BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai...

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan merupakan hal yang melekat dalam suatu daerah. Kebijakan dikeluarkan melalui pemerintah daerah guna mengatur kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi desentralisasi mengeluarkan kebijakan sesuai dengan kondisi daerah tersebut serta tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi di atasnya sesuai hierarki dalam peraturan perundang-undangan. Masing-masing daerah karena itu memiliki perbedaan kebijakan menyesuaikan dengan potensi dan keadaan daerahnya. Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang wilayahnya masih terdapat cukup banyak hutan dan sungai-sungai. Setiap provinsi di Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah, Sungai Barito di Kalimantan Selatan, Sungai Mahakam di Kalimantan Timur serta Sungai Kayan di Kalimantan Utara. Sungai-sungai tersebut merupakan lima dari banyak sungai yang dimiliki oleh masing-masing provinsi di Pulau Kalimantan. Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi di Pulau Kalimantan yang memiliki banyak sungai. Sungai terbesar yang melintasi provinsi ini adalah Sungai Barito yang memiliki banyak anak sungai. Sejak zaman dahulu, konsentrasi pemukiman penduduk terletak di sepanjang sungai. Banyak kota-kota

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan merupakan hal yang melekat dalam suatu daerah. Kebijakan

dikeluarkan melalui pemerintah daerah guna mengatur kehidupan masyarakat di

daerah tersebut. Pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi desentralisasi

mengeluarkan kebijakan sesuai dengan kondisi daerah tersebut serta tidak

bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi di atasnya sesuai hierarki dalam

peraturan perundang-undangan. Masing-masing daerah karena itu memiliki

perbedaan kebijakan menyesuaikan dengan potensi dan keadaan daerahnya.

Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang

wilayahnya masih terdapat cukup banyak hutan dan sungai-sungai. Setiap provinsi

di Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat,

Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah, Sungai Barito di Kalimantan Selatan,

Sungai Mahakam di Kalimantan Timur serta Sungai Kayan di Kalimantan Utara.

Sungai-sungai tersebut merupakan lima dari banyak sungai yang dimiliki oleh

masing-masing provinsi di Pulau Kalimantan.

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi di Pulau

Kalimantan yang memiliki banyak sungai. Sungai terbesar yang melintasi provinsi

ini adalah Sungai Barito yang memiliki banyak anak sungai. Sejak zaman dahulu,

konsentrasi pemukiman penduduk terletak di sepanjang sungai. Banyak kota-kota

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

2

di Provinsi Kalimantan Selatan karena itu hingga sekarang terletak di muara sungai

atau tepi pantai.1

Salah satu kota yang memiliki banyak sungai di Pulau Kalimantan adalah

Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin merupakan ibukota Provinsi Kalimantan

Selatan. Kota tersebut dijuluki sebagai “Kota Seribu Sungai”. Julukan tersebut

didasarkan atas potensi dan kondisi geografis yang dimiliki Kota Banjarmasin.

Banyaknya sungai-sungai yang mengelilingi kota menjadi alasan Kota Banjarmasin

memperoleh julukan tersebut. Sungai-sungai di Kota Banjarmasin sejak zaman

dahulu telah dimanfaatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal

tersebut menjadikan sungai sebagai potensi daerah Kota Banjarmasin hingga

sekarang.

Data dari Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin

menunjukkan jumlah total sungai dan anak sungai adalah sebanyak 195 sungai yang

terdiri dari 102 sungai dan 93 sungai belum teridentifikasi. 102 sungai tersebut

terdiri dari 3 sungai besar, 45 sungai sedang, serta 54 sungai kecil.2 Hal ini

menunjukkan bahwa Kota Banjarmasin memang memiliki banyak sungai yang

membentang di wilayahnya namun masih banyak sungai juga yang belum

teridentifikasi dan diberi nama.

