BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileIndustri tepung tapioka juga merupakan jenis...

9
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubikayu merupakan komoditi pertanian terbesar di Propinsi Lampung dibanding padi dan jagung dilihat dari nilai produksinya. Nilai produksi ubikayu pada tahun 2005 sebesar 4.67 juta ton sedangkan nilai produksi padi dan jagung sebesar 2.09 juta ton dan 1.21 juta ton (BPS Propinsi Lampung, 2005). Kebijakan pengembangan tanaman ubikayu tidak terlepas dari kemampuan ubikayu yang memiliki daya adaptasi tinggi untuk tumbuh dan berkembang pada lahan kering yang banyak terdapat di Propinsi Lampung, serta sifat dari usaha budidaya ubikayu yang rendah investasi (Zakaria, 2000). Ubikayu yang dihasilkan oleh Propinsi Lampung merupakan bahan baku utama bagi industri tepung tapioka. Ketersediaan ubikayu menjadikan Lampung sebagai produsen tepung tapioka utama dengan volume produksi sebesar 689000 ton pada tahun 2005. Hasil produksi tepung tapioka dari Propinsi Lampung terutama ditujukan untuk pasar domestik (Diskoperindag, 2007). Keberadaan industri tepung tapioka di Propinsi Lampung menjadi penting berkaitan dengan penyediaan lapangan pekerjaan, dimana 64% penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan berasal dari industri tepung tapioka (Supriyati et al., 2006). Industri tepung tapioka juga merupakan jenis agroindustri yang menyerap tenaga kerja ke tiga terbanyak setelah industri tempe dan tahu (Deptan, 2000) dalam (Asnawi, 2002). Di sisi lain keberadaan industri tepung tapioka di Propinsi Lampung berkaitan dengan penurunan kualitas lingkungan. Limbah cair dari industri tepung tapioka merupakan salah satu kontributor polutan utama yang menyebabkan penurunan kualitas badan sungai di Propinsi Lampung (Bapedalda Propinsi Lampung, 2004). Industri tepung tapioka adalah industri dengan tingkat pencemar air (COD) yang 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileIndustri tepung tapioka juga merupakan jenis...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileIndustri tepung tapioka juga merupakan jenis agroindustri ... teknologi, sosial, dan ... Sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ubikayu merupakan komoditi pertanian terbesar di Propinsi Lampung dibanding

padi dan jagung dilihat dari nilai produksinya. Nilai produksi ubikayu pada tahun

2005 sebesar 4.67 juta ton sedangkan nilai produksi padi dan jagung sebesar 2.09

juta ton dan 1.21 juta ton (BPS Propinsi Lampung, 2005). Kebijakan

pengembangan tanaman ubikayu tidak terlepas dari kemampuan ubikayu yang

memiliki daya adaptasi tinggi untuk tumbuh dan berkembang pada lahan kering

yang banyak terdapat di Propinsi Lampung, serta sifat dari usaha budidaya

ubikayu yang rendah investasi (Zakaria, 2000). Ubikayu yang dihasilkan oleh Propinsi Lampung merupakan bahan baku utama

bagi industri tepung tapioka. Ketersediaan ubikayu menjadikan Lampung

sebagai produsen tepung tapioka utama dengan volume produksi sebesar

689000 ton pada tahun 2005. Hasil produksi tepung tapioka dari Propinsi

Lampung terutama ditujukan untuk pasar domestik (Diskoperindag, 2007).

Keberadaan industri tepung tapioka di Propinsi Lampung menjadi penting

berkaitan dengan penyediaan lapangan pekerjaan, dimana 64% penyerapan

tenaga kerja sektor industri pengolahan berasal dari industri tepung tapioka

(Supriyati et al., 2006). Industri tepung tapioka juga merupakan jenis agroindustri

yang menyerap tenaga kerja ke tiga terbanyak setelah industri tempe dan tahu

(Deptan, 2000) dalam (Asnawi, 2002).

Di sisi lain keberadaan industri tepung tapioka di Propinsi Lampung berkaitan dengan penurunan kualitas lingkungan. Limbah cair dari industri tepung tapioka merupakan salah satu kontributor polutan utama yang menyebabkan penurunan kualitas badan sungai di Propinsi Lampung (Bapedalda Propinsi Lampung, 2004). Industri tepung tapioka adalah industri dengan tingkat pencemar air (COD) yang

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileIndustri tepung tapioka juga merupakan jenis agroindustri ... teknologi, sosial, dan ... Sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan

tertinggi yaitu 2.972 mg/l disusul oleh industri pulp, dengan nilai COD berada pada kisaran 1.240-2.174 mg/l (Wiryawan et al., 2001). Konsumsi tepung tapioka di dalam negeri cenderung meningkat dari tahun ke

tahun. Hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai bahan bahan baku atau bahan

pembantu untuk industri seperti industri makanan dan minuman, tekstil, kertas,

sorbitol dan lain sebagainya (Richana et al., 2004). Data konsumsi tepung tapioka

dilihat dari realisasi produksi tepung tapioka nasional dengan memperhatikan

nilai ekspor dan impor dari Departemen Perindustrian menunjukkan pertumbuhan

konsumsi dalam negeri rata-rata sebesar 9 persen pertahun (Gambar 1.1).

0200000400000600000800000

100000012000001400000

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Tahun

Kon

sum

si (T

on/ta

hun)

Konsumsi tapioka

Gambar 1.1 Konsumsi Tepung Tapioka Dalam Negeri (Depperin, 2007)

Kekurangan suplai tapioka yang digunakan di dalam negeri diimpor dari Thailand

yang merupakan penghasil tepung tapioka terbesar di dunia. Volume impor

tepung tapioka dari Thailand cenderung meningkat dari tahun ketahun (Gambar

1.2). Masuknya tepung tapioka impor tidak terlepas dari faktor harga komoditi

tepung tapioka impor yang bersaing dengan tepung tapioka domestik termasuk

tepung tapioka dari Propinsi Lampung (Diskoperindag Propinsi Lampung, 2005).

2

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileIndustri tepung tapioka juga merupakan jenis agroindustri ... teknologi, sosial, dan ... Sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Tahun

Nila

i im

por (

ton/

tahu

n)impor

Gambar 1.2 Volume Impor Tepung Tapioka Indonesia (Thai Tapioca Trade Association, 2007 (diolah))

Selama ini untuk mendorong peningkatan produksi tepung tapioka di Propinsi Lampung dilakukan dengan meningkatkan produksi ubikayu melalui perluasan areal tanam ubikayu dan peningkatan produktivitas tanaman ubikayu. Sampai tahun 2030 pemerintah daerah mentargetkan perluasan areal tanam ubikayu mencapai 1 juta ha dengan produktivitas tanaman mencapai 100 ton per ha. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan suplai bahan baku bagi industri pengolahan ubikayu (Diskoperindag, 2005). Untuk kebijakan pemerintah pusat terkait dengan industri tepung tapioka adalah penetapan tarif masuk untuk tepung tapioka impor dari 5% untuk periode sebelum tahun 2005 menjadi 10 % pada periode 2005 dan seterusnya (Depkeu, 2005). Sedangkan untuk penanganan air limbah cair tapioka umumnya digunakan instalasi pengolahan air limbah dalam bentuk kolam terbuka berupa kolam anaerob, kolam fakultatif dan kolam aerob (Prayati et al., 2006). Dengan memperhatikan perkembangan konsumsi tapioka dalam negeri yang terus

meningkat menjadi dasar pertimbangan bagi industri tepung tapioka di Propinsi

Lampung untuk ditingkatkan pertumbuhannya. Peningkatan produksi tepung

tapioka diharapkan dapat meningkatkan penyediaan lapangan pekerjaan di

Propinsi Lampung. Namun dalam usaha peningkatan produksi diharapkan tidak

diikuti dengan peningkatan beban pencemar yang berasal dari limbah cair industri.

Penelitian ini mencoba melakukan analisa terhadap serangkaian kebijakan lain sebagai usaha untuk meningkatkan pertumbuhan industri tepung tapioka. Melalui kebijakan yang dirancang selain dapat meningkatkan pertumbuhan

3

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileIndustri tepung tapioka juga merupakan jenis agroindustri ... teknologi, sosial, dan ... Sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan

industri diharapkan peningkatan beban pencemar yang dihasilkan oleh industri tepung tapioka dapat dikurangi. Dalam melakukan analisa suatu kebijakan, diperlukan suatu pendekatan untuk

membantu menentukan kebijakan yang akan dipilih. Salah satu dasar dalam

memilih suatu pendekatan yang akan digunakan adalah karakteristik dari sistem

yang akan dikaji. Agrosistem secara umum merupakan sektor yang kompleks

sehingga tidak dapat direncanakan tanpa sudut pandang sistem. Di dalamnya

terdapat keterkaitan beberapa faktor, seperti situasi persaingan, ekonomi,

teknologi, sosial, dan lingkungan (Wilk & Fensterseifer, 2000).

