BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam...

33
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara linguistik maupun nonlinguistik. Penyampaian pesan secara nonlinguistik, seperti gerakan tubuh, mimik muka, kode, simbol dan lain sebagainya. Adapun penyampaian pesan secara linguistik melalui bentuk lisan maupun tulisan, seperti terjemahan. Dalam hal ini definisi penerjemahan cukup beragam. Menurut Al-Khuli (1982: 291) penerjemahan yaitu mengubah teks, kalimat atau kata suatu bahasa ke bahasa lain. Selain itu, Hoed (1992: 4) berpendapat penerjemahan adalah suatu kegiatan mengalihkan amanat dari suatu bahasa, yaitu bahasa sumber ke dalam bahasa lain. Dalam penerjemahan selalu terlibat dua bahasa. Suatu teks tertulis dalam bahasa sumber disebut teks sumber (TSu) dan teks tertulis dalam bahasa sasaran disebut teks sasaran (TSa). Adapun Simatupang (2000: 2) menyatakan bahwa, menerjemahkan adalah mengalihkan makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dan mewujudkannya kembali di dalam bahasa sasaran, dengan bentuk-bentuk yang sewajar mungkin menurut aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penerjemahan merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan

dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Penyampaian pesan dapat

dilakukan secara linguistik maupun nonlinguistik. Penyampaian pesan secara

nonlinguistik, seperti gerakan tubuh, mimik muka, kode, simbol dan lain

sebagainya. Adapun penyampaian pesan secara linguistik melalui bentuk

lisan maupun tulisan, seperti terjemahan. Dalam hal ini definisi penerjemahan

cukup beragam. Menurut Al-Khuli (1982: 291) penerjemahan yaitu

mengubah teks, kalimat atau kata suatu bahasa ke bahasa lain.

Selain itu, Hoed (1992: 4) berpendapat penerjemahan adalah suatu

kegiatan mengalihkan amanat dari suatu bahasa, yaitu bahasa sumber ke

dalam bahasa lain. Dalam penerjemahan selalu terlibat dua bahasa. Suatu teks

tertulis dalam bahasa sumber disebut teks sumber (TSu) dan teks tertulis

dalam bahasa sasaran disebut teks sasaran (TSa).

Adapun Simatupang (2000: 2) menyatakan bahwa, menerjemahkan

adalah mengalihkan makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam

bahasa sasaran dan mewujudkannya kembali di dalam bahasa sasaran, dengan

bentuk-bentuk yang sewajar mungkin menurut aturan-aturan yang berlaku

dalam bahasa sasaran.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

2

Kewajaran dalam penerjemahan berkaitan erat dan dapat dicapai

dengan penguasaan seorang penerjemah terhadap bahasa sumber dan bahasa

sasaran, yaitu dalam hal penguasaan gramatikal dan kosakata bahasa. Karena

adanya perbedaan dalam tata bahasa, penerjemah perlu mencari padanan yang

paling dekat untuk mengungkapkan makna suatu kata dari bahasa sumber ke

dalam bahasa sasaran. Kemudian struktur gramatikal bahasa sumber juga

harus disesuaikan ke dalam bahasa sasaran, agar kalimat yang dihasilkan

berterima dalam bahasa sasaran.

Dalam proses penerjemahan, beberapa penerjemah seringkali

melakukan pergeseran untuk memperoleh makna yang sesuai, agar pesan

yang disampaikan bahasa sasaran sama dengan bahasa sumber dan hasil

terjemahan mencapai kesepadanan. Kesepadanan adalah kesesuaian antara isi

pesan TSu dan TSa. Jadi, tidak jarang ketika menerjemahkan terdapat

beberapa hasil terjemahan yang tidak sama persis dengan bahasa sumber,

karena dalam hasil terjemahan tersebut terdapat pergeseran. Pergeseran-

pergeseran dalam penerjemahan disebabkan karena setiap bahasa itu memiliki

keunikan dan komponen-komponen makna yang berbeda pada setiap bahasa.

Pergeseran yang terjadi dalam proses penerjemahan bisa berupa

pergeseran pada tataran bentuk dan pergeseran pada tataran makna.

Pergeseran tersebut banyak terjadi, diantaranya pada penerjemahan teks

drama, film, komik, dan sebagainya. Demikian pula yang terjadi pada teks

drama Ma'sa >tu Zainab. Teks drama ini merupakan sebuah karya sastra Arab

salah satu karya Ali Ahmad Ba >katsi >r dan telah diterjemahkan oleh Hidayah

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

3

(2009) ke dalam bahasa Indonesia. Objek kajian dalam penelitian ini adalah

teks drama Ma'sa>tu Zainab (BSu), yang memiliki banyak jenis pergeseran

dalam penerjemahan.

Dalam penelitian ini akan dibahas pergeseran bentuk dan makna yang

terjadi dalam penerjemahan teks drama Ma'sa>tu Zainab. Penulis akan

meneliti dan menganalisis teks drama tersebut karena adanya fenomena jenis

pergeseran bentuk dan makna yang akan diteliti dalam lingkup

penerjemahan, serta terdapat banyak data yang dibutuhkan peneliti dalam teks

drama Ma'sa >tu Zainab.

Pergeseran bentuk pada dasarnya terjadi karena adanya perbedaan

struktur gramatikal yang berbeda antara bahasa sumber dengan bahasa

sasaran. Contohnya adalah sebagai berikut:

) ٧: ٠٩٩١ )باكثري، مستحيل؟ ىذا ءاجلال كليرب يرجع عن رأيو يف

[Kilyibir yarji‘u ‘an ra'yihi fi>l-jala >'i? ha >dza mustachi >lun

(Bakatsir, 1990: 7)]

Jenderal akan mencabut keputusannya untuk menarik pasukan

Perancis dari Mesir? Tidak mungkin! (Hidayah, 2009: 12)

Pada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis

dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi >lun مستحيل (BSu), yang diterjemahkan

menjadi ''tidak mungkin'' (BSa). Kata mustachi >lun مستحيل dalam BSu,

merupakan kata yang berkategori nomina dengan penanda tanwin pada huruf

terakhirnya (Ghulayaini, 2005: 15).

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

4

Adapun dalam BSa, kata mustachi >lun مستحيل diterjemahkan menjadi

frasa yaitu ''tidak mungkin''. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang

sifatnya tidak predikatif (Kridalaksana, 2008: 66). Dengan demikian, kalimat

di atas mengalami pergeseran penerjemahan pada tataran sintaksis dari kata

mustachi >lun مستحيل dalam BSu ke frasa ''tidak mungkin'' dalam BSa.

بالقيادة العامة من أحقىذا من حماسيب مينو و جواسيسو. يعتقد أن مينو (٠٠-٠١: ٠٩٩١ )باكثري،لكن دلاذا تسألىن عنو ؟ كليرب.

[Ha>dza > min mucha >si >bi Mi >nu> wa jawa >si >sihi. Ya‘taqidu an Mi >nu > achaqqu bil qiya >da>til-‘a>mmati min Kilyibir. Lakin lima >dza > tas'aluni> ‘anhu? (Bakatsir, 1990: 10-11)]

Ia pembantu dan mata-mata Jenderal Menno. Dia pikir Jenderal

Menno lebih tepat menjadi panglima besar dibanding Jenderal

Clever? Kenapa? Ada apa dengannya selain dia selalu menjadi

penggoda perempuan? (Hidayah, 2009: 19)

Pada contoh pertama terdapat pergeseran bentuk pada tataran sintaksis

dari kata ke frasa. Kata tersebut ditandai dengan adanya ciri kata berupa

tanwin. Adapun pada contoh kedua terdapat pergeseran bentuk dalam tataran

sintaksis dari kata (berupa ism tafdhi >l) ke frasa, yaitu kata achaqqu أحق

(BSu), menjadi ''lebih tepat'' (BSa).

Kata achaqqu أحق dalam BSu, merupakan kata berupa ism tafdhi>l.

Ism tafdhi >l التفضيل اسم , yaitu sifat yang diambil dari fi’l, menunjukkan atas

dua sesuatu yang bersamaan di dalam sifat dan salah satu darinya memiliki

nilai lebih atas yang lainnya. (Ghulayaini, 2005: 145). Kata achaqqu أحق

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

5

diambil dari fi’l yang berasal dari kata chaqqa-yachuqqu ,Munawwir) حيق-حق

1997: 282).

Adapun dalam BSa, kata achaqqu diterjemahkan menjadi frasa أحق

yang merupakan gabungan dari dua kata, yaitu ''lebih tepat''. Dengan

demikian, penerjemahan di atas mengalami pergeseran pada tataran sintaksis

dari kata achaqqu أحق (BSu) ke frasa ''lebih tepat'' (BSa).

Contoh di atas merupakan sebagian data yang diambil dari pergeseran

bentuk. Adapun pergeseran makna bisa terjadi karena padanan kata yang

sangat tepat dalam bahasa sumber tidak terdapat dalam bahasa sasaran. Oleh

karena itu, kata dalam bahasa sasaran bisa diganti dengan kata lain yang

maknanya mendekati kata dalam bahasa sumber. Contoh sebagai berikut:

د يا سليمان. اختف بني تلك استع. الوليمةوى ! ىذا صاحىب قد خرج من )٨٥: ٠٩٩١ )باكثري، األشجار

[Way! ha >dza > sha >chibii > qad kharaja minal-wali >mati. Ista’id ya > Sulaima >nu. Ikhtafi baina tilkal-asyja >ri (Bakatsir, 1990: 58)]

Wah, lihat temanku sedang keluar dari acara makan siang.

Bersiaplah, Sulaiman. Cepat sembunyi ke balik pohon-pohon itu

(Hidayah, 2009: 107)

Pada penerjemahan di atas terdapat pergeseran makna dari makna

generik ke makna spesifik yaitu pada kata al-wali>matu الوليمة (BSu)

diterjemahkan menjadi ''acara makan siang'' (BSa). Kata al-wali >matu الوليمة

dalam BSu, termasuk kategori nomina yang ditandai dengan adanya charfu

jar (Ghulayaini, 2005: 15) yaitu preposisi min من. Al-wali >matu الوليمة dalam

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

6

kamus al-Maurid (Baalbaki, 2006: 1063) mempunyai arti perjamuan. Jadi,

kata tersebut termasuk kategori makna generik karena sifatnya masih umum.

Adapun dalam BSa, kata al-wali>matu الوليمة diterjemahkan dengan arti

lain yang mendekati makna perjamuan, yaitu ''acara makan siang''. ''Acara

makan siang'' termasuk kategori makna spesifik karena merupakan bagian

dari makna perjamuan. Dalam hal ini perjamuan mempunyai arti pertemuan

makan minum; pesta; resepsi (KBBI, 1990: 349). Oleh karena itu,

penerjemahan di atas bergeser dari makna generik al-wali>matu وليمةال dalam

BSu ke makna spesifik ''acara makan siang'' dalam BSa.

Beberapa contoh data telah dipaparkan di atas. Adapun pentingnya

penelitian ini adalah agar bisa diketahui bagaimana jenis-jenis pergeseran

bentuk dan makna dalam penerjemahan, yang terjadi pada teks drama

Ma'sa>tu Zainab. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam

penerjemahan suatu teks atau wacana terdapat dua hal yang harus

diperhatikan. Pertama, penerjemahan harus disesuaikan dengan kaidah bahasa

sasaran, agar pesan yang ada dalam bahasa asli dapat tersampaikan dengan

baik. Kedua, penerjemahan juga harus selalu mempertimbangkan konteks

atau keadaan suatu ujaran. Kedua hal inilah yang seringkali menyebabkan

terjadinya pergeseran dalam penerjemahan, terutama pergeseran bentuk dan

makna.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka peneliti

mengidentifikasikan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1) Bagaimana jenis pergeseran bentuk dalam penerjemahan teks drama

Ma'sa>tu Zainab?

2) Bagaimana jenis pergeseran makna dalam penerjemahan teks drama

Ma'sa>tu Zainab?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mendeskripsikan jenis pergeseran bentuk dalam penerjemahan teks drama

Ma'sa>tu Zainab.

2) Mendeskripsikan jenis pergeseran makna dalam penerjemahan teks drama

Ma'sa>tu Zainab.

1.4 Pembatasan Masalah

Penelitian ini membahas jenis pergeseran bentuk dan makna dalam

penerjemahan. Pergeseran bentuk dan makna dipilih sebagai batasan

penelitian karena dalam proses penerjemahan selalu terjadi pergeseran dari

suatu bentuk ke dalam bentuk yang lain, serta dari satu sistem sosio-kultural

ke dalam sistem sosio-kultural yang lain.

Adapun objek data dari penelitian ini akan dibatasi pada morfem serta

kata dalam teks drama Ma'sa>tu Zainab (BSu) karya Ali Ahmad Ba >ka>tsir.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

8

Oleh sebab itu, hal-hal di luar dari objek penelitian tidak tercantum dalam

penelitian ini.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan baik secara teoritis

maupun praktis:

a) Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa dalam

memahami dan memperluas ilmu penerjemahan, terutama dalam hal jenis

pergeseran bentuk dan makna dalam penerjemahan dengan menerapkan

teori yang sudah ada.

b) Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peminat

sastra Arab untuk melakukan penelitian dalam penerjemahan teks drama

Ma'sa>tu Zainab dengan pendekatan yang lain, sehingga ke depannya akan

diperoleh hasil penelitian di bidang sastra Arab yang beragam.

1.6 Landasan Teori

Dalam hal ini, dipaparkan beberapa teori yang digunakan sebagai

landasan dan pendukung dalam menganalisis data sesuai dengan tema.

Landasan teori yang digunakan, meliputi: teori penerjemahan, teori

pergeseran penerjemahan, serta faktor-faktor penyebab pergeseran.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

9

1.6.1 Teori Penerjemahan

Beberapa pengertian tentang penerjemahan telah dikemukakan

oleh beberapa ahli. Newmark (1988: 7) menyatakan tiga pemahaman

penting tentang penerjemahan. Pertama, penerjemahan merupakan

suatu kegiatan yang memerlukan keahlian atau ketrampilan. Hal ini

menunjukkan bahwa penerjemahan dapat dilakukan dengan baik oleh

orang yang memiliki keahlian atau ketrampilan tertentu.

Kedua, penerjemahan merupakan kegiatan mengungkapkan

kembali makna atau pesan yang terkemas dalam bahasa sumber ke

dalam bahasa sasaran. Dalam hal ini nampak adanya dua elemen yang

terkait satu sama lain, yaitu isi dan kemasan. Isi dalam penerjemahan

berupa makna atau pesan, sedangkan kemasan berupa bentuk bahasa.

Ketiga, karena bentuk bahasa sumber dan bahasa sasaran

berbeda, jadi makna yang diungkapkan kembali oleh seorang

penerjemah sedikit banyak mengalami distorsi atau penyimpangan

makna aslinya. Distorsi makna tersebut terlihat dari fenomena

penambahan informasi (overtranslation) dan pengurangan informasi

(undertranslation).

Sementara itu, Kridalaksana (2008: 181) mendefinisikan

penerjemahan sebagai pengalihan amanat antarbudaya atau

antarbahasa dalam tataran gramatikal dan leksikal dengan maksud,

efek, atau ujud yang sedapat mungkin tetap dipertahankan. Menurut

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

10

Kridalaksana (2008: 13), amanat (message) ialah keseluruhan makna

atau isi suatu wacana, konsep dan perasaan yang hendak disampaikan

pembicara untuk dimengerti dan diterima oleh pendengar.

1.6.2 Teori Pergeseran Penerjemahan

Setiap bahasa mempunyai aturan sendiri-sendiri. Aturan

bahasa yang berlaku pada suatu bahasa belum tentu berlaku pada

bahasa lain. Dalam hal ini, dengan adanya perbedaan aturan dan

bentuk untuk mengungkapkan berbagai bahasa, terlihat adanya

pergeseran yang terjadi dalam penerjemahan.

Pergeseran (shift) adalah perubahan linguistik yang terjadi

antara TSu dan TSa (Hatim dan Munday, 2004: 26). Salah satu ahli

penerjemahan yang membahas pergeseran dalam penerjemahan

dengan sangat mendalam adalah Catford (1974: 73), yang membagi

dua tipe pergeseran, yaitu pergeseran level dan pergeseran kategori.

Adapun Newmark (1988: 85) menyatakan, pergeseran disebut

juga dengan transposisi. Ada tiga tipe pergeseran, yaitu pergeseran

atau perubahan dari tunggal ke jamak atau dari perubahan posisi

ajektif, pergeseran karena struktur dalam bahasa sumber tidak terdapat

dalam bahasa sasaran, dan pergeseran suatu kata yang diungkapkan

dalam frasa atau klausa.

Terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli

terkait dengan teori pergeseran penerjemahan. Namun, dalam

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

11

penelitian ini akan digunakan teori menurut Simatupang (2000), yang

mengklasifikasikan pergeseran dalam penerjemahan menjadi dua

jenis, yaitu pergeseran bentuk dan pergeseran makna.

1.6.2.1 Pergeseran Bentuk

Simatupang (2000: 74) menyatakan bahwa dengan adanya

perbedaan aturan dan bentuk untuk mengungkapkan makna di

antara berbagai bahasa, terlihat adanya pergeseran yang terjadi

dalam terjemahan, salah satunya yaitu pergeseran bentuk.

Pergeseran bentuk adalah suatu prosedur penerjemahan yang

melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari bahasa sumber ke

bahasa sasaran (Machali, 2000: 63). Pergeseran bentuk, meliputi

pergeseran pada tataran morfem, pergeseran dalam tataran

sintaksis, serta pergeseran kategori kata.

1.6.2.1.1 Pergeseran pada Tataran Morfem

Pergeseran yang terjadi dari tataran morfem ke tataran kata

terlihat dalam contoh berikut:

Impossible (Bahasa Inggris)

Tidak mungkin (Bahasa Indonesia)

Morfem im- pada impossible (Bahasa Inggris) mengalami

pergeseran dalam penerjemahan, menjadi kata ''tidak'' pada tidak

mungkin (Bahasa Indonesia). Im- merupakan morfem (morfem

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

12

terikat), yang kemudian bergeser menjadi kata (morfem bebas),

yaitu ''tidak''.

1.6.2.1.2 Pergeseran dalam Tataran Sintaksis

Jenis pergeseran dalam tataran sintaksis, berupa pergeseran

dari kata ke frasa, pergeseran dari frasa ke klausa, pergeseran frasa

ke kalimat, pergeseran dari klausa ke kalimat dan pergeseran dari

kalimat ke wacana, yang terjadi dalam penerjemahan. Adapun

dalam penelitian ini hanya akan membahas pergeseran pada tataran

sintaksis dari kata ke frasa.

