BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...

28
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serat Babad Sunan Prabu merupakan salah satu naskah koleksi perpustakaan Pura Pakualaman Yogyakarta dengan nomor koleksi 0104/PP/73, ukuran naskah 27x38 cm, ukuran kolom teks 16x32,2 cm, jumlah halaman 206 halaman, jumlah baris perhalaman 17 baris perhalaman, jenis kertas yang digunakan adalah kertas Eropa, berbentuk puisi/tembang macapat terdiri dari delapan pupuh yaitu Dhandhanggula (8 bait), Mijil (23 bait), Dhandhanggula (25 bait), Mijil (31 bait), Dhandhanggula (32 bait), Durma (243 bait), Sinom (278 bait) dan Dhandhanggula (43 bait), jumlah keseluruhan bait 683 bait, nama pemrakarsa dan nama penulis/penyalin tidak disebutan dalam teks. Serat Babad Sunan Prabu berisi gambaran umum peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Prabu Amangkurat IV. Teks diawali dengan peristiwa wafatnya Paku Buwana I dan dilanjutkan dengan pengangkatan Pangeran Dipati yang selanjutnya bergelar Prabu Amangkurat Senapati Ngalaga di Murti menggantikan Paku Buwana I. Teks dilanjutkan dengan masa bertahtanya Prabu Amangkurat IV, dimana cara untuk mempertahankan kepemimpinannya salah satunya dengan mencabut sejumlah benda kehormatan milik kedua adiknya yaitu Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar sehingga menimbulkan perlawanan. Diceritakan juga intrik-intrik dan perlawanan yang dilakukan oleh Kompeni di bawah komando Tuan Atmral Baritman yang memihak kepada Prabu Amangkurat IV. Kerjasama Prabu Amangkurat IV dengan Kompeni untuk melawan kedua pangeran berhasil, dimana mereka telah berhasil mengasingkan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Serat Babad Sunan Prabu merupakan salah satu naskah koleksi perpustakaan

Pura Pakualaman Yogyakarta dengan nomor koleksi 0104/PP/73, ukuran naskah

27x38 cm, ukuran kolom teks 16x32,2 cm, jumlah halaman 206 halaman, jumlah

baris perhalaman 17 baris perhalaman, jenis kertas yang digunakan adalah kertas

Eropa, berbentuk puisi/tembang macapat terdiri dari delapan pupuh yaitu

Dhandhanggula (8 bait), Mijil (23 bait), Dhandhanggula (25 bait), Mijil (31 bait),

Dhandhanggula (32 bait), Durma (243 bait), Sinom (278 bait) dan Dhandhanggula

(43 bait), jumlah keseluruhan bait 683 bait, nama pemrakarsa dan nama

penulis/penyalin tidak disebutan dalam teks.

Serat Babad Sunan Prabu berisi gambaran umum peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada masa Prabu Amangkurat IV. Teks diawali dengan peristiwa wafatnya

Paku Buwana I dan dilanjutkan dengan pengangkatan Pangeran Dipati yang

selanjutnya bergelar Prabu Amangkurat Senapati Ngalaga di Murti menggantikan

Paku Buwana I. Teks dilanjutkan dengan masa bertahtanya Prabu Amangkurat IV,

dimana cara untuk mempertahankan kepemimpinannya salah satunya dengan

mencabut sejumlah benda kehormatan milik kedua adiknya yaitu Pangeran Purbaya

dan Pangeran Blitar sehingga menimbulkan perlawanan.

Diceritakan juga intrik-intrik dan perlawanan yang dilakukan oleh Kompeni

di bawah komando Tuan Atmral Baritman yang memihak kepada Prabu

Amangkurat IV. Kerjasama Prabu Amangkurat IV dengan Kompeni untuk

melawan kedua pangeran berhasil, dimana mereka telah berhasil mengasingkan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

2

Pangeran Purbaya ke Pulau Kap. Hal ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk

suksesi kepemimpinan.

Suksesi kepemimpinan terdiri dari dua kata yaitu suksesi yang berarti suatu

proses pergantian dan kepemimpinan yang berarti cara memimpin (KBBI, 1992).

Arianto Sam (2008) mengatakan Suksesi adalah suatu proses perubahan,

berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam

jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan

komunitas semula.

Suksesi mengisyaratkan terjadinya pergantian kekuasaan. Kekuasaan adalah

kemampuan seseorang (golongan) untuk mempengaruhi orang (golongan) lain

(KBBI, 1988: 468). Arti yang lebih tegas, kekuasaan adalah kemampuan untuk

memaksakan kehendak pada orang lain, untuk membuat orang lain melakukan

tindakan-tindakan seperti yang dikehendaki oleh pemegang kekuasaan itu (Suseno,

1984: 98). Makna pokok kekuasaan itu terjadi oleh karena kekuasaan itu tidak dapat

dibagi rata kepada semua anggota masyarakat (Soemardjan, 1984: 337).

Paham Jawa, pembagian kekuasaan itu memang dapat berubah (Suseno,

1984: 100). Perubahan pembagian kekuasaan itulah yang merupakan bentuk

suksesi. Kepemimpinan merupakan sikap dari seorang individu yang memimpin

berbagai kegiatan dari suatu kelompok menuju suatu tujuan yang ingin dicapai

bersama-sama (Hemhill dan Coon, 1995).

