BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/40950/2/BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/40950/2/BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tradisi merupakan suatu proses sosial yang menjadi kebiasaan
yang diturunkan dari generasi ke generasi lainnya. Tradisi menjadi nilai
dan moral di dalam masyarakat, karena tradisi sendiri merupakan aturan
dimana aturan tersebut tentang hal apa yang benar dan hal apa yang yang
salah menurut warga masyarakat. Konsep tradisi tersebut meliputi
pandangan dunia (world view) yang menyangkut kepercayaan mengenai
masalah kehidupan dan kematian serta peristiwa alam dan makhluknya
atau konsep tradisi itu berkaitan dengan sistem kepercayaan, nilai-nilai,
dan pola serta cara berfikir masyarakat. (Maezan Kahlil Gibran, 2015:3)
Nyethe merupakan tradisi merokok di daerah Tulungagung yang
sering mendapatkan asumsi negatif dari masyarakat yang menganggap
bahwa nyethe merupakan aktivitas yang membuang-buang waktu (wasting
time). Kebiasaan nyethe bukan hal yang membuang-buang waktu, tetapi
merupakan aktivitas yang dapat menjalin kebersamaan masyarakat melalui
interaksi sosial yang terjadi, bahkan dapat dikatakan sebagai awal
pembentukan komunitas dan budaya baru di masyarakat Tulungagung.
Kegiatan nyethe ini tidak hanya juga untuk mengisi waktu luang,
tetapi juga digunakan sebagai wadah pemersatu bagi para pencinta kopi.
Kabupaten Tulungagung juga mengadakan lomba nyethe untuk berbagai
kalangan, tak hanya para pencinta kopi saja. Kategori yang dilombakan
diantaranya dalam kategori rasa, lukis, dan aroma. Kategori aroma yaitu
2
mengutamakan bau atau aroma asap rokok, yang mana setelah dihisap
rokoknya akan menghasilkan aroma asap yang harum, wangi, dan segar.
Kategori lukis yaitu mengutamakan hasil olesan cethe pada batang rokok
yang digambar atau dilukiskan, sesuai selera. Misal motif lukis batik, lukis
abstrak, lukisan huruf/tulisan, dan lain sebagainya. Kategori rasa yaitu
mengutamakan rasa rokok cethe yang menghasilkan rasa yang lebih gurih
dan nikmat.
Budaya nyethe ini telah merambah tidak hanya di kabupaten
Tulungagung, akan tetapi juga menyebar ke daerah lain di Indonesia. Hal
ini juga dijadikan sebagai suatu hobi baru, terbentuknya komunitas-
komunitas pecinta nyethe. Nyethe sekarang tak melulu dengan media
rokok saja tetapi juga digunakan di cangkir plastik/cups dan juga asbak.
Kegiatan yang dilakukakan pada waktu nyethe meliputi merokok,
minum kopi, ngobrol, duduk santai, dan melukis pada rokok yang
diinginkan. Para pengunjung warung kopi terdiri dari berbagai macam
masyarakat mulai dari pelajar, anak muda, wirausaha, pengangguran, dan
sebagainya. Pengunjung datang ke warung kopi bersama teman-temannya
jarang sekali datang sendiri tanpa teman. Pengunjung duduk berkelompok,
dua orang sampai lima orang atau lebih. Dalam sekali berkunjung ke
warung kopi, pengunjung dapat menghabiskan waktu lebih dari dua jam
untuk nyethe.
Warung kopi ini tidak seperti cafe kopi yang menjamur sekarang di
kota-kota besar. Tidak seperti cafe yang menjadikan spot-spot foto yang
'instagramable' sebagai daya tarik dalam menarik konsumennya.
3
Kesederhanaan inilah yang membuat banyak orang berkumpul membahas
apapun yang menarik untuk dibicarakan. Hanya ada meja dan bangku
panjang untuk konsumen bercengkerama. Sejenak kita bisa melupakan
kesibukan yang menyita pikiran dan bisa tertawa ataupun membicarakan
hal-hal ringan bersama kawan dengan menghirup aroma dan rasa kopi ijo
waris yang legendaris.
Warung kopi muncul sebagai wahana sejarah baru sebagai gaya
yang khas, tetapi juga memiliki makna yang kini fungsinya semakin
mendapatkan legimitasi di masyarakat. Selain harga terjangkau, warung
kopi juga menjadi hiburan yang tak tergantikan dari kehidupan harian
masyarakat. Warung kopi telah menjadi tanda sebuah identitas baru,
melalui bertemunya beragam masyarakat, lembaga, status sosial, dan
bahkan identitas yang multikultur sekalipun. Dalam pandangan yang lebih
makro, warung kopi juga bagian dari subkultur yang mempertemukan
berbagai budaya dan identitas masyarakat.
