BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, lembaga perbankan merupakan salah satu sarana yang mempunyai peran strategis untuk membiayai kepentingan pelaksanaan pembangunan nasional. Oleh sebab itu demi tercapainya keberhasilan tujuan pembangunan tersebut, sangat diperlukan lembaga perbankan yang sehat, kuat dan dipercaya sekaligus dikelola oleh tenaga-tenaga profesional dan berdedikasi tinggi. Dalam peranannya sebagai salah satu pilar ekonomi, lembaga perbankan dituntut untuk mampu mewujudkan tujuan perbankan nasional sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 atas perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Lembaga Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Sebagai lembaga kepercayaan masyarakat, Perbankan dituntut dapat bersaing secara global guna melindungi dana yang dititipkan masyarakat dalam kerangka yang benar sehingga pembangunan ekonomi nasional yang dicanangkan Pemerintah akan kukuh dan mandiri sebagai kesiapan suatu transformasi kemampuan usaha nasional yang bermula dari usaha kecil, hingga usaha besar. Persepsi ini, mengandung takaran untuk melibatkan aktivitas perbankan dalam

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, lembaga perbankan merupakan salah satu sarana yang

mempunyai peran strategis untuk membiayai kepentingan pelaksanaan

pembangunan nasional. Oleh sebab itu demi tercapainya keberhasilan tujuan

pembangunan tersebut, sangat diperlukan lembaga perbankan yang sehat, kuat dan

dipercaya sekaligus dikelola oleh tenaga-tenaga profesional dan berdedikasi

tinggi. Dalam peranannya sebagai salah satu pilar ekonomi, lembaga perbankan

dituntut untuk mampu mewujudkan tujuan perbankan nasional sebagaimana

terkandung dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 atas perubahan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yaitu menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan

rakyat banyak. Lembaga Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari

setiap negara.

Sebagai lembaga kepercayaan masyarakat, Perbankan dituntut dapat

bersaing secara global guna melindungi dana yang dititipkan masyarakat dalam

kerangka yang benar sehingga pembangunan ekonomi nasional yang dicanangkan

Pemerintah akan kukuh dan mandiri sebagai kesiapan suatu transformasi

kemampuan usaha nasional yang bermula dari usaha kecil, hingga usaha besar.

Persepsi ini, mengandung takaran untuk melibatkan aktivitas perbankan dalam

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

2

peraturan ekonomi sebagai pembawa misi yang mulia yakni mengelola dana

masyarakat sebagai penghimpun atau penyalur.

Bank adalah sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara, bahkan

pada era globalisasi sekarang ini, bank telah menjadi bagian sistem keuangan dan

sistem pembayaran dunia. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi

tempat bagi orang-perorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha

milik negara, bahkan lembaga lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang

dimilikinya.1

Dalam Black’s Law Dictionary, bank dirumuskan sebagai :

An institution, usually incopated, whose business to receive money on

deposit, cash, checks, or drafts, discount commercial paper, make loans,

and issue promissory notes payable to bearer known as bank notes. 2

Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

atas perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

menyatakan :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

masyarakat banyak”.3

Dalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat

dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta nasional, bank

pembangunan daerah (milik pemerintah daerah), dan bank asing, sedangkan untuk

bank campuran sejak Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sudah ditiadakan,

1Hermansyah,2012, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, KencanaPrenada Media Group,

Jakarta, h.7 2Ibid

3Suyatno Thomas,1993, Kelembagaan Perbankan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h.1.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

3

karena pada prinsipnya bank swasta nasional dapat dimiliki oleh pihak asing,

sehingga penggunanaan istilah bank campuran sudah tidak relevan lagi.

Penghapusan tersebut sekaligus menghilangkan perlakuan diskriminatif yang

dilakukan otoritas moneter antara bank nasional dan bank campuran selama ini.4

Mengenai jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia Menurut Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian disempurnakan

menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, jenis bank

meliputi :

a) Bank Umum

Bank Umum menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan-kegiatan usaha

yang dapat dilakukan oleh Bank Umum yaitu:

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

2) Menerbitkan surat pengakuan utang.

3) Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga danmelakukan

perhitungan dengan atau antar pihak ketiga

4

Dahlan Siamat,2001,Manajemen Lembaga Keuangan,Fakultas Ekonomi Univesitas

Indonesia, Jakarta, h. 29

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

4

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat menurut Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998, yaitu sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha

konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Tugas dari

Bank Perkreditan Rakyat meliputi:

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

2) Memberikan kredit kepada pengusaha kecil dan rumah tangga.

3) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi

hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan

Pemerintah.

Sebagaimana dijelaskan salah satu fungsi bank yaitu selain menghimpun

dana dari masyarakat juga menyalurkan dana dalam bentuk kredit. Kredit

merupakan suatu fasilitas yang didapat oleh bank untuk memperoleh pinjaman

dana. Dari pinjaman tersebut kemudian lahirlah hutang, yang mana hutang

tersebut harus dibayar oleh debitur, sesuai kesepakatan atau perjanjian yang telah

dilakukan oleh kedua belah pihak, serta ditandangani oleh debitur dan kreditur

(bank) berdasarkan syarat-syarat yang telah diajukan oleh Bank atau Lembaga

Keuangan untuk melakukan pinjaman kredit.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

5

Menurut pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

menyatakan bahwa pengertian kredit sebagai berikut:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga”.

Dalam bukunya yang berjudul Hukum Kredit dan Bank Garansi H.R.

Daeng Naja menyatakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kredit yaitu :

1) Kepercayaan, berarti bahwa setiap pelepasan kredit dilandasi dengan

adanya keyakinan oleh bank bahwa kredit tersebut akan dapat dibayar

kembali oleh Debiturnya sesuai dengan jangka waktu yang telah

diperjanjikan.

2) Waktu, disini berarti bahwa antara pelepasan kredit oleh bank dan

pembayaran kembali oleh Debitur tidak dilakukan pada waktu yang

bersamaan, tetapi dipisahkan oleh tenggang waktu.

3) Risiko, disini berarti bahwa setiap pelepasan kredit jenis apapun akan

terkandung risiko didalamnya, yaitu risiko yang terkandung dalam jangka

waktu anatara pelepasan kredit dan pembayaran kembali. Hal ini berarti

semakin panjang waktu kredit semakin tinggi pula risiko kredit tersebut.

4) Prestasi, disini berarti bahwa setiap kesepakatan terjadi antara bank dan

Debiturnya mengenai suatu pemeberian kredit, maka pada saat itu pula

akanterjadi prestasi dan kontra prestasi. 5

Pengertian kredit telah diartikan secara khusus yang telah meliputi

perjanjian peminjaman uang. Jadi obyeknya adalah berupa uang, tidak dalam

bentuk obyek lain seperti barang atau jasa. Sebagaimana dimaklumi, pembayaran

kredit selalu terjadi di masa yang akan datang, maka bank sebagai pemberi

pinjaman harus menilai apakah harapan debitur tentang kesanggupannya untuk

membayar kembali adalah cukup wajar.

5H.R. Daeng Naja,2005,Hukum Kredit dan Bank Garansi,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

h. 124-125

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

6

Salah satu hal terpenting dalam perjanjian kredit antara bank dengan Debitur

adalah adanya jaminan dari debitur atas kredit yang diberikan oleh bank. Jaminan

merupakan salah satu instrumen yang penting dan sangat dibutuhkan bank sebagai

salah satu syarat untuk menentukan setuju atau tidaknya kredit yang akan

dicairkan, disamping syarat-syarat lain yang harus dilengkapi. Jaminan ini pula

sebagai perlindungan keamanan bagi kreditur, apabila terjadi wanprestasi atau

cidera janji. Wanprestasi yaitu suatu keadaan dimana seseorang tidak memenuhi

kewajibannya yang didasarkan pada suatu perjanjian kontrak. Wanprestasi dapat

berarti tidak memenuhi prestasi sama sekali, atau terlambat memenuhi prestasi,

atau memenuhi prestasi secara tidak baik. Salah satu jaminan yang biasanya

dipakai yaitu jaminan yang berupa benda tidak bergerak dalam hal ini adalah

Tanah. Jaminan tanah tersebut harus dibuktikan dengan adanya dokumen paling

kuat dan akurat yaitu berupa Sertifikat Hak Milik. Kemudian, Sertifikat Hak Milik