Teori Kartini Kartono (1994 : 48) Kepemimpinan itu karakternya khas,

spesifik, dibutuhkan pada satu situasi tertentu. Sebab di dalam sebuah kelompok

yang melakukan kegiatan-kegiatan tertentu & memiliki sebuah tujuan serta

berbagai macam peralatan yang khusus. Pemimpin sebuah kelompok dengan ciri-

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

3

ciri yang karakteristik adalah fungsi dari situasi tertentu. Suksesi kepemimpinan

yaitu suatu proses peralihan dari suatu generasi ke generasi yang lain, selanjutnya

untuk memimpin sekelompok orang dalam satu wilayah atau lokal tertentu dan

untuk jangka waktu tertentu.

Penelitian terdahulu yang menggunakan tinjauan sosiologi sastra dan

dijadikan refrensi dalam penelitian ini diantaranya:

1. Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman el Shirazy dengan

Tinjauan Sosiologi sastra skripsi milik Anis Handayani (2009) dari

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas

Maret (UNS) Penelitian Anis Handayani mengusung sebuah novel karya

Habibburrahman el Shirazy yang menepis anggapan kaum sekuler bahwa

novel islami telah kehilangan nilai sastranya.

2. Skripsi berjudul Aspek Moralitas dalam Novel Edensor karya Andrea

Hirata dengan Tinjauan Sosiologi Sastra milik Anggun Khitriana Lestari

(2012) dari fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegori. Novel

Edensor adalah salah satu novel karya Andrea Hirata yang merupakan

potret latar belakang pendidikan di Indonesia. Dalam novel ini Andrea

Hirata melukiskan perjuangan dan kerja keras, serta pengalaman lahir

batin tokoh Ikal dan Arai ketika tinggal di Sorbonne, Prancis. Berbagai

konflik terjadi dalam novel menimbulkan aspek moralitas yang menjadi

pesan dalam novel ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap

kaitan antarunsur struktur dan mengungkapkan aspek moralitas dalam

novel Edensor. Hasil analisis novel Edensor adalah terdapat beberapa

nilai moralitas yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

4

misalnya tidak pernah putus asa pada cobaan berat dari Tuhan, ketulusan

dan kasih sayang kepada sesama, berusaha dan bekerja keras untuk

meraih cita-cita, menuntut ilmu, kesetiaan dan cinta sejati, dan

memegang teguh prinsip

3. Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya dengan

Tinjauan Sosiologi Sastra skripsi milik Tri Sakti Murti Astuti (2010) dari

Fakuktas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universistas

Muhamadiah Surakarta (UMS). kumpulan cerpen Protes karya Putu

Wijaya terkandung nilai sosial karena sebagian besar cerpennya memuat

kritik yang ditujukan terhadap ketimpangan sosial yang terjadi dalam

masyarakat. Ketimpangan tersebut dapat berupa kemiskinan, Perilaku

sewenang -wenang penguasa, dan kesenjangan sosial . Kemiskinan

merupakan hal yang paling penting untuk dibahas karena termasuk aspek

sosial yang paling banyak terjadi.

4. Disertasi Nilai- nilai Kehidupan Masyarakat Buton : Kajian Fisiologi

dan Sosiologi Sastra Suntingan Teks dan Terjemahan terhadap Naskah

Kabanti Ajonga Yinda Malusa oleh Drs. Ali Rosdin M.hum (2015) dari

Universitas Gajah Mada. Kajian sosiologi sastra menunjukkan bahwa

teks KAYM adalah sebuah karya sastra berbentuk puisi yang ditulis

untuk tujuan naratif, yakni membawakan cerita yang panjang mengenai

suatu hal, tersusun dalam bentuk empat baris dengan skema rima akhir

tidak beraturan, setiap larik atau beberapa larik merupakan kesatuan ide,

dan dapat digolongkan ke dalam puisi kata yang disajakkan.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

5

5. Skripsi berjudul Cerminan Zaman Kolonial: Analisis Sosiologi Sastra

pada Novel Soekarno Kuantar ke Gerbang Karya Ramadhan K.H oleh

Dwi Hastuti (2015) dari Universitas Gajah Mada yang bertujuan untuk

mengetahui cerminan zaman kolonial dan situasi sosial pengarang dalam

melatarbelakangi penciptaan novel Soekarno Kuantar ke Gerbang.

Berdasarkan penelitian terdahulu sebagai referensi dan sebatas

sepengetahuan penulis belum terdapat penelitian terhadap suntingan teks Babad

Sunan Prabu menggunakan kajian sosiologi sastra, maka perlu diadakan penelitian

terhadap suntingan teks Babad Sunan Prabu dengan menggunakan pendekatan

sosiologi Sastra.

Alasan pememilihan suntingan teks Babad Sunan Prabu ini sebagai objek

penelitian, karena Serat Babad Sunan Prabu ini mengandung tentang suksesi

kepemimpinan yang sangat menarik untuk dikaji. Pendekatan Sosiologi Sastra

dilipih sebagai pendekatan dalam penelitian ini karena masalah yang terdapat dalam

Serat Babad Sunan Prabu merupakan masalah sosial yaitu suksesi kepemimpinan.

