BAB I PENDAHULUAN 1.1 . Latar Belakang -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 . Latar Belakang -...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Dimana saja di dunia ini, tidak pernah manusia hidup di dalam isolasi
yang komplit, absolut dan permanen. Apabila toh terjadi juga, bahwa ada
manusia yang hidup secara terasing secara komplit, maka sifat pengasingan itu
tidak permanen. Atau diluar kekuasaan seseorang terpaksa hidup secara terasing
absolut dan permanen. Kontak sosial itu diperlukan secara prinsipil oleh manusia,
karena hanya di dalam kehidupan bersama dengan manusia lain sajalah,
berkembang potensi-potensi yang ada pada manusia itu menjadi satu kepribadian.
Dan kontak sosial itu diperlukan secara terus menerus agar kepribadiannya dapat
mengikuti proses yang wajar (Harsojo, 1967:240).
Dilihat dari segi biologinya saja, manusia dalam banyak hal ketinggalan
dari makhluk-makhluk lain yang bukan manusia. Gajah dan beruang jauh lebih
kuat dari manusia, antilop dan macan tutul jauh lebih cepat larinya, dan burung
elang jauh lebih tajam penglihatannya dari pada manusia. Memang kekuatan
manusia tidak terletak dalam kemampuan individuilnya secara biologis,
melainkan kekuatan manusia terletak dalam hasil dari pada kooperasinya dengan
manusia lain. Dengan bekerja bersama-sama berhasil mengusai seluruh isi dari
planet kita ini. Semua jenis hewan tunduk kepada manusia. Kehidupan bersama
itu tidak semata-mata mempunyai tujuan untuk dapat mengalahkan makhluk-
Universitas Sumatera Utara
makhluk lain, akan tetapi perlu agar manusia dapat melangsungkan kehidupan
jenisnya.
Apabila hewan karena anatominya yang khusus itu, segera sesudah ia
dilahirkan¸ dengan bantuan alam dapat segera langsung menyesuaikan dirinya
kepada lingkungan alamnya, maka manusia membutuhkan waktu relatif lama
untuk dapat menyesuaikan dirinya kepada lingkungan alam, sosial dan lingkungan
transendennya. Sebagai makhluk biologis, manusia dikenal oleh hukum-hukum
biologis, artinya untuk kelangsungan hidup manusia harus pandai menyesuaikan
dirinya kepada lingkungan alam, dan lingkungan sosial di sekitar tempat tinggal
manusia tersebut. Dengan perkataan lain untuk dapat melangsungkan
kehidupannya manusia harus makan, minum, membutuhkan oxygen dan harus
menghindarkan diri dari sakit dan kematian. Dan untuk dapat memenuhi
kebutuhan dasar dari kehidupan itu, manusia tidak dapat melakukannya sendiri,
akan tetapi ia harus ditolong oleh orang lain dalam satu pranata sosial yang
tertentu.
Demikian pula sebagai makhluk sosial psychis, bagi keseimbangan
emosinya, manusia harus berhubungan dengan manusia yang lain. Kondisi
emosionil dan psychis manusia boleh dikatakan amat dipengaruhi oleh relasi
sosialnya. Dengan perkataan lain, seseorang itu pada suatu ketika menjadi susah
atau bergembira dan riang hatinya, disebabkan oleh pengaruh sikap penilaian,
anggapan-anggapan, yang dia terima dari orang lain. Dari sini jelaslah, bahwa
bagi kesejahteraan badan dan rokhaniahnya, manusia bersama-sama harus
menciptakan satu kondisi sosial yang harmonis. Segala masalah kemanusiaannya
timbul di dalam milieu itu pula. Hanya dalam beberapa hal, yakni jika manusia
Universitas Sumatera Utara
mempunyai masalah yang tidak dipecahkan secara sosial, maka ia memohon
kepada Tuhannya untuk mendapat bantuan taufik dan hidayah.
Kodrat alamiah manusia sebagai mahkluk sosial-psychis itu
menyebabkan timbulnya bentuk-bentuk dari organisasi dan relasi antar manusia,
yang berdiri atas dua landasan yaitu :
a. Organisasi symbiotik yang terdiri semata-mata atas tingkah laku fisik yang
bersifat otomatis.
b. Organisasi sosial yang berdiri atas komunikasi dengan menggunakan sistem
lambang.
