BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan non bank yang bergerak dalam bidang jasa dan dapat dijadikan sebagai salah satu pilar perekonomian di Indonesia, karena perkembangan perusahaan asuransi dapat memberikan pengaruh pada kondisi dan pertumbuhan ekonomi baik dibidang perdagangan maupun jasa. Perusahaan asuransi yang berkembang saat ini mulai banyak yang melakukan inovasi produk yaitu dengan menciptakan beragam jenis produk hibrida atau produk campuran untuk menarik minat masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan nasabah, misalnya produk perbankan (deposito) digabung dengan produk asuransi jiwa. Dengan adanya produk hibrida ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat ganda bagi nasabah yaitu mendapatkan bunga deposito sekaligus proteksi asuransi jiwa. Serta inovasi produk lainnya dengan sistem baru yang berbeda dari asuransi konvensional yaitu asuransi yang berprinsip syariat Islam. Perusahaan asuransi yang berprinsip syariat Islam di Indonesia pertama kali dikembangkan oleh PT. Asuransi Takaful Indonesia pada tahun 1994, kira- kira dua tahun setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) (sumber : www.syakirsula.com). Pengaruh dan perkembangan perusahaan asuransi terhadap pertumbuhan industri syariah seperti di Indonesia yang tercatat sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan industri asuransi syariah tercepat selama tahun 2005-2008 di Asia Tenggara dengan laju pertumbuhan rata-rata 35%. Penetrasi premi asuransi syariahnya mendekati 3% dengan pertumbuhan asetnya mencapai 63%. (sumber : www.infobanknews.com) Data lainnya menurut Bapepam-LK menyebutkan, jumlah pelaku usaha asuransi syariah mencapai 43 unit. Dari jumlah tersebut terdapat lima perusahaan asuransi syariah dan 35 unit syariah. Total aset asuransi syariah mencapai 4,71 persen dari pangsa pasar asuransi per Desember 2010. Porsi aset itu meningkat sebesar 4,34 persen dari total pangsa pasar asuransi pada 2009. Sementara itu,

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan non bank

yang bergerak dalam bidang jasa dan dapat dijadikan sebagai salah satu pilar

perekonomian di Indonesia, karena perkembangan perusahaan asuransi dapat

memberikan pengaruh pada kondisi dan pertumbuhan ekonomi baik dibidang

perdagangan maupun jasa. Perusahaan asuransi yang berkembang saat ini mulai

banyak yang melakukan inovasi produk yaitu dengan menciptakan beragam jenis

produk hibrida atau produk campuran untuk menarik minat masyarakat dan untuk

memenuhi kebutuhan nasabah, misalnya produk perbankan (deposito) digabung

dengan produk asuransi jiwa. Dengan adanya produk hibrida ini diharapkan dapat

mendatangkan manfaat ganda bagi nasabah yaitu mendapatkan bunga deposito

sekaligus proteksi asuransi jiwa. Serta inovasi produk lainnya dengan sistem baru

yang berbeda dari asuransi konvensional yaitu asuransi yang berprinsip syariat

Islam.

Perusahaan asuransi yang berprinsip syariat Islam di Indonesia pertama

kali dikembangkan oleh PT. Asuransi Takaful Indonesia pada tahun 1994, kira-

kira dua tahun setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) (sumber :

www.syakirsula.com). Pengaruh dan perkembangan perusahaan asuransi

terhadap pertumbuhan industri syariah seperti di Indonesia yang tercatat sebagai

salah satu negara dengan pertumbuhan industri asuransi syariah tercepat selama

tahun 2005-2008 di Asia Tenggara dengan laju pertumbuhan rata-rata 35%.

Penetrasi premi asuransi syariahnya mendekati 3% dengan pertumbuhan asetnya

mencapai 63%. (sumber : www.infobanknews.com)

Data lainnya menurut Bapepam-LK menyebutkan, jumlah pelaku usaha

asuransi syariah mencapai 43 unit. Dari jumlah tersebut terdapat lima perusahaan

asuransi syariah dan 35 unit syariah. Total aset asuransi syariah mencapai 4,71

persen dari pangsa pasar asuransi per Desember 2010. Porsi aset itu meningkat

sebesar 4,34 persen dari total pangsa pasar asuransi pada 2009. Sementara itu,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

2

total aset asuransi syariah per Desember 2010 mencapai Rp 6,9 triliun. Jumlah ini

meningkat 45 persen dari 2009 yang sebesar Rp 5 triliun. Pertumbuhan tersebut

menjadi gambaran bahwa bisnis asuransi syariah terus melonjak pada 2011.

