BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara maju bahkan telah menggeser paradigma “quality” kearah paradigma “quality safety”. Ini berarti bukan hanya mutu pelayanan yang harus ditingkatkan tapi yang lebih penting lagi adalah menjaga keselamatan pasien secara konsisten dan terus menerus. Keselamatan (safety) yang telah menjadi isu global memiliki lima isu penting yang terkait dengan keselamatan, yaitu keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja/ petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis yang terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan. Angka Kematian Ibu (AKI) sampai saat ini masih menjadi salah satu indikator utama yang digunakan untuk melihat besarnya derajat kesehatan pada perempuan. AKI telah menjadi target MDG’s (Millenium Development Goals) nomor lima, yaitu meningkatkan kesehatan ibu, yaitu menurunkan angka kematian ibu hingga ¾-nya tahun 1990-2015. Sesuai data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mengalami peningkatan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup (2007) menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan target

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya

keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara

maju bahkan telah menggeser paradigma “quality” kearah paradigma “quality

safety”. Ini berarti bukan hanya mutu pelayanan yang harus ditingkatkan tapi

yang lebih penting lagi adalah menjaga keselamatan pasien secara konsisten

dan terus menerus. Keselamatan (safety) yang telah menjadi isu global

memiliki lima isu penting yang terkait dengan keselamatan, yaitu keselamatan

pasien (patient safety), keselamatan pekerja/ petugas kesehatan, keselamatan

bangunan dan peralatan yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien

dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak

terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis yang terkait dengan

kelangsungan hidup perusahaan.

Angka Kematian Ibu (AKI) sampai saat ini masih menjadi salah satu

indikator utama yang digunakan untuk melihat besarnya derajat kesehatan

pada perempuan. AKI telah menjadi target MDG’s (Millenium Development

Goals) nomor lima, yaitu meningkatkan kesehatan ibu, yaitu menurunkan

angka kematian ibu hingga ¾-nya tahun 1990-2015. Sesuai data hasil Survei

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu

(AKI) di Indonesia mengalami peningkatan dari 228 per 100.000 kelahiran

hidup (2007) menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan target

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

2

MDG’s yang ditetapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2015. Di Indonesia, faktor penyebab langsung kematian ibu didominasi oleh

perdarahan, hipertensi/ eklampsia dan infeksi sedangkan faktor penyebab

tidak langsung karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu

(www.kesehatanibu.depkes.go.id). Selain itu, Angka Kematian Bayi (AKB)

juga menjadi target MDG’s nomor empat yaitu menurunkan angka kematian

anak yang saat ini masih tinggi berdasarkan SDKI 2012 menunjukkan

kematian bayi mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup sementara terget

Indonesia sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup yang disebabkan oleh tiga

faktor utama, yaitu kesulitan bernafas saat lahir (asfiksia), infeksi, dan

komplikasi lahir dini serta berat badan lahir rendah.

Pekerja yang sehat adalah faktor penentu yang vital untuk pertumbuhan

sosial ekonomi yang berkesinambungan, sehingga di era globalisasi ini

menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap

tempat kerja termasuk di sektor kesehatan dalam rangka menekan serendah

mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja,

serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Petugas pelayanan kesehatan

setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk bekerja dengan aman

dalam lingkungan yang membahayakan. Angka kejadian tenaga kesehatan

yang tertular Hepatitis B dan C serta HIV yang ditularkan pasien cenderung

tinggi. Data WHO di Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2010), dari 35

juta pekerja kesehatan terdapat 3 juta terpajan patogen darah, 2 juta terpajan

Virus Hepatitis B (HBV), 0,9 juta terpajan virus Hepatitis C (HCV) dan

170.000 terpajan virus HIV/AIDS, lebih dari 90% terjadi di negara

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

3

berkembang. Pada tahun 2009, terdapat 1 kasus Penyakit Akibat Kerja (PAK),

yaitu bidan yang tertular virus Hepatitis B akibat tertusuk jarum (Seksi K3RS

PMI Bogor,2011).

Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan lulus Program

Pendidikan Bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku

(Pasal 1 Butir 1 Keppres No.23 tahun 1994). Tugas profesi bidan yaitu sebagai

salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan untuk menurunkan AKI dan

AKB sehingga bidan harus menjadi penyedia pelayanan kesehatan maternal

dan neonatal yang berkualitas. Persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan

terlatih terbukti mengurangi risiko kematian ibu (WHO,2008).

Dalam melakukan pelayanan kebidanan, bidan harus menerapkan asuhan

kebidanan sesuai kewenangannya. Salah satu bentuk pelayanan utama yang

diberikan bidan sebagai tenaga kesehatan adalah Asuhan Persalinan Normal

(APN). Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan

normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan

dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi (Depkes,2004).

Fokus utama APN adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan

suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi

menjadi mencegah komplikasi yang mungkin muncul sehingga akan

mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Persalinan aman

dan bersih merupakan salah satu dari empat pilar Safe Motherhood, aman

artinya memastikan setiap penolong persalinan mempunyai kemampuan,

keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan aman

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

4

serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, bersih artinya bebas dari

infeksi.

Kemampuan bidan untuk mencegah transmisi infeksi dalam Asuhan

Persalinan Normal adalah “memotong rantai penularan”, yaitu dengan

menerapkan Kewaspadaan Universal. Kewaspadaan Universal (Universal

Precaution) adalah pedoman yang ditetapkan Centers for Disease Control

(CDC) untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit yang ditularkan melalui

darah di lingkungan rumah sakit, atau sarana kesehatan lainnya. Konsep yang

dianut adalah bahwa semua darah dan cairan tubuh harus dikelola sebagai

sumber yang dapat menularkan HIV/AIDS, Hepatitis B (HBV) dan berbagai

penyakit lain yang ditularkan melalui darah (JNPKKR-POGI,2009). Unsur

Kewaspadaan Universal terdiri dari cuci tangan, pakai alat pelindung yang

sesuai, pengelolaan alat tajam (disediakan tempat khusus untuk membuang

jarum suntik dan semprit), dekontaminasi-sterilisasi-desinfeksi, pengelolaan

limbah (www.spiritia.or.id).

Menggunakan Alat Pelindung Diri merupakan salah satu unsur dari

kewaspadaan universal. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

No.8/MEN/2010, Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective

Equipment (PPE) didefinisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan

untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh

tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja. APD digunakan untuk melindungi

kulit dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan

tubuh, sekret,ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien (Depkes,

2010). APD berfungsi sebagai “penyekat/ pembatas” antara petugas dan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

5

penderita serta memiliki dua fungsi, yaitu untuk kepentingan penderita dan

sekaligus untuk kepentingan petugas itu sendiri. Adapun jenis-jenis APD yaitu

sarung tangan, pelindung wajah seperti masker dan kacamata, penutup kepala,

gaun pelindung (baju kerja/ celemek) dan sepatu pelindung. Penggunaan APD

sebagai bagian dari pengendalian bahaya di tempat kerja dan merupakan

syarat penting yang harus mendapat perhatian khususnya standar keselamatan

kerja sebagai sarana untuk lebih menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga

kerja dan pasien. Karena tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan pada

pertolongan persalinan, maka perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan

terhadap kejadian penyakit atau traumatic akibat lingkungan kerja dan faktor

manusianya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mulyanti mengenai Faktor

Predisposing, Enabling dan Reinforcing terhadap Penggunaan Alat Pelindung

Diri dalam Asuhan Persalinan Normal di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh

tahun 2008, menunjukkan bahwa hanya 55% bidan menggunakan APD

dengan baik dan benar dalam melakukan tindakan Asuhan Persalinan Normal.

Pada penelitian Wekoyla mengenai Hubungan Pengetahuan, Sikap,

Pendidikan dan Masa Kerja Bidan Terhadap Perilaku Penggunaan Alat

Pelindung Diri pada Tindakan Pertolongan Persalinan di Rumah Sakit Umum

Provinsi Sulawesi Tenggara dan Rumah Sakit Umum Kota Kendari tahun

2012, menyimpulkan bahwa perilaku bidan yang ada di ruang bersalin yang

menggunakan APD lengkap pada tindakan pertolongan persalinan normal

hanya 13,3%. Berdasarkan study pendahuluan dari hasil wawancara singkat

yang dilakukan peneliti bulan April 2015 pada 10 Bidan Praktek Mandiri

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

6

(BPM) wilayah Kecamatan Pondok Gede didapatkan yang mengetahui tentang

Kewaspadaan Universal (APD), yaitu 5 orang (50%) dan hanya 2 orang (20%)

yang menggunakan APD lengkap saat melakukan Asuhan Persalinan Normal

sedangkan 8 orang (80%) tidak menggunakan APD lengkap. Hal ini

menunjukkan bahwa perilaku Bidan Praktek Mandiri tersebut dalam

melakukan asuhan persalinan masih belum sesuai dengan standar yang

diinginkan, yaitu menggunakan APD lengkap saat menolong persalinan dan

apabila tidak segera ditindak lanjuti akan membahayakan bidan dan pasiennya

dikarenakan dalam proses persalinan memiliki potensi bahaya terkena cairan

darah, ketuban, sekret yang apabila mengenai mukosa tubuh seseorang maka

akan berisiko tertular penyakit infeksi, seperti Hepatitis B dan C serta

HIV/AIDS dimana bidan dan pasien bisa memiliki risiko tertular dan

menularkan penyakit infeksi. Persalinan bersih dan aman untuk mencegah

infeksi belum diterapkan bidan dengan maksimal, hal ini dikarenakan bidan

kurang merasa nyaman dengan APD, tidak adanya Standar Operasional

Prosedur, terbatasnya pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan Universal

(APD) dan kurangnya sarana APD ditempat prakteknya serta kurang adanya

pengawasan yang tegas dari Ikatan Bidan Indonesia. Tidak tersedianya standar

asuhan, terbatasnya pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dan

kurangnya kepatuhan petugas terhadap standar yang ada menyebabkan kinerja

dan kualitas pelayanan dinilai rendah (APN,2008).

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil penginderaan

manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Teori Skinner (1938)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

7

dalam Notoatmodjo 2010 seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Pada Praktek Mandiri, bidan

memiliki kewenangan dalam melakukan Asuhan Kebidanan yang selalu

dihadapi berbagai potensi bahaya, diantaranya bahaya fisik dan biologi di

ruang bersalin ketika bidan melakukan Asuhan Persalinan Normal, sehingga

sangat diperlukan bekal pengetahuan yang baik agar tercipta perilaku sehat

yang bentuk konkritnya adalah prilaku proaktif memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman

penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan (Depkes RI,2010),

serta dengan membudayakan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja guna

meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin melakukan

penelitian mengenai hubungan pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan

Universal (Alat Pelindung Diri) dengan perilaku penggunaan Alat Pelindung

Diri pada Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek Mandiri wilayah

Kecamatan Pondok Gede tahun 2015.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam teori Lawrence Green (1980), faktor perilaku ditentukan dari tiga

faktor utama, yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

8

lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tradisi dan

sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang

memungkinkan / yang memfasilitasi perilaku/ tindakan. Yang dimaksud

faktor pemungkin adalah sarana/ prasarana / fasilitas untuk terjadinya

perilaku kesehatan.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yaitu faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang

meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tapi tidak

melakukannya sehingga memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.

Berdasarkan study pendahuluan dari hasil wawancara singkat yang

dilakukan peneliti bulan April 2015 pada 10 Bidan Praktek Mandiri (BPM)

wilayah Kecamatan Pondok Gede didapatkan yang mengetahui tentang

Kewaspadaan Universal (APD), yaitu 5 orang (50%) dan hanya 2 orang (20%)

yang menggunakan APD lengkap saat melakukan Asuhan Persalinan Normal

sedangkan 8 orang (80%) tidak menggunakan APD lengkap, padahal perilaku

penggunaan APD lengkap saat bidan melakukan Asuhan Persalinan Normal

merupakan salah satu unsur dari Kewaspadaan Universal yaitu dengan

melakukan upaya pengendalian untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan

kerja terhadap potensi bahaya-risiko yang akan dihadapi bidan, seperti tertular

penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan fungi melalui

pasien yang tidak diketahui kondisi kesehatannya oleh bidan secara

menyeluruh. Pasien pun berpotensi terkena bahaya-risiko seperti terjadinya

infeksi yang bisa menyebabkan kematian pada ibu dan bayi jika bidan kurang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

9

mengetahui dan tidak menerapkan Kewaspadaan Universal (KU) di Bidan

Praktek Mandiri. Karena risiko tinggi inilah maka APD harus dikelola dengan

baik di unit kerja dengan menyediakan macam dan jumlahnya sesuai

kebutuhan dan selalu siap pakai, termasuk kualitas bahan, ukuran serta cara

menyimpannya.

Segala prosedur pembedahan yang membuka jaringan organ, pembuluh

darah dan pertolongan persalinan atau tindakan abortus, temasuk tindakan

medik invasif berisiko tinggi menularkan HIV bagi tenaga kesehatan. Untuk

memutus rantai penularan, perlu pembatas berupa:

1. Kacamata pelindung untuk menghindari percikan cairan tubuh ke mata

2. Masker pelindung hidung/ mulut untuk mencegah percikan pada mukosa

hidung/ mulut

3. Plastik penutup badan (schort) untuk mencegah kontak dengan cairan

tubuh pasien

4. Sarung tangan yang sesuai untuk pelindung tangan yang aktif melakukan

tindakan medik invasif

5. Penutup kaki untuk melindungi kaki dari cairan yang infektif

(JNPKKR-POGI,2009)

Untuk kegiatan pertolongan persalinan sebaiknya semua alat pelindung

tubuh digunakan oleh petugas untuk mengurangi terpajan darah dan cairan

tubuh lainnya (Depkes,2010).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

10

1.3 Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, dana, tenaga dan teori serta untuk menjaga

agar penelitian lebih terarah dan lebih fokus maka dengan pertimbangan

tersebut penelitian ini dibatasi, yaitu dari Kewaspadaan Universal dibatasi

hanya mengenai Alat Pelindung Diri yang merupakan salah satu unsur dari

Kewaspadaan Universal. Selain itu juga peneliti membatasi perilaku yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain predisposing, enabling dan

reinforcing, namun peneliti hanya mengambil faktor pengetahuan saja yang

merupakan bagian dari faktor predisposing, sehingga judul penelitian

mengenai hubungan pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan Universal (Alat

Pelindung Diri) dengan perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri pada

Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek Mandiri wilayah Kecamatan

Pondok Gede tahun 2015.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah

diatas maka peneliti membuat rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu

“Adakah hubungan pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan Universal (Alat

Pelindung Diri) dengan perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri pada

Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek Mandiri wilayah Kecamatan

Pondok Gede tahun 2015? ”

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

11

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan

Universal (Alat Pelindung Diri) dengan perilaku penggunaan Alat

Pelindung Diri pada Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek Mandiri

wilayah Kecamatan Pondok Gede tahun 2015.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gambaran karakteristik responden (umur, pendidikan

dan lama kerja) di Bidan Praktek Mandiri wilayah Kecamatan Pondok

Gede tahun 2015.

2. Mengidentifikasi pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan Universal

(Alat Pelindung Diri) di Bidan Praktek Mandiri wilayah Kecamatan

Pondok Gede tahun 2015.

3. Mengidentifikasi perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri pada

Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek Mandiri wilayah

Kecamatan Pondok Gede tahun 2015.

4. Menganalisis hubungan pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan

Universal (Alat Pelindung Diri) dengan perilaku penggunaan Alat

Pelindung Diri pada Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek

Mandiri wilayah Kecamatan Pondok Gede tahun 2015.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

12

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui hubungan pengetahuan bidan tentang

Kewaspadaan Universal (Alat Pelindung diri) dengan perilaku penggunaan

Alat Pelindung Diri pada Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek

Mandiri wilayah Kecamatan Pondok Gede tahun 2015, dapat

mengaplikasikan teori yang diperoleh yang disesuaikan dengan keadaan

lapangan serta menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang

sangat berharga dalam melakukan analisa suatu permasalahan dan

menemukan solusi penyelesaiannya.

1.6.2 Bagi Bidan Praktek Mandiri

Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

informasi, saran dan bertukar wawasan kepada para Bidan Praktek

Mandiri ke arah yang lebih baik untuk menciptakan pelayanan kesehatan

yang berkualitas/ bermutu sehingga diharapkan dapat menurunkan AKI

dan AKB serta menjadi tenaga kesehatan yang sehat, profesional, etis dan

trampil dengan memiliki standar praktek pelayanan kebidanan serta

memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja (bidan) dan

pasien.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdigilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6898-BABI.pdf · serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, ... menggunakan APD lengkap

13

1.6.3 Bagi Ikatan Bidan Indonesia (IBI)

Sebagai masukan bagi Ikatan Bidan Indonesia untuk pengambilan

kebijakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam

penerapan Kewaspadaan Universal.

1.6.4 Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan

Memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam

institusi pendidikan.