Kontak dengan menggunakan sistem lambang menimbulkan interaksi
sosial yang berlaku pada dataran panca indera, emosi dan intelektuil. Apabila kita
berbicara tentang organisasi sosial, maka yang dimaksudkan ialah, bahwa untuk
mencapai tujuannya timbul kelompok sosial dari usaha tersebut. Dengan
perkataan lain organisasi sosial mempunyai aspek fungsi dan aspek struktur.
Dalam aspek fungsionilnya organisasi sosial itu memperlihatkan manifestasinya
dalam aktfitas kolektif dari manusia untuk mencapai tujuannya, yaitu dari
memelihara, mendidik sampai kepada melakukan peperangan misalnya. Dan dari
aktivitas kolektif itu timbul kelompok-kelompok yang menjalankan aktifitas
seperti keluarga, negara dan sebagainya. Secara keseluruhan maka organisasi
sosial dilihat dari sudut implikasi strukturilnya melliputi struktur dari kelompok
sosial, pola umum baru kebudayaan manusia pada setiap waktu dan tempat dan
seluruh frame work dari pada pranata-pranata sosial. Organisasi sosial itu pada
dasarnya adalah produk dari kodrat manusia (Harsojo, 1967:241-242).
Universitas Sumatera Utara
Adapun pengaturan dari pada tata-hubungan jika ada dua orang atau
lebih yang hendak mengadakan hidup bersama memerlukan beberapa syarat.
1. harus ada ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial yang dapat
diterima oleh anggota-anggota kelompok.
2. harus ada kekuasaan atau otoritas yang mempunyai keuasaan memaksa
dalam melaksanakan tata hubungan sosial.
3. adanya pengaturan dan penyusunan individu-individu dalam kelompok-
kelompok dan lapisan sosial tertentu yang menggambarkan adanya
koordinasi dan subordnasi.
4. anggota-anggota yang hidup dalam berbagai bidang, dapat hidup dalam
suasana harmoni, yang saling memberi kepuasan.
5. adanya tingkah laku yang telah merupakan standard itu disalurkan atau
dipaksakan dengan mechanisme-mechanisme tekanan-tekanan sosial,
menjadi satu pola yang merupakan pedoman bagi tingkah laku manusia.
Dalam kepustakaan antropologi ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menyebut satu aspek dari kebudayaan yang mengatur penyusunan manusia dalam
kelompok-kelompok yang tercakup di dalam masyarakat. Istilah yang
dipergunakan oleh banyak ahli antropologi untuk membatasi pengertian tersebut
adalah organisasi sosial. Herskovits mengatakan bahwa organisasi sosial itu
meliputi lembaga-lembaga yang menetapkan posisi dari laki-laki dan perempuan
di dalam masyarakat, dan karenanya melahirkan relasi antar masyarakat.
Kategori ini terbagi dalam 2 kelas lembaga-lembaga, yaitu lembaga-
lembaga yang timbul dari kekerabatan, lembaga-lembaga yang berkembang dari
asosiasi bebas di antara individu-individu. Struktur kekerabatan meliputi keluarga
Universitas Sumatera Utara
dan pengembangannya sampai kelompok-kelompok seperti clan. Asosiasi bebas
yang tidak dibangun atas dasar kekerabatan meliputi berbagai-bagai bentuk dari
pengelompokan berdasarkan sex, umur dan dalam arti yang lebih luas, struktur
sosial itu juga meliputi relasi sosial yang mempunyai karakter politik yang
berdasarkan atas daerah tempat tinggal dan status. Atau dengan singkat, studi
mengenai organisasi sosial menurut Herskovits meliputi studi tentang prinsip-
prinsip berkelompok berdasarkan kekerabatan dan organisasi politik.