Sosiologi sastra merupakan suatu pendekatan yang memperhitungkan nilai

penting berhubungan antara sastra dan masyarakat. Sastra dan masyarakat

dikatakan mempunyai suatu hubungan, hal tersebut berdasarkan pada: (1). Karya

sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan

orang banyak, (2). Pengarang merupakan anggota suatu masyarakat yang terikat

oleh status sosial tertentu, (3). Bahasa yang digunakan dalam karya sastra adalah

bahasa yang ada dalam suatu masyarakat, jadi bahasa itu merupakan ciptaan soaial,

(4). Karya sastra mengungkapkan hal-hal yang dipikirkan oleh pengarang dan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

6

pikiran-pikiran itu pantulan hubungan seseorang sebagai pengarang dengan orang

lain atau masyarakat (dalam Yudiono KS, 2000:3).

Tiga komponen pokok dalam pendekatan sosiologi sastra ada menurut

pendapat Waren dan Wellek (1990), ada tiga hal yaitu:

1. Sosiologi pengarang, yang mempermasalahkan status sosial, ideology

sosial, jenis kelamin penagarang, umur, profesi, agama atau keyakinan

pengarang, dll yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra.

2. Sosiologi karya sastra, yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri,

yaitu karya sastra dan tujuan karya sastra dan hal-hal yang tersirat dalam

karya sastra dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

3. Sosiologi pembaca, mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial

karya sastra terhadap masyarakatnya. (dalam Kasnadi&Sutejo, 2010:59).

Sosiologi sastra merupakan sebuah pendekatan yang bergerak dan melihat

faktor sosial yang menghasilkan karya sastra pada suatu masa tertentu, sehingga

dapat dikatakan bahwa faktor sosial sebagai mayornya dan sastra sebagai minornya.

Penelitian lain mengatakan bahwa sosiologi sastra bergerak dari faktor-faktor sosial

yang terdapat di dalam karya sastra dan selanjutnya dipakai untuk memahami

fenomena sosial yang ada di luar teks sastra. Berdasarkan kedua pengertian tersebut

dapat diambil kesimpulan bahwa sosiologi sastra merupakan suatu disiplin yang

memandang teks sastra sebagai pencerminan dari realitas sosial (Sangidu,2004: 27-

28). Penelitian menggunakan sosiologi sastra sebagai sarana pendekatan terhadap

objek kajian karena dipandang bahwa pendekatan sosiologi sastra yang paling tepat.

Mengingat bahwa penelitian ini bertujuan dapat mengangkat aspek-aspek

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

7

kemasyarakatan di dalam Serat Babad Sunan Prabu, khususnya yang berhubungan

dengan suksesi kepemimpinan.

Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik, mampu menghasilkan laporan

yang sistematis dan bermanfaat secara teoretis maupun secara praktis.

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat teoretis sebagai berikut.

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai

studi analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang

penelitian Babad yang memanfaatkan teori sosiologi sastra.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teori

sosiologi sastra dalam mengungkapkan Serat Babad Sunan Prabu.

c. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian karya sastra

Jawa dan menambah wawasan kepada pembaca tentang aspek

suksesi kepemimpinan dengan teori sosiologi sastra.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut.

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

kita tentang aspek suksesi kepemimpinan dengan teori sosiologi

sastra.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

mengaplikasikan aspek suksesi kepemimpinan dengan tinjauan

sosiologi sastra.

c. Melalui pemahaman mengenai aspek suksesi kepemimpinan dengan

teori sosiologi sastra diharapkan dapat membantu pembaca dalam

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

8

mengungkapkan makna yang terkandung dalam Serat Babad Sunan

Prabu.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini diberi judul

Sukesi Kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan Prabu (Sebuah Pendekatan

Sosiologi Sastra).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di

atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimanakah keterkaitan antarunsur struktural yang terdapat pada Serat

Babad Sunan Prabu berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi lapis bunyi,

lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis?

2) Bagaimanakah latar belakang terjadinya suksesi kepemimpinan dalam Serat

Babad Sunan Prabu?

3) Bagaimanakah dampak suksesi kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan

Prabu?

1.3. Tujuan Pembahasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, penelitian ini akan

mengkaji suksesi kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan Parbu dengan tinjauan

Sosiologi Sastra. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mendeskripsikan keterkaitan keterkaitan antarunsur struktural yang terdapat

pada Serat Babad Sunan Prabu berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi

lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

9

2) Mendeskripsikan latar belakang terjadinya suksesi kepemimpinan dalam

Serat Babad Sunan Prabu.

3) Mendeskripsikan dampak suksesi kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan

Prabu.

1.4. Batasan Masalah

Penelitian terhadap Serat Babad Sunan Prabu sebenarnya dapat dilakukan

dengan banyak pendekatan, namun dalam penelitian ini lebih memilih

menggunakan pendekatan Sosiologi Sastra karena masalah yang terdapat dalam

Serat Babad Sunan Prabu merupakan masalah sosial yaitu suksesi kepemimpinan.

Pembatasan masalah digunakan untuk membatasi mengenai kajian teori yang

digunakan untuk menganalisis data, pembatasan masalah juga berfungsi sebagai

pembatas kajian agar lebih terarah, tidak meluas dan sesuai tujuan penelitian.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1) Unsur-unsur struktural yang terdapat pada Serat Babad Sunan Prabu

berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi lapis bunyi, lapis arti, lapis objek,

lapis dunia dan lapis metafisis.

