BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan di Indonesia masih terus terjadi, umumnya isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat menjadi penyebabnya. Demikian pula di area pertambangan blok Bahodopi, besarnya kandungan nikel telah memunculkan perdebatan tentang aturan pengelolaan SDA agar nantinya tidak hanya menguntungkan satu pihak saja. Pemerintah harus memikirkan dampak positif (peningkatan kesejahteraan masyarakat) dan negatif (kerusakan hutan, banjir, polusi udara, konflik pengalihan lahan) yang ditimbulkan aktivitas industri tambang. Kabupaten Morowali khususnya Kecamatan Bahodopi menjadi salah satu tujuan eksplorasi nikel perusahaan asing dan perusahaan lokal. Tercatat 144 izin usaha pertambangan (IUP) di blok Bahodopi, 80 IUP masih dalam tahap eksplorasi sementara 64 IUP sudah beroperasi produksi (Kompas, 19 Mei 2014). Namun di tahun 2013-2014 silam pemerintah setempat mencabut IUP terhadap perusahaan yang dianggap tidak bersikap koperatif terhadap pemerintah, mulai perizinan yang tumpang tindih, kelengkapan berkas, tidak membayar sewa tanah. Pencabutan IUP dilakukan secara bertahap, awal Mei tahun 2014 pemerintah mencabut 35 IUP, Juli 2014 pemerintah kembali mencabut 50 IUP, hingga akhir tahun 2014 PT Bintang Delapan Mineral (BDM) menjadi satu-satunya perusahaan yang tetap beroperasi di Blok Bahodopi. Selain tidak menunjukan sikap koperatif terhadap pemerintah, pencabutan IUP juga didasarkan pada tingginya tingkat konflik dengan masyarakat. Pencabutan tersebut sebagai upaya minimalisasi konflik. Konflik di area pertambangan memang hal lumrah, kesenjangan antara harapan dan kenyataan masyarakat terhadap perusahaan biasanya tidak berjalan searah akhirnya berujung pada protes melalui

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan di Indonesia

masih terus terjadi, umumnya isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat

menjadi penyebabnya. Demikian pula di area pertambangan blok Bahodopi, besarnya

kandungan nikel telah memunculkan perdebatan tentang aturan pengelolaan SDA agar

nantinya tidak hanya menguntungkan satu pihak saja. Pemerintah harus memikirkan

dampak positif (peningkatan kesejahteraan masyarakat) dan negatif (kerusakan hutan,

banjir, polusi udara, konflik pengalihan lahan) yang ditimbulkan aktivitas industri

tambang. Kabupaten Morowali khususnya Kecamatan Bahodopi menjadi salah satu

tujuan eksplorasi nikel perusahaan asing dan perusahaan lokal. Tercatat 144 izin usaha

pertambangan (IUP) di blok Bahodopi, 80 IUP masih dalam tahap eksplorasi sementara

64 IUP sudah beroperasi produksi (Kompas, 19 Mei 2014).

Namun di tahun 2013-2014 silam pemerintah setempat mencabut IUP terhadap

perusahaan yang dianggap tidak bersikap koperatif terhadap pemerintah, mulai

perizinan yang tumpang tindih, kelengkapan berkas, tidak membayar sewa tanah.

Pencabutan IUP dilakukan secara bertahap, awal Mei tahun 2014 pemerintah

mencabut 35 IUP, Juli 2014 pemerintah kembali mencabut 50 IUP, hingga akhir tahun

2014 PT Bintang Delapan Mineral (BDM) menjadi satu-satunya perusahaan yang tetap

beroperasi di Blok Bahodopi.

Selain tidak menunjukan sikap koperatif terhadap pemerintah, pencabutan IUP

juga didasarkan pada tingginya tingkat konflik dengan masyarakat. Pencabutan

tersebut sebagai upaya minimalisasi konflik. Konflik di area pertambangan memang

hal lumrah, kesenjangan antara harapan dan kenyataan masyarakat terhadap

perusahaan biasanya tidak berjalan searah akhirnya berujung pada protes melalui

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

2

demonstrasi, perusakan sarana dan prasarana perusahaan, serta boikot aktivitas

perusahaan.

PT BDM sebagai satu-satunya perusahaan yang beroperasi di blok Bahodopi

juga tidak luput dari konflik. Misalnya pada tahun 2010 masyarakat berdemonstrasi di

depan kantor PT BDM meminta pertanggung jawaban perusahaan atas kerusakan lahan

pertanian kakao, palawija dan tanaman lainnya disebabkan aktivitas pertambangan.

Selanjutnya tahun 2012 masyarakat merusak infrastruktur perusahaan, aksi tersebut

dipicu oleh tuntutan masyarakat atas realisasi janji PT BDM untuk mencairkan dana

sebesar RP 5.000,00 permetrik ton ore nikel.

Selain menimbulkan dampak negatif misalnya polusi udara akibat aktivitas

perusahaan, kerusakan hutan, konflik pengalihan lahan, sering terjadi bencana alam,

kehadiran PT BDM di blok Bahodopi juga memberikan dampak positif antara lain

terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, terlebih lagi dalam rekrutmen

karyawan, PT BDM memprioritaskan penduduk asli Kecamatan Bahodopi. Hal ini

secara tidak langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Terlepas dari dampak

negatif dan positif PT BDM, saat ini kondisi di area pertambangan antara perusahaan

dan masyarakat sudah mulai kondusif. Namun kondusifnya hubungan bukan

merupakan jaminan bagi PT BDM untuk dapat bertahan di blok Bahodopi secara

jangka panjang, sewaktu-waktu konflik dapat kembali terjadi jika masyarakat merasa

bahwa keberadaan PT BDM tidak lagi memberikan dampak positif dan pencabutan

IUP tidak dapat ditawar-tawar. Beberapa contoh perusahaan yang telah lama

beroperasi di blok Bahodopi ditutup karena dinilai hanya menguntungkan sepihak saja

Misalnya PT Vale, PT Rio Tinto dll. Bercermin dari kejadian-kejadian tersebut PT

BDM sebagai perusahaan baru, seharusnya dapat mengambil pelajaran agar tidak

mengalami kejadian serupa.