Ahli antropologi lain yaitu W.H.R. Rivers, dalam Harsojo (1967)
melihat organisasi sosial sebagai proses yang menyebabkan individu
disosialisasikan dalam kelompok. Ia berpendapat, bahwa dia dapat juga
mengganti studi mengenai organisasi sosial menjadi studi tentang social
groupings, dan bagian-bagian dari fungsi sosial yang mengiringi pengelompokan
itu. Ia mengatakan bahwa ruang lingkup penyelidikan mengenai organisasi sosial
meliputi struktur dan fungsi dari pada kelompok. Adapun fungsi tersebut dapat
dibagi dalam dua bagian:
a. fungsi yang berhubungan antara kelompok dengan kelompok dan
b. fungsi yang bermacam-macam dari pada kelompok sosial itu adalah pranata-
pranata sosial.
Raymond firth, dalam Harsojo (1967), mengemukakan arti yang khusus
bagi konsep organisasi sosial. Dalam bukunya “elements of social organization”,
ia mengemukakan bahwa Antropologi sosial menyelidiki “human social process
comparatively”. Dengan proses sosial disini dimaksudkan operasi dari kehidupan
sosial, cara bagaimana aksi dan existensi dari pada manusia hidup itu
mempengaruhi manusia lain yang hidup dalam suau relasi tertentu. Dalam
Universitas Sumatera Utara
penyelidikan mengenai relasi sosial apakah istilah ini digunakan dalam rangka
pengertian tentang masyarakat, kebudayaan atau community, dapatlah dibedakan
antara struktur, fungsi dan organisasinya. Dalam hubungan ini Firth melihat
pengertian mengenai struktur sosial itu sebagai pola-pola ideal, sedang organisasi
sosial dilihatnya sebagai aktivitas konkrit. Ide tentang organisasi ialah bahwa ada
sejumlah orang yang menjalankan suatu pekerjaan dengan aksi yang
direncanakan bersama. Organisasi adalah satu proses sosial dan pengaturan aksi
berturut-turut konform dengan tujuan yang dipilih. Organisasi sosial adalah
penyusunan dari relasi sosial yang dilakukan dengan jalan pemilihan dan
penetapan.
Dalam pemilihan dan penetapan ruang gerak organisasi, banyak jenis
ruang geraknya seperti, organisasi tang bergerak dalam bidang pertanian,
kesehatan, politik dan juga agama serta jenis ruang gerak lainnya. Organisasi yang
bergerak dalam bidang agama biasanya melakukan penyampaian dakwah
terutama dalam agama islam.
Penyampaian dakwah melalui organisasi sosial dakwah
sebelumnya telah lama dijalankan oleh individu atau kelompok umat islam,
misalnya melalui interaksi dagang yaitu munculnya serikat dagang islam (SDI)
tahun 1912 dan banyak lagi muncul organisasi sosial dakwah lainya, seperti
Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Dan tahun 70an telah banyak
menyebar kemasyarakat islam dan mereka rata-rata menyukainya, yaitu antara
lain dakwah yang disampaikan oleh organisasi musik seperti soneta yang
dipimpin oleh H. Rhoma Irama melalui nada dan dakwahnya. Perkembangan
organisasi sosial dakwah juga tidak ketinggalan di kota Medan yaitu
Universitas Sumatera Utara
berkembangnya jama’ah tabligh di Medan dan wilayah sekitarnya mulai tahun
1979. Bermula dari masuknya Jama’ah tabligh dari India, Pakistan juga dari
negara Asia lainnya, dakwah yang dilaksanakan oleh organisasi jama’ah tabligh
ini mendapat perhatian yang khusus dari berbagai lapisan masyarkat baik itu
masyarakat kelas atas, menengah dan terlebih lagi kelas bawah di kota ataupun di
desa. Anggapan mereka mengenai organisasi sosial dakwah Jama’ah Tabligh ini
merupakan suatu hal yang sangat berbeda sekali dengan penyamapian dakwah
umat Islam lainya, dan mereka menyatakan baru sekarng ini menjumpai hal
tersebut pada jama’ah tabligh.
Jama’ah tabligh adalah sebuah jama’ah islamiyah yang dakwahnya
berpijak pada penyampaian (tabligh) tentang keutamaan-keutamaan ajaran islam
kepada setiap orang yang dapat dijangkau. Jama’ah tabligh ini menekankan
kepada setiap pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk
menyampaikan dan menyebarkan dakwah dengan menjauhi bentuk-bentuk
kepartaian dan masalah-masalah politik (WAMY, 1993:74).