2) Latar belakang terjadinya suksesi kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan

Prabu.

3) Dampak suksesi kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan Prabu.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

10

1.5. Landasan Teori

1.5.1. Teori Suksesi

Suksesi merupakan perpindahan kepemimpinan dari pendahulu kepada

penerus (Sharma et al., 2001). Istilah suksesi diambil dari kata bahasa Inggris

succession, atau bahasa Latin succeio, yang berarti penggantian, urutan,

pewarisan ( Andi Hamzah, 1986).

Suksesi mengisyaratkan terjadinya pergantian kekuasaan. Kekuasaan

adalah kemampuan seseorang (golongan) untuk mempengaruhi orang

(golongan) lain (KBBI, 1988: 468). Arti yang lebih tegas, kekuasaan adalah

kemampuan untuk memaksakan kehendak pada orang lain, untuk membuat

orang lain melakukan tindakantindakan seperti yang dikehendaki oleh

pemegang kekuasaan itu (Suseno, 1984: 98). Makna pokok kekuasaan itu

terjadi oleh karena kekuasaan itu tidak dapat dibagi rata kepada semua anggota

masyarakat (Soemardjan, 1984: 337). Dalam paham Jawa, pembagian

kekuasaan itu memang dapat berubah (Suseno, 1984: 100). Perubahan

pembagian kekuasaan itulah yang merupakan bentuk suksesi.

Suksesi dalam pengertiannya dipandang sebagai proses perubahan

sosial politik dalam pengertian yang luas. Suksesi berkaitan dengan sistem

pembagian otoritas yang mengakibatkan timbulnya dua macam kategori sosial

di dalam masyarakat. Mereka yang menduduki sebagai pemenang otoritas,

yang baik secara substansial maupun arahnya berlawanan satu sama lain dalam

mencapai kepentingannya, sedangkan proses peralihan kewenangan atau

suksesi itu sendiri terdapat tiga cara. Yang pertama, secara turun temurun.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

11

Artinya bahwa peralihan suatu jabatan atau kewenangan yang dialihkan kepada

keturunan atau keluarga pemegang jabatan terdahulu, hal ini biasanya terjadi

pada pemerintahan otokrasi tradisional. Kedua, secara paksa yaitu jabatan atau

kewenangan yang terpaksa dialihkan kepada orang lain tidak menurut prosedur

yang sudah disepakati, melainkan dengan kekerasan seperti kudeta dan

revolusi. Ketiga, secara pemilihan yaitu dilakukan secara langsung melalui

badan perwakilan rakyat (Amien Rais, 1997:13).

Suksesi dan Keajaiban Kekuasaan dalam bukunya, Amien Rais

mengemukakan bahwa terdapat lima alasan mengapa harus terjadi sebuah

suksesi dalam sistem kekuasaan negara. Alasan-alasan tersebut antara lain :

1. Penguasa yang terlalu lama berkuasa akan cenderung melakukan tindak

korupsi.

2. Pimpinan nasional yang terlalu lama berkuasa akan melahirkan kultus

individu (the cult of individual), yang mana hal ini akan mengabaikan

rasionalisme manusia.

3. Suksesi, rotasi, atau regenerasi elit adalah sebuah keharusan dalam sebuah

sistem demokrasi yang ditandai dengan tingginya partisipasi rakyat dalam

menentukan kedudukan seorang pemimpin ataupun pengambilan

keputusan atau kebijakan negara.

4. Kelompok elit yang terlalu lama memegang kekuasaan cenderung

kehilangan misi ataupun kreativitas.

5. Sebuah lapisan yang sudah lama memegang kekuasaan secara perlahan

akan meyakini bahwa dirinya adalah personifikasi stabilitas dan eksistensi

negara.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

12

Suksesi politik sendiri memiliki kaitan yang erat dengan krisis legitimasi.

Bentuk konkrit dari hal ini adalah fenomena penurunan kepercayaan rakyat

terhadap suatu pemimpin bisa berdampak pada perubahan politik.

Dimaksudkan dengan legitimasi adalah legitimasi dari pemerintahan yang

sebelumnya. Apabila tingkat legitimasi rendah, maka sebuah suksesi politik

akan mudah terjadi. Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat legitimasi tinggi

maka sebuah suksesi politik akan sulit terjadi karena dukungan masyarakat

pada pemerintah besar. Dalam ilmu politik, legitimasi diartikan seberapa jauh

masyarakat mau menerima dan mengakui kewenangan, keputusan atau

kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin. Pada intinya legitimasi

merupakan kepatuhan dari yang diperintah terhadap yang memerintah.

Legitimasi ini merupakan wujud dukungan sukarela terhadap suatu pemimpin

atau pemerintahan. Dalam konteks legitimasi ini, hubungan antara pemimpin

dan masyarakat yang dipimpin lebih ditentukan oleh keputusan masyarakat

untuk menerima atau menolak kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin

(Amien Rais, 1997).