(sumber: www.replubika.co.id)

Berdasarkan data diatas industri jasa asuransi berkembang dengan pesat

dan dapat dijadikan salah satu sektor keuangan yang dapat juga diartikan sebagai

bagian dari penggerak utama perekonomian Negara baik asuransi konvensional

maupun syariah. Bukti lain bahwa adanya pengaruh tersebut adalah disetiap sisi

usaha, baik dibidang perdagangan maupun jasa semuanya membutuhkan asuransi.

Namun menurut Kepala Bagian Perasuransian Syariah Bapepam-LK Yatty

Nurhayati, industri asuransi syariah masih memiliki hambatan yang harus

diperhatikan, yaitu kurangnya keseriusan peran DPS dalam melakukan

pengawasan, dan adanya penempatan dana asuransi syariah yang belum

dipisahkan dengan produk-produk investasi lainnya (sumber: www.asuransi-

jiwa-indonesia.blogspot.com). Asuransi sendiri merupakan suatu lembaga

keuangan non bank di bidang jasa yang dapat digunakan sebagai salah satu

sumber dana pembangunan nasional, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang

berpartisipasi dalam bisnis asuransi yang memiliki tujuan memberikan

perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan / financial loss, yang

ditimbulkan oleh peristiwa atau kejadian yang tidak terduga sebelumnya /

fortuitious event.

Kecenderungan munculnya produk hibrida di sektor jasa keuangan

khususnya produk hibrida asuransi di Indonesia sebenarnya lebih banyak

mengikuti trend yang ada di Negara maju. Fenomena semacam ini dapat

berdampak positif atau negatif tergantung cara kita menyikapinya. Penerbitan

produk hibrida di sektor jasa keuangan seperti produk jasa asuransi, jika dikelola

dengan baik dan benar, dapat meningkatkan gairah dan partisipasi masyarakat

secara signifikan untuk membeli produk-produk jasa asuransi. Di lain pihak, jika

tidak diiringi dengan pengawasan yang memadai, akan dapat memunculkan

dampak negatif seperti yang terjadi dalam kasus Bank Century dan Antaboga

Sekuritas, serta kasus gagal bayar yang menimpa PT. Asuransi Jiwa Bakrie atau

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

3

yang dikenal sebagai Kasus Bakrie Life. (sumber:

www.bisniskeuangan.kompas.com)

Berdasarkan hal diatas, maka pengawasan terhadap perusahaan-

perusahaan asuransi sangat perlu dilakukan. Karena masalah keuangan (financial)

merupakan masalah terpenting dalam pengawasan kinerja keuangan, terutama

pengawasan kinerja keuangan industri asuransi yang memiliki kriteria khusus

dalam penilaian kinerjanya maka perlu adanya ketentuan Risk Based Capital

(RBC) atau tingkat solvabilitas tentang ketahanan perusahan asuransi dan

ketentuan Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini tentang

keuangan perusahaan asuransi guna mengatasi masalah tersebut.

Pengawasan kinerja keuangan dengan metode Risk Based Capital (RBC)

dan Early Warning System (EWS) memiliki persamaan fungsi yaitu sama-sama

menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Risk Based Capital (RBC)

menggunakan batas tingkat solvabilitas (solvency margin) untuk dijadikan

penilaian tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Sedangkan Early Warning

System (EWS) menggunakan rasio-rasio keuangan yang rumusnya sudah

disesuaikan dengan laporan keuangan perusahaan asuransi yang memang berbeda

dengan laporan keuangan lembaga keuangan lainnya. Batas tingkat solvabilitas

(solvency margin) ini merupakan selisih antara kekayaan terhadap kewajiban yang

perhitungannya didasari pada cara perhitungan tertentu sesuai dengan sifat usaha

asuransi. Rasio ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan keuangan

perusahaan dalam menanggung risiko atau kewajiban yang mungkin timbul dari

penutupan risiko yang telah dilakukan.