Potensi sungai-sungai yang ada di Kota Banjarmasin dapat diolah dan

dikelola oleh pemerintah daerah guna mencukupi kebutuhan masyarakat. Sungai-

1 Rochgiyanti, Fungsi Sungai Bagi Masyarakat di Tepian Sungai Kuin, Jurnal Komunitas, 2011 Vol. III No. 01,

hlm. 52 2 Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin, Jaringan Sungai dan Anak Sungai Kota Banjarmasin,

ditulis pada 23 Mei 2016 melalui Website Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin: http://sdad.banjarmasinkota.go.id, diakses pada 12 Februari 2019

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

3

sungai dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih, pengairan dan irigasi,

pembangkit listrik, sarana transportasi, budidaya perikanan serta sarana pariwisata.3

Hal tersebut dapat dikembangkan mengingat potensi utama yang dimiliki kota

Banjarmasin adalah sungai. Pemerintah bersama masyarakat karenanya harus

saling bekerja sama dalam mewujudkan Kota Banjarmasin sebagai “Kota Seribu

Sungai” yang sebenarnya.

Gambar 1.1 Sungai Martapura Tahun 1914

Sumber : Dinas PUPR Kota Banjarmasin, dikutip pada tahun 2019

Masyarakat Banjar sejak zaman dahulu telah memanfaatkan sungai untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka (lihat gambar 1.1). Sungai dijadikan sebagai

sarana transportasi, air minum, kegiatan mandi dan mencuci dan sebagainya. Hal

ini terjadi sejak ratusan tahun lalu sehingga membentuk “Budaya Orang Sungai”

bagi masyarakat yang melakukan aktivitas sehari-harinya selalu bersinggungan

3 Faris Ali Sidqi, Pengelolaan Sungai Menurut Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No 2 Tahun 2007, Al’Adl,

2016, Vol. VIII No. 02, hlm. 88-89

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

4

dengan sungai. Istilah “Orang Sungai” dan “Orang Dagang” selalu melekat kepada

masyarakat Banjar dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan kebiasaan masyarakat

Banjar sejak zaman dahulu memanfaatkan sungai untuk kebutuhan ekonomi, salah

satunya dengan berdagang. Hal ini kemudian wajar dengan hadirnya pasar terapung

sejak berabad-abad lalu di Banjarmasin dari hasil kolaborasi antara sungai dan

perdagangan tersebut.

Sungai-sungai di Kota Banjarmasin seiring perkembangannya sejak zaman

Pemerintahan Kesultanan Banjar hingga sekarang mulai mendapati masalah dengan

banyaknya bangunan milik masyarakat yang berdiri di atas bantaran sungai (lihat

gambar 1.2). Bangunan-bangunan milik masyarakat tersebut berdiri sepanjang

aliran sungai khususnya di Sungai Martapura. Kondisi ini sangat memperburuk

kondisi Kota Banjarmasin yang sebelumnya menjadikan sungai sebagai beranda

utama masyarakat Banjar. Hal ini juga menjadikan sungai semakin menyempit dan

mengalami pendangkalan.

Gambar 1.2 Bangunan Masyarakat di atas bantaran sungai

Sumber : Dinas PUPR Kota Banjarmasin, dikutip pada tahun 2019

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

5

Pemerintah dalam mengatasi permalasahan tersebut kemudian melakukan

upaya revitalisasi sungai guna mengembalikan fungsi sungai sebagaimana

mestinya. Revitalisasi ini dilaksanakan dengan membebaskan lahan-lahan di

bantaran sungai yang telah didirikan bangunan di atasnya serta membuat aturan

yang salah satunya merupakan larangan mendirikan bangunan di atas sungai dan

menetapkan sempadan sungai. Hal ini kemudian menjadi latar belakang

dirumuskannya Perda Kota Banjarmasin Nomor 2 tahun 2007 tentang Pengelolaan

Sungai dan Perda Kota Banjarmasin Nomor 31 Tahun 2012 tentang Penetapan,

Pengaturan Pemanfaatan Sempadan Sungai dan Bekas Sungai. Pengaturan sungai

juga tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarmasin pada Perda

Kota Banjarmasin Nomor 5 Tahun 2013.