Warung kopi, salah satu bentuk public sphere, di mana ruang
tersebut menjadi ruang diskusi yang terbuka bagi semua kalangan.
Aktivitas ngopi dimaknai tidak sekedar menikmati segelas kopi pahit. Di
situlah mereka menghabiskan waktu untuk menikmati secangkir kopi
sambil melepaskan beban pikiran dan melarutkan titik kejenuhan. Warung
kopi meskipun dengan gaya yang masih sangat sederhana sebenarnya
merupakan fenomena klasik di dalam masyarakat Indonesia, khususnya
masyarakat Jawa.
4
Di warung kopi siapapun bisa membaur satu sama lain. Tidak
jarang pemilik warung bisa menjadi saluran penyampai informasi, menjadi
penghubung dalam transaksi ekonomi, dari pelanggannya. Selain alasan
ekonomis, alasan kebutuhan akan ruang-ruang yang dapat di nikmati
bersama menjadi hal yang penting dari keberadaan warung-warung kopi.
Selain alasan ekonomis, alasan kebutuhan akan ruang-ruang yang dapat di
nikmati bersama menjadi hal yang penting dari keberadaan warung-
warung kopi.
Keinginan dan kebutuhan masyarakat akan ruang-ruang
publik memiliki kekuatan yang signifikan dalam mendorong
berkembangnya warung kopi, dimana mereka bisa saling bertemu,
bertukar pendapat atau berbincang. Keberadaan warung kopi, dihampir
disepanjang jalan utama dan di beberapa titik daerah tidak terlepas dari
kebutuhan manusia yang terus berkembang dalam ruang-ruang yang ada
dikota. Topik yang dibicarakan pada saat ngobrol sangat bervariasi,
tergantung subjek membicarakannya, mulai dari hal-hal yang bersifat
ringan dan mulai yang tidak serius hingga serius, misalnya tentang pacar,
jual beli motor, negoisasi jual beli barang elektronik, pekerjaan, kehidupan
sehari-hari, tentang keluarga, mengenai event-event terdekat yang diikuti,
mengenai pertandingan sepak bola piala dunia, masalah isu-isu politik, dan
lain sebagainya.
Menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) 2018 yang ada di
Tulungagung banyak diperbincangkan oleh masyarakat, maka dari itu
publik kembali diuji untuk memilih kepala daerah yang dapat membawa
5
perubahan. Di balik berbagai pertentangan, keriuhan, dan kemeriahan,
pilkada semakin jadi wadah pembelajaran demokrasi publik. Yang
menarik adalah nuansa pilkada sebagai pesta lima tahunan rakyat bisa
dinikmati publik secara damai, sejuk, dan menyenangkan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat ditarik permasalahan yaitu;
bagaimana ruang publik melalui tradisi nyethe di warung kopi
Tulungagung ?
1.3 TUJUAN MASALAH
Berdasarkan uraian rumusan masalah maka tujuan yang diangkat yaitu
untuk mengetahui dan mendiskripsikan ruang publik melalui tradisi nyethe
di warung kopi Tulungagung.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian dari penelitian ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu
manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis, adapun rinciannya
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian diharapkan dapat berkontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan., khususnya ilmu pengetahuan
sosial, serta dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya.
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti : Menambah pengalaman dan melatih peneliti
untuk berfikir kritis dalam menghadapi suatu permasalahan,
dan sebagai sarana untuk menetapkan ilmu yang diperoleh
selama kuliah dalam menyelesaikan kehidupan nyata.
b. Bagi Jurusan Sosiologi : Diharapkan hasil penelitian dapat
memberikan tambahan referensi untuk mahasiswa dalam
penelitian tentang ruang publik melalui tradisi nyethe di
warung kopi Tulungagung.
1.5 DEFINISI KONSEP
1.5.1 Tradisi Nyethe
Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang
berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum
dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat di artikan sebagai warisan
yang benar atau warisan masa lalu. Namun demikian tradisi yang
terjadi berulang-ulang bukanlah dilakukan secara kebetulan atau
disengaja. (Piotr Sztompka, 2007:69)
Nyethe merupakan kegiatan yang memadukan antara kopi
dan rokok yaitu melumuri atau melukis rokok dengan cethe atau
ampas halus wedhang kopi. Keberadaan tempat untuk minum kopi
atau nyethe juga semakin marak di Tulungagung. Sebagian besar
tempat untuk nyethe dan peminatnya banyak di Tulungagung
adalah warung tradisional.