Berdasarkan penelitian Merawati (2002) penetapan Risk Based Capital

(RBC) sudah diberlakukan sejak akhir tahun 1999, dengan nilai batas minimum

tingkat solvabilitas sebesar 40% sampai pada tahun 2001, sedangkan untuk tahun

2002 sebesar 75%, dan tahun 2003 sebesar 100%. Dengan adanya perkembangan

ekonomi dan pentingnya Risk Based Capital (RBC) dalam penilaian tingkat

kesehatan perusahaan asuransi maka ditetapkanlah SK (Surat Keputusan

Menteri Keuangan) No.424/KMK.06/2003 tentang perhitungan tingkat

solvabilitas dengan metode Risk Based Capital (RBC). Dalam ketentuan tersebut,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

4

penyesuaian pemenuhan kebutuhan RBC dilakukan dengan target angka dan

toleransi waktu yang sangat longgar dan protektif. Yakni ketentuan minimum

tingkat solvabilitas sebesar 120% dari batas tingkat solvabilitas minimum

(BTSM) yang telah ditetapkan BAPEPAM pada tahun 2004. Namun pada

perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas sekurang-kurangnya 100% dari

BTSM, Bapepam tidak langsung mengenakan sanksi administratif tetapi diberi

kesempatan untuk memperbaiki kondisi keuangan sesuai dengan jangka waktu

yang dimuat dalam rencana penyehatan. Apabila pada jangka waktu yang sudah

ditetapkan perusahaan tersebut belum bisa memperbaiki kondisi keuangannya,

maka perusahaan tersebut akan dikenakan sanksi administratif secara berurutan

sebagai berikut : SP I, SP II, SP III, pembatasan kegiatan usaha sampai

pencabutan perizinan usaha berdasarkan ketentuan SK (Surat Keputusan

Menteri Keuangan) No.423/KMK.06/2003 tentang pemeriksaan perusahaan

perasuransian yang menyatakan bahwa pemeriksaan perusahaan asuransi

dilakukan oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

Menurut Merawati (2002) dalam penelitiannya Early Warning System

(EWS) adalah tolok ukur perhitungan dari The National Association of Insurance

Commissioners (NAIC) atau lembaga pengawas badan usaha asuransi Amerika

Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan

perusahaan asuransi. Disamping itu, sistem ini dapat memberikan peringatan dini

terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di

masa yang akan datang. Negara-negara lain di luar Amerika Serikat yang

menerapkan sistem ini melakukan sedikit modifikasi terhadap rasio-rasio yang

digunakan disesuaikan dengan kebutuhan. Dimana dalam perhitungannya dapat

melakukan pengukuran kinerja keuangan dan tingkat kesehatan perusahaan yang

pengukurannya dilihat dari aspek-aspek rasio keuangan yaitu rasio Likuiditas

(Liabilities of Liquid Assets Ratio), rasio Solvabilitas (Solvency Margin), rasio

Profitabilitas (Profitabiity Ratio), dan rasio Stabilitas Premi (Stability Premi).

Berdasarkan hal tersebut, maka perhitungan tentang pengawasan kinerja

perusahaan asuransi sangatlah penting guna memberikan informasi kepada

masyarakat umumnya yang berpartisipasi dengan perusahaan asuransi dan untuk

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

5

melindungi kepentingan masyarakat luas terutama untuk menjaga apakah

perusahaan asuransi setiap saat dapat memenuhi kewajibannya kepada

tertanggung baik itu pada asuransi syariah ataupun konvensional. Karena

pengawasan kinerja keuangan industi asuransi bertujuan untuk mempertahankan

lalu mengembangkan industri asuransi.

Untuk mengetahui baik atau tidaknya kinerja perusahaan khususnya yang

dibahas pada penelitian ini adalah perusahaan asuransi dapat dilihat dari laporan

keuangan yang telah dibuat secara berkala atau periodik, misalnya triwulanan,

kuartalan, semesteran, atau tahunan. Laporan keuangan yang dijadikan dasar

penilaian kinerja perusahaan terdiri dari neraca (balance sheet) dan laporan rugi-

laba (income statement). Selain itu juga laporan keuangan dapat menjadi sumber

informasi bagi pemakainya untuk pengambilan keputusan. Kinerja keuangan dari

suatu perusahaan merupakan gambaran dari laporan keuangan sebuah perusahaan,

karena di dalam laporan keuangan ini terdapat perkiraan-perkiraan seperti aktiva,

kewajiban, modal dan profit dari perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja

perusahaan dilakukan dengan membandingkan nilai rasio perusahaan jika dihitung

dengan ketentuan konvensional dan dengan ketentuan syariah. Selain itu, dengan

penelitian ini dapat diketahui batasan nilai rasio RBC dan rasio EWS perusahaan

asuransi.

Adapun perusahaan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan asuransi syariah dan konvensional yang ada di Indonesia.

Fungsi asuransi sendiri baik asuransi syariah ataupun asuransi konvensional

adalah sama, yaitu sebagai lembaga keuangan nonbank yang berperan dalam

kegiatan perlindungan risiko atau kerugian yang mungkin akan terjadi pada masa

yang akan datang. Perbedaannya pun hanya terletak pada sistem masing-masing

usaha yang digunakan, sistem yang digunakan perusahaan asuransi syariah sesuai

dengan tuntutan agama dan bersih dari gharar (ketidakpastian), maisir (judi) dan

riba dimana hal tersebut dimiliki oleh asuransi konvensional.

Penelitian lain yang membahas tentang kinerja perusahaan asuransi

sebagai pembanding dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Siti Kodijah (2008) tentang analisis perbandingan tingkat kesehatan asuransi

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

6

kerugian antara asuransi konvensional dan asuransi syariah dengan menggunakan

metode riks based capital (RBC). Adapun yang membedakan penelitian ini

dengan penelitian lainnya adalah dari metode yang digunakan dalam menganalisis

kinerja perusahaan menggunakan dua metode, yaitu metode Risk Based Capital

(RBC) dan Earning Warning System (EWS). Sedangkan penelitian lain hanya

menganalisis menggunakan salah satu metode, yaitu meneliti dengan

menggunakan metode Risk Based Capital (RBC). Penelitian lain juga rata-rata

membahas perusahaan asuransi yang menggunakan sistem operasional yang sama

yaitu perusahaan asuransi dengan sistem konvensional saja atau perusahaan

asuransi dengan sistem syariah saja dan membandingkan perusahaan yang sama

dengan tahun laporan keuangan yang berbeda.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan

Perusahaan Asuransi Syariah dan Konvensional (Studi Kasus pada PT.

Asuransi Takaful Keluarga, PT. Asuransi Ramayana, PT. Prudential Life

Assurance, PT. AXA Mandiri Financial Service, PT. Panin Life, dan PT.

Asuransi Sinar Mas Periode Penelitian 2007-2011).“

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah berdasarkan metode

RBC dan metode EWS selama periode penelitian 2007-2011?

2. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan asuransi konvensional berdasarkan

metode RBC dan metode EWS selama periode penelitian 2007-2011?

3. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah

dengan perusahaan asuransi konvensional, selama periode penelitian 2007-

2011 dan perusahaan asuransi mana yang memiliki kinerja keuangan lebih

baik?

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data yang dapat

diproses dan dianalisis berdasarkan teori-teori yang didapat selama kuliah dan

berdasarkan literatur perasuransian. Setelah itu data tersebut digunakan untuk

menyusun skripsi guna menyelesaikan studi pada program studi Manajemen S1

Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung.

Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini antara lain :

1. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah berdasarkan

metode RBC dan metode EWS selama periode penelitian 2007-2011.

2. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi konvensional berdasarkan

metode RBC dan metode EWS selama periode penelitian 2007-2011.

3. Menganalisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah

dengan perusahaan asuransi konvensional, selama periode penelitian 2007-

2011.

1.4 Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah penulis hanya membahas mengenai

elemen-elemen yang terkait dengan laporan keuangan PT. Asuransi Takaful

Keluarga, PT. Asuransi Ramayana, PT. Prudential Life Assurance, PT. AXA

Mandiri Financial Service, PT. Panin Life, dan PT. Sinar Mas selama lima tahun

terakhir, yaitu periode 2007-2011 yang digunakan untuk memperoleh gambaran

perbandingan kinerja keuangan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional

yang diukur dengan menggunakan pendekatan Risk Based Capital (RBC) atau

Batas Tingkat Solvabilitas dari Keputusan Menteri Keuangan

No.424/KMK.06/2003 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan

Keputusan Direktorat Jendral Lembaga Keuangan (DJLK) No.

Kep.3607/LK/2004 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas yang

dapat mengukur suatu perusahaan solven (sehat) atau tidak. Serta perhitungan

kinerja keuangan dengan menggunakan Early Warning System (EWS) atau sistem

peringatan dini yang merupakan tolok ukur perhitungan dari The National

Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau lembaga pengawas badan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

8

usaha asuransi Amerika Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai

tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Negara-negara lain di luar Amerika Serikat

yang menerapkan sistem ini melakukan sedikit modifikasi terhadap rasio-rasio

yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan. Dimana dalam perhitungannya

dapat melakukan pengukuran kinerja keuangan dan tingkat kesehatan perusahaan

dan pengukurannya mempergunakan rasio-rasio keuangan yang mewakili setiap

aspek penilaian kinerja keuangan yaitu rasio Likuiditas (liabilities of liquid assets

ratio), rasio Tingkat Kecukupan Dana (adequacy of capital funds), rasio Beban

Klaim (incurred loss ratio), dan rasio Retensi Sendiri (retention ratio).

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan

kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dan suatu dasar dalam pengambilan keputusan mengenai sehat

(solven) atau tidaknya kondisi keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga, PT.

Asuransi Ramayana, PT. Prudential Life Assurance, PT. AXA Mandiri

Financial Service, PT. Panin Life, dan PT. Sinar Mas dengan menggunakan

metode RBC (Risk Based Capital) / Batas Tingkat Solvabilitas Minimum

(BTSM) serta metode EWS (Early Warning System).

2. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi penulis dengan

masalah yang diuraikan dan membantu kuliah dan praktek menyusun skripsi

guna menyelesaikan studi pada program studi Manajemen S1 Fakultas Bisnis

dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung.

3. Bagi pihak ketiga

Penelitian ini berguna untuk memberikan pandangan yang luas dan menambah

wawasan mengenai bidang usaha perasuransian serta dapat menjadi tolok ukur

(milestone) pilihan asuransi yang aman dan sesuai dengan pilihan kita serta

menumbuhkan rasa kepercayaan (brand image) bagi para investor atau

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

9

masyarakat yang akan bekerjasama dengan lembaga keuangan asuransi atau

menggunakan produk asuransi.

1.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Lembaga keuangan di Indonesia terdiri dari dua lembaga keuangan, yaitu

lembaga keuangan bank, dan lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan

merupakan bagian dari sistem keuangan dalam ekonomi modern yang melayani

masyarakat pemakai jasa-jasa keuangan. Menurut Nurastuti (2011:53) lembaga

keuangan non bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk

asset keuangan atau tagihan (claims) dibandingkan asset non finansial atau asset

riil.

Salah satu lembaga keuangan non bank yang ada di Indonesia adalah

perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi sebagai lembaga keuangan dalam

bidang usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan dana publik

sebenarnya tidak berbeda dengan lembaga keuangan lainnya. Pada dasarnya

perusahaan asuransi dalam kegiatannya, secara terbuka mengadakan penawaran /

menawarkan suatu perlindungan / proteksi serta harapan pada masa depan yang

akan datang kepada individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat atau

institusi-institusi lain, atas kemungkinan menderita kerugian lebih lanjut karena

terjadinya suatu peristiwa yang tidak tentu atau belum pasti.

Menurut UU No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian pengertian

asuransi adalah:

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak

atau lebih, dengan mana pihak penanggung meningkatkan diri

kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk

memberikan penggantian tertanggung karena kerugian, kerusakan,

atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab

hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau

untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa asuransi merupakan

salah satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang mengalami musibah,

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

10

yang dananya diambil dari iuran premi seluruh peserta asuransi. Objek asuransi

adalah benda dan jasa, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak,

rugi, dan atau berkurang nilainya. Ada beberapa unsur dalam asuransi, yaitu :

1. Tertanggung : anda atau badan hukum yang memiliki atau berkepentingan atas

harta benda.

2. Penanggung : pihak yang menerima premi asuransi dari tertanggung dan

menanggung risiko atas kerugian / musibah yang menimpa harta benda yang

diasuransikan.

3. Suatu peristiwa.

4. Kepentingan.

Perusahaan asuransi menghimpun dana yang cukup besar dimana dana

tersebut merupakan pengelolaan keuangan yang mendasar dalam sebuah

perusahaan. Hal ini dikarenakan dari dana inilah digunakan untuk seluruh

kegiatan operasional perusahaan asuransi seperti pendapatan premi, beban klaim,

maupun penawaran surat berharga perusahaan di pasar modal dilakukan. Selain

untuk kegiatan operasional, pengelolaan keuangan juga merupakan salah satu

faktor utama dalam penilaian performa perusahaan. Baik atau tidaknya

pengelolaan keuangan perusahaan menjadi indikasi penilaian terhadap perusahaan

tersebut.

Penilaian perusahaan tersebut dapat dilihat melalui laporan keuangan,

bagaimana kondisi keuangan setiap perusahaan sehingga dapat memberikan

gambaran yang cukup jelas kepada masyarakat ataupun insititusi-institusi yang

bekerjasama dengan perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut Harahap

(2004:105) adalah :

“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil

usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu

tertentu.”

Laporan keuangan menggambarkan kinerja keuangan suatu perusahaan,

karena kinerja perusahaan bisa baik, kurang baik, dan konstan. Kinerja perusahaan

yang baik merupakan hasil dari penggunaan segala sumber dana secara optimal,

efektif, dan efisien. Dengan kinerja perusahaan yang baik merupakan modal

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

11

perusahaan untuk mengembangkan usahanya, memperoleh kredibilitas serta

kemampuan perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka

panjang.

Menurut Husnan (2007:70), diantara alat-alat analisis kinerja keuangan

yang selalu digunakan untuk mengukur kelemahan atau kekuatan yang yang

dihadapi oleh perusahaan dibidang keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio

pada dasarnya merupakan kejadian masa lalu, oleh karena itu faktor-faktor yang

mungkin ada pada periode yang akan datang, akan mempengaruhi posisi

keuangan atau hasil usaha di masa yang akan datang. Untuk itu seorang analis

dituntut agar dapat memberikan hasil analisis dan interprestasi yang baik dan

cermat, sebab hasil analisis akan bermanfaat dalam menentukan kebijakan

manajemen keuangan untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan data

secara historical (dari waktu ke waktu) untuk mengamati kecenderungan yang

terjadi atau bisa juga membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan

perusahaan lainnya yang masih dalam industri yang sama serta pada periode

tertentu. Rasio keuangan menurut Gitman (2006:54) adalah :

“Rasio analysis of a firm’s financial statement is of interest to

shareholders, creditors, and the firm own management. Both current

and prospective shareholders are interested in the firm’s current and

future level of risk and return.”

Analisis rasio keuangan perusahaan asuransi dapat menggunakan dua

pendekatan, yaitu pendekatan Risk Based Capital (RBC) atau Batas Tingkat

Solvabilitas yang merupakan selisih antara kekayaan terhadap kewajiban yang

perhitungannya didasari pada cara perhitungan tertentu sesuai dengan sifat usaha

asuransi dan pendekatan Early Warning System atau sistem peringatan dini yang

membantu perusahaan agar terhindar dari kemungkinan kesulitan keuangan

dimasa yang akan datang.

Pendekatan Risk Based Capital berdasarkan SK (Surat Keputusan

Menteri Keuangan) No.424/KMK.06/2003 tentang perhitungan tingkat

Solvabilitas dengan metode Risk Based Capital (RBC) menjelaskan tentang,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

12

penyesuaian pemenuhan kebutuhan RBC dilakukan dengan target angka dan

toleransi waktu yang sangat longgar dan protektif. Yakni ketentuan minimum

tingkat solvabilitas sebesar 120% dari batas tingkat solvabilitas minimum

(BTSM) yang telah ditetapkan BAPEPAM.

Pengertian Risk Based Capital (RBC) menurut Muspa (2007) adalah

metode yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan

asuransi dengan mengaitkan risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat

dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.

Sedangkan pendekatan Early Warning System (EWS) menurut Merawati

(2002) adalah tolok ukur perhitungan dari The National Association of Insurance

Commissioners (NAIC) atau lembaga pengawas badan usaha asuransi Amerika

Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan

perusahaan asuransi. Disamping itu, sistem ini dapat memberikan peringatan dini

terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di

masa yang akan datang. Dimana dalam perhitungannya dapat melakukan

pengukuran kinerja keuangan dan tingkat kesehatan perusahaan yang

pengukurannya dilihat dari aspek-aspek rasio keuangan yaitu rasio likuiditas

(liabilities of liquid assets ratio), rasio solvabilitas (solvency margin), rasio

profitabilitas (profitability ratio), dan rasio stabilitas premi (premium stability

ratio). Rasio yang digunakan dalam penelitian ini lebih spesifik yaitu rasio

likuiditas (liabilities of liquid assets ratio), rasio tingkat kecukupan dana

(adequacy of capital funds), rasio beban klaim (incurred loss ratio), dan rasio

retensi sendiri (retention ratio). Rasio likuiditas mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya (jangka pendek).

Menurut Gitman (2006:58) rasio likuiditas adalah :

“A firm’s ability to satisfy its short-term obligations as they come dye.”

Dimana rumus rasio likuiditas sebagai berikut :

Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan

untuk membayar semua utang jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

13

menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Jika tingkat likuditas perusahaan yang

diukur dalam keadaan baik, maka memberikan indikasi bahwa kinerja perusahaan

dalam keadaan baik karena mampu membayar semua kewajiban-kewajiban

jangka pendeknya tepat waktu dan memberikan dampak positif terhadap

peningkatan modal perusahaan. Rasio likuiditas perusahaan dinyatakan baik

apabila tidak melebihi batas maksimum sebesar 120%. (Agustina:2011)

Sesuai dengan nama rasionya, menurut Sihombing (2005) dalam

penelitiannya rasio tingkat kecukupan dana mengukur tingkat kecukupan sumber

dana perusahaan dalam kaitannya dengan total operasi yang dimiliki perusahaan.

Dimana rumusnya sebagai berikut :

Rasio ini merupakan gambaran seberapa besar modal sendiri yang

digunakan sebagai sumber dana bagi total sumber daya untuk aktivitas

perusahaan. Rasio tingkat kecukupan dana dinyatakan baik apabila melebihi batas

minimum sebesar 33%. (Sihombing:2005)

Sedangkan rasio beban klaim (incurred loss ratio) digunakan untuk

mengukur tingkat kemampuan perolehan laba perusahaan serta berfungsi menjaga

likuiditas perusahaan. Apabila nilai rasionya buruk, maka sangat berpengaruh

pada kemampuan perusahaan asuransi dalam melaksanakan fungsi teknis asuransi

(underwritting). Berkaitan dengan nilai underwriting maka batasan minimum nilai

rasio beban klaim adalah 40% yang dikutip dalam penelitian yang dilakukan oleh

Agustina (2011). Dimana rumus dari beban klaim (incurred loss ratio) sebagai

berikut :

Rasio terakhir yang dijadikan tolok ukur rasio EWS adalah rasio retensi

sendiri, yang mengukur tingkat retensi perusahaan atau mengukur berapa besar

premi yang ditahan sendiri dibandingkan premi yang diterima secara langsung.

Dimana rumusnya adalah sebagai berikut : (Sihombing:2005)

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

14

Rasio retensi sendiri dinyatakan baik apabila melebihi batas minimum

sebesar 33% yang dikutip dalam penelitian analisis rasio perusahaan asuransi

yang dilakukan oleh Sihombing (2005).

Beberapa penelitian sebelumnya berdasarkan analisis yang dilakukan

Merawati (2002) tentang penilaian kinerja dengan risk based capital dan early

warning system menyatakan bahwa penilaian kinerja perusahaan asuransi

merupakan salah satu kebutuhan masyarakat, khususnya dalam upaya

mendapatkan perlindungan asuransi yang terjamin.

Analisis yang dilakukan Muspa (2007) dengan menggunakan Early

Warning System (EWS) menyimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan

asuransi berdasarkan laporan keuangan periode 2002-2006 memperlihatkan

penurunan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kodijah (2008) mengenai

analisis perbandingan tingkat kesehatan asuransi kerugian antara asuransi

konvensional dengan asuransi syariah dengan menggunakan metode risk based

capital periode penelitian 2004-2007 diperoleh kesimpulan bahwa tingkat

kesehatan perusahaan asuransi kerugian konvensional tidak lebih baik daripada

perusahaan asuransi kerugian syariah.

Berdasarkan hasil dari perbandingan kinerja keuangan diketahui

Nawangsih (2008) bahwa tingkat solvabilitas kedua perusahaan ini melebihi dari

yang ditetapkan pemerintah (Departemen Keuangan) yaitu diatas 120 %. Dan

dalam segi pemenuhan kewajiban jangka pendek (likuiditas), polis, pengelolaan

risiko yang diambil serta bantalan untuk berjaga-jaga dalam permodalan PT.

Asuransi Takaful Keluarga lebih baik dibandingkan dengan PT. Asuransi Allianz

Life Indonesia. Walaupun portofolio investasi perusahaan syariah terbatas namun

pengelolaan manajemen yang efisien mampu menarik masyarakat dalam memilih

produknya.

Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa risk based

capital, dan early warning system dapat menjadi faktor analisis kinerja perusahaan

asuransi syariah maupun konvensional. Perbedaan antara risk based capital dan

early warning system menurut Cardo (2005) yaitu dalam hal menilai kinerja

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

15

perusahaan asuransi. Risk Based Capital memperhitungkan risiko kegagalan

pengelolaan kekayaan, ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban

dalam setiap jenis mata uang, perbedaaan antara beban klaim yang diperkirakan

dan ketidakmampuan reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim

yang tidak ada didalam Early Warning system. Sedangkan Early Warning System

memasukkan unsur-unsur rasio keuangan, produktifitas, profitabilitas serta

pertumbuhan dalam perhitungannya, sementara Risk Based Capital hanya

memasukkan unsur rasio solvabilitas yang belum dapat menjelaskan secara jelas

tentang kinerja keuangan perusahaan asuransi.

Dari uraian diatas, maka dapat disusun bagan kerangka pemikiran sebagai

berikut :

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

16

Bagan 1.1

Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: yang diteliti

----------- : yang tidak diteliti

Analisis Rasio

Risk Based Capital

Rasio

Likuiditas

Rasio Tingkat

Kecukupan

Dana

Kinerja Perusahaan

Laporan Keuangan

Lembaga keuangan

Lembaga Keuangan

Bank

Lembaga Keuangan

Non Bank

Asuransi

Earning Warning

System

Asuransi Syariah

Asuransi Konvensional

Rasio Retensi

Sendiri

Rasio Beban

Klaim

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

17

Berdasarkan bagan di atas maka hipotesis untuk penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan

Perusahaan Asuransi Syariah dengan Perusahaan Asuransi

Konvensional dengan metode Risk Based Capital.

2. H2a : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan

Perusahaan Asuransi Syariah dengan Perusahaan Asuransi

Konvensional dengan metode EWS yang diwakili rasio Likuiditas.

3. H2b : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan

Perusahaan Asuransi Syariah dengan Perusahaan Asuransi

Konvensional dengan metode EWS yang diwakili rasio Tingkat

Kecukupan Dana.

4. H2c : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan

Perusahaan Asuransi Syariah dengan Perusahaan Asuransi

Konvensional dengan metode EWS yang diwakili rasio Beban

Klaim.

5. H2d : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan

Perusahaan Asuransi Syariah dengan Perusahaan Asuransi

Konvensional dengan metode EWS yang diwakili rasio Retensi

Sendiri.

1.7 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk ke dalam explanatory. Dimana pengertian

explanatory menurut Nazir (2003:63) adalah:

“Suatu jenis penelitian yang berguna untuk menjelaskan hubungan

kausal antara variabel – variabel melalui hipotesis.”

Survey dilakukan dengan cara mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan pengambilan data sekunder berupa laporan keuangan melalui

internet yang diambil dari website perusahaan yang diteliti.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

18

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dan komparatif. Dimana pengertian metode deskriptif

menurut Nazir (2003:45), yaitu :

“Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”

Jadi dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari metode

penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan pengertian metode

komparatif menurut Sugiyono (2005:11) sebagai berikut :

“Metode komparatif adalah suatu metode penelitian yang bersifat

membandingkan.”

Dalam penelitian ini peneliti berkeinginan untuk mengetahui perbandingan

kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah dengan perusahaan asuransi

konvensional. Oleh karena itu variable yang digunakan adalah kinerja keuangan

perusahaan asuransi syariah dan perusahaan asuransi konvensional selama periode

2007-2011. Sedangkan indikator yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan

perusahaan adalah dengan menggunakan metode RBC dan metode EWS.

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode uji

beda rata-rata berpasangan atau uni-t dependen pada data berpasangan yaitu

Paired Sample T Test. Dalam penelitian ini penulis ingin membandingkan kinerja

keuangan perusahaan asuransi syariah dengan perusahaan asuransi konvensional,

apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja perusahaan asuransi

syariah dengan perusahaan asuransi konvensional.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

dalam hal ini data yang diperoleh berasal dari situs www.takaful.co.id /

www.ramayana.co.id / www.prudential.co.id / www.axa-mandiri.co.id /

www.paninlife.co.id / www.sinarmas.co.id.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi ...

19

1.8 Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian tidak secara langsung

ke perusahaan yaitu melalui penelitian ke pojok bursa di Perpustakaan

Universitas Widyatama untuk mendapatkan laporan tahunan (annual report)

perusahaan guna memperoleh data sekunder berupa laporan keuangan selama 5

tahun yaitu periode 2007-2011. Dan juga di Perpustakaan Magister Manajemen

UNPAD Jl. Dipati Ukur No. 35, Bandung. Sedangkan waktu penelitian ini

dimulai dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Juni 2013.