1.5.2. Teori Kepemimpinan

Teori Great Man dalam buku (Wuradji, 2009) mengatakan bahwa

pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan dibuat (leader are born, not

made) dan dilandasi oleh keyakinan bahwa pemimpin merupakan orang yang

memiliki sifat-sifat luar biasa dan dilahirkan dengan kualitas istimewa yang

dibawa sejak lahir dan ditakdirkan menjadi seorang pemimpin di berbagai

macam organisasi. Orang yang memiliki kualitas dapat dikatakan orang yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

13

sukses dan disegani oleh bawahannya serta menjadi pemimpin besar. Senada

dengan hal tersebut, (Kartono, 1994) dalam bukunya membagi definisi teori ini

dalam dua poin, yaitu seorang pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi terlahir

menjadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya dan

yang kedua dia ditakdirkan lahir menjadi seorang pemimpin dalam situasi

kondisi yang bagaimanpun juga. James (1980), menyatakan bahwa setiap

jaman memiliki pemimpin besar. Perubahan sosial terjadi karena para

pemimpin besar memulai dan memimpin perubahan serta menghalangi orang

lain yang berusaha membawa masyarakat kearah yang berlawanan.

Judith R. Gordon dalam buku (Wuradji, 2009) menyatakan bahwa

seorang pemimpin harus memiliki karakter, seperti kemampuan intelektual,

kematangan pribadi, pendidikan, status sosial ekonomi, human relations,

motivasi instrinsik dan dorongan untuk maju (achievement drive). Pendapat

Sondang P. Siagian (1994:75-76), bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki

ciri-ciri ideal diantaranya :

1. Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,

obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, dan orientasi masa

depan.

2. Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,

keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan

menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.

3. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan

skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan

mendidik dan berkkomunikasi secara efektif.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

14

Kepemimpinan merupakan sikap dari seorang individu yang memimpin

berbagai kegiatan dari suatu kelompok menuju suatu tujuan yang ingin dicapai

bersama-sama (Hemhill dan Coon, 1995)

Definisi kepemimpinan mencakup tiga elemen yaitu sebagai berikut:

(Pidekso dan Harsiwi, 2001:2)

a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept).

Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para

pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat

dalam definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus

mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berrelasi dengan

para pengikut mereka.

b. Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin

harus melakukan sesuatu. Seperti telah diobservasi oleh John Gardner

(1986-1988) kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas.

Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong

proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak

menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.

c. Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil

tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara,

sepertimmenggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model

(menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum,

restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

15

1.5.3. Teori Sosiologi Sastra

Sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji segala aspek kehidupan sosial

manusia (Kasnadi&Sutejo, 2010: 56). Sosiologi sastra merupakan suatu

pendekatan yang memperhitungkan nilai penting berhubungan antara sastra

dan masyarakat. Sastra dan masyarakat dikatakan mempunyai suatu hubungan,

hal tersebut berdasarkan pada: (1). Karya sastra diciptakan oleh pengarang

untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan orang banyak, (2). Pengarang

merupakan anggota suatu masyarakat yang terikat oleh status sosial tertentu,

(3). Bahasa yang digunakan dalam karya sastra adalah bahasa yang ada dalam

suatu masyarakat, jadi bahasa itu merupakan ciptaan sosial, (4). Karya sastra

mengungkapkan hal-hal yang dipikirkan oleh pengarang dan pikiran-pikiran

itu pantulan hubungan seseorang sebagai pengarang dengan orang lain atau

masyarakat (dalam Yudiono KS, 2000:3).

Tiga komponen pokok dalam pendekatan sosiologi sastra ada menurut

pendapat Waren dan Wellek (1990), ada tiga hal yaitu:

1. Sosiologi pengarang, yang mempermasalahkan status sosial, ideology

sosial, jenis kelamin penagarang, umur, profesi, agama atau keyakinan

pengarang, dll yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra.

2. Sosiologi karya sastra, yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri,

yaitu karya sastra dan tujuan karya sastra dan hal-hal yang tersirat dalam

karya sastra dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

3. Sosiologi pembaca, mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial

karya sastra terhadap masyarakatnya. (dalam Kasnadi&Sutejo, 2010:59).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

16

Sosiologi sastra merupakan sebuah pendekatan yang bergerak dan

melihat faktor sosial yang menghasilkan karya sastra pada suatu masa tertentu,

sehingga dapat dikatakan bahwa faktor sosial sebagai mayornya dan sastra

sebagai minornya. Penelitian lain mengatakan bahwa sosiologi sastra bergerak

dari faktor-faktor sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan selanjutnya

dipakai untuk memahami fenomena sosial yang ada di luar teks sastra.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

sosiologi sastra merupakan suatu disiplin yang memandang teks sastra sebagai

pencerminan dari realitas sosial (Sangidu,2004: 27-28).

Penelitian menggunakan sosiologi sastra sebagai sarana pendekatan

terhadap objek kajian karena dipandang bahwa pendekatan sosiologi sastra

yang paling tepat. Mengingat bahwa penelitian ini bertujuan dapat mengangkat

aspek-aspek kemasyarakatan di dalam Serat Babad Sunan Prabu, khususnya

yang berhubungan dengan suksesi kepemimpinan.

