BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang bertujuan untuk memudahkan kehidupan manusia.
Contohnya penggunaan sosial media membuat masyarakat tidak lagi dibatasi oleh
ruang dan waktu, sehingga mobilitas mereka menjadi rendah yang awalnya harus
berjalan atau bersepeda untuk menemui teman, sekarang sosial media mampu
memberikan ruang baru untuk bertemu. Masyarakat lebih memilih duduk manis di
kursinya dengan smart phone daripada berjalan kaki menemui kerabatnya. Hal tersebut
terbukti dengan hasil riset yang dilakukan oleh Google,
“Kali ini, Google menggandeng lembaga riset GfK dalam melakukan surveinya
kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan
Surabaya untuk melihat seberapa besar behavior (kebiasaan)
pengguna smartphone menggunakan perangkatnya untuk memenuhi kebutuhan
tertentu. Henky Prihatna, Country Industry Head Google Indonesia di dalam
presentasi riset Google terbaru ini menjelaskan bahwa 61 persen masyarakat
perkotaan indonesia rupanya `online` dengan menggunakan smartphone-nya
dalam total waktu 5,5 jam per hari.Fakta berikutnya adalah sekiranya terdapat
16 aplikasi/situs berbeda yang digunakan sebanyak 46 kali per hari, dan bahkan
mereka juga menggunakan aplikasi yang terinstal di smartphone-nya itu selama
26 hari di setiap bulannya.”
(tekno.liputan6.com, 2015)
Maraknya para konsumen seluler di Indonesia juga dipengaruhi oleh pola
perdagangan yang menyasar masyarakat sebagai objek juga berdampak besar pada
terjadinya obesitas. Bila sebelumnya restoran cepat saji hanya berada di kota-kota
2
besar, kini sudah menjangkau kota-kota kecil dan menjual produk dengan harga
terjangkau. Apabila dibeli dalam jumlah besar dan terus-menerus, akibatnya dapat
diduga yakni obesitas tidak hanya menjadi milik masyarakat pusat kota namun juga
pinggiran kota. Lebih lagi, bilamana sebelumnya kita harus datang ke rumah makan
untuk membeli makanan, sekarang sudah ada sistem delivery order yang membuat
masyarakat semakin berpotensi malas-malasan dan kurang bergerak.
Seiring berjalannya waktu dengan semakin mudahnya memenuhi kebutuhan,
masyarakat era modern justru semakin sulit untuk melakukan pola hidup sehat,
sehingga menyebabkan jumlah penyakit meningkat. Hal tersebut dapat terjadi karena
peningkatan pendapatan masyarakat. Berdasarkan data dari UNICEF, setelah pulih dari
krisis ekonomi tahun 1998, Indonesia berhasil menjadi negara berpenghasilan kelas
menengah dengan penghasilan per kapita sekitar US$ 4.000. Pengentasan kemiskinan
dikalangan 236,7 juta penduduk sangat signifikan. Proporsi penduduk yang hidup
kurang dari US$ 1 per hari, turun dari 20,6% di tahun 1990 menjadi 5,9% di tahun
20081. Peningkatan pendapatan tentu menyebabkan daya beli masyarakat semakin
tinggi karena harga barang yang terjangkau dan berbagai jenis kebutuhan masyarakat
sudah tersedia di pasaran serta mudah didapatkan. Hal tersebut membuat masyarakat
semakin “membabi buta” untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat menjadi
semakin konsumtif terutama untuk urusan perut.
1 www.unicef.org/.../UNICEF_Annual_Report.html pada tanggal 15 Mei 2015
3
Peningkatan pendapatan, kemudahan pemenuhan kebutuhan, dan peningkatan
daya beli masyarakat merupakan salah satu akibat yang muncul dari proses modernisasi
yang begitu cepat di Indonesia. Modernisasi menurut Michael Watts dalam bukunya
Reworking Modernity adalah suatu usaha untuk menghasilkan produk besar-besaran di
era abad 21. Peningkatan pendapatan per kapita dan daya beli masyarakat menjadi
prestasi yang baik bagi pemerintah dan masyarakat itu sendiri dalam bidang ekonomi,
namun sayangnya hal tersebut belum disertai oleh peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan. Akibatnya, masyarakat semakin mampu mengkonsumsi
apa saja yang diinginkannya dalam jumlah yang lebih banyak. Hal tersebut merupakan
hal yang baik secara ekonomi, namun belum tentu baik dalam bidang kesehatan.
Pada tahun 1978, PT. Fast Food Indonesia, Tbk berhasil mendirikan restoran
makanan cepat saji di Indonesia yakni Kentucky Fried Chicken (KFC), lalu disusul Mc.
Donalds (MCD) pada tahun 1991. Pada tahun 1997 KFC berhasil menjual 196.400.311
produknya, hingga tahun 2002 KFC berhasil mencapai angka penjualan produk sebesar
715.185.1072. Menurut Blacker dalam Teori Transisi Demografi, masyarakat yang
memasuki era global telah sampai pada tahap kelima transisi demografi yakni tahap
declining atau kemunduran. Pola hidup masyarakat tidak sehat, merokok, kurang
berolahraga dan mengkonsumsi junk food atau fast food menyebabkan terjadinya
degenerative diseases. Degenerative disease adalah penyakit yang menyebabkan
2 http://www.kerjanya.net/faq/6648-penyakit-degeneratif.html. Pada tanggal 15 Mei 2015
4
terjadinya kerusakan atau penghancuran terhadap jaringan atau organ tubuh3. Proses
kerusakan ini berjalan seiring dengan usia dan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak
sehat.
Masyarakat mulai bersikap masa bodoh terhadap asupan gizi bagi tubuhnya.
Menurut Padmiari (2002), makanan yang tergolong fast food yakni donat, ayam
goreng, hot dog, hamburger, pizza, dan soft drink (Badjeber, 2012.) Makanan tersebut
membuat manusia mengalami kelebihan kalori sehingga menyebabkan obesitas atau
kegemukan (kelebihan berat badan). Obesitas dapat terjadi akibat peningkatan nafsu
makan dan masukkan makanan. Proporsi karbohidrat pada fast food terkategori baik,
proporsi protein terkategori rendah, dan proporsi lemak terkategori tinggi. Proporsi
lemak tinggi membuktikan bahwa fast food kaya akan lemak Menurut Maulana (1997)
dalam Jurnal Media Gizi Indonesia, penyebab penyakit degenerative adalah lemak3.
Berkaitan dengan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, data dari riset dinas
kesehatan membuktikan bahwa status gizi pada kelompok dewasa berusia lebih dari 18
tahun didominasi dengan masalah obesitas. Prevalensi Status Gizi Penduduk Dewasa
(> 18 tahun), berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Provinsi Tahun
2013, sebesar 14,76% penduduk Indonesia mengalami kegemukan. Presentase
obesitas tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 24,07%, sedangkan
presentase terendah yakni Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 6,23%. Data riset
3 CPPS, 1997 dalam Jurnal Media Gizi Indonesia Vol 9. html pada tanggal 15 Mei 2015
5
dinas kesehatan juga menunjukkan bahwa, prevalensi penduduk laki-laki dewasa
obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7% lebih tinggi dari tahun 2007. Pada tahun
2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa 32,9% naik 18,1% dari tahun 2007 yakni
13.9%. Pada semua kelompok umur penduduk dewasa, kelebihan berat badan terjadi
lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki terutama pada usia 35-39 tahun.
Pada usia tersebut, sepertiganya terjadi pada perempuan dan seperlimanya pada laki-
laki. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi status gizi usia dewasa lebih dari 18 tahun
di Provinsi DIY. Bahkan, DIY masuk dalam 10 besar provinsi dengan prevalensi diatas
nasional bersama dengan Jawa Barat, Bali, Papua, Sumatera Utara, DKI Jakarta,
Maluku Utara, Kalimantan Timur, dan Kepulauan Riau. Hal tersebut ditunjukkan
dengan presentase penduduk dewasa obesitas di DIY yakni 15,76% sedangkan
presentase penduduk dewasa kurus yakni 15,15%4.
Berdasarkan keprihatinan tersebut, Luigi Cornaro dalam karyanya Discourses
on The Temperate Life (1558) menyatakan bahwa usia panjang merupakan hasil dari
kesederhanaan, olahraga, dan diet. (Turner, 2012 : 876). George Cheyne memiliki
pandangan serupa tentang hubungan antara diet, kehidupan yang sehat, dan keteraturan
tatanan sosial dalam karyanya The Natural Method of Cureing the Disease of the Body
(1742) bahwa diet dapat membantu perpanjangan usia (Turner, 2012 : 877). Oleh
karena itu, diet menjadi isu yang paling hits di kalangan masyarakat terutama anak
4 Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas. depkes.go.id. html pada 15 Mei 2015
6
muda (mahasiswa). Informasi tentang diet juga mudah ditemukan, mulai dari buku,
koran, koran online, web, hingga media sosial. Saya berfokus pada media online yang
seringkali memberikan tips dan info penurunan berat badan hingga menghilangkan
perut buncit. Tak jarang, dibalik tips dan info tentang diet diberikan, terdapat tujuan
lain yaitu menawarkan produk tertentu yang menjanjikan tubuh langsing bagi
konsumen. Selain penawaran produk, tips dan info tentang diet cenderung bersifat
instan dan mudah dilakukan. Info dan tips yang ditampilkan cenderung menunjukkan
cara-cara yang mudah dan cepat untuk memperoleh tubuh ideal. Selain itu, informasi
tentang diet juga dikemas lebih menarik dengan tampilan “role model” yakni pemilik
tubuh langsing, menu makanan diet sehat, dan produk atau suplemen diet semakin
menarik perhatian para konsumen terutama para kawula muda. Berikut adalah contoh
tips dan info tentang diet dari beberapa akun di media sosial, web dan koran online :
7
Gambar 2-7
Contoh Informasi dan Tips Diet di Media Online
Sumber : Official Line dan Kompas.com
8
Bagi kawula muda, diet dianggap paling solutif untuk mengatasi masalah
kesehatan dan membuat tubuh menjadi langsing. Namun, seringkali mereka melakukan
diet tanpa aturan yang jelas atau dalam istilah ilmu gizi dan kesehatan disebut Fad Diet.
Fad Diet merupakan salah satu fenomena diet yang mengharuskan pelakunya
menghilangkan satu dari komponen makanan harian, mendapat iming-iming turun
berat badan dalam waktu cepat, hanya mengasup 800 kkal per hari5. Astri Kurniati
mengungkapkan bahwa banyak orang tergerak melakukan diet karena sejumlah faktor,
baik karena khawatir akan obesitas, ingin segera langsing dan seksi agar bisa tampil
lebih menarik menggunakan busana favoritnya. Bahkan, ada juga orang yang
melakukan diet karena pengaruh lingkungan, dan pengaruh perkembangan teknologi.
Namun, banyak orang yang salah kaprah memahami konsep diet. Hal tersebut terbukti
dari hasil survey NASH (Non Alchocolic Steato Hepatitis) menemukan bahwa 18%
remaja putri (kelas 8-10) melewatkan sarapan pagi, 7% melewatkan makan siang, dan
1% melewatkan makan malam sepanjang minggu (Krummel, 1996). Penelitian Koff
dan Rierdan dalam Krowchuck (1998) yang dilakukan terhadap 206 remaja putri di
tingkat 6 menyebutkan bahwa 50% yang berdiet melewatkan waktu makan dan 20%
berpuasa6.
5 Kurniati.Asri. Manager Nutrition and Health Science dalam Kompas.com html pada tanggal 20 Mei
2015
6 https://us.sagepub.com/sites/default/files/upm-binaries/63872_Maguire_CH1.pdf.html pada tanggal
19 September 2015
9
Kemudahan-kemudahan yang dirasakan generasi muda saat ini terutama dalam
usahanya mencapai “penampilan” secara fisik yang lebih baik tentu sangat
menguntungkan. Menguntungkan, karena media, khususnya media online mampu
mempengaruhi cara generasi muda dalam mengkonsumsi gaya hidup, salah satunya
yakni diet. Oleh karena itu, saya ingin mengetahui tentang fenomena diet dikalangan
mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda. Saya ingin mengetahui apakah mereka
benar-benar berperan aktif dalam mengkonsumsi informasi online tentang tips-tips diet
atau mereka sebenarnya adalah korban dari jebakan informasi online itu. Selain itu,
saya juga ingin mengetahui apakah mereka benar-benar terjebak dalam informasi
online atau justru terjebak dalam persepsi orang-orang di sekitarnya bahwa fad diet
adalah hal yang paling solutif dalam mencapai tubuh ideal dan rasa percaya diri
sehingga persepsi itulah yang nantinya membawa seseorang pada motivasinya untuk
menurunkan berat badan agar tubuh langsing dapat terwujud.
10
1.2 Masalah Penelitian
1.2.1 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara intensitas mengakses informasi secara online dengan
perilaku diet mahasiswa klaster sosio-humaniora UGM?
1.2.2 Hipotesa
Hipotesa Mayor
Tingginya intensitas responden mengakses informasi secara online diikuti dengan
tingginya motivasi untuk menurunkan berat badan, serta tingkat pemahaman
responden dalam mengakses informasi secara online akan mempengaruhi perilaku
responden dalam melakukan diet.
Hipotesa Minor
Terdapat hubungan antara pemahaman responden dalam memahami informasi
secara online dengan perilaku fad diet.
Terdapat hubungan antara intensitas mengakses informasi secara online dengan
tingkat persepsi melakukan diet.
Terdapat hubungan antara tingkat pemahaman responen dalam memahami
informasi secara online dengan tingkat persepsi melakukan diet.
11
Terdapat hubungan antara tingkat motivasi melakukan penurunan berat badan
dengan ketat atau tidaknya (tingkat) perilaku fad diet
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian survei ini adalah untuk mengetahui bagaimana new
cultural intermediaries mampu mempengaruhi intensitas penerimaan informasi
tentang fad diet mahasiswa S1 kluster sosio-humaniora UGM angkatan 2012
sebagai variabel bebas yang juga dipengaruhi oleh tingkat pemahaman tentang
diet dan motivasi seseorang untuk melakukan penurunan berat badan terhadap
konsumsi jenis diet yang dilakukan (perilaku diet) oleh mahasiswa S1 kluster
sosio-humaniora UGM angkatan 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi peneliti: Sebagai media pembelajaran dan pengembangan wawasan dalam
penelitian ilmiah
Bagi Instansi Kepemudaan: Sebagai bahan masukan dan gambaran mengenai
gaya hidup generasi muda, sehingga dapat memberikan terobosan baru dalam
upaya menyeimbangkan gaya hidup generasi muda terutama dalm mengakses
informasi secara online dan pola hidup sehat
Bagi Masyarakat: Terutama bagi generasi muda, agar lebih memperhatikan
gaya hidup terutama dalam bidang kesehatan. Selain itu, diharapkan generasi
12
muda lebih bijaksana dalam menggunakan piranti dengan teknologi modern
untuk mengakses informasi.
1.5 Tinjauan Pustaka
Berkaitan dengan penelitian tentang konsumsi Fad Diet, yakni
penelitian yang dilakukan oleh Andrea Pedtke (2001). The Prevalence of Fad
diets on a College merupakan studi tentang fad diets di Ball State University
dengan 289 responden yang terdiri dari 76 responden pria dan 213 responden
wanita. Hasilnya, sepertiga subjek (n=93) yang terdiri dari 10 pria dan 83
wanita sudah pernah mencoba fad diet. Selanjutnya, Sundari Hana Respati
berjudul “Status Gizi, Harga Diri, dan Citra Tubuh dalam Perliaku Fad Diets
pada Remaja Putri SMA Negeri 6 Yogyakarta” Latar belakang penelitiannya
yakni masa remaja yang memasuki masa pubertas tentu mulai memperhatikan
tubuh mereka dan merasa bahwa daya tarik fisik sangat penting karena akan
mempengaruhi dukungan sosial dan popularitas di antara teman-temannya.
Penelitian yang dilakukan dengan sampel sebanyak 284 siswa SMA Negeri 6
Yogyakarta membuktikan bahwa sebanyak 75 siswi (26,4%) sedang
melakukan upaya penurunan berat badan dan seluruhnya melakukan fad diets.
Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan yamg signifikan antara
citra tubuh dengan perilaku fad diets (p-value=0,997), namun tidak terdapat
hubungan antara harga diri dengan perilaku fad diets (p-value=0,997).
13
Kesimpulan dari hasil penelitian ini yakni, status gizi dan citra tubuh
berhubungan dengan perilaku fad diets, tetapi harga diri tidak berhubungan
dengan perilaku fad diets7.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yulianti Kurnianingsih pada
tahun 2009 berjudul Pengaruh Faktor Lingkungan dan Faktor Individu
terhadap Perilaku Diet Remaja Putri SMA Negeri 4 Depok. Hasil penelitian
dengan menggunakan desain cross sectional menunjukkan sebanyak 37.4%
responden berdiet untuk menurunkan berat badan. Faktor status gizi, citra
tubuh, pengetahuan gizi, pengaruh keluarga, teman sebaya, media massa dan
tokoh idola menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan diet
penurunan berat badan8. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan adalah fokus penelitian, variabel penelitian, lokasi, dan jumlah
populasi.
1.6 Kerangka Teori
1.6.1 Informasi adalah iklan
Informasi adalah pesan yang disampaikan dari satu pihak ke pihak lain yang
bertujuan untuk menjelaskan sesuatu. Informasi dalam penelitian ini memiliki
7 etd.repository.ugm.ac.id. html pada tanggal 19 September 2015
8 http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=125356&lokasi=lokal. html pada tanggal 19
September 2015
14
fungsi yang bersifat dualitas seperti sebuah logam yang tidak bisa dipisahkan
kedua sisinya. Pada satu sisi, informasi bersifat memberikan pengetahuan
baru, di sisi lain, informasi bertujuan untuk mempengaruhi para konsumen
informasi. Informasi dalam penelitian ini merupakan sebuah pesan atau
anjuran yang berisfat mempengaruhi agar informasi tersebut segara diterima
dan dilakukan oleh para penikmat informasi. Informasi tentang diet
merupakan sebuah pesan yang bersifat “anjuran” bagi para calon konsumen
diet maupun konsumen diet itu sendiri. Iklan berkedok informasi biasanya
diawali dengan kata: ‘tips’ dan ‘fakta’. Misalnya: tips penurunan berat badan
dengan keju. Intinya, informasi diberikan bukan hanya untuk memberikan
pengetahuan baru yang belum tentu terbukti kebenarannya melainkan juga
sebuah iklan agar informasi tersebut diterima dan dilakukan oleh para calon
konsumen (pelaku fad diet).
1.6.2 Pengaruh informasi sebagai produk dari new cultural
intermediaries dalam pembentukkan fantasi tubuh ideal
Menurut Lacan, ego adalah konsep yang rumit dan mencakup gambaran
subjek tentang dirinya sendiri terutama tubuhnya (Hill, Philip, 2012:75).
Selain ego, Lacan juga berbicara tentang fantasi. Dalam hal ini, peneliti
membagi 3 komponen kunci yakni pemuda, media, dan konsumsi, serta satu
kunci penghubung yakni khayalan atau fantasi. Fad diet dilakukan agar
15
mereka lebih dekat dengan fantasi mereka yakni tubuh ideal atau tubuh
langsing. Dalam fenomena fad diet, pemuda bisa terjebak pada salah satu atau
dua status atau mungkin pada keduanya yaitu status sebagai produsen dan
konsumen. Peneliti lebih memilih sisi konsumerisme karena kegiatan
konsumsi lebih dominan dilakukan oleh para pelaku fad diet sebagai upaya
menjaga fantasi diri ideal. Berkaitan dengan fenomena tersebut, peran media
sangatlah kuat, Media membuka jalan bagi kapitalisme hingga mampu
menyentuh struktur emosional para pelaku fad diet. Individu seolah-olah
menjadi hamba media.
1.6.3 Hasil produksi dari new cultural intermediaries
Penelitian tentang Fad Diet berkaitan dengan apa yang diungkapkan
oleh Bordieu tentang new cultural intermediaries. New cultural intermediaries
adalah para perantara kebudayaan baru, karena melalui merekalah, batas-batas
area kebudayaan yang semula tertutup dapat diakses dan menjadi milik publik.
Cultural intermediaries merupakan sekelompok taste makers yang mampu
memproduksi masyarakat konsumer yang bukan hanya mengkonsumsi barang,
melainkan juga taste atau “rasa”. Dalam hal tersebut beroperasi prinsip yang
disebut Antonio Gramsci sebagai prinsip hegemoni, yaitu penguasaan lewat
dominasi kultural secara halus dan tak tampak (Peterson, dalam Piliang, 2011:
430) Dominasi kultural yang dimaksud adalah dominasi terhadap taste pada
16
konsumer fad diet. Sehingga, konsumer fad diet dapat dikatakan sebagai korban
hegemoni new cultural intermediaries.
“At a general level, this entails what Bourdieu calls the ‘ethical retooling’ of
consumer culture: the new class fractions pursue – and encourage others to
adopt – a ‘hedonistic morality of consumption, credit, spending and enjoyment’
in place of an ‘ascetic ethic of … abstinence, sobriety, saving and calculation.”
(Bordieu dalam Smith Maguire dan Matthew, 2014: 2).
1.6.4 Online Consumption
Komunikasi massa didefiniskan sebagai didefinisikan melalui
sistemisasi media teknik dan kode melalui sistemisasi pada tingkat media
teknik dan kode, melalu produksi sistematis pesan-pesan, bukan mulai dari
orang, tetapi berangkat dari medium itu sendiri. 9 Para perantara kebudayaan
baru berhasil menciptakan informasi tentang diet dan menggiringnya dalam
dunia realitas virtual. Paul Virilio di dalam Open Sky menggunakan istilah real
time untuk menjelaskan migrasi besar-besaran manuisa urban dari lingkungan
fisik urban ke dalam lingkungan virtual yaitu cyberspace10. Proses konsumsi
dalam dunia online mulai terjadi ketika mereka menyentuh handphone atau
9 Baudrillard, Jean P. 2009. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta : Kreasi Wacana. Hlm 157.
10 Piliang, Yasfraf Amir. 2011. Dunia yang Dilipat. Bandung : Matahari. Hlm 239
17
laptop nya dan melakukan koneksi dengan dunia maya. Proses konsumsi
selanjutnya bersifat lebih mendalam yaitu berkomunikasi di media sosial,
mencari informasi di google, belajar, hingga berbelanja (membeli barang secara
online).
Media online yang memiliki informasi yang beragam dan luas membuat
konsumen informasi memiliki kecenderungan untuk terlibat aktif dalam
penggunaan media dengan memilih dan menentukan sendiri informasi sesuai
dengan kebutuhannya. Melihat fenomena tersebut, peneliti menggunakan teori
penggunaan dan kepuasan atau uses and gratification theory sebagai salah satu
teori yang membicarakan tentang konsumsi informasi di media. Teori
penggunaan dan kepuasan menjelaskan bahwa konsumen atau dalam bahasa
lain audiens, menentukan sendiri media yang ingin digunakan. Terdapat motif
yang melandasi pemilihan media, motif tersebut berusaha dipenuhi untuk
mendapatkan kepuasan sesuai dengan harapan pengguna media. Uses
menjelaskan mengenai motif yang melandasi pemiihan informasi di media
online dan gratification menjelaskan pemenuhan akan motif tersebut. Jadi bila
disatukan diharapkan terdapat kesesuaian antara motif pemilihan informasi dari
media online dengan kebutuhan menjalankan fad diet dan keberhasilan
menurunkan berat badan.
18
1.6.5 Masyarakat konsumer adalah para konsumen di era kapitalisme
akhir.
Para pelaku Fad Diet adalah para konsumen atau bagian dari
masyarakat konsumer. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan
Baudrillard tentang masyarakat konsumsi. Para konsumen dikatakan bisu
karena mereka cenderung bersikap pasif atau diam ketika mereka sedang
mengkonsumsi sesuatu. Konsumen sangat menikmati apa yang ia belanjakan,
membelanjakan berarti melakukan melakukan Fad Diet. Proses menikmati
berarti proses melakukan dengan baik, teratur, dan tidak mengeluh pada apa
yang sedang ia nikmati. Hal tersebut terjadi karena seseorang yang melakukan
fad diet tidak mendasarkan tindakannya pada pada logika kebutuhan melainkan
pada logika imajinasi dan logika hasrat. Menurut Gilles Deluze dan Felix
Guattari, di dalam Anti-Oedipus, hasrat tidak akan pernah terpenuhi, karena ia
selalu direproduksi dalam bentuk yang lebih tinggi oleh apa yang disebutnya
dengan mesin hasrat- istilah yang mereka gunakan untuk menjelaskan
reproduksi perasaan kekurangan di dalam diri secara terus-menerus (Piliang,
2011: 150). Konsumen akan terus menyandang gelar sebagai “masyarakat
konsumer” karena mereka terus-menerus melakukan konsumsi berdasarkan
pada hasrat yang pada akhirnya, hasrat tidak akan terpenuhi oleh sebuah objek
hasrat. Fad Diet yang dilakukan semakin tidak jelas maknanya, semakin tidak
mampu memenuhi hasrat sehingga apa yang mereka lakukan atau apa yang
19
mereka konsumsi adalah sesuatu tanpa makna dan pada akhirnya, mereka tetap
menikmati kehampaan makna tersebut. Akibatnya, mereka akan tetap disebut
sebagai masyarakat konsumer bisu. Menurut Baudrillad, kita tidak lagi
mengontrol objek, akan tetapi dikontrol oleh objek-objek. Ketimbang
menguasai simbol, status, prestise lewat objek-objek konsumsi, kita justru
terperangkap di dalam sistemnya (Piliang, 2011: 148).
1.6.6 Konsumsi Objek atau Konsumsi Tanda Paling Indah : Tubuh11
Teori Baudrillard tentang konsumsi yang terkenal adalah konsumsi
tanda. Kehidupan masyarakat modern tidak akan pernah lepas dari media yang
mampu menciptakan ledakan fantasi hingga mengalahkan realitas. Pada titik
inilah, kegiatan konsumsi tidak lagi dilihat manfaat atau nilai tukarnya,
melainkan makna atau tanda atau simbolnya. Berkaitan dengan keberadaan
“tubuh”, media melalui iklan menawarkan produk yang dikemas sebagai
“tanda” sehingga masyarakat juga akan menkonsumsi “tanda.” Hal tersebut
terbukti dari iklan yang selalu menampilkan: mode, diet, obsesi awet muda,
kecantikan, langsing, dan kejantanan/kefeminiman. Penelitian tentang fad diet
juga memandang tubuh sebagai objek yang dipaksa untuk mengkonsumsi
fantasi. Fantasi akan tubuh ideal dan pujian dari teman sepermainan. Bagi
masyarakat khususnya wanita, kecantikan dan tubuh langsing menjadi sesuatu
11 Baudrillard, Jean. Masyarakat Konsumsi, Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2009,hlm.165
20
yang mutlak harus terwujud. Tubuh dipaksa mengkonsumsi objek yakni
program diet berjenis fad. Jadi, tubuh berperan sebagai objek yang juga
mengkonsumsi objek. Pemilik tubuh dapat menentukan apa yang dikonsumsi
oleh tubuhnya sehingga tubuhnya mampu memberikan tanda bagi lingkungan
sekitarnya. Secara tidak sadar, pemilik tubuh menjual tubuhnya dengan
memberikan tanda bagi orang di sekitarnya. Tubuh dipaksa mengkonsumsi
program fad diet agar tanda bahwa ia adalah pribadi yang langsing dan ideal
dapat tersampaikan pada orang-orang di sekitarnya.
1.6.7 Konsumen Fad Diet sebagai korban hiperrealitas.
Baudrillad melihat komoditi sebagai fenomena hiperrealitas.
Masyarakat kita bergerak menuju kondisi hyper, masyarakat semakin tidak
mampu membedakan antara realitas dan halusinasi, antara fakta dan rekayasa.
Masyarakat kita disodorkan pada rekayasa dan fantasi tentang tubuh ideal oleh
para new cultural intermediaries. Masyarakat akan terus disodorkan pada
komoditi mulai dari gosip, skandal, kesehatan, kecantikan, penyakit, hingga
kematian. Akibatnya, masyarakat akan tetap berada pada kondisi hiper-
modernitas. Hiper-modernitas yaitu kondisi ketika segala sesuatu tumbuh
cepat, ketika tempo kehidupan menjadi semakin tinggi, ketika setiap wacana
(ekonomi, seni, seksual) bertumbuh ke arah ekstrim (Piliang, 2011:154).
Konsumer fad diet menjadi tidak mampu membedakan mana fantasi atau
21
angan-angan dan mana realitas atau kenyataan. Fantasi tubuh ideal akan tetap
menjadi fantasi karena diet yang dilakukannya tidak sesuai dengan realitas atau
“real diet”.
22
Bagan 1
Kerangka Teori
Informasi Fad Diet
Pengetahuan Pengaruh atau pesan yang
bersifat memperngaruhi
Iklan sebagai New Culutral
Intermediaries
Ditolak Diterima
Calon Konsumen Fantasi
yakni pemilik tubuh
Produksi Tips Fad Diet
atau Crash Diet atau
Instant Diet Produksi Fantasi
Kecantikan Produksi Fantasi
Tubuh Indeal
Konsumsi Fantasi
(Fantasi sebagai objek)
Goal : Pemilik tubuh
memberi tanda bagi orang
disekitarnya Korban Hiperrealitas
23
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sosiologi kuantitatif.
1.7.1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilaksanakan.
Lokasi penelitian yang penulis pilih adalah Kluster Sosio Humaniora (Fakultas
Ilmu Budaya, Ekonomika dan Bisnis, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Hukum
Filsafat, dan Psikologi) Universitas Gadjah Mada. Alasan peneliti memilih
penelitian ini adalah keterjangkauan dalam proses penelitian karena peneliti
juga berada dalam lingkungan kampus yang berdekatan satu dengan yang lain.
1.7.2 Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang
ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Soffan Effendi, 2008:152). Dalam
penelitian ini, yang menjadi populasi adalah keseluruhan mahasiswa S1
Kluster Sosio Humaniora (Fakultas Ilmu Budaya, Ekonomika dan Bisnis, Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Hukum Filsafat, dan Psikologi) Universitas Gadjah
Mada angkatan 2012. Berdasarkan data mahasiswa yang telah melakukan
24
registrasi yang penulis peroleh dari twitter @info_SNMPTN pada tahun 2012,
maka jumlah populasi kira-kira berjumlah 1949 mahasiswa12.
Sampel
Dari 1949 mahasiswa tersebut, akan diambil 100 mahasiswa sebagai
responden. Pengambilan sampel dilakukan pada mahasiswa dari 6 fakultas
yang berbeda dengan teknik non probability sampling, dengan rumus sebagai
berikut:
𝑛 =𝑧2.𝑃.𝑄
𝑇2=
(1,96)2.50.50
10%
=3,84.50.50
10%= 96
Keterangan:
n : jumlah sampel
Q : jumlah populasi
Z2 : Kepastian benar yang diinginkan
P : Proposisi populasi
T : Persentase toleransi ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir
12 http://akademik.ugm.ac.id/2012_lama/?menu=statistik&act=statistik_sarjana_2012
25
Saya juga menambahkan kurang lebih 20 responden dengan harapan,
penelitan ini lebih representatif sehingga benar-benar mampu menggambarkan
intensitas penerimaan informasi di media online dan perilaku diet mahasiswa
sosio humaniora 2012. Selain itu, saya juga menggunakan teknik sampling
random kedatangan, yaitu menjadikan siapa saja mahasiswa sosio humaniora
angkatan 2012 yang secara kebetulan dijumpai di area kampus. Saya
menanyakan angkatan berapa mereka dan berasal dari fakultas mana. Apabila
mereka masuk dalam kriteria sebagai responden, maka saya memberikan
kuesioner saat itu juga. Teknik tersebut penulis pilih karena populasi dalam
penelitian bersifat homogen yakni keseluruhan populasi adalah mahasiswa
dengan rentang usia yang sama yakni 20-25 tahun. Selain itu, lingkungan
kampus yang saling berdekatan membuat saya lebih mudah untuk menjumpai
mereka.
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data
Strategi pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data
primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari lapangan penelitian
menggunakan instrumen penelitian kuesioner yang penulis susun sendiri (self-
administred questionaires) karena populasi cukup banyak, sehingga sulit bagi
peneliti untuk menggunakan wawancara dan observasi terstruktur sebagai
teknik pengumpulan data. Berdasarkan dimensi waktu dan ruang
26
pengumpulannya, data yang penulis kumpulkan termasuk dalam data antar
ruang (cross-sectional data). Data penulis kumpulkan dalam periode tertentu
yakni satu bulan untuk mengamati perilaku diet mahasiswa di beberapa
fakultas.
1.7.4 Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun dan Soffan Effendi,
2008:263). Analisa data dalam kajian ini menggunnakan analisa deskriptif
untuk memberikan informasi mengenai bagaimana hubungan antara frekuensi
penerimaan informasi diet dengan perilaku diet di kalangan mahasiswa.
Penelitian ini menggunakan statistik inferesial dengan uji korelasi bivariat dan
regresi untuk mengkaji hubungan 2 variabel yakni variabel x yaitu intensitas
penerimaan informasi fad diet dengan variabel y yaitu tingkat konsumsi fad
diet.
1.7.5. Variabel, Definisi Operasional, dan Indikator
Penulis memiliki 3 variabel, variabel pertama yakni intensitas
penerimaan infomasi fad diet (dari new cultural intermediaries) sebagai variabel
bebas, tingkat pemahaman akan diet yang benar (real diet) dan motivasi diet
sebagai variabel intervening dan konsumsi fad diet sebagai variabel terikat.
27
Variabel independen:
a. Intensitas penerimaan informasi tentang fad diet, dapat diperoleh dengan:
Indikator:
1. Frekuensi penerimaan informasi tentang diet
2. Berfokus pada media online, situs atau media sosial apa yang sering diakses
3. Situs atau media sosial yang sering diakses untuk menemukan informasi diet
Skala: Nominal dan Ordinal
Variabel Intervening
b. Pemahaman
Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti pada apa yang
akan dilakukannya. Tingkat pemahaman informasi tentang diet berarti seberapa
besar kemampuan seseorang untuk mengerti dan mampu mencerna informasi
dengan baik sehingga dapat memilih diet seperti apa yang sebaiknya dilakukan.
Program diet yang dipilihnya merupakan hasil dari pemahaman seseorang dari
informasi yang dia peroleh. Tingkat pemahaman tentang diet yang benar dapat
diperoleh dengan:
Indikator:
1. Kemampuan mempertimbangkan informasi tentang diet yang diperoleh
28
2. Strategi atau diet jenis apa yang dilakukan (real diet atau fad diet)
Skala: Nominal
c. Motivasi
Motivasi merupakan sebuah dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan
sesuatu. Dorongan tersebut bukan hanya berasal dari diri sendiri melainkan juga dari
orang lain, iklan, dan juga lingkungan di sekitarnya. Motivasi merupakan sebuah
keinginan yang masih berada “di dalam” diri seseorang dan apabila motivasi itu kuat,
nantinya akan diwujudnyatakan dalam perilaku. Motivasi sesorang tentang diet ada
beragam, antara lain: ingin segera langsing, segera mendapatkan pasangan, ingin
menggunakan busana favorit, ingin lebih percaya diri dll. Tingkat motivasi
seseorang melakukan diet dapat diperoleh dengan:
Indikator:
1. Ukuran tubuh yang seberapa yang responden inginkan
2. Alasan mengapa responden ingin melakukan diet
3. Berasal dari mana munculnya keinginan responden melakukan diet (diri
sendiri, orang lain, atau media)
Skala: Nominal dan Ordinal
Variabel dependen:
29
d. Perilaku fad diet
Perilaku merupakan sesuatu yang terwujud secara nyata dan dapat diamati secara
empiris. Perilaku diet seseorang merupakan hasil dari perpaduan antara membaca
atau mencemati informasi yang diperoleh, lalu informasi tersebut dipahami, dan
ditambah dengan motivasi seseorang melakukan diet. Singkatnya, perilaku
bersumber dari informasi, pemahaman akan informasi, dan motivasi seseorang
untuk berperilaku. Perilaku tentang diet dalam penelitian ini dapat dikaji dengan:
Indikator:
1. Berhasil atau tidaknya program diet yang dilakukan
2. Jangka waktu program diet (instan atau tidak) : apakah berat badan turun secara
drastis atau tidak
3. Berapa kali melakukan diet
4. Berapa lama melakukan diet
Skala :
Nominal, yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu : Real Diet dan Fad Diet
Ordinal : tingkat fad diet
30
1.7.6 Matrik
Dari variabel dalam penelitian yang sudah penulis tentukan di atas dapat dibuat
matrik kausal sebagai berikut:
Variabel Independen
X1 X2 X3 X4
Variabel Dependen
X1 0 1 1 1
X2 0 0 1 1
X3 0 0 0 1
X4 0 0 0 0
∑ 0 1 2 3
X1 : Intensifitas penerimaan informasi tentang diet
X2 : Tingkat pemahaman informasi tentang diet
X3 : Motivasi melakukan diet
X4: Perilaku fad diet
31
Hubungan dari keempat variabel dapat dinyatakan sebagai berikut :
1.8 Kerangka Pemikiran
Berbagai informasi tentang kesehatan terutama tentang diet dapat dengan
mudah diperoleh dari berbagai media, khususnya media online. Banyaknya info
tersebut seharusnya mampu membuat masyarakat semakin paham tentang diet.
Pemahaman itulah yang mendorong seseorang untuk melakukan diet sesuai
dengan apa yang diinginkan. Perpaduan antara informasi, pemahaman pada
informasi, dan motivasi menyebabkan seseorang melakukan diet.
X1
X2
X4 X3
32
Bagan 2
Kerangka Pemikiran
1.8.1 Konsumsi Informasi di Media Online
Konsumsi adalah aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan dan
keinganannya, baik berupa barang maupun jasa. Konsumsi menurut Baudrillard
bukanlah sesuatu yang dilakukan individu untuk mendapat kenikmatan,
kebahagiaan, dan kepuasan, melainkan adalah suatu struktur (atau fakta sosial
Durkheiman) yang bersifat eksternal dan bersfat memaksa individu. Konsumsi
bukan hanya pada barang jasa melainkan semua hal lain. Menurut Baudrillard
segala hal bisa menjadi objek konsumen. Walhasil, konsumsi mencengkeram
Informasi diet dalam
media online ( tips
dan info)
Mendorong
Pemahaman
informasi
tentang diet
Mendorong
Munculnya
motivasi
menurunkan
berat badan
Perilaku
Diet
33
kehidupan manusia13. Maka, informasipun dapat menjadi objek konsumsi.
Piranti dan jaringan internet yang digunakan untuk mengakses informasi
merupakan perantara proses konsumsi informasi. Apa, bagaimana, dan dampak
informasi dari dunia virtual bagi masyarakat akan dibahas pada paragraf
selanjutnya.
Informasi berasal dari bahasa latin yaitu Informationem yang artinya
konsep, ide, atau garis besar. Menurut Raymond Mc.Leod, informasi adalah
data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti penting bagi
penerimanya dan berguna untuk pengambilan keputusan, baik saat itu juga
maupun masa mendatang14. Informasi dalam penelitian ini merupakan
berbagai tips dan info tentang fad diet. Media online merupakan sekumpulan
karya jurnalistik (berita, informasi, artiekl, dsb) yang disajikan secara online.
Media online dalam penelitian ini berfokus pada media jejaring sosial. Media
jejaring sosial berfungsi memfasilitasi penggunanya untuk melakukan interaksi
sosial. Berikut adalah interaksi sosial yang bisa dilakukan di media jejaring
sosial: Berkirim pesan, berbagi informasi, berbagi video atau gambar,
berdiskusi, dan bertanya jawab.15 Berkaitan dengan intensitas konsumsi
13 Baudrillard, Jean P. 2009. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta : Kreasi Wacana (hlm:xxxv)
14 seputarpengetahuan.com html pada 19 September 2015
15 http://www.ardilas.com/.html pada tanggal 10 Oktober 2015
34
informasi di media online, Asosiasi Penyedia Jasa Internet (APJII) telah
melakukan riset bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 telah
mencapai angka 88,1 juta jiwa. Lebih rinci lagi dijelaskan bahwa akses internet
melalui smartphone mencapai 85%. Berdasarkan wilayah, DKI Jakarta menjadi
wilayah dengan persentase penetrasi paling tinggi dengan 65% pengguna
internet, disusul oleh Yogyakarta sebesar 63%.16 Berkaitan dengan konsumsi
informasi di media online, berikut adalah alasan masyarakat mengakses internet
:
Gambar 1
Alasan Mengakses Internet PC
16 http://tekno.liputan6.com/read/2197413/jumlah-pengguna-internet-indonesia-capai-881-juta
35
Sumber: Pusat Kajian Komunikasi Informasi Univeritas Indonesia, 14 April
2015
Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa sebesar 71,7% pengguna
mengakses internet untuk sarana komunikasi dan 65,3% pengguna mengakses
internet untuk memperoleh informasi. Hal tersebut membuktikan media online
memberikan pengaruh yang besar dalam proses konsumsi informasi dan sarana
bersosialisasi.
1.8.2 Motivasi dan Persepsi Melakukan Diet
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti sesuatu yang ada pada diri
individu yang menggerakkan atau membangkitkan, sehingga individu tersebut
berbuat sesuatu. Motivasi secara psikologis adalah suatu kesadaran untuk
melakukan sesuatu demi pencapaian tertentu. Motivasi dalam hal ini
merupakan sesuatu yang bersifat sangat positif yakni bagaiamana seseorang
melakukan perjuangan untuk mencapai tujuan tertentu.
. Intinya, dalam pengertian psikologi kontemporer postivistik, motivasi
selalu bermakna positif yakni bagaimana seseorang secara sadar, hendak
berjuang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, saya akan
menggunakan kata “motivasi” pada konteks tentang bagaimana konsumen
memiliki kesadaran dan keinginan untuk mewujukan tubuh ideal dan
menurunkan berat badan sesuai dengan fantasi atau tujuan yang bersifat
rasional yang akan dicapai yakni tubuh langsing dsb.
36
Melihat hal tersebut, yang memandang bahwa motivasi bersifat sangat
positif, saya ingin mengkaji motivasi secara sosiologis. Menurut Max Weber,
motivasi adalah proses yang berkaitan dengan proses rasionalisasi. Motivasi
adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu melalui konstruksi
kesadaran secara subjektif untuk mencapai target yang bersifat rasional.
Kalimat kunci pengertian motivai terletak pada “mencapai target yang bersifat
rasional.” Padahal, rasional terkadang tidak rasional. Rasional menurut kita
belum tentu rasional bagi orang lain di sekitar kita. Tujuan yang bersifat
rasional sesuai dalam penelitian ini adalah sesuatu yang masih menjadi fantasi
yakni tubuh ideal, sehat, langsing, cantik, dan tinggi. Bagi mahasiswa, tubuh
ideal, langsing, cantik, dan tinggi adalah seuatu tujuan yang bersifat rasional.
Kalimat kunci kedua adalah “konstruksi kesadaran subjektif.” Motivasi
merupakan konstruksi kesadaran subjektif berarti konstuksi kesadaran dapat
berasal dari dirinya sendiri namun juga dari konstruksi orang lain yang pada
akhirnya diterima dan dikonstruksikan dalam dirinya sendiri sehingga
membentuk motivasi. Dengan kata lain, persepsi dari orang lain yang
dikonstruksikan tersebut, mereka konstruksikan secara subjektif sehingga
muncul-lah motivasi.
Persepsi
37
Motivasi berbeda dengan persepsi. Secara psikologis persepsi adalah
serangkaian langkah yang dimulai lewat rangsangan di dalam lingkungan, dan
bertujuan agar kita mampu menginterpretasikan rangsangan atau stimulus itu.
Itu adalah proses yang berlangsung secara tidak sadar dalam keseharian kita.
Dengan kata lain, persepsi adalah keadaan dimana kita memperoleh
rangsangan atau stimulus dari lingkungan (environment), mengkonstruksikan
rangsangan tersebut, lalu merespon stimulus atau rangsangan tersebut.
Pembedaan antara motivasi dan persepsi tersebut saya tekankan karena
dalam pemikiran psikologi postivistik (yang dominan saat ini), motivasi selalu
dikonstruksikan sebagai sesuatu yang positif. Padahal, pemahaman
hermenutik tentang motivasi yang berasal dari kata “motif” tidak selalu
bersifat positif, namun konstruksi yang berlangsung di masyarakat tentang
motivasi adalah hal yang positif. Oleh karena itu, saya harus kembali ke
pemahaman Weber tentang versetehen, bahwa posisi persepsi lebih netral
daripada motivasi karena motivasi adalah hasil dari konstruksi.
Motivasi adalah sebuah konstruksi dan persepsi adalah psikologikal
respon. Persepsi adalah unsur subjektivitas kita. Pengertian persepsi secara
psikologis maupun sosiologis sama yakni bagaimana kita merespon sesuatu
sesuai dengan pendapat kita sendiri tanpa adanya konstruksi dari manapun.
Namun, motivasi secara psikogis dan sosiologis berbeda. Motivasi secara
38
psikologis dipahami sebagai sesuatu yang sangat positif yakni terkait dengan
perjuangan untuk mencapai sesuatu yang bertujuan rasional. Padahal rasional
atau tidaknya sebuah tujuan bukanlah hal yang pasti. Tujuan yang ingin
dicapai seringkali dianggap rasional padahal belum tentu rasional. Motivasi
tubuh langsing selama 7 hari bagi orang kegemukan, akan menjadi tujuan yang
sangat tidak rasional sehingga motivasinya meurunkan berat badan bukan
untuk mencapai tujuan yang rasional.
Selain itu, persepsi lebih bersifat netral karena berasal dari unsur
subjektivitas kita dan bersifat “murni” karena berasal dari diri kita sendiri.
Sedangkan motivasi merupakan kesadaran subjektif yang sudah “tercemar”
oleh persepsi dari orang lain, bukan murni dari diri sendiri. Persepsi orang lain
merupakan polutan bagi terbentuknya motivasi seseorang untuk melakukan
usaha penurunan berat badan. Motivasi bersifat tidak netral karena
sesungguhnya, motivasi merupakan hasil perpaduan antara konstruksi persepsi
diri sendiri dengan konstruksi persepsi dari orang lain. Dalam kaitannya
dengan penelitian ini, motivasi menurunkan berat badan yakni mencapai tubuh
langsing, ideal, dan cantik. Motivasi tersebut bukan hanya berasal dari dirinya
sendiri tetapi merupakan hasil dari persepsi orang lain tentang pencapaian
tubuh ideal.
39
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka saya akan tetap
menggunakan istilah “motivasi” dan “persepsi” dalam tulisan ini, namun
membedakan penggunaannya. Persepsi tertuju pada orang yang
mengkonsumsi sesuatu yakni mengkonsumsi informasi, tips, program diet,
produk diet dsb. Motivasi tertuju pada orang-orang yang hendak mencapai
tujuan dan target yang nampaknya rasional yakni menurunkan berat badan
agar memiliki tubuh langsing, tubuh sehat dsb.
1.8.3 Pemahaman
Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti tentang
apa yang ia terima dari lingkungan di sekitarnya atau dari apapun yang berada
di luar dirinya. Pemahaman yang baik tentu akan menghasilkan perilaku yang
baik pula. Pemahaman dalam penelitian yaitu pemahaman responden terhadap
informasi yang ia peroleh di media sosial tentang diet, real diet, dan gizi.
Apabila responden dapat memahami apa itu diet, bagaimana caranya, dan apa
saja yang harus dipenuhi agar diet dapat berhasil dan tujuan diet tersebut dapat
tercapai.
1.8.3 Perilaku Diet dan Konsumsi Fad Diet
Motivasi merupakan dorongan, hasrat, keinginan, dan penggerak dalam
diri individu yang memberikan arah dan tujuan pada perilakunya. Maka,
perilaku tidak akan ada apabila individu tidak memiliki kebutuhan dan
40
motivasi. Perilaku diet seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan individu untuk
mencapai keseimbangan karena ia merasa ada yang tak seimbang dalam
dirinya. Misalnya, individu tersebut termasuk dalam kategori obesitas, tentu ia
merasa ada yang tidak seimbang dengan dirinya, oleh karena itu, diet menjadi
kebutuhan. Berkaitan dengan motivasi, apakah ia berdiet karena ingin langsing
saja atau ingin langsing dan sehat, atau agar lebih percaya diri, tentu seseorang
memiliki banyak motif baik biogenetis mau sosiogenetis dan hal tersebut
mempengaruhi diet yang seperti apa yang akan mereka lakukan. Diet yang real
diet atau fad diet.
Diet berasal dari bahasa Yunani, yaitu diaita yang berarti cara hidup.
Definisi diet menurut tim kedokteran EGC tahun 1994 (Hartiantri, 1998)
adalah kebiasaan yang diperbolehkan dalam hal makanan dan minuman yang
dimakan oleh seseorang dari hari ke hari, terutama yang khusus dirancang
untuk mencapai tujuan dan memasukkan atau mengeluarkan bahan makanan
tertentu. Diet dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai usaha membatasi atau
mengatur jenis asupan makanan untuk: tujuan tertentu yakni penurunan berat
badan. Salah satu jenis diet untuk menurunkan berat badan adalah fad diet.
Fad Diet menurut Dokter Spesialis Gizi David Fajar Putra (Areamagz,
2011) adalah diet untuk menurunkan berat badan dan bersifat sementara dan
biasanya dalam waktu singkat juga akan ditinggalkan atau dilupakan. Fad diet
41
seringkali disebut sebagai diet instan, diet palsu, atau diet sembarangan karena
dilakukan dengan cara membatasi atau meniadakan asupan makanan tertentu
sehingga diet menjadi tidak seimbang dan dalam jangka panjang biasanya akan
gagal bahkan berpotensi mengganggu kesehatan. Diet termasuk dalam
golongan Fad Diet apabila anjuran diet mengandung unsur:
Tawaran solusi kilat
Menarik kesimpulan yang dangkal atau rekomendasi dari suatu penelitian
tunggal atau lembaga riset yang kurang jelas atau kurang relevan datanya
Menakut-nakuti atau menghilangkan bahan makanan tertentu karena dianggap
menjadi penyebab penyakit tertentu
Melebihkan asupan suatu bahan makanan karena dianggap dapat
menyembuhkan penyakit atau mencegah munculnya penyakit
Rekomendasi menjual produk suplemen
Selain itu Mulamawitri (dalam Kurnianingsih, 2009) mengungkapkan tentang
ciri-ciri perilaku seseorang melakuka diet yang salah atau sembarangan:
Membatasi frekuensi dan intake makanan, menghilangkan kebiasaan sarapan
atau tidak makan malam dengan tujuan untuk menurunkan berat badan
42
Tidak makan nasi dengan asumsi berat badan akan turun, padahal nantinya
individu tersebut akan lari ke makanan lain yang kalorinya lebih besar daripada
nasi, seperti mie atau kentang
Menganggap makanan yang bentuknya kecil atau ringan seperti keripik,
permen, dan makanan selingan lainnya memiliki kandungan kalori yang sedikit.
(Mulamawitri 2005 dalam Kurnianingsih 2009)
Diet penurunan berat badan yang sehat seharusnya dikonsultasikan
terlebih dahulu pada ahli gizi maupun dokter. Terdapat tiga komponen praktik
diet yang sehat yang harus dipenuhi yakni mengontrol asupan energi terutama
asupan lemak, meningkatkan penggunaan energi dengan aktivitas fisik atau
olahraga, dan mempertahankan kebiasaan tersebut agar berat badan tetap stabil.
Diet penurunan berat badan yang sehat harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Asupan makan mengikuti pedoman piramida makanan, pemilihan makanan
yang rendah lemak atau non-fat dan kecukupan cairan (6-8 gelas per hari)
Frekuensi makan tetap 3 kali sehari dan hindari makan dalam jumlah banyak
dalam satu waktu (binge eating)
Penurunan berat badan tidak boleh terlalu cepat atau ekstrem, Penurunan berat
badan yang terjadi tidak boleh lebih dari 2 pon/ minggunya, karena akan
menimbulkan stress pada tubuh.
43
Diet harus sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing, hindari rasa lapar dan
lelah, kecukupan energi minimal 1200-1500 kkal/hari supaya tidak terjadi
defisiansi vitamin dan mineral.
Konsumsi makanan sehari-hari, hindari prosuk makanan yang menjanjian dapat
menurunkan berat badan dengan cepat
Melakukan olahraga yang intensif , istirahat yang cukup, dan mengurangi stress
Setelah penurunan berat badan tercapai, hendaknya tetap memeliharaa pola
makan dan latihan fisik supaya dapat meningkatkan kesehatan17
Real Diet merupakan perilaku diet yang masih memenuhi kebutuhan gizi
seseorang perharinya dan penurunan berat badan masih dalam batas normal.
Praktik diet yang sehat misalnya perubahan perilaku makanan dengan
mengurangi asupan lemak dan membatasi asupan energi, mengurangi makanan
cemilan dan meningatkan aktivitas fisik/berolahraga (Respati, 2014).
17 Sihizzer and Whitney 2006 dalam Kurnianingsih 2009