tersebut diserahkan kepada kreditur sebagai bukti jaminan sertifikat atas tanah

yang dijaminkan. Agar tanah yang menjadi jaminan kredit mempunyai kepastian

hukum bagi kreditur, maka diperlukan adanya lembaga jaminan, dimana Lembaga

Jaminan yang dimaksud adalah Hak Tanggungan, yang mana nantinya akan

mampu memberi jaminan perlindungan hukum baik kepada debitur maupun

kreditur. Hak Tanggungan, menurut ketentuan pasal 1 butir 1 Undang-Undang

No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda

yang berkaitan atas tanah adalah : “Hak Jaminan yang dibebankan pada hak atas

tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

7

benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang

tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu

terhadap kredtur-kreditur lain”. Dari ketentuan diatas, maka Hak Tanggungan

pada dasarnya hanya dibebankan kepada hak atas tanah dan juga sering kali

terdapat benda-benda diatasnya bisa berupa bangunan, tanaman, dan hasil-hasil

lainnya yang secara tetap merupakan satu kesatuan dengan tanah yang dijadikan

jaminan. Hak Tanggungan sebagai salah satu lembaga hak jaminan atas tanah

untuk pelunasan utang tertentu sebagaimana diuraikan dalam penjelasan Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1996 alenia ke 3 mempunyai cirri-ciri antara lain:

a) Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada

pemegangnya.

b) Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapapun obyek

itu berada.

c) Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat

pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak

yang berkepentingan.

d) Mudah dan pasti pelaksaan eksekusinya,

Dengan ciri-ciri tersebut diatas diharapkan Hak Tanggungan atas tanah yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 menjadi kuat kedudukannya

dalam hukum jaminan mengenai tanah. Dengan demikian apabila debitur tidak

dapat memenuhi prestasinya dan terjadi wanprestasi, maka pihak bank atau

kreditur akan melakukan antisipasi pencegahan agar pihak bank pun tidak

mengalami kerugian.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

8

Bertitik tolak dari latar belakang diatas, tentang pelaksanaan perjanjian

kredit perbankan, maka penulis mengangkat judul yaitu “ PENYELESAIAN

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK

TANGGUNGAN PADA PT. BANK BUKOPIN, Tbk CABANG DENPASAR”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan

rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

1. Kriteria apakah yang dipakai pihak bank untuk menentukan debiturnya

telah melakukan wanprestasi?

2. Upaya apakah yang ditempuh pihak bank untuk menyelesaikan kredit

dengan jaminan hak tanggungan apabila debitur wanprestasi, khususnya

pada PT. Bank Bukopin, Tbk. Cabang Denpasar?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian yang

menggambarkan batas-batas permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah serta tidak menyimpang dari pokok

permasalahan yang sebenarnya dan tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Maka

diberikan batasan-batasan terhadap masalah yang akanditeliti. Adapun ruang

lingkup masalah pada skripsi ini adalah: Pada permasalahan pertama yang akan

dibahas adalah mengenai kriteria yang dipakai pihak bank untuk menentukan

debiturnya telah mengalami wanprestasidan selanjutnya pada permasalah yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

9

kedua akan dibahas tentang upaya yang ditempuh pihak bank untuk

menyelesaikan kredit dengan jaminan hak tanggungan apabila debitur

wanprestasi, khususnya pada PT. Bank Bukopin, Tbk. Cabang Denpasar.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian adapun dalam penelitian

kali ini peneliti menampilkan tiga skripsi sebagai perbandingan. Ini dimaksudkan

dalam rangka menumbuhkan semangat anti plagiat di dalam dunia pendidikan

Indonesia, maka mahasiswa diwajibkan untuk mampu menunjukkan orisinalitas

dari penelitian yang sedang ditulis dengan menampilkan beberapa judul penelitian

skripsi terdahulu sebagai pembanding. Adapun judul skripsi tersebut adalah :

No Judul skripsi Penulis Rumusan masalah

1 Kredit Macet dan

Penyelesaiannya pada BPR

Saraswati Ekabumi Denpasar

I Nyoman

Sutanegara

(Mahasiswa

Fakultas Hukum

Universitas

Udayana,

Denpasar,

Tahun) 2006.

1. Bagaimana upaya

penanggulangan

kredit macet oleh

BPR Saraswati

Ekabumi?

2. Bagaimana bentuk

penyelesaian

terhadap kredit

macet oleh BPR

Saraswati?

1. Penyelesaian Kredit Macet

Pada Lembaga Perkreditan

Desa (LPD) Desa Adat Bukih

Kecamatan Kintamani

I Gede Bukih

Aryananda

(Mahasiswa

Fakultas Hukum

Universitas

Udayana

Denpasar,

Tahun 2008)

1. Faktor-faktor apa

saja yang

menyebabkan kredit

macet pada

Lembaga

Perkreditan Desa

(LPD) Desa Adat

Bukih?

2. Bagaimana upaya

Penyelesaian

terhadap kredit

macet pada

Lembaga

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

10

Perkreditan Desa

Adat Bukih?

2. Penyelesaian Wanprestasi

Dalam Perjanjian Kredit

Kepemilikan Rumah (KPR)

Dengan Jaminan Hak

Tanggungan

Ida Ayu Nila

Risna Dewi,

(Mahasiswa

Fakultas Hukum

Universitas

Udayana, Tahun

2010)

1. Bagaimana realisasi

kredit pemilikan

rumah dengan

jaminan hak

tanggungan?

2. Bagaimana akibat

hukum terhadap

perjanjian kredit

pemilikan rumah

dalam hal debitur

wanprestasi?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini dapat dibagi menjadi

dua bagian yaitu :

1.5.1 Tujuan Umum

a. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya

bidang penelitian

b. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Hukum

Perbankan

c. Sebagai wahana untuk menyatukan pikiran ilmiah secara tertulis

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kriteria yang dipakai pihak bank untuk

menentukan debiturnya telah mengalami wanprestasi.

b. Untuk mengetahui upaya yang ditempuh pihak bank untuk

menyelesaikan kredit dengan jaminan hak tanggungan apabila

debitur wanprestasi, khususnya pada PT. Bank Bukopin, Tbk,

Cabang Denpasar.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

11

1.6 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian di lapangan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sisi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :

1.6.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang

Hukum Perdata dan Jaminan sehingga dapat memberikan bahan

masukan bagi penelitian yang dilakukan selanjutnya.

b. Sebagai bahan menambah refrensi bagi institusi pendidikan

terhadap pengkajian akademis khususnya terkait dalam Hukum

Perdata dan Jaminan.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

jelas kepada para pembaca skrispsi mengenai penyelesaian

wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak

tanggungan pada PT. Bank Bukopin, Tbk. Cabang Denpasar.

b. Untuk dapat dijadikan masukan bagi masyarakat dan pihak-pihak

yang akan terlibat dalam perjanjian kredit dengan menggunakan

jaminan hak tanggungan melalui kredit perbankan agar dalam

pelaksanaanya kelak tidak menimbulkan suatu kesulitan yang

dapat merugikan kepentingan para pihak.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

12

1.7 Landasan Teoritis

Sebelum mengemukakan asumsi terhadap permasalahan yang diangkat,

maka terlebih dahulu diperlukan landasan teori atau kerangka teori, sebagai

arahan untuk mendapatkan suatu kebenaran ilmiah sesuai dengan konsep-konsep

dan aturan hukumnya.

Landasan teoritis atau kerangka teori adalah upaya untuk

mengidentifikasikasi teori hukum/teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas

hukum, aturan hukum, norma-norma hukum, dan lain-lain yang akan dipakai

sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian penelitian. Dalam

setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiranyang teoritis, oleh

karena itu ada hubungan timbale balik yang erat antara teori dengan kegiatan

pengumpulan dan pengolahan data, analisa, serta konstruksi data.6

Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi

buruk. Adapun yang dimaksud wanprestasi merupakan suatu tindakan dimana si

debitur (penerima kredit) tidak melakukan apa yang dijanjikannya atau lalai atau

ingkar janji. Atau juga ia melanggar perjanjian bila ia melakukan atau berbuat

sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.7 Ada macam-macam wanprestasi yang

kita kenal selama ini yaitu :

a. Debitur tidak melakukan sama sekali apa yang telah diperjanjikan.

b. Debitur melaksanakan sebagian apa yang telah diperjanjikan.

c. Debitur terlambat melaksanakan apa yang telah diperjanjikan.

