BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf ·...

16
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Gangguan jiwa adalah respon maladaptive dari lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma local atau budaya setempat dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan atau fisik (Townsend, 2005). Pengertian ini menjelaskan penderita dengan gangguan jiwa akan menunjukan perilaku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat dimana perilaku tersebut mengganggu fungsi sosialnya. Masalah kesehatan terutama gangguan jiwa insidennya masih cukup tinggi. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% penduduk dunia akan mengidap skizofrenia. Jumlah tiap tahun makin bertambah dan akan berdampak bagi keluarga dan masyarakat (Kaplan &Saddock, 2005). WHO atau World Health Organization (2002) menyebutkan bahwa prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat. Potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf, maupun perilaku (Hawari, 2007). 1 Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Gangguan jiwa adalah respon maladaptive dari lingkungan internal dan

eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai

dengan norma local atau budaya setempat dan mengganggu fungsi sosial,

pekerjaan dan atau fisik (Townsend, 2005). Pengertian ini menjelaskan

penderita dengan gangguan jiwa akan menunjukan perilaku yang tidak sesuai

dengan norma masyarakat dimana perilaku tersebut mengganggu fungsi

sosialnya.

Masalah kesehatan terutama gangguan jiwa insidennya masih cukup

tinggi. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995

menyebutkan 1% penduduk dunia akan mengidap skizofrenia. Jumlah tiap

tahun makin bertambah dan akan berdampak bagi keluarga dan masyarakat

(Kaplan &Saddock, 2005).

WHO atau World Health Organization (2002) menyebutkan bahwa

prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk

dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah

gangguan jiwa berat. Potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa

memang tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak

permasalahan jiwa, saraf, maupun perilaku (Hawari, 2007).

1

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

2

Skizofrenia merupakan penyakit neurologis yang mempengaruhi

persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya. Perubahan

atau pergantian semua sensasi akan secara khusus mencolok pada tahap awal

skizofrenia. Orang tersebut akan merasakan sensasi-sensasi yang berlebihan,

sebagai mana halnya jika penyaringan alamiah di otak tidak lagi bekerja. Bagi

banyak orang, perubahan persepsi ini berkembang menjadi full-blown

hallucination (ledakan halusinasi) (Wiramihardja, 2007). Menurut Yosep

(2011) diperkirakan lebih dari 90% penderita dengan skizofrenia mengalami

halusinasi.

Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada

rangsang yang menimbulkannya (tidak ada objeknya) (Baihaqi, Sunardi,

Akhlan, Heryati, 2007). Kira-kira 70% halusinasi yang dialami oleh penderita

gangguan jiwa adalah halusinasi denga/suara, 20% halusinasi penglihatan, dan

10% adalah halusinasi penghidu, pengecap, perabaan, senestetik, dan

kinestetik (Purba, Wahyuni, Daulay, Nasution, 2012). Jadi meskipun bentuk

halusinasi bervariasi tetapi sebagian besar halusinasi yang terjadi adalah

halusinasi pendengaran.

Halusinasi termasuk dalam penyakit yang statusnya sama dengan

penyakit lain yang bisa diobati dan disembuhkan. Pada banyak kasus,

penderita halusinasi secara medis dinyatakan sembuh dan dikembalikan

kepada keluarganya, tetapi kebanyakan dalam beberapa bulan mengalami

kekambuhan (Anonim, 2012).

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

3

Kekambuhan kembali penderita gangguan jiwa termasuk halusinasi

sebagian besar disebabkan oleh kurangnya perhatian dari lingkungan dan

bahkan keluarga sendiri sehingga berakibat pada lambatnya proses

penyembuhan (Eniarti, 2012). Keluarga merupakan lingkungan sosial yang

sangat dekat hubungannya dengan seseorang (Notosoedirdjo & Latipun,

2011). Keluarga menempati hal vital dalam penanganan penderita halusinasi

di rumah. Hal ini mengingat keluarga adalah system pendukung terdekat dan

24 jam bersama-sama dengan penderita. Keluarga sangat menentukan apakah

penderita akan kambuh atau tetap sehat. Keluarga yang mendukung penderita

secara konsisten akan membuat penderita mampu mempertahankan program

pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu

merawat penderita, penderita akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi

akan sulit. Untuk itu keluarga perlu mengetahui cara merawat penderita

halusinasi di rumah (Purba, Wahyuni, Daulay, Nasution, 2012).

Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita, dan

merupakan “perawat utama” bagi penderita. Keluarga berperan dalam

menentukan cara atau perawatan yang diperlukan penderita di rumah.

Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan di

rumah yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali

(kambuh). Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan

meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga

kemungkinan kambuh dapat dicegah. Dari penelitian yang dilakukan oleh Tri

(2012) dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

4

Kekambuhan Penderita Halusinasi Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa

Prof. HB Sa’anin Padang Tahun 2012” menunjukkan bahwa salah satu faktor

penyebab terjadinya kekambuhan penderita gangguan jiwa adalah kurangnya

dukungan dan peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota

keluarga yang menderita penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah

karena keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku penderita di rumah.

Keluarga jarang mengikuti proses keperawatan penderita karena jarang

mengunjungi penderita di rumah sakit, dan tim kesehatan di rumah sakit juga

jarang melibatkan keluarga (Anna K, 2007).

Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan secara komprehensif

melalui multi-pendekatan, khususnya pendekatan keluarga dan pendekatan

petugas kesehatan secara langsung dengan penderita, seperti bina suasana,

pemberdayaan penderita gangguan jiwa dan pendampingan penderita

gangguan jiwa agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang terus-menerus.

Penanggulangan masalah gangguan jiwa terkendala karena adanya kesulitan

dalam mendiagnosis gangguan jiwa. Hal ini berpengaruh dalam sistem

pencatatan dan pelaporan, padahal informasi seperti ini sangat penting untuk

mengetahui keparahan kasus gangguan jiwa.

Dukungan keluarga tentunya tidak lepas dari respon terhadap penyakit

yang dideritanya oleh orang yang mereka cintai. Tingkat keberhasilan

penderita yang rendah dalam menghadapi sakitnya menyebabkan setiap

anggota keluarga akan dihadapkan kepada kemampuan dan konsekuensi

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

5

dalam merespon semua stressor yang terjadi karena keluarga merupakan salah

satu sumber sistem pendukung penderita (Nursalam, 2007).

Dampak yang dapat ditimbulkan oleh penderita yang mengalami

halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya. Dimana penderita mengalami

panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya. Dalam situasi ini

penderita dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain

(homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk memperkecil dampak yang

ditimbulkan, dibutuhkan penanganan halusinasi yang tepat (Hawari, 2009).

Menurut Nurdiana(2007), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

keluarga berperan penting dalam menentukan cara atau asuhan keperawatan

yang diperlukan oleh penderita dirumah untuk mengontrol gangguan jiwa,

sehingga akan menurunkan angka kekambuhan. Hasil penelitian tersebut

dipertegas oleh penelitan lain yang dilakukan oleh Dinosetro (2008),

menyatakan bahwa keluarga memiliki fungsi strategis dalam menurunkan

angka kekambuhan, meningkatkan kemandirian dan taraf hidupnya serta

penderita dapat beradaptasi kembali pada masyarakat dan kehidupan

sosialnya.

Jumlah penderita halusinasi terkait dengan tingginya stress yang

muncul di daerah perkotaan. Dari hasil survey di rumah sakit di Indonesia, ada

0,5-1,5 perseribu penduduk mengalami gangguan jiwa, 70% adalah halusinasi

(Hawari, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Desa

Karangsari Cilacap didapati bahwa jumlah klien gangguan jiwa di Desa

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

6

tersebut berjumlah 20 orang. Terdapat penderita yang mengalami gangguan

jiwa paling lama yaitu sekitar 35 tahun.

