PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI...

63
LAPORAN AKHIR Analisis Implementasi Peraturan Terkait Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP) PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2016

Transcript of PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI...

Page 1: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

 

LAPORAN AKHIR

Analisis Implementasi Peraturan Terkait

Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP)

PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN

KEMENTERIAN PERDAGANGAN

2016

Page 2: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

ii  

 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Latar Belakang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.64 tahun 1999

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.24 tahun 1998 tentang

Informasi Keuangan Tahunan Perusahaan (“PP IKTP”) mewajibkan

perusahaan untuk menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan dalam

rangka meningkatkan jenis dan jumlah perusahaan yang tercatat di dalam

database pemerintah. Laporan Keuangan Tahunan yang disajikan dan

disampaikan kepada pemerintah ini juga perlu ditingkatkan daya guna

informasinya sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.

Kewajiban untuk melakukan penyampaian laporan berdasarkan PP

IKTP tersebut ditujukan kepada perusahaan, dimana definisi perusahaan

dalam peraturan dimaksud, yaitu setiap bentuk usaha yang melakukan

kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh

keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang

perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau

bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah

Negara Republik Indonesia. Setiap perusahaan yang termasuk dalam

lingkup kategori PP IKTP tersebut wajib menyampaikan Laporan

Keuangan Tahunan kepada Menteri yang bertanggung jawab dalam

bidang perdagangan.

Bagi pemerintah, Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan

(“LKTP”) merupakan sumber informasi dalam membina pelaku usaha di

dalam negeri. Lebih lanjut bagi dunia swasta/para pelaku

usaha/perusahaan, informasi mengenai LKTP tersebut salah satunya

adalah dapat dipergunakan dalam rangka untuk mencari dan menemukan

perusahaan yang dapat dijadikan sebagai mitra bisnis yang berada di

seluruh Indonesia atau bahkan negara lain yang memiliki perusahaan di

Indonesia, sehingga diharapkan bisa mendorong peningkatan

pertumbuhan investasi maupun perekonomian di dalam negeri.

Meskipun sudah berjalan Otonomi Daerah sesuai dengan amanat

dari Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Page 3: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

iii  

 

Perkembangan LKTP dari tahun ke tahun tetap berjalan stabil. Pelaku

usaha tetap melakukan pelaporan LKTP kepada Direktorat Bina Usaha

dan Pelaku Distribusi, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri,

Kementerian Perdagangan.

Pemerintah pusat pada tahun 2000 mengeluarkan

Kepmenperindag No.121 tahun 2002 tentang Ketentuan Penyampaian

LKTP. Didalamnya diaur tentang definisi LKTP, yaitu laporan keuangan

perusahaan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik atau Instansi

Pemerintah atau Lembaga Tinggi Negara yang memiliki kewenangan

menerbitkan laporan akuntan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Akuntan publik yang ditunjuk dalam

Kepmenperindag No.121 tahun 2001 adalah akuntan yang memiliki izin

dari Menteri Keuangan untuk menjalankan pekerjaan sebagai akuntan

publik.

Setelah pelaku usaha mengirimkan LKTP ke Kemendag, maka

mereka menerima Surat Tanda Penerimaan Laporan Keuangan Tahunan

Perusahaan (“STP-LKTP”), yang merupakan tanda bukti bahwa

perusahaan yang bersangkutan telah menyampaikan LKTP secara

lengkap dan benar. Biasanya STP-LKTP ini diterima pelaku usaha 1 (satu)

bulan setelah LKTP diterima oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri Kementerian Perdagangan.

Permasalahan muncul karena ternyata pada saat yang bersamaan

para pelaku usaha/perusahaan juga harus menyampaikan Laporan

Keuangannya kepada pihak lain/pemerintah selain Direktorat Bina Usaha

dan Pelaku Distribusi Ditjen Dagri Kementerian Perdagangan antara lain:

(a) Kementerian Hukum dan HAM, (b) Kementerian Keuangan, (c) OJK,

(d) BKPM dan (e) Bappebti. Selain itu ternyata Kementerian/Lembaga lain

sudah menerapkan sistem pelaporan Laporan Keuangan secara online

seperti Ditjen Pajak Kemenkeu dengan e-SPT atau e-filling, BKPM

dengan NSWi dan OJK dengan SPE-OJK. Sedangkan di Direktorat Bina

Usaha dan Pelaku Distribusi Ditjen Dagri masih menggunakan metode

Page 4: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

iv  

 

pelaporan dalam bentuk penyerahan dokumen-dokumen fisik (hardcopy)

dan belum bisa secara online.

Tujuan Penelitian a. Menganalisis hubungan peraturan terkait LKTP dengan peraturan

perundangan lainnya.

b. Menganalisis efektivitas peraturan terkait LKTP

c. Merumuskan usulan kebijakan terkait LKTP

Metodologi Penelitian

Analisis yang digunakan dalam melihat hubungan antara Undang-

Undang No.3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, Peraturan

Pemerintah No.64 tahun 1999 tentang IKTP dan Kepmenperindag No.121

tahun 2002 tentang ketentuan Penyampaian LKTP dengan peraturan

perundangan-undangan terkait lainnya yang bersifat evaluasi deskriptif

dengan menggunakan analisis ketentuan hukum formal. Dalam

melakukan analisis implementasi terkait LKTP digunakan metode analisis

Yuridis Normatif. Yuridis Normatif ini dipergunakan untuk melakukan

penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kewajiban

penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP),

penelusuran terhadap sistematika hukum, dan penelusuran terhadap

penyesuaian peraturan-peraturan hukum serta untuk memperoleh data

maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di

perpustakaan, jurnal serta hasil penelitian, koran, majalah, situs internet

dan sebagainya (Sugono, 1996). Ada tiga (3) alat pengumpulan data yaitu

(a) studi dokumen atau bahan pustaka, (b) pengamatan atau observasi

dan (c) diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD).

Ketiga alat tersebut ini dipergunakan secara bersama-sama atau

tersendiri (Soekanto, 1984).

Page 5: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

v  

 

Hubungan Peraturan LKTP dengan Peraturan Perundangan Lainnya serta Permasalahannya. PP IKTP mewajibkan perusahaan untuk menyampaikan Laporan

Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP). PP IKTP tersebut mewajibkan

perusahaan untuk menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan dalam

rangka menjalankan amanat pemerintah dan suatu wujud kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana sasaran

dari penyampaian LKPT tersebut adalah untuk meningkatkan kelompok

jenis bidang usaha dan jumlah perusahaan yang tercatat dalam database

pemerintah. Penyajian Laporan Keuangan Tahunan ini juga perlu

ditingkatkan daya guna informasinya sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan yang berlaku. Perusahaan1 berdasarkan PP IKTP ini wajib

menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan kepada Direktorat Bina

Usaha dan Pelaku Distribusi, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri, Kementerian Perdagangan.

Namun, hingga saat ini terdapat keluhan dari para stakeholder,

bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian Laporan

Keuangan Tahunan Perusahaan, yaitu ke Ditjen PDN, Ditjen Pajak

Kemenkeu, Kemenhukham, BKPM, OJK, dan Bappebti2. Selain daripada

itu, mencuat pertanyaan yang sangat mendasar tentang manfaat yang

diperoleh para stakeholder setelah melaksanakan kewajibannya untuk

menyampaikan LKTP.

                                                                                                                         1  Perusahaan  yaitu  setiap  bentuk  usaha  yang  melakukan  kegiatan  secara  tetap  dan  terus  menerus  dengan   tujuan  memperoleh   keuntungan   dan   atau   laba,   baik   yang   diselenggarakan   oleh   orang  perorangan  maupun  badan  usaha  yang  berbentuk  badan  hukum  atau  bukan  badan  hukum  yang  didirikan  dan  berkedudukan  di  Indonesia.  2  Sebenarnya    terhadap  penyampaian  LKTP  kepada  beberapa  instansi  pemerintah  yang  berbeda  tidak  dapat  dijadikan  sebagai  dasar  keberatan  dari  perusahaan  untuk   tidak  mengerjakan  segala  sesuatu  yang  merupakan  kewajibannya  berdasarkan  ketentuan  peraturan  perundang-­‐undangan  yang  berlaku.  Hanya  saja  perlu  untuk  dilakukan  klarifikasi  apakah  permintaan  yang  diajukan  oleh  masing-­‐masing   instansi  pemerintah  tersebut   terdapat  variabel-­‐variabel  khusus  yang  merupakan  faktor  pembeda  dan  dalam  penyusunannya  memerlukan  adanya  waktu  maupun  keahlian  khusus.  Namun   apabila   ternyata   format   LKTP   yang   disampaikan   tidak   (jauh)   berbeda   antara   instansi  pemerintah   yang   satu   dengan   instansi   pemerintah   yang   lain,   maka   yang   perlu   dilakukan   oleh  perusahaan   hanya   mempersiapkan   set   dokumen   yang   harus   disampaikan   sesuai   dengan  peruntukkannya.   Terlebih   hal   ini   merupakan   sesuatu   kegiatan   tahunan   yang   secara   rutin  dilakukan.  

Page 6: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

vi  

 

Rekomendasi Menyatukan pemahaman terhadap kewajiban penyampaian LKTP

terkait dengan adanya materi yang duplikatif antara Kementerian

Perdagangan, Kementerian Hukum dan HAM, BKPM, dan OJK, maka

perlu dilakukan antara lain:

a. Koordinasi antar Kementerian dan Lembaga tentang LKTP.

b. Sosialisasi terhadap pelaku usaha tentang pentingnya

penyampaian LKTP selama ini telah dilakukan dan akan terus

dilakukan. Esensi dari sosialisasi ini adalah menjelaskan bahwa

meskipun ada duplikasi penyampaian LKTP tetapi ada perbedaan

tujuan dari pelaku usaha melaporkan LKTP tersebut dengan dasar

hukum yang berbeda-beda juga.

Membuat sistem penyampaian LKTP melalui media online agar

supaya bisa membuat para pelaku usaha lebih cepat dan efisien dalam

pelaporannya seperti yang telah diterapkan oleh Ditjen Pajak, BKPM dan

OJK.

Dibentuk suatu tim yang terlatih dan memiliki dasar keahlian dalam

rangka meningkatkan kualitas/mutu dan kemampuan dalam menganalisis

data LKTP dari aspek ekonomi dan hukum, sehingga keluaran analisisnya

dapat dijadikan sebagai gambaran perekonomian Indonesia dan relevan

untuk dipergunakan sebagai acuan dalam memprediksi bagaimana

perkembangan bisnis di sektor tertentu pada masa yang akan datang.

Selain itu Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi diperkenankan

untuk meminta bantuan pihak ketiga dalam menganalisis data LKTP

seperti kepada Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

(BPPP) atau konsultan independen.

Menjalin kerja sama yang dituangkan dalam suatu Memorandum of

Understanding/Nota Kesepahaman atau bahkan dengan adanya suatu

perjanjian penunjukan dengan Kantor Akuntan Publik dan Ikatan Akuntan

Publik terkait sosialisasi kewajiban penyampaian LKTP kepada seluruh

Page 7: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

vii  

 

perusahaan di Indonesia. Berdasarkan hasil temuan survey di lapangan,

didapati bahwa pelaku usaha patuh dalam menyampaikan LKTP.

Kecenderungan ini terjadi dikarenakan adanya masukan informasi yang

diberikan oleh Kantor Akuntan Publik yang secara khusus dipekerjakan

oleh perusahaan dimaksud.

Melakukan revisi terhadap Kepmenperindag No.121 Tahun 2002

tentang Ketentuan Penyampaian LKTP, terutama disebabkan oleh karena

adanya pemisahan kelembagaan antara Kementerian Perindustrian

dengan Kementerian Perdagangan. Selain daripada itu juga ada

perubahan nomenklatur Direktorat Bina Usaha dan Pendaftaran

Perusahaan menjadi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi. Lebih

jauh lagi terkait dengan ketentuan Pasal 12 ayat (3)-nya, yang perlu lebih

disederhanakan dalam teknis pelaporan sehingga memudahkan para

pelaku usaha, terutama menghilangkan bentuk laporan yang ditentukan

berupa disket dan memaksimalkan sistem pelaporan secara online.

Mempercepat pemberian bukti penyampaian LKTP dari

sebelumnya 1 (satu) bulan setelah diterima oleh Direktorat Bina Usaha

dan Pendaftaran Perusahaan menjadi 7 (tujuh) hari kerja sesuai dengan

Kepmenperindag No.121/MPP/Kep/2/2002 tentang Ketentuan

Penyampaian LKTP.

Page 8: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

viii  

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,

laporan “ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN TERKAIT LAPORAN

KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN (LKTP)” dapat diselesaikan.

Kegiatan ini dilatarbelakangi dengan diberlakukannya Peraturan

Pemerintah No.64 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah No.24 tahun 1998 tentang Informasi Keuangan Tahunan

Perusahaan yang bertujuan meningkatkan jenis dan jumlah perusahaan

yang wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan serta meningkatkan

daya guna informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan

maupun komponen laporan keuangan tahunan yang wajib disampaikan

perusahaan perlu diubah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

(SAK) yang berlaku. Informasi tersebut bagi pemerintah dapat dijadikan

bahan masukan dalam rangka merumuskan kebijakan yang mengarah

kepada iklim usaha yang kondusif. Bagi swasta/para pelaku

usaha/perusahaan, informasi tersebut dapat digunakan untuk melihat

prospek bisnis, investasi maupun potensi pesaing usaha.

Kegiatan ini diselenggarakan secara swakelola oleh Pusat

Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri, dengan tim peneliti terdiri dari

Kumara Jati sebagai koordinator dan anggotanya terdiri dari Firman

Mutakin, Bagus Wicaksena, Yudha Hadian Nur, Nasrun, Riffa Utama, dan

Selfi Menanti serta dibantu oleh tenaga ahli Ari Wahyudi. Disadari bahwa laporan ini masih terdapat berbagai kekurangan,

maka kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Dalam kesempatan ini tim menyampaikan terima kasih terhadap berbagai

pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini. Sebagai akhir kata

semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pimpinan dalam

merumuskan kebijakan di bidang perdagangan efektivitas regulasi terkait

LKTP.

Jakarta, April 2016

Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri

Page 9: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

ix  

 

ABSTRAK Analisis Implementasi Peraturan Terkait Laporan Keuangan Tahunan

Perusahaan (LKTP)

Terdapat kebijakan yang mewajibkan pelaku usaha untuk

menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP) kepada

Kementerian Perdagangan. Pada saat LKTP merupakan salah satu syarat

dalam perpanjangan TDP trend penyampaian LKTP meningkat sebesar

1,3%. Namun, sejak tahun 2007 dimana LKTP tidak menjadi persyaratan

dalam perpanjangan TDP, trend penyampaian LKTP menurun sebesar

2,4%. Pada tahun 2007 tercatat 2.517 LKTP dan tahun 2014 hanya 2.191

LKTP. Berdasarkan analisis yuridis normatif, terjadinya penurunan

penyampaian LKTP akibat adanya: peraturan perundangan lain yang

mengatur penyampaian LKTP, regulasi Kemendag yang membuat

penyampaian LKTP tidak optimal, pemahaman pelaku usaha terkait LKTP

masih rendah, serta sistem penyampaian LKTP di Kemendag masih

dilakukan secara manual. Beberapa rekomendasi yang bisa disampaikan

yaitu: (1) Menyatukan penyampaian LKTP menjadi satu pintu sebagai

kebijakan jangka panjang. (2) Mengusulkan LKTP kembali menjadi salah

satu syarat perpanjangan TDP untuk perusahaan dengan aset paling

sedikit Rp.25 miliar.(3) Menjalin kerja sama dengan Kantor Akuntan Publik

dalam melakukan sosialisasi kewajiban penyampaian LKTP. (4)

Menerapkan sistem penyampaian LKTP di Kemendag secara online. (5)

Melakukan analisis terhadap data LKTP sehingga dapat dijadikan

informasi yang bermanfaat bagi pelaku usaha.

Kata kunci: Implementasi Peraturan, Laporan Keuangan Tahunan

Perusahaan (LKTP), dan Yuridis Normatif

Page 10: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

x  

   

ABSTRACT Analysis of Implementation of Regulations Related to the Company's

Annual Financial Statements (LKTP)

There is a policy which requires businesses for an Company's

Annual Financial Statements (LKTP) to the Ministry of Commerce. At the

time of LKTP is a prerequisite for the extension of the delivery LKTP TDP

trend increased by 1.3%. However, since 2007 where LKTP not be a

requirement in the extension of TDP, the trend of delivering LKTP

decreased by 2.4%. In 2007, there were 2,517 LKTP and in 2014 only

2,191 LKTP. Based on normative analysis, the decrease in delivery due to

their LKTP: other legislation governing the submission LKTP, the Ministry

of Trade regulations which make the delivery LKTP not optimal,

understanding LKTP related businesses is still low, as well as delivery

systems LKTP in the Ministry of Trade is still done manually.

Some of the recommendations can be submitted, namely: (1)

Putting LKTP delivery into the door as a long-term policy. (2) Propose

LKTP back to being one of the requirements for the extension TDP

company with assets of at least IDR 25 billion. (3) Establish cooperation

with the public accounting firm in socializing LKTP delivery obligations. (4)

Implement the delivery system in the Ministry of Trade LKTP online. (5)

Conduct an analysis of the data LKTP so it can be useful information for

businesses.

Keywords: Implementation Regulations, the Company's Annual Financial

Statements (LKTP), and normative juridical

Page 11: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

xi  

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

RINGKASAN EKSEKUTIF.......................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................viii

ABSTRAK................................................................................................ix

DAFTAR ISI.............................................................................................xi

DAFTAR TABEL......................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR..................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xiv

BAB I

:

PENDAHULUAN............................................................1

1.1. Latar Belakang....................................................1

1.2. Perumusan Masalah...........................................2

1.3. Tujuan Penelitian................................................4

1.4. Keluaran Penelitian.............................................4

1.5. Manfaat Penelitian..............................................5

1.6. Ruang Lingkup....................................................5

1.7. Sistematika Laporan...........................................5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..................................................7

2.1. Dasar Hukum Laporan Keuangan Tahunan

Perusahaan (LKTP)............................................7

2.2. Implementasi dan Efektivitas Dalam Perspektif

Hukum................................................................10

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu.................................11

Page 12: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

xii  

 

BAB III : METODE PENGKAJIAN...............................................14

3.1. Metode Analisis..................................................14

3.2. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data.......16

3.2.1. Jenis dan Sumber Data....................................16

3.2.2. Metode Pengumpulan Data..............................16

3.3. Kerangka Pemikiran...........................................17

BAB IV : ANALISIS EFEKTIVITAS PERATURAN LKTP...........19

4.1. Hubungan Keputusan Menperindag No.121 Tahun

2002 dengan Peraturan Perundang-undangan

terkait lainnya.....................................................19

4.2 Efektifitas implementasi Keputusan Menperindag

No.121 Tahun 2002...........................................26

4.2.1. Ketentuan Mekanisme Penyampaian LKTP...26

4.2.2. Pelaksanaan Penyampaian Laporan Keuangan

Tahunan Perusahaan (LKTP).........................27

4.2.3. Keberadaan Undang-undang Nomor 3 Tahun

1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Setelah

Berlakunya Undang-undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas..................31

4.2.4. Kendala Dalam Penyampaian LKTP..............32

Page 13: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

xiii  

 

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN ..35

5.1. Kesimpulan.........................................................35

5.2. Rekomendasi Kebijakan.....................................37

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................39

LAMPIRAN.............................................................................................42

Page 14: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

xiv  

 

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Inventarisasi Masalah Peraturan LKTP..........................14

Tabel 4.1. Jumlah Perusahaan Yang Melaporkan LKTP

Tahun 2014....................................................................28

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Analisis..............................17

Gambar 4.1. Hubungan Peraturan LKTP dengan

Peraturan Perundang-undangan Lainnya...........25

Gambar 4.2. Faktor Penyebab Belum Efektifnya Penyampaian

LKTP...................................................................34

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner.......................................................................42

Lampiran 2. Surat Undangan.............................................................46

Page 15: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

1  

 

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Pembangunan nasional merupakan tolok ukur bagi pemerintah

dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Salah satu

cara dalam mendatangkan devisa negara guna meningkatkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah melalui pengembangan dan

peningkatan investasi dalam negeri, yang dilakukan dengan upaya

memotivasi dan mengajak investor, baik dari dalam maupun luar negeri.

Dengan begitu akan tercipta lowongan-lowongan pekerjaan baru bagi

masyarakat. Oleh karena itu penciptaan iklim investasi yang kondusif

sangat diperlukan, yang bukan hanya untuk menarik minat investor baru,

tetapi juga dalam rangka membangun industri yang berdaya saing tinggi

untuk meningkatkan produksi barang dalam pemenuhan konsumsi, bukan

hanya terbatas untuk konsumsi domestik melainkan juga diperuntukkan

dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk dalam perdagangan

dunia.

Pembinaan dan pengawasan terhadap seluruh lembaga usaha

perdagangan menjadi sebuah keharusan bagi pemerintah, yaitu dalam

rangka menciptakan tertib dan optimalisasi iklim usaha di Indonesia. Salah

satu langkah yang dilakukan pemerintah adalah melalui pemberlakuan

kebijakan wajib menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan

(LKTP) terhadap setiap perusahaan yang berdiri dan beroperasi di

Indonesia. Pemerintah berharap dengan diberlakukannya kebijakan LKTP

ini akan memberikan dampak yang positif, yaitu terciptanya iklim usaha

yang kondusif dan lebih bertanggung jawab, guna meningkatkan iklim

usaha di Indonesia. Selain itu, pemberlakuan LKTP juga sebagai upaya

pemerintah dalam melaksanakan program pelayanan prima kepada dunia

usaha.

Secara teknis, pemberlakuan LKTP bagi setiap perusahaan

memberikan manfaat kepada pemerintah dalam rangka pembinaan,

Page 16: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

2  

 

pengarahan, pengawasan dan penciptaan iklim usaha yang sehat.

Laporan Keuangan juga sangat bermanfaat bagi pemerintah dalam

mengikuti perkembangan dunia usaha di setiap daerah. Selain itu LKTP

juga dimanfaatkan sebagai informasi dan data bagi pemerintah untuk

memantau perkembangan dunia usaha di dalam negeri.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.64 tahun 1999 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1998 tentang

Informasi Keuangan Tahunan Perusahaan (IKTP) mengamanatkan bahwa

semua perusahaan wajib memberikan Laporan Keuangan Tahunan

Perusahaan yang terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan

Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan catatan atas laporan

keuangan yang mengungkapkan utang piutang termasuk kredit bank dan

daftar penyertaan modal. Dalam tatanan teknis, kewajiban LKTP diatur

dalam Kepmenperindag Nomor 234/MPP/Kep/6/2000 tentang

Penyelenggaraan Pendaftaran LKTP yang esensinya mengatur

mekanisme pelaporan dan isi/pokok subyek pelaporan.

1.2 Perumusan Masalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.64 tahun 1999

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.24 tahun 1998 tentang

Informasi Keuangan Tahunan Perusahaan (“PP IKTP”) mewajibkan

perusahaan untuk menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan dalam

rangka meningkatkan jenis dan jumlah perusahaan yang tercatat di dalam

database pemerintah. Laporan Keuangan Tahunan yang disajikan dan

disampaikan kepada pemerintah ini juga perlu ditingkatkan daya guna

informasinya sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.

Kewajiban untuk melakukan penyampaian laporan berdasarkan PP

IKTP tersebut ditujukan kepada perusahaan, dimana definisi perusahaan

dalam peraturan dimaksud, yaitu setiap bentuk usaha yang melakukan

kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh

keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang

perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau

Page 17: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

3  

 

bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah

Negara Republik Indonesia. Setiap perusahaan yang termasuk dalam

lingkup kategori PP IKTP tersebut wajib menyampaikan Laporan

Keuangan Tahunan kepada Menteri yang bertanggung jawab dalam

bidang perdagangan.

Bagi pemerintah, Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan

(“LKTP”) merupakan sumber informasi dalam membina pelaku usaha di

dalam negeri. Lebih lanjut bagi dunia swasta/para pelaku

usaha/perusahaan, informasi mengenai LKTP tersebut salah satunya

adalah dapat dipergunakan dalam rangka untuk mencari dan menemukan

perusahaan yang dapat dijadikan sebagai mitra bisnis yang berada di

seluruh Indonesia atau bahkan negara lain yang memiliki perusahaan di

Indonesia, sehingga diharapkan bisa mendorong peningkatan

pertumbuhan investasi maupun perekonomian di dalam negeri.

Meskipun sudah berjalan Otonomi Daerah sesuai dengan amanat

dari Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Perkembangan LKTP dari tahun ke tahun tetap berjalan stabil. Pelaku

usaha tetap melakukan pelaporan LKTP kepada Direktorat Bina Usaha

dan Pelaku Distribusi, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri,

Kementerian Perdagangan.

Pemerintah pusat pada tahun 2000 mengeluarkan

Kepmenperindag No.121 tahun 2002 tentang Ketentuan Penyampaian

LKTP. Didalamnya diaur tentang definisi LKTP, yaitu laporan keuangan

perusahaan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik atau Instansi

Pemerintah atau Lembaga Tinggi Negara yang memiliki kewenangan

menerbitkan laporan akuntan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Akuntan publik yang ditunjuk dalam

Kepmenperindag No.121 tahun 2001 adalah akuntan yang memiliki izin

dari Menteri Keuangan untuk menjalankan pekerjaan sebagai akuntan

publik.

Setelah pelaku usaha mengirimkan LKTP ke Kemendag, maka

mereka menerima Surat Tanda Penerimaan Laporan Keuangan Tahunan

Page 18: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

4  

 

Perusahaan (“STP-LKTP”), yang merupakan tanda bukti bahwa

perusahaan yang bersangkutan telah menyampaikan LKTP secara

lengkap dan benar. Biasanya STP-LKTP ini diterima pelaku usaha 1 (satu)

bulan setelah LKTP diterima oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri Kementerian Perdagangan.

Selain itu, UU No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

(WDP) merupakan dasar pembentukan regulasi terkait LKTP dalam hal

pengenaan sanksi dan pembinaan. Permasalahan muncul karena ternyata

pada saat yang bersamaan para pelaku usaha/perusahaan juga harus

menyampaikan Laporan Keuangannya kepada pihak lain/pemerintah

selain Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Ditjen Dagri

Kementerian Perdagangan antara lain: (a) Kementerian Hukum dan HAM,

(b) Kementerian Keuangan, (c) OJK, (d) BKPM dan (e) Bappebti. Selain

itu, sejak tahun 2007, trend penyampaian LKTP menurun sebesar 2,4%

dimana pada tahun 2007 tercatat 2.517 LKTP dan tahun 2014 hanya

2.191 LKTP. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan penelitiannya

adalah: “Bagaimana efektivitas implementasi peraturan terkait LKTP?”

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan di atas, tujuan dari

analisis ini adalah:

a. Menganalisis hubungan peraturan terkait LKTP dengan peraturan

perundangan lainnya.

b. Menganalisis efektivitas peraturan terkait LKTP.

c. Merumuskan usulan kebijakan terkait LKTP.

1.4 Keluaran Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, maka keluaran yang diharapkan dari

analisis ini adalah: a. Hubungan peraturan terkait LKTP dengan peraturan perundangan

lainnya.

b. Peraturan pelaksana terkait LKTP yang efektif.

Page 19: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

5  

 

c. Rumusan usulan kebijakan dalam rangka peningkatan efektivitas

regulasi terkait LKTP.

1.5 Manfaat Penelitian

Analisis ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Referensi bagi unit teknis di Kementerian Perdagangan dan

kementerian terkait lainnya, akademisi dan peneliti;

b. Pelaksanaan peraturan terkait LKPT yang efisien, implementatif, serta

memberikan timbal balik bagi para stakeholder.

1.6 Ruang Lingkup Analisis ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut:

a. Peraturan terkait LKTP yang terdiri dari Kepmenperindag, Peraturan

Pemerintah, Undang-Undang Penanaman Modal, Undang-Undang

Pasar Modal, Undang-Undang Peraturan Berjangka Komoditi,

Undang-undang Perseroan Terbatas, dan Undang-Undang Pajak

Penghasilan (PPh).

b. Faktor regulasi dan non regulasi terkait kepatuhan perusahaan

menyampaikan LKTP.

1.7 Sistematika Laporan Laporan analisis terdiri dari 5 Bab dengan rincian sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan. Pada Bab ini akan dibahas mengenai latar belakang

meliputi permasalahan tujuan penelitian, keluaran penelitian, manfaat

penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II. Tinjauan Pustaka. Pada Bab ini dibahas tinjauan literatur

mengenai telaah kebijakan yang terkait LKTP dari sisi yuridis. Pada

bagian ini juga akan ditelaah hasil penelitian terdahulu mengenai

metodologi yang terkait dengan analisis.

Page 20: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

6  

 

Bab III. Metodologi. Pada Bab ini dipaparkan kerangka penelitian serta

metode analisis dengan pendekatan hukum normatif dan deskriptif sesuai

dengan realita.

Bab IV. Analisis Efektivitas Peraturan LKTP. Pada Bab ini dibahas

hubungan Keputusan Menperindag No.121 Tahun 2002 dengan Peraturan

Perundang-undangan terkait lainnya serta efektifitas implementasi

Keputusan Menperindag No.121 Tahun 2002 oleh pelaku usaha.

Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan. Bab ini menyajikan

efektivitas pelaksanaan peraturan terkait LKTP dan selanjutnya

berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, disampaikan rekomendasi

kebijakan yang diharapkan menghasilkan kebijakan terkait LKTP yang

efektif.

Page 21: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

7  

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Hukum Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24

tahun 1998 tentang Informasi Keuangan Tahunan Perusahaan, dalam

rangka lebih meningkatkan efisiensi dan daya saing perekonomian

nasional, maka pemerintah menilai perlu untuk disediakan kemudahan

untuk memperoleh informasi keuangan tahunan perusahaan. Oleh karena

itu pemerintah menetapkan ketentuan tentang informasi Keuangan

Tahunan Perusahaan dalam suatu bentuk Peraturan Pemerintah.

Keadaan ini juga didukung peristiwa yang terjadi pada tahun 1998

dimana terjadi krisis moneter yang menimpa Indonesia, sehingga

diperlukan data yang valid untuk melihat bagaimana perkembangan

ekonomi di Indonesia yang salah satunya diwakili oleh kebijakan tentang

laporan keuangan tahunan perusahaan.

Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 64 tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah No.24 tahun 1998 tentang Informasi Keuangan Tahunan

Perusahaan, dalam rangka meningkatkan jenis dan jumlah perusahaan

yang wajib menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan dipandang perlu

memperluas ruang lingkup pelaksanaan Peraturan Pemerintan Nomor 24

Tahun 1998 tentang Informasi Keuangan Tahunan Perusahaan.

Perusahaan yang wajib menyampaikan Laporan Keuangan

Tahunan Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan

kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh

keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang

perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau

bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah

Negara Republik Indonesia. Laporan keuangan ini dianggap dokumen

Page 22: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

8  

 

umum yang dapat diketahui oleh masyarakat. Keadaan ini sesuai dengan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik, yang mengatur bahwa informasi

merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi

dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan

nasional.

Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan

keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara

demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan

penyelenggaraan negara yang baik. Keterbukaan informasi publik juga

merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap

penyelenggaraan negara dan Badan Publik lainnya dan segala sesuatu

yang berakibat pada kepentingan publik. Selain itu Pengelolaan informasi

publik merupakaan salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat

informasi. Dalam hal ini Kementerian Perdagangan merupakan pengelola

informasi publik berupa Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan

(berdasarkan pasal 7 Kepmenperindag No.121/MPP/Kep/2/2002).

Wajib penyampaian Laporan Keuangan Tahunan

Perusahaan bertujuan mencatat dan mendokumentasi bahan-bahan

keterangan yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan

merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang

berkepentingan meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan

Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan yang

mengungkapkan utang piutang termasuk kredit bank dan daftar

penyertaan modal (berdasarkan pasal 4 Kepmenperindag

No.121/MPP/Kep/2/2002).

Sifat LKTP adalah terbuka untuk semua pihak dimana setiap pihak

yang berkepentingan berhak memperoleh keterangan yang diperlukan

dengan cara mendapatkan salinan atau petikan resmi dari keterangan

yang tercantum dalam LKTP yang disahkan oleh pejabat yang berwenang

dalam hal ini oleh Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi (d/h

Page 23: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

9  

 

Direktorat Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan). Informasi yang

dapat diberikan dalam bentuk dokumen (hardcopy), CD-Rom atau

informasi melalui internet. Untuk mendapatkan informasi LKTP dapat

diperoleh dengan berlangganan atau atas dasar permintaan dan

dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku (berdasarkan pasal 12 Kepmenperindag

No.121/MPP/Kep/2/2002).

Penyampaian wajib LKTP dilakukan dengan cara mengisi formulir

LKTP yang ditetapkan oleh menteri dalam bidang perdagangan pada

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi (d/h Direktorat Bina Usaha

dan Pendaftaran Perusahaan). Penyampaian LKTP ini wajib bagi setiap

perusahaan yang berstatus kantor pusat, berkedudukan dan menjalankan

kegiatan usahanya di wilayan negara Republik Indonesia. Kewajiban

perusahaan berlaku bagi perusahaan yang berbentuk:

a. Perseroan yang memenuhi salah satu kriteria:

1) Merupakan Perseroan Terbuka (PT. Tbk).

2) Memiliki bidang usaha yang berkaitan dengan pengerahan dana

masyarakat.

3) Mengeluarkan surat pengakuan utang.

4) Memiliki jumlah aktiva atau kekayaan paling sedikit Rp.25 miliar.

5) Merupakan debitur yang laporan keuangan tahunannya

diwajibkan oleh bank untuk diaudit.

b. Perusahaan asing yang melakukan kegiatan usaha di wilayah negara

Republik Indonesia menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku, serta berwenang untuk mengadakan perjanjian.

c. Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM)

dan Perusahaan Daerah.

Page 24: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

10  

 

2.2. Implementasi dan Efektivitas Dalam Perspektif Hukum

Pengertian implementasi hukum menurut Winarno (2002), yaitu alat

administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan

teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna

meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Sedangkan definisi

implementasi dari Gaffar (2009), yaitu suatu rangkaian aktifitas dalam

rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan

tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan. Dari dua

definisi diatas dapat disimpulkan bahwa definisi implementasi yaitu

aktifitas untuk menerapkan kebijakan/hukum kepada masyarakat

sehingga dapat membawa hasil yang memberikan manfaat bagi para

stakeholder.

Sementara untuk efektivitas menurut Kurniawan (2005) yaitu

kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau

misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya

tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya. Lebih lanjut, definisi

efektivitas menurut Hidayat (1986), yaitu suatu ukuran yang menyatakan

seberapa jauh target kuantitas, kualitas dan waktu telah tercapai.

Berdasarkan kedua definisi efektivitas diatas, maka efektifitas dapat

didefinisikan sebagai suatu besaran yang menjelaskan seberapa jauh

target kuantitas, kualitas dan waktu dapat dicapai tanpa adanya tekanan

pada saat pelaksanaannya.

Konsep efektivitas ini sangat penting dalam rangka melihat

seberapa besar peraturan LKTP dapat bermanfaat bagi pemerintah

sebagai pembinaan, pengarahan, pengawasan dan penciptaan iklim

usaha yang sehat serta memantau perkembangan bisnis di dalam negeri

(berdasarkan bagian menimbang pada UU No.3 Tahun 1982 tentang

Wajib Daftar Perusahaan / WDP). Selain itu pelaku usaha juga bisa

Page 25: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

11  

 

mensosialisasikan keadaan perusahaannya untuk promosi atau mencari

investor serta mendapatkan informasi kondisi perusahaan lain.

Apabila peraturan wajib lapor LKTP ini dianggap efektif, maka

pemerintah dianggap sudah berhasil dalam melakukan pelayanan publik

terutama terkait Undang-undang No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik (KIP). Sedangkan, definisi pelayanan publik menurut

Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi No.25 tahun 2004, yaitu segala kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan penerima layanan, maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang penyampaian laporan keuangan secara berkala

memiliki dampak positif bagi perusahaan dalam hal trasparansi. Oleh

karena itu, kepatuhan suatu perusahaan terhadap kewajiban pelaporan

keuangan merupakan aspek penting dalam membangun citra positif

kinerja perusahaan, selama peraturan tersebut efektif dan efisien.

Pengaruh kepatuhan suatu perusahaan dapat disebabkan oleh faktor

finansial dan non-finansial.

Ksa (2003) menganalisis tentang faktor-faktor yang menentukan

kepatuhan perusahaan publik terhadap regulasi informasi. Metode yang

digunakan yaitu dengan menggunakan model persamaan regresi logistik

untuk melihat perbedaan antara kepatuhan perusahaan publik sebelum

dan sesudah diterapkan peraturan tentang kewajiban penyampaian

laporan berkala. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan

menurun dengan diterapkan regulasi baru dengan faktor yang

menentukan yaitu pergantian auditor, keterlambatan laporan audit dan

opini auditor.

Astuti (2007) dan Permana (2012) menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan

Page 26: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

12  

 

perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Penelitian Astuti (2007)

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan kepemilikan perusahaan

berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan

perusahaan, sedangkan penelitian Permana (2012) menemukan bahwa

profitabilitas, opini audit dan ukuran perusahaan yang berpengaruh

terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan.

Dalam perspektif lain, kepatuhan penyampaian laporan dapat juga

dilihat dari sisi hukum. Dhesinta (2015) meneliti tentang mekanisme

pengelolaan keuangan desa dari metode analis yuridis. Metode yang

digunakan yaitu yuridis normatif dimana penelitian difokuskan untuk

mengkaji penerapan kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.

Analisis bahan hukum dikumpulkan dengan metode penafsiran hukum

dengan tahapan: (1) identifikasi fakta hukum, (2) pemeriksaan bahan

hukum, dan (3) penerapan hukum. Penelitian ini menyimpulan bahwa

pengelolaan keuangan bergantung pada regulasi/kelembagaan, tata

laksana, pengawasan dan SDM. Terkait dengan aspek-aspek tersebut di

tingkat pengelolaan keuangan desa masih mendapat catatan khusus yang

perlu diperhatikan. Terdapat juga penelitian dari Laksmono (2012) dan

Mansyur (2013) yang mengkaji dengan menggunakan pendekatan yuridis

normatif tentang notaris berdasarkan peraturan Menteri Hukum dan HAM,

tetapi penelitian ini lebih terkait tentang kasus di pengadilan.

Sementara itu, penelitian dengan pendekatan yuridis normatif

umum digunakan untuk melihat keberadaan suatu regulasi secara utuh

sehingga dapat diambil kesimpulan apakah suatu regulasi sudah sesuai

dengan tujuannya, seperti dalam hal pengendalian atau pembinaan. di

Putra (2013) juga menganalisis tentang perundang-undangan terkait

tindak pidana jual beli organ tubuh dengan metodologi yuridis normatif

yang memiliki implikasi pada peraturan kesehatan. Serta Utama (2007)

menganalisis tentang mekanisme pembentukan akta pendirian koperasi

dengan pendekatan yuridis normatif yang mengacu pada peraturan

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dengan

Page 27: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

13  

 

kesimpulan secara umum bahwa keberadaan peraturan yang dibutuhkan

untuk pengawasan.

Dalam kaitannya dengan penerapan LKTP, dasar hukum

pembinaan dan pengenaan sanksi bagi pihak yang tidak mematuhi

ketentuan diatur dalam Undang-Undang tentang Wajib Daftar Perusahaan

(UU WDP). Pelaksanaan Undang-Undang dimaksud secara langsung

atau tidak langsung akan berdampak pada efektivitas pelaksanaan LKTP.

Terkait pelaksanaan UU WDP, Puska PDN (2013) yang melakukan

analisis tentang pelaksanaan Wajib Daftar Perusahaan (WDP) di Era

Otonomi Daerah. Metode yang digunakan yaitu Descriptive evaluative

dengan menggunakan dasar analisis ketentuan hukum normatif. Selain itu

juga digunakan metode analisis Regulatory Impact Assessment (RIA).

Hasil analisis menunjukkan bahwa efektivitas UU WDP berkaitan dengan

implementasi Undang-Undang Perseroan terbatas dalam hal kewajiban

daftar perusahaan. Dalam hal ini, UU WDP mengatur sanksi tindak pidana

kejahatan sedangkan UU PT tidak mengatur adanya sanksi serta

mengefektifkan pengelolaan WDP di daerah. Jika dikaitkan dengan LKTP,

perusahaan yang telah mendaftarkan badan usahanya pada kembaga

pemerintah sebagai pelaksanaan UU WDP seharusnya juga menunjukkan

kepatuhan dalam menyampaikan LKTP.

Page 28: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

14  

 

BAB III

METODE PENGKAJIAN

3.1 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama

adalah analisis deskriptif dengan membandingkan beberapa peraturan

terkait LKTP. Analisis deskriptif peraturan disampaikan dalam bentuk

tabulasi data kualitatif yang terdiri dari substansi peraturan, keselarasan

antar peraturan, dan relevansinya dengan program penyederhanaan

seperti yang dijelaskan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Inventarisasi Masalah Peraturan LKTP Pasal Dalam Peraturan terkait LKTP (PP No.64

tahun 1999 dan Kepmenperindag No.121

tahun 2002)

Selaras/Tidak Dengan Peraturan Perundang-Undangan Yang Lain

Relevan/Tidak Dengan Semangat

Debirokratisasi dan Deregulasi

Pasal 1 Selaras/tidak ? Peraturan perundang-udangan apa?

Relevan/tidak

Pasal 2

Pasal 3

.

.

. dan seterusnya

.

.

.

.

dan seterusnya

.

.

.

.

dan seterusnya

Pasal 14 Selaras/tidak ? Peraturan perundang-udangan apa?

Relevan/Tidak

Sumber: Puska PDN (2013), diolah

Page 29: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

15  

 

Untuk menjawab tujuan kedua penelitian, digunakan analisis

ketentuan hukum normatif seperti yang dijelaskan oleh Soekanto dan

Mamudji (2009). Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah

analisis yang ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma

hukum), yaitu dengan mengadakan analisis terhadap masalah hukum.

Dalam penelitian ini, permasalahan yang diangkat adalah adanya tren

penurunan penyampaian LKTP kepada Kementerian Perdagangan.

Tahapan kedua analisis hukum normatif adalah analisis yang

ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban).

Analisis yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu menggambarkan gejala-

gejala di lingkungan masyarakat terhadap pelaksanaan peraturan terkait

LKTP dimasyarakat, pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan

kualitatif yang merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data

deskriptif. Dalam penelitian ini, terdapat 3 macam bahan pustaka yang

dipergunakan yaitu :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat atau

yang membuat orang taat pada hukum seperti peraturan perundang–

undangan, dan putusan hakim. Bahan hukum primer yang digunakan

di dalam analisis: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, UU PT, PP No.64

tahun 1999 tentang Informasi Keuangan Tahunan Perusahaan (IKTP)

dan Kepmenperindag No.121 tahun 2002 tentang Ketentuan

Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP),

Permendag, dll

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder itu diartikan sebagai bahan hukum yang tidak

mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang

merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli

yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan

memberikan petunjuk ke mana peneliti akan mengarah. Bahan hukum

Page 30: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

16  

 

sekunder dalam penelitian ini adalah hasil wawancara mendalam

yang dilakukan di daerah survey.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier itu diartikan sebagai bahan hukum lainnya yang

dianggap penting dan terkait dengan analisis. Dalam penelitian ini,

bahan hukum tersier dapat berupa hasil studi suatu kebijakan,

termasuk regulasi terkait pelaporan keuangan, yang menggunakan

pendekatan hukum.

Analisis hukum normatif yang dilakukan lebih ditujukan kepada

pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan

implementasi. Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah

semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan LKTP.

Pendekatan implementasi dilakukan dengan cara melakukan telaah

terhadap cara implementasi dari peraturan terkait LKTP di daerah survey.

3.2 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam analisis ini adalah data primer dan

skunder. Data primer diperoleh dari pelaku usaha, pemerintah melalui

instansi yang memiliki kebijakan kewajiban penyampaian LKTP bagi

pelaku usaha, dan akuntan publik. Data skunder diperoleh dari instansi

terkait, buku, jurnal, artikel, internet dan literatur lain yang memiliki

hubungan dengan topik analisis.

3.2.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam

di Jawa Barat dan Jawa Timur dengan panduan kuesioner. Pemilihan

responden dilakukan secara purposive dengan ketentuan minimal pelaku

usaha pernah melakukan penyampaian LKTP ke Kementerian

Page 31: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

17  

 

• Implementatif karenastakeholdermenerimamanfaat

• Diketahui dan diterimaMasyarakat

• Tidak duplikatif• Selaras

Dit.BinusKEMENDAG

K/L  Lain

UU,PP  danKepmenperindag

UU,  Kep.  K/L  lain

Hubungan Peraturan

Efektivitas

Terkait LKTPAnalisis Yuridis Normatif(Dhesinta dan Andini,  2015)

Studi pustaka dan Analisis Yuridis Normatif(Puska PDN,  2013)

RekomendasiKebijakan

Perdagangan. Hasil pengumpulan data primer kemudian dikonfirmasi

dengan kelompok ahli (expert judgement) dalam format diskusi.

3.3 Kerangka Pemikiran

Dalam analisis ini ditekankan pada hubungan peraturan serta

efektivitas peraturan terkait LKTP dengan peraturan lainnya dengan

kerangka pemikiran sebagai berikut

Sumber: konsep penulis

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Analisis

Pelaksanaan peraturan terkait LKTP diharapkan dapat efektif

dalam mencapai tujuan pemerintah dan memberikan manfaat bagi pelaku

usaha. Dalam praktiknya, efektivitas peraturan LKTP dapat dipengaruhi

oleh keberadaan peraturan lain, baik yang bersifat peraturan pelaksana

setingkat menteri ataupun undang-undang. Hal ini dikarenakan

kompleksitas dan tumpang tindih peraturan terkait penyampaian laporan

Page 32: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

18  

 

keuangan dapat berdampak pada kepatuhan perusahaan atas

penyampaian LKPT kepada Kementerian Perdagangan.

Dari sisi hubungan peraturan LKTP dengan peraturan perundang-

undangan yang lain, duplikasi dan keselarasan antar peraturan terkait

LKTP menjadi aspek penting. Sedangkan dari sisi efektivitas peraturan

terkait LKTP akan dilihat implementasi dari peraturan ini oleh pemangku

kepentingan yang diindikasikan dengan persepdi seberapa besar para

stakeholder terutama pelaku usaha bisa menerima manfaat dari regulasi

LKTP serta seberapa jauh masyarakat mengetahui dan menerima regulasi

LKTP yang ada.

Page 33: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

19  

 

BAB IV

ANALISIS EFEKTIVITAS PERATURAN LKTP

Ada beberapa peraturan Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan

(LKTP) yang dibuat pemerintah pusat. Beberapa kementerian / lembaga

membuat regulasi terkait kewajiban penyampaian laporan keuangan dari

pelaku usaha yang terkait dengan tugas dan fungsi instansi tersebut.

Perlu dilihat bagaimana hubungan antara regulasi-regulasi yang masih

berlaku dan apakah regulasi tersebut tumpang tindih.

4.1. Hubungan Keputusan Menperindag No.121 Tahun 2002 dengan Peraturan Perundang-undangan terkait lainnya

Peraturan yang pertama yaitu Undang-undang Republik Indonesia

No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal beserta peraturan

turunannya. Undang-undang ini dibuat sesuai dengan amanat yang

tercantum dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

No.XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi

Ekonomi, kebijakan penanaman modal selayaknya selalu mendasari

ekonomi kerakyatan yang melibatkan pengembangan bagi usaha mikro,

kecil, menengah, dan koperasi. Selain itu tujuan Undang-undang ini dibuat

untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan

kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia. Lalu, peningkatan penanaman

modal juga dapat meningkatkan potensi ekonomi menjadi kekuatan

ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri

maupun dari luar negeri. Lebih lanjut, regulasi ini juga dibuat untuk

menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia

dalam berbagai kerja sama internasional maka perlu diciptakan iklim

penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian

hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan

ekonomi nasional.

Page 34: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

20  

 

Pada tahun 2010, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

membuat Peraturan Kepala BKPM no.7 tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Penanaman Modal yang merupakan turunan dari UU No.25 tahun 2007

tentang Penanaman Modal. Regulasi ini mengatur tentang kewajiban

penyampaian Laporan Kegiatan Penanaman Modal yang diantaranya

berisi tentang:

a. Keterangan perusahaan yang melakukan penanaman modal

b. Investasi (modal tetap dan modal kerja) dan sumber pembiayaan

(laba ditanam kembali).

Selain itu juga diatur tentang sanki administratif yaitu: peringatan

tertulis, pembatasan pembekuan dan pencabutan kegiatan usaha.

Peraturan yang kedua yaitu Undang-undang Tahun 1982 tentang

Wajib Daftar Perusahaan (WDP) beserta peraturan turunannya. Undang-

undang ini dibuat dengan menimbang bahwa kemajuan dan peningkatan

pembangunan nasional pada umumnya dan perkembangan kegiatan

ekonomi pada khususnya yang menyebabkan pula berkembangnya dunia

usaha dan perusahaan, memerlukan adanya Daftar Perusahaan yang

merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang

berkepentingan mengenai identitas dan hal-hal yang menyangkut dunia

usaha dan perusahaan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan di

Indonesia. Adanya Daftar Perusahaan ini diharapkan bisa digunakan

pemerintah untuk melakukan pembinaan, pengarahan, pengawasan dan

menciptakan iklim dunia usaha yang sehat karena Daftar Perusahaan

mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari setiap

kegiatan usaha sehingga dapat lebih menjami perkembangan dan

kepastian berusaha bagi dunia usaha.

Turunan dari UU No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar

Perusahaan yaitu PP No.64 tahun 1999 tentang Informasi Keuangan

Tahunan Perusahaan (IKTP) dan Kepmenperindag No.121 tahun 2002

tentang Ketentuan Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan

Page 35: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

21  

 

Perusahaan (LKTP). PP No.64 tahun 1999 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah No.24 tahun 1998 tentang Informasi Keuangan

Tahunan Perusahaan dibuat dalam rangka meningkatkan jenis dan jumlah

perusahaan yang wajib menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan

sehingga dipandang perlu untuk memperluas ruang lingkup pelaksanaan

PP No.24 tahun 1998 dari sebelumnya perusahaan yang harus

melaporkan LKTP asetnya paling sedikit Rp. 50 miliar menjadi asetnya

paling sedikit Rp.25 miliar. Dengan direvisinya regulasi tersebut maka

jumlah pelaku usaha yang diwajibkan melapor LKTP menjadi bertambah.

Turunan yang lain dari UU No.3 tahun 1982 tentang WDP yaitu

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

No.121/MPP/Kep/2/2002 tentang Ketentuan Penyampaian Laporan

Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP). Regulasi ini dibuat dalam rangka

mengoptimalkan pelaksanaan PP no.64 tahun 1999 tentang perubahan

atas PP No.24 tahun 1998 tentang Informasi Keuangan Tahunan

Perusahaan.Dalam peraturan ini dijabarkan secara lebih detail mengenai

jenis perusahaan apa saja yang harus menyampaikan LKTP serta format

laporannya.

Peraturan yang ketiga yaitu Undang-undang No.8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal beserta peraturan turunnuya. Undang-undang ini

dibuat karena pasar modal mempunya peran yang strategis dalam

pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi

dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Selain itu pasar

modal diharapkan dapat berkembang karena dibutuhkan adanya landasan

hukum yang kukuh untuk lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak

yang melakukan kegiatan di pasar modal serta melindungi kepentingan

masyarakat pemodal dari praktek yang merugikan.

Turunan dari UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal ini yaitu

Keputusan Ketua Bapepam Lembaga Keuangan No.KEP-346/BL/2011

tahun 2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Perusahaan Publik.

Pertimbangan dibuatnya regulasi ini yaitu sejalan dengan perubahan

Page 36: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

22  

 

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) sehubungan dengan

adanya program konvergensi PSAK ke International Financial Reporting

Standard (IFRS) maka dipandang perlu untuk menyempurnakan

Peraturan Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor

KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan

Berkala. Dalam peraturan ini juga diatur bahwa perusahaan publik wajib

menyampaikan laporan keuangan (neraca, laba-rugi, arus kas, laporan

posisi keuangan, dan catatan laporan keuangan) yang diaudit Akuntan

Publik. Sampai saat ini tercatat terdapat 523 perusahaan yang sudah go

public dan sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sanksi yang bisa

terapkan yaitu: peringatan tertulis, denda, pembatasan, pembekuan, dan

pencabutan izin usaha.

Peraturan yang keempat yaitu Undang-Undang No.10 tahun 2011

tentang Perdagangan Berjangka Komoditi beserta peraturan turunannya.

Undang-undang ini dibuat dalam upaya untuk lebih menjamin kepastian

hukum, keadilan, transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik, untuk

mendukung upaya peningkatan dan pengembangan perekonomian

nasional yang berkaitan dengan perdagangan global, serta agar

Perdagangan Berjangka Komoditi dapat terselenggara secara teratur,

wajar, efisien, efektif, dan terlindunginya masyarakat dari tindakan yang

merugikan serta memberikan kepastian hukum kepada semua pihak yang

melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi. Lembaga / pelaku

usaha yang wajib menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan yaitu:

bursa berjangka, lembaga kliring berjangka, pialang berjangka, penasehat

berjangka, dan pengelola sentra dana berjangka. Sanksi yang bisa

diberikan kepada pelanggar yaitu denda maskimal Rp.1 miliar untuk bursa

berjangka dan denda Rp. 200 juta untuk yang lainnya.

Peraturan yang kelima yaitu Undang-undang No.40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas beserta peraturan turunannya. Undang-

undang ini dibuat dengan menimbang bahwa perekonomian nasional yang

diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip

Page 37: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

23  

 

kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan

dan kesatuan ekonomi nasional, perlu didukung oleh kelembagaan

perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

masyarakat. Selain itu dalam rangka lebih meningkatkan pembangunan

perekonomian nasional yang sekaligus memberikan landasan yang kokok

bagi dunia usaha dalam menghadapi perkembangan perekonomian di era

globalisasi pada masa mendatang, maka dipandang perlu untuk didukung

oleh suatu undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas

yang dapat menjamin terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif.

Lebih lanjut, perseroan terbatas seabgai salah satu pilar pembangunan

perekonomian nasional perlu diberikan landasan hukum untuk lebih

memacu pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha bersama

atas dasar kekeluargaan.

Turunan peraturan dari UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas yaitu Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-

03.AH.01.01 tahun 2009 tentang Daftar Perseroan. Peraturan ini dibuat

karena peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Hukum dan HAM

No. M-01.HT.01.01 tahun 2008 tentang Daftar Perseroan belum optimal

dalam mendukung peningkatan pelayanan administrasi Perseroan yang

akurat, cepat, efisien, dan efektif sehingga perlu diganti. Bagian dalam

Laporan Keuangan yang perlu dilaporkan terkait dengan peraturan ini

yaitu: neraca, laporan laba-rugi, arus kas, perubahan ekuitas dan catatan

lainnya. Wajib diaudit oleh akuntan publik bila menghimpun dana dari

masyarakat, persero, perusahaan terbuka, dan asetnya diatas Rp. 50

miliar. Berdasarkan data dari BPS (2014), diprediksi jumlah perusahaan

skala sedang dan besar yang wajib menyampaikan LKTP berjumlah

sekitar 23.941 perusahaan.

Peraturan yang keenam yaitu Undang-undang No.36 tahun 2008

tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No.7 tahun 1983

tentang Pajak Penghasilan beserta peraturan turunannya. Undang-

Page 38: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

24  

 

undang ini dibuat dalam upaya mengamankan penerimaan negara yang

semakin meningkat, mewujudkan sistem perpajakan yang netral,

sederhana, stabil, lebih memberikan keadilan, dan lebih dapat

menciptakan kepastian hukum serta transparansi.

Turunan dari UU No.36 Tahun 2008 ini yaitu Peraturan Menteri

Keuangan No.208/PMK.03/2009 tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Perhitungan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 Tentang

Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak

Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa

Guna Usaha dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha

Milik Daerah, Wajib Pajak Masuk Bursa, dan Wajib Pajak Lainnya yang

berdasarkan Ketentuan Diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala

Termasuk Wajib Pajak Pribadi Pengusaha Tertentu. Regulasi ini dibuat

dalam rangka lebih memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan

penghitungan besarnya angsuran Pajak Penghasilan dalam tahun pajak

berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Orang Pribadi

Pengusaha Tertentu perlu mengatur kembali batasan mengenai Wajib

Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu. Regulasi ini mengatur bahwa

setiap SPT Pajak Badan dengan penerimaan bruto Rp.60 juta atau lebih

harus dilampiri laporan keuangan. Adapun penjelasan tentang hubungan

dan keterkaitan antar peraturan tentang LKTP dijelaskan dalam Gambar

4.1 berikut.

Page 39: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

25  

 

(1)  UU  No.25  Tahun  2007  tentang  

Penanaman  Modal  

Peraturan  Kepala  BKPM  No.7  Tahun  2010  tentang

Pelaksanaan  Penanaman  

Modal

Wajib  menyampaikan  Laporan  Kegiatan  Penanaman  Modal  (LKPM):(1)Keterangan  Perusahaan.(2)Investasi  (modal  tetap  dan  modal  kerja) dan  sumber  pembiayaan  (laba ditanam  kembali). Sanksi  administratif:  peringatan  tertulis;  pembatasan,  pembekuan  dan  pencabutan  kegiatan  usaha  

(2)  UU  No.3  Tahun  1982  tentang  Wajib  

Daftar  Perusahaan

KepmenperindagNo.  121 Tahun  2002  tentangKetentuan  PenyampaianLKTP

PP No.64  Tahun  1999  tentang  IKTP

(3)  UU  No.  8  Tahun  1995  tentang  Pasar  

Modal

Keputusan  Ketua  BappepamLK  No.  346tahun  2011  tentang  Penyampaian  LK  Perusahaan  Publik

Perusahaan  publik  wajib  menyampaikan  laporan  keuangan  (neraca,  laba-­‐rugi,  arus  kas,  laporan  posisi  keuangan,  dan  catatan  laporan  keuangan)  yang  diaudit  Akuntan  Publik.

(523  perusahan)

Sanksi  administrasi:  peringatan  tertulis;  denda;  pembatasan,  pembekuan,  pencabutan  izin  usaha.

(4)  UU  No.10  Tahun  2011  tentang  Perdagangan  

Berjangka  Komoditi  

PP No.49  tahun  2014  tentang  

Penyelenggaraan  Perdagangan  

Berjangka  Komoditi

Bursa  Berjangka,  Lembaga  Kliring  Berjangka,  Pialang  Berjangka,  Penasehat  Berjangka  dan  Pengelola  Sentra  Dana  Berjangka  Wajib  menyampaikan  Laporan  Keuangan  Tahunan

Sanksi  dendamaksimal  Rp.1  miliar  utk  Bursa  Berjangka  dan  Rp.200  juta  utk  lainnya.

(5)  UU  No.40  Tahun  2007  tentang  

Perseroan  Terbatas

Permen  Hukum  dan  HAM  No.3  

tahun  2009  tentang  Daftar Perseroan

Laporan  keuangan  :  neraca,  laporan  laba  rugi,  arus  kas,  perubahan  ekuitas  dan  catatan  lainnya.  Wajib  diaudit  oleh  akuntan  publik  bila:  menghimpun  dana  masyarakat,  persero,  tbk,  aset  diatas  Rp.50  miliar.

(23.941  perusahaan  sedang  dan  besar)

(6)  UU  No.36  Tahun  2008tentang  Pajak  Penghasilan

PermenKeu  No.208  Tahun  2009  tentang  Penghitungan  Besarnya  Angsuran  PPh  dalam  tahun  Pajak  berjalan  yang  harus  dibayar  sendiri  oleh  wajib  pajak  baru  diwajibkan  membuat  LK  berkala.

Setiap  SPT  Pajak  Badan  dengan  penerimaan  bruto  Rp.60  juta  atau  lebih  harus  dilampiri  Laporan  Keuangan

Sumber: BKPM, Kemendag,Kemenkeu, Kemenhukham (diolah)

Gambar 4.1 Hubungan Peraturan LKTP dengan Peraturan Perundang-undangan Lainnya

Page 40: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

26  

 

4.2 Efektivitas Implementasi Keputusan Menperindag No.121 Tahun 2002

Efektivitas peraturan terkait LKTP dapat dilihat dari 2 (dua) hal yaitu

keselarasan dengan peraturan lain yang berpotensi tumpang tindih dan

infrastruktur yang mendukung efektivitas penyampaian laporan. Efektivitas

dari sisi regulasi dianalisis dari keberadaan Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan sebagai dasar pembinaan

dan pengenaan sanksi pelaksanaan penyampaian LKTP kepada

Kementerian Perdagangan serta keberadaan regulasi lain terkait LKTP

yang diatur dalam ketentuan pelaksana seperti Peraturan Menteri atau

Undang-Undang (UU) yang dijadikan landasan kebijakan instansi lain.

4.2.1 Ketentuan Mekanisme Penyampaian LKTP

Sesuai dengan Keputusan Menperindag No.121 Tahun 2002, LKTP

diwajibkan bagi perusahaan yang berbentuk:

a. Perseroan yang memenuhi salah satu kriteria:

1) Merupakan Perseroan Terbuka (PT. Tbk);

2) Memilik i bidang usaha yang berkaitan dengan pengerahan dana

masyarakat;

3) Mengeluarkan surat pengakuan utang;

4) Memiliki jumlah aktiva atau kekayaan paling sedikit Rp

25.000.000.000,- (dua puluh lima milyar rupiah); atau

5) Merupakan debitur yang laporan keuangan tahunannya diwajibkan

oleh Bank untuk diaudit

b. Perusahaan asing yang melakukan kegiatan usaha di wilayah negara

Republik Indonesia menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku, serta berwenang untuk mengadakan perjanjian;

c. Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM)

dan Perusahaan Daerah.

Page 41: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

27  

 

d. LKTP yang disampaikan kepada Kementerian Perdagangan wajib

diaudit oleh Akuntan Publik atau Instansi Pemerintah atau Lembaga

Tinggi Negara yang memiliki kewenangan menerbitkan laporan

akuntan khusus untuk PERSERO, PERUM dan Perusahaan Daerah.

e. Dalam LKTP, harus menyampaikan Neraca, Laporan Rugi-Laba,

Laporan Perubahan Equitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas

laporan keuangan yang antara lain mengungkapkan utang piutang

termasuk kredit bank dan investasi perusahaan.

f. Informasi dalam LKTP bersifat terbuka, dan bagi yang berkepentingan

dapat diperoleh dengan biaya sebesar Rp 5.000 per lembar yang

merupakan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

g. Perusahaan yang tidak menyampaikan LKTP dikenakan sanksi sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun

1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

4.2.2 Pelaksanaan Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP) Secara umum, terlihat jumlah perusahaan yang melaporkan

Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan di tahun 2014. Perusahaan di

sektor perdagangan dan perindustrian merupakan dua sektor terbanyak

yang patuh dalam menyampaikan LKTP. Hal ini dimungkinkan terjadi

karena nuansa regulasi LKTP yang diatur dalam Keputusan Menperindag

No.121 Tahun 2002 seolah-olah hanya untuk perusahaan yang bergerak

di bidang perindustrian dan perdagangan.

Sementara sektor lain seperti properti, perkebunan, pembiayaan,

perbankan dan asuransi juga relatif baik dalam penyampaian LKTP.

Kelima sektor ini terindikasi memiliki keuangan yang cukup baik sehingga

memiliki tingkat kepatuhan yang baik dalam melaporkan LKTP.

Perusahaan di sekor peternakan memiliki jumlah paling kecil dalam hal

kepatuhan penyampaian LKTP karena masih banyak perusahaan kecil

dan menengah di sektor peternakan sehingga mereka belum memiliki

sistem akuntansi dan pembuatan laporan keuangan yang baik.

Page 42: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

28  

 

Tabel 4.1 Jumlah Perusahaan Yang Melaporkan LKTP Tahun 2014 No   Sektor  Industri   Jumlah  Perusahaan  Yang  Melaporkan  LKTP  

1   Peternakan   10  

2   Hotel  dan  turisme   31  

3   Konstruksi   43  

4   Investasi   59  

5   Pertambangan   68  

6   Asuransi   74  

7   Perbankan   81  

8   Pembiayaan   92  

9   Perkebunan   196  

10   Properti   257  

11   Industri   497  

12   Perdagangan   582  

Sumber: Direktorat pendaftaran perusahaan dan pelaku distribusi, 2016

 

4.2.2.1 Pelaksanaan Penyampaian LKTP di Jawa Timur

Jumlah pelaku usaha di Jawa Timur yang melakukan pelaporan

Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP) berjumlah sekitar 36

perusahaan yang tersebar di sektor industri, perdagangan, energi, dan

jasa perbankan dengan bentuk usaha Perusahaan Terbatas (PT) terbuka

atau tertutup (Kemendag, 2016) dimana beberapa di antaranya

merupakan satu grup usaha. Dalam survey ini, dilakukan pengambilan

sampel yang diharapkan sudah mewakili sektor tersebut.

Hasil analisis menunjukkan bahwa 75% responden mengetahui

informasi terkait kewajiban LKTP dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dan

25% responden dari Kementerian Perdagangan. Penyampaian LKTP

dilakukan dalam 2 (dua) bentuk, yaitu dokumen fisik (hard copy) dan

Page 43: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

29  

 

dokumen elektronik (soft copy) yang disampaikan pada bulan Juni setiap

tahunnya. Terkait dengan institusi pelaporan keuangan selain LKTP, 25%

dari responden juga melaporkan laporan keuangan kepada Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), 50% kepada Bank Indonesia

dan/atau Bank Kreditur, 25% kepada Otoritas Jasa Keuangan, 25%

kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dan 25% kepada Kementerian

BUMN. Kewajiban lapor kepada institusi tersebut didasarkan pada

ketentuan dan perundangan yang berlaku. Lebih lanjut, terdapat beberapa

persepsi dari responden terhadap pelaksanaan kewajiban penyampaian

LKTP, antara lain:

a. Kepmenperindag Nomor 234/MPP/Kep/6/2000 memiliki sanksi yang

berat atas ketidak-patuhan pelaku usaha.

b. Mekanisme penyampaian LKTP belum efektif karena dilakukan secara

manual dan belum terintegrasi dengan instansi lain yang juga mengatur

kewajiban penyampaian laporan keuangan.

c. Kewajiban penyampaian LKTP belum diikuti dengan pemberian

manfaat bagi pelaku usaha sehingga fungsi pembinaan dan/atau

pengawasan dari kebijakan tersebut belum optimal.

d. Kepmenperindag Nomor 234/MPP/Kep/6/2000 menjamin kerahasiaan

data yang dilaporkan dengan pemberlakuan pembatasan bagi akses

publik.

Kebijakan terkait kewajiban penyampaian LKTP dinilai responden

masih diperlukan dan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi pelaku

usaha. Oleh karena itu diperlukan beberapa perbaikan, diantaranya:

a. Mekanisme pelaporan LKTP dapat dilakukan terintegrasi dengan

instansi lain yang memiliki kewenangan serupa.

b. Penyampaian LKTP dapat dilakukan secara online dan bekerja sama

dengan Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan demikian, pelaksanaan

LKTP dapat dilakukan secara terkoordinir dan satu pintu.

Page 44: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

30  

 

c. Kewajiban penyampaian LKTP dapat memberikan manfaat bagi

pelaku usaha, seperti pemanfaatan informasi sektoral, kemudahan

perizinan, hingga dukungan publikasi oleh pemerintah terhadap

corporate branding dalam rangka Good Corporate Governance

(GCG).

4.2.2.2 Pelaksanaan Penyampaian LKTP di Jawa Barat

Pada umumnya perusahaan yang melakukan LKTP di Jawa Barat

mengetahui informasi terkait LKTP berasal dari 2 (dua) sumber yaitu

Kantor Akuntan Publik (KAP) yang melakukan audit keuangan

diperusahaan dan perusahaan induk. Perusahaan yang melakukan LKTP

di Jawa Barat berasal dari berbagai sektor seperti: perbankan, industri,

perdagangan, konstruksi, properti, telekomunikasi dan listrik.

Untuk Sektor perbankan pada umumnya melakukan LKTP

dikarenakan adanya ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk

melampirkan bukti bahwa perusahaan telah memenuhi kewajiban

penyampaian LKTP kepada Kementerian Perdagangan sebagai salah

satu syarat laporan tahunan kepada OJK. Sementara untuk sektor

lainnya, kepatuhan perusahaan dalam menyampaikan LKTP lebih

didorong oleh kesadaran hukum pelaku usaha yang disampaikan oleh

KAP.

Sementara jika dilihat dai kepemilikan modal, perusahaan dengan

Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) juga melakukan LKTP ke

Kementerian Perdagangan karena didorong oleh kesadaran hukum.

Perusahaan dengan PMA juga mempersepsikan kewajiban

menyampaikan LKTP kepada Kementerian Perdagangan merupakan

bagian dari transparansi, berbeda dengan laporan keuangan yang

disampaikan kepada BKPM yang merupakan salah satu ketentuan dalam

investasi. Oleh karena itu, LKTP yang dilaporkan ke Kementerian

Perdagangan sifatnya lebih sederhana dibanding laporan keuangan

tahunan yang di laporkan ke BKPM.

Page 45: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

31  

 

Secara umum, persepsi pelaku usaha di Jawa Barat terhadap

peraturan terkait LKTP adalah sebagai berikut:

a. Informasi terkait penyampaian LKTP kepada Kementerian

Perdagangan tidak disosialisasikan secara detil. Adapun kepatuhan

pelaku usaha dalam menyampaikan LKTP dikarenakan kesadaran

hukum setelah menerima informasi dari KAP. Dalam hal ini, KAP juga

memberikan jasa pelayanan penyampaian LKTP bagi pelaku usaha

sebagai bagian dari paket audit keuangan perusahaan.

b. Perusahaan yang melakukan LKTP pada umumnya tidak mengetahui

fungsi dari LKTP dan tidak merasakan manfaat dari LKTP.

4.2.3 Keberadaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Pelaksanaan LKTP tidak terlepas dari keberadaan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (UU WDP)

mengingat UU dimaksud merupakan dasar hukum pengenaan sanksi dan

pembinaan penyampaian LKTP. Secara konsep, UU WDP mewajibkan

seluruh badan usaha untuk mendaftarkan statusnya kepada Kementerian

Perdagangan secara periodik dalam waktu tertentu. Asumsinya, jika

pelaku usaha melakukan pendaftaran, maka akan diikuti oleh

penyampaian LKTP. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa jumlah

penyampaian LKTP akan mendekati jumlah pendaftaran perusahaan.

Namun demikian, kondisi tersebut menjadi berbeda setelah

berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas (UU PT). Puska PDN (2013) menjelaskan bahwa terhadap

perusahaan-perusahaan lain, selain dari perusahaan yang berbentuk

perseroan terbatas ditentukan mutlak untuk tetap tunduk pada ketentuan

UU WDP. Sedangkan terhadap perusahan berbentuk perseroan terbatas

oleh mayoritas kalangan ditafsirkan untuk tidak tunduk pada ketentuan UU

Page 46: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

32  

 

WDP, melainkan hanya tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Pasal

29 UU PT dan atas penundukan terhadap pasal tersebut sudah dianggap

sebagai bentuk ketaatan terhadap perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia.

Puska PDN (2013) juga menjelaskan bahwa terjadi penurunan

pendaftaran perusahaan kedalam database Kementerian Perdagangan

secara umum dikarenakan 2 faktor, yaitu (a) berlakunya UUPT; dan (b)

otonomi daerah. UUPT memberikan kontribusi yang signifikan

dikarenakan pola pendaftaran yang dilakukannya telah sedemikian rupa

tersistematisir dan bentuk perusahaan yang pertumbuhannya sangat

pesat adalah perusahaan berbentuk perseroan terbatas, khususnya jika

dibandingkan dengan jenis-jenis perusahaan lainnya yang ada dan diatur

dalam UUPT. Apabila diperhatikan secara seksama penurunan yang

terjadi secara drastis tersebut asumsi dasarnya adalah pada perusahaan-

perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang berhenti melakukan

pendaftaran perusahaan kepada Kementerian Perdagangan (Puska PDN,

2013).

Meskipun demikian ada hal yang substansi di dalam pasal 29

UUPT dibandingkan pasal 9 UUWDP. Definisi Daftar Perseroan relatif

lebih kecil ruang lingkupnya dibandingkan dengan definisi Daftar

Perusahaan. Oleh karena itu sebenarnya kedua undang-undang ini masih

dapat berjalan bersama-sama karena jenis perusahaan di dalam UUWDP

relatif lebih luas kriterianya seperti seperti Badan Hukum seperti Koperasi,

Persekutuan, Perseorangan serta perusahaan bentuk lainnya harus

melakukan pendaftaran perusahaan.

4.2.4 Kendala Dalam Penyampaian LKTP

Selama periode 2004-2007, tren penyampaian LKTP meningkat

sebesar 1,3%. Hal ini disebabkan LKTP merupakan salah satu syarat

dalam perpanjangan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dimana ketentuan

TDP diatur dalam Kepmenperindag Nomor 596/MPP/Kep/2004 tentang

Page 47: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

33  

 

Standar Penyelenggaraan WDP, khususnya dalam Bagian Kedua tentang

Perubahan, Pembaharuan, Pembatalan dan Penghapusan. Namun pada

periode 2007-2014, tren penyampaian LKTP menurun sebesar 2,4%

karena Permendag No.37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan

Pendaftaran Perusahaan sebagai revisi dari Kepmenperindag Nomor

596/MPP/Kep/2004, tidak lagi mensyaratkan LKTP dalam pendaftaran

perusahaan baru dan pembaharuan TDP.

Sebagai informasi, TDP diperlukan sebagai salah satu syarat

diterbitkannya Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP). Kondisi ini

menyebabkan pelaku usaha tidak merasa penting menyampaikan LKTP

karena tidak berdampak terhadap SIUP yang perlu dimilikinya. Selain itu,

pemahaman hukum dari pelaku usaha terhadap regulasi terkait kewajiban

penyampaian LKTP masih rendah akibat kurangnya sosialisasi. Faktor

lain yang dianggap sebagai kendala dalam penyampaian LKTP kepada

Kementerian Perdagangan adalah sistem penyampaian yang masih

dilakukan secara manual. Hal ini relatif berbeda dengan beberapa instansi

lain yang telah membangun sistem penyampaian LKTP melalui aplikasi

online seperti:

a. Ditjen Pajak Kementerian Keuangan dengan SPT Tahunan Pajak

Penghasilan Badan dengan transkrip kutipan elemen-elemen dari

Laporan Keuangan menggunakan e-SPT atau e-filling.

b. BKPM dengan NSWi (National Single Window for Investment) atau

Laporan Kegiatan Penanaman Modal.

c. OJK dengan Sistem Pelaporan Emiten atau Perusahaan Publik OJK

(SPE-OJK) dengan aplikasi E-Reporting.

Secara umum, pelaksanaan LKTP dinilai belum efektif yang

disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor regulasi yang masih menunjukkan

adanya potensi tumpang tindih dan lemahnya law enforcement.

Sementara aspek non regulasi yang merupakan tatanan teknis yang

meliputi aplikasi pelaporan yang belum optimal, pelaporan yang belum

online, belum dirasakannya manfaat kepatuhan pelaku usaha terhadap

Page 48: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

34  

 

peraturan LKTP, dan masih minimnya sosialisasi. Berkaitan dengan hal

tersebut, 72,7% responden mempersepsikan bahwa regulasi terkait LKTP

diperlukan oleh Kementerian Perdagangan sebagai salah satu basis data

pembinaan namun masih memerlukan revisi agar pelaksanaannya lebih

efektif.

Gambar 4.2 Faktor Penyebab Belum Efektifnya Penyampaian LKTP

Page 49: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

35  

 

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

5.1. Kesimpulan

1. Peraturan LKTP selain diatur dalam Kepmenperindag

No.121/MPP/Kep/2/2002 tentang Ketentuan Penyampaian LKTP juga

diatur dalam peraturan lain dengan format yang relatif serupa.

Beberapa peraturan diantaranya:

a. UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terutama

pasal 66-69 terkait Laporan Tahunan, yang secara teknis diatur

dalam Permen Hukum dan HAM Nomor M.HH-03.AH.01.01

tahun 2009 tentang Daftar Perseroan dimana pelaku usaha wajib

menyampaikan Laporan Keuangan pada saat awal pembentukan

perusahaan dan saat terjadi perubahan organisasi perusahaan.

b. UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal terutama pasal

15 terkait kewajiban membuat laporan kegiatan penanaman

modal, yang secara teknis diatur dalam Peraturan Kepala BKPM

No.7 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala

Badan Koordinasi Penanaman Modal No.13 Tahun 2009 tentang

Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan

Penanaman Modal terutama terkait Laporan Kegiatan

Penanaman Modal (LKPM) yang disampaikan secara tahunan

dan pada saat terjadi perubahan investasi.

c. UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal terutama pasal 85-

89 terkait Pelaporan dan Keterbukaan Informasi, yang secara

teknis diatur dalam Keputusan Ketua Bappepam LK Nomor:KEP-

346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan

Perusahaan Publik yang saat ini menjadi kewenangan OJK.

Penyampaian Laporan Keuangan dilakukan secara rutin setiap

tahun untuk perusahaan yang sudah go public.

Page 50: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

36  

 

d. UU No.10 Tahun 2011 Perubahan Atas UU No.32 Tahun 1997

tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, terutama pasal 6,

huruf k mengenai penetapan persyaratan keuangan minimum

dan kewajiban pelaporan bagi pihak yang memiliki ijin usaha

terkait perdagangan berjangka komoditi; yang secara teknis

diatur PP No.49 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Perdagangan Berjangka Komoditi terkait Bursa Berjangka,

Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasehat

Berjangka dan Pengelola Sentra Dana Berjangka Wajib

menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan.

e. UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang secara

teknis diatur Permenkeu No.208/PMK.03/2009 tahun 2009

tentang perubahan atas Permenkeu No.255/PMK.03/2008

tentang Penghitungan Besarnya Angsuran PPh. Peraturan ini

mengatur kewajiban bagi wajib pajak perusahaan/badan untuk

melampirkan LKTP didalam laporan Surat Pemberitahuan

Tahunan (SPT) pajak. Dalam ketentuan ini, LKTP yang

dilampirkan bersifat rahasia dan tidak terbuka untuk publik.

2. Peraturan terkait LKTP dipersepsikan belum efektif karena beberapa

kendala antara lain:

a. Adanya peraturan perundangan lain yang mengatur

penyampaian Laporan Keuangan yang formatnya menyerupai

LKTP yaitu:

1) UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terutama

pasal 66-69 terkait Laporan Tahunan

2) UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal terutama

pasal 15

3) UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal terutama pasal

85-89

Page 51: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

37  

 

4) UU No.10 Tahun 2011 Perubahan Atas UU No.32 Tahun

1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, terutama

pasal 6, huruf k

5) UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang

secara teknis diatur Permenkeu No.208/PMK.03/2009 tahun

2009 tentang perubahan atas Permenkeu

No.255/PMK.03/2008 tentang Penghitungan Besarnya

Angsuran PPh.

b. Pemahaman hukum dari pelaku usaha terhadap regulasi terkait

kewajiban penyampaian LKTP masih rendah akibat kurangnya

sosialisasi.

c. Sistem penyampaian LKTP di Kemendag masih dilakukan

secara manual. Berdasarkan diskusi terbatas seyogyanya

dibangun sistem penyampaian LKTP melalui aplikasi online

seperti pada:

1) Ditjen Pajak Kementerian Keuangan dengan SPT Tahunan

Pajak Penghasilan Badan dengan transkrip kutipan elemen-

elemen dari Laporan Keuangan menggunakan e-SPT atau e-

filling.

2) BKPM dengan NSWi (National Single Window for

Investment) atau Laporan Kegiatan Penanaman Modal

3) OJK dengan Sistem Pelaporan Emiten atau Perusahaan

Publik OJK (SPE-OJK) dengan aplikasi E-Reporting.

5.2. Rekomendasi Kebijakan

Berdasarkan hasil survey, 72,7% responden pelaku usaha wajib

LKTP mendukung adanya peraturan LKTP namun perlu penyempurnaan

yang meliputi: kemudahan penyampaian, tidak duplikasi dengan peraturan

lainnya, dan memberikan manfaat bagi pelaku usaha.

Page 52: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

38  

 

Rekomendasi kebijakan yang bisa diajukan oleh Pusat Pengkajian

Perdagangan Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan

Perdagangan yaitu:

1. Melakukan analisis terhadap data LKTP sehingga dapat dijadikan

informasi yang bermanfaat bagi pelaku usaha.

2. Menyatukan penyampaian LKTP menjadi satu pintu sebagai

kebijakan jangka panjang. Kondisi ini berimplikasi terhadap

keberadaan peraturan-peraturan terkait kewajiban penyampaian

Laporan Keuangan/LKTP. Perlu diusulkan institusi yang akan

menjadi pengelola LKTP. Untuk Kementerian/Lembaga lainnya

yang memerlukan informasi LKTP dapat melakukan Memorandum

of Understanding (Nota Kesepahaman) dengan institusi pengelola

LKTP.

3. Mengusulkan LKTP kembali menjadi salah satu syarat

perpanjangan TDP untuk perusahaan dengan aset paling sedikit

Rp.25 miliar.

4. Menjalin kerja sama dengan Kantor Akuntan Publik terkait

sosialisasi kewajiban penyampaian LKTP oleh pelaku usaha

mengingat kepatuhan pelaku usaha dalam menyampaikan LKTP

akibat adanya informasi dari Kantor Akuntan Publik. Esensi dari

sosialisasi antara lain menjelaskan bahwa meskipun ada duplikasi

penyampaian LKTP tetapi terdapat perbedaan tujuan regulasi

terkait LKTP.

5. Menerapkan sistem penyampaian LKTP di Kemendag secara

online. Untuk itu perlu melakukan revisi terhadap Kepmenperindag

No.121/MPP/Kep/2/2002 tentang Ketentuan Penyampaian Laporan

Keuangan Tahunan Perusahaan terutama terkait dengan Pasal 12

ayat 3, dimana perlu penyederhanaan teknis pelaporan dengan

menghilangkan bentuk laporan disket dan mengganti dengan

sistem pelaporan online.

Page 53: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

39  

 

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Christina Dwi. (2007). Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, Vol.2, No.1, Januari 2007.

Bapepam dan LK. (2011). Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No.Kep-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

Dhesinta, W.S. dan Andini, A.P. (2015). Analisis Yuridis Mekanisme Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Guna Terwujudnya Pembangunan Desa. Makalah Penelitian, Fakultas Hukum UGM.

Djalil, Sofyan. (2000). Good Corporate Governance. Seminar Corporate Governance di Universitas Sumatera Utara tanggal 26 Juni 2000.

Gaffar, Afan. (1999). Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Hidayat. (1986). Definisi Efektifitas. Angkasa. Bandung.

Ksa, Agrianti. (2003). Faktor-faktor yang Menentukan Kepatuhan Perusahaan Publik Terhadap Regulasi Informasi di Indonesia. Makalah penelitian di Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya 16-17 Oktober 2003.

Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. PEMBARUAN, Yogyakarta.

Laksmono, Yan Andriyanto. (2012). Analisis Yuridis Terhadap Pemberhentian Sementara Notaris Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.M.02.PR.08.10 Tahun 2004.

Mansyur. Andi Ahmad. (2013). Analisis Yuridis Normatif Terhadap Pemalsuan Akta Otentik Yang Dilakukan Oleh Notaris. Jurnal Karya Ilmiah, Kemendikbud, Universitas Brawijaya.

Page 54: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

40  

 

Permana, A. E.V. (2012). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan. Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung.

Puska PDN. (2013). Analisis Pelaksanaan Wajib Daftar Perusahaan di Era Otonomi Daerah. Kajian Penelitian BPPKP, Kemendag.

Putra, Frengky Andri. (2013). Analisis Yuridis Perundang-undangan Terkait Tindak Pidana Jual Beli Organ Tubuh untuk Kepentingan Transplantasi Organ Ginjal. Jurnal Ilmiah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Brawijaya.

Republik Indonesia. (1982). Undang-undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. (1995). Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.121/MPP/Kep/2/2002 tentang Ketentuan Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta.

Republik Indonesia. (2007a). Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. (2007b). Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. (2008). Undang-undang No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. (2011). Undang-undang No.10 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Sekretariat Negara. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. (1984). Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta.

Soekanto, S. dan Mamudji, S. (2009). Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, Cetakan ke – 11. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Sugono, Bambang. (1996). Metodologi Penelitian Hukum. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Page 55: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

41  

 

Utami, Dewi Ratnaning. (2007). Tinjauan Yuridis Mekanisme Pembentukan Akta Pendirian Koperasi Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor:01/Per/M.KUKM/I/2006. Skripsi Universitas Jember Fakultas Hukum.

Winarno, Budi. (2008). Kebijakan Publik Teori dan Proses. PT Buku Kita. Jakarta.

Page 56: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

42  

 

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

KUESIONER    

Kegiatan    :              Analisis  Implementasi  Peraturan  terkait    

Laporan  Keuangan  Tahunan  Perusahaan  (LKTP)  

PETUNJUK  PENGISIAN  DATA  

Kami   berharap   Bapak/Ibu   dapat   memberikan   informasi   yang   sebenarnya,   Semua  

informasi   yang   didapat   dari   hasil   survey   ini,   akan   dianalisis   dan   ditabulasi   secara  gabungan  sehingga   informasi  yang  diperoleh  akan  bersifat  RAHASIA  dan  hanya  akan  digunakan   untuk   penelitian   semata.   Atas   bantuan   dan   partisipasinya,   kami  

mengucapkan  terima  kasih.  

LEMBAGA  PELAKSANA  SURVEY  

Pusat  Kebijakan  Perdagangan  Dalam  Negeri  

Badan  Pengkajian  dan  Pengembangan  Perdagangan    

Kementerian  Perdagangan    Republik  Indonesia  

Jl.  M.I.  Ridwan  Rais  No.  5,  Gedung  Utama  Lantai  15  Jakarta  Pusat  

Telp.  021-­‐23528692,  Fax.  021-­‐23528692  

Tim  Survey    

Nama   e-­‐mail  address   No.  Telp  

Kumara  Jati   [email protected]     08128512283  

Firman  Mutakin   [email protected]     085781118823  

Bagus  Wicaksena   [email protected]   08161862527  

Yudha  Hadian  Nur   [email protected]   08122173471  

Riffa  Utama   [email protected]   0818186354  

Selvi  Menanti   [email protected]   081310351379  

Ari  Wahyudi  Hertanto   [email protected]   0858801  23180  

 

 

 

Page 57: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

43  

 

 

I.   WILAYAH    RESPONDEN    

1   Propinsi   :    

2   Kabupaten/  Kota   :    

 

II.   IDENTITAS    RESPONDEN    

3   Nama  Instansi/  Perusahaan  

:    

4   Alamat   :    

       

5   No.  Telp   :    

6   Email   :    

7   Bidang  Usaha   :   PT/KOPERASI/CV/FA/PO/BPL/LAINNYA  .....................................  

8   Nama  Responden   :    

                   ………………………,…………………      

2016  

 

 

 

                         (……………………………………………)  

 

 

 

 

Page 58: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

44  

 

II.   PERTANYAAN  

No   Pertanyaan  Tertutup   Ya   Tidak   Keterangan  

9.   Apakah  perusahaan  ini  membuat  Laporan  

Keuangan  Tahunan  Perusahaan  rutin  tiap  tahun?  

     

10.   Apakah  Laporan  Keuangan  Tahunan  Perusahaan  

ini  dilaporkan  ke  instansi  pemerintah  tertentu?  Alasan  

     

11.   Apakah  saudara/i  mengetahui  adanya  ketentuan  

tentang  wajib  penyampaian  Laporan  Keuangan  Tahunan  Perusahaan?  

     

12.   Apakah  perusahaan  ini  membuat  Laporan  

Keuangan  Tahunan  yang  diaudit  oleh  Akuntan  Publik?  

     

13.   Apakah  pernah  ada  pihak  lain  yang  menanyakan  perizinan  usaha/  laporan  keuangan  seperti  petugas  pajak  atau  calon  investor?  

     

14.   Apakah  menurut  saudara/i  Laporan  Keuangan  Tahunan  Perusahaan  memiliki  manfaat  bagi  bisnis  saudara/i?  

     

15.   Apakah  selama  ini  pemerintah  melalui  Kementerian  terkait  telah  memberikan  sosialisasi  tentang  peraturan  wajib  penyampaian  Laporan  

Keuangan  Tahunan  Perusahaan?  

     

   

 

 

 

 

 

 

Page 59: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

45  

 

No   Pertanyaan  Terbuka   Penjelasan  

16.   Apa  saran  saudara/i  mengenai  peraturan  Laporan  Keuangan  Tahunan  Perusahaan  ini?  Tetap  ada/direvisi/dihapus?  Mengapa?  

 

17.   Apa  benefit/keuntungan  yang  diinginkan  apabila  peraturan  wajib  penyampaian  Laporan  Keuangan  Tahunan  Perusahaan  ini  tetap  ada?  (Misalnya:  

dipermudah  membuat/memperpanjang  Tanda  Daftar  Perusahaan,  sosialisasi,  promosi,  keringanan  pajak,  dll)  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 60: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

46  

 

Lampiran 2. Surat Undangan

Nomor   :    /BPPP.2/UND/04/2016                                                                Jakarta,                April  2016  

Lampiran   :    1  (Satu)  Berkas  

Hal   :    Undangan  Diskusi  Terbatas  Analisis  Implementasi  Peraturan  Terkait    

       Laporan  Keuangan  Tahunan  Perusahaan  (LKTP)  

Yth.  Sdr.    

(mohon  lihat  lampiran)  

 

Di      

       JAKARTA  

  Pada  tahun  2016,  Pusat  Pengkajian  Perdagangan  Dalam  Negeri  (Puska  Dagri),  Badan  Pengkajian  dan  Pengembangan  Perdagangan,  Kementerian  Perdagangan  sedang  melakukan  Analisis  Implementasi  Peraturan  Terkait  Laporan  Keuangan  Tahunan  Perusahaan  (LKTP)  yang  bertujuan  menganalisis  efektivitas  peraturan.  Sampai  dengan  saat  ini  kegiatan  analisis  sudah  pada  tahap  penyempurnaan  laporan  akhir  khususnya  pada  bab  Kesimpulan  dan  Rekomendasi  Kebijakan  (terlampir).  Dalam  rangka  mendapatkan  masukan  dari  para  stakeholders,  maka  kami  bermaksud  menyelenggarakan  diskusi  terbatas  tersebut  pada:    

Hari/tanggal   :    Selasa,  28  April  2016  

Waktu     :    Pukul  14.00  WIB  s.d.  17.00.    

Tempat     :    Ruang  Rapat  Puska  Dagri  ,  Gedung  Utama  lantai  15  

     Jalan  M.I.  Ridwan  Rais  No.  5    Jakarta  10110  

 

Demikian,  atas  perhatian  dan  kehadiran  Bapak/Ibu,  kami  menyampaikan    terima  kasih.  

 

       Kepala    

       Pusat  Pengkajian  Perdagangan  Dalam  Negeri  

 

 

 

       Ninuk  Rahayuningrum              

Page 61: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

47  

 

Lampiran  Surat  

Nomor   :                /BPPP.2/UND/04/2016  

Tanggal   :                April  2016  

 

 

 

DAFTAR  UNDANGAN  

 

 

 

1. Direktur  Bina  Usaha  dan  Pelaku  Distribusi,  Direktorat  Jenderal  Perdagangan  Dalam  

Negeri,  Kementerian  Perdagangan    

2. Deputi  Bidang  Pengendalian  Pelaksanaan  Penanaman  Modal,    

Badan  Koordinasi  Penanaman  Modal  (BKPM)  

3. Kepala  Eksekutif  Pengawas  Pasar  Modal,  Otoritas  Jasa  Keuangan  

4. Direktur  Penyuluhan,  Pelayanan,  dan  Hubungan  Masyarakat,  Direktorat  Jenderal  

Pajak,  Kementerian  Keuangan.  

5. Pengurus  Ikatan  Akuntan  Indonesia  

6. Pimpinan  PT.  Mitsui  Indonesia  

Page 62: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

48  

 

Lampiran  Surat  

Nomor   :                /BPPP.2/UND/04/2016  

Tanggal   :                April  2016  

FORMULIR  KESEDIAAN  HADIR  

Bersama  ini  kami  sampaikan  bahwa:  

 

Nama   :   .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .    

Nama  Instansi   :   .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .    

Alamat   :   .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .    

    .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .    

Telepon   :   .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .    

HP   :   .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .    

Email   :   .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .    

     

Berminat  dan  bersedia  untuk  mengikuti  Diskusi  secara  penuh  pada  hari  Selasa,  

tanggal    28  April    2016.  Konfirmasi  kehadiran  mohon  dapat  disampaikan  melalui  Sdri.  Reli  atau  Sdri.  Try  Asrini  Telp/Fax  :  021-­‐23528692.  

Demikian  kami  sampaikan,  atas  perhatiannya  kami  ucapkan  terima  kasih  

Hormat  kami  

 

 

Nama  Peserta  

 

Page 63: PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI …bppp.kemendag.go.id/.../08/...Keuangan_Tahunan_Perusahaan_(LKTP)_.pdf · bahwa kerap kali terjadi duplikasi regulasi terkait penyampaian

49  

 

Lampiran  Surat  

Nomor    :          /BPPP.2/UND/04/2016  

Tanggal  :            April  2016  

 

 

SUSUNAN  ACARA  

DISKUSI  TERBATAS  ANALISIS  IMPLEMENTASI  PERATURAN    

TERKAIT  LAPORAN  KEUANGAN  TAHUNAN  PERUSAHAAN  (LKTP)  

Kamis,  28  April  2016,    

Ruang  Rapat  Puska  Dagri  -­‐  Kemendag  

 

No.   Waktu   Acara   Pembicara/Fasilitator  

1.   14:00  –  14:30   Pendaftaran     Panitia  

2.   14:30  –15:00   Pembukaan   Kepala  Pusat  Pengkajian  Perdagangan  Dalam  Negeri  

3.   15:00  –  16:15   Pemaparan  Hasil  Sementara  Analisis  Implementasi  Peraturan  Laporan  Keuangan  Tahunan  Perusahaan  (LKTP)  

 

Tim  Analisis  

4.   16:15  –  16:45   Diskusi     Tim  Analisis    

5.   16:45  –  17:00   Penutupan   Kepala  Pusat  Pengkajian  Perdagangan  Dalam  Negeri