

<0,54%> (nol koma lima puluh empat persen).

Sebagai Kabupaten yang mempunyai wilayah cukup luas, tentu saja

Kabupaten Garut tidak terlepas dari permasalahan intern maupun ekstern dalam

penyelenggaraan pemerintahannya. Dengan segala kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman yang ada, Pemerintah Kabupaten Garut berusaha untuk menerapkan

52

Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, Kondisi Objektif Kab. Garut, Melalui <www.

Garutkab.co.id>, Rabu 09/08/2011, Pkl 14. 05 Wib

41

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

42

arah kebijakan pembangunan dan strategi yang tepat, bertekad untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Kondisi umum Kabupaten Garut dengan segala keungggulan, kelemahan

dan tantangannya dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Kondisi Geografis Daerah

Kabupaten Garut merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat

dan terletak di bagian Selatan. Secara geografis wilayahnya terletak pada

koordinat 6056’49” – 7

045’00” Lintang Selatan dan 107

025’8” – 108

07’30” Bujur

Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten

Sumedang;

b. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya;

c. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia;

d. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten

Cianjur.

2. Iklim dan Curah Hujan

Kabupaten Garut beriklim tropis basah (humid tropical climate), dimana

menurut hasil studi data sekunder, iklim dan cuaca itu dipengaruhi oleh tiga faktor

utama, yaitu:

a. Pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattem),

b. Topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

43

c. Elevasi topografi dengan curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara

2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan berturut-turut dan bulan kering berkisar

3 bulan berturut-turut, sedangkan di sekelilingnya terdapat daerah

pengunungan dengan ketinggian mencapai 3.500-4.000 meter di atas

permukaan laut dengan variasi temperatur bulanan berkisar antara 240C - 27

0

C.

3. Sumber Daya Lahan

a. Topografi

Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara

wilayah yang paling rendah, yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah

tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 1.000 - 1.500

mdpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan

Cisewu, wilayah yang berada pada ketinggian 500 - 1.000 mdpl terdapat di

kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100

-500 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan

Bungbulang serta wilayah yang terletak didaratan rendah pada ketinggian kurang

dari 100 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk.

Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi

antara <0 – 2%> (nol sampai dengan dua persen) sebesar <10,51%> (sepuluh

koma lima puluh satu persen) atau 32.229 Ha, kemiringan lahan antara <2 – 15%>

(dua sampai dengan lima belas persen) adalah seluas <38.097 ha atau seluas

12,43%> (tiga puluh delapan hektar atau seluas dua belas koma empat puluh tiga

persen), kemiringan lahan antara <15 – 40%> (lima belas sampai dengan empat

puluh persen) adalah seluas 110.326 ha atau sebesar <35,99%> (tiga puluh lima

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

44

koma Sembilan puluh Sembilan persen). Lahan dengan kemiringan di atas <40%>

(empat puluh persen) adalah seluas <125.867 ha> (seratus dua puluh lima delapan

ratus enam puluh tujuh hektar) atau sebesar <41,06%> (empat puluh satu koma

nol enam persen).

b. Jenis Tanah

Akibat pengaruh adanya daerah pegunungan, daerah aliran sungai dan

daerah dataran rendah pantai, maka tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Garut

bervariasi. Secara umum jenis tanahnya terdiri dari tanah sedimen hasil letusan

gunung Berapi Papandayan dan Gunung Guntur, dengan bahan induk batuan turf

dan batuan kuarsa. Pada daerah sepanjang aliran sungai, terbentuk jenis tanah

aluvial yang merupakan hasil sedimentasi tanah akibat erosi di bagian hulu. Jenis

tanah podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol

merupakan bagian paling luas dijumpai di wilayah Kabupaten Garut, terutama di

wilayah Garut Selatan, sedangkan Garut bagian utara didomiasi oleh jenis tanah

andosol.

c. Penggunaan Lahan

Tanah darat lebih banyak diperuntukan untuk hutan dengan luas 71.265 ha

atau <23,25 %> (dua puluh tiga koma dua puluh lima persen) dari luas tanah

darat. selebihnya dipergunakan untuk kebun dan kebun campuran, tegalan,

perkebunan, pemukiman/perkampungan, padang semak, pertambangan, tanah

rusak, tandus dan industri. Selain digunakan sebagai lahan pesawahan seluas

<49.441 ha> (empat puluh Sembilan koma empat ratus empat puluh satu hektar)

atau <16,13%> (enam belas koma tiga belas persen), lahan di Kabupaten Garut

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

45

juga diperuntukan untuk perairan darat seluas <2.038 ha> (dua koma nol tiga

puluh delapan hektar) atau sebesar <0,66%> (nol koma enam puluh enam persen)

dan peruntukan lainnya sebesar seluas <2.907 ha> (dua koma Sembilan ratus

tujuh hektar) atau sebesar <0,95%> nol koma Sembilan puluh lima persen).

4. Kondisi Demografis

Jumlah Penduduk Kabupaten Garut sampai Tahun 2008 tercatat sebanyak

2.345.108 jiwa (angka sementara) yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.192.201

jiwa dan perempuan sebanyak 1.152.907 jiwa, meningkat dari Tahun 2007

tercatat sebanyak 2.309.773 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.174.800

jiwa dan perempuan sebanyak 1.134.973 jiwa. Sementara pada Tahun 2006 yang

mencapai 2.274.973 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.157.252 jiwa dan

perempuan sebanyak 1.117.721 jiwa, pada Tahun 2005 mencapai 2.239.091 jiwa,

dan pada Tahun 2004 mencapai 2.204.175 jiwa. Laju Pertumbuhan Penduduk

(LPP) Kabupaten Garut pada periode Tahun 2004-2008 mengalami tren yang

berfluktuatif dari sebesar <1,41%> (satu koma empat puluh satu persen) pada

Tahun 2004 menjadi <1,58%> (satu koma lima puluh delapan persen) pada Tahun

2005, kemudian meningkat pada Tahun 2006 menjadi <1,60%> (satu koma enam

puluh persen), kemudian menurun pada Tahun 2007 menjadi <1,53%> (satu koma

lima puluh tiga persen) dan diproyeksikan mencapai <1,53%> (satu koma lima

puluh tiga persen) pada tahun 2008.