6 Universitas Udayana,2009,Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana,

Denpasar, h.64. 7

Subekti,1990,Hukum Perjanjian,Cet. XII, PT. Intermasa,Jakarta,(selanjutnya disebut

Subekti I), h. 45.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

13

d. Debitur menyerahkan sesuatu yang tidak diperjanjikan.

e. Debitur melakukan perbuatan yang dilarang oleh perjanjian yang telah

diperbuatnya.8

Menurut Subekti,9 wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur

dapat berupa empat jenis yaitu :

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana

dijanjikan.

c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Menurut M. Yahya Harahap10

secara umum wanprestasi yaitu :

“Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan

tidak menurut selayaknya”.Debitur disebutkan dan berada dalam keadaan

wanprestasi, apabila dia dalam melakukan pelaksanaan prestasi dalam perjanjian

telah lalai , sehingga “terlambat” dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam

melaksanakan suatu prestasi tidak menurut “sepatutnya atau selayaknya”.

Dalam membicarakan wanprestasi tidak bisa terlepas dari masalah

“pernyataan lalai” (ingebrekke stelling) dan kelalaian (verzuim). Akibat yang

timbul dari wanprestasi ialah keharusan bagi debitur membayar ganti atau dengan

8Gatot Supramono,1996, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Cet II,

Djambatan, Jakarta,h.131. 9Subekti, loc.cit.

10M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni,Bandung, h. 60.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

14

adanya wanprestasi salah satu pihak, maka pihak yang lainnya dapat menuntut

“pembatalan kontrak/perjanjian”.11

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling

berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh dua

pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam

persetujuan itu. Dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata) dijelaskan bahwa ada 4 syarat yang menentukan sahnya suatu

perjanjian yaitu :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3) Suatu hal tertentu.

4) Suatu sebab yang halal.

Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat riil.

Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya. Ada

dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil

ialah bahwa terjanjianya perjanjian kredit dtentukan oleh penyerahan uang oleh

bank kepada nasabah debitur.12

Dilihat dari bentuknya, umumnya perjanjian kredit perbankan

menggunakan bentuk perjanjian baku (standard contract). Berkaitan dengan itu,

memang dalam praktiknya bentuk perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank

sebagai kreditur sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan

baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku (standard

11

Ibid. 12

Hermansyah,op.cit, h.71.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

15

contract), dimana dalam perjanjian tersebut pihak debitur hanya dalam posisi

menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk melakukan negosiasi atau

tawar-menawar.

Apabila debitur menerima semua ketentuan dan persyaratan yang

ditentukan oleh bank, maka ia berkewajiban untuk menandatangani perjanjian

kredit tersebut, tetapi jika debitur menolak ia tidak perlu untuk menandatangani

perjanjian kredit tersebut. Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian yang

khusus baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur,

karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian,

pengelolaan, dan penatalaksanaan kredit tersebut.

Menurut Ch. Gatot Wardoyo perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi

sebagai berikut :

1) Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.

2) Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan

hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur.

3) Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring

kredit.

Dalam perjalanannya perjanjian kredit yang dilakukan antara kreditur dan

debitur tidak selalu berjalan mulus, tidak sedikit pula mengalami kredit

bermasalah atau nonperforming loan yang merupakan risiko yang terkandung

dalam setiap pemberian kredit oleh bank. Risiko tersebut berupa keadaan keadaan

di mana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Kredit bermasalah atau

nonperforming loan di perbankan itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor,

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

16

misalnya ada kesengajaan dari pihak pihak yang terlibat dalam proses kredit,

kesalahan prosedur pemberian kredit, atau disebabkan oleh faktor lain.

Kredit yang dikategorikan sebagai kredit bermasalah (nonperforming loan)

adalah apabila kualitas kredit tersebut tergolong pada tingkat kolektibilitas kurang

lancar, diragukan, atau macet. Untuk menyelesaikan kredit bermasalah itu dapat

ditempuh dengan dua cara yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit.

Yang dimaksud dengan penyelamatan kredit adalah suatu langkah di mana pihak

bank atau kreditur dan nasabah atau debitur melakukan perundingan guna

penyelesaian masalah, sedangkan penyelesaian kredit adalah suatu langkah

penyelesaian melalui lembaga hukum.

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/4/BPP tanggal 29 Mei

1993 mengatur mengenai penyelamatan kredit bermasalah yaitu melalaui13

:

1) Rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu upaya hukum untuk

melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang

berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/jangka waktu kredit

termasuk tenggang (grace period), termasuk perubahan jumlah

angsuran. Bila perlu dengan penambahan kredit.

2) Reconditioning (persyaratan kembali), yaitu melakukan peruban atas

sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya

kepada perubahan jadwal angsuran, dan/ atau jangka waktu kredit saja

3) Restructuring (penataan kembali), yaitu berupa melakukan perubahan

syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit, atau

13

Ibid, h.76.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

17

melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi

perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling dan atau

reconditioning.

Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian

Kredit, bahwa yang dimaksud dengan Jaminan adalah suatu keyakinan bank atas

kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.

Adapun menurut ketentuan pasal 1 butir 23 yang dimaksud dengan agunan adalah

jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada dalam rangka

pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. 14

Adapun macam-macam jaminan yaitu :

1) Personal guaranty (jaminan perorangan).

2) Jaminan kebendaan.

Jaminan yang digunakan biasanya berupa jaminan atas tanah. Undang-

Undang Pokok Agraria mengenal hak jaminan atas tanah, yang dinamakan dengan

Hak Tanggungan. Menurut Undang-Undang Pokok Agraria, Hak Tanggungan itu

dapat dibebankan diatas tanah hak milik (Pasal 25), Hak Guna Usaha (Pasal 33),

dan Hak Guna Bangunan (Pasal 39). Menurut Pasal 51 UUPA, Hak Tanggungan

akan diatur akan diatur dengan undang-undang, yakni Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang

14

Ibid, h.63.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

18

berkaitan dengan tanah, hal tersebut terwujudlah suatu hukum jaminan nasional,

seperti yang diamanatkan di dalam Pasal 51 UUPA tersebut.15

a) Objek hukum hak tanggungan

Berdasarkan Undang-Undang Hak Tanggungan, objek yang

dapat dibebani dengan Hak Tanggungan adalah hak-hak atas tanah

beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Dalam Pasal 4

Undang-Undang Hak Tanggungan tersebut dijelaskan bahwa hak atas

tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan adalah sebagai berikut:

1) Hak Milik.

2) Hak Guna Usaha.

3) Hak Guna Bangunan.

4) Hak Pakai atas Tanah Negara, yang menurut ketentuan yang berlaku

wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan.

5) Hak-hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang

telah ada tau aka nada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah

tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah.16

Dalam hal ini pembebanannya harus dengan tegas dinyatakan didalam

Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan.

b) Subjek hukum hak tanggungan

Dalam Hak Tanggunngan juga terdapat subjek hukum yang

menjadi hak tanggungan yang terkait dengan perjanjian pemberi Hak

15

Adrian Sutedi,2012, Hukum Hak Tanggungan,Cet. II, Sinar Grafika, Jakarta, h.51. 16

Ibid.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

19

Tanggungan. Di dalam suatu perjanjian Hak Tanggungan ada dua pihak

yang mengikatkan diri, yaitu sebagai berikut:

1) Pemberi Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menjaminkan

objek Hak Tanggungan.

2) Pemegang Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima

Hak Tanggungan sebagai jaminan dari piutang yang diberikannya.