Menurut penelitian Riza dkk (2012) ditemukan salah satu faktor

penyebab rendahnya pengetahuan keluarga tentang perawatan penderita

halusinasi pendengaran karena sebagian besar keluarga tidak mampu

menyerap informasi kesehatan yang diberikan oleh pelayanan kesehatan atau

informasi yang tersedia seperti media cetak maupun elektronik. Hasil

penelitian menunjukkan ada 66,7% keluarga yang memiliki pengetahuan

rendah dalam merawat penderita halusinasi, dan perilaku keluarga

menunjukkan 66,7% berperilaku negatif dalam merawat penderita halusinasi.

Sementara menurut penelitian Yusnipah (2012), 55,7% keluarga

memiliki pengetahuan yang tinggi dalam merawat penderita halusinasi.

Keluarga mengetahui tentang halusinasi, tanda dan gejala serta bagaimana

merawat penderita saat mengalami halusinasi di rumah. Namun mayoritas

keluarga (65,4%) tidak mengetahui tentang efek samping obat bagi penderita.

Berdasarkan fenomena yang terjadi di Desa Karangsari Cilacap

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan

Kemampuan Keluarga Dalam Perawatan Terhadap Kekambuhan Klien

Gangguan Jiwa Halusinasi Di Desa Karangsari Cilacap”.

B. Rumusan Masalah

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan sensori

persepsi. Penderita yang mengalami halusinasi biasanya merasakan sensori

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

7

palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu (Direja,

2011).

Menurut Kelliat (2011) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kekambuhan gangguan jiwa halusinasi yaitu:

1. Faktor klien

Secara umum bahwa klien yang minum obat secara tidak teratur

mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Hasil penelitian menunjukkan

25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak memakan

obat secara teratur (Appleton,1996). Klien sukar memengikuti aturan

minum obat karena adanya gangguan realitas ketidakmampuan mengambil

keputusan. Dirumah sakit perawat bertanggung jawab dalam pemberian

atau pemantauan pemberian obat, dirumah tugas perawat digantikan oleh

keluarga.

2. Faktor penanggung jawab klien (care manager)

Setelah klien pulang kerumah maka penanggung jawab kasus

mempunyai kesempatan lebih banyak untuk bertemu dengan klien,

sehingga dapat mengidentifikasi gejala dini dan segera mengambil

tindakan.

3. Faktor dokter

Minum obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun

pemakaian obat neuroleptik yang lama dapat menibulkan efek samping

yang dapat menggangu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

8

terkontrol. Pemberian resep diharapkan tetap waspada mengidentifikasi

dosis terapeutik yang dapat mencegah kekambuhan dan efek samping.

4. Faktor keluarga

Ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga diperkirakan

menyebabkan kekambuhan yang tinggi pada klien. Hal lain adalah klien

mudah dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan maupun yang

menyedihkan. Keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam

proses perawatan dirumah sakit jiwa, setelah klien pulang kerumah,

sebaiknya klien melakukan perawatan lanjutan pada puskesmas di

wilayahnya yang mempunyai program integrasi kesehatan jiwa. Keluarga

membantu proses adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat serta

membuat jadwal setelah perawatan. Kualitas dan efektifitas perilaku

keluarga akan membantu proses pemulihan kesehatan klien sehingga

status klien meningkat.

Menurut penelitian Nurdiana (2007) ditemukan bahwa salah satu

faktor penyebab terjadinya kekambuhan penderita halusinasi adalah

kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga

yang menderita penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena

keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku penderita di rumah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang muncul dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan kemampuan keluarga dalam

perawatan terhadap kekambuhan klien gangguan jiwa halusinasi Di Desa

Karangsari Cilacap?”.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam perawatan terhadap

kekambuhan klien gangguan jiwa halusinasi Di Desa Karangsari Cilacap.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik keluarga dalam perawatan klien

gangguan jiwa halusinasi Di Desa Karangsari Cilacap.

b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam perawatan klien

gangguan jiwa halusinasi Di Desa Karangsari Cilacap.

c. Untuk mengetahui kekambuhan kliengangguan jiwa halusinasi Di

Desa Karangsari Cilacap.

d. Untuk mengetahui hubungan kemampuan keluarga dalam perawatan

terhadap kekambuhan klien gangguan jiwa halusinasi Di Desa

Karangsari Cilacap.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Manfaat penelitian secara teoritis adalah mengembangkan ilmu

keperawatan jiwa dalam perawatan klien gangguan jiwa dengan yang

mengalami kekambuhan gangguan jiwa halusinasi agar dapat

dikembangkan sebagai dasar penelitian ilmu keperawatan jiwa.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

10

2. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana baru atau

pengalaman belajar dan meningkatkan pengetahuan tentang hubungan

kemampuan keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa terhadap

kekambuhan klien gangguan jiwa halusinasi.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan

keperawatan jiwa tentang hubungan kemampuan keluarga dalam

perawatan terhadap kekambuhan halusinasi. Selanjutnya penelitian ini

juga dapat di jadikan tambahan referensi bagi tenaga pendidik dalam

menyampaikan materi.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

meningkatkan pelayanan kesehatan secara aplikatif dalam

perawatan klien gangguan jiwa terhadap kekambuhan klien

gangguan jiwa halusinasi.

2. Sebagai bahan masukan agar perawat memberikan asuhan

keperawatan secara komperhensif sehingga pelayanan yang di

berikan akan meningkatkan kualitas hidup pada klien.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

11

d. Bagi Keluarga

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

meningkatkan perawatan secara aplikatif dalam perawatan terhadap

kekambuhan klien gangguan jiwa halusinasi.

E. Penelitian Terkait

1. Arif, dkk (2015) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Peran

Keluarga Dengan Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Cawas 1 Klaten”. Tujuan yang penelitian diatas yaitu untuk

mengetahui hubungan peran keluarga dengan kekambuhan penderita

skizofrenia di Wilayah kerja Puskesmas Cawas 1 Klaten. Metode

penelitian ini adalah Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional yaitu mencari

hubungan antar variable. Hasil dari penelitian di atas yaitu 16 responden

(46%) berperan rendah dan 14 responden (40%) berperan cukup serta 5

responden (14%) berperan tinggi dilihat dari kekambuhan penderita

skizofrenia yang tergolong kekambuhan jarang 13 penderita (37%) dan

tergolong kekambuhan sering 22 penderita (63%).

Persaman penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang kekambuhan penderita

gangguan jiwa halusinasi.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

12

Perbedaan penelitian di atas menggunakan variabel peran keluarga.

Jika penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan

variabel kemampuan keluarga.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tri (2012) dengan judul “Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Penderita Halusinasi

Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Sa’anin Padang Tahun

2012”. Tujuan yang penelitian diatas yaitu untuk mengetahui hubungan

dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan penderita halusinasi di

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Sa’anin Padang Tahun

2012. Desain penelitian ini yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional, pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling.

Hasil dari penelitian di atas yaitu Hasil analisa univariat menunjukkan

lebih banyak (51,1%) responden memiliki dukungan keluarga yang

kurang, dan lebih dari separoh (59,2%) memiliki tingkat kekambuhan

yang tinggi, dan hasil analisa chi-square dengan derajat kemaknaan p<0,05

menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga

dengan tingkat kekambuhan penderita halusinasi di ruang rawat inap

Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa`anin Padang.

Persaman penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang halusinasi.

Perbedaan penelitian di atas menggunakan variabel dukungan

keluarga dan tempat penelitian di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.Sa`anin

Padang. Jika penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

13

menggunakan variabel kemampuan keluarga dan tempat penelitian di Desa

karangsari Cilacap.

3. Kristina (2013) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Halusinasi Dengan Tingkat

Kekambuhan Penderita Halusinasi Di RSDJ Surakarta”. Tujuan yang

penelitian diatas yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

keluarga tentang perawatan halusinasi dengan tingkat kekambuhan

penderita halusinasi di RSDJ Surakarta. Desain penelitian ini yaitu cross

sectional, pengambilan sampel dilakukan secara cursecutive sampling.