Hubungan baik antara PT BDM dan masyarakat merupakan salah satu modal

untuk keberlangsungan aktivitas perusahaan hubungan baik tercipta atas komitmen

dari perusahaan, hubungan baik tetap dikelola sebagai upaya pertahanan jangka

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

3

panjang. Namun proses pengelolaan hubungan baik bukanlah hal mudah, perusahaan

harus benar-benar menunjukan iktikad baik yang disertai dengan bukti-bukti autentik

bahwa keberadaan perusahaan akan memberikan dampak positif bagi pemerintah,

masyarakat, dan lingkungan sekitar. Hubungan baik dengan orang-orang yang

mempunyai pengaruh dan dipengaruhi aktivitas perusahaan merupakan salah satu cara

agar perusahaan dapat bertahan jangka panjang. Sebagai perwakilan masyarakat,

stakeholder dianggap sebagai wujud representatif masyarakat sekitar, dengan kata lain

suara masyarakat adalah suara stakeholder.

Upaya menjalin hubungan dengan stakeholder untuk keberlangsungan aktivitas

perusahaan juga telah mendapat dukungan dari dunia akademisi, seperti ungkapan Ken

& Taylor (dalam Zhu, 2014) stabilitas aktivitas jangka panjang perusahaan dapat

dipertahankan melalui upaya memaksimalkan kesempatan sebaik mungkin dalam

membina ataupun memperluas hubungan dengan stakeholder. Pernyataan tersebut

menyiratkan bahwa stakeholder adalah salah satu kunci terhadap eksistensi

perusahaan.

Stakeholder sebagai pihak yang mempunyai pengaruh dan dipengaruhi

memberikan kekuatan tersendiri bagi perusahaan, sehingga perusahaan khususnya PT

BDM harus jeli mengidentifikasi siapa saja stakeholder yang berpotensi besar dalam

proses pengaruh di masyarakat. Kesalahan dalam pemetaan stakeholder berdampak

pada keberlangsungan perusahaan, sehingga salah satu tugas seorang public relations

PT BDM yakni mengelola hubungan baik dengan stakeholder mulai dari proses

pemetaan hingga langkah-langkah pengelolaan hubungan tersebut. Mengelola

hubungan dimaknai sebagai manajemen hubungan sebagai bagian dari praktek PR

dengan stakeholder yang diimplementasikan melalui model komunikasi.

PR atau disebut Divisi Humas-Comdev PT BDM jika diamati lebih jauh

sebenarnya telah menerapkan atau mengimplementasikan model komunikasi dalam

proses prakteknya, melalui komunikasi dua arah antara pihak humas-comdev dan

stakeholder dalam menyelesaikan masalah atau tuntutan stakeholder. Misalnya

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

4

pertemuan perwakilan perusahaan dengan mahasiswa asal Bahodopi untuk

menjelaskan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan serta isu pengangkatan

karyawan, seperti penuturan Kadiv Humas-Comdev PT BDM Bapak Maman Resman

yang mengungkapkan bahwa (wawancara dengan Maman Resman 26 April-2015)

dalam pertemuan tersebut pihak perusahaan yang diwakili oleh Humas perusahaan

menjelaskan dengan rinci tentang isu-isu tersebut. Selain itu pemberitaan melalui

media cetak juga menjadi pilihan bagi pihak perusahaan guna untuk mengantisipasi

serangan-serangan minoritas yang dapat merusakan citra perusahaan karena tidak

dapat dipungkiri isu tambang merupakan isu menarik sehingga memungkinkan banyak

pihak terlibat atau ikut memantau aktivitas perusahaan.

Umumnya stakeholder PT BDM dapat dipetakan melalui external (masyarakat,

lembaga swadaya masyarakat, media, pemerintah, Bank, konsumen) dan internal

(pihak manajemen, investor, karyawan dan keluarganya). Namun untuk efektivitas

pengelolaan hubungan baik pihak PT BDM atau PR lebih selektif melihat besarnya

pengaruh stakeholder tersebut karena dari banyaknya pengakuan pihak-pihak yang

merasa dipengaruhi atas aktivitas perusahaan karena upaya perusahaan akan sia-sia jika

dalam porses identifkasi tidak dilakukan secara serius, selain itu penggunaan strategi

untuk menghadapi tiap stakeholder juga akan berbeda tergantung dengan kekuatan

ataupun besarnya pengaruh stakeholder tersebut.

Mengacu pada penggambaran di atas, maka perusahaan dituntut untuk

memanajemen hubungan dengan stakeholder yakni mengelola hubungan antara

perusahaan dengan pemerintah sebagai pemegang kuasa untuk mencabut izin

operasional perusahaan, selain itu pengelolaan komunikasi perusahaan dengan

lingkungan sekitar (masyarakat dll). Maka untuk menganalisis bagaimana praktek

Humas-Comdev PT BDM, kasus pencabutan izin besar-besar oleh pemerintah yang

terjadi di blok Bahodopi merupakan pintu masuk peneliti untuk mengetahui praktek

mereka karena PT BDM dianggap berhasil menjadi satu-satunya perusahaan yang

bertahan dari pencabutan IUP oleh pemerintah daerah.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana praktek public relations PT Bintang Delapan Mineral

dalam mengelola hubungan baik dengan stakeholder di tahun 2013-2014?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalis praktek public relations PT Bintang Delapan Mineral dalam mengelola

hubungan dengan stakeholder tahun 2013-2014.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Akademis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan di bidang Ilmu

Komunikasi Khususnya pada bidang public relations dalam mengelola

hubungan dengan stakeholder.

2. Manfaat Praktis

Sedangkan manfaat praktis diharapkan dapat mengembangkan model strategi

dalam mengelola hubungan dengan stakeholder agar menciptakan hubungan

yang harmonis dalam jangka waktu yang panjang bagi praktisi public relations

khususnya perusahaan yang bergerak di industri pertambangan.

E. Kerangka pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan acuan peneliti untuk menjelaskan penggunaan

teori-teori dalam menganalisis rumusan masalah, agar elemen-elemen dalam penelitian

ini menjadi jelas dan terukur. Adapun kerangka pemikiran yang penulis gunakan

adalah (1) public relations sebagai manajemen hubungan (2) teori stakeholder (3)

praktek public relations dalam mengelola hubungan dengan stakeholder.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

6

1. Public Relations Sebagai Manajemen Hubungan

Keberadaan sebuah perusahaan ataupun organisasi sangat dipengaruhi oleh

interaksi pihak-pihak dalam satu lingkungan tersebut, agar hubungan terjalin dengan

baik perusahaan harus menempatkan strategi membangun ataupun mempertahankan

hubungan pada proritas utama. Untuk mengelola hubungan biasanya perusahaan

menggunakan jasa public relations (PR). Seperti ungkapan Grunig (2001) nilai seorang

PR bergantung pada hubungan yang dibangun dengan stakeholder dan bagaimana

mempertahankannya, PR sebagai kepanjangan tangan dari perusahaan merupakan

aktor utama dalam mengelola hubungan perusahaan dan stakeholder. Umumnya setiap

perusahaan baik profit maupun tidak, telah menggunakan jasa PR sebagai jembatan

antara perusahaan dan lingkungan. Hal ini juga berlaku pada PT BDM, pihak

perusahaan menggunakan jasa PR yang tergabung dalam divisi administrasi dan

external relations. Ungkapan PR yang disebutkan Grunig yakni membangun dan

mempertahankan hubungan, dalam praktek Humas-Comdev PT BDM sudah sampai

pada tahap mempertahankan hubungan dengan stakeholder baik itu hubungan dengan

stakeholder internal maupun external.

Seperti halnya Grunig, Cutlip dkk (2011:6) juga memberikan argumen yang

sama terkait fungsi PR dalam perusahaan yakni merupakan fungsi manajemen yang

membangun dan mempertahankan hubungan antara perusahaan dan lingkungan agar

tetap harmonis dan bermanfaat untuk mencapai tujuan perusahaan. Memang banyak

definisi tentang PR, seperti namanya PR mengimplikasikan usaha untuk membangun

hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik-publiknya (Putra, 1999:2).

Dapat ditarik satu kesimpulan bahwa eksistensi perusahaan dalam satu lingkungan

sangat dipengaruhi oleh praktek PR dalam mengelola hubungan dengan pihak-pihak

berkepentingan hingga menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan.

Kesuksesan Humas-Comdev PT BDM dalam mengelola hubungan dengan lingkungan

adalah lolosnya PT BDM dari pencabutan IUP semua perusahaan pertambangan di

blok Bahadopi, hal ini menegaskan Humas-Comdev PT BDM mampu meyakinkan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

7

masyarakat terlebih pemerintah bahwa kehadiran mereka dapat memberikan dampak

positif bagi daerah tersebut.

Jika ditilik dari perpesktif “Relational” merujuk pada ungkapan Center dan

Jackson (Leddingham, 2003) PR sebagai organisasi public relationships (OPR)

menjadi penyeimbang antara kepentingan organisasi dan kepentingan publik. Menjadi

penyeimbang kepentingan menurut Ledingham dan Bruning (Ledingham, 2003)

melihat keadaan yang terjadi antara organisasi perusahaan dan publik adalah kunci

dalam mengambil tindakan yang berdampak pada kondisi ekonomi, sosial, budaya

ataupun politik dari masing-masing pihak. Seorang PR harus dapat bersikap simetris

antara perusahaan dan stakeholder tanpa mengabaikan nilai-nilai perusahaan.

Dalam hal ini PR sebagai manajemen relasi tentunya didasarkan pada proses

membangun dan mempertahankan hubungan dengan publiknya, seperti ungkapan

Ledingham (Kriyantono, 2014) bahwasanya fokus utama dari PR adalah membangun

hubungan jangka panjang, hal tersebut dapat terjadi jika upaya atau adanya tindakan

yang saling menguntungkan antara pihak perusahaan dan publiknya, terlebih lagi

dalam industri pertambangan. Hubungan baik merupakan kunci utama untuk

keberlangsungan perusahaan, sehingga menjadi tugas bagi PR untuk mewujudkan hal

tersebut. Sebagai contoh konflik perusahaan pertambangan di Blok Bahodopi

merupakan jawaban atas buruknya hubungan perusahaan dan lingkungannya, misalnya

pencabutan IUP beberapa perusahaan di area pertambangan blok Bahodopi. Kasus

pencabutan IUP terebut menggambarkan bahwa PR perusahaan gagal menjembatani

antara keinginan perusahaan dan stakeholder.

2. Teori Stakeholder

Sejak akhir tahun 1990-an penelitian public relations terhadap stakeholder

ataupun prioritas publik untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan

semakin meningkat (Jahansoozi, 2007:398). Mengacu pada ungkapan Post dkk (Ni,

2006) hal ini dikarenakan bahwa efektivitas organisasi atau perusahaan didasarkan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

8

pada pandangan stakeholder terhadap perusahaan ataupun besarnya hubungan dengan

stakeholdernya. Smude & Coutright (2011) menyatakan bahwa dasar dari teori

stakeholder adalah memfokuskan pada hubungan antara bisnis dan grup ataupun

individual yang dipengaruhi atau mempengaruhi aktivitas perusahaan. Karena tidak

dapat dipungkiri kelancaran aktivitas PT BDM sangat dipengaruhi atas jalinan

hubungan baik, manifesto dari penerapan hubungan stakeholder yakni agar PT BDM

dapat bertahan dari gangguan lingkungan sekitar.

Stakeholder atau pihak berkepentingan pertama kali didefinisikan oleh

Freeman (Rawlins, 2006: 2) “sebagai any group or individual who is affected by or can

affect the achievement of an organization’s objectives” yang menjadi pihak

berkepentingan dalam sebuah perusahaan adalah siapa saja, baik itu individu atau grup

mempunyai potensi untuk dipengaruhi atau mempengaruhi dalam aktivitas perusahaan.

Bagi PT BDM yang bergerak di Industri pertambangan, proses identifkasi atau

pemetaan stakeholder merupakan persoalan kompleks. Hal ini disebabkan tingginya

tingkat keterlibatan aktor-aktor yang merasa terlibat dalam aktivitas perusahaan,

seperti yang telah dikemukan di latar belakang dan melihat dampak-dampak maka

pihak-pihak terkait dengan PT BDM dapat diidentifikasikan menjadi Pemerintah,

komunitas, Lembaga Swadaya Masyarakat, Media, investor, konsumen dll.

Banyaknya Stakeholder PT BDM sehingga perlu memetakan stakeholder guna

memudahkan perusahaan dalam prioritas stakeholder. Mitchell dkk (1997)

mengelompokan berdasarkan power, legitimacy dan urgency.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

9

Gambar 1 dalam aktivitas pertambangan khsusunya PT BDM memberikan

penjelasan bahwa semakin banyak atribut yang dimiliki oleh stakeholder maka

semakin besar pula kemampuan untuk mempengaruhi. Sehingga jelas acuan bagi PT

BDM untuk menempatkan siapa stakeholder pada posisi prioritas utama. Penjelasan

mengenai tiga atribut tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Power, esensi Power adalah kemampuan stakeholder dalam pencapaian

keinginan atau kepentingan mereka, mengacu ungkapan Weber (Mitchell dkk.,

1997) bahwa probabilitas aktor dalam hubungan sosial mempunyai posisi untuk

melaksanakan kehendaknya meskipun mengalami perlawanan dari berbagai

pihak. Merujuk pada ungkapan Etzioni (dalam Mitchell dkk., 1997) bahwa

kekuatan Untuk mempengaruhi berbagai pihak dalam membuat keputusan

dapat dikategorikan berdasarkan coercive power (kekuatan Fisik) misalnya

dalam bentuk pengancaman atau penekananan, kedua adalah power atas

finansial (utilitarian Power), dan sumber simbolik (Normative power).

b. Legitimacy menurut Clarkson (dalam Mitchel dkk., 1997) ini ditentukan pada

pihak-pihak yang memiliki kewenangan dalam memberikan legalitas ataupun

klaim yang dapat mempengaruhi perilaku organisasi, visi-misi organisasi,

proses serta hasil yang didapatkan ataupun nilai dari organisasi.

legitimacy

Dormant

urgency

power

Devinitive

Dependent Demanding Distrectionary

Dangerous Dominant

Gambar.1 Atribut stakeholder (Mitchel dkk,. 1997)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

10

c. Urgency merupakan stakeholder yang mempunyai klaim terhadap perusahaan,

perusahaan akan menentukan tingkat urgensitas klaim yang harus dipenuhi

terlebih dulu.

Merujuk pada penjelasan tiga atribut diatas, maka prioritas stakeholder dapat

digambarkan menjadi tiga tingkat model pengaruh stakeholder yaitu tinggi, sedang

dan rendah seperti pada gambar dibawah ini:

Tiga atribut pada gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut (Mitchel dkk.,

1997):

1. Latent Stakehoder

Latent stakeholder merupakan stakeholder yang mempunyai kedudukan

rendah atau lemahnya pengaruh terhadap perusahaan (Rawlins, 2006:6)

umumnya stakeholder ini hanya memiliki satu atribut saja. Jika melihat pada

gambar 2 latent stakeholder dikelompokan menjadi pertama dormant

stakeholder. Adanya power namun tidak dibarengi oleh legitimasi serta

urgensitas klaim, sehingga kelompok ini bukan merupakan ancaman bagi

Definitive stakeholder

Power

Legitimacy

Urgency

Dangerous stakeholder

Power

Urgency

Dependent stakeholder

Legitimacy

Urgency

Dominant stakeholder

Legitimacy

Power

Demanding stakeholder

Urgency

Dormant stakeholder

Power

Distrectionary stakeholder

Legitimacy

Level 3: stakeholder prioritas utama

Level 2: stakeholder prioritas menengah

Leve1 3: stakeholder prioritas rendah

Gambar 2 Model Prioritas stakeholder Mithcel dkk (Friedman & Milles, 2006)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

11

keberlangsungan perusahaan. Selanjutnya adalah distrectionary stakeholder

adanya legitimasi tapi tidak memiliki urgensi ataupun power menjadikan

kelompok ini dalam memenuhi keinginan atau kepentingan mereka bergantung

pada iktikad baik perusahaan. Ketiga adalah demanding stakeholder, tingginya

tingkat urgensitas kelompok ini bukanlah ancaman serius bagi perusahaan,

karena kelompok ini tidak mempunyai power serta legitimasi. Kelompok ini

hanya dapat mengganggu namun tidak membahayakan.

2. Experctant Stakehoder

Memiliki posisi ganda dalam atribut stakeholder memberikan nilai tawar

tersendiri bagi kelompok ini. Dominant stakeholder kelompok ini mempunyai

kekuatan dan legitimasi sehingga pengaruh mereka cukup diperhitungkan,

umumnya kelompok ini membentuk koalisi dominan. Selanjutnya dependent

stakeholder kelompok ini memiliki legitimasi dan urgensi namun tidak memiliki

power. Untuk memenuhi kepentingannya kelompok ini membutuhkan advokasi

ataupun pemerintah. Keenam dangerous stakeholder mempunyai power dan

urgensi namun tidak adanya legitimasi, kelompok ini perlu diwaspadai karena

kadang kala mereka menggunakan teror untuk mendapatkan legitimasi.

3. Definitive Stakehoder

Kelompok terakhir adalah Definitive Stakehoder yaitu kelompok yang

mempunyai tiga atribut yaitu power, legitimasi dan urgensi. Semua stakeholder

berpotensi untuk menjadi definitif ketika mempunyai 3 atribut. Misalnya

pemerintah akan menjadi stakeholder definitif pada saat meningkatnya urgensitas

klaim mereka.

3. Praktek Public Relations dalam Mengelola Hubungan Baik dengan

Stakeholder

Toth (dalam Yilmaz & Gunel, 2009) mengungkapkan bahwa konsep sentral PR

dalam menjalin hubungan masih terfokus pada komunikasi. Artinya bahwa komunikasi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

12

masih menjadi pendekatan utama dalam membangun atau mempertahankan hubungan

dengan pihak-pihak berkepentingan. Hal ini semakin diperkuat oleh ungkapan

beberapa akademisi bahwa cara untuk mempertahankan hubungan stakeholder adalah

dengan berkomunikasi. Misalnya melakukan lobby, dialog ataupun negosiasi dapat

mempengaruhi dan merubah persepsi seseorang terhadap satu keadaan (Berg, 2009;

Smude & Coutright, 2011). Komunikasi merupakan langkah tepat untuk

menumbuhkan kepercayaan antara PT BDM dengan lingkungan yang dibuktikan

dengan komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi-kontribusi bagi

masyarakat. Artinya dalam penelitian ini manajemen hubungan merupakan proses

pengelolaan relasi antara stakeholder dan perusahaan melalui model komunikasi yang

diimplementasikan pada praktek PR sebuah perusahaan.

Grunig dkk (dalam Shen & Kim, 2012) mengemukan empat dimensi

komunikasi yang mempengaruhi praktek PR. Dimensi tersebut pertama adalah arah

komunikasi one-way VS two way yaitu menjelaskan proses penyebaran informasi

bersifat satu arah atau dua arah. Satu arah atau dua arah ditandai dari feed back

perusahaan terhadap opini masyarakatnya, umumnya satu arah digunakan untuk

penyebaran informasi perusahaan terhadap stakeholder sedangkan dua arah

diwujudkan melalui dialog dalam pertukaran informasi

Dimensi kedua asymmetrical dan symmetrical melihat keseimbangan

organisasi terhadap publiknya yang ditandai dengan perilaku advokasi atau kolaborasi.

Menurut Grunig & Hunt (dalam Fawkes, 2004:11) bersifat a symmetrical jika

komunikasi yang dilakukan masih ditentukan oleh pihak perusahaan walaupun

komunikasi ini sudah menerapkan proses dua arah, lebih jauh Dickerson (2012)

menyatakan dalam proses asymmetrical perusahaan melakukan komunikasi persuasif,

manipulasi serta dominasi sebagai tindakan untuk menguasai publiknya. Selanjutnya

symmetrical merupakan model yang lebih menekankan pada proses komunikasi dua

arah serta win-win solution, keterbukaan lebih mengedapankan dialog untuk mencapai

saling pengertian antara organisasi dan stakeholder.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

13

Dimensi ketiga adalah interpersonal & mediated dimensi menggambarkan

penggunaan saluran praktisi PR baik saluran secara langsung ataupun tidak langsung,

misalnya komunikasi satu arah melalui media massa (koran, televisi, radio, majalah

khusus perusahaan) atau komunikasi dua arah melalui tatap muka anggota atau PR

perusahaan dengan masyarakatnya (Huang: 2004). Keempat adalah ethical yaitu

menjelaskan faktor keetisan dari aktivitas PR. Selain itu terdapat dua faktor untuk

menunjang proses komunikasi perusahaan yakni aktivitas sosial dan budaya

masyarakatnya.

Aktivitas sosial dikonseptualiasasikan sebagai hal-hal sosial yang dilakukan

oleh perusahaan untuk menjalin relasi dengan stakeholder (Huang; 2004), sama halnya

dengan komunikasi yang dilakukan secara interpersonal yakni secara tatap muka

namun lebih berorientasi pada aksi yang dilakukan oleh perusahaan, yakni misalnya

melakukan gathering, memenuhi undangan serta pemberian hadiah. Kegiatan-kegiatan

sosial tersebut ditujukan untuk mengeratkan relasi dengan stakeholder. Selanjutnya

faktor yang tidak kalah pentingnya adalah budaya masyarakat setempat, dalam

prakteknya seorang PR dituntut untuk memahami kebudayaan atau tipologi masyarakat

daerah operasional perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan Yudarwati (2008)

bahwa dimensi budaya yang mempengaruhi masyarakat Indonesia yakni dimensi

power distance (Jarak kekuasaan) dan budaya kolektif masyarakatnya. Jarak kekuasaan

yang dimiliki baik dari dilihat dari sistem sosial, politik dll, model ini disebut dengan

personal influence, bahwa perusahaan menggunakan satu individu yang mempunyai

kredibilitas yang baik dimasyarakat dengan tujuan untuk untuk mengelola hubungan

baik agar tercapainya tujuan perusahaan.

Implementasi model PR yang merujuk pada dimensi komunikasi jika benar-

benar diterapkan oleh perusahaan akan menghasilkan hubungan baik jangka panjang.

Sebenarnya secara sadar atau tidak sadar mungkin saja dalam praktek PR

menggunakan beberepa elemen dari dimensi komunikasi diatas tergantung pada

situasi, kondisi serta individu-individu yang dihadapi perusahaan di lapangan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

14

4. Konsep Penelitian dan Operasionalisasi

Manajemen hubungan stakeholder adalah upaya perusahaan untuk mengelola

hubungan baik dengan stakeholder, sebagai perwakilan masyarakat stakeholder

dianggap wujud representatif masyarakat sekitar perusahaan. Hubungan baik mutlak

dimiliki tiap perusahaan, terlebih lagi pada industri pertambangan yang sangat rawan

atas aksi protes dari berbagai pihak. Tingginya tuntutan masyarakat atas aktivitas

perusahaan di area pertambangan sebenarnya merupakan tekanan bagi pihak

perusahaan, hal ini disebabkan jika perusahaan tidak memenuhi kebutuhan masyarakat

maka perusahaan dianggap tidak bertanggung jawab terhadap lingkungannya, namun

di sisi lain besarnya kontribusi yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat

tidak menjamin perusahaan tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang,

sehingga satu-satunya upaya adalah mengelola hubungan baik dengan stakeholder.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk mengetahui

besarnya pengaruh stakeholder di masyarakat, perusahaan dapat memetakan mereka

atas atribut power, legitimacy dan urgency, dari tiga atribut akan teridentifikasi

stakeholder yang memiliki satu atau lebih atribut. Umumnya stakeholder perusahaan

tambang meliputi stakeholder internal dan external. Internal meliputi karyawan,

keluarga karyawan, pihak manajemen (CEO, direksi, manajer dan stockholders)

sedangkan pihak external yaitu komunitas, pemerintah, media, lembaga swadaya

masyarakat (LSM). Namun, jika mengacu pada identifikasi stakeholder berdasrkan

atribut, maka yang harus di waspadai adalah stakeholder yang memiliki tiga atribut.

Penggunaan dimensi komunikasi dalam penelitian ini sebagai acuan untuk

menganalisis praktek PR PT BDM dalam mengelola hubungan baik agar bertahan

jangka panjang yang kemudian di kolaborasikan dengan teori stakeholder yakni fokus

pada beberapa individu-individu yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan

sekitar. Esensi dari dimensi komunikasi dan teori stakeholder saling berhubungan, jika

teori stakeholder menekankan pada faktor satu pengaruh individu dimasyarakat maka

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

15

dimensi komunikasi sebagai sebagai panduan komunikasi serta upaya yang dilakukan

perusahaan dengan individu tersebut.

Tahap awal dalam penelitian ini adalah memetakan stakeholder berdasarkan

atribut kekuatan (Power), legitimasi dan kepentingan. Selanjutnya menganalisis

implemtasi praktek PR PT BDM dalam mengelola hubungan baik melalui model

komunikasi, baik arah komunikasi, keseimbangan komunikasi, media komunikasi

(media massa dll) dan media interpersonal disamping itu tetap melakukan pengamatan

faktor-gaktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan tujuan yakni aktivitas sosial dan

budaya masyarakat. Untuk lebih jelasnya, arah penelitian dijelaskan melalui

operasionalisasi konsep.

Tabel: 1.1. Operasionalisasi Konsep Penelitian

Konsep Penjelasan

Konsep

stakeholder

Arah

komunikasi

Keseimbangan

komunikasi

Konsep stakeholder merupakan proses identifikasi aktor-aktor

yang mempunyai pengaruh dan dipengaruhi atas aktivitas

perusahaan, dalam hal ini identifikasi stakeholder berdasarkan

atribut yang mereka miliki. Atribut pertama adalah power,

perusahaan akan mengidentifikasi siapa saja aktor-aktor yang

mempunyai kekuatan (Power) baik power simbolik, fisik dan

coercive. Kedua identifikasi stakeholder menurut legitimasi

hubungan dengan perusahaan, legitimasi tersebut baik legal

maupun moral, ketiga kepentingan (urgency) yang dimiliki oleh

masyarakat. Semakin banyak atribut yang dimiliki oleh

stakeholder maka semakin tinggi pula pengaruh mereka terhadap

perusahaan

Konsep ini menjelaskan perilaku komunikasi perusahaan terhadap

stakeholder, melalui arah komunikasi ini secara tidak langsung

akan mengetahui perilaku PT BDM dalam berkomunikasi apakah

masih bersifat satu arah atau dua arah dalam penyebaran informasi

Konsep ini meliputi seimbang atau tidak nya perusahaan dan

stakeholdernya. Posisi seimbang disebut symmetrical, posisi ini

bertujuan untuk memberikan saling pengertian. Misalnya PT BDM

melakukan dialog, lobby kepada stakeholder, memberikan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

16

Saluran

Komunikasi

kemudahan akses informasi, menyeimbangakan antar kepentingan

dan keinginan perusahaan dan stakeholder, menerapkan win-win

solution. sedangkan posisi tidak seimbang disebut asyymentrical,

posisi ini merupakan komunikasi strategis yang bersifat persuasif

atau dominasi perusahaan terhadap stakeholder, PT BDM

menerapkan strategi win lose, tertutupnya akses infromasi

perusahaan.

Konsep ini mencangkup saluran-saluran yang digunakan

perusahaan untuk berkomunikasi dengan stakeholder, baik saluran

melalui media atau interpersonal yakni mengutus salah satu

individu yang mempunyai kompetensi komunikasi yang mumpuni

melakukan pendekatan antar pribadi serta didukung oleh upaya

pengamatan aktivitas sosial dan budaya

Mengacu pada penjelasan serta gambaran operasionalisasi konsep di atas dapat

dimaknai bahwa penelitian ini melihat manajemen hubungan sebagai bagian dari

praktek PR dalam mengelola hubungan baik dengan stakeholder internal dan external

yang di wujudkan melalui model komunikasi. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa model komunikasi telah melahirkan praktek-prakter PR yang

banyak diimplementasikan oleh PR di seluruh dunia.

Terkait praktek PR melalui model komunikasi idealnya komunikasi yang

dilakukan oleh PR dalam mengelola hubungan tersebut bersifat two way symmetrical

karena didasarkan pada keinginan untuk saling menguntungkan, namun tidak dapat

dipungkiri praktek PR belum sepenuhnya mengarah pada komunikasi dua arah yang

bersifat simetris, terlebih lagi menghadapi beragam stakeholder dengan posisi atau

pengaruh yang berbeda terhadap perusahaan, perbedaan tersebut yang akhirnya

melahirkan penanganan yang berbeda terhadap masing-masing stakeholder.

Dalam penelitian ini penulis menggambarkan satu pola yang didasarkan pada teori

yang digunakan dan nantinya penulis akan mencocokan dengan hasil penelitian, yakni

satu pola untuk menjelaskan praktek Humas-Comdev PT BDM untuk mengelola

hubungan dengan stakeholder berdasarkan atribut kepemilikan stakeholder dan model

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

17

komunikasi. Pada pola ini dijelaskan perbedaan dalam menangani stakeholder

berdasarkan pada jumlah kepemilikan atribut kepemilikan stakeholder.

Tabel.1.2. Pola Praktek Humas-Comdev PT BDM terhadap Stakeholder

Model Atribut Stakeholder

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

18

F. Metodologi Penelitian

Metodologi merupakan cara atau teknik yang digunakan peneliti untuk

membedah penelitian atau membantu menjawab masalah yang ada. Melalui

metodologi akan dijelaskan prosedur dalam melakukan penelitian ini. Diawali dengan

menjelaskan jenis penelitian, kemudian metode yang digunakan, pemaparan lokasi

penelitian, hingga tata cara pengumpulan data dan berakhir pada analisis data.

Penelitian ini diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya, yakni melalui praktek Humas-Comdev PT BDM peneliti dapat

mengetahui penyebab lolosnya PT BDM dari pencabutan IUP tersebut.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, Penggunaan

metode ini didasarkan pada pemikiran induktif (Bungin, 2012) yang mencangkup pada

pendekatan naturalistik terhadap subjek kajian untuk menginterpetasikan fenomena

yang ada (Denzien & Linclon, 2009). Terkait pada fokus penelitian ini yakni

menganalisis praktek Humas-Comdev PT DBM, kualitatif akan sangat membantu

peneliti menafsirkan fenomena yang terjadi di wilayah operasi PT BDM khususnya

pada praktek PR melalui identifikasi stakeholder dan penerapan model komunikasi

dalam mengelola hubungan baik perusahaan dengan stakeholdernya.

2. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Mengacu pada

ungkapan Stake (dalam Denzin & Linclon, 2009: 300) bahwa studi kasus berarti

mengkaji kasus sekaligus hasil dari proses kajian tersebut, sehingga melalui studi kasus

penelitian ini diharapkan mendapatkan daya yang lebih dalam dan spesifik dalam

mengkaji praktik public relations di industri pertambangan untuk mengelola hubungan

baik perusahaan dan stakeholdernya. Merujuk pada ungkapan Yin (2003) bahwa studi

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

19

kasus tepat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian bagaimana dan mengapa,

selain itu Rianto (dalam Narendra, 2003) mengungkapkan bahwa esensi dari studi

kasus sendiri yakni terdapat kasus yang dibatasi oleh waktu atau aktivitas yang

mempunyai keunikan untuk diteliti, maka selama peneliti membahas satu kasus berarti

selama itu pula peneliti melakukan studi kasus (Denzin & Linclon, 2009).

Beberapa pemaparan di ataslah yang menjadi dasar peneliti untuk

menggunakan studi kasus dalam peneltian ini, terlihat jelas di rumusan masalah

berkenaan dengan “bagaimana”. Selain itu fokus masalah pada penelitian ini adalah

mencoba untuk mengeskplorasi upaya-upaya PT BDM mengelola hubungan baik

dengan stakeholder, melalui kasus pencabutan izin usaha pertambangan (IUP) besar-

besaran tahun 2014 silam. Kasus tersebut menjadi pintu masuk untuk melihat

bagaimana praktek PR atau Humas-Comdev PT BDM dalam mengelola hubungan

dengan stakeholder sehingga lolos dari pencabutan IUP. Karena penulis menganggap

PT BDM berhasil menjalin hubungan dengan berbagai stakeholder di area

pertambangan yang dibuktikan sebagai-satunya perusahaan yang hingga saat ini masih

beraktivitas, hal tersebut tentunya menarik untuk dieksplor lebih dalam agar

menemukan praktek PR yang ideal pada industri tambang ditengah tingginya tekanan

dari berbagai pihak.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada divisi Humas-Comdev PT Bintang Delapan

Mineral blok Bahodopi Kecamatan Bahodopi Kab. Morowali Sulawesi Tengah.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada peneltian ini menggunakan tiga teknik yaitu

wawancara mendalam, dokumentasi dan validitas data. Tiga penggunaan teknik

tersebut dapat saling melengkapi informasi atau kebutuhan data peneliti dalam proses

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

20

analisa praktek PR dalam mengelola hubungan baik dengan stakeholder. Adapun

penjelasan dari ke tiga teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara mendalam dilakukan sebagai sumber utama data penelitian

untuk dapat menjawab pertanyaan. Informan dari penelitian ini adalah Divisi

Humas-Comdev PT Bintang Delapan Mineral yakni Bapak Maman Resman dan

segenap satf Humas-Comdev PT BDM. Selain itu peneliti juga mewawancarai

beberapa stakeholder untuk melengkapi data penelitian atau menggunakan

triangulasi sumber untuk mendaptkan kebenaran tingkat tinggi atau untuk

memperoleh kevaliditasan data. Memotret fenomena dari berbagai tunggal dari

sudut yang berbeda akan diperoleh kebernaran yang handal.

Teknik triangulasi sumber dapat menggunakan satu jenis sumber data

misalnya informan, tetapi beberapa nasarasumber atau informan perlu di usahakan

dari kelompok yang berbeda jenisnya atau tingkatan yang berbeda. Misalnya dari

nara sumber tertentu dari kondisi tertentu, dari aktivitas yang menggambarkan

perilaku orang atau sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen.

Selain PR PT BDM yang menjadi informan, beberapa stakeholder juga

menjadi informan dalam penelitian ini. Informan stakeholder belum dapat

ditentukan secara pasti merujuk pada hasil observasi dan wawancara terhadap PR

PT BDM, namun berdasarkan atribut yang dimiliki dapat diperkiran bahwa

stakeholder yang menjadi informan utama adalah mereka yang memiliki tiga

atribut yakni power, legitimacy & urgency, sedangkan stakeholder yang

mempunyai dua atribut dan satu atribut tidak luput juga dari proses wawancara

untuk menambah kevaliditasan data. Informan-informan tersebut adalah:

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

21

Atribut Informan Posisi

Prioritas Menengah Firdasari Mahesang Mahasiswa

Prioritas Rendah Ahyar Lani

Suriadi

Wartawan Metro Sulawesi

Ketua Serikat Pekerja

Tabel. 1.3 Daftar Informan Triangulasi Sumber

b. Dokumentasi

Selain kedua teknik di atas, dekomentasi tidak luput dari teknik

pengumpulan data, hal ini disebabkan data berupa foto, berita ataupun artikel,

berita online (Harian Mercusuar & Berita Satu Sulteng) akan sangat membantu

dalam proses analisis penelitian ini. Sehingga dapat memberikan gambaran hasil

penelitian yang lebih jelas karena disertai dengan bukti-bukti lainnya.

c. Validitas Data

Agar menyajikan data yang valid, penulis menggunakan teknik triangulasi,

menurut Denzin (Bungin: 2012) triangulasi terdiri dari: (1) triangulasi peneliti,

yakni proses verifikasi hasil penelitian melaui bantuan peneliti lain, (2) triangulasi

sumber data yaitu membandingkan dan mengecek dengan baik suatu informasi

melaui waktu dan cara yang berbeda dalam metode yang sama (kualitatif), (3)

triangulasi dengan metode, seperti ungkapan Moleong (Bungin, 2012) peneliti

melakukan pengecekan terhadap sumber data dengan metode yang sama, (4)

triangulasi dengan teori yakni menguraikan pola, hubungan dan menyertakan

penjelasan yang muncul untuk mencari penjesan pembanding.

Dalam peneltian ini, peneliti menggunakan validitas data triangulasi

sumber data. Seperti yang dinyatakan oleh Paton (Bungin: 2012) bahwa peneliti

harus melakukan :

1. Membandingkan hasil daya pengamatan dengan hasil wawancara

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89279/potongan/S2...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan

22

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatatan secara pribadi

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu

4. Membandingkan pendapat seseorang dengan berbagai pendapat yang

berbeda, yakni pendapat public relations dan pendapat stakeholder

5. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan

5. Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan penjodohan pola. Penjodohan pola

dilakukan dengan cara membandingkan pola yang didasarkan atas pengamatan empiris

dengan pola yang telah diprediksikan, jika hasilnya sesuai maka akan semakin

menguatkan validitas internal (Yin, 2003). Sedangkan penulisan hasil pada penelitian

ini peneliti akan menggunakan struktur komparatif. Yin (2003) mengemukakan bahwa

struktur ini merupakan bentuk pengulangan dari studi kasus, sangat mengilustrasikan

penjodohan pola, struktur ini menunjukan tingkat fakta-fakta yang sesuai dengan

model penjodohan pola tersebut.

Prediksi peneliti saat ini adalah bahwa bertahannya PT BDM di Blok Bahodopi

karena hubungan baik yang dibangun dengan stakeholder melalui model komunikasi

yang telah dipaparkan sebelumnya. Melalui penjodohan pola akan disimpulkan antara

pegamatan empiris dan prediksi peneliti sesuai, selain itu struktur komparatif dapat

mengungkapkan fakta –fakta lain dibalik lolosnya PT BDM dari pencabutan izin

operasi beberapa bulan silam.

6. Limitasi Penelitian

Penelitian ini terbatas pada ranah public relations untuk mengetahui upaya

perusahaan yang bergerak di industri pertambangan khusunya PT BDM dalam

mengelola hubungan baik dengan stakeholder lingkar tambang. Sehingga penelitian ini

tidak memfokuskan pada hasil hubungan yang telah di capai PT BDM.