1.8 Metode Penelitian

Untuk menjamin adanya kebenaran ilmiah dalam skripsi ini maka

dipergunakan metodelogi sebagai satu cara yang dapat membantu dalam

penelitian sehingga dapat diperoleh suatu tujuan yang diharapkan, maka salah satu

cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh kebenaran dalam penelitian secara

ilmiah dengan cara mempelajari satu atau beberapa gejala dengan jalan

menganalisa terhadap beberapa fakta tersebut.

Istilah metodelogi berasal dari kata metode yang berarti jalan. Oleh karena

itu yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah suatu prosedur atau cara untuk

mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis atau prosedur

hukum. Istilah pentingnya arti kata metodelogi dalam memperoleh kebenaran

maka tanpa metodelogi seorang penulis tidak mungkin akan mampu untuk

merumuskan, menganalisa dan memecahkan permasalahannya. Oleh karena itu

dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan suatu

metode untuk mendapatkan data guna menunjang dalam penulisan ini antara lain :

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

20

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakandalam skripsi ini adalah jenis penelitian

hukum empiris, karena mendekati masalah dari peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan kenyataan yang ada dalam masyarakat.

Penelitian hukum empiris adalah mengenai permberlakuan atau

implementasi ketentuan hukum normative secara in action pada setiap

peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.17

1.8.2 Sifat Penelitian

Penelitian skripsi ini bersifat penelitian deskriptif, karena bertujuan

menggambarkan secara tepat mengenai hubungan antara suatu gejala

dengan gejala lain dalam kenyataan yang terjadi pada PT. Bank Bukopin,

Tbk. Cabang Denpasar.

1.8.3 Sumber Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dari sumber data yang erat kaitannya

dengan judul penelitian ini yaitu:

1. Data Primer adalah berupa data empiris yang diperoleh dari hasil

penelitian lapangan (Field Research). sumber pertama penelitian ini

dilakukan yaitu di PT.BankBukopin, Tbk Cabang Denpasar.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan

berupa buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan terdiri

dari :

a. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan ini yaitu:

17

Abdulkadir Muhammad,2004, Hukum dan Penelitian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

(selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad I), h.134.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

21

- Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan atas

perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan.

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria.

- Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan.

b. Bahan hukum sekunder dalam penulisan ini bersumber dari

penelitian kepustakaan (Library Reseach) data ini diperoleh melalui

membaca atau meneliti beberapa buku atau literatur hukum, serta

menelaah pendapat dari para pakar hukum yang ada hubungannya

dan ada relevansinya dengan permasalahan yang dibahas, penelitian

kepustakaan ini diharapkan menghasilkan kesimpulan yang teoritis.

c. Bahan HukumTersier adalah bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,

seperti kamus-kamus hukum

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian skripsi ini, teknik pengumpulan datanya

dilakukan dengan jalan:

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfDalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta

22

a. Untuk mendapatkan data primer diperlukan tehnik wawancara yaitu

Tanya jawab secara lisan antara penulis dengan pihak-pihak yang

terkait di PT. Bank Bukopin,Tbk Cabang Denpasar guna memperoleh

keterangan yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. Sistem

wawancara yang digunakan adalah wawancara berencana, yaitu

wawancara yang disertai dengan daftar pertanyaan yang telah disusun

sebelumnya.

b. Sedangkan untuk mendapatkan data sekunder dipergunakan tehnik

studi dokumen yaitu dengan menelaah bahan-bahan bacaan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan relevan dengan

permasalahan yang timbul.

1.8.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data yang diperoleh terkumpul selanjutnya data tersebut

diolah dan dianalisa. Untuk menganalisis data, tergantung pada sifat data

yang dikumpulkan oleh peneliti (tahap pengumpulan data).18

Tehnik pengolahan dan analisa data baik terhadap data primer

maupun data sekunder dilakukan analisa secara kualitatif dan untuk

penyajiannya dilakukan dengan cara deskriptif analisis yaitu dengan jalan

menyusun secara sistematis serta dapat menggambarkan atau melukiskan

sesuai dengan kejadiannya sehingga permasalahan yang timbul dalam

skripsi ini dapat terjawab.

18

Amiruddin dan ZainalAsikin, 2004,Pengantar Metode Penelitian Hukum,Raja Grafindo

Persada, Jakarta, h.167.