BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...
-
Upload
vuongduong -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lingkungan merupakan semua benda dan semua yang berada di dalamnya
misalnya manusia dengan segala aktivitasnya, di mana manusia berada dalam suatu
tempat dan saling berinteraksi dengan makhluk hidup lain yang ada disekitarnya.
Lingkungan biasa disebut dengan environment, sedangkan lingkungan hidup
merupakan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup
atau segala sesuatu yang berada di dalam ruang dan dapat mempengaruhi kehidupan
manusia (Soemarwoto, 1994). Salah satu contoh dari lingkungan hidup adalah
kehidupan makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungannya baik dari segi
abiotik, biotik ataupun sosial budaya. Contoh interaksi yang dilakukan oleh
makhluk hidup dengan faktor abiotik adalah hubungan makhluk hidup akan air.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun
2007, menjelaskan bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling
dibutuhkan oleh manusia, tetapi dalam keberadaannya pada sumber-sumber air
memiliki resiko mudah tercemar apabila dalam pengelolaan lingkungan pada
pembangunan sektor industri, domestik, pertanian, pertambangan dan sektor
lainnya tidak diperhatikan. Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup
yang terdapat di atas ataupun di bawah permukaan tanah, misalnya adalah air
permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat. Air permukaan
merupakan semua air yang terdapat pada seluruh permukaan tanah (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air). Salah
satu sumber penting air bersih adalah air permukaan, sehingga dalam
pengelolaannya harus memperhatikan beberapa faktor yaitu mutu atau kualitas
baku, jumlah atau kuantitas dan kontinuitas (Saputro, 2013).
Salah satu contoh air permukaan adalah air sungai. Sungai merupakan alur
atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di
dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis
2
sempadan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011
tentang Sungai). Kodoatie dan Sugiyanto (2002), menjelaskan bahwa air sungai
dapat dibedakan berdasarkan asal aliran dan letak geografisnya yang dibagi menjadi
tiga yaitu air sungai yang berada di daerah hulu atau pegunungan, air sungai daerah
transisi dan air sungai di daerah hilir. Ketiga jenis sungai tersebut memiliki
karaktersitik yang berbeda, sehingga dalam penanganannya juga berbeda.
Menurut Sutrisno (1987), air sangat dibutuhkan oleh semua makhluk
hidup. Hal ini disebabkan karena air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup,
terutama manusia. Manusia dalam semua kegiatannya sangat bergantung pada air,
di antaranya adalah dalam kebutuhan rumah tangga, pertanian dan industri. Salah
satu sumber air yang banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah air sungai.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan bahwa kebutuhan air di
Pulau Jawa adalah sebesar 2.000 m3/ kapita/ tahun, tetapi hanya terpenuhi sebesar
1.750 m3/ kapita/ tahun. Tahun 2020 diperkirakan jumlah air akan semakin
menurun sampai dengan 1.200 m3/ kapita/ tahun. Hal ini disebabkan karena jumlah
penduduk perkotaan yang semakin meningkat yaitu sebesar 10,2 juta jiwa sehingga
kebutuhan konsumsi air akan semakin meningkat pula yaitu sebesar 18,775 miliar
liter/ hari. Tahun 2025 diperkirakan kebutuhan air untuk rumah tangga akan
semakin meningkat yaitu sebesar 65%, kebutuhan untuk industri akan meningkat
sebesar 700%, dan kebutuhan untuk produksi pangan akan meningkat sebesar 100%
(Pebrianti, 2012). Kasus ini memberikan sebuah pelajaran bahwa manusia memiliki
ketergantungan terhadap sumberdaya air yang sangat besar, sehingga upaya dalam
menjaga kelestarian sungai sangat dianjurkan, karena pasokan air sungai sangat
dipengaruhi oleh kelestarian fungsi sungai (Wahono, 2009). Salah satu penyebab
terganggunya fungsi sungai adalah akibat adanya pencemaran air.
Pencemaran air terjadi karena adanya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain yang masuk atau sengaja dimasukkan ke dalam air akibat dari
adanya kegiatan manusia, sehingga dapat mengakibatkan semakin turunnya
kualitas air serta air tidak dapat digunakan sesuai dengan kegunaannya (Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001), walaupun dalam kondisi ini air yang berada di
bumi tidak pernah dalam keadaan murni (Awaludin, 2010). Pencemaran yang
3
terjadi di hilir akan mengakibatkan daerah di bawahnya menerima dampak dari
pencemaran. Pencemaran air pada sungai dapat berasal dari daerah sekitar sungai
misalnya limbah rumah tangga, hutan, pertanian, perkebunan dan industri. Banyak
industri yang membuang limbah cair pada badan sungai, salah satunya adalah
industri gula.
Industri gula (Pabrik Gula Pesantren Baru) merupakan pabrik gula yang
berlokasi di Kecamatan Pesantren Kota Kediri Jawa Timur. Pabrik Gula (PG)
Pesantren Baru termasuk dalam Perusahaan Persero PTPN X, di mana perusahaan
ini telah beroperasi semenjak jaman penjajahan Belanda. Berdasarkan survei yang
telah dilakukan dapat diketahui bahwa PG ini telah memberikan dampak positif dan
dampak negatif pada masyarakat daerah sekitar pabrik. Dampak positif yang
dirasakan oleh masyarakat adalah adanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar, sedangkan dampak negatifnya adalah dampak suara yang dihasilkan oleh
mesin giling dan debu akibat dari proses penggilingan serta limbah cair yang
dibuang di sungai. Limbah cair PG dapat dibedakan menjadi dua yaitu limbah cair
yang berasal dari mesin pendingin kondensor, pan (mesin membuat granul)
masakan dan pendingin mesin pabrik serta limbah cair yang berasal dari air
pencucian peralatan, tumpahan nira dan tetesan dari alat yang rusak (Fitriyah,
2007). Limbah cair PG dapat mengakibatkan sungai berwarna hitam pekat serta
memiliki bau yang tidak sedap. Limbah cair yang seperti ini merupakan limbah cair
dalam bentuk tetes tebu, di mana tetes tebu apabila dibuang ke sungai dalam kondisi
panas akan mengakibatkan tanaman di sekitar sungai mati dan ikan-ikan mati. Hal
ini sesuai dengan wawancara pra penelitian yang telah dilakukan, warga
menjelaskan bahwa ikan banyak yang mati ketika musim giling tebu berlangsung.
Berdasarkan survai awal yang telah dilakukan, PG Pesantren Baru memiliki sistem
IPAL yaitu dengan menyimpan limbah cair pada kolam penampungan yang telah
diberikan bakteri dengan tujuan untuk mengurangi panas dari limbah cair tersebut
yang selanjutnya siap dibuang ke sungai. Hal tersebut telah dilakukan, tetapi
berdasarkan pengujian yang telah dilakukan oleh Dinas Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan (DBTKL) Kota Kediri (2007), yang mengatakan bahwa hasil uji
laboratorium secara garis besar telah melanggar Undang-Undang yang telah
4
ditentukan. Hal ini mengakibatkan masyarakat memperoleh dampak negatif dari
pembuangan limbah tersebut.
Kasus serupa terjadi di Pabrik Gula yang lain, yaitu di PGPS Madukismo,
di mana penelitian yang telah dilakukan oleh Fitriyah (2012) diperoleh hasil yaitu
kualitas air pada irigasi yang tidak dilewati oleh limbah cair cenderung lebih baik
dibandingkan dengan irigasi yang telah dilewati limbah cair. Hal ini menunjukkan
bahwa penelitian keberlanjutan seharusnya dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki penelitian sebelumnya. Berdasarkan permasalahan yang telah
dijabarkan maka penelitian ini dilakukan dengan lokasi yang berbeda yaitu di PG.