Pertumbuhan LPP tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh tingginya

pertumbuhan penduduk alami dibandingkan dengan migrasi masuk, meskipun

angka fertilitas pada periode 2004-2008 cenderung menurun, yaitu dari sebesar

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

46

<2,23%> (dua koma dua puluh tiga persen) pada Tahun 2004 menjadi <2,19%>

(dua koma Sembilan belas persen) pada Tahun 2005, kemudian menjadi <2,18%>

(dua koma delapan belas persen) pada Tahun 2006, kemudian sebesar <2,14%>

(dua koma empat belas persen) pada Tahun 2007 dan diproyeksikan mencapai

<2,11%> (dua koma sebelas persen) pada tahun 2008. Dengan luas wilayah

3.065,19 Km2, tingkat kepadatan penduduk pada Tahun 2008 diproyeksikan

mencapai rata-rata sebesar 765,08 jiwa/ km2 mengalami peningkatan sebanyak 11

orang per km2 atau sekitar <1,53%> (satu koma lima puluh tiga persen) bila

dibandingkan dengan tingkat kepadatan penduduk pada Tahun 2007 rata-rata

sebesar 753,55 jiwa/ km2. Sementara pada tahun 2006 Tingkat kepadatan

penduduk rata-rata sebesar 742,2 jiwa/ km2, pada Tahun 2005 mencapai sebesar

730,49 orang per km2, dan pada tahun 2004 mencapai sebesar 719,10 orang per

km2.

B. Pelaksanaan Asas Desentralisasi Di Pemerintahan Daerah Kabupaten

Garut Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah

Secara yuridis pengertian asas desentralisasi disebutkan dalam Dalam

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemeritahan Daerah Pasal 1 ayat

(7) menyatakan sebagai berikut:

“Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

47

Selain pengertian asas desentralisasi secara yuridis yang disebutkan dalam

Undang-Undang tentang pemerintah daerah di atas, banyak para pakar yang

memberikan makna mengenai desentralisasi, salah satunya Agus Salim Andi

Gadjong.53

mengklasifikasikan desentralisasi sebagai berikut:

e. Desentralisasi sebagai penyerahan kewenangan dan kekuasaan dari

pusat ke daerah;

f. Desentralisasi sebagai pelimpahan kekuasaan dan kewenangan;

g. Desentralisasi sebagai pembagian, penyebaran, pemencaran, dan

pemberian kekuasan dan kewenangan;

h. Desentralisasi sebagai sarana dalam pembagian dan pembentukan

daerah pemerintahan.

Penyelenggaraan urusan pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 1 ayat (7) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemeritahan

Daerah yang sudah dipaparkan di atas menyangkut hal pelaksanaan asas

desentralisasi oleh masing-masing daerah maka dapat disebutkan dalam Pasal 11

ayat (1) dan (3), Pasal 12 ayat (1), Pasal 14 ayat (1) dan (2), yang berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 11

(1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan criteria

eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan

keserasian hubungan antar susunan pemerintahan

(3) Urusan peperintahan yang menjadi kewenangan peperintahan

daerah, yang berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan

Pasal 12

53

Hanif Nurcholis, Op. Cit, hlm. 79

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

48

(1) Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai

dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasaran, serta

kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan

Pasal 14

(1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk

kabupaten/kota meliputi:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat;

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum

e. Penanganan bidang kesehatan;

f. Penyelenggaraan pendidikan;

g. Penanggulangan masalah social;

h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

j. Pengendalian lingkungan hidup;

k. Pelayanan pertanahan;

l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;

m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. Pelayanan administrasi penanaman modal;

o. Penyelenggaraan pelayanan dasarlainnya, dan

p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan

perundang-undangan;

(3) Urusan pemerintah kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi

urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk

mensejahtrakan masyarakat, sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan

potensi unggulan daerah yang bersangkutan

Selain itu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dapat juga di uraikan

mengenai pembagian urusan yang harus diatur oleh pemerintah daerah, yaitu

terdapat dalam Pasal 2 (ayat 1 sampai dengan 6), dan pasal 3, yaitu sebagai

berikut:

Pasal 2

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

49

1) Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya

menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi

bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan.

2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi politik luar negeri,

pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

3) Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau

susunan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

semua urusan pemerintahan di luar urusan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2).

4) (4) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri

atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan pemerintahan meliputi:

a. pendidikan;

b. kesehatan;

c. pekerjaan umum;

d. perumahan;

e. penataan ruang;

f. perencanaan pembangunan;

g. perhubungan;

h. lingkungan hidup;

i. pertanahan;

j. kependudukan dan catatan sipil;

k. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

m. sosial;

n. ketenagakerjaan dan ketransmigrasian;

o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;

p. penanaman modal;

q. kebudayaan dan pariwisata;

r. kepemudaan dan olah raga;

s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi

u. keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian,

v. dan persandian;

w. pemberdayaan masyarakat dan desa;

x. statistik;

y. kearsipan;

z. perpustakaan

aa. komunikasi dan informatika;

bb. pertanian dan ketahanan pangan;

cc. Kehutanan;

dd. energi dan sumber daya mineral;

ee. kelautan dan perikanan;

ff. perdagangan, dan;

gg. perindustrian.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

50

5) Setiap bidang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

terdiri dari sub bidang, dan setiap sub bidang terdiri dari sub sub bidang.

6) Rincian ketigapuluh satu bidang urusan pemerintahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan

dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 3

Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan

sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta

kepegawaian.

Desentralisasi saat ini telah menjadi azas penyelenggaraan pemerintahan

yang diterima secara universal dengan berbagai macam bentuk aplikasi di setiap

negara. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa tidak semua urusan pemerintahan dapat

diselenggarakan secara sentralisasi, mengingat kondisi geografis, kompleksitas

perkembangan masyarakat, kemajemukan struktu sosial dan budaya lokal serta

adanya tuntutan demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.54

Desentralisasi memiliki berbagai macam tujuan. Secara umum tujuan

tersebut dapat diklasifikasi ke dalam dua variabel penting, yaitu sebagai berikut:55

1. Peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan

(yang merupakan pendekatan model efisiensi struktural/structural

efficiency model);

2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan dan

pembangunan (yang merupakan pendekatan model

partisipasi/participatory model).

