BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan merupakan semua benda dan semua yang berada di dalamnya misalnya manusia dengan segala aktivitasnya, di mana manusia berada dalam suatu tempat dan saling berinteraksi dengan makhluk hidup lain yang ada disekitarnya. Lingkungan biasa disebut dengan environment, sedangkan lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup atau segala sesuatu yang berada di dalam ruang dan dapat mempengaruhi kehidupan manusia (Soemarwoto, 1994). Salah satu contoh dari lingkungan hidup adalah kehidupan makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungannya baik dari segi abiotik, biotik ataupun sosial budaya. Contoh interaksi yang dilakukan oleh makhluk hidup dengan faktor abiotik adalah hubungan makhluk hidup akan air. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2007, menjelaskan bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, tetapi dalam keberadaannya pada sumber-sumber air memiliki resiko mudah tercemar apabila dalam pengelolaan lingkungan pada pembangunan sektor industri, domestik, pertanian, pertambangan dan sektor lainnya tidak diperhatikan. Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang terdapat di atas ataupun di bawah permukaan tanah, misalnya adalah air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat. Air permukaan merupakan semua air yang terdapat pada seluruh permukaan tanah (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air). Salah satu sumber penting air bersih adalah air permukaan, sehingga dalam pengelolaannya harus memperhatikan beberapa faktor yaitu mutu atau kualitas baku, jumlah atau kuantitas dan kontinuitas (Saputro, 2013). Salah satu contoh air permukaan adalah air sungai. Sungai merupakan alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan merupakan semua benda dan semua yang berada di dalamnya

misalnya manusia dengan segala aktivitasnya, di mana manusia berada dalam suatu

tempat dan saling berinteraksi dengan makhluk hidup lain yang ada disekitarnya.

Lingkungan biasa disebut dengan environment, sedangkan lingkungan hidup

merupakan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup

atau segala sesuatu yang berada di dalam ruang dan dapat mempengaruhi kehidupan

manusia (Soemarwoto, 1994). Salah satu contoh dari lingkungan hidup adalah

kehidupan makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungannya baik dari segi

abiotik, biotik ataupun sosial budaya. Contoh interaksi yang dilakukan oleh

makhluk hidup dengan faktor abiotik adalah hubungan makhluk hidup akan air.

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun

2007, menjelaskan bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling

dibutuhkan oleh manusia, tetapi dalam keberadaannya pada sumber-sumber air

memiliki resiko mudah tercemar apabila dalam pengelolaan lingkungan pada

pembangunan sektor industri, domestik, pertanian, pertambangan dan sektor

lainnya tidak diperhatikan. Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup

yang terdapat di atas ataupun di bawah permukaan tanah, misalnya adalah air

permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat. Air permukaan

merupakan semua air yang terdapat pada seluruh permukaan tanah (Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air). Salah

satu sumber penting air bersih adalah air permukaan, sehingga dalam

pengelolaannya harus memperhatikan beberapa faktor yaitu mutu atau kualitas

baku, jumlah atau kuantitas dan kontinuitas (Saputro, 2013).

Salah satu contoh air permukaan adalah air sungai. Sungai merupakan alur

atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di

dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis

2

sempadan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011

tentang Sungai). Kodoatie dan Sugiyanto (2002), menjelaskan bahwa air sungai

dapat dibedakan berdasarkan asal aliran dan letak geografisnya yang dibagi menjadi

tiga yaitu air sungai yang berada di daerah hulu atau pegunungan, air sungai daerah

transisi dan air sungai di daerah hilir. Ketiga jenis sungai tersebut memiliki

karaktersitik yang berbeda, sehingga dalam penanganannya juga berbeda.

Menurut Sutrisno (1987), air sangat dibutuhkan oleh semua makhluk

hidup. Hal ini disebabkan karena air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup,

terutama manusia. Manusia dalam semua kegiatannya sangat bergantung pada air,

di antaranya adalah dalam kebutuhan rumah tangga, pertanian dan industri. Salah

satu sumber air yang banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah air sungai.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan bahwa kebutuhan air di

Pulau Jawa adalah sebesar 2.000 m3/ kapita/ tahun, tetapi hanya terpenuhi sebesar

1.750 m3/ kapita/ tahun. Tahun 2020 diperkirakan jumlah air akan semakin

menurun sampai dengan 1.200 m3/ kapita/ tahun. Hal ini disebabkan karena jumlah

penduduk perkotaan yang semakin meningkat yaitu sebesar 10,2 juta jiwa sehingga

kebutuhan konsumsi air akan semakin meningkat pula yaitu sebesar 18,775 miliar

liter/ hari. Tahun 2025 diperkirakan kebutuhan air untuk rumah tangga akan

semakin meningkat yaitu sebesar 65%, kebutuhan untuk industri akan meningkat

sebesar 700%, dan kebutuhan untuk produksi pangan akan meningkat sebesar 100%

(Pebrianti, 2012). Kasus ini memberikan sebuah pelajaran bahwa manusia memiliki

ketergantungan terhadap sumberdaya air yang sangat besar, sehingga upaya dalam

menjaga kelestarian sungai sangat dianjurkan, karena pasokan air sungai sangat

dipengaruhi oleh kelestarian fungsi sungai (Wahono, 2009). Salah satu penyebab

terganggunya fungsi sungai adalah akibat adanya pencemaran air.

Pencemaran air terjadi karena adanya makhluk hidup, zat, energi dan atau

komponen lain yang masuk atau sengaja dimasukkan ke dalam air akibat dari

adanya kegiatan manusia, sehingga dapat mengakibatkan semakin turunnya

kualitas air serta air tidak dapat digunakan sesuai dengan kegunaannya (Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001), walaupun dalam kondisi ini air yang berada di

bumi tidak pernah dalam keadaan murni (Awaludin, 2010). Pencemaran yang

3

terjadi di hilir akan mengakibatkan daerah di bawahnya menerima dampak dari

pencemaran. Pencemaran air pada sungai dapat berasal dari daerah sekitar sungai

misalnya limbah rumah tangga, hutan, pertanian, perkebunan dan industri. Banyak

industri yang membuang limbah cair pada badan sungai, salah satunya adalah

industri gula.

Industri gula (Pabrik Gula Pesantren Baru) merupakan pabrik gula yang

berlokasi di Kecamatan Pesantren Kota Kediri Jawa Timur. Pabrik Gula (PG)

Pesantren Baru termasuk dalam Perusahaan Persero PTPN X, di mana perusahaan

ini telah beroperasi semenjak jaman penjajahan Belanda. Berdasarkan survei yang

telah dilakukan dapat diketahui bahwa PG ini telah memberikan dampak positif dan

dampak negatif pada masyarakat daerah sekitar pabrik. Dampak positif yang

dirasakan oleh masyarakat adalah adanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat

sekitar, sedangkan dampak negatifnya adalah dampak suara yang dihasilkan oleh

mesin giling dan debu akibat dari proses penggilingan serta limbah cair yang

dibuang di sungai. Limbah cair PG dapat dibedakan menjadi dua yaitu limbah cair

yang berasal dari mesin pendingin kondensor, pan (mesin membuat granul)

masakan dan pendingin mesin pabrik serta limbah cair yang berasal dari air

pencucian peralatan, tumpahan nira dan tetesan dari alat yang rusak (Fitriyah,

2007). Limbah cair PG dapat mengakibatkan sungai berwarna hitam pekat serta

memiliki bau yang tidak sedap. Limbah cair yang seperti ini merupakan limbah cair

dalam bentuk tetes tebu, di mana tetes tebu apabila dibuang ke sungai dalam kondisi

panas akan mengakibatkan tanaman di sekitar sungai mati dan ikan-ikan mati. Hal

ini sesuai dengan wawancara pra penelitian yang telah dilakukan, warga

menjelaskan bahwa ikan banyak yang mati ketika musim giling tebu berlangsung.

Berdasarkan survai awal yang telah dilakukan, PG Pesantren Baru memiliki sistem

IPAL yaitu dengan menyimpan limbah cair pada kolam penampungan yang telah

diberikan bakteri dengan tujuan untuk mengurangi panas dari limbah cair tersebut

yang selanjutnya siap dibuang ke sungai. Hal tersebut telah dilakukan, tetapi

berdasarkan pengujian yang telah dilakukan oleh Dinas Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan (DBTKL) Kota Kediri (2007), yang mengatakan bahwa hasil uji

laboratorium secara garis besar telah melanggar Undang-Undang yang telah

4

ditentukan. Hal ini mengakibatkan masyarakat memperoleh dampak negatif dari

pembuangan limbah tersebut.

Kasus serupa terjadi di Pabrik Gula yang lain, yaitu di PGPS Madukismo,

di mana penelitian yang telah dilakukan oleh Fitriyah (2012) diperoleh hasil yaitu

kualitas air pada irigasi yang tidak dilewati oleh limbah cair cenderung lebih baik

dibandingkan dengan irigasi yang telah dilewati limbah cair. Hal ini menunjukkan

bahwa penelitian keberlanjutan seharusnya dilakukan dengan tujuan untuk

memperbaiki penelitian sebelumnya. Berdasarkan permasalahan yang telah

dijabarkan maka penelitian ini dilakukan dengan lokasi yang berbeda yaitu di PG.

Pesantren Baru, Desa Pesantren, Kelurahan Pesantren, Kecamatan Pesantren, Kota

Kediri, Jawa Timur, lebih tepatnya dilakukan penelitian di Sungai Kresek. Hasil

penelitian yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai kontribusi dalam

strategi pengelolaan lingkungan, sehingga potensi dan fungsi ekologi lingkungan

perairan Sungai Kresek dapat terjaga dan berkelanjutan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa

air sungai rentan terhadap pencemaran. Hal ini disebabkan karena sifat air mengalir

dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah, sehingga polutan akan

lebih mudah masuk ke badan sungai. Salah satu sumber polutan adalah dari industri,

di mana industri tersebut membuang limbah cair pada badan sungai. Industri gula

merupakan sebuah industri musiman, di mana produksi gula dilakukan setiap satu

tahun sekali selama 120-160 hari atau lebih dikenal dengan proses penggilingan.

Proses penggilingan ini menghasilkan limbah cair berupa tetes tebu, yang

mengakibatkan sungai berwarna hitam dan berbau (Gambar 1.1)

5

Gambar 1.1. Kondisi Sungai Sebelum dan Sesudah Teraliri Limbah

(Sumber: Survei, 2017)

Selain itu tetes tebu yang dibuang ke sungai masih dalam kondisi panas,

sehingga dapat mengakibatkan ikan-ikan di sungai mati beserta tanaman yang

hidup di sekitar sungai. Hasil ini diperoleh dari wawancara yang telah dilakukan

dengan warga sekitar. Industri gula Pesantren Baru Kediri memiliki sistem

pengolahan limbah yang masih kurang memadai, hal ini sesuai dengan dengan

pengujian laboratorium yang telah dilakukan oleh Dinas Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan (DBTKL) Kota Kediri (2007) yang mengatakan bahwa hasil uji

laboratorium secara garis besar telah melanggar Undang-Undang yang telah

ditentukan, sehingga memberikan dampak negatif pada masyarakat sekitar.

Pabrik gula yang berada di daerah Pesantren Kota Kediri ini dikhawatirkan

akan berdampak pada kualitas air sungai yang digunakan sebagai tempat

pembuangan. Menurut Lestari (2007), Pabrik Gula Pesantren Baru memiliki

masalah dalam pengolahan pembuangan limbah cair yang disebabkan karena

adanya masalah keuangan pabrik, sehingga berakibat pada limbah yang dibuang ke

sungai belum memenuhi standar baku mutu lingkungan serta pabrik gula yang

belum memiliki sarana dan prasarana pengolahan limbah cair yang baik.

Berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar pabrik, debu yang dihasilkan oleh

pabrik gula mengakibatkan gatal-gatal dan kebisingan.

Pabrik Gula Pesantren Baru telah mengolah limbah cair dengan

menggunakan sebuah penampungan yang telah diberikan bakteri pendegradasi

limbah cair, tetapi sistem IPAL tersebut diduga masih belum memadai dan belum

berfungsi dengan baik sehingga berakibat pada sungai yang berwarna hitam dan

6

bau yang menyengat. Sungai Kresek oleh warga biasa digunakan sebagai air irigasi

sawah, tetapi beberapa warga masih memanfaatkan air sungai tersebut sebagai

tempat cuci baju, mandi dan buang air besar. Berdasarkan permasalahan yang sudah

diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

(1) bagaimana besar pengaruh aktivitas pembuangan limbah cair industri gula di

Pesantren Kediri terhadap kerusakan lingkungan berdasarkan parameter

komponen abiotik (warna, bau, suhu, pH, DHL, BOD5, COD, DO, TSS,

minyak dan lemak, sulfida), parameter komponen biotik (vegetasi di sekitar

sungai dan bentos) serta parameter komponen kultural (hasil wawancara) di

Sungai Kresek?;

(2) bagaimanakah kualitas air dan tingkat pencemaran lingkungan di Sungai

Kresek akibat limbah cair industri gula di Pesantren Kediri?; dan

(3) bagaimanakah usulan strategi pengelolaan lingkungan yang dilakukan

terhadap pencemaran limbah cair di Sungai Kresek Kediri?.

Untuk mengungkap permasalahan seperti telah dirumuskan di atas, maka

penting untuk dilakukan penelitian secara mendalam tentang “Kajian Kerusakan

Lingkungan Perairan Sungai Akibat Pembuangan Limbah Cair Industri Gula di

Sungai Kresek Kediri Jawa Timur”.

1.3. Keaslian Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian yang berbeda

dengan penelitian terdahulu. Tujuan dari penelitian Lestari (2006) adalah untuk

mengidentifikasi potensi penerapan produksi bersih pada industri gula kristal putih

dengan studi kasus pada PG. Pesantren Baru Kediri– Jawa Timur sedangkan tujuan

dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi data lingkungan komponen

abiotik, biotik dan kultural terkait analisis degradasi lingkungan, mengkaji kualitas

air berdasarkan pada komponen abiotik, biotik dan kultural dan tingkat pencemaran

lingkungan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82

Tahun 2001 di Sungai Kresek akibat pembuangan limbah cair industri gula di

Kediri serta merumuskan strategi pengelolaan lingkungan pengendalian terhadap

pencemaran limbah cair industri gula. Selain itu metode, data, pengujian dan

7

analisis yang dilakukan akan berbeda. Penelitian Lestari (2006) menggunakan

metode deskriptif kualitatif, sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kuantitatif yaitu berdasarkan pada tiga komponen yang terdiri dari

komponen abiotik dengan parameter warna, bau, suhu, pH, DHL, BOD5, COD,

DO, TSS, sulfida, serta minyak dan lemak parameter biotik dengan parameter

vegetasi yang hidup di sekitar sungai dan bentos, serta komponen kultural dengan

parameter hasil dari wawancara.

Selain itu Fitriyah (2012) juga menjelaskan bahwa penelitian yang telah

dilakukan merupakan penelitian yang berbeda, di mana lokasi penelitian yang telah

dilakukan oleh Fitriyah berada di Pabrik Gula Maduksimo, sedangkan penelitian

yang akan dilakukan berlokasi di daerah Industri Pabrik Gula Pesantren Baru,

Kediri. Fitriyah juga menjelaskan bahwa tujuan dari penelitiannya adalah untuk

mengatahui perbedaan kualitas air irigasi sebelum dan sesudah teraliri limbah PG.

Madukismo, sehingga dapat diketahui terdapat perbedaan tujuan antara penelitian

terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan. Metode yang digunakan oleh

Fitriyah dan metode yang akan dilakukan merupakan metode yang sama yaitu

dengan metode deskriptif kuantitatif, tetapi pendekatan yang digunakan berbeda,

Fitriyah menggunakan pendekatan ke lingkungan, sedangkan penelitian yang akan

dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif berupa warna, bau, suhu, pH,

DHL, BOD5, COD, DO, TSS, sulfida, minyak dan lemak serta bentos.

Fatikawati dan Muktiali (2015) menjelaskan bahwa penelitian yang telah

dilakukan bertujuan untuk mengkaji pengaruh keberadaan industri gula Blora

terhadap perubahan penggunaan lahan, sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan,

sehingga dapat diketahui terdapat perbedaan tujuan dari penelitian. Penelitian

Fatikawati dan Muktiali juga menjelaskan bahwa penelitian yang telah dilakukan

lebih terkonsentrasi pada aspek sosial-ekonomi masyarakat, sedangkan penelitian

yang akan dilakukan melingkupi tiga aspek yaitu abiotik, biotik dan lingkungan.

Metode yang digunakan oleh Fatikawati dan Muktiali (2015) dan metode yang akan

digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, tetapi pada

penelitian yang telah dilakukan oleh Fatikawati dan Muktiali (2015) yaitu dengan

8

menggunakan analisis statistik, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan

dengan menggunakan nilai pada parameter abiotik dan biotik.

Pangestin (2008), menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian yang telah

dilakukan adalah untuk mengetahui pelaksanaan izin pembuangan limbah cair dan

hambatan dalam pengolahan limbah cair sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah

adalah untuk inventarisasi data lingkungan komponen abiotik, biotik dan kultural

terkait analisis degradasi lingkungan akibat limbah industri gula di Pesantren

Kediri, mengkaji kualitas air berdasarkan pada komponen abiotik, biotik dan

kultural serta mengkaji tingkat pencemaran lingkungan berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 di Sungai Kresek akibat

pembuangan limbah cair industri gula di Kediri dan merumuskan strategi

pengelolaan lingkungan pengendalian terhadap pencemaran limbah cair industri

gula. Selain itu metode, data, pengujian dan analisis yang dilakukan akan berbeda.

Penelitian Pangestin (2008) menggunakan metode deskriptif kualitatif, sedangkan

pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif yaitu

berdasarkan pada tiga komponen yang terdiri dari komponen abiotik dengan

parameter warna, bau, suhu, pH, DHL, BOD5, COD, DO, TSS, sulfida dan minyak

lemak parameter biotik dengan parameter vegetasi yang hidup di sekitar sungai dan

bentos, serta komponen kultural dengan parameter hasil dari wawancara dan

kuisioner.

Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus

sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian ini disajikan dalam

Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu.

NO Peneliti, Tahun,

Judul Tujuan Utama Metode Hasil

1. Lestari, G., 2006

Studi Potensi

Penerapan Produksi

Bersih Pada Industri

Gula (Studi Kasus di

Untuk

mengidentifikasi

potensi penerapan

produksi bersih

pada industri gula

Metode

analisis

deskriptif

kualitatif

PG. Pesantren Baru

menerapakan

manajemen O & M

(Operation and

Maintenance) sepereti

9

NO Peneliti, Tahun,

Judul Tujuan Utama Metode Hasil

PG. Pesantren Baru

Kediri – Jawa Timur)

kristal putih dengan

studi kasus pada

PG. Pesanren Baru

Kediri – Jawa

Timur

mengangkut ampas

menuju boler, menutup

kran air dan

mematikan lampu

yang tidak digunakan

sangat membantu

peningkatan efisiensi

produksi.

2. Yani, et. al. 2012

Penilaian Daur

Hidup (Life Cycle

Assesment) Pada

Pabrik Gula Tebu

Untuk mengurangi

dampak lingkungan

yang disebabkan

dalam proses

produksi gula,

sehingga

diperlukan analisis

daur hidup gula

agar lebih efisisen

Metode

LCA yang

digunakan

untuk

mengevalu

asi dampak

lingkungan

yang terjadi

pada

seluruh

siklus

hidup gula

Berdasarkan analisis

inventori menunjukkan

efisiensi dalam proses

penggunaan bahan

baku dan eneregi

dipengaruhi oleh

siklus hidup gula

mulai dari kebun

sampai proses

produksi gula di pabrik

sehingga akan

berpengaruh terhadap

dampak lingkungan

yang dihasilkan.

3. Fitriyah, A., 2012

Dampak Limbah

Cair Pabrik Gula dan

Pabrik Spirtus

(PGPS) Madukismo

Terhadap

Produkstivitas Padi

di Desa Tirtonirmolo

Untuk mengetahui

perbedaan kualitas

air irigasi yang

tidak teraliri limbah

cair PGPS

Madukismo dan

mengetahui

perbedaan

produkstivitas padi

Metode

deskriptif

kuantitatif

dengan

menggunak

an

pendekatan

ke

lingkunga

Lahan yang tidak

terailiri limbah air

PGPS Madukismo

kualitas air untuk

irigasi masih tergolong

baik, sedangkan lahan

yang dialaliri limbah

cair spirtus kualitas

airnya mengalami

10

NO Peneliti, Tahun,

Judul Tujuan Utama Metode Hasil

Kecamatan Kasihan

Kabupaten Bantul

di lahan pertanian

Desa Tirtonirmolo

yang teraliri limbah

cair dan lahan

pertanian yang

tidak teraliri limbah

cair PGPS

Madukismo

(ecological

epproach)

penurunan yaitu pada

nilai DHL, Klorida

dan Sulfat dan pada

limbah cair gula

kualitas air irigasi

mengalami

peningkatan yaitu pada

presentase Natrium

dan Klorida dan

Sulfat.

Produktivitas padi

pada lahan yang dialiri

oleh limbah cair PGPS

Madukismo lebih baik

dibandingkan dengan

produktivitas padi

pada lahan yang tidak

dialiri limbah cair.

4. Andriyanti, A., et.

al, 2014

An Analysis of

Waste Cost

Allocation In A

Sugar Manufacture

(A Case Study of

Environmental

Accounting

Implementation In

Pabrik Gula

Djombang Baru)

Untuk menganalisis

tanggung jawab

perusahaan,

pengelolaan limbah

dan penerapan

akuntansi

lingkungan di PG

Djombang Baru

Metode

kualitatif,

dengan

pengumpul

an data

yang terdiri

dari

observasi,

wawancara

dan

dokumenta

si

Secara akuntansi PG.

Djombang Baru telah

mengalokasikan biaya

terkait lingkungan

tetapi masih menjadi

satu dengan laporan

keuangan perusahaan,

sehingga PG

Djombang Baru

diharapkan dapat

memisahkan biaya

terkait pengolahan

limbah dengan tujuan

11

NO Peneliti, Tahun,

Judul Tujuan Utama Metode Hasil

untuk mengoptimalkan

tanggung jawab sosial

dari perusahaan.

5. Fatikawati, Y.N dan

Muktiali, M., 2015

Pengaruh

Keberadaan Industri

Gula Blora Terhadap

Perubahan

Penggunaan Lahan,

Sosial Ekonomi dan

Lingkungan di Desa

Tinapan dan Desa

Kedungwungu

Untuk mengkaji

pengaruh

keberadaan industri

gula Blora terhadap

perubahan

penggunaan lahan,

sosial ekonomi

masyarakat dan

lingkungan

Metode

penelitian

kuantitatif

dengan

analisis

statistik

deskriptif

dan analisis

interpretasi

citra

Industri gula

berpengaruh terhadap

perubahan penggunaan

lahan, yaitu lahan

perkebunan menjadi

lahan industri, warung

makan dan kosan.

Industri gula

berpengaruh terhadap

sosial ekonomi

masyarakat, dimana

dampak positifnya

adalah adanya

lapangan pekerjaan

bagi warga sekitar

sedangkan dampak

negatifnya adalah

pencemaran udara

contohnya adalah

kebisingan dan bau

yang menyengat pada

limbah cair dan padat.

6. Handayani, N. I., et.

al., 2012

Kajian Parameter

Suhu dalam Baku

Mutu Air Limbah

Industri Gula Jenis

Untuk mengetahui

pentingnya

parameter suhu

dalam baku mutu

air limbah industri

gula jenis air

Metode

deskriptif

dengan

pendekatan

evaluatif

kualitatif

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

terdapat 19 genus

fitoplankton dan 11

genus zooplankton

yang hidup dalam

12

NO Peneliti, Tahun,

Judul Tujuan Utama Metode Hasil

Air Limbah

Kondensor di Jawa

Tengah

limbah kondensor

ditinjau dari

keberadaan

plankton dalam

badan air dan

simulasi suhu pada

mixing zone

badan air dengan suhu

26 sampai dengan

320C, dimana suhu

alami untuk kehidupan

biota air dapat dicapai

sampai dengan air

limbah pada suhu 380C

dan dengan debit yang

sama.

7. Zenanda, S. S., 2016

Kekosongan Adopsi

IFRS: Fenomena

Akresi Aset Biologis

Tanaman Tebu,

Perlakuan

Akuntansinya, Serta

Kewajaran Penyajian

Laporan Keuangan

PG. Pesantren Baru

PT Perkebunan

Nusantara X

Untuk mengetahui

pemahaman

manajemen atas

fenomena akresi

tanaman tebu,

kebijakan akuntansi

terkait perlakuan

akuntansi atas

tanaman tebu dan

perbandingan

dengan IAS 41,

serta kewajaran

dalam menyajikan

laporan keuangan,

khususnya terkait

dengan tanaman

tebu

Metode

deskriptif

Perusahaan

mengklasifikasikan

biaya perolehan

menjadi dua yaitu

penyajian berdasarkan

tahun penangguhan

biaya produksi dan

perusahaan

menjelaskan tentang

rincian pada catatan

laporan keuangan

8. Wirasanti, D. A.,

2007

Perkembangan

Kehidupan Sosial-

Ekonomi Petani

Untuk mengetahui

perkembangan

kehidupan sosial-

ekonomi petani

Metode

deskriptif

dengan

melakukan

Petani tebu di wilayah

Kecamatan Pesantren

lebih memilih program

kemitraan daripada

TRI , yang disebabkan

13

NO Peneliti, Tahun,

Judul Tujuan Utama Metode Hasil

Tebu Di Kecamatan

Pesantren Kota

Kediri Tahun 1997-

2002

tebu di Kecamatan

Pesantren Baru

survey dan

wawancara

karena TRI

masyarakat sekitar

tidak memiliki peranan

dalam pengawasan

tebu, sehingga

masyarakat lebih

memilih untuk

menaman tanaman

yang lain misalnya

padi.

9. Nugrahadi, H., 2009

Kinerja Mesin

Pengolahan Tanah

Pada Budidaya Tebu

Lahan Kering di PG.

Pesantren Baru,

Kediri

Untuk mengukur

efisiensi waktu dan

biaya pengolahan

tanah serta

menentukan mesin

pengolahan yang

paling efisien pada

budidaya tebu

lahan kering di

kebun Hak Guna

Usaha (HGU) PG.

Pesantren Baru,

Kediri

Metode

analisis

deskriptif

kuantitatif

Nilai kapasitas

lapang lebih efektif

dengan

menggunakan traktor

model II, model III

dan model I (secara

beruratan)

Biaya konsumsi

bahan bakar terendah

adalah dengan

menggunakan traktor

II, traktor I dan

traktor III (secara

berurutan)

Mesin yang memiliki

efisiensi waktu dan

biaya adalah traktor

II

10. Putri, R. S. R. dan

Mashuri, M., 2015

Untuk mengetahui

pengendalian

kualitas tetes

Analisis

time series

Produksi tetes tebu

pada bulan Juni 2014

belum terkendali

14

NO Peneliti, Tahun,

Judul Tujuan Utama Metode Hasil

Analisis

Pengendalian

Kualitas Tetes

Produksi PG.

Pesantren Baru

Kediri Menggunakan

Diagram Kontrol

Multivariate

Berbasis Model Time

Series

produksi PG.

Pesantren Baru

secara multivariate

berbasis model time

series

variabilitas dan rata-

ratanya.

11. Pangestin, T, 2008

Pelaksanaan Izin

Pembuangan Limbah

Cair Dalam

Pengolahan Tanaman

Tebu Pada

Perkebunan

Nusantara X

(PERSERO) Pabrik

Gula Pesantren Baru

Kediri

Untuk mengetahui

bagaimana

pelaksanaan izin

pembuangan

limbah cair PT.

Perkebunan

Nusantara Pabrik

Gula Pesantren

Baru Kediri dan

untuk mengetahui

hambatan-

hambatan yang

dihadapi oleh PT.

Perkebunan

Nusantara Pabrik

Gula Pesantren

Baru Kediri

khususnya dalam

hal pengolahan

limbah cair industri

tebu

Metode

analisis

deskriptif

kualitatif

dengan

metode

pengumpul

an data

berupa

wawancara

dan studi

pustaka

Pelaksanaan

permohonan izin PG.

Pesantren Baru sudah

sesuai dengan Perda

Kabupaten Kediri

Nomor 2 Tahun 2001,

tetapi dalam

pelaksanaan

pengolahan limbah

cair dan hasil uji

kualitas analisis air

yang dilakukan pada

bulan Juli 2007 nilai

BOD, COD, TSS,

minyak lemak dan

sulfida berada di

bawah baku mutu SK

Gubernur Nomor 45

Tahun 2002, sehingga

berdampak negatif

terhadap lingkungan

15

NO Peneliti, Tahun,

Judul Tujuan Utama Metode Hasil

sekitar, serta terdapat

hambatan dalam

pengelolaan limbah

yang disebabkan

karena masalah

keuangan dan

kesepakatan dalam

pengolahan limbah

cair pabrik.

12. Kripa, P. K., et. al.,

2013

Aquatic

Macroinvertebrates

as Bioindicators of

Stream Water

Quality-A Case

Study in Koratty,

Kerala, India

Untuk menguji

keberlanjutan

kehidupan

makrobentos

sebagai

bioindikator alami

untuk uji kualitas

air sungai di

Koratty

Rapid Bio

assessment

Protocol

diikuti

dengan

estimasi

nilai FBI

yang

selanjutnya

dikalkulasi

dengan

rumus

Hielsenhoff

sedangkan

indeks

kualitas air

dengan

metode

COME

WQI

Nilai FBI yang

diperoleh pada hulu

sungai yaitu antara

4,1-5,0 sehingga

mengindikasikan

kualitas air yang baik.

Nilai FBI di bagian

tengah yaitu 5,3-5,5

dan di hilir yaitu 6,0-

6,5 sehingga nilai

tersebut sesuai dengan

taksiran dari

biomonitoring yang

telah dilakukan.

13. Fikri, N. 2014 Untuk mengetahui

Indeks

Metode

plot

Limabelas jenis

makrozoobentos

16

NO Peneliti, Tahun,

Judul Tujuan Utama Metode Hasil

Keanekaragaman dan

Kelimpahan

Makrozoobentos di

Pantai Kartika Jaya

Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal

Keanekaragaman,

Indeks

Keseragaman,

Indeks Dominasi

dan kepadatan

makrozoobentos di

sekitar pantai Desa

Kartika Jaya

Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal

berpetak

dengan

susunan

acak

diperoleh di kawasan

pantai. Indeks

Keanekaragaman

tertinggi terdapat pada

stasiun I (bibir pantai)

sebesar 2,3 dengan 15

makrobentos. Indeks

dominasi tertinggi

yaitu pada stasiun I

sebesar 0,87. Spesies

paling banyak

ditemukan adalah

Cerithideae

scalariformis yaitu

336 dan yang paling

sedikit ditemukan

adalah Pedipes

mirabilis yaitu 7

14. Pradie, B. 2012

Teknik Bioremidiasi

sebagai Alternatif

dalam Upaya

Pengendalian

Pencemaran Air

Untuk mengetahui

proses bioremidiasi

sebagai alternatif

dalam upaya

pengendalian

pencemaran air

Bioremidia

si.

Pertumbuh

an

mikroorgan

isme yang

tersuspensi

yaitu

dengan

isolasi

bakteri,

pengujian

bakteri

Bakteri indigenous

(Micrococus,

Corynebacterium,

Morrococcus) dapat

mendegradasi logam

Pb, nitrat, nitrit, bahan

organik, sulfida,

kekeruhan dan amonia.

Bakteri commercial

product (Bacillus,

Pseudomonas) serta

enzim Amylase,

Protease, Lipase,

17

NO Peneliti, Tahun,

Judul Tujuan Utama Metode Hasil

dalam

mendegrad

asi zat

pencemar,

identifikasi,

perbanyaka

n bakteri

Esterase dapat

mendegradasi

pencemar organik,

nitrogen, fosfat dan

kontrol pertumbuhan

alga.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan batasan obyek maupun lingkup

kajian penelitian yang didukung oleh konsep teori yang ada, maka tujuan penelitian

ini adalah:

(1) menginventarisasi data kerusakan lingkungan ditinjau dari komponen abiotik,

biotik dan kultural dan pengaruhnya terkait analisis degradasi lingkungan

akibat pembuangan limbah industri gula di Pesantren Kediri;

(2) mengkaji tingkat kerusakan lingkungan berdasarkan pada komponen abiotik,

biotik dan kultural serta mengkaji tingkat pencemaran lingkungan berdasarkan

pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 di

Sungai Kresek akibat pembuangan limbah cair industri gula di Kediri; dan

(3) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan untuk pengendalian pencemaran

limbah cair industri gula di Sungai Kresek Kediri.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan berbagai manfaat, baik

manfaat akademik maupun praktis, tetapi sasaran utama penelitian ini adalah

pengaruh pembuangan limbah cair industri gula terhadap Sungai Kresek dan

strategi masyarakat setempat dalam menghadapi masalah tersebut, sehingga

manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

18

(1) sebagai pembelajaran bagi peneliti dalam melakukan identifikasi pencemaran

lingkungan dan memberikan masukan serta saran dalam strategi pengelolaan

sesuai dengan kondisi lingkungan dan berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh;

(2) menambah acuan dan referensi dalam penelitian yang akan datang dengan

topik yang sesuai; dan

(3) hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat melengkapi data yang

berkaitan dengan pencemaran limbah cair sungai Kresek dan dapat digunakan

sebagai masukan untuk BLH Kota Kediri.