Pengaruh jama’ah tabligh yang bergerak dan berkembang dari India juga
sampai di Mesir, Jordania, Libanon, Syiria, Yaman, dan negara-negara Arab
lainnya (Timur Tengah). Betapa banyaknya orang-orang yang tadinya berpaling
dari Allah SWT. kembali bertaubat dan taat kepada Allah SWT.. sudah barang
tentu, para pakar pembaharuan dan tokoh-tokoh agama mengetahui hal tersebut.
Demikianlah sambutan terhadap jama’ah tabligh dan pengaruhnya dikalangan
umat. Pergerakan dakwah jama’ah tabligh bukan hanya di timur tengah tetapi
meluas kepenjuru dunia seperti di negara-negara Afrika yaitu : di Maroko, Al-
Jazair, Tunisia, libya dan negara Afrika lainnya. Disamping Afrika, Eropa dan
Universitas Sumatera Utara
Amerika juga menjadi sasaran gerakan dakwah jama’ah tabligh dimana Islam
semakin tumbuh dan berkembang di kalangan pekerja-pekerja muslim sehingga
banyak mesjid-mejid baru yang dibangun untuk mendirikan shalat. Di sana, kaum
muslimin sangat bangga memakai atribut-atribut Islam seperti memelihara
jenggot, sorban, gamis, dan berbagai penampilan yang sangat menarik orang
untuk memeluk Islam. Puluhan tahun sebelumnya, seorang muslim di Eropa tidak
akn sanggup menampakan keislamannya. Apalagi di Amerika, kebanyakan
diantara mereka adalah pemabuk dan meninggalkan shalat. Mereka menjadi
seperti orang Eropa dan Amerika, baik bahasanya, pakaiannya, maupun
perbuatannya. Sehingga sampailah disana pergerakan dakwah yang dibawa
jama’ah tabligh untuk menegakan kembali aqidah dan ajaran Islam di negeri yang
pada mulanya tidak nampak adanya tanda-tanda Islam. Namun, Islam kini tengah
berkembang pesatnya ditempat tersebut tanpa pedang (Abdul Khaliq Pirzada,
2003).
Penyampaian dakwah jama’ah tabligh memfokuskan pada kaum laki-laki
sedangkan perempuan (keluarga perempuan) mereka hanya melalui interaksi
sosial dirumah. Adapun kegiatan dakwah yang mereka lakukan yaitu keluar
Medan dan keluar negeri, waktu mereka melakukan interaksi sudah ditentukan
yaitu mulai dari satu hari, tiga hari, tujuh hari, sepuluh hari, empat puluh hari dan
empat bulan. Dalam kegiatan sosial dakwah ini mereka lakukan secara
berkelompok yang dipimpin oleh seorang ketua yang disebut “Amir Syaf”.
Sekembali mereka dari berinteraksi sosial dakwah keluar, mereka juga melakukan
interaksi sosial dakwah yang sama yaitu ditempat tinggal mereka masing-masing.
Penyampaian dakwah yang mereka sampaikan sudah ditentukan dan tidak boleh
Universitas Sumatera Utara
menyimpang dari yang telah ditentukan terdahulu (terorganisir). Dari latar
belakang yang diuraikan sebelumnya penulis terdorong untuk meneliti tentang
organisasi sosial jama’ah tabligh dengan studi kasus jama’ah tabligh jalan
gajah(mesjid hidayatul islamiyah) .
1.2. Perumusan Masalah
Dari apa yang telah diuraikan pada latar belakng sebelumnya dapatlah
dirumuskan permasalah yang ingin diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Struktur kerja organisasi sosial jama’ah tabligh di mesjid
Hidayatul Islamiyah (jalan gajah Medan).