Pengelolaan sungai yang baik sangat diperlukan dalam mengelola setiap

sungai di Indonesia khususnya yang ada di Kota Banjarmasin. Pengelolaan sungai

hendaknya mengintegrasikan masing-masing kewenangan institusi dalam

mencapai tujuan yang sama. Pengelolaan sungai integratif tidak hanya melibatkan

pemerintah, tetapi juga masyarakat dan pihak swasta. Pemerintah daerah harus

mampu mengelola potensi kekayaan daerah. Pengelolaan tersebut di masa sekarang

karenanya dapat dilakukan dengan mengintegrasikan peran masing-masing antara

berbagai institusi di dalam pemerintah, swasta, dan juga masyarakat. Pengelolaan

sungai secara integrative tertuang dalam Perda Kota Banjarmasin Nomor 2 Tahun

2007 pasal 2 ayat 1 yang berbunyi :

“Pemerintah Kota bersama-sama dengan institusi lain yang terkait,

masing-masing sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya,

menyelenggarakan upaya pengamanan sungai dan daerah sekitarnya

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

6

meliputi : (a) Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS); (b) Pengendalian

daya rusak air ; (c) Pengendalian pengaliran sungai; (d) Perlindungan

tebing sungai karena erosi”.

Sungai menjadi potensi besar bagi Kota Banjarmasin untuk dimanfaatkan

dengan sebaik-baiknya, khususnya di bidang pariwisata. Menurut anggota DPRD

Kota Banjarmasin, H. Achmad Rudiani, beliau mengatakan bahwa sektor

pariwisata memiliki potensi besar dalam meningkatkan PAD Kota Banjarmasin.

Hal ini mengingat bahwa Kota Banjarmasin tidak memiliki sumber daya alam

seperti kabupaten-kabupaten lain di Kalimantan Selatan.4 Wisata sungai karena itu

merupakan salah satu potensi besar bagi Pemerintah Kota Banjarmasin dalam

meningkatkan PAD.

Pemerintah Kota Banjarmasin hingga saat ini telah banyak melaksanakan

pembangunan berbasis sungai. Program revitalisasi di kawasan bantaran Sungai

Martapura dimanfaatkan pula untuk pembangunan kawasan wisata dengan tetap

mempertahankan sungai sebagai objek utamanya. Hal ini mengingat potensi utama

Kota Banjarmasin adalah sungai sehingga dimanfaatkan salah satunya untuk

pariwisata. Ada beberapa destinasi wisata di Kota Banjarmasin yang berkaitan

dengan sungai seperti beberapa di antaranya yaitu Siring Sungai Martapura, Pasar

Terapung Muara Kuin, Pulau Kembang, Makam dan Mesjid Sultan Suriansyah

serta destinasi wisata lainnya yang semakin dikembangkan. Hal ini menjadi

4 Wartaniaga.com, PAD Sektor Pariwisata Perlu Dimaksimalkan, ditulis pada 16 Agustus 2017 melalui website

Wartaniaga.com: https://wartaniaga.com, dikutip pada 13 Maret 2019

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

7

perhatian berbagai kalangan karena pembangunan Kota Banjarmasin dengan

konsep sungainya sejak zaman dahulu menjadi hal yang harus dipertahankan.

Pembangunan pariwisata berbasis sungai yang terus dipertahankan Kota

Banjarmasin adalah Wisata Pasar Terapung. Pasar Terapung telah melekat dengan

Kota Banjarmasin sejak ratusan tahun yang lalu. Budaya Pasar Terapung

merupakan peninggalan Pemerintahan Kesultanan Banjar yang tumbuh secara

alami.5 Hal ini dikarenakan Banjarmasin sebagai ibu negeri (ibukota) Kesultanan

Banjar yang wilayahnya banyak diliputi sungai sehingga jalur transportasi banyak

menggunakan sungai. Hal ini pula yang melatarbelakangi terciptanya Pasar

Terapung di Kota Banjarmasin hingga saat ini.

Pasar Terapung di Banjarmasin telah dikenal hingga ke Mancanegara. Situs

Liputan6.com mengabarkan Pasar Terapung Muara Kuin menjadi salah satu dari

lima pasar terapung terbaik di dunia.6 Pasar terapung ini telah ada sejak masa

Kesultanan Banjar. Letaknya ada di Kecamatan Banjarmasin Utara pada pertemuan

antara sungai Barito dengan Sungai Kuin namun lokasinya sekarang mulai bergeser

mengikuti jalur strategis Kelotok.

Pemerintah Kota Banjarmasin pada tahun 2015 menggagas pembangunan

pasar terapung baru di Sungai Martapura dengan nama Pasar Terapung Siring

Sungai Martapura (Pierre Tendean) yang merupakan pasar terapung buatan. Pasar

terapung ini mulai ditambahkan dermaga pada tahun 2017 untuk bersandarnya

5 Tribunbanjarmasin.com, Sejarah Pasar Terapung versi Kalselpedia, Ada Dukuh, Panyambangan hingga

Bapanduk, ditulis pada 18 Januari 2019 melalui Tribun Banjarmasin: http://banjarmasin.tribunnews.com dikutip pada 12 Maret 2019

6 Firstrianisa Gustiawati, 5 Pasar Apung Terbaik di Dunia, Indonesia Salah Satunya, ditulis pada 17 Desember 2016 melalui Liputan 6: https://www.liputan6.com, dikutip pada 12 Maret 2019

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

8

perahu pedagang. Pembangunan kawasan wisata Siring Sungai Martapura saat ini

dikatakan telah mampu meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan pedagang

tradisional.7 Pasar terapung buatan ini merupakan upaya dalam melestarikan wisata

pasar terapung yang mulai kehilangan eksistensinya seiring perkembangan zaman.

Pasar Terapung Muara Kuin dalam penelitian Chandra Karta Yudha dan

kawan-kawan memiliki sekitar 200 perahu. Perahu di pasar terapung ini didominasi

oleh perahu-perahu tradisional atau disebut jukung sedangkan sisanya adalah

perahu bermotor atau disebut kelotok. Jukung adalah perahu kecil yang berukuran

panjang 3-5 meter dan lebar 1 meter sedangkan Klotok adalah perahu yang

digerakkan dengan mesin diesel.8

Adanya dua pasar terapung menjadi kebanggaan bagi warga Kota

Banjarmasin. Pembangunan pasar terapung buatan yang digagas Pemerintah Kota

Banjarmasin merupakan upaya mempertahankan Pasar Terapung Banjarmasin yang

sudah mulai kehilangan eksistensinya. Pembangunan tersebut didasarkan karena

Pasar Terapung Muara Kuin yang dahulu ramai dikunjungi wisatawan kini mulai

ditinggalkan salah satunya karena biaya yang mahal untuk menuju ke sana. Upaya

pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sejauh ini tetap

memberikan stimulasi berupa akses menuju Pasar Terapung Muara Kuin dari Siring

Sungai Martapura.9

7 Gusti Marliani,(2017), Analisis Pengaruh Pembangunan Objek Wisata Sungai Terhadap Pendapatan

Masyarakat Lokal Dan Pedagang Tradisional (Studi Pada Objek Wisata Manara Pandang Piere Tendean Banjarmasin), Jurnal Scientific, 2017, Vol. I No. 01, hlm. 40

8 Chandra Karta Yudha dkk, (2018). Model Revitalisasi Pasar Tradisional Terapung Untuk Menunjang Logistik Wilayah Pedalaman : Studi Kasus Sungai Barito, Jurnal Teknik ITS, 2018, Vol. VII No. 1, hlm. E40

9 Desy Sugianti, Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pasar Terapung Berbasis Kearifan Lokal di Kota

Banjarmasin, Jurnal Tata Kelola Seni, 2016, Vol. II No. 02, hlm. 25

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

9

Pengelolaan sungai untuk dimanfaatkan guna mengembangkan wisata pasar

terapung Kota Banjarmasin menjadi perhatian utama dalam karya tulis ini. Penulis

mencoba menghubungkan antara pengelolaan sungai Kota Banjarmasin di masa

sekarang dengan pengembangan wisata dari pemanfaatan sungai tersebut. Ada

banyak manfaat yang diperoleh dari sungai sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Salah satu potensi paling besar untuk pendapatan daerah adalah dengan

memanfaatkannya sebagai sarana pariwisata. Penulis karena itu mengambil judul

penelitian “Kebijakan Pengelolaan Sungai Integratif dalam Pengembangan

Wisata Pasar Terapung Kota Banjarmasin : Studi pada Pasar Terapung

Siring Sungai Martapura”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana kebijakan pengelolaan sungai integratif dalam pengembangan

wisata pasar terapung Kota Banjarmasin ?

2. Bagaimana peran masyarakat dalam pengembangan wisata pasar terapung

Kota Banjarmasin ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian

sebagai berikut.

1. Kebijakan pengelolaan sungai integratif dalam pengembangan wisata pasar

terapung Kota Banjarmasin.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

10

2. Memahami peran masyarakat dalam pengembangan wisata pasar terapung

Kota Banjarmasin.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

bersifat teoritis maupun praktis, di antaranya sebagai berikut.

A. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam

perkembangan ilmu pengetahuan terkait pengelolaan sungai untuk pengembangan

wisata Kota Banjarmasin. Hasil penelitian ini selain itu juga diharapkan dapat

menambah wawasan keilmuan pembaca serta menjadi referensi bagi pihak-pihak

yang melakukan penelitian serupa.

B. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

Pertama, dapat menjadi bahan evaluasi dan kajian bagi pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan daerah. Kedua, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi referensi untuk meningkatkan kesadaran bagi masyarakat terkait

pentingnya sungai bagi kehidupan.

1.5 Definisi Konseptual

A. Kebijakan

Kebijakan menjadi salah satu hal terpenting dalam suatu pemerintahan.

Pemerintah selalu merumuskan kebijakan dalam memecahkan permasalahan

masyarakat. Hal itu pula yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan.

Pelaksanaan pembangunan harus memiliki dasar agar bisa dilaksanakan seutuhnya.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

11

Kebijakan menurut Dye diartikan sebagai pilihan pemerintah untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever governments choose to do or

not to do).10 Pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan harus benar-benar

memikirkan kebijakan tersebut dapat bermanfaat ataukah tidak. Perlu analisis yang

matang dalam pertimbangan merumuskan suatu kebijakan. Pemerintah karena itu

dapat memilih untuk melakukan suatu tindakan ataukah tidak.

Kebijakan Pemerintah Kota Banjarmasin dalam menanggapi permasalahan

pasar terapung merupakan pilihan pemerintah yang harus dipertimbangkan secara

matang. Program revitalisasi pasar terapung dalam hal ini menjadi pilihan

pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Infrastruktur atau hal-hal yang

terperinci lainnya dalam konteks lokasi pasar terapung yang baru merupakan

pilihan yang telah dipilih oleh pemerintah. Pemerintah kemudian mengisi pasar

terapung tersebut dengan memberdayakan masyarakat.

B. Pengelolaan Sungai Integratif

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan istilah Pengelolaan Sungai

Integratif yang merupakan sinonim dari Pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai)

Terpadu. Suyono berpendapat Pengelolaan Sungai Integratif adalah serangkaian

kegiatan dengan berbagai cara yang saling terkait dengan penuh pertimbangan

untuk mencapai suatu tujuan. Tujuannya yaitu mencapai kelestarian DAS agar

dapat memberikan manfaat yang maksimal dan berkesinambungan bagi

kesejahteraan manusia.11 Pengelolaan DAS Terpadu sangat memungkinkan bagi

10 Dye dalam Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, 2012, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika 11 Suyono dalam Naharuddin dkk, Buku Ajar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Aplikasinya dalam Proses

Belajar Mengajar, 2018, Palu: Untad Press

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

12

pemerintah untuk menjalin kerjasama dengan berbagai elemen baik dari pihak

swasta maupun perguruan tinggi atau bahkan pihak masyarakat.

Notohadiprawiro menjelaskan ada beberapa alasan pengelolaan DAS harus

diselenggarakan secara terpadu.12 Pertama, adanya keterkaitan pengelolaan

sumberdaya alam dan pembinaan aktivitas manusia dalam penggunaannya. Kedua,

pengelolaan DAS dari segi jenis ilmu yang mendasarinya bercirikan multidisiplin.

Ketiga, penyelenggaraan pengelolaan DAS bersifat lintas sektoral, sehingga tidak

ada instansi yang mempunyai kewenangan secara utuh.

Pengelolaan sungai di Banjarmasin saat ini mulai banyak diperhatikan tidak

hanya oleh pemerintah, tetapi juga dari perguruan tinggi maupun komunitas-

komunitas pecinta lingkungan. Hal ini dikarenakan permasalahan Kota

Banjarmasin dalam sepuluh tahun terakhir ini yang menyebabkan sungai tercemar

dan keruh akibat sampah dan lalu lintas perahu motor dan kapal-kapal kecil di

wilayah Banjarmasin. Kerja sama dari berbagai pihak karena itu sangat diperlukan

untuk menanggulangi permasalahan tersebut agar sungai dapat lebih banyak

diperoleh manfaat darinya.

C. Pengembangan Wisata

Pengembangan wisata merupakan bentuk dari konsep pariwisata

berkelanjutan (Sustainable Tourism) dan pembangunan berkelanjutan (Sustainable

Development). Hal ini merupakan upaya pemerintah dalam melaksanakan

pembangunan khususnya di bidang pariwisata. Pengembangan wisata karena itu

12 Notohadiprawiro dalam Sudaryono, Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu, Konsep

Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. III No. 02, hlm. 153-158

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

13

menjadi sebuah keharusan pemerintah dalam menata suatu daerah serta untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat.

Pengembangan wisata dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik sebuah

destinasi wisata. Para wisatawan harus memperoleh kesan terbaik saat berwisata ke

destinasi wisata di suatu daerah. Hal ini berarti para wisatawan harus memperoleh

pengalaman terbaik ketika berkunjung ke suatu daerah. Hal ini juga dimaksukan

agar wisatawan tersebut tidak menyesal berkunjung ke destinasi wisata tersebut.

Inilah tujuan pengembangan wisata yang perlu diupayakan agar wisata di suatu

daerah memperoleh hasil yang maksimal.

1.6 Definisi Operasional

A. Kebijakan Pengelolaan Sungai Integratif dalam Pengembangan

Wisata Pasar Terapung Kota Banjarmasin

Kebijakan Pengelolaan Sungai Integratif meliputi peran pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan wisata sungai khususnya wisata pasar terapung. Peran

pemerintah dalam hal ini sangat berkaitan dengan kebijakan, program, tindakan

maupun hasil yang diperoleh. Peran pemerintah tersebut karenanya dapat dibagi

menjadi beberapa poin sebagai berikut.

1. Perda Kota Banjarmasin Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Sungai

2. Pengelolaan Sungai di Kota Banjarmasin

3. Kebijakan Wisata Berbasis Sungai Kota Banjarmasin

4. Pembangunan Kawasan Siring Sungai Martapura

5. Kegiatan Pengelolaan dan Pengembangan Wisata Pasar Terapung

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

14

B. Peran Masyarakat dalam Pengembangan Wisata Pasar Terapung

Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan wisata sungai tidak terlepas

dari peran masyarakat. Masyarakat juga bahkan sangat memungkinkan akan

mendukung peran pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan. Peran masyarakat

dalam hal ini dapat dibagi menjadi beberapa poin sebagai berikut.

1. Partisipasi Masyarakat dalam Wisata Pasar Terapung

2. Dampak Ekonomi Pasar Terapung terhadap Kehidupan Masyarakat

1.7 Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Jenis penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

menyelidiki suatu keadaan yang terjadi dan disajikan dalam bentuk laporan

penelitian. Hasil penelitian tidak dimanipulasi ataupun direkayasa oleh peneliti.