1.5.4. Teori Struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi lapis

bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis

Analisis struktural pada dasarnya bertujuan memaparkan secermat

mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara

bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tidak

cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi,

misalnya peristiwa, plot tokoh, latar atau yang lain. Namun, yang lebih penting

adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu, dan sumbangan apa

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

17

yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin

dicapai (Burhan Nurgiyantoro, 2000: 37).

Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,

mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsic karya

sastra yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1995: 37).

Roman Ingarden (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1995: 15)

menganalisis norma-norma puisi sebagai berikut: lapis suara/bunyi, lapis arti,

lapis objek yang dikemukakan, lapis dunia, dan lapis metafisis.

1. Lapis Bunyi

Puisi berupa satuan-satuan suara: suara suku kata, kata, dan

berangkai merupakan seluruh bunyi/suara sajak: suara frasa dan suara

kalimat. Dalam puisi analisis lapis bunyi ditujukan pada bunyi-bunyi atau

pola bunyi yang bersifat “istimewa” atau khusus, yaitu yang dipergunakan

untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni.

2. Lapis Arti

Berupa rangkaian fonem, suku kata, frase dan kalimat. Rangkaian

kalimat menjadi alinea, bab dan totalitas puisi.

3. Lapis Objek

Lapis satuan arti menimbulkan lapis yang ketiga, berupa objek-

objek yang dikemukakan, latar, pelaku, dan dunia pengarang. Pelaku atau

tokoh, latar waktu, latar tempat. Dunia pengarang adalah ceritanya, yang

merupakan dunia yang diciptakan oleh pengarang. Ini merupakan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

18

gabungan dan jalinan antara objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,

serta struktur cerita (alur).

4. Lapis Dunia

Lapis dunia yang tak usah dinyatakan atau dikemukakan, tetapi

sudah implisit dalam cerita ataupun karya sastra yang disampaikan.

5. Lapis Metafisis

Lapis metafisis adalah lapis yang menyebabkan pembaca

berkontemplasi/merenung dengan apa yang disampaikan dalam karya

sastra.

1.5.5. Serat Babad Sunan Prabu

Babad merupakan titik temu antara sastra dan sejarah. Realitas dalam

babad telah berpadu dengan kreativitas. Maka realitas itu telah menunjukkan

wajah baru. Dengan demikian, babad bukanlah mutlak dipandang sebagai

dokumen sejarah, tetapi juga dipandang sebagai teks yang secara kreatif, dan

menurut konvensi kebudayaan Bali, menafsirkan dan membayangkan hal – hal

sejarah dan bukan sejarah dalam rangka pandangan dunia masyarakat Bali.

Teks babad merupakan kenyataan yang diberi nilai dan makna lewat

cerita. Oleh karena itu, babad menjadi semacam model gaya bercerita yang

laku dalam kebudayaan Bali pada zaman itu. Demikian, seorang penulis babad

lebih menekankan pemberian makna dan eksistensi manusia lewat cerita,

peristiwa yang barangkali tidak benar secara faktual tetapi masuk akal secara

maknawi. Jadi, dalam membaca babad kita selalu sadar bahwa kita berada

dalam tegangan history dan story dengan kata lain, manusia dapat hidup dalam

perpaduan antara kenyataan dan impian yang kedua – duanya hakiki untuk kita

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

19

sebagai manusia. Oleh karena itu, keobjektifan mutlak tidak pernah tercapai

karena beberapa hal, yaitu: (1) Fakta – fakta tidak pernah lengkap, selalu

fragmentaris; (2) Penulis babad mau tak mau harus berlaku selektif, tidak

semua fakta dan data sama penting dan relevennya. Ia harus memilih dan

kriteria objektif untuk penyelesaian tidak ada sehingga cendrung menulis apa

yang sebaiknya ditulis bukan apa yang seharusnya ditulis; (3) Penulis babad

adalah manusia yang latar belakang, kecendrungan, pendiriannya bersifat

subjektif, ditentukan oleh pengalaman, situasi, dan kondisi hidupnya sebagai

manusia sosio – budaya pada masa dan masyarakat tertentu (Teeuw, 1988).

Serat Babad Sunan Prabu adalah salah satu naskah koleksi perpustakaan

Pura Pakualaman nomor koleksi 0104/PP/73, ukuran naskah 27x38 cm, ukuran

kolom teks 16x32,2 cm, jumlah halaman 206 halaman, jumlah baris

perhalaman 17 baris perhalaman, jenis kertas yang digunakan adalah kertas

Eropa, berbentuk puisi/tembang macapat terdiri dari delapan pupuh yaitu

Dhandhanggula (8 bait), Mijil (23 bait), Dhandhanggula (25 bait), Mijil (31

bait), Dhandhanggula (32 bait), Durma (243 bait), Sinom (278 bait) dan

Dhandhanggula (43 bait), jumlah keseluruhan bait adalah 683 bait, nama

pemrakarsa dan naman penulis/penyalin tidak disebutan dalam teks.

Serat Babad Sunan Prabu berisi gambaran umum peristiwa-peristiwa

yang terjadi pada masa Prabu Amangkurat IV. Teks diawali dengan peristiwa

wafatnya Paku Buwana I dan dilanjutkan dengan pengangkatan Pangeran

Dipati yang selanjutnya bergelar Prabu Amangkurat Senapati Ngalaga di Murti

menggantikan Paku Buwana I. Teks dilanjutkan dengan masa bertahtanya

Prabu Amangkurat IV, dimana cara untuk mempertahankan kepemimpinannya

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

20

salah satunya dengan mencabut sejumlah benda kehormatan milik kedua

adiknya yaitu Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar sehingga menimbulkan

perlawanan.

Dikisahkan juga intrik-intrik dan perlawanan yang dilakukan oleh

Kompeni di bawah komando Tuan Atmral Baritman yang memihak kepada

Prabu Amangkurat IV. Kerjasama Prabu Amangkurat IV dengan Kompeni

untuk melawan kedua pangeran berhasil, dimana mereka telah berhasil

mengasingkan Pangeran Purbaya ke Pulau Kap. Teks diakhiri dengan wafatnya

Prabu Amangkurat IV.

1.6. Metode Penelitian

Metode dalam suatu penelitian sangatlah diperlukan, karena berhasil tidaknya

suatu penelitan dipengaruhi oleh tepat tidaknya metode yang dipakai. Metode

adalah suatu cara kerja untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif.

1.6.1. Bentuk Penelitian dan Strategi Penelitian

Penelitian yang digunakan untuk mengkaji teks Babad Sunan Prabu

adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,

2004:3), metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif. Data deskriptif dalam penelitian ini berupa analisis kutipan-

kutipan wacana pada “Babad Sunan Prabu” untuk memberi gambaran.

Strategi penelitian yang digunakan peneliti adalah strategi penelitian

terpancang (embedded Research). Penelitian terpancang adalah penelitian yang

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

21

sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utama (Sutopo,

2002:112). Variabel utama dalam penelitian ini adalah suksesi kepemimpinan

“Babad Sunan Prabu” yang sudah ditentukan sebelumnya.

Ditinjau dari kasusnya, merupakan studi kasus tunggal (case study).

Studi kasus tunggal yaitu penelitian terarah hanya pada satu karakteristik

(Sutopo, 2002:112). Studi kasus tunggal dalam penelitian ini hanya pada

suntingan teks “Babad Sunan Prabu”. Penelitian ini menggunakan metode

embedded research and case study.

1.6.2. Data dan Sumber data

1.6.2.1. Data

Data pada dasarnya adalah bahan mentah yang dikumpulkan oleh

peneliti dari dunia yang dipelajarinya (Sutopo, 2002:73). Data dalam

penelitian ini berupa data kualitaitf. Data kualitatif adalah data yang tidak

terukur secara numerik, seperti jenis kelamin, agama, atau warna kulit.

Data dalam penelitian ini berupa teks yang berwujud bait-bait (satuan

peristiwa) yang terdapat pada suntingan teks Babad Sunan Prabu.

1.6.2.2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek penelitian dari mana data itu diperoleh

(Siswantoro, 2010:63). Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber

data primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang langsung dan segera

diperoleh dari sumber data dan penyelidikan untuk tujuan penelitian

(Surachmad, 1990:163). Sumber data primer dalam penelitian ini

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

22

adalah buku yang berjudul Babad Sunan Prabu oleh Rahmat, yang

diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tahun

2010 dengan ISBN: 978-979-008-355-4, yang merupakan suntingan

teks dari Naskah Babad Sunan Prabu, naskah koleksi perpustakaan

Pakualaman Yogyakarta dengan nomor koleksi 0104/PP/73.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang lebih dulu

dikumpuuulkan orang di luar penyidik, walaupun dikumpulkan orang

itu termasuk data asli (Surachmad, 1990:163). Data sekunder dalam

penelitian ini adalah hasil wawancara dengan Rahmat selaku peneliti

Filologi.

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengmupulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik content analysis dan interview.

Teknik content analysis digunakan dalam penelitian ini, content analysis

adalah metodelogi penelitian yang memanfaatkan prosedur untuk menarik

kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen (Lexy J. Moleong,

2011: 163)

Melalui content analysis data yang diperoleh secara cermat untuk dapat

diambil kesimpulan mengenai data yang digunakan dalam penelitian ini, serta

hal penting yang menjadi pokok persoalan penelitian, dengan demikian analisis

tersebut mengacu pada beberapa dokumen atau yang relevan dengan penelitian.

Tenik interview juga digunakan dalam penelitian ini. Interview adalah

percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

23

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(Lexy J. Moleong, 2007 : 186).

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam, ini bertujuan

untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi

pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi, Sulistyo-Basuki (2006:173).

Untuk menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin

kepada informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan

wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas

gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik penelitian.

Peneliti harus memperhatikan cara-cara yang benar dalam melakukan

wawancara, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti ganda,

taksa, atau pun yang bersifat ambiguitas.

b. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung banyak

pertanyaan khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya dipecah menjadi

beberapa pertanyaan baru. Pewawancara hendaknya mengajukan

pertanyaan yang konkrit dengan acuan waktu dan tempat yang jelas.

c. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan dalam rangka

pengalaman konkrit si responden.

d. Pewawancara sebaiknya menyebutkan semua alternatif yang ada atau

sama sekali tidak menyebutkan alternatif.

e. Wawancara mengenai hal yang dapat membuat responden marah ,malu

atau canggung, gunakan kata atau kalimat yang dapat memperhalus.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

24

Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan kepada Rahmat selaku

peneliti filologi terhadap Serat Babad Sunan Prabu.

1.6.4. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.

Berbeda dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap

analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-

dimensi uraian. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses

yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan

hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai untuk

memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu (dalam Lexy J. Moleong,

2000:103). Berdasarkan definisi di atas dapat disentesiskan menjadi, proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong, 2000:103).

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis

interaktif dengan teknik analisis interaktif yaitu berinteraksi tiga komponen

utama yang meliputi reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan beserta

verifikasinya (Miles dan Humberman dalam HB. Sutopo, 2006:113).

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

25

1.6.4.1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan, pengabstrakan dari semua jenis informasi yang tertulis

lengkap dalam catatan di lapangan (fieldnote). Sebagaimana diketahui,

reduksi data berlangsung terus menerus (H.B Sutopo, 2006:114).

Tahapan ini dimulai dengan membaca serta mengelompokkan data

berdasarkan deskripsi data yang meliputi struktur pembangun Serat Babad

Sunan Prabu, serta mengenai data tentang aspek sosiologi yang meliputi

latar belakang suksesi kepemimpinan serta dampak dari suksesi

kepemimpinan yang terdapat dalam Serat Babad Sunan Prabu, tahap ini

semua data yang terkumpul kemudian diidentifikasikan dan

diklasifikasikan.

1.6.4.1. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi,

deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutnya

memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data disusun

berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data dan disajikan

secara logis (H.B Sutopo, 2006:114-115). Tahapan ini dimulai dengan

membaca dan mengelompokkan data berdasarkan deskripsi data kemudian

disajikan dalam analisis struktural yang membangun dalam Serat Babad

Sunan Prabu maupun data mengenai aspek sosiologi sastra yang meliputi

suksesi kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan Prabu. Tahap ini semua

data yang terkumpul dideskripsikan, diidentifikasikan dan diklasifikasikan.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

26

Data yang telah dikelompokkan berdasarkan klasifikasinya, selanjutnya

disajikan berdasarkan karakteristik data. Setelah data-data yang ada

disajikan, kemudian dibuat deskripsi masing-masing data untuk

mempermudah tahap interprestasi.

1.6.4.2. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan

verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat pada reduksi maupun

sajian datanya, setelah sebelumnya sudah mengumpulkan data. Verifikasi

bertujuan untuk memantapkan, penelusuran kembali data. Menurut H.B.

Sutopo, proses ini disebut model analisis interaktif (2006:95). Penarikan

kesimpulan bertujuan untuk merumuskan apa yang sudah didapatkan dari

reduksi ataupun kegiatan penyajian data.

Proses atau siklus dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Skema Analisis Interaktif (HB.Sutopo, 2002: 96)

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

27

1.7. Validitas Data

Validitas data dalam penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan

data dengan berbagai teknik yang sesuai yang diperlukan untuk penelitian.

Dalam penelitian ini digunakan teknik trianggulasi, yaitu teknik yang didasari

pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik

kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang (Sutopo,

2002:78). Menurut Patton (dalam Sutopo, 2002:78) ada empat macam teknik

trianggulasi, yaitu: (1) trianggulasi data (data triangulation), (2) trianggulasi

peneliti (investigator triangulation), (3) trianggulasi metodologis

(methodoological triangulation), (4) trianggulasi teori (theoretical

triangulation).

Berdasarkan keempat teknik trianggulasi di atas, dalam penelitian ini

menggunakan model trianggulasi teori. Model trianggulasi teori delakukan dengan

menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang

dikaji (Sutopo, 2002:82). Dari berbagai perspektif teori tersebut akan diperoleh

pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak sehingga dapat dianalisis dan

ditarik kesimpulan yang utuh dan menyeluruh. Dalam menggunakan trianggulasi

ini, perlu memahami teori-teori yang digunakan dan berkaitan dengan masalah yang

diteliti sehingga mampu menghasilkan simpulan yang lebih mantap.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112028_bab1.pdf · Aspek Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Protes karya Putu Wijaya ... Kabanti Ajonga

28

1.8. Sistematika Penyajian

Sistematika penulisan merupakan tata urutan penulisan yang akan disampaikan

peneliti. Berikut sistematika penulisan Serat Babad Sunan Prabu:

1. Bagian Awal

Bagian ini mencakup 13 hal, yaitu : (a) sampul luar, (b) sampul dalam, (c)

persetujuan pembimbing, (d) pengesahan penguji, (e) halaman pernyataan, (f)

halaman motto, (g) halaman khusus/halaman persembahan, (h) kata pengantar,

(i) daftar isi, (j) daftar singkatan dan lambang, (k) daftar lampiran, (l) daftar

gambar, dan (m) abstrak.

2. Bagian Isi

Bagian isi mencakup 3 hal, yaitu:

a. Bagian pendahuluan meliputi : (1) latar belakang masalah, (2) batasan

masalah, (3) perumusan masalah, (4) tujuan pembahasan masalah, (5)

landasan teori, (6) metodologi penelitian, dan (7) sistematika penulisan.

b. Bagian isi merupakan inti dari penelitian yang memaparkan uraian pokok

masalah yang dibahas. Bagian berisi uraian atas masalah yang dibahas.

c. Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran.

3. Bagian Akhir

Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran.