BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah...

36
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minangkabau adalah suatu tempat di Indonesia dimana orang dapat menjumpai masyarakat yang diatur menurut garis keturunan ibu, Mulai dari lingkungan hidup yang kecil,dari keluarga,sampai kepada lingkungan hidup yang paling atas yaitu sebuah “nagari” sehingga dapat dilihat bahwa “faktor turunan darah menurut garis ibu”merupakan faktor yang mengatur organisasi masyarakatnya, walaupun dalam lingkungan yang terakhir disebutkan yaitu nagari kita masih menjumpai adanya faktor pengikat lain. 1 Kehidupan yang di atur menurut tertib hukum ibu itulah yang disebut dalam istilah sehari-hari sebagai kehidupan menurut adat. Sistem kekelurgaan tersebut bersifat matrilineal, akan tetapi para pihak lain, ia mempunyai sangkut paut dan di pengaruhi oleh hukum syarak( agama) hal ini berpengaruh terhadap sebagian besar kehidupan masyarakat di suku minangkabau,seperti ritual pernikahan dan kewarisan. Hal ini sebagai implementasi dari pepatah minang “karantau madang di hulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu”. Kalau ia berhasil kecintaan dan tanggung jawawb kepada keluarga dan kampung halaman sangat tinggi seperti ungkapatn adat “ kaluak paku,kacang balimbiang,tampuruang lenggang-lenggokkan,baok manurun kasaruaso,anak di 1 Chairul anwar, Hukum Adat Indonesia Meninjau Hukum Adat Minangkabau,Rieneka cipta, Jakarta 1997 ,halaman 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Minangkabau adalah suatu tempat di Indonesia dimana orang dapat

menjumpai masyarakat yang diatur menurut garis keturunan ibu, Mulai dari

lingkungan hidup yang kecil,dari keluarga,sampai kepada lingkungan hidup yang

paling atas yaitu sebuah “nagari” sehingga dapat dilihat bahwa “faktor turunan

darah menurut garis ibu”merupakan faktor yang mengatur organisasi

masyarakatnya, walaupun dalam lingkungan yang terakhir disebutkan yaitu nagari

kita masih menjumpai adanya faktor pengikat lain.1Kehidupan yang di atur

menurut tertib hukum ibu itulah yang disebut dalam istilah sehari-hari sebagai

kehidupan menurut adat.

Sistem kekelurgaan tersebut bersifat matrilineal, akan tetapi para pihak

lain, ia mempunyai sangkut paut dan di pengaruhi oleh hukum syarak( agama) hal

ini berpengaruh terhadap sebagian besar kehidupan masyarakat di suku

minangkabau,seperti ritual pernikahan dan kewarisan.

Hal ini sebagai implementasi dari pepatah minang “karantau madang di

hulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno

balu”. Kalau ia berhasil kecintaan dan tanggung jawawb kepada keluarga dan

kampung halaman sangat tinggi seperti ungkapatn adat “kaluak paku,kacang

balimbiang,tampuruang lenggang-lenggokkan,baok manurun kasaruaso,anak di

1 Chairul anwar, Hukum Adat Indonesia Meninjau Hukum Adat Minangkabau,Rieneka cipta,

Jakarta 1997 ,halaman 1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

2

pangku,kamanakan di bimbiang,urang kampuang dipatenggangkan,ingek

kampuang jo agamo jaan binaso”.2 Karena di atas menyTinggung istilah “adat”

istilah ini biasanya digabungkan dengan istilah lain yaitu “hukum”,sehingga

terjemahan istilah baru yaitu “hukum adat “.Yang mana dimaksut hukum adat ini

adalah aturan-aturan hidup yang berupa aturan-aturan tidak tertulis yang hidup di

dalam kesadaran hukum dari rakyat yang memakainya.

Hukum adat yang tidak tertulis, hukum adat itu sifatnya dinamis sehingga

mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan yang dibutuhkan zaman. Jadi

hukum adat memuat aturan-aturan yang tidak tertuliis didalam kitab-kitab

aturan,di dalam kitab-kitab hukum tidak dimuat dalam kodifikasi-

kodifikasi,melainkan hanya meliputi aturan-aturan yang hanya hidup didalam

kesadaran hukum dari rakyat yang memakainya,mereka bertindak serta berbuat

segala sesuatu menurut aturan-aturan yang hidup didalam kesadaran hukum

mereka,menurut aturan-aturan hukum adat, karena menurut kesadaran pendapat

mereka bertindak serta berbuat aturan- aturan adat itulah yang merupakan cara

yang sebaik-baiknya dilakukan agar timbul tata dan ketenteraman didalam

pergaulan hidup.3

Ada beberapa ciri-ciri dari system matrilineal di minangkabau yaitu

1) Keturunan dihitung dari garis keturunan ibu

2) Suku dibentuk dari suku keturunan ibu

3) Menikah dengan orang yang berbeda keturunan atau sukunya

(eksogami) bukan berasal dari suku yang sama

2 Latief, Etnis dan Adat Minangkabau Permasalahan dan Masa Depannya, Angkasa,

Bandung,2002 3 Elva Susanti,Peranan KAN dalam Penyelesaian Sengketa tanah harta pusaka tinggi., 2014

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

3

4) Kekuasaan dalam suku berada di tangan Bundo Kanduang

5) Pernikahan merupakan pernikahan yang bersifat Sumando

bertandang yaitu suami mengunjungi rumah istri atau suami

menetap dirumah istri

6) Hak-hak dan pusaka diwariskan oleh mamak kepada keponakannya

yaitu dari saudara laki-laki ibu kepada anak dari saudara

perempuannya.

Hukum waris minangkabau yang merupakan bahagian dari hukum adat

yang banyak seluk beluknya karena pada satu pihak hukum waris minangkabau

merupakan kelanjutan yang sesuai dengan tertib susunan menurut hukum ibu.

Akan tetapi pada pihak lain,ia mempunyai sangkut paut dan dipengaruhi oleh

hukum syarak (agama).sesuai dengan tertib susunan menurut hukum ibu, maka

ahli waris menurut hukum adat minangkabau dihitung dari garis keturunan

ibu.pengertian, ahli waris ini akan muncul apabila telah ada harta peninggalan

yang ditinggalkan seseorang yang telah meninggal dunia.4

Hukum waris di Minangkabau berbeda dengan Hukum Waris menurut

agama Islam, tetapi juga berbeda tentang apa yang diwarisi. Waris didalam Adat

Minangkabau adalah menurut keturunan ibu(matriachaat)sedangkan menurut

agama Islam adalah menurut keturunan bapak(patriachaat). Bedanya waris Adat

Minangkabau hanya tentang harta pusaka tinggi dan gelar pusaka yang turun-

temurun. Tetapi tentang harta pencarian si bapak(harta rendah), dalam hukum adat

juga turun kepada anak, seperti kata pepatah “ kaluak paku kacang

4 H.Idrus Hakimy Dt.Rajo penghulu,pokok-pokok pengetahuan adat minangkabau,

Bandung,1986,Halaman 127

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

4

balimbiang,anak di pangku kamanakan dibimbiang”. Anak dipangku dengan

harta pencarian, karena tanggung jawab dari seorang si bapak langsung kepada

Tuhan Allah swt, dan kemenakan di bimbiang dengan harta pusaka tinggi, karena

yang akan memangku kemenakan ini ada pula yang bertanggung jawab, yaitu

bapaknya pula. Harta pencarian dibagi menurut faraid, dan tidak boleh diambil

oleh kemenakan, kecuali telah diberikan oleh mamaknya dengan ridla.5

Dari pengertian diatas kenapa saya mengatakan Hukum waris Minangkabau

bereda dengan hukum waris agama Islam? Maksud disini bukanlah perbedaan

pengertian atau cara pembagian dari hukum warisan Minangkabau dengan hukum

warisan agama Islam, tetapi dari penjelasan di atas lebih menguatkan tetang garis

keturunannya, yang mana di dalam Minangkabau menurut garis keturunan ibu

(matriachaat) sedangkan menurut agama Islam menurut keturunan bapak/ayah

(patriachaat).

Hukum kewarisan merupakan bagian dalam hukum keluarga yang

memegang peranan yang sangat penting bahkan dalam menentukan bentuk hukum

yang berlaku dalam suatu masyarakat.Apabila terjadi suatu peristiwa hukum pada

seseorang maka peristiwa hukum ini akan menimbulkan hukum itu sendiri dalam

keluarga, yaitu bagaimana pengurusan dan kelanjutan kewajiban serta hak-hak

orang tersebut. pembagian warisan sering menimbulkan akibat-akibat yang tidak

5Waris disini dalamarti, waris menurut hukum adat di Minangkabau yaitu orang yang pantas

menerima waris keturunan menurut tali ibu (maatriachaat), artinya keturunan yang patut

menerima atau menggantikan gelar pusaka (soko) di dalam adat Minangkabau (gelar penghulu). H.

Idris Hakimy Dt.Rajo pehulu, pokok-pokok pengetahuan adat Minangkabau, Bandung,1986

,halaman 123

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

5

jarang menimbulkan perselisihan di antara anggota keluarga yang

berkepanjangan.

Secara naluri manusia sangat mencintai harta benda yang jarang

memotivasi seseorang untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta

benda termasuk harta pewarisnya sendiri Pelaksanaan pembagian harta warisan

atau harta peninggalan berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang

lainnya, hal ini dikarenakan perbedaan adat dan kebiasaan yang di anut di masing-

masing daerah tersebut. 6

Dalam adat minangkabau terdapat beberapa macam harta di Minangkabau

diantaranya :7

a. Harta Pusaka Tinggi

Harta pusaka tinggi adalah harta yang sudah dimiliki oleh keluarga, dan

penggunaan harta ini secara turun temurun, dari generasi sebelumnya ke generasi

berikutnya.

b. Harta Bawaan

Harta bawaan adalah harta yang didapat oleh suami melalui usahanya

sendiri atau hibah dari orang tua ataupun keluarganya yang dibawa oleh suami

kerumah istri untuk menunjang kehidupan keluarganya.Penempatan ini muncul

karena kewajiban suami terhadap anak dan istrinya.8

6A.A Navis, Alam Takambang Jadi Guru, PT. Grafiti Pers, Jakarta, 1984, halaman 125

7 Wawancara dengan Bapak Wali Jorong Nagari Sungayang kecamatan Sungayang

8Ibid

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

6

c. Harta tetapan

Harta tepatan yaitu harta yang sudah ada dirumah istri sebelum

berlangsungnya perkawinan.

d. Harta bersama

Harta bersama adalah harta yang didapat suami istri selama masa

perkawinan.Harta ini di pisahkan dari harta bawaan yang di bawa suami pada saat

perkawinan dengan harta tepatan yang di dapat istri sebelum

perkawinan.Walaupun sumber kekayaan berasal dari kedua harta tersebut.Hasil

usaha suami di lingkungan istrinya dan dipergunakan dalam keluarganya inilah

yang disebut sebagai harta bersama.9

e. Harta pencaharian

Dalam masyarakat Adat Minangkabau dikenal dengan istilah harta pusaka

rendah (harta pencaharian) dan harta pusaka tinggi. Kedua harta ini tentu saja

mempunyai perbedaan yaitu perbedaan mengenai cara memperoleh nya dan cara

pembagaian kedua harta tersebut. Harta Pusaka Tinggi adalah harta pusaka yang

sudah dimiliki keluarga, hak penggunaannya secara turun temurun dari beberapa

generasi sebelumnyayang sudah kabur atau tidak dapat diketahui asalusulnya

hingga bagipenerima itu disebut harta tua oleh karenasudah begitu tua umurnya.

HartaPusaka Rendah adalah harta yang dipusakai seseorang atau kelompok, yang

dapat diketahui secara pasti asal usul harta itu.Ini dapat terjadi bila harta itu

diterimanya dari satu angkatan diatasnya seperti ayah atau mamaknya, begitu pula

9Ibid

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

7

dari dua tingkat dan seterusnya yang masih dapat dikenalnya. Dalam penelitian ini

penulis melakukan penelitian terhadap harta pencarian di masyarakat

Minangkabau khusunya di Kanagarian Sungayang Kecamatan Sungayang.

Harta pencarian tersebut dapat terdiri dari harta yang sifatnya dapat

dipindah-pindahkan seperti perhiasan, mobil, rumah,dan lain-lain. Merupakan

barang-barang tetap seperti sawah dan ladang. Meskipun cara pewarisan antara

hukum Adat Minangkabau yang berdasarkan garis keturunan ibu sangat bertolak

belakang dengan kewarisan islam yang pembagiannya berdasarkan garis

keturunan bapak atau patrilinieal.

Hukum yang berlaku dalam pewarisan harta pencarian pada masyarakat

Minangkabau, dapat dilihat dalam lingkungan pengadilan negri maupun

pengadilan agama. Pewaris harta pencarian dapat dilihat dari dua segi yaitu segi

siapa yang menerima harta warisan dan dari segi bagaimana cara kepemilikannya.

Pengaruh Hukum Islam sangat kental didalam bidang pewarisan

masyarakat Minangkabau yang tampak nyata. Meskipun cara pewarisan antara

hukum adat Minangkabau yang berdasarkan garis keturunan ibu sangat bertolak

belakang dengan kewarisan Islam yang pembagiannya garis keturunan bapak atau

patrilineal.10

Berdasarkan hasil pra penelitian yang telah penulis lakukan,banyak ditemui

hal yang sangat menarik untuk dibahas dalam tulisan ini. Dikatakan demikian,

karena dari apa yang tertulis didalam literatur-literatur yang pernah penulis baca

tentang adat Minangkabau, khususnya mengenai pewarisan harta pencarian ini,

10

ibid

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

8

pada kenyataannya terdapat berbagai kenyataan yang beragam. Keanekaragaman

yang dimaksud yaitu ada hal-hal yang sesuai dengan yang tertulis didalam

literatur, namun tidak sedikit pula hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang

tertulis didalam literatur tersebut.

Misalnya saja, di Minangkabau anak laki-laki berperan hanya sebagai

pengawas terhadap harta warisan yang ada, sesuai dengan sistim kekerabatan

masyarakat Minangkabau yang matrilineal, sehingga yang berhak mewaris adalah

anak perempuan.Namun pada kenyataannya saat ini di Minangkabau, khususnya

Kanagarian Sungayang Kecamatan Sungayang tempat penulis melakukan pra

penelitian, anak laki-laki sudah banyak yang menjadi ahli waris dari harta warisan

yang ada.11

Kanagarian Sungayang adalah suatu Nagari (desa) yang terletak

dikecamatan Sungayang Kab. Tanah Datar, Luhak Nan tuo. Terletak di antra

lembah-lembah pengunungan,di kaki gunung soda, nagari Sungayang ini

dikelilingi juga oleh sungai Tangah, Batang Selo dan Batang Kalano.

Dikenagarian Sungayang ini masyarakatnya menganut agama Islam dan hukum

adat di Kanagarian Sungayang ini masih sangat kental.Masyarakat di kanagarian

Sungayang ini didalam pembinaan masyarakat, memulainya dari akar

rumput.Mengawali langkah dari surau dan rumah tangga serta lingkungan

masyarakatnya.

Potensi masyarakat mestinya digerakakan optimal dan terpadu untuk

menghidupkan kata masyarakat beradat itu.Tujuan mulia yang hendak dicapai

11

Wawancara dengan Amir Dt. Saripaduko, ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Sungayang

Kecamatan Sungaayang Kabupaten Tanah Datar

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

9

adalah mencerdaskan ummat dengan menanamkan budi pekerti (akhlaq) yang

sesuai dengan bimbingan syariat islami.Sejalanlah dengan kaedah Adat berrsendi

syara’, syara’ bersendi kitabullah. Di Ranah Minang ini syara’ mengato adat

memakai.12

Dalam situasi seperti ini, yang menarik perhatian peneliti adalah di

Kenagarian Sungayang, yang mana merupakan salah satu tanah kelahiran peneliti.

Berdasarkan peneliti tertarik untuk menganalisis fakta tersebut dengan judul.

PELAKSANAAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN TERHADAP ANAK

LAKI-LAKI BERDASARKAN HUKUM ADAT MINANGKABAU DI

NAGARI SUNGAYANG KECAMATAN SUNGAYANG.

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pembagian harta warisan bagi anak laki-laki atas

harta pencarian dalam lingkungan adat minangkabau Di Nagari Sungayang

Kecamatan Sungayang?

2. Apakah kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan pembagian warisan

atas harta pencarian dalam lingkungan adat Minangkabau di Nagari

Sungayang Kecamatan Sungayang?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

12

https://blogminangkabau.wordpress.com/2009/01/04/pemahaman-adat-basandi-syarak-syarak-

basandi-kitabullah.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

10

a) Untuk mengetahui pelaksanaan pembagian harta warisan bagi anak laki-

laki atas harta pencarian dalam lingkungan adat minangkabau dinagari

sungayang kecamatan sungayang

b) Untuk mengetahui Hambatan- hambatan apa yang timbul dalam

pelaksanaan pembagian warisan atas harta pencarian dalam lingkungan

adat Minangkabau di Nagari Sungayang Kecamatan Sungayang

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a) Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan

pengetahuan mengenai karakteristik waris dalam lingkungan adat

minangkabau,khususnya dalam harta pusaka pencarian (pusaka rendah).

b) Sebagai masukan bagi para pembaca khususnya serta dijadikan acuan bagi

masyarakat adat minangkabau.

c) Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin

mendalamkan atau memahami lebih lanjut mengenai praktek pewarisan

harta pusaka rendah (harta pencarian) di daerah minangkabau.

C. Tinjuan pustaka

1. Tinjauan pustaka tentang Minangkabau

Minangkabau adalah suatu lingkungan adat kira-kira terletak di provinsi

Sumatera barat. dikatakan kira-kira karena pengertian minangkabau tidaklah

persis sama dengan pengertian Sumatera Barat, karena kata minangkabau lebih

banyak mengandung makna geografis administrative. Terlalu langka sumber pra

sejarah yang bersifat otentik yang akan dapat menuntun kita untuk dapat

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

11

mengetahui asal-usul minangkabau, sungguhpun demikian, sekedarnya dapat juga

diketahui melalui literature tradisional yang disebut tambo dan dari pepatah petitih

yang senantiasa terpelihara secara turun temurun dari generasi kegenerasi secara

lisan.

Kebenaran isi tambo itu tidaklah seluruh terjamin, mengingat bahwa

penyampaiannya yang berlangsung secara lisan. Cerita dalam tambo inisetidaknya

akan dapat menuntun kita untuk mengenal perkembangan selanjutnya dari nennek

moyang suku bangsa Minangkabau.

Nenek moyang suku Minangkabau berasal dari pencampuran antara

bangsa melayu tua yang telah datang pada zaman neoliticum dengan bangsa

melayu muda yang menyusul kemudian pada zaman perunggu, kedua bangsa ini

adalah serumpun dengan bangsa astronesia. Minangkabau dengan kebudayaannya

telah ada sebelum datangnya Islam, bahkan sebelum Hindu dan Budha memasuki

Wilayah Nusantara.Sebelum pengaruh dari luar, kebudayaan Minangkabau telah

mencapai puncaknya yang terintegrasi dan kepribadian yang kokoh.13

kebudayaan luar yang datang tidak mudah memasukkan pengaruhnya.

Penerima kebudayaan dari luar berjalan secara selektif, sehingga budaya yang

bertentangan dengan falsafah adatnya tidak dapat bertahan di Minangkabau,letak

Minangkabau yang diapit oleh dua lautan, yaitu Samudera Hindia dengan Laut

Cina Selatan menyebabkannya menjadi sasaran kunjungan dari luar. Disamping

itu sifat yang terbuka dan mudah menyesuaikannya diri dengan lingkungan

13

Rasyid Manggis, Minangkabau, Sejarah Ringkas dan Adatnya, Sri Darma, Padang 1971,

Halaman 11

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

12

menempatkan pada posisi yang dapat menerima pengaruh kebudayaan dari luar

sejauh tidak bertentangan secaara prinsip dengan kebudayaan yang telah ada.

Nenek moyang orang Minangkabau telah memperlihatkan kearifannya

untuk memgantisipasi zaman yang akan berubah. Masyarakat minangkabau

memiliki empat tingkatan adat yaitu :

a) Adat yang sebenar adat ( adat yang sabana adat ).

Yang dimaksud dengan adat yang sebenarnya adat itu adalah kenyataan

yang berlaku dalam alam yang merupakan kodarat lahi atau sesuatu yang telah

dan terus berjalan sepanjang masa,seperti adat api membakar, adat ayam

berkokok,adat laut berombak, kalau diperhatikan hubungan antara sifat dengan

yang diberi sifat dalam setiap contoh yang disebutkan diatas,terlihat adanya

bentuk kelaziman hubungan, walaupun demikian masih dipergunakan kata adat

yang umumnya berarti kebiasaan dalam setiap hubungan tersebut.14

Hal ini menunjukan bahwa apa yang terjadi di alam ini tidak ada yang pasti

secara mutlak. Walaupun dalam pertimbangan akal terdapat kepastian, namun

tidaklah mustahil bahwa kebiasaan yang pasti itu suatu waktu tidak berlaku

menurut kehendak Allah. yang maksutnya Agama Islam di Minangkabau dan

berlakunya Islam sebagai peraturan bagi kehidupan umat, maka ajaran Islam yang

berdasarkan kepada wahyu Allah itu diakui sebagai suatu yang pasti sebagaimana

pastinya kenyataan yang berlaku dalam alam.

Dengan demikian ajaran Agama Islam dimasukan kedalam kelompok adat

yang sebenarnya adat. Kebiasaan yang berlaku atas dasar kodrat Ilahi yang

14

Nasrun, Dasar Filsafat Adat Minangkabau,Bulan Bintang, Jakarta 1971, Halaman 13

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

13

dinamakan adat yang yang sebenarnya adat itu dijadikan pedoman dalam

penyusunan tata cara dan peraturan yang dipakai sebagai pengartur kehiupan

manusia didunia.

b) Adat yang di Adatkan.

Adat yang di adatkan yaittu sesuatu yang di rancang dijalankan, serta

diteruskan oleh nenek moyang yang pertama menempati Minangkabau untuk

peraturan bagi kehidupan masyarakat dalam segala bidang. Orang Minangkabau

mengetahui secara turun temurun bahwa perumusan dari adat yang diadatkan itu

adalah dua orang tokoh adat yaitu datuk ketumanggungan dan datuk perpatih nan

sabatang, Sebagaimana terdapat dalam tambo dan buku-buku adat.15

Kedua tokoh tersebut merubuskan adat atas dasar pengalaman kehidupan

dan kemampuannya dalam belajar dari kenyataan.Yang dijadikan pedoman dasar

dari perumusan adat itu adalah kenyataan yang hidup dalam alam yang disebut

adat yang sebenarnya adat. Adat yang diadatlkan melingkupi seluruh segi

kehidupan,terutama segi kehidupan sosial, budaya dan hukum.

c) Adat yang teradat.

Adat yang teradat yaitu kebiasaan setempat yang dapat bertambah pada

suatu tempat dan dapat pula hilang menurut kepentingan.Kebiasaan yang menjadi

peraturan ini mulanya dirumuskan oleh ninik mamak pemangku adat dalam suatu

negeri untuk mewujudkan aturan pokok yang disebut adat yang di adatkan, yang

pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Oleh karena itu

adat yang teradat ini dapat berbeda antara satu negeri dengan lain menurut

15

Ibid

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

14

keadaan, Waktu dan kebutuhan anggotanya.bila di perbandingkan antara adat

yang teradat dengan adat yang di adatkan, terlihat bedanya dari segi keumuman

berlakunya. Adat yang diadatkan bersifat umum memakainya pada seluruh negeri

yang terlingkup dalam suatu lingkaran adat yang dalam hal ini adalah seluruh

lingkaran Minangkabau.16

d) Adat istiadat.

Adat istiadat dalam pengertian khusus berarti kebiasaan yang sudah berlaku

dalam suatutempat yang berhubungan dengan tingkah laku dan

kesenangan.Kebiasaan ini merupakan ketentuan yang di biasakan oleh ninikl

mamak pemangku adat sebagai wadah penampung kesukaan orang banyak yang

tidak bertentangan dengan adat yang diadatkan serta tidak bertentangan pula

dengan akhlak yang mulia.Adat istiadat ini tidak berlaku secaara umum dan lebih

terbatas lingkungannya.Dalam pelaksanaannya kadang-kadang menjurus kepada

kebiasaan buruk menurut ukuran umum.Keempat macam adat yang disebutkan

diatas berbeda dalam kekuatannya.karena berbeda kekuatan sumber dan luas

pemakaiannya yang paling rendah adalah adat istiadat.

Adat dalam Minangkabau dapat menyesuaikan diri dengan suatu perubahan

yang terjadi. Namun ada bagian-bagian adat yang mengalami perubahan dan ada

pula yang sama sekali tidak mengalami perubahan. Adat yang sebenarnya adat,

yaitu ketentuan yang berlaku dalam alam kodrat Ilahi dan adat yang diadatkan

yang dirumuskan berdasarkan kepada addat sebenarnya adat itu, termasuk

16

Ibid., Halaman 14.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

15

kepadaadat yang tidak mungkin mengalami perubahan, sebagaimana tidak

berubahnya kodrat ilahi dan wahyu Allah S.W.T.17

2. Pengertian hukum waris

Berbicara tentang hukum warisan,di Indonesia terdapat tiga hukum waris

yaitu menurut hukum adat,menurut kompilasi hukum islam,dan menurut KUHP

perdata (BW).

a. Hukum adat waris

Istilah waris didalam kelengkapan istilah hukum waris adat diambil alih

dari bahasa arab yang telah menjadi bahasa Indonesia.hukum waris adat tidak

semata-mata hanya akan menguraikan tentang waris dalam hubungannya dengan

ahli waris, tetapi lebih luas dari itu.

Hukum waris adat adalah hukum adat yang memuat garis-garis ketentuan

tentang system dan asas-asas hukum waris,tentang harta warisan itu dialihkan

penguasaan dan pemiliknya dari pewaris kepada ahli waris.hukum waris adat

sesungguhnya adalah hukum penerusan harta kekayaan dari suatu generasi kepada

keturunan.

b. Hukum waris menurut KHI.

Berdasarkan ketentuan kompilisasi hukum islam (KHI) buku II tentang

hukum kewarisan pasal 171 butir a,yang dimaksud dengan hukum kewarisan

adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta

17

Ibid

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

16

peninggalan (tirkah) pewaris.menurut siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris

dan beberapa bagiannya masing-masing.18

Dari pengertian diatas, maka hukum waris menurut KHI mencangkup

ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1) ketentuan yang mengatur siapa pewaris

2) ketentuan yang mengatur siapa ahli waris

3) ketentuan yang mengatur tentang harta peninggalan

4) ketentuam yang mengatur tentang akibat peralihan harta

peninggalan dari pewaris kepada ahli waris.

5) ketentuan yang mengatur tentang bagian masing-masing ahli waris.

c. Hukum waris menurut KUHPerdata

Dalam KHUperdata hukum waris diatur pada buku II, jumlah pasal yang

mengatur hukum waris sebanyak 300 pasal, yang dimulai dari pasal 830

KHUperdata sampai pasal 1130 KHUperdata.Dalam KHUPerdata tidak

ditemukan pengertian hukum waris tetapi yang ada hanya konsep-konsep tentang

pewarisan, orang yang berhak dan tidak berhaknya menerima warisan.

3. Ahli waris

Pengertian ahli waris disini adalah orang atau orang-orang yang berhak

meneruskan peranan dalam pengurusan harta pusaka.pengertian ini di dasarkan

pada asas kolektif dalam pemikiran dan pengolahan harta serta hubungan

seseorang pribadi dengan harta yang diusahakannya itu sebagai hak

18

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung : Citra Aditya Bakti,2003, Halaman 7

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

17

pakai.Menurut Adat Minangkabau pemegang harta secara praktis adalah

perempuan karena ditangannya terpusat kekerabatan matrilineal.19

Dalam beberapa literature tradisional adat yaitu tambo di jelaskan bahwa

menurut asalnya warisan adalah untuk anak sebagai berlaku dalam kewarisan

bilateral atau parental.perubahan ke system matrilineal berlaku kemudian suatu

sebab tertentu.

Ahli waris atas harta pencarian seseorang yang tidak mempunyai anak dan

istri adalah ibunya. Kalau ibu sudah tidak ada,maka hak turun kepada saudaranya

yang perempuan dan untuk selanjutnya kepada keponakan yang semuanya berada

dirumah ibunya.

Sedangkan ahli waris terhadap harta pencarian terhadap harta pencarian

seseorang perempuan adalah kauamnya yang dalam hal ini tidak berbeda antara

yang punya anak dengan yang tidak mempunyai anak.Perbedaannnya hanya

antara yang dekat yang jauh.kalau sudah mempunyai anak, maka anaknya yang

paling dekat.

Seandainya belum mempunyai anak, maka yang paling dekat adalah

ibunya, kemudian saudaranya serta anak dari saudaranya. Adat Minangkabau

tidak mengakui kewarisan istri terhadap harta mendiang suaminya begitu pula

sebaliknya.Hal ini didasarkan kepada ketentuan bahwa harta tidak boleh beralih di

luar kaum, sedangkan suami atau istri berada diluar lingkungan kaum berdasarkan

perkawinan eksogami.Namum dalam perkembanganya, setelah Islam masuk ke

19

Ibid

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

18

Minangkabau barulah dikenal hak kewarisan janda atau duda, itu pun tertentu

pada harta pencarian.20

Sesuai dengan tertib susunan menurut hukum ibu, maka ahli waris menurut

hukum adat minangkabau hitung dari garis keturunan ibu.Sebagaimana juga

galibnya bahwa pengertian ahli waris ini barulah muncul apabila telah harta

peninggalan; jadi apabila telah ada salah seorang anggota kelurga yang

meninggal. Seperti juga umumnya telah diketahui bahwa harta peninggalan

dimianngkabau itu dapat berupa:

1) Harta pusaka tinggi dan atau

2) Harta pusaka rendah (harta pencarian).

Terhadap kedua macam harta inilah yang nantinya akan ditentukan siapa-

siapa ahli warisnya. Apabila kita menghadapi harta pusaka sudahlah terang bahwa

ahli warisnya ialah anggota-anggota keluarga dilihat dari garis keturunan ibu, jika

seseorang meninggal maka ahli warisnya adalah pertama-tama anak-anaknya

kemuian cucu-cucunya serta akhirnya keturunan selanjutnya dari mereka

ini.mereka ini disebut “warih nan dakek (ahli waris nan dekat) “. Apabila

seorang laki-laki yang meninggal maka waris nan dakeknya adalah dunsanak

kanduang yaitu saudara laki-laki atau perempuan dari laki-laki tersebut yang seibu

sebapak.

Pada masyarakat minangkabau, harta peninggalan dapat berupa harta

pusaka tinggi, dan atau harta pusaka rendah (harta pencarian). Hukum kewarisan

adalah hukum yang mengatur siapa-siapa saja orang yang bisa mewarisi dan orang

20

Bagindo Tanameh, Hukum Adat dan Adat Minangkabau, Pusaka Asli, Jakarta,Halaman 48

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

19

yang tidak bisa mewarisi,bagian-bagian yang diterima setiap ahli waris dan cara-

cara pembagian Warisan adalah ketetapan hukum.21

4. Pusaka Rendah

Semulanya harta pusaka rendah adalah harta pencarian.Harta pencarian

mungkin milik seorang laki-laki atau mungkin juga milik seorang perempuan.

Pada mulanya harta pencarian seseorang diwarisi oleh jurai atau setidak-tidaknya

kaum masing-masing akan tetapi dalam perkembangan berikutnya karena

hubungan seorang ayang dengan anaknya bertambah erat dan juga sebagai

pengaruh agama islam, maka seorang ayah dengan harta pencariannya dapat

membuatkan sebuah rumah untuk anak-anaknya atau menanami tanah pusaka

isterinya,dengan tanaman keras,misalnya kelapa,pohon durian,pohon cengkeh,dan

lain-lain.hal ini dimaksutkan untuk membekali isteri dan anak-anak manakala

ayang telah meninggal dunia.

Yang dimaksut dengan harta pencarian yaitu harta yang diperoleh karena

usaha pribadi,umpamanya dengan cara menggarap sawah atau ladang, berdagang,

atau dengan menjual jasa. Biasanya orang-orang muda dianjurkan pergi merantau

untuk mencari harta.Merantau itu ada kalanya antara jarak wartu habis panen dan

turun kesawah lagi, adakalanya beberapa musim, tetapi tidak jarang pula sampai

peranak-pinak. Semua harta benda yang dimilikinya dirantau merupakan harta

pencarian sebagai harta pencariannya, sebagai harta pencarian harta pencarian,hak

warisannya tidak jatuh kepada hukum adat sesuai dengan bunyi petitih “Dimano

21

Ibid

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

20

bumi di pijak disitu langit dijunjuang ( dimana bumi dipijak,disana langit di

junjung).22

Yang mana kita ketahui harta pencarian ini bukanlah salah satu produk

lembaga Adat Minangkabau. Istilah ini muncul setelah adanya system ekonomi

uang,dengan ciri perdagangan dan perburuhan telah jadi sumber hidup yang

penting,dan sistenm kekerabatan mulai beralih kepada system kekeluargaan;

ayah,ibu,dan anak. Supaya pencarian seseorang terhindar dari tuntutan hukum

adat yang komunal itu.orang laki-laki mulai mempunyai kekuasaan yang tinggi di

rumah tangganya.

Sekalian harta pencarian orang itu tidak termasuk kepada bilangan harta

pusaka, kecuali kalau asal dan modal pencariannya itu di ambil dari harta pusaka,

maka seperdua dari hasil harta pencarian tersebut wajib masuk bilangan

penambah besarnya harta pusaka tadi.

Sering juga terjadi bahwa kerabat kaum berusaha memperoleh hak warisan

“dari mamak turun kemanakan “ dengan berbagai dalih,antara lain bahwa

dimodali oleh kaum untuk menyekolahkannya atau memulai usaha dagangnya ada

kalanya perebutan harta warisan itu di ajukan kepada pengadilan negri.23

Harta pusaka rendah adalah segala harta hasil pencarian dari bapak bersama

ibu (orang tua kita) selama ikatan perkawinan yang telah diwariskan kepada anak

–anaknya.yang mana maksutnya bahwa harta pusaka rendah itu merupakan

22

Chairul Anwar,op cit ., Halaman 91 23

Ibid., halaman 92

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

21

warisan yang di terima dari orang tua sendiri,secara otomatis menjadi milik

pribadi yang bersangkutan.

Dengan demikian baik pengelolahan dan hasilnya merupakan tambahan

bagi harta pencarian yang bersangkutan,sebagai milik pribadi,maka dengan

sendirinya dapat di jual atau dihadiahkan kepada siapa saja yang diinginkan

pemiliknya.

Apabila harta pusaka rendah tersebut tidak dijual atau tidak dialihkan

pemiliknya secara sah kepada pihak lain,maka pada saat meninggal dunianya

pemilik sah harta pusaka rendah tersebut,otomatis menjadi harta susuk bagi

kaumnya,dan tidak dapat dijadikan harta pencarian yang dapat diwariskan

berdasarkan hukum faraid.

Seperti harta pusako juga, harta pencarian dapat terdiri dari harta yang

bersifatnya dapat dipindah-pindahkan (perhiasan,mobil,sepeda dan lain-lain) dan

yang merupakan barang-barang tetap (sawah,ladang,dan tebat ikan). Dalam

hubungan sangkut pautnya dengan harta pusako, harta pencarian juga mempunyai

fungsi yang penting.

Walaupun diatas dikatakan bahwa harta pusako itu harus berada di dalam

keadaan yang tetap,akan tetapi dalam praktek,apabila didesak oleh bermacam-

macam kebutuhan,bukanlah pula mustahil lama kelamaan jumlah harta pusako itu

akan berkurang, sedangkan menurut semestinya haruslah diusahakan harta pusako

tersebut bertambah, setidak-tidaknya kualitasnya serta kuantitasnya berada

didalam keadaan yang tetap.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

22

Dapat dimengerti sekarang bahwa harta pencarian inilah intinya sesudah

beberapa keturunan turut menyumbangkan diri untuk menjaga agar harta pusako

tetap tidak habis Mengenai “harta pencarian” pada galibnya kepada siapa harta itu

diwariskan tergantung dari kemauan si meninggal semasa masih hidupnya.

Kebanyakan semasa mereka hidup harta pencarian itu telah dihibahkan kepada

anak-anaknya yang apabila siorang tua meninggal, anak-anaknya tersebutlah yang

menjadi ahli warisnya.terhadap hibah ini, kerap juga kelihatan,jika harta tersebut

banyak dan besar nilainya para kemanakan biasanya tidak tinggal diam.mereka

juga ingin memperoleh bagian dari harta tersebut, sehingga tidak jarang hal ini

menimbulkan perselisihan

Akan tetapi hal ini betul-betul terjadi, serta dapat diselesaikan secara

bijaksana, sering juga tampaknya, si anak yang menurut hibah ayahnya, dialih ahli

waris dari harta tersebut kemudian dengan mufakat memberikan juga kepada

kamanakan-kamanakan tadi bagian dari harta pencarian ayah tersebut.24

Gugatan dari kamanakan untuk menjadi ahli waris ini sering terlihat, jika si

suami tersebut seorang kaya yang kemudian meninggal dunia akan tetapi

mempunyai anak. Para kamanakan tentu akan menggugat bagian dari harta

pencarian, yang sekarang dipegang oleh istri mamaknya tersebut, yang apabila hal

ini tidak dapat di selesaikan engan mufakat, banyak juga yang harus diselesaikan

di pengadilan.25

24

A.A Navis, loc cit. 25

Chairul Anwar, op .cit, Halaman 90

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

23

5. Pewarisan harta pencarian

Harta pencarian yang didapatkan seseorang dipergunakan untuk

menambah harta pusaka yang telah ada.dengan demikian, harta pencarian

menggabung dengan harta pusaka bila yang mendapatkannya sudah tidak

ada.dengan menggabungkan dengan harta pusaka,dengan sendirinya diwarisi oleh

generasi ponakan.

Harta pencarian ini yang memperoleh dengan melalui pemberian atau

taruko. Harta pencarian ini bila pemiliknya meninggal dunia akan jatuh kepada

jurainya sebagai harta pusaka rendah.untuk harta pencarian ini sejak tahun 1952

ninik-mamak dan alim ulama telah sepakat agar harta warisan ini di wariskan

kepada anaknya. Perihal ini masih ada pendapat lain, yaitu bahwa harta pencarian

harus diwariskan paling banyak (sepertiga) dari harta pencarian untuk

kamanakan.26

Perubahan berlaku setelah kuatnya pengaruh hukum islam yang menuntut

tanggung jawab seseorang ayah terhadap anaknya, dengan adanya perubahan ini

maka harta pencarian ayah turun kepada anaknya, dalam penentuan harta

pencarian yang akan di turunkan kepada anak itu diperlukan pemikiran terutama

tentang kemurnian harta pencarian itu. Adakalanya harta pencarian itu milik kaum

namun adakalanya pula harta pencarian itu merupakan hasil usaha yang modalnya

dari harta kaum jadi tidak dapat dikatakan bahwa semuanya adalah harta

pencarian secara murni.Dalam keadaan demikian tidak mungkin seluruh harta

26

Nasrun, Op cit, Halaman 51

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

24

pencarian itu diwarisi oleh anak. Dalam bentuk yang kabur ini maka berlaku cara

pembagian menurut alur dan patut.

Tidaklah adil bila semua harta di ambil oleh anak. Bila harta pencarian

tercampur langsung dengan harta pusaka, maka masalahnya lebih rumit dibanding

dengan harta pencarian yang didalamnya hanya terdapat unsur harta kaum.

kerumitan itu disebabkan oleh karena hak ponakan pasti terdapat didalamnya,

hanya kabur dalam pemisahan harta pencarian dari harta kaum. oleh karena tidak

adanya kepastian tentang pemilikkan harta itu, sering timbul sengketa yang

berakhir dipengadilan antara anak dan ponakan. Ponakan menganggap harta itu

adalah harta pusaka kaum sedangkan si anak menganggap harta adalah harta

pencarian dari ayahnya.27

6. Faktor yang merupakan kendala dalam pelaksanaan pembagian warisan

atas harta pencarian salah satunya yaitu pada faktor Adat.

Islam telah lama masuk di lingkungan adat Minangkabau. Dalam

perkembangannya secara bertahap hukum islam telah banyak mengubah dan

menyempurnakan tata susunan adat lama. Islam telah memperkenalkan susunan

kekeluargaan baru dalam bentuk keluarga inti yang pada saat ini sudah dikenal

luas oleh masyarakat Minangkabau.Islam sudah mengubah tata adat menyangkut

harta pusaka dengan member arti khusus pada harta pencarian tersebut dari harta

pusaka.

Pengaruh adat masih terasa kuat dalam kehidupan nyata ialah pemikiran

dalam hal mendapatkan dan menggunakan harta.Pernyataan untuk mendapatkan

27

Nasrun, Loc.cit.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

25

harta secara kolektif masih terlihat jelas dalam pemikiran dan menggunakan harta

pusaka.Sampai saat ini, asa matrilineal kolektif masih berlaku terhadap harta

pusaka.

Cara pengurusan harta pusaka yang berbentuk kolektif atau pemilikan

bersama atas harta warisan itu sangat mempengaruh terhadap harta

pencarian.Yang berubah hanya orang yang berhak menerima warisan dari harta

pencarian, namun pengurusan dan pembagian terhadap harta pencarian masih di

pengaruhi budaya kolektif sehingga hukum faraid tidak sepenuhnya

terlaksanakan.28

7. Harta pencarian ( Pemisahan harta pencarian dari harta pusaka )

Harta pusaka sebagai unsur pokok dalam organisasi keberabatan matrilineal

minangkabau menurut asalnya diperoleh oleh nenek moyang yang mula-mula

mendiami suatu tempat.Ditempat itu mereka mengolah hutan tinggi menjadi tanah

pertanian dan perumahan.di tempat itu pula mereka mendirikan tempat tinggal

untuk keluarganya.

Pengertian keluarga menurut system matrilineal, terbatas pada ibu dan

anak-anaknya.baik laki-laki atau perempuan, berikutnya kebawah bersama anak-

anak dari aanak perempuannya. Keseluruhannya berada dalam satu lingkungan

tempat tinggal dalam bentuk rumah gadang, harta yang di peroleh ibu itu

dipergunakan untuk kepentingan seluruh keluarga dalam rumuh itu dan menjadi

milik bersama bagi seluruh anggota tersebut.

28

http;// www.cimbuak.com

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

26

Terkaitnya harta pencarian dengan harta pusaka pada waktu itu adalah

karena seluruh harta pencarian itu berasal dari harta kaum. Dari segi penggunaan

tidak ada perbedaan antara harta yang didapat melalui pusaka dengan yang

dipergunakan untuk kepentingan anggota matrilinealnya.

Pada bentuknya yang pertama yaitu harta pusaka memang digunakann

untuk kepentingan keluarga matrilinealnya.Dalam bentuknya yang kedua yaitu

harta pencarian, karena modalnya dari harta pusaka, maka wajarlah digunakan

untuk kepentingan keluarga matrilinealnya itu. Ditinjau dari segi lain, adat tidak

memberati seseorang untuk membiayai anggota yang berada diluar lingkungan

rumah ibunya itu,termasuk anak istrinya. Oleh karena itu tidak ada yang

mendorong seseorang untuk membawa harta itu keluar dari lingkungan

kaumnya.29

Ada beberapa hal yang masih menyebabkan seseorang merasa belum perlu

untuk membawa harta hasil pencariannya keluar dari rumah ibunya, yang tersebut

erat kaitannya dengan system matirilineal itu sendiri yaitu pertama sikap dan rasa

keterikatan seseorang dalam lingkungan keluarga matrilinealnnya hal ini di

sebabkan oleh keberadaannya dilingkungan keluarga ibu dalam waktu yang lama.

Kedua sebagai pendatang ia hidup dilingkungan rumah istirinya dalam waktu

sedikit sekali karena sebagai besar waktunya sudah dipergunakan dirumah ibunya.

Bila seseorang laki-laki belum merasa perlu untuk membawa harta

pencariannya keluar lingkungannya maka tidak ada pula dorongan untuk

29

Hazairin, Hendak Kemana Hukum Islam, Tintamas, Jakarta, 1976, Halaman 14

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

27

memisahkan pencariannya dari harta pusaka karena keduanya di pergunakan

untuk keperluan yang sama yaitu untuk kehidupan keluaga dirumah ibunya.

Terpisahnya pengertian harta pencarian dari harta pusaka dapat di pastikan

berlaku semenjak Islam masuk di Minangkabau, hal ini dengan demikian

merupakan pengaruh langsung dari hukum Islam.Harta pusaka tidak dapat

dipergunakan untuk membiayai anak istri, maka untuk keperluan itu harus

dicarikan dari luar lingkungan harta pusaka, dengan demikian timbul dorongan

untuk menguluarkan hasil usahanya sendiri dari harta pusaka, yang sebelumnya

dua bentuk harta itu berbaur dalam bentuk harta kaum. Adanya pemisahan harta

pencarian itu merupakan titik awal dari pemilikkan perorangan dalam harta Di

Minangkabau. Ada beberapa fktor yang menyebabkan timbulnya pemilikkan

perorangan tersebut, diantaranya yang dianggap pokok adalah system ekonomi

modern yang menyebabkan seseorang beursaha diluar harta pusaka. Dalam

pemisahan harta pencarian harta pencarian itu, faktor kesadaran akan tanggung

jawab terhadap anak sebagai pengaruh ajaran islam lebih menentukan.30

Adanya pemisahan harta pencarian itu menyebabkan timbulnya pengakuan

akan adanya hak anak pada harta tersebut, tetapi sesampainya hasil pencarian itu

menjadi hak penuh bagi seseorang laki-laki yang mendapatkannya untuk

kemudian diwariskannya kepada anak-anaknya memerlukan waktu yang panjang.

Terpisahnya harta pencarian seseorang dari harta pusaka berlaku secara

beransur-ansur adanya kebebasan pribadi dalam menggunakan harta pencarian,

30

Ibid

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

28

besar sekali pengaruhnya atas si laki-laki untuk berusaha, karena ia meyakini apa

yang memperolehnya dari usahanya itu adalah untuk kepentingan keluarganya

sendiri. Segi kelemahan dari kebebasan pribadi dalam harta pencarian ialah tidak

terjaminanya kelestarian harta itu,karena bila seseorang bebas dalam

memanfaatkan harta yang diperolehnya,juga bebas untuk bertindak mengalihkan

harta tersebut.

Tetapi sungguhpun demikian kaum ibu, berdasarkan istimewaan yang kita

sebutkan,bukanlah berarti dapat bertindak semau-maunya terhadap harta pusaka

dan rumah itu. Kaum laki-laki seperti mamak (saudara laki-laki)

si ibu dalam kaum tersebut mempunyai hak pengawasan terhadap harta pusaka

itu. Apalagi tindakan keluar yang berhubungan dengan orang lain, seperti

menggadai, hanya dapat dilangsungkan dengan seizing mamak, begitupun pihak

mamak (laki-laki) yang berkepentingan untuk menggadai.31

Semua tindakan terhadap harta pusaka baik kedaalam maupun ke luar

haruslah berdasarkan mufakat dan kepentingan bersama, yaitu mufakat seluruh

anggota kaum laki-laki dan perempuan.Dalam hal ini pun ternyata berlakunya

sebuah dasar dari Adat Minangkabau, yaitu dasar perimbangan dalam

pertentangan.

Perjalanan Adat Minangkabau dalam masyarakatnya setelah kita

kemukakan tentang susunan dan seluk-beluk masyarakat dan Adat Minangkabau,

maka sekarang sampailah kita meninjau perjalanan adat itu dalam masyarakat

31

B.Schrieke, Indonesia Sosiological Studies , Sumur Bandung , Bandung, 1980, halaman 95

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

29

Minangkabau yang dasarnya tersebut : dari, oleh dan untuk bersama dalam setiap

pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang baik. Salah satunya seperti “Adat

bercupak dan bergantang “. Yang mana kita ketahui adat bercupak dan

bergantang ini teruntuk bagi suatu penyelesaian sengketa dalam masyarakat, baik

penyelesaian sengketa harta pusaka maupun lain-lainnya. Cupak dan gantang

seperti telah kita terangkan adalah ukuran yang tidak boleh dilebihi, dikurangi

baik untuk kepentingan pribadi lebih-lebih untuk kepentingan orang lain, dan

haruslah dilaksanakan dengan seadil-adilnya dan sejujur-jujurnya.32

Walaupun diatas dikatakan bahwa harta pusako itu harus berada didalam

keadaan yang tetap, akan tetapi dalam praktek, apabila didesak oleh bermacam-

macam kebutuhan, bukanlah pula mustahil lama kelamaan jumlah harta pusako itu

akan berkurang,sedangkan menurut semestinya haruslah diusahakan harta pusako

tersebut bertambah, setidak-tidaknya kualitas serta kuantitasnya berada di dalam

keadaan yang tetap.

Dapat kita mengerti sekarang bahwa harta pencarian inilah nantinya

sesudah beberapa keturunan turut menyumbangkan diri untuk menjaga agar harta

pusako tetap tidak habis.harta pencarian yang diwarisi anak-anak mereka yang

kemudian oleh anak-anak ini diwariskan lagi kepada anak-anaknya akhirnya akan

merupakan pusako randah (pusaka rendah) yang lama kelamaan nantinya

menyumbangkan diri serta menjadi pusako tinggi (pusaka tinggi).33

32

Idrus Hakimy Dt.Rajo penghulu, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak diMinangkabau,

Remadja Karya, Bandung 1984, Halaman 162 33

Ibid., halaman 163

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

30

Didalam penjelasan ini terlihat D dan E adalah suami istri secara mudah

saja digambarkan disini bahwa semua harta pencarian jatuh kepada anak-anaknya,

yaitu masing-masing A,B, dan C mendapat 1/3 bagian. Dalam perkawinan

mereka ( C – F ) mereka juga mempunyai harta pencarian yang kemudian setelah

C dan F meninggal, harta pencarian mereka diwarisi masing-masing separo oleh

anak-anak mereka yaitu G dan H. 1/3 DE yang diwarisi CF dari orang tuanya

(DE) hak ganggam bauntuaknya dilanjutkan oleh G( wanita). Dengan demikian G

mempunyai 1/3 DE + ½ CF.G kemudian kawin dengan N. didalam perkawinan,

mereka juga mempunyai harta pencarian. Dalam phase ini bagi anak-anak GN

yaitu K,L,M harta pencarian (1/3 DE + ½ CF ) tadi telah merupakan pusaka

rendah ; yang lama kelamaan nantiknya setelah diwariskan kepada beberapa

keturunan akhirnya menyumbangkan diri serta telah dipandang sebagai pusaka

tinggi.34

D. KONSEP OPERASIONAL

Agar pembahasan dalam penelitian ini dapat lebih tajam dan bermakna

sesuai dengan apa yang diharapkan,penulis memberikan batasan penelitian yang

berkaitan dengan judul tulisan ini, yaitu pelaksanaan pembagian harta warisan

terhadap anak laki-laki berdasarkan hukum adat minangkabau dinagari sungayang

kecamatan sungayang.

34

Chairul Anwar, op.cit, Halaman 95

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

31

Praktek yang dilakukan pewarisan Harta pusaka rendah ( harta pencarian)

dapat terdiri dari harta yang sifatnya dapat dipindah-pindah adalah perhiasan,

mobil ,sepeda dan lain lainnya.

Nagari ( desa) adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki

batas-batas wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat minangkabau ( Adat

Basandari syarak, syarak Basandi kitabullah ) dan atau berdasarkan asal usul dan

adat istiadat setempat dalam wilayah provinsi Sumatera Barat.

Masyarakat adat Kanagarian Sungayang adalah penduduk Kanagarian

Sungayang dan Sungayang adalah suatu Nagari (desa) yang terletak di Kecamatan

Sungayang Kab Tanah Datar,Luhak Nan tuo. Kata orang yang menceritakan, tidak

berapa lama kemudian Datuk Parpatih Nan Sabatang berlayar pula membawa

tujuh pasang suami isteri.Mereka sampai pada suatu tanah menanjung ke dalam

sungai. Karena tanah itu baik dan subur, mereka menetap di sana dan berladang

membuat taratak. Tempat itu beliau beri nama pangkal Bumi.35

Suku adalah himpunan beberapa kaum atau paying dalam system

kekerabatan yang berlaku dan tumbuh dalam masyarakat.

Minangkabau adalah daerah Administrasi Republik Indonesia yang

dinamakan Propinsi Sumatera Barat.

Tanah Datar adalah satu kabupaten yang berada di propinsi Sumatera Barat.

35

Ibrahim Dt. Sanggoeno Diradjo, Tambo Alam Minangkabau, Buku Alam

Minangkabau,Bukittinggi 2009, Halaman 29

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

32

E. Metode penelitian

1) Jenis dan sifat penelitian

Jenis penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian observasi (

observational research ) dan penelitian ini bersifat diskriptif analitik. Yang

dimaksut dengan observasi disini adalah sebuah proses yang dilakukan untuk

mengetahui sesuatu secara langsung dan mendalam. Biasanya observasi dilakukan

untuk mendalami suatu hal atau objek yang tidak disadari banyak orang. Juga

dapat di jabarkan sebagai suatu proses memahami, mencari tahu, dan mendalami

suatu objek atau peristiwa secara detail dengan cara terjun langsung dalam

peristiwa atau menekan pada objek.proses ini tergolong cukup efektif untuk

mengumpulkan data-data terkait seputar objek. Dalam penelitian ini penulis

melakukan penelitian terhadap harta pencarian dimasyarakat Minangkabau, yang

mana defenisi dari harta pencarian ini adalah Harta pencaharian itu adalah harta

atau tanah yang didapat seseorang karena usaha sendiri atau pencaharian suami-

istri sewaktu mereka masih hidup di dalam tali perkawinan misalnya menggarap

sawah, berdagang atau menjual jasa.36

2) Lokasi penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian di Kenagarian Sungayang, Kecamatan

Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.Alasannya peneliti ingin

meneliti di Kanagarian Sungayang ini adalah kanagarian ini mempunyai sejerah

yang unik dan cara pembagian harta pencarian di Kanagarian sungayang juga

mempunyai karakteristik.

36

Chairul anwar. Op.cit 3

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

33

3) Populasi dan sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek hukum yang memiliki karakteristik

tertentu yang ditetapkan untuk diteliti.37

Berdasarkan pengertian diatas maka yang

menjadi populasi dalam penelitian adalah keseluruhan masyarakat sungayang

yang menerima harta pencarian (harta pusaka rendah) tersebut.Sampel adalah

bagian dari populasi yang masih memiliki ciri-ciri utama dari populasi dan di

tetapkan untuk menjadi orang yang diwawancarai oleh peneliti.38

sampel dalam

penelitian ditetapkan dengan teknik purposive sampling.Penarikan sampel secara

purposive yaitu penentuan responden yang di dasarkan atas pertimbangan tujuan

tertentu dengan alasan responden adalah orang-orang yang berdasarkan

kewenangan dianggap dapat memberikan data dan informasi dalam hal ini adalah

ketua kerapatan Adat Nagari Sungayang Kecamatan Sungayang, Mamak kepala

waris dan orang-orang yang pernah membagi warisan.

Penulis dalam hal ini mewawancarai beberapa responden yang dapat

mendukung dalam penelitian ini.:

37

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum.Rineka Cipta,Jakarta 1983. Halaman 65 38

Ibid.Halam 67

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

34

Tabel 1:1 Populasi dan sampel

4) Data dan sumber data

a. Data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari subjek penelitian

lapangan (responden) yaitu :hasil interview dengan penduduk yang telah

melaksanakan pewarisan harta pencarian terhadap ahli warisnya,

tokohmasyarakat, tokoh adat serta tokoh agama yang ada di Kanagarian

Sungayang.

b. Data sekunder

NO Populasi Responden Keterangan

1 Ketua kerapatan Adat

Nagari sungayang

1 orang Purposive sampling

2 Tokoh Adat 4 orang Purposive sampling

3 Individu yang pernah

menjadi subjek dalam

pembagian harta warisandi

Nagari Sungayang pada

tahun 2016

7 orang Purposive sampling

Jumlah 12 orang

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

35

Data sekunder adalah buku, literature jurnal dan pendapat ahli yang

berbicara tentang pewarisan terhadap anak laki-laki berdasarkan hukum adat

minangkabau yang di jadikan sebagai landasan teori dalam skripsi ini.

5) Alat pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara (interview) adalah suatu proses untuk memperoleh suatu keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden/orang yang diwawancarai, atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam pengumpulan data ini yang

akan diwawancarai seperti ketua kerapatan Adat Nagari Sungayang, Tokoh Adat

(Wali jorong, Bundo kanduang,Pengulu, Wali Nagari Sungayang),Individu yang

pernah menjadi subjek dalam pembagian harta warisan di Nagari Sungayang

tahun 2016

6) Analisis data

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan secara lengkap baik data primer

maupun sekunder, lalu data tersebut diolah secara lengkap dan diolah menurut

jenisnya berdasarkan masalah pokok. Setelah diuraikan dalam bentuk kalimat dan

disajikan poin perpoin dalam bentuk rangkaian kalimat kemudian dianalisis

dengan membandingkan teori yang berlaku didalam hukum Adat dengan

membandingkan pelaksanaan oleh masyarakat dengan yang diatur didalam hukum

adat,buku bacaan dan pendapat ahli.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/721/1/bab1.pdfhulu, babungo babuah balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu ... ibu.pengertian, ahli waris

36

7) Metode penarikan kesimpulan

Metode penarikan kesimpulan dalam penelitian ini menggunakan metode

deduktif yaitu metode penalaran yang berpangkal dari data-data yang bersifat

umum kemudian dianalisa untuk disimpulkan pada keadaan yang lebih khusus

dan konkret dari hasil penelitian yaitu praktek pewarisan harta pencarian ( harta

pusaka rendah) di Kanagarian Sungayang, Kecamatan Sungayang Kabupaten

Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat.