BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·...

18
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang shūmul (universal). Agama yang memuat semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah dalam kehidupan ini, yang tidak disentuh Islam, walaupun masalah tersebut tampak kecil dan sepele. Meminang (melamar) atau khibah dalam bahasa Arab, merupakan pintu gerbang menuju pernikahan. Khibah menurut bahasa, adat dan syara, bukanlah perkawinan. Semua itu hanya merupakan mūkadīmah (pendahuluan) bagi perkawinan dan pengantar kesana. Khibah merupakan sebuah proses permohonan calon laki-laki terhadap calon wanita untuk dijadikan istri. Hukum pertunangan adalah īstīshab (dianjurkan) karena Nabi Muhammad SAW. pernah bertunangan dengan Áisyah binti Abū Bakar Asy- iddiq juga dengan afah binti Ùmar bin Khaṭṭab r.a. 1 Dalam kitab atau kamus membedakan antara kata-kata "khibah" (melamar) dan "zawāj" (kawin/menikah), adat atau kebiasaan juga membedakan antara lelaki yang sudah meminang (bertunangan) dengan yang sudah menikah dan syari'at pun membedakan secara jelas antara kedua istilah tersebut. Karena itu, khibah tidak lebih dari sekedar mengumumkan keinginan untuk menikah dengan wanita tertentu, sedangkan zawāj 1 Abdul Wahab Al-Sayyid Hawwas, Kunikahi Engkau Secara Islami, (Bandung: Pustaka, Setia). Hal. 68

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang shūmul (universal). Agama yang memuat

semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah dalam kehidupan ini, yang

tidak disentuh Islam, walaupun masalah tersebut tampak kecil dan sepele.

Meminang (melamar) atau khiṭbah dalam bahasa Arab, merupakan

pintu gerbang menuju pernikahan. Khiṭbah menurut bahasa, adat dan syara,

bukanlah perkawinan. Semua itu hanya merupakan mūkadīmah

(pendahuluan) bagi perkawinan dan pengantar kesana. Khiṭbah merupakan

sebuah proses permohonan calon laki-laki terhadap calon wanita untuk

dijadikan istri.

Hukum pertunangan adalah īstīshab (dianjurkan) karena Nabi

Muhammad SAW. pernah bertunangan dengan Áisyah binti Abū Bakar Asy-

Ṣiddiq juga dengan Ḥafṣah binti Ùmar bin Khaṭṭab r.a.1

Dalam kitab atau kamus membedakan antara kata-kata "khiṭbah"

(melamar) dan "zawāj" (kawin/menikah), adat atau kebiasaan juga

membedakan antara lelaki yang sudah meminang (bertunangan) dengan yang

sudah menikah dan syari'at pun membedakan secara jelas antara kedua istilah

tersebut. Karena itu, khiṭbah tidak lebih dari sekedar mengumumkan

keinginan untuk menikah dengan wanita tertentu, sedangkan zawāj

1 Abdul Wahab Al-Sayyid Hawwas, Kunikahi Engkau Secara Islami, (Bandung: Pustaka,

Setia). Hal. 68

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

2

(pernikahan) merupakan aqad yang mengikat dan perjanjian yang kuat yang

mempunyai batas-batas, syarat-syarat, hak-hak, dan akibat-akibat tertentu.

Di dalam kitab-kitab fikīh, khiṭbah diterjemahkan dengan pernyataan

keinginan untuk menikah terhadap seorang wanita yang telah jelas “izhār al-

rughbat fi al-zāwaj bi imrāātin mu’ayyānat” atau memberitahukan keinginan

untuk menikah kepada walinya. Ada kalanya pernyataan keinginan tersebut

disampaikan dengan bahasa yang jelas dan tegas (sārīh) dan dapat juga

dilakukan dengan sindiran (kīnāyah).2

Peminangan (lamaran) dilakukan sebagai permintaan secara resmi

kepada wanita yang akan dijadikan calon istri atau melalui wali wanita itu.

sesudah itu baru dipertimbangkan apakah lamaran itu dapat diterima atau

tidak. Adakalanya lamaran itu hanya sebagai formalitas saja, sebab

sebelumnya antara pria dan wanita itu sudah saling mengenal atau menjajaki.

Demikian juga, lamaran itu ada kalanya sebagai langkah awal dan

sebelumnya tidak pernah kenal secara dekat, atau hanya kenal melalui teman

atau sanak keluarga.3

Peminangan yang kemudian berlanjut dangan “pertunangan” yang kita

temukan dalam masyarakat saat ini hanyalah merupakan budaya atau tradisi

saja yang intinya adalah khiṭbah itu sendiri, walaupun disertai dengan ritual-

ritual seperti tukar cincin, selamatan.

2 Amiur Nuruddin, dkk., Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan

Hukum Islam Dari Fikih, UU No. 1/1974 Sampai KHI, Ed. Pertama. Cet. Ke-3, (Jakarta: Kencana.

2006), Hal. 82. 3 M. Ali Hasan.Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Ed. I. Cet. 2. (Jakarta:

Prenada Media Group, 2006), Hal. 23

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

3

Atas dasar ini Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya menganjurkan

setiap laki-laki untuk melakukan peminangan. Rasulullah menyatakan:

المرأة وسلم إذا خطب أحدكم قال رسول اللو صلى اللو عليو عن جابر قال ها إلى ما يدعوه إلى نكاح فإن استطاع أبو داود . رواه ها ف لي فعل أن ي نظر من

Dari Jābir, Rosulullah saw bersabda: “Bila seseorang diantara kamu

meminang perempuan dan ia mampu melihatnya yang akan mendorong

untuk menikahnya, maka lakukanlah.”(HR. Abū Dāwud)4

Dalam hal ini terkesan ada anjuran, untuk tidak mengatakan sebuah

perintah (sunnah) dari Rasul untuk melihat wanita yang akan dinikahi

tersebut mengenai apa yang perlu di lihat, diantaranya adalah wajah dan

kedua telapak tangan . Dalam hadis lain Rasulullah juga bersabda:

ال الن عن المغي ان و خط ب ام رأة ف ه ا وس لم ص لى الل و علي و رة بن ش ع : انظ ر الي نكما. رواه احمد بن حنلفانو احرى ان ي ؤدم ب ي

Dari Mugiyrah Ibni Syuʻbah, “sesungguhnya ia pernah meminang

seorang wanita, lalu Nabi SAW bersabda, “Lihatlah dia, karena

sesungguhnya hal itu lebih menjamin untuk melangsungkan hubungan

kamu berdua”. (HR. Ahmad Bin Hanbal)5

Sedangkan di dalam al-qur‟an surat al-baqarah ayat 235 juga

disebutkan:

النسآء أوأكن نتم ف أن فسكم وال جناح عليكم فيما علم اهلل ج عراضتم بو من خط ولوا ق وال معروفا وال ت عزمواع دة أنكم ستذكرون هن ولكن ال ت واعدوىن سراإ آل أن ت

لغ الك تب أجلو واعلمواأن اهلل ي علم ما فى أنفسكم فاحذروه النكاح حتى ي واعلمواأن اهلل غفور حليم

4 Abū Dāwud, as-sunnah, Kitāb an-nikāh, Bāb fiir-rājuli Yanẓura ilal Mar’ata Wahuwa

Yurịdu Tazwịjaha. hadis no.1786. 5 Aḥmad Bin Hanbal, Musnad, Kitāb Awwalul musnad , Bāb. Fanaḍara іlaihā Fāinnahul

ukhra Ayyūdima Bainā Kumā, hadis.1778.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

4

Artinya : Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang perempuan-

perempuan itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan

(keinginanmu) dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu akan

menyebut-nyebut kepada mereka. Tetapi janganlah kamu

membuat perjanjian (untuk menikah) dengan mereka secara

rahasia, kecuali sekedar mengucapkan kata-kata yang baik.

Dan janganlah kamu menetapkan akad nikah, sebelum habis

masa idahnya. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang

ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-NYA. Dan ketahuilah

bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun. (QS.

Baqarah: 235)6

Memang terdapat dalam al-qur‟an dan dalam banyak hadis Nabi yang

membicarakan hal peminangan. Namun tidak ditemukan secara jelas dan

terarah adanya perintah atau larangan melakukan peminangan, sebagaimana

perintah untuk mengadakan perkawinan dengan kalimat yang jelas, baik

dalam al-qur‟an maupun dalam hadis Nabi .

Pernikahan merupakan jalan yang paling bermanfaat dan paling utama

dalam upaya merealisasikan dan menjaga kehormatan, karena dengan

pernikahan inilah seseorang bisa terjaga dirinya dari apa yang diharamkan

Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah saw mendorong untuk mempercepat

nikah. Pernikahan merupakan jalan fitrah yang bisa menuntaskan gejolak

biologis dalam diri manusia. Demi mengangkat cita-cita luhur yang kemudian

dari pertemuan secara syar‟i tersebut sepasang suami istri dapat menghasilkan

keturunan7.

Pada tradisi penyerahan perabot rumah tangga sehari sebelum akad

nikah dilaksanakan yang mana sudah menjadi pembicaraan ketika kedua

6 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemah, (Kudus: Menara Kudus, 2006), hlm 38.

7 Ahmad Junaidi, Pernikahan Hybrid: Studi tentang Komitmen Pernikahan Wong Nasional di

Desa Patokpicis Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2013), hlm. 26.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

5

belah pihak sudah sepakat pada saat peminangan berlangsung maka mengenai

barang bawaan yang akan diserahkan kepada calon mempelai wanita tidak

berpengaruh pada kondisi ekonomi peminangnya, dikarenakan sudah menjadi

tradisi yang melekat di masyarakat Desa Limbangan. Memang pada tradisi ini

banyak memakan biaya, bisa mencapai puluhan juta rupiah dengan

berkembangnya barang-barang perabot rumah tangga yang dikemas secara

modern.

Terkesan ada anjuran untuk melaksanakan tradisi lamaran bagi siapa

saja yang hendak melangsungkan pernikahan, sedangkan tradisi lamaran itu

sendiri membutuhkan kesiapan lahiriyah, dalam artian banyak membutuhkan

biaya seiring dengan berkembangnya zaman.

Sedangkan pada tradisi lamaran itu ada kalanya membawa makanan

seperti jenang, ketan putih dan ketan salak, rengginan yang harus dibawa

sebagai syarat ketika prosesi melamar.

Di masyarakat Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten

Pemalang setelah melakukan peminangan, terdapat tradisi penyerahan

perabot rumah tangga satu hari sebelum akad nikah dilaksanakan yang

diberikan oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita yang

mana masih dalam rangkaian khiṭbah.

Hal ini terjadi apabila calon suami nantinya akan menempati rumah

yang sudah disiapkan oleh pihak calon istri, dengan kata lain calon suami

menyiapkan semua perabot rumah tangga yang diserahkan kepada calon istri

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

6

sehari sebelum akad nikah, sedangkan calon istri hanya menyiapkan rumah

yang berupa gedung belaka, tanpa adanya isi rumah.

Pada penyerahan perabot tersebut berbeda dengan mahar yang akan

diberikan oleh calon suami kepada calon istrinya yang disebutkan dalam akad

pada acara perkawinan yang mengenai besar kecilnya mahar tersebut

disepakati oleh kedua belah pihak.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti akan memberi

judul pada skripsi ini dengan judul: “ IMPLEMENTASI SUNNAH NABI

DALAM TRADISI PEMINANGAN DI DESA LIMBANGAN KEC.

ULUJAMI KAB. PEMALANG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti menentukan

beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Hadis apa yang digunakan oleh masyarakat Desa Limbangan Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang pada tradisi peminangan ?

2. Bagaimana pemahaman dan praktik yang dilakukan oleh masyarakat Desa

Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang pada tradisi

peminangan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin peneliti

capai dalam penelitian ini, adalah:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

7

1. Untuk mengetahui hadis apa saja yang beredar di masyarakat Desa

Limbangan pada tradisi peminangan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman dan praktik yang dilakukan

oleh masyarakat Desa Limbangan pada tradisi peminangan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat secara teoritis maupun

secara praktis.

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dalam penelitian ini mampu memberikan bahan masukan

untuk penelitian selanjutnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini

dan sekaligus dapat mencari serta menemukan solusinya.

b. Diharapkan dalam penelitian ini dapat menambah kajian keilmuan

yang mengulas secara khusus tentang masalah tradisi peminangan.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat yang

berkeinginan untuk melakukan prosesi peminangan sebelum

melaksanakan pernikahan.

b. Diharapkan mampu memberikan khazanah pengetahuan khususnya

bagi peneliti secara pribadi dan masyarakat luas pada umumnya

mengenai nilai-nilai Islam, tradisi dan kebudayaan masyarakat yang

bersangkutan.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

8

E. Tinjauan Pustaka

Dari beberapa tinjauan pustaka yang penulis lakukan, ada beberapa

penelitian seputar khiṭbah (pinangan) yang dilakukan oleh penelitian

sebelumnya, apalagi penelitian Implementasi Sunnah Nabi dalam tradisi

peminangan di Desa Limbangan Kec. Ulujami Kab. Pemalang. Dari hasil

penelusuran, penulis menemukan tema tentang peminangan, diantaranya

skripsi berjudul : Telaah Hadis Tentang Melihat Wanita Sebelum

Mengkhitbahnya (Studi Takhrij Hadis Riwayat Abū Dāwud Tentang

Diperbolehkannya Seorang Laki-Laki Melihat Wanita Sebelum

Mengkhitbahnya). Disusun oleh Muhamad Hafid, Nim: 21208007,

mahasiswa jurusan Syariah STAIN SALATIGA 2013. Dalam penelitiannya,

ia hanya pada keabsahan matan dan sanad serta implikasi hukum hadits.

Adat Peminangan Melalaken Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi

kasus di Kecamatan Simpang Kanan Kab. Aceh Singkil). Disusun oleh

M.Mispan, Nim: 110606980, mahasiswa jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah,

Fakultas Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Skripsi ini

membahas tentang Praktik peminangan adat melalaken dan hukum

melakukan peminangan.

Tradisi Khitbah di Kalangan Masyarakat Betawi Menurut Hukum Islam

(Studi kasus kelurahan Rawajati Kec. Pancoran Jakarta Selatan)”, disusun

oleh Hoirum Kodriasuh, mahasiswa jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah, fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. Skripsi ini

membahas tentang Praktek Khitbah khusus masyarakat Betawi di Desa

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

9

Rawajati. Bahwa ada sebagian praktek budaya meminang yang bertentangan

dengan nilai-nilai ajaran Agama Islam.

Ganti Rugi Pembatalan Khitbah Dalam Tinjauan Sosiologi ( Studi kasus

Masyarakat Desa Pulung Rejo Kec. Rimba Ilir Jambi), Oleh mahasiswa Siti

Nurhayati, Nim: 106043201535, Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum,

Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011, Skripsi

ini membahas tentang Pelaksanaan Khitbah dan faktor-faktor mempengaruhi

terjadinya pembatalan peminangan.

Prosesi Peminangan Menurut Adat Bima Dalam Perspektif Islam (Studi

kasus di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat). Oleh

mahasiswa Toty Citra Warsita, Nim: 106044201478, Jurusan Ahwal Al-

Syakhsiyyah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010, Skripsi ini membahas tentang adat peminangan Bima yang dianggap

menyimpang dari ajaran Islam, karena masyarakatnya masih di pengaruhi

tradisi nenek moyang.

Sejauh ini penulis tidak menemukan penelitian seperti yang di atas,

sehingga penelitian yang berjudul “IMPLEMENTASI SUNNAH NABI

DALAM TRADISI PEMINANGAN DI DESA LIMBANGAN

KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG”.

F. Kerangka Teori

Setiap daerah memiliki tradisi dan kebiasaan yang berbeda-beda salah

satunya dalam hal peminangan (lamaran). Ketika sekelompok orang atau

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

10

individu yang mempunyai kebudayaan dan kemudian tinggal disatu daerah

yang baru, maka akan terjadilah perpaduan kebudayaan atau akulturasi

sebagaimana yang dikemukakan oleh Redfield, Linton dan Herskovits (1936):

yang artinya “Akulturasi dipahami sebagai fenomena yang dihasilkan

sekelompok individu yang mempunyai kebudayaan berbeda datang dan

melakukan hubungan yang selanjutnya mengubah kebudayaan asli atau

kedua kebudayaan tersebut. Jadi akulturasi adalah proses penyebaran

kebudayaan yang bermunculan yang mencolok dan dimodifikasi kebudayaan

yang muncul sebagai akibat kontak yang berlangsung. Karenanya dalam

suatu kajian akulturasi penting artinya mengkaitkan dengan suasana situasi

kelompok pada waktu kontak terjadi.8

Park dan Burgees (1921: 736-737): Menyatakan bahwa asimilasi

merupakan produk akhir yang sempurna dari suatu kontak sosial. Asimilasi

sebagai salah satu bentuk proses-proses sosial, erat kaitanya dengan

pertemuan dua kebudayaan atau lebih. Oleh karenanya seringkali istilah

asimilasi dan akulturasi dipergunakan dalam pengertian yang sama. Sebagai

akibatnya kedua istilah tersebut sering memiliki batasan yang bertumpang

tindih.9

Di masyarakat Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupanten

Pemalang setelah melakukan peminangan, terdapat tradisi penyerahan

8 Poerwanto, Hari, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Cet. I

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000), hlm. 102-104. 9 Poerwanto, Hari, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Cet. I

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000), hlm. 116-117.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

11

perabot rumah tangga satu hari sebelum akad nikah yang diberikan oleh calon

mempelai pria kepada calon mempelai wanita.

Peminangan yang kemudian berlanjut dengan “pertunangan” yang kita

temukan dalam masyarakat saat ini hanyalah merupakan budaya atau tradisi

saja yang intinya adalah khītbah itu sendiri, walaupun disertai dengan ritual-

ritual seperti tukar cincin, membawa seperangkat perabot rumah tangga mulai

dari perabot ruang tamu, kamar tidur, pakaian, peralatan dapur, barang-barang

eletronik seperti; televisi, kulkas, tape, dan lain-lain, hingga pada barang

otomotif seperti; sepeda motor, mobil yang harus diserahkan kepada pihak

istri untuk memenuhi setiap ruangan rumah yang akan ditempati oleh kedua

mempelai nantinya ketika sudah akad nikah diucapkan oleh pihak mempelai

laki-laki.

G. Metode Penelitian

Metode yang di pakai oleh penulis adalah kualitatif. Peneliti

menggunakan metode ini karena untuk menggali data yang bisa di

deskripsikan10

, penulis akan melakukan pencarian informasi yang

berhubungan dengan tradisi peminangan kepada tokoh agama dan tokoh

masyarakat, perangkat Desa bahkan warga masyarakat Desa Limbangan baik

berupa kata-kata, tulisan maupun perbuatan.

10

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Semarang: PT Remaja Rosda Karya,

2007), hlm 3.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

12

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah studi penelitian

lapangan (field research.) Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian ini

di Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Yang

beralamat di Jalan Raya Limbangan 3327132016 Pos Ulujami 52371,

penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari 2016 sampai bulan Oktober

2016. Selama penelitian dilakukan peneliti sengaja datang ke Desa

Limbangan, langsung melibatkan diri untuk mendapat informasi dan

bahan-bahan lainnya agar mudah di dalam melakukan penelitiannya.

2. Objek Penelitian.

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah para pelaku tradisi

peminangan yang dilakukan masyarakat Desa Limbangan, yakni, tokoh

agama dan tokoh masyarakat, perangkat Desa bahkan warga masyarakat

Desa Limbangan karena menurut pengamatan sementara peneliti,

masyarakat Desa Limbangan mempunyai keunikan, keunikan yang peneliti

maksud disini salah satunya penyerahan perabot rumah tangga yang

diserahkan pada satu hari sebelum akad nikah berlangsung pada tradisi

peminangan yang masyarakat Desa Limbangan lakukan selama ini.

3. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber Primer dalam penelitian ini adalah berupa informasi yang

di dapatkan dari tradisi peminangan yang dilakukan masyarakat Desa

Limbangan, yakni, tokoh agama dan tokoh masyarakat, perangkat Desa

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

13

bahkan warga masyarakat Desa Limbangan. Selain itu penulis juga

mengamati sendiri proses pelaksanaan tradisi peminangan yang muncul

di masyarakat Desa Limbangan. Sehingga dapat dijadikan data primer

juga dalam penelitian ini.

b. Sumber data sekunder

Sumber sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

buku-buku perpustakaan yakni Kitab-kitab Hadis yang memuat Hadis-

hadis tentang peminangan, koleksi hadis-hadis hukum, fiqih, asas-asas

hukum Islam, Ritual Tradisi Masyarakat Jawa dan juga karya tulis

lainnya seperti skripsi atau tesis. Peneliti menggunakan data sekunder

tersebut untuk memudahkan dan membantu memahami tema yang

peneliti lakukan sekaligus menguatkan hasil penelitian yang di hasilkan.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara akurat, tentunya data harus

diperoleh secara langsung tanpa perantara, maka metode yang digunakan

dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a) Pengamatan (Observasi)

Observasi sebagai pengumpul data dimaksud observasi yang

dilakukan secara sitematis. Dalam observasi ini penulis mengamati

keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja

untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasinya.11

Dalam hal

ini penulis terjun langsung ke lokasi penelitian, untuk mengobservasi

11

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta 2009), hlm. 144

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

14

tradisi peminangaan masyarakat Desa Limbangan Kecamatan Ulujami

Kabupaten Pemalang.

b) Wawancara (Intervieu)

Yakni pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang

dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan

penelitian.12

Tehnik ini dilakukan setelah tehnik observasi, karena

melalui mendatangi lapangan penelitian baru kita bisa melakukan

tehnik wawancara dengan memberi pertanyaan kepada tokoh agama

dan tokoh masyarakat, perangkat Desa bahkan warga masyarakat Desa

Limbangan.

c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan

dokumentasi dalam arti sempit berarti kumpulan data dalam bentuk

tulisan,13

yaitu berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, bulletin,

agenda dan sebagainya. Data yang di kumpulkan adalah data yang ada

kaitannya dengan data akurat yang dibutuhkan.

Teknik dokumentasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian.

Dokumen merupakan sumber informasi yang berupa foto, dan bahan

12

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid II (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), hlm. 192 13

Koentjoroningrat, Metodologi Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1981),

hlm. 63

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

15

statistik. Secara harfiah dokumen dapat diartikan sebagai catatan

kejadian yang sudah lampau.14

Dalam penelitian ini jenis dokumen yang digunakan adalah

fotografi dan data-data. Adapun alat yang digunakan diantaranya

adalah kamera digital, handphone dan lainnya. Pengambilan gambar

ini digunakan untuk memperoleh gambar pada pelaksanaan tradisi

peminangan yang berlangsung di masyarakat Desa Limbangan.

5. Metode Analisis Data

Dalam prosedur peganalisaan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode Miles dan Hurberman yang terdiri atas empat

tahapan yang harus dilakukan. Tahapan pertama adalah tahap

pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan

ketiga adalah tahap penyajian data, dan tahapan keempat adalah tahap

penarikan kesimpulan.

14

Djam‟an Satori Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,

2014), hlm. 146

Pengumpulan

data

Reduksi data Penyajian

data

Kesimpulan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

16

a. Pengumpulan data

Berisi pengumpulan data berisi tentang serangkaian proses

pengumpulan data yang sudah dimulai ketika awal penelitian, melalui

wawancara awal maupun studi pre-eliminary.

b. Reduksi data

Berisi tentang proses penggabungan dan penyeragaman segala

bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang

akan di analisis.

c. Penyajian data (Display data)

Berisi tentang pengolahan data setengah jadi yang sudah

seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas

kedalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah

dikelompokkan dan dikatagorikan, serta akan memecah tema-tema

tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang

disebut dengan subtema yang diakhiri dengan pemberian kode dari

subtema.

d. Kesimpulan (Verifikasi)

Merupakan tahap terakhir menjurus pada jawaban dari

pertanyaan penelitian yang diajukan dan mengungkap “what” dan

“how” dari temuan penelitian tersebut. Secara esensial berisi tentang

uraian dari seluruh sub kategorisasi tema yang tercantum pada tabel

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

17

kategorisasi dan pengodean yang sudah terselesaikan disertai dengan

quote verbatim wawancaranya.15

H. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini disusun sebuah sistematika penulisan, agar

mudah memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh, maka secara

global dapat ditulis sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN memuat latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,

metodologi penelitian serta sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN UMUM PEMINANGAN PERSPEKTIF HADIS

membahas mengenai Hadis-hadis Mengenai Pinangan yang memuat sifat

wanita yang dianjurkan di pinang, kebolehan melihat pinangan, Larang

meminang pinangan orang lain, meminang dengan sindiran (kepada wanita

yang ber‟iddah karena ditinggal mati suaminya atau yang „iddah thalaq tiga

dan Peminangan Perspektif Ulama Fiqih dan Hadis memuat Arti Peminangan,

Dasar Hukum Peminangan, Hukum Peminangan serta Kode Etik Dalam

Meminang, Syarat-syarat Meminang, Hikmah Disyariatkannya Peminangan.

BAB III : TRADISI PEMINANGAN DI DESA LIMBANGAN

KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG, membahas Profil

Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, Tradisi

Peminangan di Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

15

Herdiansyah Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial

(Jakarta : PT Salemba Humanika), hlm.164-178.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. BAB I.pdf ·  · 2017-02-27Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013), hlm. ... Pada penyerahan

18

BAB IV : ANALISIS TERHADAP IMPLEMENTASI TRADISI

PEMINANGAN DI DESA LIMBANGAN KECAMATAN ULUJAMI

KABUPATEN PEMALANG memuat Tradisi Peminangan di Desa

Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, Dasar-dasar

Pemahaman Peminangan yang beredar di masyarakat Limbangan Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang, Pemahaman Masyarakat terhadap Tradisi

Peminangan di Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

BAB V : PENUTUP memuat Kesimpulan dan Saran.