Peneliti hanya memotret objek atau wilayah yang diteliti kemudian memaparkan

apa adanya melalui laporan penelitian secara lugas.13

B. Sumber Data

1. Primer

Sumber data primer adalah sumber yang dikumpulkan peneliti melalui

sumber yang pertama.14 Ssumber data primer pada penelitian ini adalah Kepala

Bidang Pengembangan Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Banjarmasin, Kepala Bidang Sungai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,

dan Kepala Asosiasi Pedagang Pasar Terapung Siring Sungai Martapura.

13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 2010, Jakarta: Rineka Cipta 14 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, 2006, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

15

2. Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti guna

menunjang sumber data primer.15 Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah

dokumentasi berupa potret lapangan, data digital serta data tertulis.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan pemantauan perhatian

terhadap suatu objek menggunakan seluruh alat indera.16 Observasi dalam

penelitian ini dilakukan dengan melihat langsung fenomena kegiatan ekonomi di

pasar terapung, kunjungan wisatawan serta keadaan lingkungan sekitar pasar

terapung. Adapun pada penelitian ini menggunakan catatan dalam melakukan

pengamatan keadaan di lapangan dan sekitarnya.

2. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh data dari terwawancara.17 Wawancara pada

penelitian ini dilakukan untuk menggali informasi tentang peran pemerintah dalam

pengelolaan dan pengembangan wisata pasar terapung serta peran masyarakat dan

dampak pasar terapung terhadap ekonomi masyarakat sekitar. Terwawancara akan

dijelaskan di sub subyek penelitian.

15 Ibid 16 Arikunto. Op Cit, hlm. 156 17 Ibid, hlm. 155

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

16

3. Dokumentasi

Dokumentasi asal katanya adalah dokumen yang berarti barang-barang

tertulis.18 Dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh dari data-data tertulis yang

dimiliki subjek penelitian. Data-data tersebut dalam hal ini dapat berupa dokumen

tentang pasar terapung, laporan jumlah wisatawan, potret lapangan, dan lain-lain.

D. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini antara lain :

1. Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Banjarmasin

2. Kepala Bidang Sungai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

Banjarmasin

3. Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Terapung Siring Sungai Martapura

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Banjarmasin. Adapun lokasi

penelitian secara rinci adalah Kantor Dinas PUPR Kota Banjarmasin di Jl. Brigjen

Hasan Basri No.82 Kecamatan Banjarmasin Utara, Kantor Disbudpar Kota

Banjarmasin Jl. Banua Anyar Kecamatan Banjarmasin Timur, serta Pasar Terapung

Siring Sungai Martapura di Jl. Kapt. Pierre Tendean Kecamatan Banjarmasin

Tengah.

18 Ibid, hlm. 158

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

17

F. Teknik Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara

dan dokumentasi. Peneliti akan terlebih dahulu menganalisa data-data yang telah

diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti kemudian akan

memasukkan data-data yang sesuai kebutuhan penelitian ke dalam pembahasan

disertai keterangan ataupun deskripsi.

2. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan menyisihkan data-data yang tidak

diperlukan. Reduksi data dilakukan sejak pengumpulan data awal penelitian.

Reduksi data dilakukan dengan cara meringkas data, mencocokkan kesesuaian

dengan tema serta hal lainnya yang diperlukan dengan maksud menyisihkan data

yang tidak relevan.

3. Display Data

Display data dilakukan dengan menyajikan data-data yang telah melalui tahap

reduksi. Kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam bagian pembahasan dalam

bentuk teks naratif, matriks, diagram, tabel maupun bagan. Peneliti akan

menarasikan data-data yang diperoleh melalui observasi, wawancara maupun

dokumentasi pada saat melaksanakan turun lapang.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan di akhir kegiatan analisis data. Kesimpulan

akan diperoleh dari rangkaian kegiatan yang telah disusun dengan mengacu pada

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah,

18

data yang telah diperoleh. Penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang

merupakan makna dari penelitian tersebut.