BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dewasa ini sangatlah pesat. Teknologi informasi mengubah gaya hidup masyarakat dalam segala sendi kehidupan. Masyarakat seolah sangat tergantung pada fungsi teknologi informasi dalam segala aspek kehidupannya. Fungsi teknologi informasi ibarat pisau bermata dua. Ada manfaat positifnya, sekaligus ada pula dampak negatifnya. Namun, manfaat maupun dampak negatif yang kelak muncul tentu bergantung pada niat dan perilaku tiap orang yang menggunakan produk teknologi komunikasi modern itu. Menurut Havighurts tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber pada tiga hal, yaitu: kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya. 1 Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: tugas-tugas perkembangan anak usia 0-6 tahun, meliputi belajar memfungsikan visual motoriknya secara sederhana, belajar memakan makanan padat, belajar bahasa, kontrol badan, mengenali realita sosial atau fisiknya, belajar melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara dan lainnya, belajar membedakan benar atau salah serta membentuk nurani. Tugas-tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun (usia sekolah) adalah menggunakan kemampuan fisiknya, belajar sosial, mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, 1 Dikutip dalam Hurlock, Elizabeth, B., 2000, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta, hal. 13

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dewasa ini sangatlah

pesat. Teknologi informasi mengubah gaya hidup masyarakat dalam segala

sendi kehidupan. Masyarakat seolah sangat tergantung pada fungsi teknologi

informasi dalam segala aspek kehidupannya. Fungsi teknologi informasi ibarat

pisau bermata dua. Ada manfaat positifnya, sekaligus ada pula dampak

negatifnya. Namun, manfaat maupun dampak negatif yang kelak muncul tentu

bergantung pada niat dan perilaku tiap orang yang menggunakan produk

teknologi komunikasi modern itu.

Menurut Havighurts tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber

pada tiga hal, yaitu: kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari

masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya.1 Tugas-tugas

perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: tugas-tugas perkembangan anak

usia 0-6 tahun, meliputi belajar memfungsikan visual motoriknya secara

sederhana, belajar memakan makanan padat, belajar bahasa, kontrol badan,

mengenali realita sosia l atau fisiknya, belajar melibatkan diri secara emosional

dengan orang tua, saudara dan lainnya, belajar membedakan benar atau salah

serta membentuk nurani. Tugas-tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun

(usia sekolah) adalah menggunakan kemampuan fisiknya, belajar sosial,

mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis,

1Dikutip dalam Hurlock, Elizabeth, B., 2000, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta,

hal. 13

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

2

dan menghitung, memperoleh kebebasan pribadi, bergaul, mengembangkan

konsep-konsep yang dipadukan untuk hidup sehari-hari, mempersiapkan

dirinya sebagai jenis kelamin tertentu, mengembangkan kata nurani dan moral,

menentukan skala nilai dan mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial

atau lembaga.2

Masa usia sekolah - school age (6-12 tahun) dianggap sebagai usia yang

paling sesuai dalam menanamkan dan membentuk perilaku posit if, karena pada

masa itu anak belajar untuk membentuk kepribadian. Pada masa ini anak

memasuki masa belajar di dalam dan di luar sekolah. Anak belajar di sekolah,

tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang mendukung hasil belajar di

sekolah. Banyak aspek perilaku dibentuk melalui penguatan verbal,

keteladanan dan identifikasi. Pada masa ini anak banyak belajar sistematis

mengenai:3

1. Perkembangan kemampuan intelek di sekolah, perluasan pengetahuan

tentang lingkungan fisik, sosial, dan kebudayaan.

2. Perkembangan kepribadian ditujukan pada pembentukan ciri-ciri dan sifat-

sifat kepribadian tertentu, seperti percaya diri, tanggung jawab, menghargai

otoritas,mengejar prestasi, menghargai prestasi diri.

3. Perkembangan hubungan sosial – pergaulan

Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas,

tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada

perkembangan mental, sosial dan emosional. Salah satu tahap perkembangan

anak yang paling penting adalah proses pembentukan perilakunya. Pada masa

2Ibid. 3Ibid, hal. 14

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

3

usia dini, anak belajar mengembangkan kontrol dirinya dan belajar prilaku

yang dapat diterima sesuai dengan norma masyarakat. Selain itu anak juga

belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.

Abraham Maslow menyatakan bahwa kepribadian anak sebenarnya

terbentuk dan berkembang melalui proses komunikasi, oleh karena itu

diperlukan komunikasi antar pribadi yang efektif yang akan mampu

menciptakan suasana yang akrab, saling pengertian, keterbukaan, dan

kedekatan antara orang tua dan anak. Komunikasi yang tepat dapat membentuk

kepribadian positif yang akan tercermin melalui perillaku anak yang positif

pula meliputi mandiri, disiplin, kreatif, terbuka, percaya diri, dan bertanggung

jawab.4

Para orang tua ingin sekali anaknya tumbuh menjadi pribadi yang sehat,

bahagia dan matang secara sosial, tetapi mereka sering kali tidak yakin

bagaimana membantu anak mereka untuk mencapai tujuan itu. Salah satu

alasan dari frustasi yang dirasakan para orang tua adalah karena mereka

menerima pesan-pesan yang saling bertentangan tentang bagaimana mereka

mengatur anak. Banyak orang tua mempelajari tradisi pengasuhan anak dari

orang tua mereka. Padahal, budaya dan nilai-nilai masyarakat yang berlaku saat

ini sudah mengalami perubahan. Akibatnya, tidak sedikit pula orang tua yang

merasa bingung tentang apa yang harus mereka lakukan dalam mengarahkan

perilaku anak yang diterima secara normatif dan dalam mengawasinya.

Sayangnya, ketika tradisi pengasuhan akan diturunkan dari satu generasi ke

4Dikutip dalam Koswara, 1991, Teori-teori Kepribadian, Erasco, Bandung, hal. 25

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

4

generasi berikutnya, baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan biasanya

muncul. 5

Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi

berkaitan dengan pentingnya peran komunikasi orang tua adalah salah satunya

berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu yang tidak

dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga

penggunaannya banyak digunakan tidak semestinya. Disinilah komunikasi

antar pribadi orang tua dengan anak dibutuhkan untuk menanamkan nilai-nilai

moral dan perilaku positif serta mencegah anak berperilaku negatif seiring

perkembangannya.

Salah satu teknologi modern yang banyak digandrungi anak-anak,

remaja, maupun orang dewasa adalah telepon pintar (Smartphone). Telepon

pintar adalah telepon genggam yang memiliki sistem operasi untuk masyarakat

luas, dimana pengguna dapat dengan bebas menambahkan aplikasi, menambah

fungsi- fungsi atau mengubah sesuai keinginan pengguna. Dengan kata lain,

telepon pintar merupakan komputer mini yang mempunyai kapabilitas sebuah

telepon. 6

Menurut Gary B,Thomas J, & Misty E, Smartphone adalah telepon

yang internet-enable yang biasanya menyediakan fungsi personal Digital

Assistan (PDA) seperti fungsi kalender, buku agenda, buku alamat, kalkulator

dan catatan. Smartphone mempunyai fungsi yang menyerupai komputer,

sehingga ke depannya teknologi smartphone akan menyingkirkan teknologi

5Perkembangan dan Pembentukan buadaya pada anak,

http://duniapsikologi.dagdigdug.com, diakses tanggal 05 Desember 2012 6Shiraishi, Y., Ishikawa, D., Sano, S., Sakurai, K., 2010. Smartphone Trend and Evolution

in Japan . Tokyo: Mobile Computing Promotion Consortium.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

5

komputer desktop terutama dalam hal pengangksesan data dari internet. Setiap

smartphone memiliki sistem operasi yang berbeda-beda, sama halnya dengan

sistem operasi pada komputer desktop. Sistem operasi (operating system)

adalah seperangkat program yang mengoordinasikan seluruh aktivitas peranti

keras komputer. Dari pengertian sistem operasi diatas, maka sistem operasi

pada smartphone merupakan program yang mengoordinasikan seluruh aktivitas

piranti pada smartphone itu sendiri. 7

Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI) mencatat jumlah

pengiriman telepon pintar meningkat dari hanya 6% (2009) menjadi 12% dari

jumlah pengiriman semua model ponsel ke Indonesia pada 2010. Menurut Dian

Siswarini, Sekretaris Jenderal ATSI, layanan data internet kini menjadi bagian

dari aktivitas harian pelanggan ponsel di Indonesia. Ia mencatat sebagian besar

pengguna telepon pintar dewasa ini menggunakan perangkat mereka untuk

menelusuri internet, membaca berita online, bergaul di jejaring sosial, dan

saling mengirim surat elektronik.8

Smartphone menjadi salah satu jenis teknologi informasi yang

fenomenal belakangan ini. Tukar informasi dan jalinan komunikasi ke segala

penjuru makin mudah. Penggunanya pun hampir tak mengenal batas usia.

Mulai dari orang tua, orang dewasa, remaja bahkan anak-anak. Yang

dikawatirkan adalah apabila layanan smartphone dapat dengan mudah

menggunakan internet dimanfaatkan oleh kalangan anak-anak dan remaja

untuk melihat- lihat “sesuatu” yang seharusnya belum layak untuk mereka

7 Gary B, S., Thomas J, C., & Misty E, V, 2007, Discovering Computers, Fundamentals, 3thed. (Terjemahan). Salemba Infotek, Jakarta, hal 19

8Siswarini, Dian, Operator Berupaya Tekan Churn Rate, http://www.indonesiafinancetoday.com/read/6706/Operator-Berupaya-Tekan-Churn-Rate, diakses tanggal 05 Desember 2012.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

6

konsumsi. Karena memang penggunaan Smartphone belum memiliki batasan

yang jelas untuk pengkonsumsiannya pada aspek-aspek tertentu. Anak dan

remaja dapat dengan mudahnya mengakses semua hal yang ada diinternet, baik

itu mulai dari informasi yang positif maupun informasi yang belum selayaknya

mereka dapatkan atau sebenarnya informasi tersebut harus didapatkan melalui

pengawasan orang tua.

Pemakaian smartphone yang begitu mudahnya untuk dimanfaatkan

membuat para penikmat smartphone dalam menggunakan internet kadang

melupakan bahwa sebenarnya mereka memiliki keterbatasan untuk

pengkonsumsiannya. Terlupakannya keterbatasan ini yang membuat

terciptanya dampak negatif pada anak atas pemanfaatan internet. Ditambah lagi

Smartphone dilengkapi dengan game-game yang menarik sehingga ditakutkan

rasa sosialisasi anak-anak akan berkurang, anak-anak lebih menyukai bermain

dengan Smartphone yang mereka miliki, sehingga mereka lebih banyak

menghabiskan waktu sendiri untuk bermain di smartphone mereka.

Keterbatasan sosialisasi anak ini akan menyebabkan berkurangnya rasa sosial,

pengingkaran terhadap norma-norma dan agama, bahkan sampai bersifat

egoistis, dan individualis.9

Fenomena penggunaan smartphone juga terjadi dikalangan siswa

sekolah dasar, seperti yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri Ungaran 01

Yogyakarta. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 14 bulan Mei tahun 2013, diketahui bahwa siswa sekolah ini lebih dari

50% siswa kelas dua hingga kelas enam menggunakan smartphone (merek

9Shiraishi, Y., Ishikawa, D., Sano, S., Sakurai, K., 2010. Op.cit.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

7

Blackberry, Samsung Galaxy, Sony, Iphone, Lenovo dan lain- lain). Penggunaan

smartphone ini dapat membawa dampak sosial yang bersifat negatif, salah satu

dampaknya adalah perubahan perilaku anak, diakibatkan karena kecanduan

dengan smartphone ini.

Pemilihan Sekolah Dasar Negeri Ungaran 01 Yogyakarta sebagai lokasi

penelitian disebabkan dari jumlah siswa pengguna smartphone yang termasuk

besar serta Sekolah Dasar Negeri ini merupakan salah satu sekolah unggulan di

Kota Yogyakarta. Ditambah lagi Sekolah Dasar Negeri tersebut dikenal

sebagai sekolah bagi kalangan menengah ke atas yang sebagian siswanya telah

paham teknologi canggih dan telah diberikan smartphone secara mandiri oleh

orang tua mereka. Selain itu peneliti juga membatasi murid Sekolah Dasar

Negeri Ungaran 01 karena dianggap paling sesuai untuk mendukung efektivitas

dan efisiensi waktu penelitian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tersebut di atas, maka dapat ditarik

beberapa perumusan masalah sebagai berikut:

1. Mengapa orang tua memberikan smartphone terhadap anak Sekolah Dasar

Negeri Ungaran 01 Yogyakarta?

2. Apakah smartphone dapat menjadi media relasi antara orang tua dan anak?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Motivasi orang tua dalam memberikan smartphone kepada anak.

2. Fungsi smartphone terhadap relasi antara orang tua dan anak.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

8

D. Manfaat

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti

tentang penggunaan smartphone pada kalangan anak sekolah dasar.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

orang tua siswa Sekolah Dasar Ungaran 01 Yogyakarta mengenai

penggunaan smartphone pada anak sekolah dasar, serta bentuk dari

pengawasan orang tua dalam rangka penggunaan smartphone dikalangan

anak sekolah dasar.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih

lanjut bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang sama serta penjelasan

teoritisnya.

E. Kerangka Teori

1. Teori Tindakan Sosial (Max Weber)

Weber memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas

melibatkan campur tangan proses pemikiran (dan tindakan yang bermakna

yang ditimbulkan oleh-nya) antara terjadinya stimulus dan respons. Secara

agak berbeda, tindakan dikatakan terjadi ketika individu melekatkan

makna subjektif pada tindakan mereka. Dalam teori tindakannya, tujuan

weber tak lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola dan

regulitas tindakan, dan bukan pada kolektivitas.10

Weber mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial

antar hubungan sosial yang titik tekannya yaitu pada verstehen

(pemahaman subyektif) sebagai metode untuk memperoleh pemahaman

10Ritzer, George. 2008. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana, hal. 137-138

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

9

yang valid mengenai arti-arti subyektif tindakan sosial.Bagi weber, istilah

ini tidak hanya sekedar merupakan instropeksi. Instropeksi bisa

memberikan seseorang pemahaman akan motifnya sendiri atau arti-arti

subyektif, tetapi tidak cukup untuk memahami arti-arti subyektif dalam

tindakan-tindakan orang lain. Sebaliknya, apa yang diminta adalah empati-

kemampuan menempatkan diri dalam kerangka berfikir orang lain yang

perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya mau dilihat

menurut perspektif itu. 11

Menurut Weber individu melakukan suatu tindakan berdasarkan

atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan atas suatu objek stimulus atau

situasi tertentu.Tindakan individu ini merupakan sosial yang rasional yaitu

mencapai tujuan dengan sarana-sarana yang paling tepat. Tindakan sosial

berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan

sosial jika individu tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan

itu. Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam

klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial.Pembedaan pokok yang

diberikan adalah antara tindakan rasional dan non rasional.Singkatnya,

tindakan rasional berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan

pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Didalam kedua kategori utama

mengenai tindakan rasional dan nonrasional itu, ada dua bagian yang

berbeda satu sama lain. Weber menggunakan konsep rasional dengan

membaginya kedalam empat tipe tindakan yaitu:12

11Ibid 12Doyle Paul Johnson, 1994, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta: PT. Gramedia,

hal, 216-222.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

10

a. Rasionalitas instrumental, rasionalitas ini sangat menekankan tujuan

tindakan dan alat yang dipergunakan dengan adanya pertimbangan

dan pilihan yang sadar dalam melakukan tindakan sosial. Hal ini

mungkin mencakup pengunpulan informasi, mencatat kemungkinan-

kemungkinan serta hambatan yang terdapat dalam lingkungan, dan

mencoba untuk meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin

dari beberapa alternatif tindakan itu. Akhirnya suatu pilihan dilbuat

atas alat yang dipergunakan. Sesudah tindakan itu dilaksanakan, orang

dapat menentukan secara obyektif sesuatu yang berhubungan dengan

tujuan yang akan dicapai.

b. Rasionalitas yang berorientasi nilai, sifat rasionalitas yang berorientasi

nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan obyek

pertimbangan dan perhitungan yang sadar: tujuan-tujuannya sudah ada

dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut

atau merupakan nilai akhir baginya. Nilai- nilai akhir berdifat non

rasional dalam hal dimana seseorang tidak dapat

memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana

yang harus dipilih.

c. Tindakan tradisiona l merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat non

irasional. Jika seseorang individu memperlihatkan perilaku seperti itu

karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan, perilaki

seperti itu digolongkan sebagai tindakan tradisional. Weber melihat

bahwa tipe tindakan ini sedang hilang lenyap karena meningkatnya

rasionalitas instrumental.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

11

d. Tindakan afeksi, tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau

emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar.

Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena kurangnya

pertimbangan logis, ideolohi atau kriteria rasionalitas lainnya.

Tindakan Sosial menurut Weber terbagi menjadi dua.

Pertama, reactive behavior, dalam reaksi perilaku spontan

terdapat subjective meaning atau dengan kata lain maksud tindakan yang

dilakukan terjadi hanya spontan dan tidak berkelanjutan. Tindakan

semacam ini adalah tindakan yang tak bertujuan, atau tidak di sadari

sebelumnya oleh seseorang. Tindakan ini hanya begitu saja (involuntary),

semisal: batuk, bersin, mengejapkan mata, menguap, kita tidak memilih

merasa takut, senang, juga sakit. Hal ini tentu saja tidak bisa di nalar

dengan latar belakang orang melakukan suatu tindakan. Konsep tindakan

yang dimaksudkan adalah perilaku otomatis seseorang yang tidak

melibatkan proses pemikiran dalam melakukan tindakan. Akan tetapi

Weber tidak memfokuskan perhatiannya pada reactive behavior.

Selanjutnya, poin kedua yang menjadi fokus kajiannya adalah social

action, muncul dari stimulus atau respon dari suatu perilaku manusia yang

menjalankan fungsinya sebagai suatu anggota di masyarakat.Secara tidak

langsung, tindakan ini bersifat subyektif yang dilakukan oleh aktor di

lingkungan masyarakat.Mereka reaktif dan dikondisikan, bukan produk

pengambilan keputusan kreatif yang sukarela (voluntary). Bagi Weber,

tugas analisis sosiologi terdiri dari “penafsiran tindakan menurut makna

subyektifnya” (1921/1968: 8). Menurut definisi Weber sebagai “orientasi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

12

sadar dan primer ke arah pertimbangan ekonomis, karena yang

dipersoalkan bukanlah keharusan subjektif untuk melakukan pertimbangan

ekonomis, namun keyakinan bahwa hal ini diperlukan.” Contoh sederhana

tindakan ekonomis sehari-hari bisa di ambil dari tindakan tukang pos

mengantarkan surat ke beberapa rumah sesuai alamat yang tertera.

Dari kedua metodologi tipe yang dikenalkan oleh Weber fokus

kajian lapangannya diperdalam menjadi empat tipe tindakan dasar:

Pertama, traditional action (tindakan tradisional), adalah tindakan

yang di ulang secara teratur, menjadi kebiasaan, tidak menjadi persoalan

kebenaran dan keberadaannya.Tindakan semacam ini adalah tindakan

warisan yang diturunkan dari generasi yang lalu. Sebuah contoh dari

tindakan orang jawa “Saya melakukan ini karena Nenek saya mengajarkan

demikian.”Hal ini bisa temukan pada kebiasaan orang jawa yang lebih

mendahulukan atau mengutamakan, dan juga menghargai orang yang lebih

tua.

Kedua, affectual action (tindakan affectual), tindakan ini

didasarkan pada sentiment atau emosi yang dimiliki oleh seseorang. Hal

ini akan mempengaruhi tindakan atau respon orang dalam melakukan

suatu tindakan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari bisa digambarkan

oleh orang yang sedang jatuh cinta akan merasa nyaman jika kekasihnya

disampingnya. Tetapi hal ini akan berubah berbeda bilamana sedang

terjadi gejolak diantara mereka atau bertengkar dengan pasangannya.

Tentunya hal ini akan berubah menjadi suasana emosi.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

13

Ketiga, instrumentally rational action, tindakan yang pada

dasarnya dilakukan dengan adanya kepentingan maupun tujuan

tertentu.“Jalan pintas dianggap pantas.” Mungkin sudah cukup

mencerminkan kebiasaan orang Indonesia dalam bertindak. Mereka

beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan adalah tindakanefisien untuk

mencapai tempat tujuan, inilah cara terbaik untuk mencapainya, dan

melalui jalur ini adalah jalan aman mencapai tujuan.

Keempat, value rational action (tindakan rasionalitas nilai),

tindakan semacam ini adalah tindakan yang terkait dengan

komitmen.Tindakan ini dilakukan dengan penuh kesadaran yang tidak

terlepas dari religious, hukum, ataupun juga bentuk-bentuk lainnya.

Dari keempat bentuk tindakan diatas, sebenarnya weber tahu akan

tindakan terdiri dari percampuran atau kombinasi antara tindakan yang

dilakukan oleh actor. Dari sinilah Weber telah mewariskan

pemahamannya mengenai tindakan sosial. Ada penekanan khusus yang ia

lakukan dalam menanggapi fenomena sosial yaitu lebih

mengutamakan rational dari pada suatu tindakan yang dilakukan atas

dasar tradisi atau perasaan belaka.

2. Teori Rasionalisasi (Max Weber)

Sulit memperoleh definisi yang jekas tentang rasionalisasi dari

karya Weber. Seperti sebelumnya, Weber mendefenisikan rasionalitas;

dimana Weber membedakan jenis rasonalitas – rasionalitas sarana-tujuan

dan rasionalitas nilai. Namun, konsep-konsep tersebut merujuk pada tipe

tindakan. Donald Levine berpendapat bahwa Weber tertarik pada

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

14

rasionalitas yang terobjektivasi, yaitu tindakan yang sejalan dengan proses

sistematisasi eksternal. 13 Stephen Kalberg melakukan pembahasan yang

cukup bermanfaat dengan mengidentifikasi empat tipe dasar rasionalitas

(“objektif”) dalam karya Weber antara lain:14

a. Rasionalitas Praktis merupakan tahap rasionalitas dimana orang yang

mempraktikkan rasionalitas ini menerima realitas yang ada dan sekedar

mengkalkulasikan cara termudah untuk mengatasi kesulitan yang

mereka hadapi. Tipe rasionalitas semacam ini muncul seiring makin

longgarnya ikatan- ikatan magis primitif, dan pasti ada pada setiap

peradaban.

b. Rasionalitas Teoretis merupakan tahap rasionalitas dimana upaya

kognitif digunakan untuk menguasai realitas melalui konsep-konsep

yang makin abstrak dan bukan melalui tindakan. Tipe rasionaltas ini

pada awalnya digunakan oleh tukang sihir dan pendeta ritual yang

selanjutnya digunakan oleh filsuf, hakim dan ilmuwan. Tipe rasionalitas

ini mendorong seseorang untuk lebih memahami dunia yang

didalamnya penuh dengan makna.

c. Rasionalitas Substantif merupakan tipe rasionalitas yang secara

langsung menyusun tindakan-tindakan ke dalam pola-pola melalui

kluster-kluster nilai. Tipe rasionalitas ini menyatakan untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu memerlukan sejumlah sarana melalui sistem nilai.

Suatu sistem nilai (secara substantif) tidak lebih rasional daripada

sistem lainnya.

13Ibid. 14Ritzer, George. 2008, Op.cit, hal. 147-149.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

15

d. Rasionalitas Formal merupakan tipe rasionalitas yang melibatkan

kalkulasi sarana-tujuan. Tipe rasionalitas ini merujuk kepada aturan,

hukum atau regulasi yang bersifat universal. Pada dasarnya rasionalitas

formal hanya muncul di dunia Barat seiring dengan munculnya

industrialisasi. Aturan, hukum atau regulasi yang berlaku secara

universal dan menjadi ciri rasionalitas formal di dunia Barat khususnya

ditemukan pada lembaga- lembaga ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan

maupun dalam bentuk dominasi birokratis.

Lebih dalam lagi Colemen membahas teori pilihan rasional dengan

memusatkan perhatian pada aktor.15 Dimana aktor dipandang sebagai

manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor

mempunyai tujuan, dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai

tujuan itu. Dalam teori pilihan rasional, Aktor pun dipandang mempunyai

pilihan (nilai dan keperluan) sehingga tujuan aktor pun ditentukan oleh

pilihan (nilai dan keperluan) tersebut. Teori pilihan rasional tidak

menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber

pilihan aktor. Yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan

untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan pilihan aktor.16

Dalam teori pilihan rasional ada dua pemaksa yang mempengaruhi

tindakan aktor, pertama yaitu keterbatasan sumber, aktor mempunyai

sumber maupun akses yang berbeda terhadap sumber daya lain. Bagi aktor

yang mempunyai sumber daya yang besar akan lebih mudah dalam

pencapaian tujuan dibandingkan aktor yang mempunyai sumber daya

15Ritzer, George dan Goodman Douglas, 2004, Teori Sosiologi Modern , Jakarta : Prenada Media, hal. 395-396.

16Ibid.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

16

sedikit. Terkait dengan keterbatasan sumber daya, dalam hal ini ada yang

disebut dengan biaya kesempatan (opportunity cost) ketika aktor tidak

mempunyai sumber daya yang cukup untuk mencapai tujuan yang menarik

baginya, maka si aktor memilih untuk tidak mencapai tujuan tersebut.

Tetapi dia akan mencari peluang lain dengan memilih tujuan kedua yang

lebih bernilai sesuai dengan cost yang ia miliki, inilah yang disebut dengan

memaksimalkan pencapaian keuntungan. Sumber pemaksa kedua yaitu

lembaga sosial, sanksi yang terdapat dalam lembaga sosial baik itu negatif

ataupun positif akan mendorong aktor untuk melakukan tindakan tertentu

dan menghindarkan tindakan yang lain, hal ini bisa saja menjadi hambatan

bagi aktor dalam pencapaian tujuannya.17

Bagi Colemen itu sendiri ada dua unsur utama dalam teori pilihan

rasional, yaitu aktor dan sumber daya. Interaksi antara aktor dan sumber

daya secara rinci menuju ketingkat sistem sosial, ia menjelaskannya

dengan perhatian satu orang terhadap sumber daya yang dikendalikan

orang lain, menyebabkan keduanya terlibat dalam tindakan yang saling

membutuhkan. Sebagai aktor yang mempunyai tujuan, masing-masing dari

keduanya bertujuan untuk memaksimalkan perwujudan kepentingannya

hal ini lah yang memberikan ciri saling tergantung atau ciri sistematik

terhadap tindakan mereka. Bermula dari tindakan rasional individual

inilah, membawa mereka pada perilaku kolektif, dimana Colemen

mebahasnya sebagai hubungan mikro-makro atau dampak tindakan

individual terhadap individu lain. 18

17Ibid. 18Ibid.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

17

Dalam menganalisis hubungan mikro-makro Colemen

mengenalkan konsep perilaku kolektif. Perilaku kolektif merupakan

kumpulan dari setiap tindakan individu yang pada akhirnya menciptakan

keseimbangan. Keseimbangan itu sendiri tercipta karena adanya saling

kontrol atas tindakan-tindakan individu yang ada dalam suatu kolompok

sosial. Colemen menyebut norma sebagai kontrol perilaku kolektif,

menurutnya norma diprakarsai dan dipertahankan oleh beberapa orang

yang melihat keuntungan yang dihasilkan dari pengamatan terhadap norma

dan kerugian yang berasal dari pelanggaran norma itu. Sekali lagi, bahwa

yang dipertegas dalam teori pilihan rasional itu adalah bahwa tindakan

aktor individual itu dupayakan untuk memaksimalkan kepentingan

mereka. Maka dalam upaya memaksimalkan utilitas mereka, sebagian

dengan menggerakan hak untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan

memperoleh sebagian hak untuk mengendalikan aktor lain. Karena

pemindahan pengendalian itu tidak terjadi secara sepihak, maka dalam

kasus norma ini terdapat keseimbangan. 19

Beberapa masalah akan dihadapi dalam menganalisa tindakan

sosial menurut titik pandangan ini. Para ahli filsafat sosial, pujangga, dan

pengamat sosial lainnya berbeda secara mendalam dalam memberikan

prioritas pada pikiran, intelek, dan logika (kegiatan otak) atau pada hati

(seperti perasaan, sentimen, emosi) kalau menjelaskan perilaku manusia.

Sejauh mana perilaku manusia itu bersifat rasional, tidak seorangpun

berbuat sesuatu tanpa pikiran, tetapi pikiran mungkin hanya sekedar

19Ritzer, George. 2008, Op.cit, hal.391-392.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

18

keinginan untuk menyatakan suatu perasaan, dan bukan suatu perhitungan

yang sadar atau logis. Kebanyakan manusia heran mengapa kadang-kadang

pikiran manusia tidak mampu membangkitkan motivasi atau mendorong

manusia untuk bertindak. Kadang-kadang mungkin juga orang berpikir

bahwa tindakan orang lain itu sama sekali tidak masuk akal, hanya menjadi

berarti apabila orang itu menjelaskan alasan bagi tindakan itu—mesipun

kriteria yang digunakan untuk penilaian seperti itu mungkin agak longgar.

Fenomena penggunaan smartphone dikalangan siswa SD, dapat

disebabkan oleh pemberian atau penghargaan orang tua atas prestasi anak di

sekolah yang bertujuan untuk memotivasi anak mereka. menurut Colemen,

ia memusatkan perhatian bahwa aktor dipandang sebagai manusia yang

mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor mempunyai

tujuan, dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu.

Dengan begitu orang tua siswa dipandang sebagai aktor yang membuat anak

menggunakan smartphone, memiliki tujuan agar anaknya termotivasi

dengan belajar menjadi giat. Sejauh mana perilaku manusia itu bersifat

rasional, tidak seorangpun berbuat sesuatu tanpa pikiran, tetapi pikiran

mungkin hanya sekedar keinginan untuk menyatakan suatu perasaan, dan

bukan suatu perhitungan yang sadar atau logis. Dalam hal ini, orang tua

memberikan smartphone mungkin saja bukan hanya suatu perhitungan

melainkan pada perasaan kasih sayang kepada buah hati mereka.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

19

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif.

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subyek/ obyek

penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain- lain)pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya.20

Selanjutnya, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya

sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan

dalam peristilahannya.21

Penelitian ini mencoba untuk memberikan gambaran keadaan

penggunaan smartphone dikalangan siswa sekolah dasar dilihat dari

bagaimana smartphone dapat menjadi media relasi antara orang tua dan

anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu

suatu penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif

(penggambaran) yang berupa fakta-fakta tertulis maupun lisan.

2. Obyek Penelitian

Definisi objek penelitian menurut Nawawi adalah sebagai berikut:

objek penelitian merupakan seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain- lain

20Nawawi, Hadari, 2007, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, hal 67 21Moeleong, Lexy, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif: Remaja Rosdakarya, Bandung,

hal 3

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

20

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

adanya.22

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah

sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan

data tertentu. Kriteria dari informan yang dijadikan objek dalam penelitian

ini adalah Siswa pengguna smartphone kelas IV dan V, Orang tua siswa

yang bersangkutan, Siswa pengguna telepon genggam biasa di sekolah

Dasar Negeri Ungaran 01 Yogyakarta. Alasan pemilihan obyek orang tua

dalam penelitian tersebut dikarenakan orang tua merupakan orang yang

paling dekat dengan anak, dengan demikian orang tua lah yang paling

mengerti mengenai perkembangan anaknya sebelum dan sesudah

menggunakan smartphone.

3. Lokasi Penelitian

Adapun fokus penelitian mengenai penggunaan smartphone

dikalangan anak usia sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Ungaran 01,

maka lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Dasar tersebut yang terletak

di jalan Serma Taruna Ramli No 3, Kotabaru, Gondokusuman, DI

Yogyakarta. Namun terdapat kemungkinan pula penelitian dilakukan di

beberapa rumah orang tua siswa pengguna smartphone yang menurut

peneliti sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan. Tempat-tempat ini

diharapkan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dan menjadi

tempat yang sesuai sebagai sumber informasi.

22Nawawi, Hadari, 2007, Op.cit, hal 70

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

21

4. Teknik Pengumpulan Data

Data-data dari lapangan dikumpulkan secara terus menerus

sampai tuntas melalui proses wawancara secara mendalam, pengamatan

berpartisipasi, dan analisis dokumen selama penelitian berlangsung. Data-

data tersebut disusun dalam suatu catatan lapangan sebagai langkah awal

dalam analisis data.

Ada dua tahap dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti sebagai berikut:

a. Survei tanggal 14 bulan Mei tahun 2013 yang bertujuan untuk

menentukan sampel sekolah. Dari survei tersebut didapatkan jumlah

siswa yang menggunakan smartphone dari kelas II sampai dengan

kelas VI sekitar 50% dari jumlah siswa keseluruhan 652. Selain itu,

penggunaan smartphone pada kalangan murid Sekolah Dasar

Negeri tersebut diizinkan oleh pihak sekolah untuk digunakan

dilingkungan Sekolah.

b. Melakukan wawancara mendalam terhadap siswa kelas IV dan V

yang menggunakan smartphone sebanyak enam orang, empat siswa

yang menggunakan telepon genggam biasa serta lima ibu sebagai

orang tua siswa pengguna smartphone. Informan yang

diwawancarai tidak memiliki kriteria khusus hanya mereka yang

menggunakan smartphone dan bersedia menjadi informan dalam

penelitian ini.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

22

a) Data primer

Data primer yang digunakan adalah data dari hasil wawancara,

yang diperoleh secara langsung dari informan/nara sumber. Informan

dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu pemilihan sample berdasarkan pada karakteristik tertentu

yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi

yang telah diketahui sebelumnya.23

I. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas

fenomena-fenomena yang diteliti. Teknik observasi digunakan untuk

mengumpulkan data tentang keadaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

subyek penelitian. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan mengamati kondisi pergaulan siswa, pengawasan orang tua dalam

penggunaan smartphone serta relasi anak kepada orang tua.