Contoh berikut memperlihatkan pergeseran pada tataran

sintaksis dari kata ke frasa, yaitu:

Kata (BSu) : Girl (Bahasa Inggris)

Frasa (BSa) : Anak perempuan (Bahasa Indonesia)

1.6.2.1.3 Pergeseran pada Kategori Kata

Pergeseran kategori terjadi apabila sebuah item bahasa

sumber dari suatu kelas, diterjemahkan ke dalam item bahasa

sasaran yang merupakan anggota kelas berbeda (Catford, 1974:

78). Kategori sebagai tataran di bawah fungsi-fungsi sintaksis.

Kelas kata atau kategori adalah golongan kata yang mempunyai

kesamaan dalam perilaku formal; klasifikasi atas nomina, adjektif,

dan sebagainya (Kridalaksana, 2008: 116). Hal ini mencakup

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

13

istilah-istilah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat

(adjektiva), kata depan (numeralia), dan lain lain.

Selain pergeseran pada tataran morfem dan sintaksis,

pergeseran pada kategori kata juga dapat terjadi pada proses

penerjemahan. Dalam penelitian ini, akan dipaparkan teori

pergeseran kategori kata yang dikelompokkan menjadi dua jenis,

yaitu pergeseran dari nomina ke adjektiva, serta pergeseran dari

nomina ke verba.

1.6.2.1.3.1 Pergeseran dari Nomina ke Adjektiva

He is in good health.

Dia dalam keadaan sehat.

1.6.2.1.3.2 Pergeseran dari Nomina ke Verba

We had a very long talk.

Kami berbicara lama sekali.

1.6.2.2 Pergeseran Makna

Menurut Simatupang (2000: 78), pergeseran di bidang

semantik terjadi karena perbedaan sudut pandang dan budaya

penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Pergeseran di bidang makna

ini juga mengakibatkan, bahwa tidaklah selalu mungkin

memindahkan makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke

bahasa sasaran secara tepat atau utuh. Dalam hal ini jenis-jenis

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

14

pergeseran makna, meliputi pergeseran dari makna generik ke

makna spesifik dan sebaliknya, serta pegeseran makna karena

perbedaan sudut pandang budaya.

1.6.2.2.1 Pergeseran dari Makna Generik ke Makna Spesifik dan

Sebaliknya

Pergeseran terjadi karena ada kalanya padanan yang sangat

tepat sebuah kata dalam bahasa sumber tidak terdapat dalam

bahasa sasaran. Misalnya, kata bahasa sumber mempunyai makna

generik dan padanan kata tersebut dalam bahasa sasaran tidak

mengacu pada makna generik, tetapi pada makna yang lebih

spesifik (Simatupang, 2000: 78).

Seperti kata brother berarti adik (laki-laki) atau kakak (laki-

laki). Kata brother mengacu pada saudara (laki-laki) baik yang

lebih tua maupun yang lebih muda. Oleh karena itu, penyesuaian

yang dilakukan adalah pergeseran dari makna generik ke makna

spesifik.

Misal lain, pada penerjemahan kata leg atau foot (Bahasa

Inggris) menjadi ''kaki'' (Bahasa Indonesia). Pergeseran yang

terjadi adalah pergeseran dari makna spesifik menjadi makna

generik. Dalam Bahasa Indonesia konsep leg atau foot

diungkapkan dengan satu kata yang bermakna lebih generik, yaitu

''kaki''.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

15

Pergeseran makna yang lebih generik ke makna yang lebih

spesifik atau sebaliknya, yang terjadi dalam proses penerjemahan

tidak terbatas pada kelas kata nomina saja, tetapi juga meliputi

kelas kata verba, adjektiva dan lain sebagainya.

1.6.2.2.2 Pergeseran Makna karena Perbedaan Sudut Pandang Budaya

Pergeseran makna juga terjadi karena perbedaan sudut

pandang dan budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda

(Simatupang, 2000: 80). Contoh:

The space-ship traveled deep into space.

Kapal ruang angkasa itu terbang jauh ke ruang angkasa.

Orang Inggris menghubungkan ruang angkasa dengan

kedalaman, sedangkan orang Indonesia dengan ketinggian atau

kejauhan. Oleh karena itu, terjadi pergeseran karena perbedaan

sudut pandang budaya dari makna kata deep dengan ''jauh''.

1.6.3 Faktor-Faktor Penyebab Pergeseran

Berdasarkan sudut pandang teori kebahasaan, pergeseran

bertitik tolak dari kesepadanan formal dalam proses pengalihan

dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Kesepadanan formal adalah

kategori–kategori dalam bahasa sumber yang menempati tempat

sesuai atau pada tempat yang sama di dalam bahasa sasaran. Dalam

penerjemahan, pergeseran formal sangat dimungkinkan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

16

sehubungan dengan usaha untuk membuat hasil terjemahan yang

wajar (Catford,1974: 73).

Perlunya pergeseran penerjemahan ini juga dikemukakan

oleh Benny H. Hoed (dalam Machali, 2000: 11) yang menyatakan

bahwa salah satu cara untuk mengatasi masalah kesepadanan

adalah melakukan pergeseran, baik pergeseran struktural (bentuk)

maupun pergeseran semantik (makna).

Machali (2000: 63) menyatakan sebab terjadinya

pergeseran yang paling utama adalah adanya sistem bahasa yang

berbeda, sehingga penerjemah tidak mempunyai pilihan lain untuk

mencari padanannya selain dengan cara pergeseran. Beberapa

sebab terjadinya pergeseran, antara lain;

1) Adanya struktur gramatikal bahasa sumber tidak ada dalam

struktur gramatikal bahasa sasaran, seperti peletakan objek

di latar depan dalam bahasa Indonesia yang tidak terdapat

dalam struktur gramatikal bahasa Inggris.

