BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya
keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara
maju bahkan telah menggeser paradigma “quality” kearah paradigma “quality
safety”. Ini berarti bukan hanya mutu pelayanan yang harus ditingkatkan tapi
yang lebih penting lagi adalah menjaga keselamatan pasien secara konsisten
dan terus menerus. Keselamatan (safety) yang telah menjadi isu global
memiliki lima isu penting yang terkait dengan keselamatan, yaitu keselamatan
pasien (patient safety), keselamatan pekerja/ petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien
dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis yang terkait dengan
kelangsungan hidup perusahaan.
Angka Kematian Ibu (AKI) sampai saat ini masih menjadi salah satu
indikator utama yang digunakan untuk melihat besarnya derajat kesehatan
pada perempuan. AKI telah menjadi target MDG’s (Millenium Development
Goals) nomor lima, yaitu meningkatkan kesehatan ibu, yaitu menurunkan
angka kematian ibu hingga ¾-nya tahun 1990-2015. Sesuai data hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia mengalami peningkatan dari 228 per 100.000 kelahiran
hidup (2007) menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan target
2
MDG’s yang ditetapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015. Di Indonesia, faktor penyebab langsung kematian ibu didominasi oleh
perdarahan, hipertensi/ eklampsia dan infeksi sedangkan faktor penyebab
tidak langsung karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu
(www.kesehatanibu.depkes.go.id). Selain itu, Angka Kematian Bayi (AKB)
juga menjadi target MDG’s nomor empat yaitu menurunkan angka kematian
anak yang saat ini masih tinggi berdasarkan SDKI 2012 menunjukkan
kematian bayi mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup sementara terget
Indonesia sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup yang disebabkan oleh tiga
faktor utama, yaitu kesulitan bernafas saat lahir (asfiksia), infeksi, dan
komplikasi lahir dini serta berat badan lahir rendah.
Pekerja yang sehat adalah faktor penentu yang vital untuk pertumbuhan
sosial ekonomi yang berkesinambungan, sehingga di era globalisasi ini
menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap
tempat kerja termasuk di sektor kesehatan dalam rangka menekan serendah
mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja,
serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Petugas pelayanan kesehatan
setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk bekerja dengan aman
dalam lingkungan yang membahayakan. Angka kejadian tenaga kesehatan
yang tertular Hepatitis B dan C serta HIV yang ditularkan pasien cenderung
tinggi. Data WHO di Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2010), dari 35
juta pekerja kesehatan terdapat 3 juta terpajan patogen darah, 2 juta terpajan
Virus Hepatitis B (HBV), 0,9 juta terpajan virus Hepatitis C (HCV) dan
170.000 terpajan virus HIV/AIDS, lebih dari 90% terjadi di negara
3
berkembang. Pada tahun 2009, terdapat 1 kasus Penyakit Akibat Kerja (PAK),
yaitu bidan yang tertular virus Hepatitis B akibat tertusuk jarum (Seksi K3RS
PMI Bogor,2011).
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan lulus Program
Pendidikan Bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku
(Pasal 1 Butir 1 Keppres No.23 tahun 1994). Tugas profesi bidan yaitu sebagai
salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan untuk menurunkan AKI dan
AKB sehingga bidan harus menjadi penyedia pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal yang berkualitas. Persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan
terlatih terbukti mengurangi risiko kematian ibu (WHO,2008).
Dalam melakukan pelayanan kebidanan, bidan harus menerapkan asuhan
kebidanan sesuai kewenangannya. Salah satu bentuk pelayanan utama yang
diberikan bidan sebagai tenaga kesehatan adalah Asuhan Persalinan Normal
(APN). Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan
normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan
dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi (Depkes,2004).
Fokus utama APN adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan
suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi
menjadi mencegah komplikasi yang mungkin muncul sehingga akan
mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Persalinan aman
dan bersih merupakan salah satu dari empat pilar Safe Motherhood, aman
artinya memastikan setiap penolong persalinan mempunyai kemampuan,
keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan aman
4
serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, bersih artinya bebas dari
infeksi.
Kemampuan bidan untuk mencegah transmisi infeksi dalam Asuhan
Persalinan Normal adalah “memotong rantai penularan”, yaitu dengan
menerapkan Kewaspadaan Universal. Kewaspadaan Universal (Universal
Precaution) adalah pedoman yang ditetapkan Centers for Disease Control
(CDC) untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit yang ditularkan melalui
darah di lingkungan rumah sakit, atau sarana kesehatan lainnya. Konsep yang
dianut adalah bahwa semua darah dan cairan tubuh harus dikelola sebagai
sumber yang dapat menularkan HIV/AIDS, Hepatitis B (HBV) dan berbagai
penyakit lain yang ditularkan melalui darah (JNPKKR-POGI,2009). Unsur
Kewaspadaan Universal terdiri dari cuci tangan, pakai alat pelindung yang
sesuai, pengelolaan alat tajam (disediakan tempat khusus untuk membuang
jarum suntik dan semprit), dekontaminasi-sterilisasi-desinfeksi, pengelolaan
limbah (www.spiritia.or.id).
Menggunakan Alat Pelindung Diri merupakan salah satu unsur dari
kewaspadaan universal. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No.8/MEN/2010, Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective
Equipment (PPE) didefinisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja. APD digunakan untuk melindungi
kulit dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan
tubuh, sekret,ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien (Depkes,
2010). APD berfungsi sebagai “penyekat/ pembatas” antara petugas dan
5
penderita serta memiliki dua fungsi, yaitu untuk kepentingan penderita dan
sekaligus untuk kepentingan petugas itu sendiri. Adapun jenis-jenis APD yaitu
sarung tangan, pelindung wajah seperti masker dan kacamata, penutup kepala,
gaun pelindung (baju kerja/ celemek) dan sepatu pelindung. Penggunaan APD
sebagai bagian dari pengendalian bahaya di tempat kerja dan merupakan
syarat penting yang harus mendapat perhatian khususnya standar keselamatan
kerja sebagai sarana untuk lebih menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja dan pasien. Karena tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan pada
pertolongan persalinan, maka perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan
terhadap kejadian penyakit atau traumatic akibat lingkungan kerja dan faktor
manusianya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mulyanti mengenai Faktor
Predisposing, Enabling dan Reinforcing terhadap Penggunaan Alat Pelindung
Diri dalam Asuhan Persalinan Normal di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh
tahun 2008, menunjukkan bahwa hanya 55% bidan menggunakan APD
dengan baik dan benar dalam melakukan tindakan Asuhan Persalinan Normal.
Pada penelitian Wekoyla mengenai Hubungan Pengetahuan, Sikap,
Pendidikan dan Masa Kerja Bidan Terhadap Perilaku Penggunaan Alat
Pelindung Diri pada Tindakan Pertolongan Persalinan di Rumah Sakit Umum
Provinsi Sulawesi Tenggara dan Rumah Sakit Umum Kota Kendari tahun
2012, menyimpulkan bahwa perilaku bidan yang ada di ruang bersalin yang
menggunakan APD lengkap pada tindakan pertolongan persalinan normal
hanya 13,3%. Berdasarkan study pendahuluan dari hasil wawancara singkat
yang dilakukan peneliti bulan April 2015 pada 10 Bidan Praktek Mandiri
6
(BPM) wilayah Kecamatan Pondok Gede didapatkan yang mengetahui tentang
Kewaspadaan Universal (APD), yaitu 5 orang (50%) dan hanya 2 orang (20%)
yang menggunakan APD lengkap saat melakukan Asuhan Persalinan Normal
sedangkan 8 orang (80%) tidak menggunakan APD lengkap. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku Bidan Praktek Mandiri tersebut dalam
melakukan asuhan persalinan masih belum sesuai dengan standar yang
diinginkan, yaitu menggunakan APD lengkap saat menolong persalinan dan
apabila tidak segera ditindak lanjuti akan membahayakan bidan dan pasiennya
dikarenakan dalam proses persalinan memiliki potensi bahaya terkena cairan
darah, ketuban, sekret yang apabila mengenai mukosa tubuh seseorang maka
akan berisiko tertular penyakit infeksi, seperti Hepatitis B dan C serta
HIV/AIDS dimana bidan dan pasien bisa memiliki risiko tertular dan
menularkan penyakit infeksi. Persalinan bersih dan aman untuk mencegah
infeksi belum diterapkan bidan dengan maksimal, hal ini dikarenakan bidan
kurang merasa nyaman dengan APD, tidak adanya Standar Operasional
Prosedur, terbatasnya pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan Universal
(APD) dan kurangnya sarana APD ditempat prakteknya serta kurang adanya
pengawasan yang tegas dari Ikatan Bidan Indonesia. Tidak tersedianya standar
asuhan, terbatasnya pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dan
kurangnya kepatuhan petugas terhadap standar yang ada menyebabkan kinerja
dan kualitas pelayanan dinilai rendah (APN,2008).
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Teori Skinner (1938)
7
dalam Notoatmodjo 2010 seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Pada Praktek Mandiri, bidan
memiliki kewenangan dalam melakukan Asuhan Kebidanan yang selalu
dihadapi berbagai potensi bahaya, diantaranya bahaya fisik dan biologi di
ruang bersalin ketika bidan melakukan Asuhan Persalinan Normal, sehingga
sangat diperlukan bekal pengetahuan yang baik agar tercipta perilaku sehat
yang bentuk konkritnya adalah prilaku proaktif memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan (Depkes RI,2010),
serta dengan membudayakan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja guna
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin melakukan
penelitian mengenai hubungan pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan
Universal (Alat Pelindung Diri) dengan perilaku penggunaan Alat Pelindung
Diri pada Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek Mandiri wilayah
Kecamatan Pondok Gede tahun 2015.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam teori Lawrence Green (1980), faktor perilaku ditentukan dari tiga
faktor utama, yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara
8
lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tradisi dan
sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang
memungkinkan / yang memfasilitasi perilaku/ tindakan. Yang dimaksud
faktor pemungkin adalah sarana/ prasarana / fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yaitu faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang
meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tapi tidak
melakukannya sehingga memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.
Berdasarkan study pendahuluan dari hasil wawancara singkat yang
dilakukan peneliti bulan April 2015 pada 10 Bidan Praktek Mandiri (BPM)
wilayah Kecamatan Pondok Gede didapatkan yang mengetahui tentang
Kewaspadaan Universal (APD), yaitu 5 orang (50%) dan hanya 2 orang (20%)
yang menggunakan APD lengkap saat melakukan Asuhan Persalinan Normal
sedangkan 8 orang (80%) tidak menggunakan APD lengkap, padahal perilaku
penggunaan APD lengkap saat bidan melakukan Asuhan Persalinan Normal
merupakan salah satu unsur dari Kewaspadaan Universal yaitu dengan
melakukan upaya pengendalian untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan
kerja terhadap potensi bahaya-risiko yang akan dihadapi bidan, seperti tertular
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan fungi melalui
pasien yang tidak diketahui kondisi kesehatannya oleh bidan secara
menyeluruh. Pasien pun berpotensi terkena bahaya-risiko seperti terjadinya
infeksi yang bisa menyebabkan kematian pada ibu dan bayi jika bidan kurang
9
mengetahui dan tidak menerapkan Kewaspadaan Universal (KU) di Bidan
Praktek Mandiri. Karena risiko tinggi inilah maka APD harus dikelola dengan
baik di unit kerja dengan menyediakan macam dan jumlahnya sesuai
kebutuhan dan selalu siap pakai, termasuk kualitas bahan, ukuran serta cara
menyimpannya.
Segala prosedur pembedahan yang membuka jaringan organ, pembuluh
darah dan pertolongan persalinan atau tindakan abortus, temasuk tindakan
medik invasif berisiko tinggi menularkan HIV bagi tenaga kesehatan. Untuk
memutus rantai penularan, perlu pembatas berupa:
1. Kacamata pelindung untuk menghindari percikan cairan tubuh ke mata
2. Masker pelindung hidung/ mulut untuk mencegah percikan pada mukosa
hidung/ mulut
3. Plastik penutup badan (schort) untuk mencegah kontak dengan cairan
tubuh pasien
4. Sarung tangan yang sesuai untuk pelindung tangan yang aktif melakukan
tindakan medik invasif
5. Penutup kaki untuk melindungi kaki dari cairan yang infektif
(JNPKKR-POGI,2009)
Untuk kegiatan pertolongan persalinan sebaiknya semua alat pelindung
tubuh digunakan oleh petugas untuk mengurangi terpajan darah dan cairan
tubuh lainnya (Depkes,2010).
10
1.3 Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, dana, tenaga dan teori serta untuk menjaga
agar penelitian lebih terarah dan lebih fokus maka dengan pertimbangan
tersebut penelitian ini dibatasi, yaitu dari Kewaspadaan Universal dibatasi
hanya mengenai Alat Pelindung Diri yang merupakan salah satu unsur dari
Kewaspadaan Universal. Selain itu juga peneliti membatasi perilaku yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain predisposing, enabling dan
reinforcing, namun peneliti hanya mengambil faktor pengetahuan saja yang
merupakan bagian dari faktor predisposing, sehingga judul penelitian
mengenai hubungan pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan Universal (Alat
Pelindung Diri) dengan perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri pada
Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek Mandiri wilayah Kecamatan
Pondok Gede tahun 2015.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah
diatas maka peneliti membuat rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu
“Adakah hubungan pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan Universal (Alat
Pelindung Diri) dengan perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri pada
Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek Mandiri wilayah Kecamatan
Pondok Gede tahun 2015? ”
11
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan
Universal (Alat Pelindung Diri) dengan perilaku penggunaan Alat
Pelindung Diri pada Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek Mandiri
wilayah Kecamatan Pondok Gede tahun 2015.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi gambaran karakteristik responden (umur, pendidikan
dan lama kerja) di Bidan Praktek Mandiri wilayah Kecamatan Pondok
Gede tahun 2015.
2. Mengidentifikasi pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan Universal
(Alat Pelindung Diri) di Bidan Praktek Mandiri wilayah Kecamatan
Pondok Gede tahun 2015.
3. Mengidentifikasi perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri pada
Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek Mandiri wilayah
Kecamatan Pondok Gede tahun 2015.
4. Menganalisis hubungan pengetahuan bidan tentang Kewaspadaan
Universal (Alat Pelindung Diri) dengan perilaku penggunaan Alat
Pelindung Diri pada Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek
Mandiri wilayah Kecamatan Pondok Gede tahun 2015.
12
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui hubungan pengetahuan bidan tentang
Kewaspadaan Universal (Alat Pelindung diri) dengan perilaku penggunaan
Alat Pelindung Diri pada Asuhan Persalinan Normal di Bidan Praktek
Mandiri wilayah Kecamatan Pondok Gede tahun 2015, dapat
mengaplikasikan teori yang diperoleh yang disesuaikan dengan keadaan
lapangan serta menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang
sangat berharga dalam melakukan analisa suatu permasalahan dan
menemukan solusi penyelesaiannya.
1.6.2 Bagi Bidan Praktek Mandiri
Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
informasi, saran dan bertukar wawasan kepada para Bidan Praktek
Mandiri ke arah yang lebih baik untuk menciptakan pelayanan kesehatan
yang berkualitas/ bermutu sehingga diharapkan dapat menurunkan AKI
dan AKB serta menjadi tenaga kesehatan yang sehat, profesional, etis dan
trampil dengan memiliki standar praktek pelayanan kebidanan serta
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja (bidan) dan
pasien.
13
1.6.3 Bagi Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
Sebagai masukan bagi Ikatan Bidan Indonesia untuk pengambilan
kebijakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam
penerapan Kewaspadaan Universal.
1.6.4 Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan
Memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
institusi pendidikan.