2. Bagaimanakah organisasi jama’ah tabligh dalam menjalankan dakwah.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui struktur kerja organisasi sosial jama’ah tabligh
2. Untuk mengetahui organisasi jama’ah tabligh dalam menjalankan dakwah.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Menambah reperensi penelitian dibidang organisasi sosial
2. Dapat mengetahui struktur dan cara dakwah organisasi jama’ah tabligh
1.5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tentang organisasi sosial jama’ah tabligh ini adalah
mesjid Hidayatul Islamiyah tepatnya Jalan Gajah Medan. Alasan mengambil atau
memilh lokasi tersebut karena:
Universitas Sumatera Utara
1. Mesjid Hidayatul Islamiyah tersebut secara struktur organisasi jama’ah
tabligh merupakan markas propinsi bagi jama’ah tabligh. Jadi sangat relevan
untuk di jadikan lokasi penelitian untuk masalah yang ingin dikaji oleh peneliti.
2. Lokasi penelitian tersebut tidak begitu jauh dari tempat tinggal peneliti,
hal ini juga membantu serta memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian
1.6. Tinjauan Pustaka
Dalam kepustakaan antropologi ada beberapa istilah yang digunakan
untuk menyebut satu aspek dari kebudayaan yang mengatur penyusunan manusia
dalam kelompok-kelompok yang tercakup di dalam masyarakat. Istilah yang
dipergunakan oleh banyak ahli antropologi untuk membatasi pengertian tersebut
adalah organisasi sosial. Herskovits dalam Harsojo (1967), mengatakan bahwa
organisasi sosial itu meliputi lembaga-lembaga yang menetapkan posisi dari laki-
laki dan perempuan di dalam masyarakat, dan karenanya melahirkan relasi antar
masyarakat.
Ahli antropologi lain yaitu W.H.R. Rivers, dalam Harsojo (1967)
melihat organisasi sosial sebagai proses yang menyebabkan individu
disosialisasikan dalam kelompok. Ia berpendapat, bahwa dia dapat juga
mengganti studi mengenai organisasi sosial menjadi studi tentang social
groupings, dan bagian-bagian dari fungsi sosial yang mengiringi pengelompokan
itu. Ia mengatakan bahwa ruang lingkup penyelidikan mengenai organisasi sosial
meliputi struktur dan fungsi dari pada kelompok. Adapun fungsi tersebut dapat
dibagi dalam dua bagian:
c. fungsi yang berhubungan antara kelompok dengan kelompok dan
Universitas Sumatera Utara
d. fungsi yang bermacam-macam dari pada kelompok sosial itu adalah pranata-
pranata sosial.
Raymond firth, dalam Harsojo (1967) mengemukakan arti yang khusus
bagi konsep organisasi sosial. Dalam bukunya “elements of social organization”,
ia mengemukakan bahwa Antropologi sosial menyelidiki “human social process
comparatively”. Dengan proses sosial disini dimaksudkan operasi dari kehidupan
sosial, cara bagaimana aksi dan existensi dari pada manusia hidup itu
mempengaruhi manusia lain yang hidup dalam suau relasi tertentu. Dalam
penyelidikan mengenai relasi sosial apakah istilah ini digunakan dalam rangka
pengertian tentang masyarakat, kebudayaan atau community, dapatlah dibedakan
antara struktur, fungsi dan organisasinya. Dalam hubungan ini Firth melihat
pengertian mengenai struktur sosial itu sebagai pola-pola ideal, sedang organisasi
sosial dilihatnya sebagai aktivitas konkrit. Ide tentang organisasi ialah bahwa ada
sejumlah orang yang menjalankan suatu pekerjaan dengan aksi yang
direncanakan bersama. Organisasi adalah satu proses sosial dan pengaturan aksi
berturut-turut konform dengan tujuan yang dipilih. Organisasi sosial adalah
penyusunan dari relasi sosial yang dilakukan dengan jalan pemilihan dan
penetapan. Disamping itu istilah organisasi sosial di dalam kepustakaan
Antropologi, juga sering dipakai sebagai konsep tentang struktur sosial.
Adapun faham tentang struktur sosial itu banyak diselidiki oleh ahli-ahli
Antropologi sosial di Inggris Radcliffe-Brown misalnya mengemukakan bahwa
struktur sosial adalah jaringan-jaringan yang kompleks dari relasi sosial yang
sebenarnya di dalam setiap masyarakat. Evans Pritchard, juga seorang ahli
Antropologi sosial di Inggris yang menganggap definisi itu terlalu luas,
Universitas Sumatera Utara
membatasi diri dengan mengatakan, bahwa struktur sosial adalah “those relative
enduring relations, which unite persisting groups into a total social system”
(harsojo, 1967:243-244).