Hasil penelitian di atas yaitu uji chi-square menunjukkan signifikan yaitu

sebesar 47,001 (p= 0,000 < 0,05). Artinya ada hubungan antara tingkat

pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi dengan tingkat

kekambuhan penderita halusinasi di RSJD Surakarta. Nilai koefisien

kontigensi sebesar 0,581 berada pada antara 0,40-0,59 (hubungan cukup

kuat) hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pengetahuan

keluarga tentang perawatan halusinasi dengan tingkat kekambuhan

penderita halusinasi di RSJD Surakarta pada kategori hubungan cukup

kuat.

Persaman penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang halusinasi.

Perbedaan penelitian di atas menggunakan tempat penelitian di

RSDJ Surakarta. Jika penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu

menggunakan tempat penelitian di Desa karangsari Cilacap.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

14

4. Retno Twistiandayani,dkk. Melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Terapi Tought Stopping Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi

Pada Pasien Skizofrenia”. Desain yang digunakan ”Quasi experimental

pre-post test with control group”. Penetapan sampel dengan purposive

sampling sebanyak 30 pasien rawat jalan di Poli Jiwa RS Kabupaten

Gresik. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen: terapi

thought stopping dan variabel dependen: kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar

observasi dan wawancara terstruktur. Analisa data dengan menggunakan

Wilcoxon Sign Rank Test dengan p=0,000 dan taraf signifikansi level

0,05, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat

pengaruh terapi thought stopping terhadap kemampuan mengontrol

halusinasi pada pasien schizofrenia di Poli Jiwa RS Kabupaten Gresik.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa terapi

thought stopping mampu meningkatkan kemampuan mengontrol

halusinasi pada pasien skizofrenia. Perawat di Poli Jiwa sebaiknya

membuat implementasi asuhan keperawatan pasien halusinasi serta

mempunyai alat ukur untuk menilai keberhasilan dari kegiatan yang

dilakukan sehingga dapat diketahui kemampuan pasien dalam mengontrol

halusinasi.

Persamaan dalam penelitian ini sama-sama melakukan penelitian

tentang halusinasi.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

15

Perbedaan:Dalam penelitian retno menggunakan penelitian kuasi

experimen. Sampel yang digunakan menggunakan purpose sampling.

Analisa data menggunakan wilcoxon sign rank. sedangkan penelitian saya

menggunakan penelitian korelasi. Sampel yang digunakan dalam

penelitian saya menggunakan total sampling. Analisa data menggunakan

uji kolmogorov-smirnov.

5. Ersida,dkk. (2015) melakukan penelitian dengan judul “Home Visit

Perawat dan Kemandirian Keluarga dalam Perawatan Halusinasi pada

Pasien Schizophrenia”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan

home visit dengan perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia di

Puskesmas Dewantara dan Nisam Kabupaten Aceh Utara. Penelitian

kuantitatif survey analitik dengan menggunakan desain cross-sectional ini

dilakukan sejak tanggal 20 Agustus sampai dengan 20 November 2015

pada 108 orang anggota keluarga pasien sebagai sampel yang

dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian

didapatkan 66.7% kegiatan home visit perawat aktif dan 66.7% perawatan

halusinasi dilakukan secara mandiri. Terdapat hubungan antara home visit

perawat yang aktif dengan kemandirian keluarga dalam perawatan

halusinasi pada pasien Schizophrenia (p=0.000). Terdapat hubungan

antara kegiatan client engagement yang aktif dengan kemandirian keluarga

dalam perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia (p=0.000).

Disarankan kepada keluarga agar dapat memanfaatkan kegiatan home visit

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangrepository.ump.ac.id/4402/3/Ratri Dewi Septiani BAB I.pdf · Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan

16

sebagai sarana belajar dan memperoleh informasi, serta konsultasi terkait

perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia.

Persamaan dalam penelitian ini sama- sama melakukan penelitian tentang

halusinasi. Sampel yang digunakan sama- sama menggunakan total

sampling.

Perbedaan dalam penelitian Ersida menggunakan penelitian kuantitatif

survey analitik, dengan menggunakan desain crossectional dan analisa data

menggunakan uji chi square. Dalam penelitian saya menggunakan

penelitian korelasi. Analisa data menggunakan kolmogrov-smirnov.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017