Pesantren Baru, Desa Pesantren, Kelurahan Pesantren, Kecamatan Pesantren, Kota
Kediri, Jawa Timur, lebih tepatnya dilakukan penelitian di Sungai Kresek. Hasil
penelitian yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai kontribusi dalam
strategi pengelolaan lingkungan, sehingga potensi dan fungsi ekologi lingkungan
perairan Sungai Kresek dapat terjaga dan berkelanjutan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa
air sungai rentan terhadap pencemaran. Hal ini disebabkan karena sifat air mengalir
dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah, sehingga polutan akan
lebih mudah masuk ke badan sungai. Salah satu sumber polutan adalah dari industri,
di mana industri tersebut membuang limbah cair pada badan sungai. Industri gula
merupakan sebuah industri musiman, di mana produksi gula dilakukan setiap satu
tahun sekali selama 120-160 hari atau lebih dikenal dengan proses penggilingan.
Proses penggilingan ini menghasilkan limbah cair berupa tetes tebu, yang
mengakibatkan sungai berwarna hitam dan berbau (Gambar 1.1)
5
Gambar 1.1. Kondisi Sungai Sebelum dan Sesudah Teraliri Limbah
(Sumber: Survei, 2017)
Selain itu tetes tebu yang dibuang ke sungai masih dalam kondisi panas,
sehingga dapat mengakibatkan ikan-ikan di sungai mati beserta tanaman yang
hidup di sekitar sungai. Hasil ini diperoleh dari wawancara yang telah dilakukan
dengan warga sekitar. Industri gula Pesantren Baru Kediri memiliki sistem
pengolahan limbah yang masih kurang memadai, hal ini sesuai dengan dengan
pengujian laboratorium yang telah dilakukan oleh Dinas Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan (DBTKL) Kota Kediri (2007) yang mengatakan bahwa hasil uji
laboratorium secara garis besar telah melanggar Undang-Undang yang telah
ditentukan, sehingga memberikan dampak negatif pada masyarakat sekitar.
Pabrik gula yang berada di daerah Pesantren Kota Kediri ini dikhawatirkan
akan berdampak pada kualitas air sungai yang digunakan sebagai tempat
pembuangan. Menurut Lestari (2007), Pabrik Gula Pesantren Baru memiliki
masalah dalam pengolahan pembuangan limbah cair yang disebabkan karena
adanya masalah keuangan pabrik, sehingga berakibat pada limbah yang dibuang ke
sungai belum memenuhi standar baku mutu lingkungan serta pabrik gula yang
belum memiliki sarana dan prasarana pengolahan limbah cair yang baik.
Berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar pabrik, debu yang dihasilkan oleh
pabrik gula mengakibatkan gatal-gatal dan kebisingan.
Pabrik Gula Pesantren Baru telah mengolah limbah cair dengan
menggunakan sebuah penampungan yang telah diberikan bakteri pendegradasi
limbah cair, tetapi sistem IPAL tersebut diduga masih belum memadai dan belum
berfungsi dengan baik sehingga berakibat pada sungai yang berwarna hitam dan
6
bau yang menyengat. Sungai Kresek oleh warga biasa digunakan sebagai air irigasi
sawah, tetapi beberapa warga masih memanfaatkan air sungai tersebut sebagai
tempat cuci baju, mandi dan buang air besar. Berdasarkan permasalahan yang sudah
diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
(1) bagaimana besar pengaruh aktivitas pembuangan limbah cair industri gula di
Pesantren Kediri terhadap kerusakan lingkungan berdasarkan parameter
komponen abiotik (warna, bau, suhu, pH, DHL, BOD5, COD, DO, TSS,
minyak dan lemak, sulfida), parameter komponen biotik (vegetasi di sekitar
sungai dan bentos) serta parameter komponen kultural (hasil wawancara) di
Sungai Kresek?;
(2) bagaimanakah kualitas air dan tingkat pencemaran lingkungan di Sungai
Kresek akibat limbah cair industri gula di Pesantren Kediri?; dan
(3) bagaimanakah usulan strategi pengelolaan lingkungan yang dilakukan
terhadap pencemaran limbah cair di Sungai Kresek Kediri?.
Untuk mengungkap permasalahan seperti telah dirumuskan di atas, maka
penting untuk dilakukan penelitian secara mendalam tentang “Kajian Kerusakan
Lingkungan Perairan Sungai Akibat Pembuangan Limbah Cair Industri Gula di
Sungai Kresek Kediri Jawa Timur”.
1.3. Keaslian Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian yang berbeda
dengan penelitian terdahulu. Tujuan dari penelitian Lestari (2006) adalah untuk
mengidentifikasi potensi penerapan produksi bersih pada industri gula kristal putih
dengan studi kasus pada PG. Pesantren Baru Kediri– Jawa Timur sedangkan tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi data lingkungan komponen
abiotik, biotik dan kultural terkait analisis degradasi lingkungan, mengkaji kualitas
air berdasarkan pada komponen abiotik, biotik dan kultural dan tingkat pencemaran
lingkungan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 di Sungai Kresek akibat pembuangan limbah cair industri gula di
Kediri serta merumuskan strategi pengelolaan lingkungan pengendalian terhadap
pencemaran limbah cair industri gula. Selain itu metode, data, pengujian dan
7
analisis yang dilakukan akan berbeda. Penelitian Lestari (2006) menggunakan
metode deskriptif kualitatif, sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif yaitu berdasarkan pada tiga komponen yang terdiri dari
komponen abiotik dengan parameter warna, bau, suhu, pH, DHL, BOD5, COD,
DO, TSS, sulfida, serta minyak dan lemak parameter biotik dengan parameter
vegetasi yang hidup di sekitar sungai dan bentos, serta komponen kultural dengan
parameter hasil dari wawancara.
Selain itu Fitriyah (2012) juga menjelaskan bahwa penelitian yang telah
dilakukan merupakan penelitian yang berbeda, di mana lokasi penelitian yang telah
dilakukan oleh Fitriyah berada di Pabrik Gula Maduksimo, sedangkan penelitian
yang akan dilakukan berlokasi di daerah Industri Pabrik Gula Pesantren Baru,
Kediri. Fitriyah juga menjelaskan bahwa tujuan dari penelitiannya adalah untuk
mengatahui perbedaan kualitas air irigasi sebelum dan sesudah teraliri limbah PG.
Madukismo, sehingga dapat diketahui terdapat perbedaan tujuan antara penelitian
terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan. Metode yang digunakan oleh
Fitriyah dan metode yang akan dilakukan merupakan metode yang sama yaitu
dengan metode deskriptif kuantitatif, tetapi pendekatan yang digunakan berbeda,
Fitriyah menggunakan pendekatan ke lingkungan, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif berupa warna, bau, suhu, pH,
DHL, BOD5, COD, DO, TSS, sulfida, minyak dan lemak serta bentos.
Fatikawati dan Muktiali (2015) menjelaskan bahwa penelitian yang telah
dilakukan bertujuan untuk mengkaji pengaruh keberadaan industri gula Blora
terhadap perubahan penggunaan lahan, sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan,
sehingga dapat diketahui terdapat perbedaan tujuan dari penelitian. Penelitian
Fatikawati dan Muktiali juga menjelaskan bahwa penelitian yang telah dilakukan
lebih terkonsentrasi pada aspek sosial-ekonomi masyarakat, sedangkan penelitian
yang akan dilakukan melingkupi tiga aspek yaitu abiotik, biotik dan lingkungan.
Metode yang digunakan oleh Fatikawati dan Muktiali (2015) dan metode yang akan
digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, tetapi pada
penelitian yang telah dilakukan oleh Fatikawati dan Muktiali (2015) yaitu dengan
8
menggunakan analisis statistik, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan
dengan menggunakan nilai pada parameter abiotik dan biotik.
Pangestin (2008), menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian yang telah
dilakukan adalah untuk mengetahui pelaksanaan izin pembuangan limbah cair dan
hambatan dalam pengolahan limbah cair sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah
adalah untuk inventarisasi data lingkungan komponen abiotik, biotik dan kultural
terkait analisis degradasi lingkungan akibat limbah industri gula di Pesantren
Kediri, mengkaji kualitas air berdasarkan pada komponen abiotik, biotik dan
kultural serta mengkaji tingkat pencemaran lingkungan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 di Sungai Kresek akibat
pembuangan limbah cair industri gula di Kediri dan merumuskan strategi
pengelolaan lingkungan pengendalian terhadap pencemaran limbah cair industri
gula. Selain itu metode, data, pengujian dan analisis yang dilakukan akan berbeda.
Penelitian Pangestin (2008) menggunakan metode deskriptif kualitatif, sedangkan
pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif yaitu
berdasarkan pada tiga komponen yang terdiri dari komponen abiotik dengan
parameter warna, bau, suhu, pH, DHL, BOD5, COD, DO, TSS, sulfida dan minyak
lemak parameter biotik dengan parameter vegetasi yang hidup di sekitar sungai dan
bentos, serta komponen kultural dengan parameter hasil dari wawancara dan
kuisioner.
Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus
sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian ini disajikan dalam
Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu.
NO Peneliti, Tahun,
Judul Tujuan Utama Metode Hasil
1. Lestari, G., 2006
Studi Potensi
Penerapan Produksi
Bersih Pada Industri
Gula (Studi Kasus di
Untuk
mengidentifikasi
potensi penerapan
produksi bersih
pada industri gula
Metode
analisis
deskriptif
kualitatif
PG. Pesantren Baru
menerapakan
manajemen O & M
(Operation and
Maintenance) sepereti
9
NO Peneliti, Tahun,
Judul Tujuan Utama Metode Hasil
PG. Pesantren Baru
Kediri – Jawa Timur)
kristal putih dengan
studi kasus pada
PG. Pesanren Baru
Kediri – Jawa
Timur
mengangkut ampas
menuju boler, menutup
kran air dan
mematikan lampu
yang tidak digunakan
sangat membantu
peningkatan efisiensi
produksi.
2. Yani, et. al. 2012
Penilaian Daur
Hidup (Life Cycle
Assesment) Pada
Pabrik Gula Tebu
Untuk mengurangi
dampak lingkungan
yang disebabkan
dalam proses
produksi gula,
sehingga
diperlukan analisis
daur hidup gula
agar lebih efisisen
Metode
LCA yang
digunakan
untuk
mengevalu
asi dampak
lingkungan
yang terjadi
pada
seluruh
siklus
hidup gula
Berdasarkan analisis
inventori menunjukkan
efisiensi dalam proses
penggunaan bahan
baku dan eneregi
dipengaruhi oleh
siklus hidup gula
mulai dari kebun
sampai proses
produksi gula di pabrik
sehingga akan
berpengaruh terhadap
dampak lingkungan
yang dihasilkan.
3. Fitriyah, A., 2012
Dampak Limbah
Cair Pabrik Gula dan
Pabrik Spirtus
(PGPS) Madukismo
Terhadap
Produkstivitas Padi
di Desa Tirtonirmolo
Untuk mengetahui
perbedaan kualitas
air irigasi yang
tidak teraliri limbah
cair PGPS
Madukismo dan
mengetahui
perbedaan
produkstivitas padi
Metode
deskriptif
kuantitatif
dengan
menggunak
an
pendekatan
ke
lingkunga
Lahan yang tidak
terailiri limbah air
PGPS Madukismo
kualitas air untuk
irigasi masih tergolong
baik, sedangkan lahan
yang dialaliri limbah
cair spirtus kualitas
airnya mengalami
10
NO Peneliti, Tahun,
Judul Tujuan Utama Metode Hasil
Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul
di lahan pertanian
Desa Tirtonirmolo
yang teraliri limbah
cair dan lahan
pertanian yang
tidak teraliri limbah
cair PGPS
Madukismo
(ecological
epproach)
penurunan yaitu pada
nilai DHL, Klorida
dan Sulfat dan pada
limbah cair gula
kualitas air irigasi
mengalami
peningkatan yaitu pada
presentase Natrium
dan Klorida dan
Sulfat.
Produktivitas padi
pada lahan yang dialiri
oleh limbah cair PGPS
Madukismo lebih baik
dibandingkan dengan
produktivitas padi
pada lahan yang tidak
dialiri limbah cair.
4. Andriyanti, A., et.
al, 2014
An Analysis of
Waste Cost
Allocation In A
Sugar Manufacture
(A Case Study of
Environmental
Accounting
Implementation In
Pabrik Gula
Djombang Baru)
Untuk menganalisis
tanggung jawab
perusahaan,
pengelolaan limbah
dan penerapan
akuntansi
lingkungan di PG
Djombang Baru
Metode
kualitatif,
dengan
pengumpul
an data
yang terdiri
dari
observasi,
wawancara
dan
dokumenta
si
Secara akuntansi PG.
Djombang Baru telah
mengalokasikan biaya
terkait lingkungan
tetapi masih menjadi
satu dengan laporan
keuangan perusahaan,
sehingga PG
Djombang Baru
diharapkan dapat
memisahkan biaya
terkait pengolahan
limbah dengan tujuan
11
NO Peneliti, Tahun,
Judul Tujuan Utama Metode Hasil
untuk mengoptimalkan
tanggung jawab sosial
dari perusahaan.
5. Fatikawati, Y.N dan
Muktiali, M., 2015
Pengaruh
Keberadaan Industri
Gula Blora Terhadap
Perubahan
Penggunaan Lahan,
Sosial Ekonomi dan
Lingkungan di Desa
Tinapan dan Desa
Kedungwungu
Untuk mengkaji
pengaruh
keberadaan industri
gula Blora terhadap
perubahan
penggunaan lahan,
sosial ekonomi
masyarakat dan
lingkungan
Metode
penelitian
kuantitatif
dengan
analisis
statistik
deskriptif
dan analisis
interpretasi
citra
Industri gula
berpengaruh terhadap
perubahan penggunaan
lahan, yaitu lahan
perkebunan menjadi
lahan industri, warung
makan dan kosan.
Industri gula
berpengaruh terhadap
sosial ekonomi
masyarakat, dimana
dampak positifnya
adalah adanya
lapangan pekerjaan
bagi warga sekitar
sedangkan dampak
negatifnya adalah
pencemaran udara
contohnya adalah
kebisingan dan bau
yang menyengat pada
limbah cair dan padat.
6. Handayani, N. I., et.
al., 2012
Kajian Parameter
Suhu dalam Baku
Mutu Air Limbah
Industri Gula Jenis
Untuk mengetahui
pentingnya
parameter suhu
dalam baku mutu
air limbah industri
gula jenis air
Metode
deskriptif
dengan
pendekatan
evaluatif
kualitatif
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
terdapat 19 genus
fitoplankton dan 11
genus zooplankton
yang hidup dalam
12
NO Peneliti, Tahun,
Judul Tujuan Utama Metode Hasil
Air Limbah
Kondensor di Jawa
Tengah
limbah kondensor
ditinjau dari
keberadaan
plankton dalam
badan air dan
simulasi suhu pada
mixing zone
badan air dengan suhu
26 sampai dengan
320C, dimana suhu
alami untuk kehidupan
biota air dapat dicapai
sampai dengan air
limbah pada suhu 380C
dan dengan debit yang
sama.
7. Zenanda, S. S., 2016
Kekosongan Adopsi
IFRS: Fenomena
Akresi Aset Biologis
Tanaman Tebu,
Perlakuan
Akuntansinya, Serta
Kewajaran Penyajian
Laporan Keuangan
PG. Pesantren Baru
PT Perkebunan
Nusantara X
Untuk mengetahui
pemahaman
manajemen atas
fenomena akresi
tanaman tebu,
kebijakan akuntansi
terkait perlakuan
akuntansi atas
tanaman tebu dan
perbandingan
dengan IAS 41,
serta kewajaran
dalam menyajikan
laporan keuangan,
khususnya terkait
dengan tanaman
tebu
Metode
deskriptif
Perusahaan
mengklasifikasikan
biaya perolehan
menjadi dua yaitu
penyajian berdasarkan
tahun penangguhan
biaya produksi dan
perusahaan
menjelaskan tentang
rincian pada catatan
laporan keuangan
8. Wirasanti, D. A.,
2007
Perkembangan
Kehidupan Sosial-
Ekonomi Petani
Untuk mengetahui
perkembangan
kehidupan sosial-
ekonomi petani
Metode
deskriptif
dengan
melakukan
Petani tebu di wilayah
Kecamatan Pesantren
lebih memilih program
kemitraan daripada
TRI , yang disebabkan
13
NO Peneliti, Tahun,
Judul Tujuan Utama Metode Hasil
Tebu Di Kecamatan
Pesantren Kota
Kediri Tahun 1997-
2002
tebu di Kecamatan
Pesantren Baru
survey dan
wawancara
karena TRI
masyarakat sekitar
tidak memiliki peranan
dalam pengawasan
tebu, sehingga
masyarakat lebih
memilih untuk
menaman tanaman
yang lain misalnya
padi.
9. Nugrahadi, H., 2009
Kinerja Mesin
Pengolahan Tanah
Pada Budidaya Tebu
Lahan Kering di PG.
Pesantren Baru,
Kediri
Untuk mengukur
efisiensi waktu dan
biaya pengolahan
tanah serta
menentukan mesin
pengolahan yang
paling efisien pada
budidaya tebu
lahan kering di
kebun Hak Guna
Usaha (HGU) PG.
Pesantren Baru,
Kediri
Metode
analisis
deskriptif
kuantitatif
Nilai kapasitas
lapang lebih efektif
dengan
menggunakan traktor
model II, model III
dan model I (secara
beruratan)
Biaya konsumsi
bahan bakar terendah
adalah dengan
menggunakan traktor
II, traktor I dan
traktor III (secara
berurutan)
Mesin yang memiliki
efisiensi waktu dan
biaya adalah traktor
II
10. Putri, R. S. R. dan
Mashuri, M., 2015
Untuk mengetahui
pengendalian
kualitas tetes
Analisis
time series
Produksi tetes tebu
pada bulan Juni 2014
belum terkendali
14
NO Peneliti, Tahun,
Judul Tujuan Utama Metode Hasil
Analisis
Pengendalian
Kualitas Tetes
Produksi PG.
Pesantren Baru
Kediri Menggunakan
Diagram Kontrol
Multivariate
Berbasis Model Time
Series
produksi PG.
Pesantren Baru
secara multivariate
berbasis model time
series
variabilitas dan rata-
ratanya.
11. Pangestin, T, 2008
Pelaksanaan Izin
Pembuangan Limbah
Cair Dalam
Pengolahan Tanaman
Tebu Pada
Perkebunan
Nusantara X
(PERSERO) Pabrik
Gula Pesantren Baru
Kediri
Untuk mengetahui
bagaimana
pelaksanaan izin
pembuangan
limbah cair PT.
Perkebunan
Nusantara Pabrik
Gula Pesantren
Baru Kediri dan
untuk mengetahui
hambatan-
hambatan yang
dihadapi oleh PT.
Perkebunan
Nusantara Pabrik
Gula Pesantren
Baru Kediri
khususnya dalam
hal pengolahan
limbah cair industri
tebu
Metode
analisis
deskriptif
kualitatif
dengan
metode
pengumpul
an data
berupa
wawancara
dan studi
pustaka
Pelaksanaan
permohonan izin PG.
Pesantren Baru sudah
sesuai dengan Perda
Kabupaten Kediri
Nomor 2 Tahun 2001,
tetapi dalam
pelaksanaan
pengolahan limbah
cair dan hasil uji
kualitas analisis air
yang dilakukan pada
bulan Juli 2007 nilai
BOD, COD, TSS,
minyak lemak dan
sulfida berada di
bawah baku mutu SK
Gubernur Nomor 45
Tahun 2002, sehingga
berdampak negatif
terhadap lingkungan
15
NO Peneliti, Tahun,
Judul Tujuan Utama Metode Hasil
sekitar, serta terdapat
hambatan dalam
pengelolaan limbah
yang disebabkan
karena masalah
keuangan dan
kesepakatan dalam
pengolahan limbah
cair pabrik.
12. Kripa, P. K., et. al.,
2013
Aquatic
Macroinvertebrates
as Bioindicators of
Stream Water
Quality-A Case
Study in Koratty,
Kerala, India
Untuk menguji
keberlanjutan
kehidupan
makrobentos
sebagai
bioindikator alami
untuk uji kualitas
air sungai di
Koratty
Rapid Bio
assessment
Protocol
diikuti
dengan
estimasi
nilai FBI
yang
selanjutnya
dikalkulasi
dengan
rumus
Hielsenhoff
sedangkan
indeks
kualitas air
dengan
metode
COME
WQI
Nilai FBI yang
diperoleh pada hulu
sungai yaitu antara
4,1-5,0 sehingga
mengindikasikan
kualitas air yang baik.
Nilai FBI di bagian
tengah yaitu 5,3-5,5
dan di hilir yaitu 6,0-
6,5 sehingga nilai
tersebut sesuai dengan
taksiran dari
biomonitoring yang
telah dilakukan.
13. Fikri, N. 2014 Untuk mengetahui
Indeks
Metode
plot
Limabelas jenis
makrozoobentos
16
NO Peneliti, Tahun,
Judul Tujuan Utama Metode Hasil
Keanekaragaman dan
Kelimpahan
Makrozoobentos di
Pantai Kartika Jaya
Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal
Keanekaragaman,
Indeks
Keseragaman,
Indeks Dominasi
dan kepadatan
makrozoobentos di
sekitar pantai Desa
Kartika Jaya
Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal
berpetak
dengan
susunan
acak
diperoleh di kawasan
pantai. Indeks
Keanekaragaman
tertinggi terdapat pada
stasiun I (bibir pantai)
sebesar 2,3 dengan 15
makrobentos. Indeks
dominasi tertinggi
yaitu pada stasiun I
sebesar 0,87. Spesies
paling banyak
ditemukan adalah
Cerithideae
scalariformis yaitu
336 dan yang paling
sedikit ditemukan
adalah Pedipes
mirabilis yaitu 7
14. Pradie, B. 2012
Teknik Bioremidiasi
sebagai Alternatif
dalam Upaya
Pengendalian
Pencemaran Air
Untuk mengetahui
proses bioremidiasi
sebagai alternatif
dalam upaya
pengendalian
pencemaran air
Bioremidia
si.
Pertumbuh
an
mikroorgan
isme yang
tersuspensi
yaitu
dengan
isolasi
bakteri,
pengujian
bakteri
Bakteri indigenous
(Micrococus,
Corynebacterium,
Morrococcus) dapat
mendegradasi logam
Pb, nitrat, nitrit, bahan
organik, sulfida,
kekeruhan dan amonia.
Bakteri commercial
product (Bacillus,
Pseudomonas) serta
enzim Amylase,
Protease, Lipase,
17
NO Peneliti, Tahun,
Judul Tujuan Utama Metode Hasil
dalam
mendegrad
asi zat
pencemar,
identifikasi,
perbanyaka
n bakteri
Esterase dapat
mendegradasi
pencemar organik,
nitrogen, fosfat dan
kontrol pertumbuhan
alga.
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan batasan obyek maupun lingkup
kajian penelitian yang didukung oleh konsep teori yang ada, maka tujuan penelitian
ini adalah:
(1) menginventarisasi data kerusakan lingkungan ditinjau dari komponen abiotik,
biotik dan kultural dan pengaruhnya terkait analisis degradasi lingkungan
akibat pembuangan limbah industri gula di Pesantren Kediri;
(2) mengkaji tingkat kerusakan lingkungan berdasarkan pada komponen abiotik,
biotik dan kultural serta mengkaji tingkat pencemaran lingkungan berdasarkan
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 di
Sungai Kresek akibat pembuangan limbah cair industri gula di Kediri; dan
(3) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan untuk pengendalian pencemaran
limbah cair industri gula di Sungai Kresek Kediri.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan berbagai manfaat, baik
manfaat akademik maupun praktis, tetapi sasaran utama penelitian ini adalah
pengaruh pembuangan limbah cair industri gula terhadap Sungai Kresek dan
strategi masyarakat setempat dalam menghadapi masalah tersebut, sehingga
manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
18
(1) sebagai pembelajaran bagi peneliti dalam melakukan identifikasi pencemaran
lingkungan dan memberikan masukan serta saran dalam strategi pengelolaan
sesuai dengan kondisi lingkungan dan berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh;
(2) menambah acuan dan referensi dalam penelitian yang akan datang dengan
topik yang sesuai; dan
(3) hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat melengkapi data yang
berkaitan dengan pencemaran limbah cair sungai Kresek dan dapat digunakan
sebagai masukan untuk BLH Kota Kediri.