Sekarang ini dunia sedang mengalami perubahan besar – besaran dalam
berbagai bidang kehidupan, semua ini tidak terlepas dari interaksi sosial yang ada.
Perubahan itu terjadi antara lain dalam bidang ekonomi, sosial, budaya serta
khususnya pada bidang agama yaitu pergeseran nilai agama yang merupakan hal
yang esensial untuk dikaji saat ini. Perubahan ini terjadi karena adanya arus
globalisasi, kemajuan teknologi, misalnya pengaruh parabola, internet dan lain-
lain. Sebagaimana yang dikemukakan berger mengenai modernitas (1977:70),
yaitu mengacu pada transformasi dunia yang disebabkan oleh inovasi, teknologi
beberapa negara dengan dimensi ekonomi, sosial dan politiknya. Modernitas juga
membawa perubahan yang revolusioner pada derajat kesadaran manusia,
khususnya pada nilai agama, kepercayaan dan bahkan jaringan emosional
kehidupan, atau dengan kata lain kesadaran dalam kehidupan yang sudah terpola
berupa nilai – nilai bersama semakin berkurang dalam kehidupan masyarakat
misalnya kurang rasa gotong-royong, rasa tolong-menolong dan saling
menghargai. Masyarakat indonesia sebagian besar adalah pemeluk agama Islam,
demikian pula halnya di kota Medan yang penduduknya mayoritas bergama Islam.
Kita lihat dalam kehidupan sehari-hari nilai atau norma agama Islam mulai
berkurang pengaruhnya, dimana masyaratat Islam cenderung mengkramati kerja,
keuntungan, kekuasaan yang mendorong induvidualisme.
Bagi seorang antrropolog, pentingnya agama terletak pada kemampuannya
untuk berlaku; bagi seorang individu atau sebuah kelompok sebagai sumber
Universitas Sumatera Utara
konsep umum namun jelas, tentang dunia, diri, dan hubungan-hubungan diantara
keduanya, disatu pihak, yaitu model dari segi agama itu, dan di lain pihak sumber
disposisi-disposisi “mental” yang berakar, yang tak kurang jelasnya, yaitu model
untuk segi agama itu. Dari fungsi-fungsi kultural ini, pada gilirannya, mengalirlah
fungsi-fungsi sosial dan psikologisnya (Geertz, 1992). Menurut Berger (1977 :78),
bahwa agama merupakan benteng paling tangguh untuk melawan eksistensi tanpa
arti (meaninglesness). Atau agama sudah menjadi sumber pembenaran dunia
sosial yang paling efektif. Sekularisasi berarti penyusutan kepercayaan terhadap
usaha- usaha mengesahkan eksistensi. Jadi dalam hal ini agama sedang dalam
keadaan goyah. Sebagai penantang terbesar ialah perkembangan ilmu yang telah
menggeser kedudukan agama sebagai sumber penjelas. Ziauddin Sardar (1993 :
36), seorang cendikiawan muslim, mengemukakan bahwa kecuali kelompok kecil
yang berani melawan dominasi – dominasi yang dipaksakan berbagai isme dan
mempertahankan apa yang mereka miliki yaitu sebagai nilai/norma Islam yang
harus disampaikan melalui interaksi sosial dakwah.
Koentjaraningrat (1990 :376-377), semua aktivitas manusia yang
bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya
disebut emosi keagamaan, atau religious emotion. Emosi keagamaan ini biasanya
pernah dialami setiap manusia, walaupun getaran emosi itu mugkin hanya
berlangsung untuk beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang kembali.
Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan tindakan – tindakan
yang bersifat religi.Emil Durkheim menyebutkan unsur-unsur religi terdiri dari
emosi keagamaan, sistem kepercayaan, sistem ritus, kelompok keagamaan, alat-
alat fisik yang digunakan dalam keagamaan.