Setiap negara lazimnya memiliki titik berat yang berbeda dalam tujuan-

tujuan desentralisasinya tergantung pada kesepakatan dalam konstitusi terhadap

54

Daulah Alfarisi, Desentralisasi Dan Otonomi Daerah, Melalui

<www.daulahalfarisi.blogspot.com>, Rabu 09/08/2011, Pkl 14. 05 Wib 55

Ibid.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

51

arah pertumbuhan (direction of growth) yang akan dicapai melalui desentralisasi.

Oleh karena itu desentralisasi merupakan simbol “trust” dari pemerintrah pusat

kepada sistem yang sentralistik mereka tidak bisa berbuat banyak dalam

mengatasi berbagai masalah, dalam sistem otonomi daerah mereka tertantang

untuk secara kolektif menentukan solusi-solusi atas berbagai masalah yang

dihadapi.56

Berdasarkan teori asas desentralisasi baik itu secara yuridis atau non

yuridis maka pemerintah daerah yang lebih spesifik objek yang diteliti oleh

penulis yaitu Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut dalam hal ini mengacu

kepada dua aspek, yaitu urusan wajib dan urusan pilihan.

Urusan wajib yang diterapkan oleh pemerintah daerah kabupaten garut

berdasarkan asas desentralisasi yaitu sebagai berikut:57

1. Urusan Pendidikan, Kepemudaan Dan Olahraga

Sebagai penjabaran lebih lanjut rencana strategi yang terbenduk dalam

Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, disusun suatu program kerja setiap tahunnya.

Program kerja ini merupakan penjabaran target kinerja yang harus dicapai yang

bersentuhan kebutuhan masyarakat dalam pelaksanaan sebagai berikut:

a. Program Pendidikan anak usia dini

Sasaran Program Adalah meningkatnya akses dan pelayanan

pendidikan anak usia dini. Diimplementasikan ke dalam 4 (empat)

kegiatan, yaitu :

56

Ibid. 57

Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Kabupaten garut tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat, 2010

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

52

1) Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Bermain,

2) Kegiatan Pelatihan Kompetensi Tenaga Pendidik

3) Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (TK)

4) Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD)sebanyak 11 kelompok

b. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Sasaran program adalah meningkatnya kualitas sarana dan prasarana

pendidikan serta meningkatnya daya tampung siswa SD/MI, SMP/ MTs

c. Program Pendidikan Menengah

Sasaran dari program ini adalah meningkatnya akses dan pemerataan

pendidikan menengah yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan

masyarakat

d. Program Pendidikan Non Formal

Sasaran dari Program ini Adalah meningkatnya kualitas dan kuantitas

pendidikan non formal

e. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Sasaran dari Program ini Adalah meningkatnya kualitas pelayanan

pendidikan dan tenaga kependidikan

f. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

Sasaran dari Program ini Adalah meningkatnya pelayanan pendidikan dan

kependidikan

g. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga

Sasaran dari Program Adalah Meningkatnya prestasi olah raga Kabupaten

Garut

h. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

53

Sasaran dari Program Adalah Tersedianya organisasi kepemudaan yang

Berkualitas

i. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga

Sasaran dari Program Adalah Meningkatnya prestasi olah raga Kabupaten

Garut.

2. Urusan Kesehatan

Adapun Bidang Kesehatan merupakan Urusan Wajib di Kabupaten program

kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut terkait langsung dibidang kesehatan

sebagai berikut:

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

d. Program Fasilitasi Pindah/Purna Tugas PNS

e. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya dan Aparatur

f. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

g. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

h. Program Pengawasan Obat dan Makanan

i. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

j. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

k. Program Pengembangan Lingkungan Sehat

l. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

m. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

n. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

54

o. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana

Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

p. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan sarana dan prasarana

Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-Paru/Rumah sakit Mata

q. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak

3. Urusan Lingkungan Hidup

Sasaran dari program ini adalah terselenggaranya kelancaran kegiatan

kantor/dinas. Untuk mencapai urusan tersebut maka akan merealisasikan

beberapa program, yaitu sebagai berikut:

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

c. Program Peningkatan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

d. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

e. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam

4. Urusan Pekerjaan Umum

Sasaran program ini adalah untuk memperlancar kinerja SKPD agar tetap

berjalan sebagaimana mestinya, dengan sasaran penyediaan dan

memelihara prasarana perkantoran sehingga kinerja SKPD berjalan

sebagai pelayanan kegiatan masyarakat. Untuk mencapai urusan tersebut

maka akan merealisasikan beberapa program, yaitu sebagai berikut:

a. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan

b. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan

c. Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

55

d. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

e. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

f. Program peningkatan disiplin aparatur

g. Program fasilitas pindah/purna tugas PNS

h. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

i. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

j. Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong

k. Program Pembangunan turap/talud/brojong

l. Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan

m. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan

n. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan

o. Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan

5. Urusan Perumahan Dan Urusan Tata Ruang

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan sarana dan Prasarana Aparatur

c. program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

d. Program Pengembangan Perumahan

e. Program Lingkungan Sehat Perumahan

f. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

g. Program Peningkatan Kesigapan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran

h. Program Penataan Perkotaan dan Perdesaan

i. Program Pengembangan Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air

Bersih

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

56

j. Program Penataan Gedung dan Lingkungan

k. Program Perencanaan Tata Ruang

l. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

m. Penyusunan Sisten Informasi Data Base Perumahan, Tata Ruang dan

Cipta Karya

n. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

6. Urusan Perencanaan Pembangunan

a. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi

b. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

d. Program Pengembangan Data/Informasi

e. Program Kerja Sama Pembangunan

f. Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan cepat

tumbuh

g. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan

Pembangunan Daerah

h. Program Perencanaan Pembangunan Daerah

i. Program Perencanaan Sosial Budaya

j. Program Penataan Daerah Otonomi Baru

k. Program Perencanaan Tata Ruang

7. Urusan Penanaman Modal

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

57

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Pengembangan Sistem Informasi dan Usaha Potensial

8. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dan Urusan Industri Dan

Perdagangan

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

d. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

e. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan koperasiProgram

f. Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Program Penciptaan

Iklim Usaha-Usaha UMKM Yang Kondusif

9. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

d. Program Penataan Administrasi Kependudukan

10. Urusan Ketenagakerjaan dan Sosial

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur

d. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil

(KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

58

e. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

f. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks

narapidana,PSK,narkoba dan penyakit social)

g. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

h. Program Peningkatan Kesempatan Kerja

i. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

j. Program Transmigrasi Lokal

k. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi

11. Urusan Ketahanan Pangan

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian

Kinerja dan Keuangan

d. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

e. Program Peningkatan penerapan teknologi Pertanian/Perkebunan

f. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian / Perkebunan Lapangan

12. Urusan KB dan Pemberdayaan Perempuan

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

d. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian

Kinerja dan Keuangan

e. Program Keluarga Berencana

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

59

f. Program Kesehatan Reproduksi Remaja

g. Program Pelayanan kontrasepsi

h. Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam Pelayanan KB/KR

yang Mandiri

i. Program Pengembangan pusat Pelayanan Informasi dan konseling

KRR

j. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga

k. Program Pengembangan Model Operasional BKB-Posyandu-PADU

(Pendamping DAK)

l. Program keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan

Perempuan

m. Program Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan Gender dan Anak

n. Program peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam

Pembangunan

o. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan

13. Urusan Perhubungan

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Peningkatan Disiplin Aparatur

d. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

e. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian

Kinerja Keuangan

f. Program Pembangunan Prasarana dan fasilitasi perhubungan

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

60

g. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitasi LLAJ

h. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan

i. Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor

j. Program peningkatan dan Pengamanan Lalu Lintas

14. Urusan Pariwisata dan Kebudayaan

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya aparatuar

d. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian

Kinerja dan Keuangan

e. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya

f. Program Pengembangan Kemitraan

g. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

h. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

i. Program Pengelolaan Keragaman Budaya

15. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan

d. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan

e. Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan

Keamanan

f. Program Pendidikan Politik Masyarakat

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

61

g. Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana

Alam

h. Program Dukungan Kelancaran Penyelenggaraan Pemilihan Umum

Tahun 2009

16. Urusan Pemerintahan Umum

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Peningkatan Disiplin Aparatur

d. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian

Kinerja dan Keuangan

e. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian

Pelaksanaan Kebijakan KDH

f. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan

Prosedur Pengawasan

g. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan

Aparatur Pengawasan

17. Urusan Kepegawaian

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

d. Program Fasilitasi Pindah/Purna Tugas PNS

e. Program Kapasitas Sumber Daya Aparatur

f. Program Pendidikan Kedinasan

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

62

g. Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur

h. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur

18. Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan

d. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan

e. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun

Desa.

f. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa

19. Urusan Kearsipan

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

d. Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan

e. Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen / Arsip Daerah

20. Urusan Perpustakaan

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

d. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

63

Urusan pilihan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten garut

berdasarkan asas desentralisasi yaitu sebagau berikut:58

1. Urusan Kelautan dan Perikanan

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian

Kinerja dan Keuangan

d. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

e. Program Pengembangan Budaya Perikanan

f. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

g. Program Pengembangan Agribisnis

h. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

i. Program Optimalisasi Pengelolaan Produksi Hasil Perikanan

2. Urusan Pertanian

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Fasilitasi Pindah/Purna Tugas PNS

d. Program Kapasitas Sumber Daya Aparatur

e. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian

Kinerja dan Keuangan

f. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

g. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

58

Ibid.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

64

h. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/

Perkebunan

i. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan

3. Urusan Kehutanan

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

d. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

e. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

f. Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan

4. Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral

a. Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan

d. Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan

Pengairan Lainnya

e. Penyediaan Dan Pengelolaan Air Baku

f. Program Pengendalian Banjir

g. Pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak

lingkungan

h. Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan

i. Pengembangan Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau, dan Sumber Air

Lainnya

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

65

Dalam penelitian ini untuk lebih menspesifikan objek kajian yang penulis

teliti, maka penulis hanya meneliti beberapa pelaksanaan asas desentralisasi di

kabupaten garut yang di aplikasikan melalui urusan wajib yang tidak sesuai

dengan amanat Undang-Undang 32 Tahun 2004 Tentang pemerintahan daerah

yang secara garis besarnya bahwa pelaksanaan asas desentralisasi harus lebih

mengutamakan pelayanan yang efektif dan efisien guna menunjang kesejahtraan

masyarakat, adapun beberapa program tersebut yang tidak sejalan dengan amanat

undang-undang tersebut, yaitu urusan bidang pendidikan, pemuda dan olah raga,

urusan kesehatan, dan urusan pekerjaan umum. Hal ini lah yang sangat sensitive

terhadap pelayanan dan kesejahtraan pemerintah daerah kabupaten garut terhadap

masyarakatnya.

Dengan demikian penulis akan menguraikan beberapa program

desentralisasi urusan wajib yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten garut

yang tidak relefan dengan amanat Undang-Undang 32 Tahun 2004 Tentang

pemerintahan daerah mengenai asas desentralisasi yang mengamanatkan akan

pelayanan publik yang menunjang kesejahtraan masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Urusan Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga

2. Urusan Kesehatan

3. Urusan Pekerjaan Umum

Ketiga urusan ini yang merupakan bagian dari pelaksanaan asas

desentralisasi di Kabupaten Garut pada kenyataannya tidak berjalan dengan

maksimal atau tidak sesuai dengan haluan besar apa yang terkandung dalam Pasal

14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, Yang berbunyi:

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

66

(3) Urusan pemerintah kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi

urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk

mensejahtrakan masyarakat, sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan

potensi unggulan daerah yang bersangkutan

Dengan demikian beberapa kenyataan menyatakan bahwa pada urusan

pendidikan, pemuda dan olah raga di kabupaten garut sangat jauh dari arti

mensejahtrakan masyakat karena masih banyak anak-anak yang putus sekolah

karena kurang perhatian dari pemerintah, fasilitas-fasilitas yang menunjang belum

memadai walaupun jumlah dana yang dikeluarkan sudah terprogram dari APBD.

