BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfdimana pengelolaannya tidak hanya terhadap proses...

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mengacu pada prinsip good goovernance bahwa pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun daerah harus menyajikan laporan keuangan yang transparan dan akuntable. Hal ini didasarkan pada amanat Pasal 23 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang menjelaskan bahwa Undang-undang Tentang Keuangan Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar tersebut agar mencerminkan asas-asas best practices. Asas-asas best practices tersebut antara lain akuntabilitas berorientasi pada hasil; profesionalitas; proporsionalitas; keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; dan pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Implementasi penyelenggaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara tentang penyusunan dan penetapan APBD yang dijabarkan dalam bentuk pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum dalam APBN/APBD setiap tahunnya. Dan pada Undang – Undang No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang tercantum pada Pasal 1 dan Pasal 2 tentang bagaimana prosedur jalannya suatu pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ) serta laporan dari pertanggung jawaban yang harus di pertanggung jawabkan.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfdimana pengelolaannya tidak hanya terhadap proses...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Mengacu pada prinsip good goovernance bahwa pemerintah, baik itu

pemerintah pusat maupun daerah harus menyajikan laporan keuangan yang

transparan dan akuntable. Hal ini didasarkan pada amanat Pasal 23 Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang menjelaskan bahwa

Undang-undang Tentang Keuangan Negara perlu menjabarkan aturan pokok

yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar tersebut agar

mencerminkan asas-asas best practices. Asas-asas best practices tersebut

antara lain akuntabilitas berorientasi pada hasil; profesionalitas;

proporsionalitas; keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; dan

pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

Implementasi penyelenggaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal

17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003

Tentang Keuangan Negara tentang penyusunan dan penetapan APBD yang

dijabarkan dalam bentuk pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum

dalam APBN/APBD setiap tahunnya. Dan pada Undang – Undang No 15

Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara yang tercantum pada Pasal 1 dan Pasal 2 tentang bagaimana

prosedur jalannya suatu pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK )

serta laporan dari pertanggung jawaban yang harus di pertanggung jawabkan.

2

Tujuan pencerminan asas-asas tersebut agar semua yang dilaporkan

bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, termasuk aset tetap berupa

Barang Milik Daerah (BMD). Barang Milik Daerah (BMD) merupakan seluruh

barang yang cara perolehannya dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) atau barang yang diperoleh dari

perolehan lainnya yang sah. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 1 Ayat

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah yang menjelaskan bahwa Barang Milik/Kekayaan Negara

BM/KN yakni barang bergerak/barang tidak bergerak yang dimiliki/dikuasai

oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah ataupun dengan perolehan

lainnya yang sah, yang tidak termasuk dalam kekayaan Negara yang

dipisahkan (dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara) dan kekayaan

pemerintah daerah.1Barang Milik Daerah tersebut merupakan asset negara

dimana pengelolaannya tidak hanya terhadap proses administrasinya saja,

melainkan juga harus memperhatikan efisiensi, efektifitas, dan menciptakan

nilai tambah dalam pengelolaan asset tersebut.

Dalam Pemendagri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Barang Milik Daerah yang dimaksud dengan dengan barang milik

daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas

beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal dari

perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak

1 Solihin Dadang. 2001. Kamus Otonomi Daerah Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan. Jakarta. hlm. 17

3

beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat

dinilai, dihitung, diukur, atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-

tumbuhan. Dimana pengelolaan barang milik Negara/daerah dilaksanakan

berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan,

efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

Jika mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun

2007Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Pengeloaan Barang Milik

Negara/Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, yang menjelaskan bahwa yang

disebut dengan barang milik daerah yaitu:

1. Barang milik daerah yang meliputi :

a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; dan

b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;

2. Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau yang sejenis;

b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Secara Yuridis-Normatif, aset negara terbagi atas tiga sub-aset negara

yaitu:

4

1. Barang Milik Negara yang dikelola sendiri oleh pemerintah, misalnya

tanah dan bangunan Kementerian/Lembaga, mobil milik Kementerian/

Lembaga

2. Kekayaan negara yang dipisahkan dan dikelola oleh pihak lain, misalnya

penyertaan modal negara berupa saham di BUMN, atau kekayaan awal

di berbagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang dinyatakan

sebagai kekayaan terpisah berdasarkan Undang - Undang pendiriannya

3. Kekayaan yang dikuasai negara berupa kekayaan potensial terkait

dengan bumi, air, udara dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya yang dikuasai negara selaku organisasi tertinggi, misalnya

tambang, batu bara, minyak, panas bumi, aset nasionalisasi eks-asing,

dan cagar budaya.

Pengelolaan aset Daerah ternyata tidak semudah yang dibayangkan.

Dalam prakteknya, banyak kendala yang terjadi, antara lain tenaga SDM untuk

menyajikan laporan keuangan belum cukup banyak, kebijakan untuk

pengelolaan aset yang belum mengakomodir semua hal yang diperlukan,

penguasaan dan pemeliharaan aset agar tidak hilang, rusak, atau dicuri, dan

sebagainya. Meskipun belum sempurna seperti yang diharapkan, tetapi

penataannya harus dimulai karena aset pemerintah adalah kekayaan yang harus

dipelihara, diamankan, dan dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai amanah

yang harus diemban untuk masyarakat sebagai stakeholders.

Dalam hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan antara inventarisasi,

pembukuan, dan pelaporan mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap

5

pengamanan aset daerah. Secara umum, barang adalah bagian dari kekayaan

yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai/dihitung/diukur/ditimbang

dan dinilai, termasuk uang dan surat berharga. Adapun pada Peraturan Daerah

Badung Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah pada

Pasal 1 Ayat 5 adalah Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli

atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten Badung atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.Sementara itu

ada hal penting yang harus dipahami dalam pengelolaan barang milik daerah,

yakni pertanggung jawaban atas Barang Milik Daerah karena ketika

pemerintah diwajibkan menyampaikan pertanggung jawaban atas pelaksanaan

APBD dalam bentuk laporan keuangan yang disusun melalui suatu proses

akuntansi atas transaksi keuangan, aset, hutang, ekuitas dana, pendapatan dan

belanja, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungan. Informasi Barang

Milik Daerah memberikan sumbangan yang signifikan di dalam laporan

keuangan (neraca) yaitu berkaitan dengan pos-pos persediaan, aset tetap,

maupun aset lainnya.

Pemerintah daerah wajib melakukan pengamanan terhadap Barang

Milik Daerah.Pengamanan tersebut meliputi pengamanan fisik, pengamanan

administratif dibutuhkan sistem penatausahaan yang dapat menciptakan

pengendalian (controlling) atas Badan Milik Daerah. Selain berfungsi sebagai

alat kontrol, sistem penata usahaan tersebut juga harus dapat memenuhi

kebutuhan manajemen pemerintah didalam perencanaan pengadaan,

6

pengembangan, pemeliharaan, maupun penghapusan (disposal) yang tertera

pada Pasal 4 Peraturan Daerah Badung Nomor 1 Tahun 2009.

Dalam kenyataannya, faktor utama penyebab adanya penyimpangan

dalam permasalahan aset barang yaitu dalam hal pengadaan sering kali terjadi

praktek korupsi/nepotisme yang dimana pejabat daerah, dimana dalam hal

pengadaan aset barang milik daerahserta kelalaian dan kurangnya kesadaran

pejabat pemerintah akan pentingnya menjaga aset barang yang telah

dikuasainya. Pejabat pemerintah merasa aset barang milik pemerintah seperti

milik barang pribadi, sehingga sering di jumpai dimana-mana contoh kecil

kendaraan dinas sering digunakan diluar kegiatan institusi kepemerintahan.

Sehingga hal tersebut bisa membuka peluang terancamnya keamanan aset yang

telah dikuasainya.Contohnya terjadinya tindak pidana dan yang menjadi

korban adalah barang milik pemerintah. Disisi lain, pada saat melakukan

inventarisasi barang maka akan jelas barang menjadi tidak valid sehingga pada

saat pemeriksaan pembukuan inventarisasi barang, tim Badan Pengawas

Keuangan selalu saja mendapatkan temuan-temuan baru, ini menunjukan

bahwa masih lemahnya pengamanan aset barang milik daerah.

Pemerintah KabupatenBadung memiliki beberapa aset yang secara riil

akan diketahui bagaimana pola pengelolaan dan pengamanannya melalui

penelitian ini. Sebagaimana daerah-daerah lainnya, barang/aset yang dimiliki

oleh Pemerintah KabupatenBadung di antaranya adalah rumah dinas,

kendaraan dinas, Tanah dan/atau bangunan, serta Modal Daerah. Dalam

penelitian ini akan lebih difokuskan pada kendaraan dinas dan inventarisasi di

7

kantor Pemerintahan Kabupaten Badung, karena aset ini tidak dapat

sembarangan bisa dipindahtangankan atau dihapus tanpa memenuhi

persyaratan yang telah diatur dalam hukum yang mengatur tentang aset/barang

milik negara/daerah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

penulis akan memberikan pembahasan mengenai “Pertanggung Jawaban

Hukum Terhadap Tata Pengelolaan Aset Barang Milik Negara/Daerah Oleh

Pejabat di Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

permasalahan yang akan dibahas didalam penulisan laporan ini adalah:

1. Bagaimana pertanggungjawaban hukum dakam hal pengadaan pada

kepemilikan aset barang milik pemerintah di Kantor Pemerintahan

Kabupaten Badung ?

2. Bagaimana penegakan hukum terhadap tata pengelolaan aset barang milik

Negara/ Daerah apabila ada yang dihilangkan oleh pejabat pemerintah di

Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Meluasnya permasalahan dalam suatu penelitian akan memberikan

informasi yang tidak fokus pada apa yang diteliti, oleh karena itu perlu adanya

pembatasan ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas nantinya.

8

Pembatasan yang dimaksud hanya terkait pengaturan dan penerapan hukum

mengenai kepemilikan aset barang milik pemerintah oleh pejabat pemerintah.

1.4. Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini berdasarkan pada pemikiran, penelitian, dan pemaparan

hasil yang asli dilakukan dan disusun oleh penulis, sehingga orisinalitas

penelitiannya terjamin. Meskipun terdapat uraian yang menyerupai dengan

judul penelitian lain, namun dalam penelitian ini lebih memfokuskan

pembahasan terkait dengan peraturan dan penerapan hukum kepemilikan aset

barang milik pemerintah di Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung

Bagian Pengelola Aset Daerah. Terdapat penelitian terdahulu yang digunakan

sebagai acuan oleh penulis sebagaimana tersaji pada Tabel 1.1 berikut,

Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sejenis

No Judul Penulis Rumusan Masalah

1. Pertanggungjawaban

Hukum Administrasi

Pada Yayasan

Pendidikan Duluwo

Limo Lo Pohalaa

Atas Aset Daerah

Kabupaten

Gorontalo

Hijriah

Maulani

Syaputri

(Mahasiswi

Fakultas

Hukum,

Universitas

Hasanuddin

Makasar),

Tahun

2013.

1. Sejauh mana

pertanggungjawaban

Hukum Administrasi pada

Yayasan Pendidikan

Duluwo Limo Lo Pohalaa

atas pengelolaan aset

daerah Kabupaten

Gorontalo?

2. Bagaimana status atas aset

daerah dalam pengelolaan

Yayasan Pendidikan

9

Duluwo Limo Lo Pohalaa

atas pengelolaan aset

daerah Kabupaten

Gorontalo?

2. Pelaksanaan

Penghapusan Barang

Milik Daerah

Berdasarkan

Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor

17 Tahun 2007

Tentang Pedoman

Teknis Pengelolaan

Barang Milik Daerah

(Studi di Badan

Pengelolaan

Keuangan dan Aset

Daerah Kota

Malang)

Febri Tri

Fransiska

(Mahasiswa

Fakultas

Hukum,

Universitas

Brawijaya

Malang),

Tahun 2014

.

1. Mengapa perlu dilakukan

tindakan penghapusan

barang milik daerah?

2. Bagaimana pelaksanaan

penghapusan barang milik

daerah di lingkungan

Pemerintahan Kota

Malang ?

Tabel 1.2. Daftar Penelitian Penulis

No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah

1. Penerapan

Hukum

Terhadap

Pengelolaan Aset

Barang Milik

Daerah Oleh

Pejabat di

Kantor

(Mahasiswa

Fakultas

Hukum

Universitas

Udayana),

Tahun

2014.

1. Bagaimana pertanggung jawaban hukum pada kepemilikan aset barang milik pemerintah di Kantor Pemerintahan KabupatenBadung?

2. Bagaimana penegakan hukum terhadap tata pengelolaan aset barang milik Negara/ Daerah apabila ada yang dihilangkan oleh

10

Pemerintahan

Kabupaten

Badung

pejabatpemerintah..di...Kantor Pemerintah…KabupatenBadung?

Sebagaimana tabulasi tersebut, penulis mengambil topik Penerapan

Hukum Terhadap Pengelolaan Aset Barang Milik Daerah Oleh Pejabat di

Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung untuk mengetahui dengan jelas

terkait kepemilikan aset barang di Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung.

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian yang baik dan dapat dimenegerti oleh pembaca adalah

penelitian yang memiliki tujuan sehingga mampu memenuhi target yang

diinginkan. Tujuan umum dan khusus sebagaimana poin-poin berikut.

1.5.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini sebagai proses dari penyelesaian

standar kelulusan tugas akhir skripsi Fakultas Hukum Program Ekstensi.

1.5.2. Tujuan Khusus

Mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui dan memahami manajemen kepemilikan aset barang

milik pemerintah oleh pejabat ditinjau dari hukum kepemilikan aset

negara/daerah.

11

2. Untuk mengetahui dan memahami aplikasi hukum oleh pejabat terhadap

aset barang milik pemerintah yang dihilangkan sehingga perlu dilakukan

manajemen kepemilikan aset barang tersebut.

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dalam

bidang Hukum Pemerintahan dan menjadi referensi bagi Pemerintah

KabupatenBadung khususnya bagian Pengelola Aset Daerah.

1.6.2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberi sumbangan kepada masyarakat umum,

masyarakat dikalangan Perguruan Tinggi, khususnya mengenai penerapan

hukum terhadap aset barang milik pemerintah yang dihilangkan oleh pejabat

pemerintah.

1.7. Landasan Teoritis

1.7.1 Teori Negara Hukum

Konsep negara hukum Indonesia menurut M. Yamin sudah lama ada

beribu-ribu tahun sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI 1945 yang menjadi

sumber hukum secara tertulis dalam Republik Indonesia.Istilah negara hukum

jauh lebih muda daripada pengertian negara hukum yang dikenal dalam

negara-negara Indonesia seperti Sriwijaya, Majapahit, Melayu, Minangkabau,

dan Mataram.Hasil penyelidikan ini menolak pendapat seolah-olah pengertian

12

negarah hukum semata-mata bersumber atau berasal dari hukum Eropa

Barat.Tidak demikian halnya, melainkan pengertian negara hukum telah

dikenal dengan baik dalam perkembangan peradaban yang sesuai dengan

kepribadian bangsa Indonesia.2Hukum adalah suatu aturan. Dalam suatu aturan

harus berpedoman pada norma – norma yang telah diatur dalam peraturan

tertulis berupa Undang-undang, dimana suatu aturan akan dapat membatasi

tingkah laku seseorang yang hidup di negara hukum. Hukum mampu mengatur

dan mengarahkan suatu negara menuju kepada best practices dengan beberapa

asas yang perlu diterapkan, sebagaimana diatur dalam amanat Pasal 23C

Undang-Undang Dasar 1945 tentang Keuangan Negara. Asas-asas best

practices yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar tersebut antara lain

akuntabilitas berorientasi pada hasil; profesionalitas; proporsionalitas;

keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; dan pemeriksaan keuangan

oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.Implementasi asas-asas tersebut

sebagaimana diatur dalam Pasal 16-20 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang

penyusunan dan penetapan APBD yang dijabarkan dalam bentuk pelaksanaan

program tahunan.Hal ini dimaksudkan agar semua yang dilaporkan dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, terutama aset tetap berupa Barang

Milik Daerah (BMD).

Barang milik daerah menurut Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Pasal 1 ayat (2) adalah

semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

2Wheare, K.C. 2003. Konstitusi-Konstitusi Modern. Surabaya: Pustaka Evreka. hlm. 35

13

Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah. Untuk aset yang sudah lama

dan tidak dapat digunakan secara optimal lagi oleh pemerintah daerah, aset

tersebut dapat dilakukan penghapusan, selain itu secara ekonomis lebih

menguntungkan bagi daerah apabila dihapus, karena biaya operasional dan

pemeliharaannya lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Namun dalam

pelaksanaan penghapusan dan pemindahtanganan, masih terdapat penghapusan

dan pemindahtanganan yang tidak sesuai dengan mekanisme yang berlaku

karena pelaksanaannya tidak berdasarkan peraturan yang berlaku dan dapat

menimbulkan kemungkinan adanya penyalahgunaan wewenang ataupun

tindakan untuk menguntungkan diri sendiri yang akan merugikan daerah.

Pengelolaan barang (aset) daerah menurut Peraturan Pemerintah No.27

Tahun 2014 Pasal 3 ayat (2) mencakup 12 hal yaitu

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran

2. Pengadaan

3. Penggunaan

4. Pemanfaatan

5. Pengamanan dan pemeliharaan

6. Penilaian

7. Pemindahtanganan

8. Pemusnahan

9. Penghapusan

10. Penatausahaan

11. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian

14

Pengelolaan aset adalah dengan melakukan penghapusan dan

pemindahtanganan. Penghapusan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 2014, Pasal 1 ayat (23) adalah tindakan menghapus Barang Milik

Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat

yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Penggunaan Barang,

dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik

atas barang yang berada dalam penguasaannya. Sedangkan Pemindahtanganan

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (17) adalah

pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah.

Barang Milik Daerah (BMD) yang akan dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) atau barang yang

diperoleh dari perolehan lainnya yang sah dan diatur lebih lanjut dalam pasal 1

Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014. Dalam aturan tersebut

dijelaskan bahwa Barang Milik/Kekayaan Negara BM/KN yakni barang

bergerak/barang tidak bergerak yang dimiliki/dikuasai oleh instansi pemerintah

yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara/Daerah ataupun dengan perolehan lainnya yang sah, yang tidak

termasuk dalam kekayaan Negara yang dipisahkan (dikelola oleh Badan Usaha

Milik Negara) dan kekayaan pemerintah daerah 3.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007Tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2008, serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

3 Solihin Dadang. 2001. Kamus Otonomi Daerah Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan. Jakarta. hlm. 17

15

2014Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, menjelaskan bahwa

yang disebut sebagai barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBN atau APBD atau berasal dari perolehan lain dengan

rincian sebagi berikut,

a. Barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau yang sejenis;

b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Dengan pengertian tersebut, jelas cakupannya sangat luas dan merupakan

pengertian yang mendasar, sebagaimana pula pengertian yang dianut dalam

KUHPerdata, yaitu benda terdiri atas benda berwujud dan tidak berwujud,

sebagaimana yang tersurat pula dalam Pasal 499 KUHPerdata bahwa oleh

Undang-Undang yang diartikan dengan zaken adalah semua benda dan hak yang

dapat dijadikan objek hak milik. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Badung

Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, Barang Milik

Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

1.7.2 Kewenangan

Kewenangan merupakan faktor penting dalam sumber

dayaimplementasi kebijakan. Kewenangan yang dimiliki oleh sumber

dayamanusia adalah kewenangan setiap pelaksana untuk melakukan hal-hal

yangberkaitan dengan apa yang diamanatkan dalam suatu

16

kebijakan.Kewenangan tersebut bervariasi dari program ke program dan

dalambentuk yang berbeda-beda, seperti kewenangan menuntut di

pengadilan,kewenangan memerintah pegawai yang lain, menarik dana dari

program,menyediakan dana, staf dan bantuan teknis kepada tingkatan

pemerintahanyang lebih rendah, membeli barang dan jasa, dan lain-lain

(Edward III,1980:66). Kewenangan yang dimiliki oleh pihak pelaksana

kebijakan dapatberupa kewenangan untuk mengatur pihak lain tidak tercantum

secaraeksplisit dalam kebijakan itu sendiri.Pemberian kewenangan kepada

pelaksana kebijakan akan mengurangiresistensi/penolakan yang mungkin

timbul dari pelaksana kebijakan.Sebaliknya, kewenangan akan mendorong

keterlibatan dan partisipasi parapelaksana implementasi kebijakan.

Badan hukum adalah kumpulan orang, yaitu semua yang di dalam

kehidupan masyarakat sesuai dengan ketentuan undang-undang dapat bertindak

sebagaimana manusia, yang memiliki hak-hak dan kewenangan-kewenangan,

seperti kumpulan orang, perseroan terbatas, perusahaan perkapalan,

perhimpunan, yayasan, dan sebagainya. Dalam kepustakaan hukum dikenal ada

beberapa unsur dari badan hukum, yaitu:

a. Perkumpulan orang (organisasi teratur)

b. Dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan hukum

c. Adanya harta kekayaan yang terpisah

d. Memiliki kepentingan sendiri

e. Memiliki pengurus

f. Memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban

17

g. Dapat digugat di depan pengadilan

Berdasarkan hukum publik negara, provinsi, dan kabupaten, badan

hukum adalah kumpulan dari badan-badan hukum yang tindakan hukumnya

dijalankan oleh pemerintah.Ketika pemerintah bertindak di lapangan

keperdataan dan tunduk pada peraturan hukum perdata, pemerintah bertindak

sebagai wakil dari badan hukum, bukan wakil dari jabatan. Oleh karena itu,

kedudukan pemerintah dalam pergaulan hukum privat, tidak memiliki

kedudukan yang istimewa, dan dapat menjadi pihak dalam sengketa

keperdataan dengan kedudukan yang sama dengan seseorang atau badan

hukum perdata dalam peradilan umum.

Organ dan badan hukum dapat dibedakan dengan tegas.Pada wilayah

kabupaten terdapat organ-organ seperti DPRD, pemerintahan harian, dan

bupati/walikota, namun tetap badan hukumnya adalah badan umum kabupaten.

Dengan kata lain, pembuatan keputusan yang bersifat privat bagi Kabupaten

dilakukan oleh Dewan, atau berdasarkan delegasi, oleh pemerintah harian.

Dalam upaya administratif atau peradilan administrasi, gugatan ditujukan

terhadap organ yang membuat keputusan tersebut. Organ inilah yang menjadi

pihak dalam proses hukum. Sementara dalam hal keperdataan, badan hukumlah

yang menjadi pihak, misalnya pada kabupaten, bupati tampil bertindak untuk

mewakili badan hukum yaitu kabupaten.Berdasarkan keterangan tersebut

tampak bahwa tindakan hukum pemerintah di bidang keperdataan adalah

sebagai wakil dari badan hukum, yang tunduk dan diatur dengan hukum

perdata.Dengan demikian, kedudukan pemerintah dalam hukum privat adalah

18

sebagai wakil dari badan hukum keperdataan.Pejabat Pemerintah sebagai

pengguna barang, memiliki kuasa untuk kepentingan penyelenggaraan tugas

pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.Berdasarkan keterangan diatas

dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hukum bisa diterapkan dimana saja, baik

di dalam institusi pemerintahan sekalipun. Dalam hal ini hukum akan

diterapkan dalam lingkup pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas

perlindungan barang milik daerah tersebut.

Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan

barang milik negara/daerah.Dalam pelaksanaannya, Pejabat Pengguna Barang

menunjuk Kuasa Pengguna Barang yaitu kepala satuan kerja atau pejabat yang

ditunjuk untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya

dengan sebaik-baiknya. Pengguna barang milik daerah berwenang dan

bertanggungjawab :

1. Mengajukan rencana kebutuhan BMD bagi satuan kerja perangkat

daerah yang dipimpinnya

2. Mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan

penggunaan BMD yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lain

yang sah

3. Melakukan pencatatan dan inventarisasi BMD yang berada dalam

penguasaannya

4. Menggunakan BMD yang berada dalam penguasaannya untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja

perangkat daerah yang dipimpinnya

19

5. Mengamankan dan memelihara BMD yang berada dalam

penguasaannya

6. Mengajukan usul pemindahtanganan BMD berupa tanah dan/atau

bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan BMD selain

tanah dan/atau bangunan

7. Menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja

perangkat daerah yang dipimpinnya kepada gubernur/bupati/walikota

melalui pengelola barang

8. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan BMD yang

ada dalam penguasaannya

9. Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran

(LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada

dalam penguasaannya kepada pengelola barang.

1.7.3 Konsep Pertanggung Jawaban Hukum

Pertanggungjawaban Hukum Administrasi

Pertanggungjawaban perbuatan pemerintah muncul akibat adanya 2 hal,

yaitu adanya kewenangan dan adanya hak dan kewajiban.Kewenangan hak dan

kewajiban tersebut merupakan perbuatan pemerintah yang harus

dipertanggungjawabkan.Pertanggungjawaban pemerintah tersebut berupa

pertanggungjawaban hukum (pidana, perdata dan administrasi negara).

Pertanggungjawaban berasal dari kata tanggung jawab, yang berarti keadaan

wajib menanggung segala sesuatunya.Dalam kamus hukum ada dua istilah

20

menunjuk pada pertanggungjawaban, yakni liability (the state of being liable) dan

responsibility (the state or fact being responsible).Liability merupakan istilah

hukum yang luas (a broad legal term) yang di dalamnya mengandung makna

bahwa menunjuk pada makna yanh paling komprehensif, meliputi hampir setiap

karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung, atau yang

mungkin.Liability didefinisikan menunjuk semua karakter hak dan

kewajiban.Sementara itu responsibility berarti hal yang dapat

dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan,

keterampilan, kemampuan, dan kecakapan.Responsibility juga berarti kewajiban

bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan dan memperbaiki atau

sebaliknya memberi ganti rugi atas kerusakan apapun yang telah ditimbulkannya.

Dalam negara hukum, setiap tindakan pemerintahan harus berdasarkan atas

hukum, karena dalam negara terdapat prinsip wetmatigheid van bestuur atau asas

legalitas. Asas ini menentukan bahwa tanpa adanya dasar wewenang yang

diberikan oleh suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka segala

macam aparat pemerintah tidak akan mewakili wewenang yang dapat

mempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukum warga masyarakatnya.

Oppen Hein mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah sebagai

suatugabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang

tinggimaupun rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya

yangtelah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.” Selain itu, Logemann

mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah seperangkatdari norma-norma

21

yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakanuntuk memungkinkan

para pejabat administrasi Negara melakukan tugasmereka yang khusus.”4

Pemerintahan adalah berkenaan dengan sistem, fungsi, cara perbuatan,

kegiatan, urusan atau tindakan memerintah yang dilakukan atau diselenggarakan

atau dilaksanakan oleh pemerintah dalam arti luas (semua Lembaga Negara)

maupun dalam arti sempit (presiden beserta jajaran atau aparatnya). Aksekutif

adalah cabang kekuasaan Negara yang melaksanakan kebijakan publik

(kenegaraan dan atau pemerintahan) melalui peraturan perundang-undangan yang

telah ditetapkan oleh lembaga legislatif.

Tindakan pemerintahan memiliki beberapa unsur yaitu sebagai berikut:

1) Perbuatan itu dilakukan oleh aparat Pemerintah dalam

kedudukannya sebagai penguasa mauoun sebagai alat perlengkapan

pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri;

2) Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi

pemerintahan;

3) Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan

akibat hukum di bidang hukum administrasi;

4) Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan

kepentingan negara dan rakyat.

Pertanggungjawaban berasal dari tanggung jawab, yang berarti keadaan

wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab Pemerintahan adalah

kewajiban penataan hukum dari negara atau pemerintah atau pejabat lain yang

4JHA.Logemann, Het Staatrecht van Indonesia, Yayasan Gajah Mada.hlm.20

22

menjalankan fungsi pemerintahan sebagai akibat adanya suatu keberatan, gugatan,

judicial review, yang diajukan oleh seseorang, masyarakat, badan hukum perdata

baik melalui penyelesaian pengadilan atau di luar pengadilan untuk pemenuhan

berupa:

1) Pembayaran sejumlah uang (subsidi, ganti rugi, tunjangan, dsb)

2) Menerbitkan atau membatalkan/mencabut suatu keputusan atau

peraturan

3) Tindakan-tindakan lain yang merupakan pemenuhan kewajibannya,

misalnya untuk melakukan pengawasan yang lebih efektif dan

efisien, mencegah adanya bahaya bagi manusia maupun lingkungan,

melindungi harta benda warga, mengelola dan memelihara sarana

dan prasarana umum, mengenakan sanksi terhadap suatu

pelanggaran dan sebagainya.

1.8. Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan berdasarkan pada metode yuridis

empiris.Metode ini mengaitkan kajian-kajian permasalahan atau dasar hukum

yang berlaku dengan praktek di masyarakat.Hal yang diteliti dalam penelitian

ini adalah bagaimana aplikasi hukum dan aturan yang sudah dibuat

sebelumnya terkait kepemilikan aset barang milik pemerintah oleh pejabat

pemerintah.

23

1.8.2 Jenis Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan fakta dan pendekatan

perundang-undangan (The Statute Approach).Pendekatan fakta, dilakukan

dengan mengamati secara langsung fakta yang ada di Kantor Pemerintahan

KabupatenBadung terkait aplikasi hukum dan peraturan tentang kepemilikan

aset barang milik pemerintah oleh pejabat pemerintah.Data yang diperoleh

tersebut untuk selanjutnya dibahas dengan kajian-kajian berdasarkan teori-teori

hukum dan kemudian disambung dengan pendekatan perundang-

undangan.Sedangkan pendekatan peraturan perundang-undangann (The Statute

Approach) yaitu pendekatan dengan menggunakan legislasi dan

regulasi.5Dalam penelitian ini pendekatan perundang-undangan dilakukan

dengan mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

permasalahan yang diangkat, yaitu Undang-undang tentang Pengelolaan

Barang Milik Daerah.

1.8.3 Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang ditunjukkan dengan

penggambaran secara efisien dan khusus sifat-sifat individu, kondisi, gejala

atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau

untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala

lain dalam masyarakat. Penelitian ini menggambarkan tentang penerapan

hukum terhadap permasalahan kepemilikan aset barang milik pemerintah oleh

pejabat pemerintah.

5Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, hlm. 97.

24

1.8.4 Sumber Data

Dalam penulisan laporan ini pada umumnya dibedakan antara data

yang diperoleh secara langsung dari masyarakat yang dinamakan data primer

(data dasar) dan diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang dinamakan data

sekunder.

1. Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dilakukan penelitian lapangan, yaitu

dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan yaitu pada

Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung di Bagian Pengelolaan Aset

Daerah.

2. Data Sekunder

Untuk mendapatkan data sekunder dilakukan penelitian kepustakaan, yaitu

pengumpulan data yang diperoleh dari UUD Pasal 23, UU No. 17 Tahun

2003 Pasal 16-20tentang Keuangan Negara, UU No. 15 Tahun 2004 Pasal

1 dan Pasal 2tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat

(2) tentang Barang Milik/Kekayaan Negara (BM/KN), Peraturan

Pemerintah No.27 Tahun 2014 Pasal 3 Ayat (2) tentang Pengelolaan

barang (aset) daerah, Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2014 Pasal 1

Ayat (23) tentang Penghapusan barang (aset) daerah, Peraturan

Pemerintah No.27 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat (17) tentang pengalihan

barang (aset) daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008,

Pemendagri Nomor 17 Tahun 2007, dan Peraturan Daerah

25

KabupatenBadung Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Barang

Milik Daerah serta literatur-literatur guna menemukan teori yang relevan

dengan permasalahan yang akan dibahas serta menggunakan undang-

undang yang berkaitan dengan rumusan masalah yang akan dibahas.

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melalui

wawancara. Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi serta cara

untuk memperoleh informasi dengan menanyakan langsung kepada yang akan

diwawancarai. Wawancara ini dilakukan dengan Kepala Bagian Pengelola Aset

Daerah.

1.8.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Adapun keseluruhan data yang diperoleh sudah terkumpul baik melalui

studi kepustakaan ataupun wawancara, kemudian mengolah dan menganalisis

secara deskriptif kualitatifyakni merupakan suatu penelitian eksplorasi dan

memainkan peranan yang amat penting untuk menciptakan suatu hipotesis

maupun pemahaman orang tentang berbagai variabel sosial6 dan selanjutnya data

yang telah rampung akan dipaparkan dengan disertai analisis yang sesuai dengan

teori yang terdapat pada buku-buku literature dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, guna mendapatkan kesimpulan sebagai akhir dari penulisan usulan

penelitian ini.

6Bungin, M.Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. JakartaPrenada Media Group.Jakarta. hlm 69.