Universitas Sumatera Utara
Dakwah islam dalam pelaksanaannya menempuh cara yang lentur, kreatif
dan bijak agar tujuan pokoknya tercapai yaitu restorasi dan rekonstruksi
kemanusiaan secara individu dan kolektif yang akan membawanya ke tingkat
yang tinggi (ahsani taqwa). Untuk mencapai tujuan itu, maka Al-qur’an menuntut
adanya perintah dakwah yang wajib bagi seluruh umat islam sesuai dengan
kemampuan. Al-qur’an juga menuntut adanya segolongan umat Islam yang
melaksanakan tugas dakwah secara profesional (QS. 3:104). Mereka diharapkan
mampu mendekati objek (sasaran) dakwah sesuai dengan bahasa yang paling
mereka kuasai dan senangi. Dengan demikian, dakwah dalam pengembangannya
selalu bersikap terbuka untuk memanfaatkan segala hasil kreatifitas dan
produktifitas.
Dalam Islam proses kegiatan dakwah melekat pada upaya mengarahkan
manusia supaya muslim. Fitrah beragama yang dibawa manusia sejak lahir harus
diarahkan agar berkembang dengan ajaran agama Islam. Setiap muslim harus
mendapat siraman wahyu dan memiliki kesuburan iman, tugas risalah para Rasul
ini merupakan tugas setiap masyarakat Islam. Jadi, kehadiran agama bagi manusia
adalah membimbing fitrah manusia agar berkembang sejalan dengan sifat
fitrahnya, cenderung pada kesuciaan dan kebenaran. Suatu sistem religi dalam
suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri – ciri untuk sedapat mungkin
memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya
(Koentjaraningrat, 1990 :377).
Demikian dalam penyampaian dakwah ini tidak terlepas dengan pelaksana
dakwah dan pendengar dakwah (masyarakat sekitarnya) yang berinteraksi dan
saling bersesuaian dalam melaksanakan kegiatannya. Dan objek atau sasaran
Universitas Sumatera Utara
dakwah yang berupa manusia yang harus dibimbing dan dibina menjadi manusia
yang beragama sesuai dengan tujuan dakwah. Dalam mencapai tujuan tersebut,
tindakan-tindakan dikendalikan secara sistematis dan konsisten (terorganisasi),
banyak nilai agama berasal dari kegiatan yang timbul dari prakteknya (Haviland,
1988).
Jama’ah tabligh adalah sebuah jama’ah islamiyah yang dakwahnya
berpijak pada penyampaian (tabligh) tentang keutamaan-keutamaan ajaran Islam
kepada setiap orang yang dapat dijangkau. Jama’ah tabligh ini menekankan
kepada setiap pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk
menyampaikan dan menyebarkan dakwah dengan menjauhi bentuk-bentuk
kepartaian dan masalah-masalah politik(WAMY, 1993:74).
1.7. Metodologi
1.7.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriftif dengan
metode observasi dengan terlibat (obsesevasi partisipasi), dengan arti kata bahwa,
penulis berada dalam arena kegiatan objek untuk mengamati dan mempelajari
realitas yang berhubungan dengan masalah yang ingin dikaji. Selain
menggunakan metode observasi, peneliti juga menggunakan metode wawancara
mendalam, untuk mengetahui lebih baik lagi tentang apa yang di lakukan jama’ah
tabligh tersebut.
Dalam menentukan informan, peneliti menerapkan keriteria sebagai
berikut :
1. Beragama Islam
Universitas Sumatera Utara
2. Angota jama’ah tabligh mesjid Hidayatul Islamiyah, Jalan gajah
Medan
3. Berusia delapan belas tahun ke atas
4. Pernah aktif dalam kegiatan jama’ah tabligh
Demikian kriteria yang peneliti tetapkan yang menjadi informan dalam
penelitian penulis guna mendapatkan informasi dan data yang peneliti butuhkan
sesuai dengan masalah yang dikaji.
1.7.2. Analisa Data
Analisa akan dilakukan secara kualitatif sesuai dengan metode yang
digunakan dalam penelitian ini. Maka semua data yang diperoleh, disusun dan
diolah dan kemudian dianalisis agar dapat mempermudah kegiatan dan hasil
penelitian dapat dasimpulkan Penganalisaan akan dilakukan dalam bentuk
deskriptip analisis artinya apa yang kelak akan menghasilkan suatu bentuk laporan
sebagai hasil akhir dari penelitian yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara