BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdjpdspkp.kkp.go.id/editor/gambar/file/ISI.pdf · Maksud dan...
Transcript of BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdjpdspkp.kkp.go.id/editor/gambar/file/ISI.pdf · Maksud dan...
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa,
profesional dan bertanggung jawab dalam pengelolaan administrasi publik dan
pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan hal yang tidak
dapat kita hindarkan di era reformasi. Reformasi birokrasi merupakan perwujudan
responsibilitas dan sensitifitas pemerintah terhadap tuntutan dan aspirasi
masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Direktorat Pengolahan Hasil dalam melaksanakan tugasnya
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengolahan hasil perikanan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengolahan hasil perikanan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengolahan hasil perikanan;
4. Pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pengolahan hasil perikanan;
5. Pelaksanaan evaluasi di bidang pengolahan hasil perikanan; dan
6. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Pengolahan Hasil merupakan direktorat teknis di bawah Direktorat
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP) yang
bertanggung jawab kepada Dirjen P2HP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Rencana Strategis Direktorat Pengolahan Hasil tahun 2010 – 2014 disusun dalam
rangka mendukung Rencana Strategis Ditjen P2HP tahun 2010 – 2014, yaitu
peningkatan volume produk olahan hasil perikanan dari 4,2 juta ton pada tahun 2009
menjadi 5,2 juta ton pada tahun 2014.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat
Pengolahan Hasil Tahun 2013 disusun berdasarkan Inpres Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Setiap Laporan Akuntabilitas
Instansi Pemerintah (LAKIP) dibuat dalam rangka mempertanggungjawabkan
2
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dibebankan kepada setiap organisasi dengan suatu
sistem yang diatur secara jelas guna mendorong terciptanya keterbukaan kepada
masyarakat luas.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penyusunan LAKIP tahun 2013 adalah:
1. Untuk melaporkan pertanggungjawaban kinerja kepada pemerintah dan
publik,
2. Sarana evaluasi atas capaian kinerja Direktorat Pengolahan Hasil Tahun
2013 dalam melaksanakan visi dan misinya, serta sebagai upaya untuk
memperbaiki kinerja di masa mendatang.
1.3 Data Umum Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :
PER.15/MEN/2010 tersebut, Direktorat Pengolahan Hasil dipimpin oleh seorang
Direktur yang membawahi 5 (lima) Sub Direktorat, 1 (satu) Subbagian Tata Usaha,
dan 10 (sepuluh) Seksi dari masing-masing Subdirektorat sebanyak 2 (dua) seksi.
Struktur organisasi Direktorat Pengolahan Hasil secara lengkap disajikan pada
gambar di bawah ini:
3
Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Pengolahan Hasil
1.4 Kepegawaian
Pegawai Direktorat Pengolahan Hasil berjumlah 50 orang PNS dan 7 orang
tenaga kontrak yang terdiri dari 23 orang wanita dan 27 orang pria. Sementara
dilihat dari tingkat pendidikan, Direktorat Pengolahan Hasil terdiri dari 4 orang
Lampiran . 1
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT PENGOLAHAN HASIL
Dra. Sri Martini
Subdit Standarisasi
Ir. Widya Rusyanto, M.Si
Subdit Pengembangan
Produk
Zaenal Muttaqin, A.Pi, M.Si
Subdit Industri
Pengolahan
Dr. Simson Masengi
Subdit Sarana Dan
Prasarana
Sutimantoro, A.,Pi, MM
Seksi Analisis Standar
Lia S, S.Pi, M.Sc,
M.Eng
Aprilia W M S.St.Pi
Umar, A.Md, Pi, M.Si
Yunita T R U, S.Pi
Seksi Penerapan
Standar
Jamaludin, S.PI, M.Si
Egi Prayogi, S.Si
Yefni Widria, S.Si
Wening I Tyas, S.St.Pi
Seksi Pengembangan
Produk SMKM
Tri Indah Y, S.Pi, M.Si
Budi Hartono, S.St.Pi,
M.Si
Suci Chandra R, S.Pi
Seksi Pengembangan
Produk Skala Besar
Devi Hertuti, S.Pi, M.Si
Arie Wahyu N.F. S.TP
Dian Agastya, A.Md
Nilawati
Seksi Bimbingan
Teknis UMKM
Dr. Trisnaningsih,
S.Pi, M.Si
Palupi D, STP, M.SE
Yopi N, A.Md
Noberta Octaviana
Seksi Kerjasama
UKM
Ir. Joni O Batubara
Erika W D, S.Pi,
M.Sc
Lisa Bremanti, STP
Agus W, S.Pi, M.Si
Seksi Bimbingan Teknis
Industri Pengolahan
A.M. Mutaqin, S.T, MSi
Retno Dwi P L, S.St.Pi
Wahyu A W, S.St.Pi
Dian Veranita, S.Pi, MP
Seksi Kerjasama
Asosiasi
dan Industri Pengolahan
Drs. Yusep P, MM
Dwi Yuliati, S.St.Pi Arif Wibowo, S.T
Seksi Sarana
Ir. Husen Pelu, M.Sc
Denny W P, A.Md
Wayan Nirmala A, S.Pi
Jalal Sayuti, A.Md
Subdit Pengembangan
UMKM
Dr. Abdul Rokhman,
A.Pi, MM
Seksi Prasarana
Kurnia Supratika, SE,
M.Sc
R. Rakhmat S, A.Md
Setyabudi K, A.Md
Adi Wibowo, S.Pi, M.Si
DIREKTUR PENGOLAHAN HASIL
Dr. Ir.Santoso, M.Phil
Subbag TU
Sugiyono, S.Sos
Maharami, SE
Satrio Budi Wicaksono, A.Md
Maya Novita
Nurman
4
berpendidikan S.3, 18 orang S.2, 19 orang S.1, 5 orang D.3, dan 4 orang SLTA.
Berdasarkan jenjang pangkat/golongan ruang Gol ruang IV.d 1 orang, Gol ruang
IV.b 5 orang, Gol ruang IV.a 5 orang, Gol III 33 orang dan Gol II 6 orang.
1.5 Sistematika Penyajian
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini adalah merupakan dokumen informasi
pelaksanaan program dan kegiatan dan pencapaian kinerja Direktorat Pengolahan
Hasil selama tahun 2013. Pencapaian Kinerja (Performance Results) 2013 yang
dicapai dibandingkan dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) 2013 sebagai
tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap
rencana kinerja akan memungkinkan identifikasi sejumlah kesenjangan kinerja
(Performance Gap) untuk perbaikan kinerja di masa mendatang. Sistematika
penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pengolahan Hasil tahun 2013
diilustrasikan dalam bagan berikut ini:
Gambar 2. Sistematika Penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Pengolahan Hasil Tahun 2013.
Akuntabilitas Kinerja
Bab 2
Bab 4
Pendahuluan
Perencanaan dan
Perjanjian Kerja
Bab 3
Penutup
Bab 1
Lampiran
5
BAB II
PERENCANAAN & PERJANJIAN KINERJA
2.1 Visi
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan telah
menyusun Rencana Strategis yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai
selama kurun waktu 5 (lima) tahun, yaitu untuk tahun 2010 – 2014. Rencana
strategis merupakan arah organisasi dan seluruh pegawai di dalamnya untuk
mencapai tujuan organisasi sesuai dengan mandat yang diterima.
Dalam rangka mendukung arah kebijakan Kementerian Kelautan dan
Perikanan, yaitu menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan
perikanan terbesar tahun 2014, maka arah kebijakan dalam kurun waktu 2010 –
2014 yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan adalah :
“MENUJU PRODUK PERIKANAN PRIMA YANG BERDAYA SAING TINGGI
DI PASAR DOMESTIK DAN PASAR LUAR NEGERI”
Sedangkan dukungan Direktorat Pengolahan Hasil terhadap kebijakan
tersebut di atas dituangkan dalam Visi:
“MEWUJUDKAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN YANG
MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING”
2.2 Misi
Dalam mencapai visi yang telah ditetapkan, Direktorat Pengolahan Hasil
meluncurkan 6 (enam) misi, yaitu:
1. Meningkatkan mutu/keamanan hasil perikanan, produktivitas, utilitas UPI dan
penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan mutu;
2. Pengembangan dan pembinaan UMKM pengolahan berbasis sentra pengolahan
hasil perikanan;
3. Pemenuhan sarana dan prasarana pengolahan dan Sistem Rantai Dingin/SRD;
4. Meningkatkan Ragam Produk Olahan Hasil Perikanan Bernilai Tambah;
6
5. Mengembangkan RSNI Produk Perikanan.
6. Pelayananan Sertifikat Kelayakan Pengolahan terhadap UPI yang prima;
2.3 Tujuan dan Sasaran Strategis
Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari penyataan
misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima)
tahun. Melalui formulasi tujuan strategis, Direktorat Pengolahan Hasil dapat secara
tepat menetapkan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk memenuhi visi-misinya
dalam kurun waktu satu sampai lima tahun ke depan dengan mempertimbangkan
sumberdaya dan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu, agar keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuan strategisnya dapat diukur maka setiap tujuan strategis yang
ditetapkan memiliki indikator kinerja (performance indicator) yang terukur.
Adapun tujuan strategis Direktorat Pengolahan Hasil adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Produktivitas dan Utilitas Industri Pengolahan;
2. Mengembangkan Usaha UMKM Pengolahan Berbasis Sentra Pengolahan Hasil
Perikanan;
3. Meningkatkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana pengolahan hasil
perikanan yang berkelanjutan dan menekan tingkat susut hasil produk
perikanan.
4. Mengembangkan Ragam Produk Olahan dan Peningkatan Nilai Tambah
berdaya saing;
5. Mengembangkan RSNI Produk Perikanan Untuk Konsumsi
6. Pelayananan Sertifikat Kelayakan Pengolahan terhadap UPI yang prima;
Sedangkan Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam rencana pembangunan
jangka panjang Direktorat Pengolahan Hasil 2010–2014 adalah meningkatnya
volume produk olahan hasil perikanan bernilai tambah sebanyak 4,0 juta ton pada
tahun 2009 menjadi 5,2 juta ton pada tahun 2014. Penetapan sasaran strategis ini
diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan alokasi
sumberdaya organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi.
7
2.4 Kebijakan
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Pengolahan Hasil telah
menetapkan indikator sasaran program (indikator outcome) yaitu Meningkatnya
volume produk olahan hasil perikanan bernilai tambah sebanyak 4,0 juta ton pada
tahun 2009 menjadi 5,2 juta ton pada tahun 2014
Program Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen P2HP yang akan dilaksanakan
selama periode 2010-2014 adalah “Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan”.
Berdasarkan indikator program tersebut, Direktorat Pengolahan Hasil menguraikan
rencana strategis melalui beberapa kegiatan yang dilakukan setiap tahun secara
berkesinambungan, target sasaran kegiatan dalam setiap tahun yang dicapai
merupakan tahapan dalam mencapai sasaran akhir pada tahun 2014. Pada tahun
2013 kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan;
2. Pengembangan UMKM Pengolahan Hasil Perikanan;
3. Fasilitasi Pengembangan Produk Nilai Tambah;
4. Pengembangan Standarisasi;
5. Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Perikanan;
2.5 Penetapan Kinerja Tahun 2013
Penetapan kinerja merupakan penjabaran target kinerja yang dilekatkan pada
setiap indikator kinerja, baik pada tingkat sasaran strategis maupun tingkat kegiatan,
dan merupakan patokan bagi proses pengukuran keberhasilan organisasi yang
dilakukan setiap akhir periode pelaksanaan. Penetapan kinerja ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara pihak yang menerima tugas dan tanggung jawab
kinerja dengan pihak yang memberikan tugas dan tanggung jawab kinerja secara
berjenjang dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia.
Target kinerja ditetapkan untuk setiap indikator kinerja, baik untuk indikator
kinerja tingkat sasaran maupun indikator kinerja tingkat kegiatan (input, output, dan
outcome). Rencana kinerja yang ditetapkan pada setiap tahun merupakan rumusan
yang direncanakan berdasarkan rencana strategis untuk kurun waktu 2010 – 2014.
Uraian kegiatan yang dilakukan pada Tahun Anggaran 2013 adalah sebagai berikut :
8
Tabel 1. Uraian Indikator Kinerja Direktorat Pengolahan Hasil Tahun 2013
Berdasarkan balance score card
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Ket
Meningkatnya kesejahteraan
masyarakat KP
Pertumbuhan PDB perikanan 7 % IKU KKP
Meningkatnya ketersediaan
produk KP yang bernilai tambah
Jumlah produk olahan hasil
perikanan (Juta Ton)
5 IKU
Program
(Renstra)
Berkembangnya industri
pengolahan
Unit Pengolahan Ikan yang ber-
Sertifikat Kelayakan Pengolahan
(SKP)
1.995 IKK
(Renstra)
Tersedianya kebijakan bidang
pengolahan hasil perikanan
sesuai kebutuhan
Jumlah kebijakan bidang
pengolahan hasil perikanan
1 IKK Baru
Jumlah draft peraturan
perundang-undangan bidang
pengolahan hasil perikanan
1 IKK Baru
Terselenggaranya modernisasi
sistem produksi KP,
pengolahan, dan pemasaran
produk KP yang optimal dan
bermutu
Lokasi Pengembangan dan
pembinaan sentra pengolahan
hasil perikanan untuk usaha skala
mikro, kecil dan menengah
(lokasi)
37 IKK
(Renstra)
Unit Pengolahan Ikan (UPI) Skala
Besar yang dikembangkan dan
dibina dalam rangka memenuhi
standar mutu hasil perikanan
(UPI)
219 IKK
(Renstra)
Utilitas Unit Pengolahan Ikan (%) 70 IKK Baru
Ragam produk olahan bernilai
tambah di lokasi yang dibina
(Ragam)
46 IKK
(Renstra)
Lokasi sarana dan prasarana
pengolahan hasil perikanan yang
dikembangkan dan dibina
(Lokasi)
113 IKK
(Renstra)
Rancangan Standard Nasional
Indonesia yang disusun (RSNI)
5 RSNI IKK
(Renstra)
Standard Nasional Indonesia
yang diterapkan dalam
pengolahan hasil perikanan (SNI)
155
SNI
IKK
(Renstra)
Tersedianya SDM Dit. PH yang
kompeten dan profesional
Indeks Kesenjangan Kompetensi
Pejabat Eselon II, III, dan IV
Lingkup Dit. PH
60% IKU Baru
9
Tersedianya informasi bidang
pengolahan yang valid, handal
dan mudah diakses
Service Level Agreement
70% IKK KKP
(Renstra)
Persepsi user terhadap
kemudahan akses informasi
(skala likert 1-5)
4 IKU Baru
Terwujudnya good governance
& clean government di Dit. PH
Jumlah rekomendasi Aparat
Pengawas Internal Eksternal
Pemerintah yang ditindaklanjuti
dibanding total rekomendasi yang
diberikan
100% IKK KKP
(Renstra)
Tingkat kualitas akuntabilitas
kinerja di Dit. PH
Nilai
AKIP A
IKU Baru
Nilai integritas Dit. PH 6,5 IKU Baru
Nilai Inisiatif anti korupsi Dit. PH 7,5 IKU Baru
Nilai Penerapan RB Dit.PH 75
(setara
level 4)
IKU Baru
Terkelolanya anggaran Dit. PH
secara optimal
Persentase penyerapan DIPA Dit.
PH
> 95%
IKU Baru
2.6 Reviu Renstra Direktorat Pengolahan Hasil
Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen P2HP pada akhir tahun 2011, tepatnya pada
bulan Desember 2011 melakukan perubahan ke-2 terhadap Renstra tahun 2010-
2014. Perubahan tersebut selanjutnya ditetapkan melalui Keputusan Ditjen P2HP
Nomor KEP.133/DJ/P2HP/2011 tentang perubahan rencana strategis Ditjen P2HP
tahun 2010-2014. Perubahan tersebut dilakukan sebagai perubahan indikator kinerja
utama Ditjen P2HP yang berkaitan dengan pengolahan hasil perikanan. Indikator
tersebut yang pada awalnya unit pengolahan ikan yang ber-SKP menjadi volume
produk olahan hasil perikanan yang bernilai tambah dengan kemasan dan mutu
terjamin.
10
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Pada tahun 2013, dalam balance score card Direktorat Pengolahan Hasil telah
menetapkan 9 (sembilan) Sasaran Strategis yang dijabarkan dalam 21 (dua puluh
satu) Indikator Kinerja Utama (IKU).
Akuntabilitas kinerja masing-masing IKU Direktorat Pengolahan Hasil tahun
2013 dilaporkan sebagai berikut:
3.1 Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan
3.1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan
Kebijakan industrialisasi KP yang diluncurkan pada akhir tahun 2011 lalu
telah menyebabkan sektor perikanan memiliki tingkat pertumbuhan yang selalu lebih
tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Kementerian
Kelautan dan Perikanan selalu mendorong masyarakat dari dunia usaha untuk
melakukan kegiatan ekonomi di sektor Kelautan dan Perikanan mengingat besarnya
potensi pemanfaatan sumberdaya Kelautan dan Perikanan di Indonesia. Produk
Domestik Bruto sub sektor perikanan memegang peranan strategis dalam
memberikan kontribusi bukan hanya untuk PDB kelompok pertanian secara umum,
tetapi juga pada PDB Nasional. Pertumbuhan ekonomi sektor Kelautan dan
Perikanan pada triwulan IV tahun 2013 tumbuh sebesar 6,45%. Data BPS
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi sektor Kelautan dan Perikanan berada
di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,81%.
Besarnya kegiatan ekonomi perikanan tersebut tidak terlepas dari potensi
perikanan Indonesia yang sangat besar. Tercatat potensi perikanan budidaya payau
(tambak) mencapai 2,96 juta ha dan baru dimanfaatkan seluas 682.857 ha atau
23,04%. Potensi budidaya laut yang mencapai 12,55 juta ha dengan tingkat
pemanfaatan yang relatif masih rendah, yaitu sekitar 117.649 ha atau baru 0,94%.
Potensi perikanan budidaya ini akan semakin besar, apabila kita
memasukkan potensi budidaya air tawar seperti kolam yang mencapai 541.100 ha.
Jumlah itu terbentuk dari budidaya di perairan umum (158.125 ha) dan mina padi
(1,54 juta ha). Sementara, sumber daya perikanan tangkap sekitar 6,5 juta ton per
11
tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5,71 juta ton pada tahun 2011 atau
sebesar 77,38%.
3.2 Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan yang Bernilai
Tambah
3.2.1 Jumlah Produk Olahan Hasil Perikanan
Meningkatnya volume produk olahan hasil perikanan adalah indikator kinerja
utama keberhasilan program kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Pengolahan
Hasil. Peningkatan volume produk olahan sangat ditentukan oleh berkembangnya
UPI skala UMKM dan UPI skala besar. Dalam rangka mendorong peningkatan
volume produk olahan, Direktorat Pengolahan Hasil melakukan fasilitasi
pengembangan UMKM pengolahan perikanan, fasilitasi pengembangan industri
pengolahan, fasilitasi pengembangan produk, fasilitasi sarana prasarana
pengolahan dan sistem rantai dingin, serta fasilitasi pengembangan dan penerapan
standardisasi.
Direktorat Pengolahan Hasil ditargetkan mampu menjawab tantangan
tercapainya 5 juta ton volume produk olahan hasil perikanan melalui program-
program tersebut di atas. Untuk mengetahui perkembangan volume olahan hasil
perikanan yang diproduksi selama tahun 2013, telah dilakukan kegiatan perhitungan
volume produk olahan hasil perikanan yang dihasilkan oleh UPI skala besar dan UPI
skala UMKM.
Perhitungan volume produk olahan yang dihasilkan UPI skala besar dilakukan
dengan menggunakan metode sampling peluang dan sampling purposif.
Berdasarkan metode sampling tersebut, pengambilan data dilakukan di UPI dan
selanjutnya data tersebut disinergikan dengan volume ekspor produk perikanan
dengan formulasi sebagai berikut :
Keterangan :
n = Jumlah UPI Besar
Ū = Utilitas rata-rata
Ќ = Kapasitas rata-rata
V = n Ū Ќ + (1 – α) E
12
α = proporsi produk modern yang diekspor
E = Data produk ekspor
Kegiatan perhitungan volume produk olahan yang dihasilkan oleh UPI skala
UMKM pengolahan hasil perikanan dilakukan melalui metode sampling di 15 provinsi
di Indonesia. Pada tahun sebelumnya telah dilakukan perhitungan volume produk
olahan di 5 provinsi dengan metode yang sama.
Pertimbangan pemilihan lokasi survei adalah kab/kota tersebut mewakili obyek
survei, yakni ketersediaan obyek olahan ikan pindang, asin, asap serta olahan
lainnya, baik dari sisi jumlah UPI maupun volume produk yang dihasilkan. Pada
tahun 2013, jumlah lokasi survei diperbanyak dari lokasi survei tahun sebelumnya
untuk meminimalisir simpangan data yang diperoleh. Formulasi perhitungan volume
produk olahan UPI skala UMKM adalah sebagai berikut:
Keterangan:
VP : volume produk per tahun (kg)
Ps : volume produk per siklus (kg)
F : frekuensi produksi (siklus) per tahun
UPI : jumlah unit dari UPI per pengelompokkan
Dari hasil perhitungan volume produk olahan hasil perikanan yang telah dilakukan
selama kurun waktu tahun 2013, diperoleh capaian angka volume sebagai berikut:
VP = Ps x f x UPI
13
Tabel 2. Capaian Volume Produk Olahan Hasil Perikanan Tahun 2013
UPI BESAR UPI UMKM JUMLAH
1 NAD 0 227.719 227.718,58
2 Sumatera Utara 195.996 86.248 282.243,61
3 Sumatera Barat 259 41.586 41.845,28
4 R i a u 0 53.792 53.791,81
5 Kepulauan Riau 30.389 16.476 46.864,86
6 J a m b i 0 7.567 7.566,59
7 Sumatera Selatan 16.619 29.471 46.089,53
8 Bangka Belitung 6.752 14.059 20.810,62
9 Bengkulu 0 14.072 14.071,97
10 Lampung 89.676 43.293 132.968,87
11 DKI Jakarta 511.830 32.966 544.796,49
12 Banten 4.876 23.582 28.458,24
13 Jawa Barat 49.306 131.993 181.299,32
14 Jawa Tengah 54.930 677.859 732.789,23
15 D.I. Yogyakarta 0 5.813 5.813,32
16 Jawa Timur 868.131 597.395 1.465.525,77
17 B a l i 76.779 23.424 100.203,37
18 Nusa Tenggara Barat 39 165.621 165.660,20
19 Nusa Tenggara Timur 753 8.078 8.830,46
20 Kalimantan Barat 3.525 84.285 87.810,49
21 Kalimantan Tengah 32 25.646 25.678,26
22 Kalimantan Selatan 1.005 84.045 85.050,09
23 Kalimantan Timur 20.564 49.027 69.591,19
24 Sulawesi Utara 75.268 24.315 99.582,92
25 Gorontalo 19 6.552 6.570,84
26 Sulawesi Tengah 3.625 28.213 31.838,03
27 Sulawesi Barat 0 6.779 6.778,74
28 Sulawesi Selatan 152.154 314.930 467.083,99
29 Sulawesi Tenggara 5.062 42.277 47.339,21
30 Maluku 91.580 5.138 96.717,53
31 Maluku Utara 3.734 9.604 13.338,26
32 Papua 167 6.234 6.400,71
33 Papua Barat 5.208 1.524 6.732,19
2.268.278 2.889.583 5.157.860,56
No Provinsi
Jumlah
Volume (TON)
14
Gambar 3. Perkembangan Capaian Volume Produk Olahan Hasil Perikanan
Capaian jumlah produk olahan hasil perikanan tahun 2013 adalah sebesar
5,16 juta ton (103%) dari target sebesar 5 juta ton. Jumlah ini meningkat dari
capaian jumlah produk olahan hasil perikanan tahun 2012 sebesar 4,83 juta ton. Hal
ini menunjukkan bahwa seluruh program kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat
Pengolahan Hasil, serta didukung oleh capaian kegiatan dari seluruh direktorat
lingkup Ditjen P2HP, berdampak kepada meningkatnya jumlah produksi olahan hasil
perikanan yang berasal dari UPI skala UMKM dan UPI skala besar. Kegiatan-
kegiatan tersebut antara lain:
1. Adanya fasilitasi sarana dan prasarana pengolahan dan sistem rantai dingin
yang diberikan kepada para pengolah sehingga meningkatkan kapasitas
produksi usahanya,
2. Adanya bimbingan teknis pengolahan maupun tata cara pengolahan yang
baik kepada para pengolah yang akan berdampak pada meningkatnya ragam,
nilai tambah dan mutu produk perikanan yang dihasilkan.
Permasalahan yang muncul dalam pencapaian jumlah produk olahan hasil
perikanan tahun 2013 adalah:
1. Ketersediaan bahan baku yang tidak bisa diperkirakan. Bahan baku tersebut
dipengaruhi oleh cuaca, sumberdaya ikan dan impor bahan baku ikan.
2. Penerapan jaminan mutu di unit pengolahan ikan masih belum optimal,
khususnya di UPI skala UMKM.
15
3. Sarana dan prasarana pengolahan masih terbatas, khususnya di UPI skala
UMKM
4. Kegiatan yang ideal untuk melakukan perhitungan volume produk olahan hasil
perikanan adalah dengan melakukan sensus ke 33 provinsi dan ke seluruh
kabupaten yang memiliki potensi perikanan, namun terkendala dengan
sumberdaya yang ada.
Rencana dan tidak lanjut yang akan dilakukan untuk menjawab permasalahan
tersebut adalah:
1. Merealisasikan sistem logistik ikan nasional (SLIN) secepatnya dan
mengendalikan impor dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri
pengolahan ikan skala besar.
2. Melakukan pembinaan terhadap UPI skala UMKM dan skala besar terutama
dalam hal penerapan sanitasi.
3. Mengembangkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana pengolahan.
4. Untuk memperoleh rentang data yang luas, kegiatan perhitungan volume
produksi olahan skala UMKM dilaksanakan di 33 provinsi yang tersebar di 3
bagian wilayah Indonesia (Barat, Tengah dan Timur) dengan tetap menerapkan
metode sampling.
3.3 Berkembangnya Industri Pengolahan
3.3.1 UPI yang Ber-SKP
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 45 Tahun 2009
tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
pasal 20 ayat 3 bahwa setiap orang yang melakukan penanganan dan pengolahan
ikan wajib memenuhi dan menerapkan persyaratan kelayakan pengolahan ikan,
sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, dan ayat 4 bahwa setiap orang
yang memenuhi persyaratan kelayakan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud
pada ayat 3, memperoleh Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP), serta sesuai
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.19/MEN/2010 pasal 5 ayat 4
bahwa SKP diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan sebagai hasil dari pembinaan terhadap Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang
telah menerapkan Cara Pengolahan yang Baik (Good Manufacturing
16
Practices/GMP) dan memenuhi persyaratan Prosedur Operasi Sanitasi Standar
(Standard Sanitation Operating Procedure/SSOP). Hal ini dimaksudkan agar produk
yang dihasilkan mempunyai penampilan dan mutu yang baik dan terjamin
keamanannya dalam rangka memenuhi tuntutan pasar domestik dan pasar
internasional.
Sertifikat Kelayakan Pengolahan merupakan salah satu bentuk dari
penerapan standar produk perikanan terhadap aspek GMP dan SSOP di UPI baik
skala besar maupun skala UMKM. SKP diterbitkan atas dasar hasil pembinaan yang
dilakukan sepenuhnya oleh Pembina Mutu Daerah yang berperan sebagai
penanggungjawab terhadap penerapan GMP dan SSOP di UPI baik skala UMKM
maupun skala besar di wilayah masing-masing. Selanjutnya Pembina Mutu Pusat
akan melakukan supervisi penerapan SKP dalam rangka melakukan cross check
terhadap hasil pembinaan yang telah dilakukan oleh daerah.
Penerbitan SKP sebagai proses pembinaan jaminan mutu dan keamanan
pangan merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah dalam menjamin keamanan
pangan untuk masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi produk perikanan baik
yang diproduksi oleh UPI besar maupun UPI skala UMKM. Unit Pengolahan Ikan
yang telah bersertifikat SKP dijamin produknya aman dikonsumsi oleh masyarakat.
Dalam konteks kegiatan ekspor produk perikanan, kegiatan pembinaan dan
penerbitan SKP juga sangat penting karena sertifikat SKP menjamin kepada negara
importir bahwa produk yang dihasilkan UPI di Indonesia sudah sesuai dengan
standar dan telah menerapkan cara produksi yang baik dan sistem sanitasi yang
baik. SKP menjamin kepada negara importir bahwa produk yang dihasilkan aman
untuk dikonsumsi.
Sebaliknya dalam konteks kegiatan impor produk perikanan yang masuk ke
Indonesia proses pembinaan dan penerbitan SKP kepada importir adalah untuk
menjamin bahwa importir di Indonesia dapat bertanggungjawab terhadap proses
penanganan dan pengolahan produk yang akan di impor serta menjamin bahwa
produk yang diimpor mempunyai mutu yang baik sehingga apabila produk tersebut
akan dipasarkan diwilayah Indonesia, produk tersebut dijamin keamanan
pangannya. SKP ini juga berfungsi untuk membatasi jumlah impor produk perikanan
agar tidak mengganggu produk perikanan Indonesia.
17
Untuk itu, Fasilitasi Penerapan SKP sangat penting, mengingat bahwa
Indonesia berupaya meningkatkan daya saing produk perikanan sehingga menjamin
keamanan pangan masyarakat Indonesia serta membatasi Impor produk perikanan
secara berlebihan.
Program kegiatan yang dilakukan untuk mencapai IKU tersebut antara lain
sebagai berikut:
a. Operasional Pelayanan SKP
Kegiatan fasilitasi penerapan sertifikat kelayakan pengolahan dilakukan
melalui operasional pelayanan SKP yang bertujuan melaksanakan kegiatan
pelayanan SKP yang dilakukan Sekretariat SKP dan Panitia Teknis SKP. Dalam
rangka proses penerbitan SKP sesuai dengan pengajuan SKP dari Dinas Kelautan
dan Perikanan Propinsi, maka pembina/pengawas mutu akan melaksanakan
supervisi penerbitan SKP di UPI skala besar dan UMKM, selanjutnya terhadap UPI
yang telah menerapkan Cara Pengolahan yang Baik (Good Manufacturing
Practices/GMP) dan memenuhi persyaratan Prosedur Operasi Sanitasi Standar
(Standard Sanitation Operating Procedure/SSOP) maka akan diterbitkan SKP oleh
Dirjen P2HP.
b. Penyempurnaan Persyaratan Teknis SKP
Pedoman persyaratan teknis SKP merupakan panduan bagi
Pengawas/Pembina Mutu Pusat maupun Pengawas/Pembina Mutu Daerah dalam
melakukan bimbingan teknis serta pembinaan kelayakan pengolahan terhadap UPI
dalam rangka proses pelayanan penerbitan SKP. Pedoman tersebut perlu selalu
disempurnakan sesuai hasil evaluasi pelaksanaan pelayanan SKP serta atas
perkembangan persyaratan pasar dan kondisi UPI melalui kegiatan penyempurnaan
persyaratan teknis SKP.
c. Temu Koordinasi Pengembangan Sistem Penerbitan SKP
Temu koordinasi Pengembangan Sistem Penerbitan SKP dilaksanakan
dalam rangka koordinasi dan evaluasi pelaksanaan pelayanan SKP di Pusat dan
Daerah. Kegiatan diikuti oleh seluruh Kepala LPPMHP dan Kabid P2HP di Dinas
Kelautan dan Perikanan seluruh Indonesia. Rumusan dari kegiatan ini antara lain
bahwa untuk memperlancar pelaksanaan pembinaan SKP di daerah, maka Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi bekerja sama dan berkoordinasi dengan Dinas
18
Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota dan LPPMHP, serta Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi menerbitkan SK penetapan pembina mutu daerah terdaftar yang
akan melaksanakan pembinaan Pra-SKP. Temu koordinasi SKP selanjutnya akan
menjadi kegiatan rutin dilaksanakan setiap tahun.
d. Pengembangan Sistem Manajemen Mutu Pelayanan SKP Berdasarkan ISO
9001 : 2008
Sistem pelayanan SKP akan dikembangkan sesuai dengan ISO 9001 : 2008
sehingga perlu dilaksanakan pengembangan sistem manajemen mutu pelayanan
SKP berdasarkan ISO 9001 : 2008 untuk menyusun pedoman pelayanan penerbitan
SKP berdasarkan ISO 9001 : 2008. Kegiatan ini diikuti oleh anggota sekretariat
Panitia Teknis SKP, staf lingkup Direktorat Pengolahan Hasil, pembina mutu pusat,
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dengan
materi utama sistem manajemen dokumentasi berbasis sistem manejemen mutu
ISO 9001 : 2008.
e. Inisiasi Sistem SKP Online
Untuk meningkatkan pelayanan SKP yang lebih mudah, cepat, efektif dan
efisien maka kedepannya akan diterapkan sistem SKP secara online dari pusat ke
seluruh Propinsi. Untuk tahun ini telah dilakukan inisisasi dengan membuat
prototype sistem SKP Online yang akan dikembangkan dan disosialisasikan tahun
2014.
Realisasi capaian Unit Pengolahan Ikan yang Bersertifikat Kelayakan
Pengolahan (SKP) Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3 Realisasi Capaian Unit Pengolahan Ikan yang Bersertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) Tahun 2013
Kegiatan/Indikator Target Realisasi Capaian target (%)
Jumlah UPI yang bersertifikasi
kelayakan pengolahan (SKP)
1.995 SKP 2.298 SKP 115
19
Tabel 4. Capaian Unit Pengolahan Ikan yang Bersertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) Tahun 2010-2013
2010 2011 2012 2013 2014
Target 444 940 1.445 1.995 2.570
Realisasi 505 948 1.506 2.298
Gambar 4. Capaian SKP berdasarkan Skala USaha
Indikator kinerja tahun 2013 dalam rangka Fasilitasi Penerapan Sertifikat
Kelayakan Pengolahan sebagai program penerapan standar dalam bentuk
pelayanan penerbitan SKP mampu direalisasikan 115% dengan diterbitkannya 2.298
SKP dari target awal adalah 1.995 SKP. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
jumlah SKP yang diterbitkan semakin meningkat, bahkan selalu melebihi target yang
telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh Direktorat
Pengolahan Hasil dalam rangka menjamin keamanan pangan produk perikanan
menunjukkan respon yang positif baik dari UPI skala UMKM dan UPI Besar sebagai
pelaku usaha maupun Pembina Mutu Daerah sebagai penanggung jawab jaminan
mutu di daerah, untuk penerapan proses pengolahan yang baik sesuai prinsip-
prinsip GMP dan SSOP. Peraturan yang menyatakan bahwa SKP sebagai
persyaratan untuk memperoleh Izin Pemasukan Hasil Perikanan (IPHP) sehingga
UPI importir dan UPI non perikanan juga diwajibkan untuk memiliki SKP, serta
20
banyaknya UPI yang melakukan pengembangan produk bernilai tambah baru turut
mendukung peningkatan jumlah UPI yang ber-SKP tiap tahunnya.
Permasalahan yang dihadapi:
- Sebagian besar UPI skala UMKM belum mampu memenuhi persyaratan
kelayakan pengolahan (GMP dan SSOP)
- Kurangnya jumlah pembina mutu di daerah
- Sistem Manajemen pelayanan SKP perlu penyempurnaan
Rekomendasi dan tindak lanjut yang akan dilakukan:
- Perlunya meningkatkan pembinaan kepada UPI skala UMKM dalam persyaratan
kelayakan pengolahan (GMP dan SSOP)
- Mengintensifkan sosialisasi SKP ke UPI besar, UMKM dan UPRL melalui
kegiatan seminar, dekon dan inisiasi SNI
- Pemberian SKP terhadap UPI importir dan non UPI perlu dikaji ulang
- Masih perlunya dilakukan sosialisasi penerbitan SKP lanjutan pada Pembina Mutu
Daerah dan pelaku usaha perikanan di 33 provinsi
- Perlunya segera diaplikasikan sistem SKP secara online untuk memudahkan
akses informasi penerbitan SKP bagi pelaku usaha perikanan.
3.4 Tersedianya Kebijakan Bidang pengolahan Hasil Perikanan Sesuai
Kebutuhan
3.4.1 Jumlah Kebijakan Bidang Pengolahan Hasil Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan di dalam pemerintahan memiliki
beberapa fungsi, diantaranya adalah sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan.
Berdasarkan fungsi tersebut Peraturan Menteri kelautan dan Perikanan Nomor PER.
15 /Men /2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan pasal 420 mengamanahkan Direktorat Pengolahan Hasil-Ditjen P2HP
untuk menyelenggarakan fungsi dalam penyiapan perumusan kebijakan di bidang
pengolahan hasil perikanan.
Tujuan penyusunan kebijakan adalah mengatur sesuatu substansi untuk
memecahkan suatu masalah di bidang pengolahan hasil perikanan. Sesuai dengan
21
hal tersebut diatas, pada tahun 2013 telah dilakukan pembahasan untuk menyusun
3 (tiga) draft kebijakan bidang pengolahan hasil, yaitu :
1. Draft kebijakan tentang Pembangunan, Evaluasi dan Operasionalisasi UPI,
2. Draft kebijakan Tim Pembina Mutu Terdaftar,
3. Draft kebijakan Kemitraan Usaha Perikanan Tangkap dengan UPI,
4. Draft perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan Nomor PER.09/DJ-P2HP/2010 tentang Persyaratan, Tata Cara
Penerbitan, Bentuk, dan Format Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP).
Hasil pembahasan draft kebijakan dibidang Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan menghasilkan 2 (dua) kebijakan, yakni: (1) Kepdirjen nomor 141/KEP-
DJP2HP/2013 tentang Pembangunan, Evaluasi dan Operasionalisasi UPI,
keputusan ini merupakan acuan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan ketentuan tentang pembangunan, evaluasi, dan operasionalisasi Unit
Pengolahan Ikan dalam rangka usaha perikanan tangkap terpadu; (2) Perdirjen
Nomor 05/PER-DJP2HP/2013 tentang Kemitraan Usaha Perikanan Tangkap dengan
UPI.
Permasalahan yang ditemukan dalam penyusunan kebijakan, antara lain: (1)
belum selesainya penyusunan Peraturan Pemerintah tentang Sistem Jaminan Mutu
dan Keamanan Serta Peningkatan Nilai Tambah Hasil Perikanan, (2) berubahnya
peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2012 tentang usaha
perikanan tangkap di wilayah pengelolaan perikanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengacu pada peraturan yang yang
lain terkait sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan yang ada pada
undang-undang tentang perikanan dan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
lain yang terkait.
22
Tabel 5. Realisasi Capaian Jumlah Kebijakan Bidang Pengolahan Hasil
Perikanan Tahun 2013
Kegiatan/Indikator Target Realisasi Capaian target
%
Jumlah kebijakan bidang
pengolahan hasil perikanan. 1 2 200%
3.4.2 Jumlah Draft Peraturan Perundang – Undangan Bidang Pengolahan
Hasil Perikanan
Latar belakang akan dilakukannya perubahan Kepmen Kelautan dan
Perikanan Nomor 61/MEN/2009 tentang Pemberlakuan Wajib SNI Bidang Kelautan
dan Perikanan adalah pemberlakukan penerapan SNI wajib yang dimaksud dalam
Kepmen KP ini belum sesuai dengan PP No.102 Tahun 2000 tentang Standardisasi
Nasional. SNI yang telah diberlakukan wajib oleh instansi teknis, maka produk dalam
negeri dan impor yang beredar di pasar nasional harus memenuhi sertifikat tanda
SNI yang dikeluakan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang terakreditasi
oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Selanjutnya sebelum diberlakukan SNI
wajib, maka harus dinotifikasikan ke WTO melalui BSN dalam rangka menghindari
hambatan perdagangan.
Pembahasan perubahan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
tentang Pemberlakuan Wajib SNI Bidang Kelautan dan Perikanan membahas 2
(dua) hal pokok yaitu:
a. Judul Kepmen tetap tidak berubah, namun merevisi lampiran dengan SNI yang
telah disesuaikan dan tanpa memasukan SNI metode uji karena sudah tercakup
dalam SNI produk, serta membuat peraturan baru tentang pemberlakuan
penerapan SNI dalam rangka pembinaan,
b. Judul Kepmen dirubah dengan tidak menggunakan penggunaan istilah SNI
wajib.
Hasil kesepakatan rapat yang harus segera ditindaklanjuti adalah sebagai
berikut:
a. Membuat 2 (dua) Kepmen terdiri dari Kepmen pemberlakukan SNI wajib dan
Kepmen penerapan SNI yang melampirkan semua SNI produk perikanan yang
23
disusun oleh Panitia Teknis 65-05 dengan target penyelesaian tahun
2013-2014 serta menyiapkan justifikasi yang diperlukan sebagai dasar
dilakukannya perubahan Kepmen. Draft yang sudah siap diajukan adalah draft
Kepmen Pemberlakuan Penerapan SNI Produk Perikanan.
b. Melakukan kajian untuk menentukan SNI yang akan diberlakukan wajib dengan
melihat kesiapan pelaku usaha terutama UMKM dan tidak akan memberatkan
serta mengganggu iklim usaha, serta meninjau kesiapan LSPro (BBP2HP
maupun laboratorium uji hasil perikanan lainnya).
c. Melakukan public hearing atau sosialisasi dengan stakeholder yang akan terikat
nantinya oleh peraturan ini terutama pelaku usaha industri besar dan UMKM
tentang SNI yang akan diberlakukan wajib.
d. Berkoordinasi dengan BSN untuk melakukan notifikasi ke WTO sebelum
diberlakukan peraturan SNI wajib.
3.5 Terselenggaranya Modernisasi Sistem Produksi Kelautan dan Perikanan,
Pengolahan dan Pemasaran Produk Kelautan dan Perikanan yang Optimal
dan Bermutu
3.5.1 Lokasi Pengembangan dan Pembinaan Sentra PHP Untuk Skala
Mikro, Kecil dan Menengah
Undang Undang RI Nomor 45 Tahun 2009 Pasal 25 Ayat (1) perubahan atas
UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan mengamanahkan bahwa Usaha
Perikanan dilaksanakan dalam sistem bisnis perikanan, meliputi praproduksi,
produksi, pengolahan dan pemasaran. Hal tersebut yang menjadikan dasar
pemikiran munculnya konsep Program Pengembangan Sentra Pengolahan Hasil
Perikanan (PHP).
Program Pengembangan Sentra PHP dapat didefinisikan yaitu program
terpadu dan terintegrasi antara pemerintah sebagai pemangku kebijakan bersama-
sama pemangku kepentingan terutama pengolah hasil perikanan yang berada dalam
suatu pusat kegiatan UMKM Pengolahan Hasil Perikanan (PHP) di kawasan tertentu
yang dikelola secara profesional dalam suatu kelembagaan.Pemberdayaan UMKM
PHP melalui pendekatan pengembangan sentra pengolahan hasil perikanan sebagai
entry point berdasarkan pada pemikiran agar memberikan layanan kepada UMKM
24
PHP lebih fokus, kolektif dan efisien. Pendekatan ini diharapkan mampu
menjangkau kelompok UMKM PHP lebih luas dengan sumber daya yang terbatas.
Program Pengembangan Sentra PHP bertujuan:
1. Mewujudkan jaminan mutu dan keamanan produk olahan di sentra PHP;
2. Menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berbasis usaha pengolahan
ikan;
3. Mengembangkan jaringan usaha mikro, kecil, menengah dan besar dalam suatu
kawasan industri pengolahan ikan.
Salah satu Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang diamanahkan pada Direktorat
Pengolahan Hasil tahun 2013 adalah berkembang dan terbinanya sentra PHP di 37
lokasi dengan komposisi 32 lokasi merupakan lanjutan dan 5 lokasi merupakan
pengembangan baru. Target tersebut bersifat komulatif dari IKK yang ditetapkan
tahun 2012. Indikator Kinerja Kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6 Target Capaian Lokasi Sentra PHP Tahun 2010 - 2013
IKK Direktorat Pengolahan Hasil TA 2010 - 2013
2010 2011 2012 2013
Berkembang dan terbinanya sentra PHP di 37 lokasi
19 Lokasi 24 Lokasi 32 Lokasi 37 lokasi
Tahapan pelaksanaan Program Pengembangan Sentra PHP dalam rangka
mencapai 37 lokasi adalah sebagai berikut :
A. Identifikasi, verifikasi dan pemetaan Calon Sentra PHP di Kawasan Industrialisasi
Perikanan.
1. Pada tahun 2013 kegiatan tersebut dilakukan di 7 lokasi potensi berdasarkan
usulan dari Dinas KP daerah, yaitu di Kab. Probolinggo, Kab. Kotawaringin
Barat, Kab. Brebes, Kab. Sumenep, Kab. Tulung Agung, Kab. Gorontalo
Utara, Kab. Pandeglang. Tahap identifikasi merupakan tahapan awal dalam
menentukan lokus potensial layak atau tidak layak dikembangkan dalam
program Sentra PHP, baik dari segi teknis dan non teknis.
2. Hasil kegiatan identifikasi, verifikasi dan pemetaan Calon Sentra PHP di
Kawasan Industrialisasi Perikanan merekomendasikan ke-7 lokasi tersebut
25
adalah layak untuk dikembangkan dalam program Sentra PHP. Fasilitasi
pengembangan Sentra PHP terdiri dari 2 model pengembangan yaitu melalui
fasilitasi sarana peralatan pengolahan dan fasilitasi peralatan dan bangunan
pengolahan. Hasil kegiatan identifikasi menjadi data base untuk dilakukan
pemantapan lokus menjadi calon Sentra PHP
B. Pemantapan Lokus Calon Sentra PHP di Kawasan Industrialisasi Perikanan
1. Pada tahap Pemantapan Lokus Calon Sentra PHP, ditetapkan di 6 lokasi
yang dilakukan pemantapan pada TA. 2013 yaitu di Kab. Merauke, Kab.
Kotawaringin Barat, Kab. Brebes, Kab. Pidie Jaya, Kab. Probolinggo, Kota
Sibolga. Lokasi tersebut dimantapkan menjadi calon lokus Sentra PHP
dengan mempertimbangkan hal-hal utama sebagai berikut :
- Sinergitas kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam mendukung
program pengembangan Sentra PHP di kab/kota
- Kesiapan pemerintah daerah mengenai dukungan program dan
infrastruktur yang berkelanjutan
2. Pada tahap pemantapan dilakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan
mengenai perencanaan pengembangan Sentra PHP, antara lain kepala
daerah dan pejabat dinas yang berkepentingan, ketua kelompok pengolah
yang akan dikembangkan, pelaku swasta dan pasar, dan lainnya.
C. Bimbingan dan Pendampingan di Lokas Sentra PHP dan Non-Sentra PHP
1. Kegiatan bimbingan dan pendampingan dilakukan terhadap Sentra PHP yang
telah dikembangkan serta UMKM PHP yang belum dikembangkan dalam
program sentra (non-sentra).
2. Kegiatan bimbingan dan pendampingan pada lokasi Sentra PHP dilakukan
pada 32 lokasi sentra lanjutan (yang dikembangkan sampai dengan tahun
2013) sesuai SK Dirjen P2HP Nomor 05-A/KEP-DJP2HP/2013. Kegiatan
bimbingan dan pendampingan dilakukan pada UMKM PHP dalam hal GMP
dan SSOP, pengolahan, pengemasan, manajemen usaha dan pemasaran.
Terdapat pembinaan khusus pada UMKM miniplan tuna yang berlokasi di
Kab. Minahasa Tenggara, Kab. Gorontalo, Kab. Boalemo dan Kab. Donggala.
Hal itu mempertimbangkan kebutuhan akan pembinaan GMP dan SSOP pada
miniplan tersebut.
26
3. Bimbingan dan pendampingan merekomendasikan di 3 lokasi pengembangan
Sentra PHP sebagai role models dengan perbedaan karakteristik yaitu Sentra
Pengolahan Ikan Asap di Kab. Demak (orientasi pasar lokal); Sentra
Pengolahan Ikan Teri di P. Pasaran, Kota Bandar Lampung (orientasi pasar
Nasional); Dan Sentra Pengolahan Kerupuk Ikan/Udang Di Kab. Indramayu
(orientasi pasar ekspor). Lokasi tersebut akan dikembangkan secara intensif
pada TA. 2014.
D. Kegiatan Pendukung Lainnya
1. Temu Teknis Pembina Sentra PHP merupakan kegiatan yang dibentuk
sebagai forum komunikasi antara Tim Pusat dan Daerah. Kegiatan tersebut
dalam rangka mempertegas komitmen masing-masing tim pembina sentra
dalam rangka operasionalisasi dan optimalisasi Sentra PHP yang telah
dikembangkan.
2. Kegiatan Penyusunan Buku Pedoman Pengembangan Sentra, Penyusunan
Profil Sentra dan Juknis Pengolahan Ikan sebagai pedoman pembinaan dan
bahan informasi perkembangan program pengembangan Sentra PHP.
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan tersebut, ditetapkan 32 lokasi sentra
lanjutan dan 6 lokasi sentra PHP baru. Penetapan lokasi pengembangan Sentra
PHP yang dicapai pada tahun 2013 akan ditetapkan melalui Surat Keputusan
Direktur Jenderal P2HP. Adapun realisasi kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 7 Realisasi Jumlah Lokasi Sentra PHP Tahun 2013
Kegitan/Indikator Target Realisasi Capaian Target %
Keterangan
Berkembang dan terbinanya Sentra PHP di 37 lokasi (32 lanjutan, 5 baru)
37 Lokasi 38 Lokasi 102 % 32 lokasi lanjutan dan 6 lokasi baru
27
Tabel 8 Lokasi Pengembangan Sentra PHP Baru Tahun 2013
No Komoditas Sentra Lokasi
1 Sentra Ikan Kering/Asin Desa Sumber Anyar Kec. Paiton Kab. Probolinggo
2 Sentra Kerupuk, Amplang dan Ikan Asin
Desa Sungai Kapitan dan Kelurahan Kumai Hilir, Kec. Kumai Kab. Kotawaringin Barat
3 Sentra Ikan Asap Desa Sitanggal, Kec. Larangan Kab. Brebes
4 Sentra Ikan Kering/Asin Pelabuhan Perikanan Merauke Kab. Merauke
5 Sentra Ikan Teri Kering Desa Mesjid Kec. Pante Raja Kab. Pidie Jaya NAD
6 Sentra Ikan Kering Kota Sibolga
Tabel 9 Lokasi Pembinaan Sentra PHP (Lanjutan) Tahun 2013 SK Dirjen P2HP
Nomor 05-A/KEP-DJP2HP/2013 Tentang Lokasi Pengembangan Sentra
No Komoditas Sentra Lokasi
1 Sentra Pengolahan Terasi, Kerupuk Udang/Ikan dan Ikan Kering
Desa Tungkal 1, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi
2 Sentra Pengolahan Nugget Ikan Patin, Kerupuk Ikan Patin dan Salai Ikan Patin
Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau
3 Sentra Pengolahan Ikan Teri Desa Muara Gading Mas, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung
4 Sentra Pengolahan Kerupuk Udang/Ikan
Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat
5 Sentra Pengolahan Fillet Ikan Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah
6 Sentra Pengolahan Ikan Pindang Desa Tasik Madu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur
7 Sentra Pengolahan Ikan Pindang Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali
8 Sentra Pengolahan Amplang Ikan, Kerupuk Ikan, dan Abon Ikan
Desa Kampung Baru, Kecamatan Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan
9 Sentra Pengolahan kerupuk ikan perairan umum (tawar)
Desa Piasak, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat
10 Sentra Pengolahan Ikan Roa (Ikan Julung-julung Asap)
Desa Sulubombong dan Desa Boras, Kecamatan Lamala, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah
28
No Komoditas Sentra Lokasi
11 Sentra Pengolahan Ikan Asap Desa Tumpaan, Kecamatan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara
12 Sentra Pengolahan Ikan Asap Desa Borgo, Kecamatan Belang, Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara
13 Sentra Pengolahan Rumput Laut Kelurahan Lamalaka, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan
14 Sentra Pengolahan Ikan Panggang, Kulit Ikan dan Minyak Ikan
Desa Rumbuk, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur Prov. NTB
15 Sentra Pengolahan Teripang Desa Tambea, Kecamatan Pomalaa, Kab. Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara
16 Sentra Pengolahan Ikan Asap, Abon, Keripik Ikan Lele
Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah
17 Sentra Pengolahan Ikan Asap Desa Wonosari, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah
18 Sentra Pengolahan Fillet Ikan TPI Bajomulyo I Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah
19 Sentra Pengolahan Ikan Panggang Desa Pulo Darat, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah
20 Sentra Pengolahan Ikan Teri Pasie Nan Tigo, Kec. Koto Tangah, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat
21 Sentra Pengolahan Ikan Teri Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung
22 Sentra Pengolahan Ikan Asap Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur
23 Sentra Pengolahan Terasi Udang Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, Kodya Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat
24 Sentra Pengolahan Cakalang Asap (Fufu)
Pasar Perikanan Kelurahan Paslaten, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara
25 Sentra Pengolahan Pindang TPI Bajomulyo I Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah
26 Sentra Pengolahan Pindang Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah
27 Sentra Pengolahan Pindang Desa Tambak Sari dan Desa Tanjung Sari, Kecamatan Rowosari, Provinsi Jawa Tengah
28 Sentra Pengolahan Pindang Desa Bantargadung, Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat
29
No Komoditas Sentra Lokasi
29 Sentra Pengolahan Ikan Asap dan Ikan Kering
Kota Probolinggo, Desa Mayangan, Kecamatan Mayangan, Provinsi Jawa Timur
30 Sentra Pengolahan Ikan Pindang Bandeng
Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah
31 Sentra Pengolahan Kerupuk Ikan Desa Srowo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur
32 Sentra Pengolahan Pindang Kering Desa Bandar Rahmat, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara
Permasalahan:
Dalam pelaksanaan pengembangan dan pembinaan sentra PHP ditemui
beberapa permasalahan antara lain :
- Belum optimalnya pelaksanaan program pengembangan sentra terutama
mengenai penerapan GMP dan SSOP, pembentukan kelembagaan yang
berbadan hukum, kelangkaan bahan baku yang bersifat musiman serta
pemasaran dan modal kerja.
- Dalam pembentukan dan pengembangan Sentra PHP (baru) terkendala dengan
status kepemilikan lahan yang digunakan untuk pembangunan sentra PHP (bagi
sentra yang membutuhkan lahan untuk bangunan sentra). Persyaratan yang
dianjurkan adalah lahan yang clean and clear. Pemerintah daerah telah
menjamin melalui Surat Keterangan Bupati/Walikota yang menjelaskan lahan
merupakan milik Pemda setempat, namun dalam perjalanan pengembangan
terdapat masalah mengenai status kepemilikan lahan tersebut.
- Realisasi pengadaan peralatan pengolahan maupun unit pengolahan ditemui
kurang sesuai dengan kebutuhan kegiatan pengolahan di sentra.
- Kurangnya komitmen stakeholder (pemerintah daerah, pengolah dan lainnya)
bersama-sama dalam upaya mensukseskan program pengembangan sentra
PHP, seperti halnya upaya pembinaan penerapan kaidah GMP dan SSOP dan
lainnya.
30
Rencana dan Tindak Lanjut
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka akan dilakukan tindaklanjut
pada kegiatan tahun 2014 yaitu:
1. Pengkajian lebih lanjut tentang Program Pengembangan Sentra PHP yang akan
dituangkan dalam buku pedoman pengembangan sentra.
2. Pengembangan Sentra PHP percontohan yang mewakili komoditas pasar lokal,
nasional dan ekspor sebagai lokasi pembanding bagi sentra lainnya.
3. Perencanaan yang matang dan sinergitas program pada seluruh pemangku
kepentingan yang terlibat dalam pengembangan sentra PHP baik di pusat
maupun di daerah.
3.5.2 UPI Skala Besar yang Dikembangkan dan dibina Dalam Rangka
Memenuhi Standar Mutu Hasil Perikanan
Tuntutan akan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan merupakan
tantangan bagi industri pengolahan hasil perikanan/unit pengolahan ikan dalam
negeri untuk dapat berkembang dan memasuki pasar global. Sesuai
perkembangannya, saat ini konsumen telah menyadari bahwa mutu dan keamanan
pangan hasil perikanan tidak dapat dijamin hanya dengan hasil uji produk akhir dari
laboratorium. Produk yang aman dikonsumsi diperoleh dari bahan baku yang baik,
ditangani dan diolah secara baik dan benar.
Pada sisi yang lain, jaminan ketersediaan bahan baku dalam rangka
menunjang kinerja UPI juga masih menjadi ganjalan bagi perkembangan industri
pengolahan hasil perikanan nasional pada umumnya, hal tersebut menjadikan salah
salah satu isu dalam peningkatan kapasitas produksi Unit Pengolahan Ikan.
Peran strategis Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Perikanan,
didasarkan pada beberapa isu strategis yang berkembang. Sejumlah isu tersebut
antara lain ;
1. Kurangnya penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan
2. Ketersediaan bahan baku yang belum mencukupi dan sesuai standar
3. Kesiapan sektor Industri Kelautan dan Perikanan dalam menghadapi Asean
Economic Community 2015
31
Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan merupakan salah satu
kebijakan strategis untuk mengintegrasikan antara pembinaan dibidang mutu dan
keamanan hasil perikanan serta pengembangan kinerja unit pengolahan ikan dalam
pemenuhan kapasitas produksinya sehingga dapat mewujudkan suatu kondisi yang
tersinergi antara peningkatan mutu dan keamanan produk dengan Kinerja UPI
dalam melakukan pengolahan. Melalui sinergitas kedua hal tersebut diharapkan
tercapai kondisi yang ideal bagi industri pengolahan hasil perikanan di Indonesia
dalam pencapaian volume produk olahan yang ditargetkan.
Subdit Industri Pengolahan dalam rangka menjawab tantangan melakukan
upaya-upaya yaitu:
a. Pembinaan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
1. Penyusunan Draft Regulasi dibidang Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Pelaksanan kegiatan ini menghasilkan draft Keputusan Direktur Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan tentang Tim Pembina Mutu
Terdaftar dan usulan perubahan terhadap peraturan Dirjen P2HP Nomor 09
tahun 2010 yang diusulkan akan diangkat menjadi peraturan menteri tentang
Sertifikat Kelayakan Pengolahan.
2. Apresiasi Pembina Mutu Pusat dan Refreshment Pembina Mutu
Kegiatan APMP ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkup Kementerian Kelautan dan
Perikanan yang akan diberikan tugas dalam melakukan pembinaan mutu dan
keamanan hasil perikanan di sentra produksi serta memberikan bimbingan
teknis untuk melatih petugas lapangan yang bertanggung jawab terhadap
mutu dan keamanan hasil perikanan. Kegiatan APMP telah meningkatkan
kompetensi 28 orang Pembina Mutu dari pusat. Selain pemberian bimbingan
teknis kepada calon Pembina Mutu Pusat, juga dilakukan refreshment
kepada 25 orang Pembina Mutu Pusat yang telah biasa melakukan
pembinaan di sentra produksi.
3. Apresiasi Pembina Mutu Daerah
Kegiatan APMD tersebut untuk meningkatkan kompetensi Pembina Mutu
Daerah dalam melakukan pembinaan ke sentra produksi di daerahnya
masing-masing. Kegiatan ini telah meningkatkan kompetensi bagi 33 orang
32
Pembina Mutu Daerah yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi, Kabupaten/Kota.
4. Sosialisasi Pembinaan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Kegiatan ini mensosialisasikan kebijakan mutu dan keamanan hasil perikanan
dan program industrialisasi perikanan di Universitas Lambung Mangkurat
Kalimantan Selatan dengan menghadirkan narasumber yang kompeten dan
peserta sejumlah 300 orang yang terdiri dari pejabat universitas, dosen,
mahasiswa, Dinas terkait dan pelaku usaha.
5. Asistensi Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (PMMT) di UPI
Kegiatan fasilitasi kepada UPI dalam menyusun dokumen manual mutu
(GMP/SSOP/HACCP) guna meningkatkan penerapan sistem jaminan mutu
dan kemanan hasil perikanan. Hasil asistensi ini adalah telah meningkatkan
penerapan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan di unit pengolahan
ikan pada 10 lokasi yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Maluku dan NTT.
6. Pembinaan UPI yang Terkena Kasus
Melalui kegiatan ini telah diundang UPI-UPI yang terkena kasus detensi/
RASFF dari Negara importir terkait mutu dan keamanan hasil perikanan
kepada 25 peserta dari sejumlah 21 UPI dari seluruh Indonesia. Pembinaan
dilakukan agar UPI yang terkena kasus, kedepan mampu mengeliminasi
kasus-kasus yang ada.
7. Penilaian UPI Terbaik
Dalam mendukung pelaksanaan penilaian UPI terbaik tahun 2013, telah
dilakukan penyusunan petunjuk teknis penilaian UPI terbaik tahun 2013.
Petunjuk teknis tersebut telah diterapkan untuk melakukan verifikasi terhadap
21 UPI terpilih dari 8 Lokasi yang diusulkan daerah (Sumatera Utara,
Lampung, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
dan Bali). Hasil verifikasi dari lapangan tersebut kemudian Tim Penilaia UPI
Terbaik melakukan pembahasan dan menetapkan 3 UPI sebagai UPI Terbaik
I, II dan III secara berurutan : PT. Aneka Tuna Indonesia (Jawa Timur), PT.
Philips Seafood International (Jawa Tengah) dan PT. Deho Company
33
(Sulawesi Utara). Bagi UPI terbaik I, II dan III diberikan penghargaan pada
kegiatan Adibakti Mina Bahari.
8. Bulan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Melalui Bulan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan telah dilakukan
penyadaran mutu dan keamanan hasil perikanan kepada kalangan
pemerintah, produsen ditingkat hulu, hilir maupun konsumen melalui
beberapa rangkaian kegiatan yaitu pencanangan bulan mutu dan keamanan
hasil perikanan yang diikuti dengan seminar mutu. Kegiatan seminar mutu
disinergikan dengan Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan (MPHPI) dan
Universitas Diponegoro. Kegiatan tersebut mendatangkan narasumber
kompeten yang dihadiri oleh 750 peserta. Kegiatan kampanye mutu untuk
mensosialisasikan bulan mutu dilakukan melalui media elektronik dan media
cetak serta pemasangan spanduk, umbul-umbul dan banner yang
bertemakan peningkatan mutu dan keamanan hasil perikanan.
9. Pembinaan GHP bagi Suplier UPI
Melalui kegiatan ini telah diundang sejumlah 25 orang supplier udang dari
Jawa Barat dan sekitarnya sebagai penyuplai bahan baku udang di Unit
Pengolahan Ikan. Pembinaan GHP dilakukan agar bahan baku dari supplier
memiliki jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Hasil dari kegiatan ini
adalah terbinanya 25 supplier udang dari wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.
b. Pengembangan Industri Pengolahan Hasil
1. Monitoring Ketersediaan Bahan Baku di UPI Skala Besar
Telah dilakukan monitoring ketersediaan bahan baku di sentra pengolahan
dalam rangka pengembangan Unit Pengolahan Ikan skala besar di 14
provinsi, seperti : Sumatera Utara, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Utara, Papua Barat.
2. Forum Industri Pengolahan Hasil Perikanan
Kegiatan Forum Pengolahan Hasil Perikanan disinergikan dengan kegiatan
Workshop merupakan kegiatan yang membahas isu-isu aktual yang terjadi
pada Industri Pengolahan Hasil Perikanan utamanya dikaitkan dengan
kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi Asean Economic Community
34
2015. Kegiatannya melibatkan narasumber yang kompeten dan peserta dari
semua kalangan baik pemerintah maupun pelaku usaha.
3. Verifikasi Unit Pengolahan Ikan
Kegiatan ini sebagai tindak lanjut Permen KP Nomor PER. 26/MEN/2013
perubahan dari permen KP PER.30/MEN/2012, maka perlu dilakukan
kegiatan verifikasi kepada UPI yang masuk ke dalam usaha perikanan
tangkap terpadu. Hasil dari kegitan tersebut adalah telah dilakukan verifikasi
Unit pengolahan ikan di 6 lokasi yaitu, (Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Bali,
Maluku, Papua dan Papua Barat).
4. Sidang-sidang Internasional dibidang Pengolahan dan Kerjasama Perikanan
Melalui kegiatan diatas telah dilakukan fasilitasi untuk mengikuti sidang-
sidang internasional di bidang pengolahan dan kerjasama perikanan. Pada
tahun ini telah diikuti kegiatan antara lain : 15th National Tuna Conggress di
General Santos Filiphina dan The China Cold Chain the Inovation anf New
Technology 2013 di sanghai China.
5. Fasilitasi Komisi Tuna
Telah dilakukan fasilitasi bagi Sub Komisi Tuna beberapa kegiatan
diantaranya kunjungan lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi
serta Workshop Perikanan Tuna dengan narasumber yang kompetent dan
dihadiri 60 peserta. Sub Komisi Tuna menghasilkan rumusan kebijakan
perikanan tuna Indonesia yang disampaikan kepada Menteri Kelautan dan
Perikanan.
Berdasarkan indikator kinerja kegiatan pada tahun 2013 dan hasil dari
kegiatan diatas, jumlah UPI skala besar yang dikembangkan dan dibina dalam
rangka memenuhi standar mutu hasil perikanan sebesar 219 UPI. UPI tersebut
terdiri dari 179 UPI yang telah dicapai tahun 2012, dan 40 UPI merupakan target UPI
baru pada tahun 2013. Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan, maka indikator
kinerja yang dicapai pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
35
Tabel 10. UPI skala besar yang dikembangkan dan dibina dalam rangka memenuhi
standar mutu hasil perikanan (baru)
No Propinsi Nama UPI Jumlah
1 Sumatera Utara PT. Winson Prima Sejahtera, PT. Seafood
Sumatera Perkasa, PT. Anugerah Samudera
Hindia
3
2 Lampung PT. Indokom Samudera Persada, PT. Phillips
Seafood Indonesia
2
3 Banten PT. Fega Marine Aquacultura, PT. Kelola Mina
Laut, PT. Bahari Makmur Sejati, PT Gumindo
Perkasa Industri
4
4 DKI PT. Lucky Samudera, PT. Era Mandiri
Cemerlang, PT. Gabungan Era Mandiri
3
5 Jawa Barat PT. Tarum Fajar Pratama, PT. Pertiwi Alam
Samudera, PT. Adijaya Guna Satwatama
3
6 Jawa Tengah PT. Toxindo Prima, PT. Tonga Tiur Putera, PT.
Indomina Cipta Agung, PT. Bintang Karya Laut
4
7 Jawa Timur PT. Alam Jaya, PT. Karya Kencana Sumber
Bahari, PT. Varia Niaga Nusantara, PT. Marindo
Makmur Usaha Jaya, PT. Multi Prawn Indonesia,
PT. Madsumaya Indo Seafood, PT. Surya Alam
Tunggal, PT. Perfect International Food, CV. Indo
Jaya Pratama, PT. Istana Cipta Sembada, PT.
Satu Tiga Enam Delapan
11
8 Bali PT. Balinusa Windumas 1
9 Kalimantan
Selatan
PT. Misaja Mitra 1
10 NTT PT. Primo Indo Ikan 1
11 Sulawesi
Selatan
PT. Ocean Champ Seafood 1
36
12 Gorontalo PT. Sinar Ponula Deheto, PT. Cipta Frima Jaya,
PT. Bethel Citra Seyan
1
13 Sulteng PT. Banggai Indo Gemilang 1
14 Maluku PT. Arabikatama Khatulistiwa Fishing Industry,
PT. Samudera Sakti Sepakat, PT. Maluku Maya
Mandiri
3
15 Papua Barat UD Piala 1
Jumlah 40
Tabel 11. UPI skala besar yang dikembangkan dan dibina dalam rangka memenuhi
standar mutu hasil perikanan (Lanjutan) :
No Propinsi Nama UPI Jumlah
1 Sumatera Utara PT. Poma Graha Jaya, PT. Putri Indah, PT.
Sorby Internasional, PD. Anugerah Alam, CV.
Selat Malaka, UD. Yasuriang, PT. Medan
Tropical Canning, PT. Golden Cup Seafood,
PT. Bancar Makmur Indah, CV. Soon Ho, CV.
Lautan Mas, PT.Calista
12
2 Kepulauan Riau PT. Mandraguna Gema Sejati 1
3 Kepulauan
Bangka Belitung
PT. Surya Sepakat Pulau Bangka, CV.
Sanjaya Fisheries, CV. Surya Hasil Laut
3
4 Sumatera Selatan PT. Agung Jaya Sari Sakti 1
5 Banten PT. Nugraha Mitra Jaya, PT. Agarindo
Bogatama
2
6 DKI Jakarta PT. Indoboga Jaya Makmur, PT. Lautan Niaga
Jaya, PT. Dharma Samudera Fishing
Industries, PT. Tuna Permata Rezeki, PT.
Lautan Bahari Sejahtera, PT. Satya Trinadi
Komira Perkasa, PT.Awindo Internasional,
PT. Indo Maguro Tunas Unggul, PT. AGB Ice
and Fisheries, PT. Sumber Haslindo, PT.
12
37
Charlie Wijaya Tuna, PT. Bonecom,
7 Jawa Barat PT. Pahala Bahari Nusantara, PT. Fresh On
Time, PT. Bahari Pratama Mandiri
3
8 Jawa Tengah PT. Maya Food industri, PT. Indoseafood, PT.
Fu Shen Seafood Indonesia, CV.Karya Mina
Putra, PT Blue Sea Industri, PT. Nam Kyung
Korea Indonesia, PT. Sinar Bahari Agung, PT.
Laut Jaya Abadi, PT. Telaga Godeli, PT. Sinar
Mutiara Abadi, PT.Nihon Novelica Food
(Wako), UD.Samudera Jaya, CV. Dua Putra
Dewa, PT. Holi Mina Jaya
14
9 Jawa Timur PT. Mega Marine Pride, PT. Indumanis, PT.
Kelola Mina Laut, PT. Winaros Kawula Bahari,
PT. Aneka Tuna Indonesia, PT. Panca Mitra
Multi Perdana, PT. Graha Makmur Cipta
Pratama, PT. Maya Muncar, PT. Rex Canning,
CV. Sumber Asia Trading Co, PT. Avila Prima,
PT. Bumi Menara Internusa, PT. Winaros
Kawula Bahari, PT. Panca Mitra Multi Perdana,
PT. Tridaya Manunggal, PT. Gema Ista Raya,
PT. Sinar Mas Mina Bahari, PT. Blambangan
Food Packers, PT. Koki Indocan, PT. Satelit
Sriti, PT. Algalindo Perdana, PT. Amarta
Caragenan Indonesia, PT. Kasih Prima, PT.
Permata Citra Nusa, PT. Chamin Jaya
Internasional, PT. Lautan Indah Buanareksa,
CV. Sari Laut Jaya, CV. Buana Artomoro, PT.
Sumber Cahaya Laut, PT. Sari Laut Ekatama,
PT. Fishindo Isma Raya, PT. Surya Indo
Algaes, PT. QL International, PT. Starfood
International
34
38
10 Bali PT. Intimas Surya, UD. Damena, PT. Bali
Maya Permai, PT. Indohamafish, PT. Indo
Citra Jaya Samudera, PT. Duta Mina
Nusantara, PT. Bali Tuna Segar, PT. Arabika
Khatulistiwa Fishing Industry, PT. Gilontas
Indonesia, Bali Mina Mandiri, PT. Bandar
Tuna, PT. Sari Segara Utama, PT. Bali Ocean
Anugerah Linger Indonesia, CV. Mina Asih,
PT. Prasetya Agung Cahaya Utama,
CV.Agromina Dewata, PT. Hentry Jaya, PT.
Primo Indo Ikan, PT. Perikanan Nusantara, PT.
Kohyama, PT. Bali Ocean Anugerah Linger
Indonesia, PT. Bandar Nelayan, CV. Bali
Omega, PT. Sumina Ektraksindo, PT. IPT Chiu
Shih
25
11 Kalimantan Barat PT. Industri Perikanan Sukadana 1
12 Kalimantan
Selatan
PT. Wirantono Baru, PT. Bumi Menara
Internusa, PT. Karimata Timur
3
13 Kalimantan Timur PT. Sumber Kalimantan Abadi, PT. Agape
Borneo Cemerlang, PT. Nelayan Barokah, PT.
Dachan Mustika Aurora, PT. Sabindo Raya
Gemilang
5
14 NTT PT. Okishin Flores 1
15 Sulawesi Selatan PT. Chen Woo Fisheries, PT. Pahala Bahari
Inti Makmur, PT. Multi Monodon Indonesia, PT.
Tobiko Utama, PT. Mutiara Sakti, PT.
Multiguna, CV. Intimakmur Makassar, PT.Shin
Champion, PT. Centralindo, PT. Benur
Rahmah, CV. Ome Trading Coy, CV. Fadjrin
Putra Ariny, CV. Rizqie Bahari, PT. Global
Seafood Internasional Indonesia, CV. Hokky
18
39
Seafood, CV. Bakti Persada, CV. Indah
Mandiri, PT. Omeresso Food
16 Sulawesi Utara PT. Delta Pasific Indotuna, PT. Anekaloka
Indotuna, PT. Indo Hong Hai International, PT.
Bitung Mina Utama, PT. Sari Cakalang,
PT.Perikanan Nusantara, PT.Tengo Karya
Samudera, PT. Sinar Pure Foods International,
PT. International Alliance Food, PT. Deho
Canning Co, PT. Manado Mina Citra Taruna,
PT. Karaba Sakti, CV. Singaraja, PT.
Samudera Sentosa/ PT. Bintang Mandiri
Bersaudara, PT. Sari Malalugis, PT. Celebes
Mina Pratama, PT. Etmieco Sarana Laut
17
17 Sulteng PT. Banggai Sentral Shrimp, CV. Indotropic
Fishery, PT. Brasindo Gum,
3
18 Sultra PT. Sultratuna Samudera, PT. Cilacap
Samudera Fishery Indonesia, PT. Dharma
Samudera Fishing Industri
3
19 Maluku PT. Sinar Abadi Cemerlang, PT. Mabiru
Industri, CV. Tuna Maluku, PT. Harta
Samudera, PT. Bersama Mitra Sejahtera, PT.
Tri Satria Samudera, PT. Tiga Sinergi Berjaya,
PT. Maritim Timur Jaya, PT. S&T Mitra Mina
Industri, PT. Binar Surya Buana, PT. Aneka
Sumber Tata Bahari
11
20 Maluku Utara PT. Maitara Mina Mandiri, PT. Pacific Ocean
Fisheries
2
21 PT. Alfa Kurnia Fish Enterprise, PT. Irian
Marine Product Development, PT. Citraraja
Ampat Canning, PT. Avona Mina Lestari, PT.
Radios Apirja Sorong, PT. Dwi Bina Utama,
7
40
PT. West Irian Fishing Industry
22 Papua PT. Dwi Karya Reksa Abadi 1
Jumlah 179
Tabel 12. Rekapitulasi UPI skala besar yang dikembangkan dan dibina dalam
rangka memenuhi standar mutu hasil perikanan tahun 2011-2013
Indikator Tahun
2011 2012 2013
UPI skala besar yang dikembangkan dan
dibina dalam rangka memenuhi standar
mutu hasil perikanan
129 (40
baru 89
Lanjutan)
179 (50
baru 129
Lanjutan)
219 (40
baru 179
lanjutan)
Realisasi capaian UPI skala besar yang dikembangkan dan dibina dalam
rangka memenuhi standar mutu hasil perikanan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13. Realisasi Capaian UPI skala besar yang dikembangkan dan dibina dalam
rangka memenuhi standar mutu hasil perikanan pada Tahun 2013
Kegiatan/Indikator Target Realisasi Capaian
target %
UPI skala besar yang dikembangkan dan dibina
dalam rangka memenuhi standar mutu hasil
perikanan (UPI)
219 UPI 219 UPI 100%
Beberapa permasalahan yang ditemukan dalam pengembangan dan
pembinaan UPI skala besar sebagai berikut :
- Kurangnya pengetahuan penanggung jawab mutu terkait mutu dan keamanan
hasil perikanan di UPI;
- Masih rendahnya kesadaran terkait mutu dan keamanan hasil perikanan di
masyarakat;
- Masih belum efektifnya kerjasama antara pengolah dan penangkap;
- Seringnya terjadi mutasi jabatan pada pembina mutu daerah yang telah dilatih,
yang menyebabkan kurangnya tenaga personil daerah yang kompeten untuk
melakukan pembinaan di UPI;
- Masih kurangnya sosialisasi peraturan pemerintah ke pemangku kepentingan
perikanan;
41
- Bahan baku unit pengolahan terdapat pada lokasi yang sulit dijangkau dan
bergantung pada musim.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam Pengembangan dan
pembinaaan UPI skala besar, maka upaya-upaya yang perlu dilakukan antara lain :
- Melakukan pembinaan secara intensif dan berjenjang terkait mutu dan keamanan
hasil perikanan;
- Meningkatkan sosialisasi terkait pentingnya mutu dan keamanan hasil perikanan
- Melakukan evaluasi lapangan terkait kerjasama antara pengolah dan penangkap
- Melakukan koordinasi dengan Intansi/ kabupaten/kota/provinsi terkait
- Melakukan temu koordinasi antara pemerintah, asosiasi dan pelaku usaha dalam
rangka sosialisasi peraturan pemerintah.
3.5.3 Utilitas UPI
Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) telah menegaskan pentingnya
akselerasi industrialisasi perikanan. industrialisasi perikanan dalam arti luas yakni
transformasi ke arah perikanan yang bernilai tambah, yang tujuannya meningkatkan
nilai tambah produksi perikanan lokal yang selama ini dinikmati para pelaku usaha
kecil dan menengah.
Dalam perspektif baru industrialisasi perikanan, industri pengolahan ikan
memiliki peran sangat penting. Perannya adalah sebagai penghela untuk
meningkatkan nilai tambah produk perikanan yang dihasilkan oleh nelayan maupun
pembudidaya ikan. Perspektif baru ini mensyaratkan bahwa nilai tambah harus
dinikmati para pelaku hulu juga, sehingga upayanya adalah memaksimalkan bahan
baku industri dari sumberdaya lokal. UU No.45/2009 tentang perubahan atas UU
No.31/2004, Pasal 25C UU No.45/2009 ayat 1 menyatakan bahwa pemerintah
membina dan memfasilitasi berkembangnya industri perikanan nasional dengan
mengutamakan penggunaan bahan baku dan sumber daya manusia dalam negeri.
Salah satu indikator peningkatan nilai tambah adalah dengan melihat jumlah
produksi dari Unit Pengolahan Ikan UPI dalam memanfaatkan kapasitas
terpasangnya yang biasa disebut dengan utilitas, nilai utilitas yang tinggi
menunjukkan kinerja membaik dari suatau unit pengolahan.
42
Target utilitas UPI tahun 2013 adalah sebesar 70%, dan untuk memenuhi
target tersebut Direktorat Pengolahan melakukan upaya-upaya antara lain :
a) Penguatan pasokan bahan baku yang bermutu aman dan bermutu.
b) Peningkatan Kerjasama antara Pemasok Bahan Baku dan Pengolah
c) Monitoring dan evaluasi kepada pengolah
yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegitan teknis sebagai berikut:
1. Pembinaan GHP bagi Suplier UPI
Melalui kegiatan ini telah diundang sejumlah 25 orang supplier udang dari
Jawa Barat dan sekitarnya sebagai penyuplai bahan baku udang di Unit
Pengolahan Ikan. Pembinaan GHP dilakukan agar bahan baku dari supplier
memiliki jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan sehingga kebutuhan
UPI akan bahan baku yang aman dan mutunya sesuai standar dapat
dipenuhi. Hasil dari kegiatan ini adalah terbinanya 25 supplier udang dari
wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.
2. Forum Industri Pengolahan Hasil Perikanan
Kegiatan Forum Pengolahan Hasil Perikanan disinergikan dengan kegiatan
Workshop merupakan kegiatan yang membahas isu-isu aktual yang terjadi
pada Industri Pengolahan Hasil Perikanan utamanya dikaitkan dengan
kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi Asean Economic Community
2015. Kegiatannya melibatkan narasumber yang kompeten dan peserta dari
semua kalangan baik pemerintah maupun pelaku usaha.
3. Verifikasi Unit Pengolahan Ikan
Kegiatan ini sebagai tindak lanjut Permen KP Nomor PER. 26/MEN/2013
perubahan dari permen KP PER.30/MEN/2012, kegiatan ini bertujuan untuk
maka perlu dilakukan kegiatan verifikasi kepada UPI yang masuk ke dalam
usaha perikanan tangkap terpadu. Hasil dari kegitan tersebut adalah telah
dilakukan verifikasi Unit pengolahan ikan di 6 lokasi yaitu, (Kepulauan Riau,
Sulawesi Utara, Bali, Maluku, Papua dan Papua Barat).
4. Monitoring Ketersediaan Bahan Baku di UPI Skala Besar
Telah dilakukan monitoring ketersediaan bahan baku di sentra pengolahan
dalam rangka pengembangan Unit Pengolahan Ikan skala besar kegiatan ini
bertujuan untuk memantau kinerja UPI melalui kebutuhan bahan baku dan
43
produksinya sehingga dapat diketahui utilitasnya. Kegiatan ini dilakukan
melalui monitoring di 14 provinsi, seperti : Sumatera Utara, Jambi, Lampung,
Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Papua Barat.
Dari hasil menitoring tersebut telah didapatkan data yang dirumuskan ke
dalam formula matematissebagai berikut :
Utilitas : % kapasitas desain yang sesunguhnya telah dicapai.
hasil perhitungan utilitas UPI tahun 2013 yang diperoleh melalui formula
tersebut adalah sebesar 70,39% dari target sebesar 70% .
Tabel 14. Rekapitulasi Utilitas UPI skala besar yang tahun 2011-2013
Indikator Tahun
2011 2012 2013
Utilitas UPI 60.63 65.83 70.39
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013
Unit Pengolahan Ikan di Indonesia meningkat utilitasnya, hal ini menunjukkan bahwa
upaya-upaya yang dilakukan oleh Direktorat Pengolahan Hasil untuk meningkatkan
kinerja dari UPI memberikan dampak yang positif sehingga target utilitas tercapai.
Tercapainya target utilitas menunjukkan bahwa pasokan bahan baku yang aman
dan bermutu bagi UPI semakin menguat tiap tahunnya, serta terjalinnya kerjasama
yang baik antara pemasok bahan baku dan pengolah sehingga pengolah tidak
mengalami permasalahan yang berarti dalam hal pasokan bahan baku. Selain itu
fasilitasi sarana prasarana pengolahan dan sistem rantai dingin dari Direktorat
Pengolahan Hasil menjamin tersedianya bahan baku ikan yang berkualitas baik
serta jumlah yang cukup untuk mensuplai kebutuhan bahan baku di UPI. Pelatihan
terkait mutu kepada UPI sehingga UPI mampu memproduksi produk yang sesuai
standard nasional dan internasional turut mendukung tercapaianya peningkatan
utilitas.
(%) desainKapasitas
OutputUtilitas
44
Beberapa permasalahan yang ditemukan dalam pengembangan dan
pembinaan utilitas UPI skala besar sebagai berikut :
Isu dan Permasalahan Transportasi
Permasalahan distribusi dari areal sentra produksi ke areal pengolahan
menjadi hal krusial yang penting. Mengingat bahwa lebih dari 70%-80%
tangkapan terutama cakalang dihasilkan di wilayah timur perairan Indonesia.
Sementara industri pengolahan ikan berada di wilayah bagian barat
khususnya Jawa-Bali.
Isu dan Permasalahan Ketepatan Pasokan Bahan Baku dan Sistem
Produksi
Secara faktual, usaha pengolahan ikan masih menghadapi kendala pada
pasokan bahan baku, terutama adanya fluktuasi pasokan yang terkait dengan
dinamika produksi bahan baku terutama pada penangkapan.
Isu dan Permasalahan terhadap jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan
Permasalahan terhadap jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan
terutama pada tahap penyediaan mutu bahan baku di tingkat supplier yang
masih memiliki tingkat kesadaran penerapan mutu yang rendah di unit
penanganannya.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi maka upaya-upaya yang perlu dilakukan
antara lain:
Berkoordinasi dengan instansi terkait, dalam rangka penyediaan transportasi
untuk bahan baku dari sentra produksi ke sentra pengolahan.
memperkuat penerapan aturan menteri kelautan dan perikanan usaha
perikanan tangkap terpadu Nomor PER. 26/MEN/2013 agar usaha
penangkapan memasok bahan baku ke UPI
Melakukan pembinaan secara intensif kepada suplier
45
3.5.4 Ragam Produk Olahan Bernilai Tambah di Lokasi yang Dibina
Pengembangan produk hasil perikanan yang bernilai tambah menjadi suatu
hal yang harus dilakukan, hal ini disebabkan adanya beberapa pergeseran yang
terjadi di masyarakat, antara lain: a) adanya perubahan gaya hidup; b) perubahan
pola konsumsi; c) banyaknya wanita/ibu rumah tangga yang bekerja; d) konsumen
lebih menyukai produk nyang lebih praktis dan memiliki daya simpan lebih lama.
Pengembangan produk hasil perikanan diarahkan kepada pemanfaatan
semaksimal mungkin setiap bagian yang ada pada satu komoditas atau dengan kata
lain dalam proses pengolahan diupayakan semua bagian komoditas dapat
dimanfaatkan secara optimal dan tidak ada bahan yang terbuang (zero waste
concept), dengan memanfaatkan teknologi pengolahan dan teknologi pengemasan
sehingga memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Dengan proses demikian
diharapkan muncul ragam produk hasil perikanan yang baru yang dapat menjadi
usaha baru di bidang pengolahan perikanan. Ragam produk yang dihasilkan
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk perikanan. Mengacu pada isu-
isu yang terjadi, peranan teknologi pengembangan produk diarahkan untuk : a)
Meningkatkan nilai ekonomi produk olahan, hal ini terutama ditujukan untuk bahan
yang kurang memiliki nilai ekonomi ataupun buangan hasil perikanan yang belum
termanfaatkan (zero waste concept); b) Menumbuhkan inovasi teknologi yang lebih
modern yang meliputi rekayasa proses produksi dan rekayasa peralatan; c)
Meningkatkan apresiasi terhadap produk-produk tradisional melalui perbaikan
sanitasi higienis dan tampilan (kemasan).
Kegiatan pengembangan produk nilai tambah (PPNT) pada industri
pengolahan ikan dapat memperluas peluang usaha, penyerapan tenaga kerja,
memberikan nilai tambah kepada pelaku usaha, kontribusi dalam pengembangan
daerah, dan berdampak pada peningkatan perolehan devisa negara. Perkembangan
produk olahan hasil perikanan di Indonesia memang belum taraf yang
46
menggembirakan, namun upaya-upaya untuk mendorong ke arah yang lebih baik
dengan jenis dan variasi produk yang lebih beragam terus dilakukan. Dalam rangka
menumbuhkan diversifikasi produk perikanan dan pencapaian target ragam produk
hasil perikanan tahun 2013 Subdit Pengembangan Produk melakukan beberapa
upaya sebagai berikut:
a. Fasilitasi Pengembangan Produk Nilai Tambah
- Penyusunan Regulasi Pengembangan Produk Nilai Tambah
- Sosialisasi Kebijakan PPNT dan sosialisasi Lomba Inovasi PPNT
- Penyusunan Juknis Lomba Inovasi dan Pengadaan Bahan Informasi
Pengembangan Produk Hasil Perikanan
- Sosialisasi dan Pembahasan Finalis Lomba Inovator PPNT
- Final dan Pemberian Penghargaan Pemenang Lomba Inovator PPNT
- Identifikasi dan Pemetaan Keragaan Produk Bernilai Tambah
b. Fasilitasi Pengembangan Produk Nilai Tambah UPI Skala UMKM
- Apresiasi PPNT dalam rangka mendukung Industrialisasi Patin Kepada
Pembina UPI Skala UMKM
- Apresiasi Pengemasan Produk Perikanan Mendukung Operasionalisasi
Rumah Kemasan
- Apresiasi PPNT dalam rangka mendukung Industrialisasi Bandeng Kepada
Pembina UPI Skala UMKM
c. Fasilitasi Pengembangan Produk Nilai Tambah UPI Skala Besar
- Apresiasi PPNT di UPI Skala Besar
- Workshop Pengembangan Produk Industri Tuna UPI Skala Besar
- Workshop Pengembangan Industri Udang UPI Skala Besar
- Apresasi Pengembangan Industri Patin UPI Skala Besar
Berdasarkan indikator kinerja kegiatan pada tahun 2013 jumlah ragam produk
yang akan dicapai adalah sebanyak 46 ragam. Ragam produk tersebut terdiri dari 7
ragam yang telah dicapai pada tahun 2010, 12 ragam yang telah dicapai tahun
2011, 13 ragam produk pada tahun 2012 dan 14 ragam produk baru pada tahun
2014
Dari hasil kegiatan dan monitoring yang telah dilakukan, maka indikator
kinerja yang dicapai pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: Kriuk bandeng
47
(tarakan/kaltara), coklat lele(jawa barat), gapit ikan (jambi), sagon tulang ikan(
brebes), rengginang patin (jambi), crackers bandeng (pati), bakso ikan tuna (ternate-
Malut), koprol (probolinggo), abon leker (jabar), garle (boyolali), rollade ikan dan
tape (pekalongan), kue dolale (diy), otak atik mujaer (jatim), crispy alga (malang).
Data sebaran ragam produk olahan hasil perikanan bernilai tambah dapat dilihat
pada tabel 14.
Tabel 15. Ragam Produk Bernilai Tambah Perikanan, 2010 – 2013
Indikator Tahun Keterangan
Tahun 2010 - 2012 2010 2011 2012 2013
Ragam
Produk
7 19
(12
baru
dan 7
lama)
32
(13
baru
dan 19
lama)
46
(14
baru
dan
32
lama)
2010: Pilus rumput laut (Kab.
Bantaeng) Sulsel. Nugget (Kota
Pekalongan), Jateng. Kaki Naga
(Kota Pekalongan), Jateng. Ekkado
(Kota Pekalongan) Jateng. Kerupuk
Ikan (Kab. Tanah laut), Kalsel. Snack
teri (Kab. Buton), Sultra. Abon Marlin
(Kota Makasar), Sulsel.
2011: Lele Crispy (Kab. Trenggalek),
Jatim. Abon Belut (Kab. Trenggalek),
Jatim. Pilus Ikan roa (Kab. Banggai),
Sulteng. Pilus rumput laut (Kota
Mataram, NTB). Snack Ikan Bilih
(Kab. Tanah datar, Sumbar). Batari
(Kab. Tangerang, Banten). Siomini
(DIY). Reconstitute chips rumput laut
(DIY). Abon Ikan Lele (DIY).
Kembang udang (Kota jambi) Jambi.
Pilus patin (Kota Jambi) Jambi. Bakso
Ikan (Kab. Cirebon) Jabar
2012: Sate Patin Kreyes (KUB
Amanah) Provinsi Jambi, Teri nasi
crispy - Provinsi Aceh, Coklat Rumput
Laut - Pontianak Kalimantan barat,
Rengginang udang (Kelompok Sehat
Alami, Singkawang) - provinsi
Kalimantan Barat, Jelly Rumput Laut
(Kelompok Mekar Jaya, Singkawang)
- Provinsi Kalimantan Barat, Stick
48
Patin (Palangkaraya) - Kalimantan
Tengah, Sirup Tulang Ikan (BDS
Snack, Balikpapan) - Kalimantan
Timur, Kriuk Kepiting Soka (Bu Idil,
Balikpapan) - Kalimantan Timur,
Amplang Ikan (Fania Food) - DI
Yogyakarta, Stick Rumput Laut
(Ambon) - Provinsi Maluku, Bakso
Scallop (Surabaya) - Provinsi Jawa
Timur, Keripik Rumput Laut - Provinsi
Sulteng, Tortila Rumput Laut
(Lombok Timur) - Provinsi NTB.
Kriuk bandeng (tarakan/kaltara),
coklat lele(jawa barat), gapit ikan
(jambi), sagon tulang ikan( brebes),
rengginang patin (jambi), crackers
bandeng (pati), bakso ikan tuna
(ternate-Malut), koprol (probolinggo),
abon leker (jabar), garle (boyolali),
rollade ikan dan tape (pekalongan),
kue dolale (diy), otak atik mujaer
(jatim), crispy alga (malang).
Realisasi capaian ragam produk olahan hasil perikanan bernilai tambah tahun 2013
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 16. Realisasi Capaian Ragam Produk Hasil Perikanan pada Tahun 2013
Kegiatan/Indikator Target Realisasi Capaian target %
Ragam produk olahan hasil
perikanan bernilai tambah (ragam)
46 ragam 46 ragam 100%
Dalam melakukan kegiatan pengembangan produk bernilai tambah terdapat
beberapa permasalahan yang ditemukan yaitu:
- Industri perikanan masih sedikit melakukan peningkatan nilai tambah berupa
produk-produk olahan yang makin beragam dan berkualitas dengan nilai jual lebih
tinggi
- Masih sedikitnya kualitas kompetensi SDM pengolahan hasil perikanan
- Masih minimnya pengembangan data base pengembagan produk nilai tambah
- Beberapa pengolah skala UMKM mengalami kesulitan dalam mendapatkan izin
Depkes, P-IRT dan MD yang merupakan persyaratan dalam perdagangan.
49
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan produk nilai
tambah, maka upaya-upaya yang perlu dilakukan antara lain :
- Peningkatan penyediaan paket teknologi yang tepat sasaran dan sesuai dengan
kebutuhan pelaku usaha dalam upaya diversifikasi pengolahan hasil perikanan
- Dilakukannya pembinaan, apresiasi, bimtek, studi banding, magang tentang
pengolahan hasil perikanan
- Penerapan data base produk nilai tambah pada masing-masing provinsi di
seluruh Indonesia
- Diperlukan kerjasama dengan instansi terkait dalam melakukan penerbitan izin
terhadap produk hasil perikanan. Disamping itu diperlukan bimbingan mengenai
teknik pengemasan dan pelabelan yang sesuai standar seperti mencantumkan
komposisi bahan, nilai gizi, tanggal kadaluwarsa, label halal, nama produk,
pengolah beserta alamat pengolah.
3.5.5 Lokasi Sarana dan Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan Yang
Dikembangkan dan Dibina (Sarpras)
Sasaran yang akan dicapai dalam pengembangan sarana dan prasarana
sistem rantai dingin dan pengolahan adalah lokasi sarana dan prasarana
pengolahan hasil perikanan yang dikembangkan dan dibina untuk mendukung
pencapaian target produksi pengolahan. Sasaran lokasi yang dikembangkan dan
dibina pada tahun 2010 sebesar 58 lokasi menjadi 66 lokasi pada tahun 2011,
meningkat menjadi 134 lokasi pada tahun 2012 dan menjadi 113 lokasi pada tahun
2013.
Pencapaian kinerja pada tahun 2013dengan jumlah lokasi yang dikembangkan
dan dibina sebesar 149 lokasi (60 baru, 89 lanjutan) dapat memenuhi target sasaran
yang telah ditetapkan (132%). Hasil tersebut dicapai melalui kegiatan Rapat Teknis
Pembinaan dan Pengembangan Sarana Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan,
Fasilitasi Pengelolaan Sarana Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan, Sosialisasi
Enumerator Perhitungan Nilai Tambah Produk Perikanan, Supervisi Enumerator
Pengembangan Produk Nilai Tambah, Pembinaan dan Pengembangan Sarana
Pengolahan Hasil Perikanan, Pemetaan Kebutuhan Sarana Pengolahan Hasil
50
Perikanan, Pembinaan dan Pengembangan Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan
serta Pemetaan Kebutuhan Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan. Berdasarkan
kondisi tersebut, dapat dijabarkan bahwa pencapaian target pengembangan dan
pembinaan sarana dan prasarana pengolahan hasil perikanan sebesar 132%
terhadap target yang telah ditetapkan.
Tabel 17. Realisasi Pengembangan dan Pembinaan Sarana dan Prasarana
Pengolahan Hasil perikanan sesuai dengan target produksi pengolahan (Lokasi).
No Indikator/ Kegiatan Target
(Lokasi)
Realisasi
(Lokasi)
Capaian
Target
(%)
1. Berkembang dan terbinanya sarana
dan prasarana pengolahan hasil
perikanan sesuai dengan target
produksi pengolahan
113 149 132
a. Rapat Teknis Pembinaan dan
Pengembangan Sarana Prasarana
Pengolahan Hasil Perikanan
100
b. Fasilitasi Pengelolaan Sarana
Prasarana Pengolahan Hasil
Perikanan
100
c. Sosialisasi Enumerator Perhitungan
Nilai Tambah Produk Perikanan
100
d. Supervisi Enumerator
Pengembangan Produk Nilai Tambah
100
e. Pembinaan dan Pengembangan
Sarana Pengolahan Hasil Perikanan
132
f. Pemetaan Kebutuhan Sarana
Pengolahan Hasil Perikanan
100
g. Pembinaan dan Pengembangan
Prasarana Pengolahan Hasil
Perikanan
132
51
No Indikator/ Kegiatan Target
(Lokasi)
Realisasi
(Lokasi)
Capaian
Target
(%)
h. Pemetaan Kebutuhan Prasarana
Pengolahan Hasil Perikanan
100
i. Pembinaan dan Pengembangan
Sarana Prasarana Pengolahan Hasil
Perikanan
100
Tabel 18. Perbandingan Realisasi Capaian Pengembangan dan Pembinaan Sarana dan Prasarana pengolahan hasil perikanan sesuai dengan target produksi pengolahan (Lokasi) Tahun 2011 – 2013
Kegiatan/Indikator 2013 2012 2011
Berkembang dan terbinanya sarana dan
prasarana pengolahan hasil perikanan
sesuai dengan target produksi pengolahan
149 lokasi 134 lokasi 66 lokasi
Realisasi target lokasi berkembang dan terbinanya sarana dan prasarana
pengolahan hasil perikanan sesuai dengan target produksi pengolahan untuk sub
kegiatan pembinaan dan pengembangan sarana prasarana pengolahan hasil
perikanan telah dilakukan di 89 lokasi (100%). Sedangkan untuk sub kegiatan
identifikasi lokasi baru pengembangan sarana SRD dan pengolahan hasil perikanan
telah dilakukan di 60 lokasi (100%).
Pencapaian kinerja sasaran berkembang dan terbinanya sarana dan
prasarana pengolahan hasil perikanan sesuai dengan target produksi pengolahan
pada tahun 2013 sebesar 149 lokasi mengalami peningkatan yang cukup besar
dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2012yaknisebesar 134 lokasi dan
tahun 2011 sebesar 66 lokasi. Berdasarkan kondisi tersebut, pencapaian sasaran
berkembang dan terbinanya sarana dan prasarana pengolahan hasil perikanan telah
sesuai dengan sesuai dengan target yang ditetapkan sebagai upaya dalam
mendukung pencapaian target produksi pengolahan sebesar 5 juta ton.
52
3.5.6 Rancangan Standard Nasional Indonesia Yang Disusun
Produk perikanan merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis
secara global, terutama bila ditinjau dari pertumbuhan bisnis dan kebutuhan
pangan. Hal ini secara nyata bisa dilihat dari permintaan produk perikanan baik di
pasar internasional maupun pasar dalam negeri yang terus meningkat, yang diikuti
dengan semakin meningkatnya aktivitas bisnis perikanan baik di industri skala
besar maupun skala UMKM. Sebagai komoditas global yang mempunyai nilai
strategis, pengelolaan dan pemanfaatan hasil perikanan diatur secara internasional
oleh FAO/WHO/WTO melalui Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF),
Codex, SPS dan lain-lain. Demikian pula dengan negara-negara maju seperti
Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Australia yang merupakan negara tujuan
ekspor sangat aktif dalam membuat dan memberlakukan peraturan yang berkaitan
dengan jaminan mutu dan keamanan produk perikanan, yang dituangkan dalam
persyaratan standar yang tinggi dan ketat dalam rangka memberikan perlindungan
kepada konsumennya yang dimasukkan dalam persyaratan impor.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Pengolahan Hasil selalu
berupaya untuk menyediakan Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan
yang mengacu pada standar internasional. SNI pada dasarnya merupakan standar
sukarela, yaitu penerapannya bersifat sukarela atau bukan suatu keharusan
melainkan atas dasar kebutuhan sendiri. SNI yang berkaitan dengan kepentingan
keselamatan, keamanan, kesehatan, kelestarian fungsi lingkungan hidup, atau atas
dasar pertimbangan tertentu dapat diberlakukan secara wajib oleh instansi teknis,
yang selanjutnya disebut sebagai SNI wajib. Hal ini bertujuan agar SNI produk
perikanan yang dihasilkan harmonis dengan standar internasional, sehingga produk
perikanan yang dalam proses produksinya mengacu pada SNI dapat diterima dan
mempunyai daya saing di pasar internasional.
Dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015,
maka ASEAN akan bertransformasi menjadi satu kawasan dengan pergerakan arus
bebas baik barang, pelayanan, investasi, tenaga kerja dan modal.Maka dari itu
untuk melindungi produk perikanan Indonesia terutama produk UKM pengolahan,
salah satu strategi yang harus dilakukan adalah harmonisasi standar dan regulasi
teknis serta penilaian kesesuaian/metode pengujian yang akan memegang peran
53
penting dalam menfasilitasi perdagangan. SNI produk perikanan dan penerapannya
mutlak harus harmonis dengan standar internasional agar tidak menghambat
perdagangan sebagaimana diamanatkan oleh SPS and TBT agreements oleh
WTO.
Program kegiatan yang dilakukan untuk mencapai IKU tersebut antara lain
sebagai berikut:
a Penyusunan Konsep (Perumusan RSNI1 1)
Pada penyusunan konsep ini dirumuskan 8 RSNI sesuai dengan usulan
PNPS 2013 diantaranya adalah RSNI Tuna Untuk Sashimi, RSNI Tuna Masak
Beku, RSNI Udang Beku, RSNI Udang Kupas Mentah Beku, RSNI Ikan Beku,
RSNI Baso Ikan Beku, RSNI Sidat Penggang Beku (Unagi) dan RSNI Metode Cara
Uji Kimia Penentuan Mineral Cu dan Zn Pada Produk Perikanan.
b Rapat Teknis (Perumusan RSNI 2)
Pembahasan masing-masing RSNI2 dilakukan oleh PT 65-05 secara detil
bagian per bagian dari RSNI2 tersebut, mulai dari bagian prakata, bagian acuan
normatif, bagian persyaratan bahan baku, bahan penolong dan bahan lainnya;
bagian persyaratan mutu dan keamanan produk; bagian cara uji; bagian teknik
sanitasi dan higiene; bagian peralatan; bagian penanganan dan pengolahan;
sampai dengan lampiran lembar penilaian sensori, diagram alir proses pengolahan
dan bibliografi.
c Rapat Konsensus (Perumusan RSNI 3)
Rapat konsensus dilaksanakan untuk menyepakati ke-8 judul RSNI3
produk perikanan secara aklamasi oleh minimal 2/3 anggota PT 65-05 yang dihadiri
oleh anggota Panitia Teknis 65-05 Produk Perikanan, Konseptor, Sekretariat
Panitia Teknis PT 65-05, SPT 65-05 S1, dan SPT 65-05 S3, serta Tenaga Ahli
Standardisasi yang ditugaskan oleh BSN sebagai pengendali mutu perumusan
SNI/TAS-Q.
d Operasional Panitia Teknis Perikanan SNI (PT 65 : 05)
Untuk melaksanakan perumusan Rancangan SNI (RSNI) Produk Perikanan
dan pemeliharaan SNI masa kerja 2013, maka dibentuklah Panitia Teknis (PT) 65-
05: Produk Perikanan yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Kepala Badan
Standardisasi Nasional (BSN) Nomor 137/KEP/BSN/5/2013 tentang Susunan
54
Kenaggotaan Panitia Teknis Perumusan SNI 65-05 : Produk Perikanan serta Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(P2HP)
Nomor 05B/KEP-DJP2HP/2013 tentang Panitia Teknis Perumusan SNI Produk
Perikanan. PT 65-05: Produk Perikanan beranggotakan 13 orang yang mewakili
pihak yang berkepentingan terdiri dari perwakilan regulator 4 orang, pakar 3 orang,
produsen 3 orang, dan konsumen 3 orang.
e Apresiasi Perumusan SNI Produk Perikanan Bagi Konseptor
ApresiasiPerumusan SNI BagiKonseptordiikutipesertadari 33 LPPMHP
seluruh Indonesia, Balai P2HP Manado, FPIK-IPB, STP JakartaPerwakilandari
Balitbang KP, Balai Uji Standar Karantina Ikan (BUSKI), FPIK-IPB, STP Jakarta,
dan peserta dari lingkup Ditjen P2HP yaitu BBP2HP, Direktorat Pemasaran Dalam
Negeri dan Direktorat Pengolahan Hasil. Tujuan dari pelaksanaan Apresiasi
Perumusan SNI Bagi Konseptor adalah untuk meningkatkan kapasitas SDM
konseptor pusat dan daerah dalam proses perumusan SNI produk perikanan sesuai
Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) dalam penyusunan SNI.
Penyusunan konsep SNI sangat perlu didukung dengan ketersediaan data
ilmiah dan berdasarkan analisis resiko, untuk itu koordinasi dan komunikasi antara
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi, Laboratorium pengujian, perguruan tinggi
dan Balitbang perlu terus ditingkatkan. Peserta Apresiasi sepakat terkait perlunya
membentuk kelompok kerja yang beranggotakan konseptor Pusat dan Daerah
untuk berkomunikasi melalui eletronic working group dalam rangka menyediakan
informasi terkait data, kajian teknis, hasil penelitian dan hasil uji laboratorium untuk
mendukung penyusunan konsep SNI oleh Panitia Teknis 65-05 : Produk Perikanan
serta menjadi wadah untuk sharing dan update informasi terkait SNI produk
perikanan.
f Harmonisasi Standar Internasional
Kementerian Kelautan dan Perikanan selaku Mirror Committee bidang
perikanan bekerja sama dengan BSN selaku Secretariat Codex Contact Point
(CCP) beserta kementerian lainnya (Kementerian Perdagangan, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Pertanian, BPOM, Kementerian Kesehatan, dan
Kementerian Luar Negeri) melakukan pembahasan teknis substansi yang akan,
55
sedang dan telah dibahas dalam sidang Codex maupun mempersiapkan
bahan/data-data ilmiah dalam rangka mendukung pembahasan posisi Indonesia.
Direktorat Pengolahan Hasil yang melakukan tugas dan fungsi di bidang
standardisasi produk perikanan konsumsi ikut berpartisipasi aktif dalam
pembahasan sidang-sidang Codex yang terkait dengan bidang perikanan. Untuk
tahun 2013 sesuai perencanaan, sidang Codex yang diikuti diantaranya Codex
Commitee on Foods Import and Export Inspection (CCFIC) di Chiang Mai -
Thailand, Codex Commitee on Fats and Oils (CCFO) di Langkawi - Malaysia,
Codex Commitee on Methods of Analysis and Sampling (CCMAS) di Budapest -
Hungary, Codex Committee on Contaminants in Food (CCCF) di Moskow - Russia,
Codex Committee on Food Labelling (CCFL)di Charlotte Town, Canada, ASEAN
Task Force On Codex di Brunei Darussalam, Codex Committee on Food Hygiene
(CCFH)di Hanoi - Vietnam, dan Codex Alimentarius Commision (CAC) di Roma -
Italia.
Realisasi capaian RSNI produk perikanan yang dikembangkan dalam
pengolahan hasil perikanan tahun 2013 dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 19. Realisasi Capaian Jumlah RSNI Produk Perikanan yang Dikembangkan
dalam Pengolahan Hasil Perikanan Tahun 2013
Kegiatan/Indikator Target Realisasi Capaian
target %
Jumlah RSNI produk perikanan yang
disusun
5 RSNI 8 RSNI 160
Indikator kinerja tahun 2013 dalam rangka pengembangan standar produk
perikanan mampu melebihi target menjadi 160% dengan terumuskannya 8 RSNI
yang terdiri dari 8 RSNI yakni 7 RSNI produk perikanan dan 1 RSNI metode uji
oleh Panitia Teknis 65-05: Produk Perikanan yang terdiri dari 3 RSNI baru dan 5
RSNI revisi antara lain: tuna untuk sashimi (revisi), tuna masak beku (baru), udang
beku (revisi), udang kupas mentah beku (revisi), ikan beku (revisi), baso ikan beku
(revisi), sidat panggang beku/unagi (baru) dan cara uji kimia penentuan mineral Cu
dan Zn pada produk perikanan (baru).
Adapun Indikator kinerja tahun 2012 dalam rangka pengembangan standar
produk perikanan mampu direalisasikan 120% dengan terumuskannya 6 RSNI
56
produk perikanan oleh Panitia Teknis 65-05: Produk Perikanan yang terdiri dari 3
RSNI baru dan 3 RSNI revisi antara lain: surimi beku (revisi), ikan kaleng (baru),
ikan segar (revisi), ikan asap (baru), fillet ikan (baru) dan metode uji penetapan
kadar karaginan dari rumput laut (revisi).
Indikator kinerja tahun 2013 dalam rangka pengembangan standar produk
perikanan mampu melebihi target menjadi 160% dengan terumuskannya 8 RSNI
yang terdiri dari 8 RSNI yakni 7 RSNI produk perikanan dan 1 RSNI metode uji
oleh Panitia Teknis 65-05: Produk Perikanan yang terdiri dari 3 RSNI baru dan 5
RSNI revisi antara lain: tuna untuk sashimi (revisi), tuna masak beku (baru), udang
beku (revisi), udang kupas mentah beku (revisi), ikan beku (revisi), baso ikan beku
(revisi), sidat panggang beku/unagi (baru) dan cara uji kimia penentuan mineral Cu
dan Zn pada produk perikanan (baru).
Adapun Indikator kinerja tahun 2012 dalam rangka pengembangan standar
produk perikanan mampu direalisasikan 120% dengan terumuskannya 6 RSNI
produk perikanan oleh Panitia Teknis 65-05: Produk Perikanan yang terdiri dari 3
RSNI baru dan 3 RSNI revisi antara lain: surimi beku (revisi), ikan kaleng (baru),
ikan segar (revisi), ikan asap (baru), fillet ikan (baru) dan metode uji penetapan
kadar karaginan dari rumput laut (revisi).
Permasalahan yang dihadapi:
- Kurangnya data ilmiah terkait penyusunan RSNI
- Rendahnya partisipasi UPI besar dan Asosiasi dalam perumusan RSNI
- Kurangnya jumlah konseptor dan editor penyusun SNI di daerah
- Kurangnya pelatihan bagi calon konseptordan editor daerah sesuai standar
kualifikasi BSN
- Kurangnya persiapan penyusunan draf standar codex untuk pembahasan
dalam sidang-sidang Codex Committee
- Masih adanya penolakan produk perikanan Indonesia di luar negeri karena
minimnya data penerapan SNI didaerah
- Produk perikanan Indonesia belum mencantumkan tanda SNI karena LSPro
yang berwenang dalam melakukan sertifikasi tanda SNI baru dibentuk tahun
ini.
57
Rekomendasi dan tindaklanjut yang akan dilakukan:
- Meningkatkan koordinasi dan melibatkan stakeholder lain diantaranya
BBP2HP, LPPMHP, Balitbang, BKIP dalam penyusunan dan penerapan SNI
- Perlunya meningkatkan pertemuan pembahasan draf standar Codex lebih
intensif dengan melibatkan para stakeholder
3.5.7 SNI Yang Diterapkan dalam Pengolahan Hasil Perikanan (standar)
a. Evaluasi Penerapan SNI
SNI pada dasarnya merupakan standar sukarela, yaitu penerapannya
bersifat sukarela. Namun, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah meregulasi 81
SNI produk perikanan yang diberlakukan secara wajib melalui Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.61/MEN/2009 tentang Pemberlakuan Wajib
Standar Nasional Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan.
Pada umumnya UPI skala besar di tiap propinsi telah menerapkan SNI baik
dari sisi syarat mutu, syarat bahan baku, penanganan dan pengolahan,
spesifikasikasi namun mereka belum mencantumkan label SNI pada produknya.
Untuk UPI skala kecil ataupun menengah sama sekali belum menerapkan karena
faktor biaya, mereka masih dalam proses pengajuan untuk diterbitkan Sertifikat
Kelayakan Pengolahan (SKP) oleh Ditjen P2HP demi kemajuan usahanya.
b. Penyusunan Publikasi Standar Produk Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai lembaga pemerintah
mempunyai kewajiban memberikan informasi tentang SNI Produk Perikanan kepada
stakeholder maupun masyarakat umum. Salah satu sarana diseminasi informasi
adalah melalui publikasi. Publikasi yang disusun pada kegiatan ini berupa buku SNI,
leaflet, poster dan standing banner.
Realisasi capaian SNI produk perikanan yang diterapkan dalam pengolahan
hasil perikanan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 20. Realisasi Capaian Jumlah SNI Produk Perikanan yang Diterapkan dalam Pengolahan Hasil Perikanan Tahun 2013
Kegiatan/Indikator Target Realisasi Capaian target %
Jumlah SNI produk perikanan yang
diterapkan
155 SNI 155 SNI 100 %
58
Indikator kinerja tahun 2013 dalam rangka penerapan standar produk
perikanan mampu mencapai target 100% dengan tersedianya155 SNI yang
disediakan untuk diterapkan.
3.6 Tersedianya SDM Direktorat Pengolahan Hasil yang Kompeten dan
Profesional
3.6.1 Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon II, III dan IV Lingkup
Direktorat Pengolahan Hasil
Salah satu tantangan penting dalam pembenahan PNS yaitu membangun
sosok PNS profesional. Secara spesifik pembinaan PNS dalam upaya peningkatan
kemampuan dan kompetensi yang diukur antara lain dari kemampuan unjuk kerja
pegawai yang bersumber kepada tiga aspek yaitu: pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Dalam hal kompetensi dibutuhkan kemampuan dalam merefleksikan
hubungan interpersonal seseorang dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungannya serta memberikan pengaruh kepada orang lain dalam mencapai
tujuan tertentu yang disesuaikan dengan konteks sosial budaya, lingkungan dan
situasi yang dihadapi. Untuk memenuhi kebutuhan seleksi pegawai untuk promosi
jabatan, pemetaan dan pengembangan pegawai serta identifikasi kebutuhan
pelatihan pegawai maka dilaksanakan penilaian kompetensi.
Direktorat Pengolahan Hasil pada tahun 2013 ditargetkan capaian Indeks
kesenjangan kompetensi pejabat eselon II, III dan IV lingkup Direktorat Pengolahan
Hasil sebesar 60%. Capaian yang dihasilkan dari indikator tersebut adalah 60%.
(100% dari target). Jabatan di Direktorat Pengolahan Hasil meliputi Direktur
Pengolahan Hasil (eselon II), 5 Kasubdit (eselon III) dan 10 Kepala Seksi (eselon IV)
3.7 Tersedianya Informasi Bidang Pengolahan Yang Valid, Handal dan Mudah
Diakses
3.7.1 Service Level Agreement (SLA) Direktorat Pengolahan Hasil
Pemerintah pada dasarnya merupakan entitas yang mempunyai kewajiban
untuk menyediakan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
keseluruhan, baik pelayanan langsung maupun tidak langsung. Namun, citra
59
pelayanan publik sampai dengan saat ini masih dirasakan kurang baik dan tidak
dapat memenuhi harapan masyarakat pada umumnya. Hal itu tergambar antara lain,
kurangnya kemampuan dan ketrampilan petugas dalam memberikan pelayanan,
tidak jelasnya prosedur pelayanan, proses yang berbelit - belit, serta praktek kolusi,
korupsi, dan nepotisme ( KKN ). Oleh karenanya, kinerja pemerintah masih belum
efektif, efisien, dan berkualitas, masih mewarnai kinerja organisasi publik pada saat
ini, yang cenderung semata - mata menekankan pada peraturan dan prosedur
administratif yang berlebihan. Yang pada akhirnya, peningkatan kualitas pelayanan
akan meningkatkan akuntabilitas, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah pada umumnya dan Kementerian
Kelautan dan Perikanan pada khususnya.
Tahun 2013 Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen P2HP menargetkan Service
Level Agreement (SLA) sebesar 4. Dari target yang ditetapkan tersebut, capaian
yang dihasilkan oleh Direktorat Pengolahan Hasil sebesar 70% (100% dari target
70%). Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Direktorat Pengolahan
Hasil berupaya untuk memberikan yang terbaik, layanan yang diberikan oleh
Direktorat Pengolahan Hasil adalah pelayanan penerbitan Sertifikat Kelayakan
Pengolahan (SKP). SKP merupakan salah satu bentuk dari penerapan standar
produk perikanan terhadap aspek GMP dan SSOP di UPI baik skala besar maupun
skala UMKM.
3.7.2 Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Informasi Direktorat
Pengolahan Hasil
Kemudahan terhadap akses informasi terhadap user harus dibangun dan
memiliki transparasi. Seluruh proses pemerintahan dan informasi perlu dapat
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus
memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
Tahun 2013 Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen P2HP menargetkan
kemudahan akses informasi Direktorat Pengolahan Hasil terhadap persepsi user
sebesar 4, dimana target skala likert antara 1 – 5. Dari target yang ditetapkan
tersebut, nilai yang dicapai oleh Direktorat Pengolahan Hasil adalah 4. Informasi
yang diberikan Direktorat Pengolahan Hasil meliputi leaflet, poster, buku, juknis,
60
cd/dvd mengenai produk maupun penanganan dan pengolahan hasil perikanan.
Sedangkan untuk proses lelang di Direktorat Pengolahan Hasil tersedia informasi
melalui LPSE.
Sebagai wujud komitmen Direktorat Pengolahan Hasil dalam melaksanakan
pelayanan prima mengenai pengolahan hasil perikanan, Direktorat Pengolahan Hasil
setiap tahunnya selalu berusaha meningkatkan target pada semua indikator kinerja,
baik segi kuantitas dalam jumlah penyelesaiannya maupun kualitas hasil produknya
sehingga seluruh pelayanan pengolahan hasil perikanan dapat dilaksanakan dengan
hasil yang memuaskan.
3.8 Terwujudnya Good Governance dan Clean Government Di Direktorat
Pengolahan hasil
3.8.1 Rekomendasi APIEP yang Ditindaklanjuti Dibanding Total
Rekomendasi Yang Diberikan
Pembangunan kelautan dan perikanan dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan empat pilar pembangunan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan),
pro-job (penyerapan tenaga kerja), pro-growth (pertumbuhan), dan pro-environment
(pemulihan dan pelestarian lingkungan). APIP yang ideal pada akhirnya, tidak hanya
akan menjadi pelengkap dari suatu organisasi pemerintah daerah namun akan
berperan penting dalam memberikan assurance secara keseluruhan atas tata kelola,
manajemen risiko dan sistem pengendalian intern. Pada Tahun 2013 Direktorat
Pengolahan Hasil, Ditjen P2HP menargetkan Rekomendasi APIEP yang
Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi yang Diberikan sebesar 100%. Dari
target yang ditetapkan tersebut, capaian yang dihasilkan oleh Direktorat Pengolahan
Hasil sebesar 100%.
3.8.2 Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pengolahan Hasil
Instansi Pemerintahan banyak menjadi sorotan masyarakat karena instansi
tersebut sering dianggap kurang akuntabel terhadap stakeholder atas kegiatan yang
dilakukan khususnya jika bersentuhan langsung dengan masyarakat. Beberapa
fenomena di lapangan pada instansi pemerintahan seperti peraturan pemerintah
61
yang kurang berpihak pada publik dan kadang bertentangan dengan eksistensi
budaya lokal , penyajian laporan akuntabilitas pemerintah yang kurang akuntabel.
Berdasarkan hasil capaian Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Direktorat
Pengolahan Hasil yang telah dicapai pada tahun 2013 adalah nilai AKIP A dari target
capaian Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja sebesar Nilai AKIP A. Akuntabilitas
kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan
kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka
mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah
ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
3.8.3 Nilai Integritas Direktorat Pengolahan Hasil
Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen P2HP telah menerapkan Zona Integritas
(ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). Penetapan Zona Integritas menuju
Wilayah Bebas dari Korupsi yang dicanangkan Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen
P2HP merupakan langkah konkret untuk mewujudkan birokrasi yang bersih dan
melayani. Pencanangan WBK ini merupakan implementasi dari pelaksanaan
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan dan Pemberantasan
Korupsi serta Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2012 tentang
Pedoman Umum Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari
Korupsi. Dalam upaya mengefektifkan pelaksanaan Zona Integritas di lingkup KKP
dibutuhkan suatu penataan dan penyempurnaan di bidang kelembagaan, peraturan
perundang-undangan, tata laksana, SDM aparatur, penguatan pengawasan intern,
peningkatan kualitas pelayanan publik, pengawasan dan evaluasi pelaporan
maupun akuntabilitas kinerja.
Direktorat Pengolahan Hasil pada tahun 2013 menargetkan Nilai Integritas
Direktorat Pengolahan Hasil sebesar 6,5. Capaian yang dihasilkan dari indikator
tersebut adalah 7,12 ( 109,5%).
3.8.4 Nilai Inisiatif Anti Korupsi Direktorat Pengolahan Hasil
Good and Clean Government merupakan pemerintah yang taat azas, tidak
ada penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang serta efisien, efektif, hemat
62
dan bebas KKN. Tujuan akhir dari Good and clean government adalah terwujudnya
Good Governance. Good Governance pada umumnya diartikan sebagai
pengelolaan pemerintahan yang baik.
Nilai inisiatif anti korupsi ditujukan untuk mengukur apakah suatu instansi
telah menerapkan sistem dan mekanisme yang efektif untuk mencegah dan
mengurangi korupsi di lingkungannya. Beberapa hal yang menjadi Indikator dalam
penilaian inisiatif terdiri atas 6 unsur utama, yaitu Kode Etik, Peningkatan
Transparansi dalam Manajemen SDM, Peningkatan Transparansi dalam
Pengadaan, Peningkatan Transparansi PN, Peningkatan Akses Publik dalam
Memperoleh Informasi Instansi, Pelaksanaan Rekomendasi Perbaikan yang
diberikan KPK, dan Kegiatan Promosi Anti Korupsi, serta satu unsur Inovasi, yaitu
Kecukupan dan efektifitas dari inisiatif Anti Korupsi lainnya
Direktorat Pengolahan Hasil pada tahun 2013 menargetkan Nilai Inisiatif Anti
Korupsi Direktorat Pengolahan Hasil sebesar 7,5. Capaian yang dihasilkan dari
indikator tersebut adalah 8,0005 (106,7%).
3.8.5 Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Direktorat Pengolahan hasil
Reformasi birokrasi akan mendorong terwujudnya penerapan prinsip – prinsip
clean government dan good governance yang secara universal diyakini menjadi
prinsip yang diperlukan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Di
dalam reformasi birokrasi terdapat beberapa area perubahan yang setiap
perubahannya dapat memberikan dampak antara lain pada penurunan praktek
KKN, meningkatnya kualitas pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik,
meningkatnya produktivitas aparatur, meningkatnya kesejahteraan pegawai
negeri dan hasil – hasil pembangunan secara nyata dirasakan oleh seluruh
masyarakat.
Reformasi Birokrasi yang akan dilaksanakan antara lain melalui peningkatan
kinerja Direktorat Pengolahan Hasil dalam pelayanan publik, pengelolaan keuangan
negara menuju opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), penataan organisasi, dan
peningkatan akuntabilitas kinerja aparatur dan instansi pemerintah. Berdasarkan
hasil penerapan reformasi birokrasi Direktorat Pengolahan Hasil pada tahun 2013
63
diketahui bahwa capaian nilai penerapan Reformasi Birokrasi adalah 72,4 (96,53%)
dari target 75 (setara level 4).
3.9 Terkelolanya Anggaran Direktorat Pengolahan Hasil Secara Optimal
3.9.1 Presentasi Penyerapan DIPA Direktorat Pengolahan Hasil
Direktorat Pengolahan Hasil pada tahun anggaran 2013 memperoleh
anggaran yang berasal dari APBN sebesar Rp 69.830.202.000 (enam puluh
sembilan milyar delapan ratus tiga puluh juta dua ratus dua ribu rupiah). Anggaran
tersebut berasal dari rupiah murni yang terdiri dari belanja barang dan belanja
modal. Presentasi penyerapan DIPA Direktorat Pengolahan Hasil pada tahun 2013
sebesar Rp 68.303.705.172,- (97,81% dari target 95%) dengan realisasi fisik
sebesar 100%
3.10 Capaian Kinerja Lainnya
3.10.1 PKN
Pada tahun 2013, Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen P2HP kegiatan
melakukan pembangunan Pabrik Es dengan kapasitas 15 ton di Kabupaten
Karawang, Pengadaan Kendaraan Pengangkut Es di Kabupaten Probolinggo, dan
Kabupaten Pontianak, Pembangunan Pabrik Es dengan kapasitas 10 Ton di
Kabupaten Sumbawa, Pengadaan Peralatan Pengolahan di Kabupaten Timor
Tengah Utara, dan Kabupaten Flores Timur. Kegiatan penyediaan sarana prasarana
tersebut dilakukan sebagai upaya mendukung program Kementerian Kelautan dan
Perikanan dalam rangka meningkatkan taraf hidup nelayan.
Selain melalui Satker Direkorat Pengolahan Hasil, penyediaan sarana
prasarana dalam mendukung program PKN dilakukan di 41 Lokasi PKN melalui
dana Tugas Pembantuan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota.
Adapun sarana prasarana yang diberikan antara lain, berupa: peralatan SRD,
kendaraan pengangkut es, sarana pengolahan, pabrik es, cold storage, rumah
kemasan, dll.
64
Tabel 21 Sarana Prasarana dalam mendukung program PKN melalui Dana Tugas Pembantuan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun 2013.
No Kabupaten/Kota Sarana Prasarana
1. Kabupaten Simeulue (prov) Peralatan SRD
2. Kabupaten Aceh Singkil (prov) Peralatan SRD
3. Kabupaten Aceh Selatan Kendaraan Pengangkut Es
4. Kabupaten Aceh Jaya (prov) Peralatan SRD
5. Kabupaten Agam (prov) Peralatan SRD
6. Kabupaten Rokan Hilir (prov) Peralatan SRD
7. Kabupaten Bangka Selatan Pabrik Es
8. Kabupaten Kaur (prov) Peralatan SRD
9. Kabupaten Muko-muko (prov) Peralatan SRD
10. Kota Batam Sarana Pengolahan
11. Kabupaten Lampung Barat Pabrik Es
Peralatan SRD
12. Kabupaten Karawang (prov) Peralatan SRD
13. Kabupaten Karawang (prov) Genset
14. Kabupaten Demak (Prov) Lanjutan Sentra Pengolahan
15. Kabupaten Tulung Agung Sarana Pengolahan
Peralatan SRD
16. Kota Probolinggo Rumah Kemasan
17. Kabupaten Lamongan Cold Storage
18. Kota Surabaya Peralatan SRD
19. Kota Bima Pabrik es
20. Kabupaten Bima Pabrik es
21. Kabupaten Sumbawa (prov) Peralatan SRD
22. Kabupaten Flores Timur Cold Storage
Pabrik es
23. Kabupaten Pontianak Peralatan SRD
24. Kubu Raya (Prov) Pabrik Es
25. Kabupaten Kutai Kertanegara (prov) Peralatan SRD
65
No Kabupaten/Kota Sarana Prasarana
26. Kabupaten Kutai Timur Cold Storage
Pabrik Es
27. Kabupaten Boolang Mongondow (prov) Pabrik es
28. Kabupaten Bulukumba Mesin Pembuat Es
29. Kabupaten Bone (prov) Peralatan SRD
30. Kabupaten Luwu (prov) Peralatan SRD
31. Kabupaten Bone (prov) Peralatan SRD
32. Kabupaten Muna Pabrik es
33. Kabupaten Mamuju Utara (prov) Peralatan SRD
34. Kepulauan Morotai (Prov) Cold Storage
35. Kepulauan Morotai Peralatan SRD
36. Kabupaten Halmahera Selatan (Prov) Cold Storage
37. Kabupaten Kaimana (prov) Peralatan SRD
38. Kota Jayapura (Provinsi) Pabrik Es
39. Kabupaten Biak Numfor (prov) Peralatan SRD
40. Kabupaten Jayapura (prov) Peralatan SRD
41. Kabupaten Nabire Cold Storage
Melalui penyediaan sarana prasarana ini diharapkan mutu hasil tangkapan
nelayan dapat terjaga dengan baik sehingga dapat menekan tingkat kehilangan
hasil. Di samping itu penyediaan cold storage diharapkan dapat menjaga
ketersediaan bahan baku ataupun hasil olahan. Dengan demikian hal ini diharapkan
akan mendorong harga jual hasil tangkapan ataupun olahan yang lebih baik
sehingga dapat berdampak pada peningkatan pendapatan nelayan dan pengolah.
3.10.2 Industrialisasi
Salah satu strategi pembangunan kelautan dan perikanan yang dimulai tahun
2012 adalah industrialisasi kelautan dan perikanan. Industrialisasi kelautan dan
perikanan adalah integrasi sistem produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan skala
dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai tambah sumberdaya
66
kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Tujuan dari industrialisasi kelautan
dan perikanan adalah terwujudnya percepatan peningkatan pendapatan
pembudidaya, nelayan, pengolah, pemasar, dan petambak garam. Dengan
sasarannya adalah meningkatnya skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya
saing, dan nilai tambah sumber daya kelautan dan perikanan
Untuk produksi perikanan, secara nasional capaian produksi perikanan terus
meningkat, yakni produksi perikanan nasional meningkat sebesar 6,2% per tahun,
yaitu dari 11,66 juta ton pada tahun 2010 menjadi 12,38 juta ton pada tahun 2011.
Capaian produksi perikanan tersebut didukung oleh kontribusi produksi perikanan
budidaya yang terus mengalami kenaikan, yakni mencapai 11,13% per tahun
selama periode tahun 2010-2011. Memperhatikan capaian tahun 2010-2011,
produksi perikanan pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 14,86 juta ton meliputi
produksi perikanan tangkap sebesar 5,44 juta ton dan produksi perikanan budidaya
sebesar 9,42 juta ton. Produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya menjadi
pasokan dalam proses produksi ikan olahan. Selama kurun waktu 2010-2011,
volume produk olahan meningkat dari 4,2 juta ton pada tahun 2010 menjadi 4,58 juta
ton pada tahun 2011.
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan 6 komoditas
industrialisasi perikanan, yaitu udang, bandeng, patin,rumput laut, TTC (Tuna,
Tongkol, dan Cangkalang), dan Pindang. Sebagai upaya untuk mengembangkan
produk tersebut, maka Direktorat Pengolahan Hasil melakukan penyediaan sarana
dan prasarana pengolahan. Melalui penyediaan sarana prasarana ini diharapkan
dapat meningkatkan produksi hasil olahan keenam jenis produk tersebut dengan
mutu yang terjamin. Pada tahun 2013, Direktorat Pengolahan Hasil melakukan
penyediaan sarana prasarana dalam rangka mendukung Industrialisasi Pindang di 7
lokasi, yaitu :Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Pati,
Kabupaten Demak, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Kendal.Selain peralatan
pengolahan pindang, pengadaan sarana prasarana tepung ikan juga dilakukan
dalam rangka mendukung program industrialisasi patin di 5 lokasi yaitu : Kabupaten
Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Banjar, dan
Kabupaten Kampar.
67
Selain itu, penyediaan sarana prasarana dalam rangka mendukung program
Industrialisasi Perikanan dilakukan di 50 Lokasi melalui dana Tugas Pembantuan
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota. Adapun sarana prasarana
yang diberikan antara lain, berupa: peralatan SRD, kendaraan pengangkut es,
sarana pengolahan, pabrik es, cold storage, dll.
3.10.3 Minapolitan
Pada tahun 2013, Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen P2HP kegiatan
melakukan pembangunan Mesin Es dengan kapasitas 10 ton di Kabupaten
Tangerang,pembangunan Pabrik Es dengan kapasitas 15 ton di Kabupaten
Karawang,Pengadaan Kendaraan Pengangkut Es di Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Bantul, Kabupaten Probolinggo,
Pembangunan Pabrik Es dengan kapasitas 10 Ton di Kabupaten Gorontalo Utara,
Pengadaan Peralatan Pengolahan di Kabupaten Rembang, Pembangunan IPAL di
Kabupaten Klungkung.
Selain itu, penyediaan sarana prasarana dalam rangka mendukung program
Minapolitan dilakukan di 109 Lokasi melalui dana Tugas Pembantuan Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota. Adapun sarana prasarana yang
diberikan antara lain, berupa: peralatan SRD, kendaraan pengangkut es, sarana
pengolahan, pabrik es, cold storage, dll.
3.10.4 Blue Economy
Kementerian Kelautan dan Perikanan akan melaksanakan industrialisasi
dengan pendekatan blue economy melalui peningkatan nilai tambah dan sinergi
hulu-hilir usaha ekonomi kelautan dan perikanan. Program ini berbasis pada
komoditas, kawasan serta pembenahan sistem dan manajemen. Prinsip blue
economy bertujuan untuk mengefisiensi pemanfaatan sumber daya alam dengan
menghasilkan lebih banyak produk turunan dan produk lain terkait. penerapan
konsep blue economy akan semakin memperkuat pengelolaan potensi kelautan
secara berkelanjutan, produktif, dan berwawasan lingkungan, disamping itu
Pendekatan blue economy juga akan mendorong pengelolaan sumber daya alam
secara efisien melalui kreativitas dan inovasi teknologi.
68
Di dalam penerapan konsep blue economy diperlukan sinergi diantara para
pemangku kepentingan agar penerapannya dapat berjalan dengan baik. Diharapkan
melalui konsep blue economy akan dapat membuka lebih banyak lapangan
pekerjaan bagi masyarakat, mengubah kemiskinan menjadi kesejahteraan serta
mengubah kelangkaan menjadi kelimpahan.
3.10.5 SLIN
SLIN merupakan langkah strategis dalam memberikan jaminan terhadap
ketersediaan bahan baku ikan, stabilitas harga, ketahanan pangan serta mendorong
pertumbuhan industri pengolahan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sebagai
upaya mendukung program SLIN, maka Direktorat Pengolahan Hasil melakukan
pembangunan Cold Storage di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sultra
dengan kapasitas 300 ton, di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Jawa
Timur dengan kapasitas 400 ton, serta di PPI Waai, Maluku dengan kapasitas 100
ton. Ketiga cold storage ini telah diselesaikan pembangunananya pada akhirtahun
2013. Pembangunan cold storage ini sangat penting agar dapat menampung
berbagai hasil produksi perikanan yang diambil dari daerah sentra produksi di
kawasan perairan Indonesia khususnya bagian timur. Pada tahun 2014, cold storage
tersebut diharapkan sudah dapat terbentuk lembaga pengelolannya dan dapat
beroperasi secara optimal. Selain itu, penyediaan sarana prasarana dalam rangka
mendukung program SLIN dilakukan di 2 Lokasi melalui dana Tugas Pembantuan
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota. Adapun sarana prasarana
yang diberikan antara lain, berupa: peralatan SRD, kendaraan pengangkut es,
sarana pengolahan, pabrik es, dsb.
3.10.6 MP3EI
Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia bertujuan mengejar ketertinggalan dengan pemerataan
pembangunan.Strategi pembangunan ekonomi bangsa Indonesia memiliki tiga pilar
yakni pilar pertama menempatkan enam koridor pembangunan mulai zona
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Papua Barat, Bali, NTB dan NTT.
69
Sebagai upaya mendukung pelaksanaan program MP3EI, maka pada tahun
2013, Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen P2HP melakukan pembangunan Mesin Es
air laut dengan kapasitas 10 ton di Kabupaten Badung dan Kabupaten Lombok
Tengah, pembangunan IPAL di Kabupaten Klungkung. Selain itu, penyediaan
sarana prasarana dalam rangka mendukung program MP3EI dilakukan di 69 Lokasi
melalui dana Tugas Pembantuan Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi/Kabupaten/Kota. Adapun sarana prasarana yang diberikan antara lain,
berupa: peralatan SRD, kendaraan pengangkut es, sarana pengolahan, pabrik es,
dsb.
3.11 Akuntabilitas Keuangan
Berdasarkan DIPA tahun 2013 nomor DIPA-032.06.1.465143/2013 tanggal 05
Desember 2012 Direktorat Pengolahan Hasil memperoleh anggaran yang berasal
dari APBN sebesar Rp 69.830.202.000 (enam puluh sembilan milyar delapan ratus
tiga puluh juta dua ratus dua ribu rupiah). Semua anggaran Direktorat Pengolahan
Hasil berasal dari rupiah murniyang terdiri dari belanja Belanja Barang danBelanja
Modal. Anggaran tersebut dialokasikan terhadap delapan sub output yang terdiri
dari:
1. Pengembangan sistem rantai dingin pembinaan dan sarana prasarana
pengolahan hasil perikanan
2. Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan (IPHP)
3. Fasilitasi pengembangan produk nilai tambah
4. Pengembangan UMKM pengolahan hasil perikanan
5. Pengembangan sistem rantai dingin dan sarana prasarana pengolahan hasil
perikanan
6. Pengembangan standardisasi
7. Layanan perkantoran
8. Pengolah data dan komunikasi
Dari anggaran yang sudah dialokasikan tersebut, realisasi anggaran
Direktorat Pengolahan Hasil sampai dengan akhir tahun 2013 mencapai Rp
68.303.705.172 atau 97,81% dengan realisasi fisik sebesar 100 %. Realisasi
penyerapan anggaran Direktorat Pengolahan Hasil dapat dilihat pada tabel 21
70
Tabel 22 Realisasi Penyerapan Anggaran Direktorat Pengolahan Hasil Tahun 2013
No KEGIATAN
PENANGGUNG
JAWAB
ANGGARAN
(Rp.)
Realisasi Anggaran
(Rp.) (%)
1
Pengembangan Sarana
Prasarana Pengolahan Hasil
Perikanan Dalam Rangka
Mendukung Industrialisasi
Perikanan
Subdit Sarana
dan Prasarana
54.667.051.400 52.412.913.914 95,88
2
Pengembangan Industri
Pengolahan Hasil Perikanan
(IPHP)
Subdit Industri
Pengolahan 3.039.900.000 2.982.911.830 98,13
3 Fasilitasi Pengembangan Produk
Nilai Tambah
Subdit
Pengembangan
Produk
3.088.252.600 3.059.150.110 99,06
4 Pengembangan UMKM
Pengolahan Hasil Perikanan
Subdit UMKM 3.589.994.000 3.532.023.099 98,39
5 UPI yang bersertifikat kelayakan
pengolahan
Subdit
Standardisasi 1.344.188.000 1.338.797.500 99,60
6 RSNI bidang pengolahan hasil
perikanan yang disusun
Subdit
Standardisasi 1.735.149.000 1.734.645.302 99,97
7 SNI bidang pengolahan hasil
perikanan yang diterapkan
Subdit
Standardisasi 281.046.000 216.612.000 77,07
8 Layanan Perkantoran Subag Tata
Usaha 1.767.731.000 1.717.656.390 97,17
9 Perangkat Pengolah Data Dan
Komunikasi
Subag Tata
Usaha 316.890.000 308.995.000 97,51
Total 69.830.202.000 68.645.660.672 98.3
71
BAB IV
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan media
pertanggungjawaban dan sarana peningkatan kinerja Instansi Pemerintah. Direktorat
Pengolahan Hasil, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
telah menetapkan Rencana Strategis tahun 2013 sebagai penjabaran dari visi, misi,
tujuan, dan sasaran yang akan dicapai, yang selaras dengan tugas dan fungsi yang
ditetapkan. Sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan, Direktorat Pengolahan Hasil telah menetapkan indikator
berdasarkan balance scorecard berupa 9 (sembilan) Sasaran Strategis yang
dijabarkan dalam 21 (dua puluh satu) Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Tahun
Anggaran 2013.
Berdasarkan hasil evaluasi capaian kinerja tahun 2013 secara umum
Direktorat Pengolahan Hasil telah berhasil mencapai seluruh sasaran tersebut. Dari
hasil evaluasi indikator kinerja Direktorat Pengolahan Hasil diketahui bahwa
Indikator kinerja Direktorat Pengolahan Hasil tahun 2013 sebagai berikut: utama
Kementerian Kelautan dan Perikanan mencapai 6,45% (92,14%), Indikator kinerja
utama program Direktorat Pengolahan Hasil tercapai 5,16 juta ton (103%)
sedangkan capaian indikator kinerja Renstra Direktorat Pengolahan Hasil adalah:
a. Pertumbuhan PDB perikanan 6,45% (92,14%)
b. Jumlah produk olahan hasil perikanan 5,16 jutan ton (103,2%)
c. Unit Pengolahan ikan yang ber-sertifikat kelayakan pengolahan 2.298 SKP
(115%),
d. Jumlah kebijakan bidang pengolahan hasil perikanan 2 (200%)
e. Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang pengolahan hasil perikanan
1 (100%)
f. Lokasi pengembangan dan pembinaan sentra pengolahan hasil perikanan untuk
usaha skala mikro, kecil dan menengah 37 lokasi (100%),
g. Unit pengolahan ikan skala besar yang dikembangkan dan dibina dalam rangka
memenuhi standar mutu hasil perikanan 219 UPI (100%),
h. Ragam produk olahan bernilai tambah di lokasi yang dibina 46 ragam (100%),
72
i. Lokasi sarana dan prasarana pengolahan hasil perikanan yang dikembangkan
dan dibina 149 lokasi (131,9%),
j. Rancangan standard nasional Indonesia yang disusun 8 RSNI (160%),
k. Standard nasional Indonesia yang diterapkan dalam pengolahan hasil perikanan
155 SNI (100%),
l. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon II, III, dan IV Lingkup Dit. PH
60% (100%),
m. Service level agreement 70% (100%),
n. Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi (skala likert 1-5) 4 (100%),
o. Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal eksternal pemerintah yang
ditindaklanjuti disbanding total rekomendasi yang diberikan 100% (100%),
p. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja di Dit. PH A (100%)
q. Nilai integritas Dit. PH 7,12 (109,5%)
r. Nilai Inisiatif anti korupsi Dit. PH 8,0005 (106,7%),
s. Nilai Penerapan RB Dit.PH 72,4 (96,5%)
t. Persentase penyerapan DIPA Dit. PH (97,81%)
Permasalahan
Dilihat secara umum kinerja Direktorat Pengolahan Hasil cukup baik namun
masih terdapat beberapa permasalahan yang ditemui dalam pencapaian kinerja,
diantaranya:
a. Lemahnya data dan informasi mengenai perhitungan nilai tambah produk hasil
perikanan
b. Masih kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai pemanfaatan peralatan
rumah kemasan produk hasil perikanan
c. Masih sedikitnya inventarisasi berupa dokumentasi dan evaluasi terhadap
peralatan sarana dan prasarana pengolahan hasil perikanan
d. Masih perlunya penyempurnaan sistem manajemen pelayanan SKP terutama
mengenai informasi dan persyaratan penerbitan sertifikat kelayakan pengolahan
e. Masih terdapat beberapa permasalah terhadap sentra Pengolahan Hasil
Perikanan
73
f. Terdapat beberapa permasalahan terhadap pelaksanaan kegiatan antara pusat,
daerah dan sektor lainnya terutama berkaitan dengan program pengolahan ahsil
perikanan
Tindak Lanjut
Secara umum, beberapa saran dan rekomendasi yang dapat diberikan terkait
dengan permasalahan-permasalahan dalam pencapaian target sasaran yang telah
ditetapkan, antara lain:
a. Perlunya dilakukan perhitungan nilai tambah produk hasil perikanan dengan
metode pengambilan sample yang sempurna sehingga dihasilkan data yang
akurat, lengkap, mutakhir dan terpercaya
b. Pembentukan dan pengembangan promosi pengunaan dan pemanfaatan rumah
kemasan untuk produk hasil perikanan
c. Pembuatan dokumentasi dan evaluasi terhadap pengadaan sarana dan
prasarana pengolahan pada tahun-tahun sebelumnya
d. Peningkatan terhadap pelayanan penerbitan SKP dalam hal informasi dan
persyaratan lainnya
e. Peningkatan terhadap pengembangan dan pemanfaatan sentra PHP
f. Perlu adanya koordinasi dan integrasi mengenai program dan kegiatan antara
pusat, daerah dan instansi lintas sektoral secara intensif dan berkelanjutan agar
kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perencanaan