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menangani sistem yang

komplek adalah pendekatan sistem dinamis. Pendekatan sistem dinamis adalah

metode yang dapat digunakan untuk memahami sistem yang komplek yang berubah

secara dinamis dengan sejalannya waktu. Tujuan utama dari penggunaan

pendekatan sistem dinamis adalah meningkatkan pemahaman terhadap suatu

sistem. Pemahaman yang baik selanjutnya digunakan untuk membantu

menentukan kebijakan atau rekomendasi untuk memperbaiki kinerja sistem

tersebut (Sterman,2000).

Industri tepung tapioka sebagaimana agrosistem umumnya dapat dikategorikan

sebagai sistem komplek, terkait dengan hubungan antar faktor didalamnya seperti

faktor produksi , tenaga kerja, pasar, dan lingkungan yang selalu berubah dari

waktu ke waktu. Oleh karena itu pendekatan yang akan dipilih untuk digunakan

dalam penelitian pengembangan industri tepung tapioka adalah pendekatan

sistem dinamis. Penggunaan pendekatan sistem dinamis diharapkan dapat

membantu menangani keterkaitan antar faktor di dalam sistem sehingga dapat

meningkatkan pemahaman terhadap sistem industri tepung tapioka sendiri.

Dengan pemahaman yang baik diharapkan akan membantu menentukan

rekomendasi kebijakan yang sesuai untuk meningkatkan kinerja dari sistem

industri tepung tapioka.

4

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileIndustri tepung tapioka juga merupakan jenis agroindustri ... teknologi, sosial, dan ... Sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas mengenai kondisi industri tepung

tapioka maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana keterkaitan antar faktor di dalam sistem industri tepung

tapioka?.

2. Bagaimana rancangan kebijakan yang dapat diterapkan untuk

meningkatkan produksi tepung tapioka dengan meminimumkan beban

pencemar ?.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Membangun suatu model yang dapat menerangkan keterkaitan antara

faktor di dalam sistem industri tepung tapioka dengan pendekatan sistem

dinamis.

2. Merancang skenario kebijakan yang dapat digunakan untuk meningkatkan

produksi tepung tapioka dengan meminimumkan beban pencemar yang

dihasilkan oleh industri tepung tapioka.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan beberapa manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan gambaran kepada berbagai pihak yang berkepentingan

tentang pengembangan komoditi tepung tapioka dalam pendukung

pembangunan ekonomi Propinsi Lampung.

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Propinsi Lampung dan

Departemen Perindustrian dalam perumusan kebijakan pengembangan

industri tepung tapioka selanjutnya.

3. Sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan sektor industri tepung

tapioka dan sektor agroindustri lainnya

5

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileIndustri tepung tapioka juga merupakan jenis agroindustri ... teknologi, sosial, dan ... Sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan

6

1.5 Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan dan asumsi dalam penelitian ini adalah :

1. Industri tepung tapioka yang dikaji adalah industri tepung tapioka di

Propinsi Lampung yang termasuk kelompok industri dengan kode HS

19.03.

2. Indikator yang digunakan untuk menilai kinerja sistem industri tepung

tapioka adalah tingkat produksi, jumlah tenaga kerja dan jumlah beban

pencemar.

3. Kajian jumlah beban pencemar dari industri tepung tapioka dibatasi pada

konsentrasi COD pada limbah cair industri.

4. Periode analisis simulasi model dibatasi dari tahun 2001 sampai dengan

2015.

5. Data yang digunakan adalah data sekunder dari berbagai instansi seperti

BPS, Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian (Pusdatin),

Diskoperindag Propinsi Lampung, Bapedalda Propinsi Lampung,

Disnaker Propinsi Lampung, Industri pengolahan tepung tapioka dan

hasil-hasil penelitian dari lembaga pendidikan dan pemerintah.

6. Skenario diterapkan pada tahun 2009

7. Faktor –faktor terkait dalam sistem industri tepung tapioka yang bersifat

kualitatif seperti keadaan politik, sosial, budaya dan keamanan tidak

dicakup dalam penelitian ini.

8. Tingkat teknologi yang digunakan dalam proses pembuatan tepung

tapioka diasumsikan tetap.

1.6 Posisi Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian

sebelumnya . Adapun posisi penelitian dapat dilihat pada tabel 1.1.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileIndustri tepung tapioka juga merupakan jenis agroindustri ... teknologi, sosial, dan ... Sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan

7

Tabel 1.1 Posisi Penelitian

I-7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileIndustri tepung tapioka juga merupakan jenis agroindustri ... teknologi, sosial, dan ... Sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan ditinjau dari tingkatan penelitian dibedakan menjadi tiga tingkatan. Prasanna (1996) dan Mulyanto melakukan penelitian untuk tingkat perusahaan. Kandelaars (1997), Nasution (2001), Asnawi (2002), Fuglie (2006) dan Supriyati (2006) melakukan penelitian pada tingkat sektor. Wilk (2000) dan Bonilla (2000) melakukan penelitian pada tingkat negara. Penggunaan pendekatan pada penelitian-penelitian di atas dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok. Kandelaars (1997) dan Nasution (2001) menggunakan pendekatan sistem dinamis, Asnawi (2002), Bonilla (2000), Fuglie (2006) menggunakan pendekatan ekonometrik. Wilk (2000) menggunakan pendekatan pakar, dan Supriyati (2006) menggunakan pendekatan input output. Dari indikator kinerja, Asnawi melakukan penelitian tentang nilai produksi tepung tapioka yang dipengaruhi oleh nilai bahan baku, tenaga kerja dan bahan bakar. Supriyati menganalisa penyerapan tenaga kerja yang terlibat pada industri tepung tapioka. Fuglie menganalisa perkembangan industri tepung yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan pertanian suatu negara dan struktur biaya produksi industri tepung-tepungan di Asia yang didominasi oleh biaya bahan baku dan tenaga kerja. Bonilla menganalisa kebijakan perdagangan seperti tarif ekspor dan impor suatu negara terhadap perkembangan agroindustri di negara berkembang dan maju. Sedangkan Wilk menyusun kerangka kebijakan untuk sistem agrobisnis ditinjau dari sisi produksi dan permintaan. Prasanna dan Mulyanto menganalisa sistem pengolahan limbah cair tapioka untuk mencari alternatif sistem pengolahan limbah cair industri tepung tapioka. Kandelaar memodelkan sektor pariwisata dengan indikator nilai tambah, investasi, beban pencemar dan produksi. Nasution memodelkan sektor perikanan dengan indikator produksi, tenaga kerja, profitabilitas dan pendapatan nelayan. Usulan penelitian adalah penelitian di sektor industri tepung tapioka untuk merancang kebijakan peningkatan kinerja industri tepung tapioka dengan menggunakan pendekatan sistem dinamis. Indikator yang akan digunakan untuk menilai kinerja industri tepung tapioka adalah tingkat produksi, jumlah tenaga kerja industri dan jumlah beban pencemar.

8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF fileIndustri tepung tapioka juga merupakan jenis agroindustri ... teknologi, sosial, dan ... Sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan

1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan hasil penelitian dibagi menjadi 6 bagian dengan urutan sebagai berikut : BAB 1 Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, posisi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Bab ini berisi teori-teori dan konsep untuk mendukung pengembangan model serta analisis kebijakan yang dibuat. Bab ini berisi teori tentang sistem industri tepung tapioka dan teori tentang pendekatan sistem dinamis. BAB III Metodologi Penelitian Bab ini berisi langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian. BAB IV Pengembangan Model Bab ini menguraikan pengembangan model dari sistem industri tepung tapioka. Pada bagian ini berisi tahap-tahap pemodelan sistem industri tepung tapioka dengan menggunakan pendekatan sistem dinamis. Bab ini berisi dasar pengembangan model, pembentukan struktur model dan validasi model. BAB V Analisis Perilaku Model Bab ini membahas perilaku model yang telah dibangun. BAB VI Perancangan Kebijakan Pada bab ini akan dikemukakan bahasan mengenai perancangan kebijakan yang akan dilakukan, meliputi jenis rancangan kebijakan, penerapan rancangan kebijakan dan implikasi dari rancangan kebijakan tersebut. BAB VII Kesimpulan dan Saran BAb ini berisi pokok-pokok hasil penelitian dan saran-saran yang berkaitan dengan sistem maupun perbaikan bagi model yang telah dibangun.

9