7
Tradisi nyethe merupakan bagian dari budaya minum kopi
yaitu aktivitas mengolesi/melumuri rokok dengan ampas kopi atau
cethe. Tradisi nyethe tersebut perpaduan antara aktivitas ngopi dan
merokok sehingga untuk melakukan aktivitas ini dibutuhkan
minum kopi dan rokok. (Siti Zurngatul Khusna, 2013:5)
1.5.2 Ruang Publik
Ruang lingkup mencakup banyak fenomena. Istilah sosial
mengacu pada aktivitas sosial yang diakibatkan oleh hubungan
antar pribadi, kelompok (misalnya keluarga, tetangga, atau
kelompok paguyuban), organisasi, institusi/lembaga yang bersifat
petembayan. (Dr. Alo Liliweri, 1997:7)
1.5.3 Warung Kopi
Sebuah warung kopi adalah merujuk kepada sebuah organisasi
yang secara esensial menyediakan kopi atau minuman panas
lainnya. Warung kopi terbagi beberapa dari ciri-ciri sebuah bar,
dan beberapa ciri-ciri sebuah restoran, tetapi ia berbeda dari sebuah
warung. Seperti namanya, warung kopi berfokus untuk menyajikan
minuman kopi dan teh bahkan makanan ringan. (Indri Fuji
Heryanti, 2015:4)
1.6 METODE PENELITIAN
1.6.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang
8
ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial sikap, pemikiran orang
secara individu maupun kelompok. Peneliti dapat
menanyakan pertanyaan yang tepat kepada partisipan dan
menangkap pengertian mereka tentang gejala, peristiwa,
fakta, realita, perasaan, persepsi mereka dan pemikiran orang
secara individu maupun kelompok. Jadi bukan merupakan
rekayasa peneliti. Peneliti masuk dalam konteks tempat
penelitian tanpa prasangka, praduga, ataupun konsep. Dengan
demikian peneliti masuk dalam penelitian dengan pikiran
yang murni, tidak ada bayang-bayang ide yang dibawanya.
Hanya dengan keterlibatan secara langsung peneliti dapat
tempat, keadaan dan situasi penelitian harus disampaikan
dengan fakta dan bukan merupakan tafsiran peneliti.
Penelitian kualitatif biasanya dirumuskan secara umum dan
luas. Tetapi pada saat pengumpulan dan melalui wawancara,
masalah itu akan dipersempit. Hal ini tergantung pada
perkembangan wawancara dan informasi yang disampaikan
oleh partisipan.
1.6.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Penelitian menggambarkan fenomena yang ada terjadi
sekarang atau saat lampau terhadap variabel mandiri tanpa
9
dibandingkan dengan serta dihubungkan dengan variabel lain.
Peneliti berusaha mendapatkan data apa adanya kemudian
dideskripsikan dengan apa adanya tanpa memanipulasi atau
pengubahan pada variabel bebas tetapi menggambarkan
kondisi apa adanya kemudian dianalisis dan ditarik
kesimpulan.
Jadi alasan peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif dan menggunakan jenis penelitian kualitatif
deskriptif karena hasil dari penelitian ini dideskripsikan
berdasarkan ungkapan, tanggapan serta keinginan dan
harapan.
1.6.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Tulungagung.
Tempatnya di Warung Kopi Waris. Peneliti memilih lokasi
tersebut karena masyarakatnya masih kental dengan tradisi
nyethe. Selain maraknya cafe-cafe yang instagramable,
warung kopi inilah dengan kesederhaannya masih dapat
menarik bagi masyarakat Tulungagung.
1.6.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Incidental Sampling. Peneliti merasa kebingungan untuk
menentukan siapa yang sebaiknnya dijadikan subjek dalam
penelitiannya.
10
Setelah berhasil mengidentifikasi unit analisisnya, peneliti
langsung memberikan skala/instrumen/angket kepada subjek
yang berada di unit analisisnya, tanpa terlebih dahulu
mengetahui pasti kondisi subjek tertentu. Kelemahan teknik
ini adalah belum tentu mereka yang berada di unit analisis
yang telah ditentukan merupakan anggota atau bagian unit
analisis tersebut sebab mungkin saja subjek yang berada di
unit analisis tersebut adalah orang yang hanya sekedar lewat
saja. (Muhammad Idrus, 2009:97).
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan
untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau
pengamatan disini diartikan lebih sempit, yaitu pengumpulan
dengan menggunakan idera penglihatan yang berarti tidak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Berdasarkan
keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang
diamati, dapat menggunakan observasi :
a) Observasi tak partisipan
Dalam observasi tak partisipan, peneliti terlibat langsung
dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka
dalam observasi tak partisipan ini peneliti tidak terlibat dan
hanya sebagai pengamat independen. Peneliti mencatat,
menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan
11
tentang perilaku masyarakat. Pengumpulan data ini tidak
akan mendapatkan data yang mendalam.
Berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan, dapat
menggunakan observasi :
Observasi tak berstruktur
Dalam observasi tak berstruktur, pengamat tidak membawa
catatan tentang tingkah laku apa saja yang secara khusus
akan diamati. Ia akan mengamati arus peristiwa dan
mencatatnya atau meringkasnya untuk dianalisis. Pencatatan
dilakukan segera setelah pengamat masih terlibat dalam
kegiatan-kegiatan bersama subjek penelitian akan dapat
mempengaruhi tingkah laku mereka. Observasi ini
dilakukan peneliti di Tulungagung tepatnya di warung kopi
Waris.
b. Wawancara
Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara
hampir sama dengan kuesioner. Wawancara itu sendiri
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara terstruktur,
wawancara semi-terstruktur, dan wawancara mendalam (in-
depth interview).
Namun disini peneliti memilih melakukan wawancara
mendalam, bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang
kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan
pengalaman pribadi.
12
Untuk menghindari kehilangan informasi, maka peneliti
meminta ijin kepada informan untuk menggunakan alat
perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam,
peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan
latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik
penelitian. (Sulistyo Basuki, 2015:46)
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian.
Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak
hanya dokumentasi resmi. Dokumentasi dapat dibedakan
menjadi dokumen primer, jika dokumen ini ditulis oleh
orang yang langsung mengalami suatu peristiwa. Dan
dokumen sekunder, jika peristiwa dilaporkan kepada orang
lain yang selanjutnya ditulis oleh orang lain. Otobiografi
adalah contoh dokumen primer dan biografi seseorang
adalah contoh dokumen sekunder. Dokumen dapat berupa
buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan
kasus (case records) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen
lainnya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa dokumen-
dokumen ini ditulis tidak untuk tujuan penelitian sehingga
penggunaannya memerlukan kecermatan. (Soehartono,
2011:70)
13
Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti akan
dijadikan sebagai pelengkap saat proses wawancara peneliti
kepada subyek peneliti. Dokumentasi tersebut berupa
pengambilan gambar dan rekaman suara. (Prof. Dr.
Sugiyono. 2014:147)
1.6.6 Teknik Analisa Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada
saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and Huberman
(1984), menyatakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam
analisis data, yaitu data reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. (Sugiyono, 2012:246)
a. Reduksi Data
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu
oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian
kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, peneliti
dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu
yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola,
itulah yang akan dijadikan perhatian peneliti dalam
melakukan reduksi. (Sugiyono, 2012: 249).
14
b. Display Data/ Penyajian Data
Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
difahami tersebut. Melihat tampilan membantu kita
memahami apa yang sedang terjadi dan melakukan
beberapa hal, analisis lebih lanjut atau kehati-hatian
mengenai pemahaman itu. “Looking at displays help us to
understand what is happening and todo some thing-further
analysis or caution on that understanding ” Miles and
Huberman (1984).
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukanss bukti-
bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Karena
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan akan berkembbang setelah
peneliti turun lapang. (Prof. Dr. Sugiyono. 2012:246)
1.6.7 Keabsahan Data
Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga
dapat dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian
15
kualitatif adalah keberhasilan mencapai maksud
mengeksplorasi masalah yang majemuk atau keterpercayaan
terhadap hasil data penelitian. Untuk memeriksa keabsahan
data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
triangulasi. Menurut Sugiyono, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data
dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
triangulasi yaitu :
1. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Untuk
itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat
dilakukan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu situasi yang berbeda. Bila hasil pengujian
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
berulang-ulang sehingga ditemukan data yang pasti. (Prof.
Dr. Sugiyono. 2013:224)