Selain itu urusan kesehatan pun sering terbengkalai mulai dari pelayanan

kesehatan terhadap masyarakat samapai sosialisasi kesehatan yang jauh sekali dari

maksimal. Fakta lain yang menunjukan dari urusan pekerjaan umum mengenai

kualitas jalan raya yang semakin parah sehingga keselamatan pemakai jalan raya

sangat terganggu sekali, hal ini dapat dilihat pada diagram di bawah ini, yaitu:

TABEL 1 : KONDISI JALAN KABUPATEN GARUT

Sumber:

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Kabupaten garut tahun 2009

0

500

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Km

Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Tahun 2004-2009

Baik/Mantap Sedang Rusak dan Rusak Berat

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

67

Ma’mun Budianto59

mengatakan bahwa pelaksanaan asas desentralisasi di

kabupaten garut belum sepenuhnya maksimal ada beberapa urusan wajib dan

pilihan yang belum mencapai kata mensejahtrakan masyarakat, hal ini disebabkan

pemerintah daerah belum siap menerima beban desentralisasi sepenuhnya maka

butuh waktu untuk membenahi perangkat-perangkat daerah untuk menunjang

pelaksanaan asas desentralisasi ini supaya dapat mengenai arti mensejahtrakan

masyarakat sesuai yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang sudah di sebutkan di atas.

Penulis dapat menganalisi bahwa pelaksanaan asas desentralisasi di

kabupaten garut belum sempuran terlaksana masih ada beberapa masalah yang

dihadapi terutama dalam urusan pendidikan, pemuda, dan olah raga, urusan

kesehatan, dan urusan pekerjaan umum, ketiga urusan tersebut sangat rentan

sekali dengan masyarakat sehingga harus benar-benar diperhatikan oleh

pemerintahan daerah kabupaten garut. Hal tersebut tidak sejalan dengan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 14 ayat (2),

yang menyatakan sebagai berikut:

“Urusan pemerintah kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan

pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk mensejahtrakan

masyarakat, sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang

bersangkutan”

C. Kendala Dalam Pelaksanaan Asas Desentralisasi Di Pemerintahan

Daerah Kabupaten Garut Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

59

Hasil wawancara pribadi dengan bapak Ma’mun Budianto sebagai (KASI PMSD dan Politik

Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut), di Garut, Tanggal 28 Februari 20011 Pkl. 10.24 Wib

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

68

Secara yuridis pengertian asas desentralisasi disebutkan dalam Dalam

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemeritahan Daerah pasal 1 ayat

(7) menyatakan sebagai berikut:

“Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Penyelenggaraan urusan pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 1 ayat (7) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemeritahan

Daerah yang sudah dipaparkan diatas menyangkut hal pelaksanaan asas

desentralisasi oleh masing-masing daerah maka dapat disebutkan dalam Pasal 11

ayat (1) dan (3), pasal 14 ayat (1) dan (2), yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11

(1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan criteria

eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan

keserasian hubungan antar susunan pemerintahan

(3) Urusan peperintahan yang menjadi kewenangan peperintahan

daerah, yang berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan

Pasal 12

(1) Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai

dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasaran, serta

kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan

Pasal 14

(1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk

kabupaten/kota meliputi:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat;

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum

e. Penanganan bidang kesehatan;

f. Penyelenggaraan pendidikan;

g. Penanggulangan masalah social;

h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

69

j. Pengendalian lingkungan hidup;

k. Pelayanan pertanahan;

l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;

m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. Pelayanan administrasi penanaman modal;

o. Penyelenggaraan pelayanan dasarlainnya, dan

p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan

perundang-undangan;

(3) Urusan pemerintah kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi

urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk

mensejahtrakan masyarakat, sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan

potensi unggulan daerah yang bersangkutan

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dapat juga di uraikan mengenai

pembagian urusan yang harus diatur oleh pemerintah daerah, yaitu terdapat dalam

Pasal 2 (ayat 1 sampai dengan 6), dan pasal 3, yaitu sebagai berikut:

Pasal 2

1) Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang

sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan

pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan

pemerintahan.

2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi politik luar negeri,

pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta

agama.

3) Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau

susunan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

semua urusan pemerintahan di luar urusan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2).

4) (4) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri

atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan pemerintahan meliputi:

a. pendidikan;

b. kesehatan;

c. pekerjaan umum;

d. perumahan;

e. penataan ruang;

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

70

f. perencanaan pembangunan;

g. perhubungan;

h. lingkungan hidup;

i. pertanahan;

j. kependudukan dan catatan sipil;

k. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

m. sosial;

n. ketenagakerjaan dan ketransmigrasian;

o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;

p. penanaman modal;

q. kebudayaan dan pariwisata;

r. kepemudaan dan olah raga;

s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi

u. keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian,

v. dan persandian;

w. pemberdayaan masyarakat dan desa;

x. statistik;

y. kearsipan;

z. perpustakaan

aa. komunikasi dan informatika;

bb. pertanian dan ketahanan pangan;

cc. Kehutanan;

dd. energi dan sumber daya mineral;

ee. kelautan dan perikanan;

ff. perdagangan, dan;

gg. perindustrian.

5) Setiap bidang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) terdiri dari sub bidang, dan setiap sub bidang terdiri dari sub sub

bidang.

6) Rincian ketigapuluh satu bidang urusan pemerintahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam lampiran yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 3

Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan

sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta

kepegawaian.

Dalam pelaksanaan asas desentralisasi yang mengacu kepada dua urusan,

yaitu urusan wajib dan urusan pilihan, di kabupaten garut urusan wajib dan urusan

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

71

pilihan yang dilaksanakan terdapat beberapa kendala baik itu tekhnis maupun non

tekhnis, kendala yang sifatnya tekhnis adalah kendala yang ada pada urusan wajib

tersebut seperti kendala dalam urusan pendidikan, pemuda dan olah raga dalam

urusan ini terdapat kendala yang sifatnya tekhnis yaitu terdapatnya kegiatan

bantuan provinsi yang tidak dapat terealisasikan karena terlambat pengucuran

dana dan waktu pengerjaan kegiatan. Sedangkan kendala yang sifatnya non tekhis

adalah kendala yang tidak ada pada urusan wajib tersebut seperti kurang siapnya

perangkat birokrasi dalam melaksanakan kegiatan urusan wajib. Akan tetapi tidak

semua kendala tersebut mengganggu stabilitas penyelenggaraan pemerintahan ada

beberapa urusan saja yang sangat sensitif dengan kesejahtraan dan pelayanan

masyarak, urusan tersebut sudah penulis uraikan di atas, yaitu Urusn Pendidikan,

Pemuda, dan Olah raga, Urusan Kesehatan, Urusan Pekerjaan Umum ketiga

urusan inilah yang mempunyai kendala yang sangat besar pengaruhnya, kendala-

kendala tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:60

1. Urusan Pendidikan, Pemuda, dan Olah raga

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan ini terdapat beberapa

permasalahan yang dihadapi, yaitu:

a. Adanya beberapa kegiatan pada DPA murni menjadi tidak ada pada

Anggaran Perubahan, hal ini dikarenakan kegiatan tersebut dialihkan

menjadi hibah yang pencairannya langsung dari DPPKA tidak berada

dalam DPPA Dinas Pendidikan. Kegiatan dimaksud adalah

Rehabilitasi sedang/berat Bangunan Sekolah (DAK) dan Rehabilitasi

60

Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, Loc.Cit.