II. Wawancara (field interviewing)

Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data

dengan cara mengadakan pengamatan, wawancara, dan membagikan

kuesioner atau daftar pertanyaan kepada responden. Wawancara adalah

sebuah praktek metode kualitatif untuk mengetahui bagaiman orang

berfikir dan merasakan mengenai praktek komunikasi mereka.24 Tetapi

sebuah wawancara lebih dari sekedar sebuah proses linier yang

sederhana dimana mempertanyakan pertanyaan dan mendapatkan

23Ruslan, Ahmadi. 2004. Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif. Malang: UIN Press,

hal. 156-157 24Keyton, Joann, 2006, Communication and Organizational Culture: A Key to

Understanding Work Experiences, Sage Publications, Inc., USA, hal. 269

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

23

jawaban. Wawancara sebagai sebuah metode penelitian kualitatif yang

merupakan sebuah bentuk semi langsung (semidirected form) dari

percakapan atau pembicaraan dengan maksud mengetahui cara pandang

responden. Wawancara dimulai dengan mempertanyakan pertanyaan

yang umum untuk mendapatkan informasi yang sesungguhnya.

Menurut Mason, wawancara dapat berubah-ubah dikarenakan

kurang mengenal struktur dan kurang terlibat dalam lingkungan yang

akan diwawancara.25 Pewawancara harus memiliki ide yang luas

mengenai topik apa yang akan diketahui tetapi, pada saat yang bersamaan

harus memiliki terminologi dan topik persoalan untuk didiskusikan

dengan responden, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan penelitian.

III. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data

teoritis guna memperoleh pendapat para ahli dan teorinya melalui sumber

bacaan. 26 Dalam penelitian ini sumber pustaka yang digunakan

berhubungan dengan topik penelitian yaitu mengenai penggunaan

smartphone dikalangan siswa, berupa buku-buku, website, dan artikel

lainnya.

b) Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang bersumber pada literature,

dokumen.Data sekunder merupakan data yang besumber dari sumber lain

dengan tujuan untuk melengkapi data primer seperti literatur, dokumen

25Ibid 26Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta,

hal. 180

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

24

serta sumber tertulis lainnya. Data tersebut digunakan untuk mendukung

koherasi data yang diperoleh dangan mengutip dari sumber lain yang

bertujuan untuk melengkapi data primer.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dengan menggunakan domain. Setelah itu dilakukan

telaah data, menata, dan menemukan apa yang digunakan dan apa yang

diteliti.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan selama pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam waktu

tertentu. 27 Proses analisis data dilakukan secara terus menerus dalam proses

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan

kesimpulan selama penelitian berlangsung.

a. Reduksi data

Data-data yang telah diperoleh dari lapangan akan bertambah

seiring dengan berjalannya proses pengumpulan data, oleh karena itu data

tersebut perlu direduksi, dirangkum, dipilah-pilah, diambil yang penting-

penting, dicari tema dan polanya. Melalui proses reduksi data ini laporan

mentah yang diperoleh di lapangan disusun menjadi lebih sistematis,

sehingga mudah dikendalikan, memberi gambaran yang jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Penyajian data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah

disusun dari hasil reduksi data. Data yang ada kemudian disatukan dalam

27Ibid, hal. 337

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66602/potongan/S1-2013... · Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi ...

25

unit-unit informasi yang menjadi rumusan kategori-kategori dengan

berpegan pada prinsip holistik dan dapat dit afsirkan tanpa informasi

tambahan. Berdasarkan penyajian data ini memungkinkan peneliti untuk

dapat menarik kesimpulan atau pengambilan tindakan lebih lanjut.

c. Menarik kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan diambil

dari penyajian data yang telah dilakukan sehingga sejak awal penelitian

diupayakan untuk mencari makna data yang telah dikumpulkan. Untuk itu

peneliti perlu mencari pola, tema, persamaan, perbandingan, hal-hal yang

timbul, dan sebagainya. Kesimpulan penelitian tentang penggunaan

smartphone ditinjau dari pengawasan orangtua terhadap dampak

perubahan sosial anak dapat lebih mendalam dan mengakar seiring dengan

bertambahnya informasi dari hasil wawancara, pengamatan, studi

dokumenter selama penelitian berlangsung.