BSu: We must bring the book

BSa: Buku itu harus kita bawa

Selain itu, peletakan verba di latar depan dalam

bahasa Indonesia tidak lazim digunakan dalam struktur

bahasa Inggris, seperti:

BSu: Its usage has been approved

BSa: Telah disahkan penggunaanya.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

17

2) Adanya ungkapan kewajaran, artinya suatu ungkapan

bahasa sumber dapat diterjemahkan secara harfiah dalam

bahasa sasaran, tetapi padanannya atau pengungkapannya

terasa kaku, seperti frasa nomina menjadi verba, misalnya:

BSu: …..to train entellectual men for the pursuits of an

intellectual life.

BSa: .….untuk melatih para intelektual muda untuk

mengejar kehidupan intelektual

Jika frasa di atas diterjemahkan secara harfiah, maka

terjemahannya menjadi untuk melatih para intelektual muda

untuk pengejaran kehidupan intelektual, dan terjemahan ini

terasa kaku.

3) Adanya kesenjangan gramatikal, misalnya pergeseran yang

terjadi dari kata menjadi frasa. Contohnya:

He speaks well diterjemahkan dia berbicara dengan baik.

Kata well diterjemahkan menjadi frasa dengan baik.

Selain pergeseran di bidang bentuk, pergeseran juga

terjadi di bidang makna (semantik). Pergeseran serupa itu

terjadi disebabkan oleh perbedaan sudut pandang dan

budaya penutur bahasa yang berbeda, karena adanya

pergeseran makna tidaklah selalu mungkin memindahkan

makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran secara

tepat dan utuh.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

18

Sebagaimana diketahui bahwa mencari padanan

bukanlah perkara mudah dalam penerjemahan, karena

padanan yang diusahakan adalah padanan yang terdekat.

Seperti padanan yang paling dekat dari kata Inggris leg atau

foot adalah ''kaki''.

Contoh lain adalah kalimat I think so diterjemahkan

menjadi ''saya rasa begitu atau saya pikir begitu''. Orang

Inggris berpikir (think) tidak menggunakan perasaan (feel)

sehingga tidak wajar bekata I feel so untuk mengungkapkan

kata ''saya rasa begitu''. Setidak-tidaknya berpikir dan

merasa dalam bahasa Inggris dibedakan secara tegas.

1.7 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan, penelitian tentang pergeseran bentuk dan

makna dalam penerjemahan masih belum banyak dilakukan, terutama oleh

mahasiswa program studi sastra Arab. Akan tetapi, penelitian tentang

pergeseran dalam penerjemahan, sebelumnya sudah dilakukan oleh beberapa

mahasiswa selain program studi sastra Arab, yaitu sebagai berikut:

1.7.1 Pergeseran Bentuk dalam Penerjemahan

Terdapat beberapa penelitian dengan tema yang berkaitan

dengan pergeseran bentuk dalam penerjemahan, diantaranya sebagai

berikut: Pertama, tesis karya Pantas (2011) “Analisis Teknik

Penerjemahan dan Pergeseran (Shifts) pada Teks Kontrak AXA-LIFE

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

19

Indonesia”. Penelitian ini menganalisis penerapan teknik

penerjemahan serta pergeseran bentuk sebagai bagian dari pergeseran

kategori dalam suatu produk legal teks. Kemudian ditemukan

ketidakakuratan penerjemahan atas 5 frasa, yang menghasilkan

terjemahan tidak ekivalen dalam penerjemahan dari bahasa sumber ke

bahasa sasaran.

Kedua, tesis Sasmito (2004) dengan judul “Pergeseran Tataran

Kalimat Majemuk Bertingkat dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia

dalam Terjemahan Teks drama Elephants Can Remember”. Penelitian

ini ditemukan tiga kesimpulan. Pertama, penerjemah melakukan

strategi pergeseran tataran dalam mengubah struktur asli bahasa

sumber ke dalam struktur bahasa sasaran. Kedua, tidak semua jenis

dan jenjang pergeseran tataran yang terjadi pada proses penerjemahan

mengubah makna terjemahan. Ketiga, keterbacaan kalimat majemuk

bertingkat yang mengalami pergeseran dalam penerjemahan relatif

cukup tinggi.

1.7.2 Pergeseran Makna dalam Penerjemahan

Kemudian, beberapa penelitian yang berkaitan dengan

pergeseran makna dalam penerjemahan, diantaranya sebagai berikut:

Pertama, karya Hibaturrahmah (2012) berjudul “Pergeseran

Terjemahan teks Bermuatan Budaya dalam Cergam Le Petit Spirou

Karya Tome dan Janry”. Hasil penelitian ini menunjukkan penyebab

pergeseran makna dan memperlihatkan proses transposisi, modulasi,

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

20

ekuivalensi, serta adaptasi yang dilakukan penerjemah sehingga teks-

teks bermuatan budaya diterjemahkan dengan menyesuaikan budaya

bahasa sasaran, dapat diterima dalam bahasa sasaran dan pesan yang

disampaikan sama dengan bahasa sumber.

Kedua, contoh penelitian lain tentang pergeseran makna dalam

penerjemahan yaitu, skripsi karya Widyagani (2012) “Analisis

Pergeseran Makna Penerjemahan Komik Bleach dalam Bahasa Inggris

dan Bahasa Indonesia”. Penelitian ini membahas fenomena pergeseran

makna yang terjadi dalam proses penerjemahan manga Bleach, serta

melakukan perbandingan antara versi online dengan versi cetak

Bleach. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pergeseran makna

terjadi dalam proses penerjemahan atas dasar beberapa alasan dari

pihak penerjamah.

Ketiga, skripsi karya Nafiah (2014) berjudul “The Meaning

Shifts In Indonesian Translation Of Noun Phrses In Jane Austen’s

Pride And Prejudice”. Hasil analisis data dari penelitian ini yaitu,

disimpulkan bahwa pergeseran makna paling sering terjadi pada head

dalam noun phrses dan prosedur penerjemahan yang paling sering

digunakan oleh penerjemah adalah equivalence.

1.7.3 Pergeseran Bentuk dan Makna dalam Penerjemahan

Selain meneliti salah satu jenis pergeseran dalam

penerjemahan. Beberapa penelitian telah dilakukan dengan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

21

menggunakan kedua teori jenis pergeseran yaitu pergeseran bentuk

dan makna, diantaranya sebagai berikut:

Pertama, skripsi karya Felistyana (2006) “Analisis

Penerjemahan Kosakata Kebudayaan Fisik Bahasa Jepang ke Bahasa

Indonesia dalam Cerita Pendek Imogayu”. Hasil dari penelitian ini

adalah sebagian besar data mengalami pergeseran bentuk dan makna.

Kemudian, sebagian besar data tidak mengalami pengurangan isi

pesan kosakata, karena fungsi benda dipertahankan walaupun bentuk

bendanya berbeda antara benda atau objek dalam bahasa sumber

dengan bahasa sasaran.

Kedua, skripsi karya Tisani (2009) dengan judul “Pergeseran

Terjemahan Nomina Teks drama L’Aube pada Teks drama

Terjemahan Fajar”. Pergeseran yang dikaji dalam penelitian ini adalah

pergeseran bentuk dan makna. Menurut hasil penelitian, ditemukan

berbagai macam variasi pergeseran nomina bahasa Perancis dalam

teks drama tersebut.

Sejauh pengamatan peneliti, bahwa judul Pergeseran Bentuk

dan Makna dalam Penerjemahan Teks Drama Ma'sa>tu Zainab Karya

Ali Ahmad Ba >katsi >r belum pernah diteliti. Adapun dari segi teori yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori jenis pergeseran bentuk dan

makna sudah pernah diteliti. Sedangkan dari objek penelitian, yaitu

teks drama Ma'sa>tu Zainab belum pernah dibahas.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

22

1.8 METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mencakup

sumber data dan data, jenis penelitian, penjaringan data, analisis data, serta

penyajian hasil analisis.

1.8.1 Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah teks drama Ma'sa>tu

Zainab (BSu) karya Ali Ahmad Ba>katsi >r, diterbitkan oleh Maktabah

Mashi >r. Adapun data yang digunakan, yaitu seluruh morfem dan kata

yang diklasifikasikan berdasarkan jenis pergeseran dalam tataran

bentuk dan pergeseran dalam tataran makna.

Objek formal dalam penelitian ini, yaitu pergeseran bentuk dan

makna. Adapun objek material yang digunakan, berupa morfem serta

kata pada teks drama Ma'sa>tu Zainab (BSu) karya Ali Ahmad

Ba>katsi >r (1990). Sedangkan bahasa sasaran yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu Tragedi Zainab yang diterjemahkan oleh Hidayah

(2009) ke dalam bahasa Indonesia.

1.8.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif deskriptif. Sutopo (2002: 35) menyatakan, data

yang dikumpulkan dalam penelitian jenis ini berupa kata-kata, kalimat

atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

23

frekuensi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kualitatif deskriptif.

Hal ini dikarenakan jenis penelitian ini mampu menangkap

berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi teliti dan merupakan

penelitian yang menjelaskan dengan kata-kata, bukan menggunakan

angka statistik dalam menjawab dan menjelaskan rumusan masalah.

Jenis penelitian ini dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih

mendalam mengenai masalah-masalah yang telah dirumuskan,

maupun masalah yang mungkin muncul pada waktu pengumpulan dan

analisis data, karena jenis penelitian kualitatif deskriptif dapat

menangkap dan mendeskripsikan permasalahan secara mendalam.

Selain itu, sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif,

desain penelitian kualitatif bersifat lentur dan terbuka, artinya jika

secara tidak terduga diperoleh temuan yang menarik, maka desain

penelitian ini dapat disesuaikan dengan realitas temuan tersebut.

1.8.3 Penjaringan Data

Penjaringan data dalam penelitian ini menggunakan metode

noninteraktif. Metode noninteraktif meliputi kuesioner, pencatatan

dokumen atau arsip, dan observasi tak berperan (Sutopo, 2002: 58)

Dalam hal ini, metode yang digunakan untuk meneliti teks drama

tersebut dengan cara pencatatan dokumen.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

24

Pengumpulan data dengan cara pencatatan dokumen dalam

penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membaca semua halaman teks drama Ma'sa>tu Zainab yang

berbahasa Arab sebagai teks sumber setebal 125 halaman.

b. Menggarisbawahi semua kata yang berhubungan dengan jenis

pergeseran bentuk dan makna, sebagai contoh:

د يا سليمان. اختف بني . استعالوليمةوى ! ىذا صاحىب قد خرج من )٨٥: ٠٩٩١ )باكثري، تلك األشجار

[Way! ha >dza > sha >chibii > qad kharaja minal-wali>mati. Ista’id ya> Sulaima>nu. Ikhtafi baina tilkal-asyja >ri.

(Bakatsir, 1990: 58)]

c. Mencatat semua kata yang ditemukan dalam teks drama

dengan konteks kalimatnya, seperti:

د يا سليمان. اختف بني الوليمة. استعا صاحىب قد خرج من وى ! ىذ )٨٥: ٠٩٩١ )باكثري، تلك األشجار

[Way! ha >dza > sha >chibii > qad kharaja minal-wali>mati. Ista’id ya> Sulaima>nu. Ikhtafi baina tilkal-asyja>ri (Bakatsir,

1990: 58)]

d. Mencari terjemahan kata yang mengalami pergeseran bentuk

dan makna, dalam teks drama terjemahan yang berjudul

Ma'sa>tu Zainab: Tragedi Zainab setebal 227 halaman

e. Menuliskan semua kata serta terjemahannya di kartu-kartu,

sebagai berikut:

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

25

BSu:

د يا سليمان. اختف بني . استعالوليمةوى ! ىذا صاحىب قد خرج من )٨٥: ٠٩٩١ )باكثري، ألشجارتلك ا

[Way! ha >dza > sha >chibii > qad kharaja minal-wali>mati. Ista’id ya> Sulaima>nu. Ikhtafi baina tilkal-asyja>ri (Bakatsir,

1990: 58)]

BSa:

Wah, lihat temanku sedang keluar dari acara makan

siang. Bersiaplah, Sulaiman. Cepat sembunyi ke balik

pohon-pohon itu (Hidayah, 2009:107)

1.8.4 Analisis Data

Pada proses analisis data penelitian kualitatif terdapat tiga

komponen utama, yaitu: (1) reduksi data, (2) sajian data, serta (3)

penarikan simpulan dan verifikasi. Sutopo (2002: 91) menyatakan,

reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokuskan,

penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote.

Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian.

Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data.

Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data telah

dilakukan dengan membuat ringkasan-ringkasan dari catatan data

yang diperoleh di lapangan. Dalam menyusun ringkasan data tersebut

peneliti juga membuat coding, memusatkan tema, menentukan batas-

batas permasalahan, dan juga menulis memo. Dalam hal ini,

pelaksanaan reduksi data sudah dimulai sejak pelaksanaan

pengumpulan data.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

26

Sajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi

dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat

dilakukan (Sutopo, 2002: 92). Penyajian data meliputi rangkaian

kalimat disusun secara logis dan sistematis yang dapat

menggambarkan keseluruhan data, sehingga penyusunan dan

penarikan kesimpulan dapat diketahui secara cepat dan tepat. Sajian

data yang didasarkan pada rumusan masalah dalam penelitian ini,

disusun dalam bentuk narasi yang mendeskripsikan atau menjelaskan

kondisi secara rinci untuk menjawab setiap permasalahan yang ada.

Dalam penelitian ini, data berupa morfem serta kata yang mengalami

pergeseran betuk dan makna dalam penerjemahan.

Berikut ini beberapa contoh analisis data pergeseran bentuk

dan makna dalam penerjemahan teks drama Ma'sa >tu Zainab.

Pergeseran bentuk dalam penerjemahan, meliputi pergeseran pada

tataran morfem, pergeseran dalam tataran sintaksis, serta pergeseran

kategori kata. Adapun pergeseran makna, meliputi pergeseran dari

makna generik ke makna spesifik dan sebaliknya, serta pergeseran

makna karena perbedaan sudut pandang budaya. Berikut beberapa

contoh data:

أمام ىتأنا ال أعرتف هبذا العزل. فليس لك أن تعزلىن إال بعد حماكم )٥۳: ٠٩٩١ باكثري،) جملس عسكرى

[Ana> la> a‘tarifu bi ha >dza >l-‘azla. Fa laisa laka an tu‘azziluni> illa> ba‘da mucha>kamati > ama>ma majlisi ‘askari > (Bakatsir,

1990: 83)]

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

27

Aku tidak pernah menganggap pemecatan ini ada. Anda

takkan bisa memecatku kecuali setelah Anda mengadili

saya dalam pengadilan militer (Hidayah, 2009: 151)

Pada contoh di atas terdapat pergeseran penerjemahan pada

tataran morfem dari morfem terikat ke morfem bebas, yaitu kata

mucha >kamati yang diterjemahkan menjadi "mengadili ,(BSu) حماكمىت <

saya" (BSa). Huruf ya>’ (ى) pada mucha>kamati ,dalam BSu حماكمىت <

merupakan dhamir muttashil dan termasuk morfem terikat.

Dhamir muttashil ضمري متصل adalah apa-apa yang tidak berada

di awal, dan tidak terletak setelah illa> إال (Ghulayaini, 2005: 88).

Dhamir muttashil terdiri dari sembilan huruf, salah satu diantaranya,

yaitu huruf ya>’ (ى) pada kata mucha>kamati ,Sedangkan .حماكمىت <

morfem terikat merupakan morfem yang tidak bisa berdiri sendiri dan

hanya dapat meleburkan diri pada morfem yang lain (Verhaar, 2004:

97-98).

Adapun dalam BSa, huruf ya>’ (ى) pada mucha>kamati حماكمىت <

diterjemahkan menjadi "saya", yang merupakan morfem bebas.

Morfem bebas dapat berdiri sendiri dalam tuturan (Verhaar, 2004: 97).

Oleh karena itu, pada kata mucha >kamati yang diterjemahkan حماكمىت <

menjadi "mengadili saya", mengalami pergeseran pada tataran

morfem, yaitu dari morfem terikat ya>’ (ى) dalam BSu, menjadi

morfem bebas "saya" dalam BSa.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

28

نعوا العامة. اذىب إىل العلماء و فانطلق أنت إىل اخلاصة عسى أن يقالزعماء و أرباب اجلاه و النفوذ ليبصروا الناس باحلقيقة و حيذروىم من

)٨٥: ٠٩٩١ )باكثري،، . . . ادلكيدةالوقوع ىف ىذه

[Fan-thaliq anta ila>l-kha >shshati ‘asa> an yaqna‘u>l-‘a>mmatu. Idzhab ila >l-‘ulama >'i waz-zu‘ama>'i wa arba >bil-

ja>hi wan-nufu>dzi liyubashshiru >n-na>sa bil-chaqi >qati wa

yuchadzdziru>hum minal-wuqu >‘i fi> ha>dzihil-maki >dati, . . .

(Bakatsir, 1990: 28)]

Kalau begitu kamu saja yang berusaha meyakinkan

mereka. Pergi dan temui para ulama, pemimpin dan orang-

orang berpengaruh untuk menjelaskan apa yang

sebenarnya terjadi kepada rakyat Mesir. Mengingatkan

mereka agar tidak jatuh dalam tipu daya Turki dan

Mamalik, . . . (Hidayah, 2009: 55)

Pada kalimat di atas terdapat pergeseran bentuk dalam

penerjemahan pada tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu

bergesernya kata al-maki >datu ادلكيدة (BSu), yang diterjemahkan

menjadi "tipu daya" (BSa). Kata al-maki >datu ادلكيدة dalam BSu,

termasuk nomina yang ditandai dengan adanya alif lam ال

(Ghulayaini, 2005: 15).

Adapun dalam BSa, kata al-maki >datu ادلكيدة diterjemahkan

menjadi frasa yaitu "tipu daya". Sehingga dengan adanya gabungan

dua kata (ciri frasa) yang terdiri dari kata tipu dan daya, terjadi

pergeseran penerjemahan dari BSu ke BSa dalam teks drama tersebut.

Oleh karena itu, penerjemahan di atas mengalami pergeseran dalam

tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu pada kata al-maki >datu ادلكيدة

dalam BSu, menjadi frasa "tipu daya" dalam BSa.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

29

)٠١: ٠٩٩١ )باكثري، اإلنتظارنتظره فإنو أمر يستحق فلن

[Fal-nantadzirhu fa'innahu amrun yastachiqqul-

inthidza>ra (Bakatsir, 1990: 40)]

Kita akan terus menunggu. Urusan pribadi kita bisa

menunggu. (Hidayah, 2009: 78)

Pada penerjemahan di atas terdapat pergeseran pada kategori

kata dari nomina yaitu al-inthidha >ru اإلنتظار (BSu), yang

diterjemahkan menjadi verba yaitu "menunggu" (BSa). Kata al-

inthidha>ru اإلنتظار dalam BSu, merupakan nomina dengan penanda

alif lam ال (Ghulayaini, 2005: 15). Nomina adalah makna yang bebas

dari waktu (Ni’mah,1988: 17).

Adapun dalam BSa, kata al-inthidha>ru اإلنتظار diterjemahkan

menjadi menjadi verba yaitu "menunggu". Verba adalah sesuatu yang

menunjukkan tindakan atau perbuatan (Chaer, 2008: 254).

"Menunggu" merupakan kata yang menunjukkan perbuatan, yaitu

tinggal beberapa saat di suatu tempat dan mengharap sesuatu akan

terjadi (KBBI, 1990: 973). Oleh karena itu, penerjemahan di atas

mengalami pergeseran pada kategori kata dari nomina ke verba, yaitu

nomina al-inthidha>ru "dalam BSu, menjadi verba "menunggu اإلنتظار

dalam BSa.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

30

يك و أنت حتلم ىذه قدم زلزل حتتسبحان اهلل . . . األرض تت )٧٧: ٠٩٩١ )باكثري، األحالم

[Subcha>nalla >h . . . al-ardhu tatazalzalu tachta qadamaika

wa anta tachlimu ha>dzihil-achla >ma (Bakatsir, 1990: 77)]

Subhanallah. Bumi tengah berguncang di bawah telapak

kakimu sementara kamu masih saja bermimpi besar

(Hidayah, 2009: 141)

Penerjemahan di atas terdapat pergeseran makna dari makna

generik ke makna spesifik, yaitu kata qadamun قدم (BSu), yang

diterjemahkan menjadi "telapak kaki" (BSa). Kata qadamun قدم

merupakan kata yang berkategori nomina dengan penanda charfu jar

(Ghulayaini, 2005: 15). Salah satu tanda charfu jar yaitu tachta حتت,

yang terdapat pada gabungan kata tachta qadamaika ميكحتت قد .

Jika kata qadamun قدم dalam BSu, diterjemahkan secara

harfiah, maka dalam kamus al-Maurid (Baalbaki, 2006: 711) berarti

kaki. Akan tetapi, jika diterjemahkan ke dalam BSa terdapat lebih dari

satu makna, maka terjemahan tersebut merupakan makna generik

karena masih umum dan mempunyai makna lebih dari satu.

Adapun dalam BSa, kata "telapak kaki" termasuk makna

spesifik karena penyebutan "telapak kaki" dalam Bahasa Indonesia

(BSa) bersifat spesifik dan "telapak kaki" merupakan bagian dari kaki.

Definisi dari kata kaki, yaitu anggota badan yang menopang tubuh dan

yang dipakai untuk berjalan (dari pangkal paha ke bawah): bagian

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

31

tungkai (kaki) yang paling di bawah (KBBI, 1990: 378). Oleh karena

itu, penerjemahan di atas mengalami pergeseran makna dari makna

generik ke makna spesifik, yaitu kata qadamun قدم dalam BSu,

menjadi "telapak kaki" dalam BSa.

Setelah melakukan reduksi dan sajian data, peneliti melakukan

penarikan simpulan dan verifikasi. Pada awal pengumpulan data,

peneliti telah memahami arti berbagai hal yang ditemui dengan

melakukan pencatatan pernyatan-pernyataan menuju ke penarikan

simpulan. Dalam hal ini, Sutopo (2002: 92) menyatakan, reduksi

adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek,

membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur

data sedemikian rupa, sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan.

Penarikan simpulan diambil berdasarkan pada temuan dan hasil

analisis data serta pembahasannya.

Jika simpulan sudah diperoleh, maka simpulan itu perlu

diverifikasi. Sutopo (2002: 93) menyatakan, kesimpulan yang perlu

diverifikasi atau ditelusuri kembali dengan cepat dapat dilakukan

dengan replikasi atau pengulangan. Hal ini dilakukan untuk menguji

kembali validitas data, karena makna data pada dasarnya harus diuji

validitasnya supaya kesimpulan penelitian menjadi lebih kokoh. Hasil

penarikan simpulan dan verifikasi digunakan untuk menjawab dua

rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu mendeskripsikan jenis

pergeseran bentuk dalam penerjemahan teks drama Ma'sa >tu Zainab,

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

32

serta mendeskripsikan jenis pergeseran makna dalam penerjemahan

teks drama Ma'sa>tu Zainab.

1.8.5 Penyajian Hasil Analisis

Sudaryanto (1993: 145) mengemukakan ada dua metode yang

dapat digunakan dalam penyajian hasil analisis, yaitu metode formal

dan informal. Metode penyajian hasil analisis secara formal adalah

perumusan dengan menggunakan tanda-tanda dan lambang-lambang.

Adapun metode penyajian hasil analisis secara informal adalah

penyajian data dengan menggunakan rumusan kata-kata biasa.

Penyajian hasil analisis pada penelitian pergeseran bentuk dan

makna dalam penerjemahan teks drama Ma'sa>tu Zainab karya Ali

Ahmad Ba >katsi >r, dilakukan baik secara formal maupun secara

informal. Penyajian secara formal, berupa data dalam bentuk tabel.

Adapun penyajian secara informal, yaitu melalui kata-kata untuk

mendeskripsikan hasil analisis agar mudah dipahami oleh pembaca.

1.9 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini bagian awal terdiri dari

halaman judul, halaman pengesahan, halaman persetujuan, halaman

pernyataan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, pedoman

transliterasi arab-latin, daftar isi, daftar tabel, daftar singkatan, daftar

lampiran, serta abstrak. Bagian isi skripsi terdiri dari tiga bab :

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPada contoh di atas terdapat pergeseran bentuk dalam tataran sintaksis dari kata ke frasa, yaitu kata mustachi>lun ليحتسم (BSu), yang

33

BAB I yaitu Pendahuluan, dalam hal ini diuraikan tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah,

manfaat penelitian, landasan teori, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II yaitu Analisis Data Pergeseran Bentuk dan Makna, meliputi

pembahasan serta analisis data pergeseran bentuk dan analisis pergeseran

makna dari data yang telah diperoleh dalam teks drama Ma'sa>tu Zainab.

BAB III yaitu Penutup, meliputi kesimpulan serta saran.