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

72

sedang/berat Bangunan Sekolah (Pendamping DAK);

b. Kurangnya pemahaman para pengelola kegiatan dalam pembuatan

Laporan Pertanggungjawaban sehingga menghambat pelaporan, hal

itu mengakibatkan terlambatnya proses pencairan dana kegiatan

lainnya;

c. Terdapatnya kegiatan bantuan Provinsi yang tidak dapat

direalisasikan karena keterlambatan pengucuran dana dan waktu

pengerjaan kegiatan dimaksud tidak akan cukup untuk dilaksanakan

pada tahun anggaran 2009.

d. Permasalahan dalam program Peningkatan Peran Serta Kepemudaaan

(Paskibraka) adalah belum tersedianya sarana diklat, sekretariat

Paskibra belum representatif, Kurangnya dukungan anggaran tidak

sesuai dengan volume/beban kegiatan

e. Alokasi anggaran untuk Guru dan wasit olahraga dirasakan sangat

kurang

f. Jumlah cabang olahraga atlet pelajar khususnya SD, SMP dan SMA

yang terlibat cukup banyak dan alokasi anggaran yang dirasakan

sangat kurang

g. Dukungan anggaran yang tersedia belum memadai untuk sarana dan

prasarana olahraga karena anggaran tersebut bersifat pemeliharaan

rutin, tidak ada penambahan ataupun rehab sarana olahraga

h. Pemeliharaan sarana olahraga belum sepenuhnya terpenuhi

i. Faktor cuaca mempengaruhi kondisi fisik sarana dan prasarana

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

73

olahraga

j. Faktor orang yang tidak bertanggungjawab yang mengakibatkan

kondisi fisik sarana prasarana olahraga rusak/hilang

k. Kejadian yang bersifat insidental akibat bencana alam/ tak terduga

2. Urusan Kesehatan

a. Permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan Program Obat dan

Perbekalan Kesehatan:

1) Kegiatan Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan, Dana yang

tersedia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan

kesehatan secara optimal, karena berdasarkan perhitungan perencanaan

kebutuhan pengadaan obat tersebut sebesar Rp.9.690.000.000,-

(Sembilan milyar enam ratus Sembilan puluh juta rupiah) sementara

yang ada hanya Rp.4.219.038.634,- (empat milyar dua ratus Sembilan

belas juta tiga puluh delapan ribu enam ratus rupiah) jadi masih kurang

sebesar Rp.5.470.961.366,- lima milyar empat ratus tujuh puluh juta

Sembilan ratus enam puluh satu ribu tiga ratus enam puluh enam ribu

rupiah)

b. Permasalahan Program Upaya Kesehatan Masyarakat:

1) Kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat

2) Puskesmas belum optimal dalam melaksanakan kegiatan pembinaan

kesehatan anak dan lansia;

3) Keterbatasan tenaga dan rangkap program untuk pemegang program

kesehatan anak dan lansia;

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

74

4) Pendanaan untuk kegiatan pembinaan kesehatan anak dan lansia masih

kurang;

5) Kegiatan Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah

Kesehatan

6) Alokasi dana untuk Penanggulangan Masalah Kesehatan belum dapat

memenuhi kebutuhan anggaran sesuai dengan jumlah hari yang harus

dilaksanakan, sedangkan untuk penanganan bencana tidak terealisasi

sebesar Rp.30.570.000,- (tiga puluh juta lima ratus tujuh puluh ribu

rupiah);

7) Kegiatan Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan Puskesmas

8) Alokasi dana BOP belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh program

dan kegiatan di Puskesmas, sedangkan untuk operasional jasa kantor

dapat terpenuhi dan mengembalikan sisa anggaran sebesar

Rp.7.985.376,- (tujuh juta Sembilan ratus delapan puluh lima ribu tiga

ratus tujuh puluh enam rupiah);

9) Kegiatan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin (JPKM)

10) Alokasi dana untuk pelayanan rujukan pasien miskin non kuota

Jamkesmas/ Jamkesda belum tercukupi untuk mengcover rujukan

seluruh kabupaten Garut

11) Bagi pasien Jamkesmas yang dirujuk ke PPK Rujukan tingkat lanjut

(RS Provinsi), pihak RSU dr.Slamet tidak dapat mengantar semua

pasien Jamkesmas yang memerlukan rujukan ke Luar Kabupaten

dikarenakan keterbatasan sarana yang dimilikinya, sehingga puskesmas

yang merujuk harus mengakomodir rujukan tersebut, sedangkan

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

75

kewenangan merujuk pasien Jamkesmas sesuai Petunjuk Pelaksanaan

Jamkesmas 2009 ada pada RSU dr.Slamet Garut.

c. Permasalahan Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat:

Kegiatan Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat, Belum adanya

data/ pemetaan PHBS di institusi sekolah;

d. Permasalahan Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah:

1) Anggaran yang turun tidak tepat waktu menyebabkan intervensi untuk

balita gizi buruk kurang maksimal;

2) PMT-P baru mencakup (18,29 %) balita gizi buruk;

3) Kab. Garut dilihat dari pemetaan GAKY merupakan daerah

GAKY endemik sedang;

4) Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Garut merupakan

daerah GAKY endemik sedang, hanya 3 kecamatan yang

kandungan yodium nya optimum (7,14 %);

e. Permasalahan Program Pengembangan Lingkungan Sehat:

1) Belum terbentuknya Tim Pembina dan Forum Kabupaten Sehat;

2) Belum adanya Desa Open Defecation Free;

3) Belum semua Puskesmas melaksanakan kegiatan Klinik Sanitasi dalam

upaya pencegahan penyakit berbasis lingkungan;

4) Pengelola TTU/TPM belum sepenuhnya menaruh perhatian terhadap

pentingnya Hygiene Sanitasi TTU/TPM, sehingga ketika petugas

sanitasi melaksanakan kegiatan Inspeksi sanitasi hasil yang diperoleh

tidak sesuai dengan yang diharapkan;

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

76

5) Tidak adanya sarana pendukung berupa Sanitarian Kit dan Food

Security Kit bagi petugas Sanitasi untuk menunjang kegiatan Inspeksi

Sanitasi di lapangan sehingga dapat mempertinggi akurasi hasil

pengawasan;

6) Permasalahan Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin:

7) Kegiatan Pelayanan Operasi Katarak, Kuantitas operasi katarak masal

belum sebanding dengan jumlah penderita katarak yang selalu

bertambah;

8) Permasalahan Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan

Anak:

9) Kegiatan Pertolongan Persalinan Bagi Ibu Dari Keluarga Kurang

Mampu, Belum optimalnya kontrol dan monitoring dari kabupaten

untuk mengevaluasi sejauh mana hasil kegiatan yang telah dilaksanakan

dilapangan dikarenakan keterbatasan anggaran.

3. Urusan Pekerjaan Umum

a. Adanya beberapa ruas jalan yang tingkat kerusakannya tidak dapat

ditangani dengan pemeliharaan rutin maupun periodik karena

prosentase kerusakannya sudah sangat besar, selain itu pada beberapa

ruas jalan lalu lintas yang ada sering melebihi standar Muatan Sumbu

Terberat (MST), sehingga dapat mempercepat kerusakan jalan;

b. Terjadinya penurunan kemantapan kondisi jalan kabupaten serta

bertambahnya kerusakan, diakibatkan permasalahan sebagai berikut:

1) Keterbatasan Sarana dan Prasarana/ alat berat dalam penangganan jalan

dan jembatan.

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

77

2) Pada ruas jalan tertentu sering terjadi Muatan Sumbu Terberat (MST)

kendaraan yang melalui ruas jalan, pada umumnya melebihi daya

dukung jalan yang ada.

3) Seringnya terjadi bencana alam seperti longsor;

c. Kondisi cuaca yang tidak mendukung berpengaruh pula terhadap

kelancaran pelaksanaan pekerjaan;

Ma’mun Budianto61

setiap pelaksanaan asas desentralisasi di setiap

kabupaten khususnya di kabupaten garut selalu mengalami kendala baik itu yang

sifatnya tekhnis maupun non tekhnis, kendala yang sifatnya tekhnis adalah

kendala yang ada pada urusan wajib tersebut seperti kendala dalam urusan

pendidikan, pemuda dan olah raga dalam urusan ini terdapat kendala yang

sifatnya tekhnis yaitu terdapatnya kegiatan bantuan provinsi yang tidak dapat

terealisasikan karena terlambat pengucuran dana dan waktu pengerjaan kegiatan.

Sedangkan kendala yang sifatnya non tekhis adalah kendala yang tidak ada pada

urusan wajib tersebut seperti kurang siapnya perangkat birokrasi dalam

melaksanakan kegiatan urusan wajib. Dengan demikian pemerintah daerah

kabupaten garut terus berupaya untuk mengoreksi dan mencari solusi yang tepat

dari setiap kendala yang dihadapi. Tidak lepas hal itu harus ada dukungan dari

berbagai aspek.

Dari beberapa uraian di atas maka penulis dapat menganalisis bahwa

kendala-kendala yang dihadapi guna dalam melaksanakan asas desentralisasi di

kabupaten garut ada beberapa kendala yaitu, urusan pendidikan, pemuda dan olah

raga, urusan kesehatan, urusan pekerjaan umum. Dengan demikian hal ini terlihat

61

Ibid

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

78

dari ketidak siapan pemerintah daerah kabupaten garut dalam melaksanakn asas

desentralisasi, dan diharapkan seiring berjalannya waktu maka kendala-kendala

tersebut dapat teratasi dengan baik sehingga semua pelayanan dan kesejahtraan

masyarakat lebih terjamin.

D. Upaya Mengatasi Kendala Dalam Pelaksanaan Asas Desentralisasi Di

Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Penyelenggaraan urusan pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 1 ayat (7) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemeritahan

Daerah yang sudah dipaparkan diatas menyangkut hal pelaksanaan asas

desentralisasi oleh masing-masing daerah maka dapat disebutkan dalam Pasal 11

ayat (1) dan (3), pasal 14 ayat (1) dan (2), yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11

(1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan criteria

eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan

keserasian hubungan antar susunan pemerintahan

(3) Urusan peperintahan yang menjadi kewenangan peperintahan

daerah, yang berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan

Pasal 12

(1) Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai

dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasaran, serta

kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan

Pasal 14

(1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk

kabupaten/kota meliputi:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat;

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

79

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum

e. Penanganan bidang kesehatan;

f. Penyelenggaraan pendidikan;

g. Penanggulangan masalah social;

h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

j. Pengendalian lingkungan hidup;

k. Pelayanan pertanahan;

l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;

m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. Pelayanan administrasi penanaman modal;

o. Penyelenggaraan pelayanan dasarlainnya, dan

p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan

perundang-undangan;

(3) Urusan pemerintah kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi

urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk

mensejahtrakan masyarakat, sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan

potensi unggulan daerah yang bersangkutan

Sebgaimana telah diuraikan di atas pelaksanaan desentralisasi terbagi

kepada urusan wajib dan urusan pilijan, disetiap urusan tersbut mempunyai

kendala yang di hadapi. Ada beberapa urusan yang mempunyai kendala yang

sangat sensitive, urusan tersbut dudah diuraikan di atas, maka ada upaya untuk

mengatasi kendala tersebut, yaitu diantaranya:62

1. Urusan Pendidikan, Pemuda, dan Olah raga

a. Kegiatan Rehabilitasi sedang/berat Bangunan Sekolah (DAK) dan

Rehabilitasi sedang/berat Bangunan Sekolah (Pendamping DAK)

dialihkan menjadi Hibah yang pengurusannya langsung dengan

DPPKA Kabupaten Garut;

62

Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, Loc.cit

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

80

b. Dilaksanakannya pelatihan bagi Bendahara Pengeluaran Pembantu

dan para Pengelola kegiatan mengenai tatacara pengelolaan keuangan

daerah;

c. Kegiatan yang merupakan Bantuan Provinsi dan pendampingnya yang

tidak dapat dilaksanakan pada tahun anggaran 2009 dianggap sebagai

silpa dan dialokasikan kembali pada tahun anggaran 2010.

d. Pemecahan masalah dalam dalam program Peningkatan Peran Serta

Kepemudaaan (Paskibraka) adalah perlu adanya peningkatan

perhatian pemerintah dalam upaya peningkatan peran serta

kepemudaan, tersedianya diklat kepemudaan, peningkatan sarana dan

prasarana keskretariatan Paskibra Kabupaten maupun keskretariatan

Paskibra Kecamatan, tersedianya alokasi dana untuk Paskibraka dan

Paskibra-paskibra di kecamatan

e. Penggunaan anggaran disesuaikan seminimal mungkin

f. Sistem kompetisi di sederhanakan dan penggunaan anggaran

disesuaikan seminimal mungkin

g. Mengoptimalisasikan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan sesuai

dengan anggaran yang tersedia

h. Memberdayakan seluruh pegawai dalam melaksanakan kegiatan

pemeliharaan lingkungan, sarana dan prasarana olahraga secara rutin

i. Berupaya menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait

j. Mengusulkan kebutuhan dan dukungan anggaran untuk lebih

mengoptimalkan pemeliharaan sarana dan prasaran

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

81

2. Urusan Kesehatan

a. Pemecahan masalah Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Kegiatan Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan, Untuk memenuhi

kebutuhan pengadaan, maka menggali sumber lain yaitu meminta bantuan

Pemerintah Propinsi Jawa Barat melalui Dinas Kesehatan Propinsi dan

bantuan Buffer Stock serta Program Kabupaten / Kota yang bersumber dari

APBN melalui Departemen Kesehatan RI dan dana ASKES PNS juga

Bencana Alam

b. Kegiatan Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat, Pendataan PHBS di

institusi sekolah

c. Kegiatan Pertolongan Persalinan Bagi Ibu Dari Keluarga Kurang Mampu

d. Kegiatan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

3. Urusan Pekerjaan Umum

a. Meningkatkan struktur jalan dengan meningkatkan daya dukung kapasitas

jalan, serta meningkatkan kondisi dan kapasitas drainase jalan;

b. Untuk meminimalisir dampak yang lebih luas dari menurunnya kemantapan

kondisi jalan kabupaten, dilakukan upaya–upaya:

1) Meningkatkan sarana dan prasarana alat berat untuk menunjang

kelancaran dalam menangani jalan dan jembatan.

2) Meningkatkan koordinasi dengan dinas terkait dalam

penangganan kendaraan yang melebihi Muatan Sumbu Terberat

(MST), agar tidak melewati ruas ruas jalan tertentu.

3) Menambah alokasi anggaran untuk penanganan baik dalam

pemeliharaan maupun peningkatan jalan dan jembatan.

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

82

4) Memfungsikan kembali ruas jalan maupun jembatan dengan

penanganan sementara maupun permanen.

5) Meningkatkan kerjasama dengan sektor swasta serta

mengintensifkan koordinasi baik dengan pemerintah propinsi

maupun pemerintah pusat, untuk mencari solusi dalam

penanganan jalan dan jembatan.

c. Pelaksanaan pekerjaan diusahakan sebelum musim penghujan.

Ma’mun budianto63

dalam setiap kendala dalam melaksanakan asas

desentralisasi yang dimuat pada urusan wajib dan pilihan yang sudah dipaparkan

di atas maka terdapat upaya untuk mengatasi kendala tersebut, upaya yang

ditempuh pemerintah daerah adalah dengan meningkatkan kesipan aparatur

birokrasi dalam menjalankan program urusan wajib dan meningkatkan kualitas

SDM (Sumber daya manusia)

Penulis dapat menganalisis bahwa upaya yang dilakukan pemerintah

daerah kabupaten garut dalam menangani setiap kendala pelaksanaan asas

desentralisasi yang mengacu kepada urusan wajib dan urusan pilihan di atas yang

secara garis besarnya meningkatkan sarana dan prasarana dan peningkatan

kualitas SDM (Sumber daya manusia). Penulis rasa upaya tersebut sudah cukup

relepan tinggal bagaimana pemerintah daerah mengoptimalkan upaya atau solusi

tersebut untuk lebih baik lagi dalam menjalankan pemerintahannya yang berkaitan

dengan asas desentraliasi tersebut.

63

Hasil wawancara pribadi dengan bapak Ma’mun Budianto, Loc. Cit.

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/2581/4/4_bab1.pdfdalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsure penyelenggara Negara

83

BAB IV

SIMPULAN

1. Pelaksanaan Asas Desentralisasi di pemerintahan Daerah Kabupaten Garut

berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,

yaitu belum terlaksana secara sempurana dan masih ada beberapa masalah yang

dihadapi terutama dalam urusan pendidikan, pemuda, dan olah raga, urusan

kesehatan, urusan pekerjaan umum, ketiga urusan tersebut sangat rentan sekali

dengan masyarakat sehingga harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintahan

daerah kabupaten garut. Hal tersebut tidak sejalan dengan Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 14 ayat (2)

2. Kendala dalam Pelaksanaan Asas Desentralisasi di Pemerintahan Daerah Kabupaten

Garut Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, yaitu Kendala-kendala yang dihadapi guna dalam melaksanakan asas

desentralisasi di kabupaten garut ada beberapa kendala yaitu, baik itu yang sifatnya

teknis maupun non teknis, kendala yang sifatnya teknis adalah kendala yang

ada pada urusan wajib tersebut. Sedangkan kendala yang sifatnya non tehis

adalah kendala yang tidak ada pada urusan wajib tersebut seperti kurang

siapnya perangkat birokrasi dalam melaksanakan kegiatan urusan wajib.

3. Upaya mengatasi kendala yang dilakukan dalam pelaksanaan Asas

Desentralisasi di Kabupaten Garut berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yaitu yang secara garis besarnya meningkatkan

sarana prasarana dan peningkatan kualitas SDM (Sumber daya manusia)

83