BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ......

27
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dalam era globalisasi kebutuhan manusia semakin beragam, kompleks dan terus-menerus, untuk memenuhinya manusia bekerja demi menghasilkan sejumlah uang sebagai pendapatan. Cara yang ditempuh yaitu dengan jalan bekerja, bekerja baik untuk perusahaan swasta maupun pemerintah. Salah satu profesi yang umum dilakoni oleh masyarakat Indonesia adalah menjadi pegawai atau karyawan suatu instansi atau badan hukum milik pemerintah yang sering disebut dengan Pegawai Negeri, yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dengan sebuah pekerjaan tetap, para pegawai menerima penghasilan setiap bulannya dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun kadang kala seorang Pegawai Negeri Sipil dihadapkan pada suatu keadaan dimana adanya kebutuhan mendesak seperti untuk biaya anak sekolah, biaya pengobatan, biaya renovasi rumah, dana untuk membeli kendaraan, biaya upacara keagamaan dan biaya lain sebagainya yang mengakibatkan penghasilan yang diterima tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena dihadapkan pada suatu masalah keuangan yaitu terbatasnya dana yang dimiliki, untuk mengatasi permasalahan seperti diatas Pegawai Negeri Sipil biasanya memilih jalan alternatif untuk mengatasi masalah keuangannya tersebut dengan jalan meminjam kredit.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ......

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini dalam era globalisasi kebutuhan manusia semakin beragam,

kompleks dan terus-menerus, untuk memenuhinya manusia bekerja demi

menghasilkan sejumlah uang sebagai pendapatan. Cara yang ditempuh yaitu

dengan jalan bekerja, bekerja baik untuk perusahaan swasta maupun pemerintah.

Salah satu profesi yang umum dilakoni oleh masyarakat Indonesia adalah menjadi

pegawai atau karyawan suatu instansi atau badan hukum milik pemerintah yang

sering disebut dengan Pegawai Negeri, yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil,

Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Dengan sebuah pekerjaan tetap, para pegawai menerima penghasilan

setiap bulannya dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namun kadang kala seorang Pegawai Negeri Sipil dihadapkan pada suatu

keadaan dimana adanya kebutuhan mendesak seperti untuk biaya anak sekolah,

biaya pengobatan, biaya renovasi rumah, dana untuk membeli kendaraan, biaya

upacara keagamaan dan biaya lain sebagainya yang mengakibatkan penghasilan

yang diterima tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena

dihadapkan pada suatu masalah keuangan yaitu terbatasnya dana yang dimiliki,

untuk mengatasi permasalahan seperti diatas Pegawai Negeri Sipil biasanya

memilih jalan alternatif untuk mengatasi masalah keuangannya tersebut dengan

jalan meminjam kredit.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

2

Kredit merupakan suatu pinjaman yang dapat berbentuk uang atau

berbentuk barang, baik kredit berbentuk uang ataupun kredit berbentuk barang

dalam hal pembayarannya sama yaitu dengan metode pembayaran angsuran atau

cicilan tertentu.1 Bila kredit yang dikehendaki berbentuk uang maka Pegawai

Negeri Sipil dapat memanfaatkan layanan kredit dari lembaga bank, dan untuk

mendapatkan kredit yang diinginkan pada lembaga bank, dibutuhkan suatu

persyaratan. Pihak peminjam diwajibkan melengkapi persyaratan yang telah

ditetapkan oleh pihak bank, dengan maksud bahwa pihak peminjam akan

memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan.

Persyaratan yang biasanya diwajibkan oleh pihak bank kepada pihak

peminjam yang merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil dalam mengambil kredit

adalah Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil mereka. Walaupun

Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil bukan merupakan benda

yang memiliki nilai ekonomis dan dapat dialihkan, namun dalam praktik pihak

bank mewajibkan pihak peminjam untuk menyerahkan Surat Keputusan

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil sebagai persyaratan dalam perjanjian kredit.

Bank sebagai suatu badan usaha adalah bank yang mempunyai fungsi

untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkan dana yang dihimpun tersebut kepada masyarakat. Bank sebagai

lembaga keuangan diharapkan dapat menyerasikan, menyelaraskan, serta

menyeimbangkan unsur pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,

1 Djoni S.Gazali dan Rachmadi Usman, 2010, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta,

hal. 263.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

3

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional yang pada akhirnya mengarah pada

peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Berbagai lembaga keuangan, terutama bank konvensional telah

membantu pemenuhan kebutuhan dana bagi kegiatan perekonomian dengan

memberikan pinjaman uang antara lain dalam bentuk kredit perbankan. Kredit

perbankan merupakan salah satu usaha bank konvensional yang telah banyak

dimanfaatkan oleh anggota masyarakat yang memerlukan dana.

Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

berbunyi :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak”.

Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang dan

meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama dalam bidang perkreditan. Adanya

persyaratan pada perjanjian kredit diharuskan dalam perbankan konvensional,

karena pada dasarnya sumber dana yang disalurkan berasal dari masyarakat atau

tabungan masyarakat, dengan demikian kredit yang diberikan pada nasabah harus

hati-hati dan dapat dipastikan akan kembali pada saat jatuh tempo nanti.

Kredit yang telah diberikan oleh bank kepada debitur tidak selamanya

berkualitas atau berjalan lancar. Banyak terjadi dimana kredit yang diberikan

menjadi bermasalah yang disebabkan oleh berbagai hal. Ketika debitur adalah

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

4

seorang Pegawai Negeri Sipil dan dimana debitur mengalami permasalahan

hukum, seperti melakukan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga,

pencurian, perjudian, narkoba, hingga korupsi maka perjanjian kredit yang

dilakukannya dengan pihak bank juga akan mengalami masalah. Apabila debitur

terjerat dalam suatu tindak pidana dan telah terbukti melakukan tindak pidana

sehingga mendapatkan hukuman penjara atau kurungan berdasarkan putusan

Pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, maka Pegawai Negeri

Sipil tersebut akan diberhentikan dari jabatannya sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Sesuai Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian menjelaskan bahwa “Pegawai Negeri Sipil yang

dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana

kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan

jabatan, maka ia diberhentikan tidak dengan hormat”. Pasal 9 Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil,

berbunyi :

“Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai

Negeri Sipil apabila dipidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena:

a. Melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana

kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan; atau

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

5

b. Melakukan suatu tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 104 sampai dengan Pasal 161 Kitab Undang-undang Hukum

Pidana”.

Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil juga sejalan dengan Pasal 87 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang

berbunyi:

“Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat, karena :

a. Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana

kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya

dengan jabatan dan/atau pidana umum;

c. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau

d. Dihukum penjara bersarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana

penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan

berencana.

Ketika Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat

mengakibatkan hak-haknya sebagai Pegawai Negeri Sipil menjadi hilang, diantara

hak yang hilang, hak utama yang hilang bagi Pegawai Negeri Sipil adalah hak

untuk mendapatkan gaji. Ketika Pegawai Negeri Sipil yang merupakan seorang

debitur (debitur) tidak lagi mendapatkan gaji atau pendapatan, maka tentu tidak

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

6

bisa membayar atau melaksanakan perjanjian kredit yang telah disepakati dengan

pihak bank, dimana Pegawai Negeri Sipil semestinya melaksanakan prestasi yaitu

membayar angsuran kredit pada setiap bulannya.

Gagalnya pihak Pegawai Negeri Sipil (debitur) mengembalikan sebagian

atau seluruhnya kredit yang diberikan oleh bank, maka dapat dikatakan debitur

telah melakukan wanpretasi. Dari masalah diatas mendorong penulis melakukan

penelitian tentang kredit perbankan. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang

perjanjian kredit dengan persyaratan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil, penulis melakukan penelitian dengan judul :

“PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT

DENGAN PERSYARATAN SURAT KEPUTUSAN PENGANGKATAN

PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH

BALI CABANG RENON ”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat diangkat

dan selanjutnya akan dikaji, diteliti dan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Apakah dasar hukum perjanjian kredit pada PT. Bank Pembangunan

Daerah Bali Cabang Renon dengan Pegawai Negeri Sipil dengan

persyaratan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil?

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

7

2. Bagaimanakah upaya penyelesaian kredit macet oleh PT. Bank

Pembangunan Daerah Bali Cabang Renon dalam perjanjian kredit dengan

persyaratan Surat Keputusan Pengangakatan Pegawai Negeri Sipil?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam suatu penulisan karya ilmiah berdasarkan permasalahan tersebut

diatas maka perlu ditentukan hambatan-hambatan materi yang akan dibahas

sehingga memudahkan dalam menyimak pengertian maupun dalam penyampaian

isi dari permasalahan yang akan dibahas agar tidak menyimpang dari pokok

pembahasan dan apa yang menjadi persoalan dapat diuraikan secara tepat dan

sistematis yang berfungsi menjamin adanya keutuhan dan ketegasan serta

mencegah kekaburan permasalahan. Adapun ruang lingkup masalah dalam

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Membahas mengenai dasar hukum perjanjian kredit antara Pihak PT. Bank

Pembangunan Daerah Bali Cabang Renon dengan Pegawai Negeri Sipil

dengan persyaratan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil.

2. Membahas mengenai upaya apa yang dilakukan oleh PT. Bank

Pembangunan Daerah Bali Cabang Renon dalam menyelesaikan kredit

macet pada perjanjian kredit dengan persyaratan Surat Keputusan

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

8

1.4 Orisinalitas

Perbedaan penulisan skripsi ini dengan karya peneliti lain adalah :

No Penulis Judul Skripsi Rumusan Masalah

1 Ida Bagus Putu

Wira Kesuma

0703005087

Fakultas Hukum

Universitas

Udayana

Denpasar

2011

“Penyelesaian Kredit

Macet Dengan

Sertifikat Hak

Tanggungan (Study

Kasus Pada PT. Bank

Perkreditan Rakyat

Suryajaya Ubud)”

1. Bagaimanakah

Kekuatan Hukum

Sertifikat Hak

Tanggungan Dalam

Penyelesaian Kredit

Macet Pada PT.

Bank Perkreditan

Rakyat Suryajaya

Ubud?

2. Bagaimanakah

Penyelesaian Kredit

Macet Dengan

Sertifikat Hak

Tanggungan Pada

PT. Bank

Perkreditan Rakyat

Surajaya Ubud Dan

Apa Hambatannya?

2 Tri Aditya Winata

0416052013

“Kendala Dalam

Penyelesaian Kredit

1. Kendala Apa

Sajakah Yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

9

Fakultas Hukum

Universitas

Udayana

Denpasar

2012

Macet Pada PT.

Bank Pembangunan

Daerah Bali Cabang

Denpasar”

Dihadapi Dalam

Menyelesaikan

Kredit Macet Pada

PT. Bank

Pembangunan

Daerah Bali Cabang

Denpasar?

2. Bagaimanakah

Upaya Penyelesaian

Kredit Macet Pada

PT. Bank

Pembangunan

Daerah Bali Cabang

Denpasar?

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa memang benar

skripsi penulis tidak sama dengan skripsi yang memakai judul Penyelesaian

Kredit Macet, dan merupakan karya asli dari penulis.

1.5. Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

1. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Khususnya

dalam bidang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

10

2. Untuk mengembangkan ilmu dan teori yang diperoleh selama masa

perkuliahan pada Fakultas Hukum Universitas Udayana dan

menuangkan dalam karya tulis ilmiah yang berbentuk usulan

penelitian.

3. Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui dasar hukum perjanjian kredit antara pihak PT.

Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Renon dengan Pegawai

Negeri Sipil dengan persyaratan Surat Keputusan Pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil.

2. Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan oleh PT. Bank

Pembangunan Daerah Bali Cabang Renon dalam menyelesaikan

kredit macet dalam perjanjian kredit dengan persyaratan Surat

Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil.

1.6 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Memberi sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum,

khususnya yang berkaitan dengan hukum bisnis atau perbankan yaitu

mengenai dasar hukum perjanjian kredit dengan persyaratan Surat

Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil pada PT. Bank

Pembangunan Daerah Bali Cabang Renon.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

11

2. Untuk memahami dan mempraktekan teori-teori yang telah diperoleh

selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

b. Manfaat Praktis

1. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, dan

untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu

yang diperoleh.

2. Mencari kesesuaian antara teori yang telah didapatkan dibangku

kuliah dengan kenyataan dilapangan.

3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-

pihak yang terkait dengan masalah penelitian ini.

1.7 Landasan Teoritis

“Landasan teoritis atau kerangka teori adalah upaya untuk

mengidentifikasi teori hukum/teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas

hukum, aturan hukum, norma-norma hukum dan lain-lain yang akan dipakai

sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian. Dalam setiap

penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran yang teoritis, oleh karena itu

ada hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan

dan pengolahan data, analisa, dan konstuksi data”.2

Oleh sebab itu sebelum mengemukakan asumsi terhadap permasalahan,

maka terlebih dahulu dikemukakan beberapa Pasal dalam Peraturan Perundang-

Undangan dan beberapa teori berupa pendapat ahli yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk

menentukan asumsi.

2Anonim, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Universitas

Udayana, Denpasar, hal. 79.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

12

Teori diperlukan untuk menerangkan dan menjelaskan secara spesifik

suatu proses tertentu yang terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan

menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.3

Otje Salman dan Anton F. Susanto mengatakan teori adalah seperangkat gagasan

yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria

tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi

keseluruhan teori yang lebih umum.4

Dalam kaitannya dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini

maka terdapat beberapa teori yang relevan untuk membahas permasalahan

tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Teori Perlindungan Hukum

Fungsi hukum adalah untuk mengatur hubungan antara Negara atau

masyarakat dengan warganya, dan hubungan sesama warga masyarakat tersebut,

agar kehidupan dalam masyarakat berjalan dengan tertib dan lancer. Hal ini

mengakibatkan bahwa tugas hukum untuk mencapai kepastian hukum (demi

adanya ketertiban) dan keadilan dalam masyarakat. Kepastian hukum

mengharuskan diciptakannya peraturan umum atau kaidah umum yang berlaku

umum. Agar tercipta suasana yang aman dan tentram dalam masyarakat, maka

kaidah dimaksud harus ditegakkan serta dilaksanakan dengan tegas.5

3 JJJM. Wuisaman, 1996, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, Jakarta, hal. 203.

4 Otje Salman dan Anthon F. Susanto, 2007, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung,

hal. 9.

5 Soerjono Soekanto, 1999, Penegakan Hukum, Bina Cipta, Bandung, hal. 15.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

13

Pada hakikatnya terdapat hubungan antara subjek hukum dengan objek

hukum yang dilindungi oleh hukum dan menimbulkan kewajiban. Hak dan

kewajiban yang timbul dari hubungan hukum tersebut harus dilindungi oleh

hukum, sehingga anggota masyarakat merasa aman dalam melaksanakan

kepentingannya. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan hukum dapat diartikan

sebagai suatu pemberian jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan

mendapatkan apa yang telah menjadi hak dan kewajibannya, sehingga yang

bersangkutan merasa aman.

Perlindungan hukum yang dilakukan dalam wujud perlindungan hukum

preventif, artinya ketentuan hukum dapat dihadirkan sebagai upaya pencegahan

atas tindakan pelanggaran hukum. Upaya pencegahan ini diimplementasikan

dengan membentuk aturan-aturan hukum yang bersifat normatif. Ada dua macam

bentuk perlindungan hukum, yaitu perlindungan hukum yang bersifat preventif

dan represif. Preventif artinya perlindungan yang diberikan sebelum terjadinya

sengketa, sedangkan sebaliknya perlindungan hukum yang represif bertujuan

untuk menyelesaikan sengketa yang muncul apabila terjadi suatu pelanggaran

terhadap norma-norma hukum dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam kaitannya dengan aktivitas perbankan dalam memberikan kredit

kepada debiturnya perlindungan hukum dapat diwujudkan dalam bentuk

perjanjian kredit dan perjanjian pengikatan jaminan. Dalam perjanjian yang dibuat

tersebut telah diatur mengenai hak dan kewajiban para pihak dan para pihak harus

menaati atau menjalankan isi perjanjian yang sudah disepakati. Bentuk

perlindungan hukum yang akan diterima oleh debitur adalah mereka akan terjamin

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

14

hak-haknya untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank, demikian pula

sebaliknya bagi bank selaku kreditur akan terjamin pula untuk mendapatkan hak-

haknya kembali atas kredit yang telah diberikan kepada debitur sesuai dengan

jangka waktu yang telah diperjanjikan.

Sarana perlindungan hukum kepada kreditur secara umum telah diatur

dalam Pasal 1131 KUH Perdata yang menyebutkan : “bahwa semua kebendaan

milik debitur baik bergerak maupun tidak bergerak, yang sudah ada maupun yang

akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan

perseorangan”. Ketentuan Pasal 1131 ini mengandung arti bila debitur berutang

kepada kreditur maka seluruh harta kekayaan milik debitur tersebut secara

otomatis menjadi jaminan atas utangnya, meskipun kreditur tidak meminta kepada

debitur untuk menyediakan jaminan harta debitur. Seluruh harta kekayaan milik

debitur ini merupakan jaminan umum dan berlaku bagi seluruh krediturnya,

artinya setiap kreditur yang memberikan pinjaman/utang kepada debitur maka

secara otomatis seluruh harta kekayaan debitur menjadi jaminan.

Sesuai dengan Pasal 1132 KUH Perdata apabila debitur ingkar janji dan

tidak melunasi utangnya, maka hasil penjualan atas harta kekayaan debitur

tersebut dibagikan secara proporsional menurut besarnya piutang masing-masing

kreditur. Para kreditur disini mempunyai hak dan kedudukan yang sama terhadap

seluruh harta kekayaan debitur, tidak ada yang didahulukan dalam pemenuhan

piutangnya atau disebut dengan kreditur konkurent, kecuali apabila kreditur

mempunyai hak istimewa sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1133 KUH

Perdata. Dalam perkembangan hukum Indonesia hal istimewa diatur dalam

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

15

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan dan Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia.

b. Teori Eksekusi

Prof. Subekti mengartikan istilah eksekusi sebagai “pelaksanaan putusan”,

hal ini juga didukung oleh pendapat dari Retnowulan Sutantio yang

menterjemahkan istilah eksekusi ke dalam bahasa Indonesia menjadi istilah

“pelaksanaan putusan”. Sehingga pelaksanaan putusan sebagai kata ganti eksekusi

dianggap tepat.6

Menurut pendapat Sudikno Mertokusumo mengartikan eksekusi sebagai

pelaksanaan putusan. Menurut beliau, terdapat beberapa jenis pelaksanaan

putusan (eksekusi) yaitu :

1. Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang dikalahkan untuk

membayarkan sejumlah uang. Prestasi yang diwajibkan adalah

membayar sejumlah uang. Eksekusi ini diatur dalam Pasal 196 HIR

(Pasal 208 Rbg) ;

2. Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan perbuatan.

Hal ini diatur dalam Pasal 225 HIR (Pasal 259 Rbg). Orang tidak dapat

dipaksakan untuk memenuhi prestasi yang berupa perbuatan, akan

tetapi pihak yang dimenangkan dapat minta kepada hakim agar

kepentingan yang akan diperolehnya dinilai dengan uang.

3. Eksekusi riil, merupakan pelaksanaan prestasi yang dibebankan kepada

debitur oleh putusan hakim secara langsung. Jadi eksekusi riil itu

6 M. Yahya Harahap, 2006, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata,

Sinar Grafika Jakarta, hal. 6.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

16

adalah pelaksanaan putusan yang menuju kepada hasil yang sama

seperti apabila dilaksanakan secara sukarela oleh pihak yang

bersangkutan.

4. Eksekusi langsung atau parate eksekusi. Parate eksekusi terjadi apabila

seorang kreditur menjual barang-barang tertentu milik debitur tanpa

mempunyai title eksekutorial (Pasal 1155, 1175 ayat (2) KUH

Perdata.7

Eksekusi yang sudah berkekuatan hukum tetap harus tuntas, artinya

seluruh amar putusan eksekusi yang bersangkutan harus dilaksanakan semuanya.

Dalam hal ini maka harus diikuti dengan penyerahan barang-barang/uang objek

hasil eksekusi kepada pihak-pihak yang berhak. Termasuk dalam hal ini adalah

penulisan berita acara secara lengkap yang disertai dengan tanda tangan serah

terima oleh para pihak dan saksi-saksi.

Kata kredit berasal dari bahasa Latin yaitu creditus yang merupakan

bentuk past participle dari kata credere yang berarti kepercayaan.8 Dapat

dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur dalam hubungan perkreditan

dengan debitur mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan dengan

syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar

kembali) kredit yang bersangkutan. Dalam Pasal 1 angka (11) Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan berbunyi :

7 Sudikno Mertokusumo, 1998, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogjakarta,

hal. 240.

8 Djoni S.Gazali dan Rachmadi Usman, Loc.cit.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

17

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dan dengan pemberian bunga”.

Dalam perbankan konvensional penyaluran dana kepada nasabah selalu

dalam bentuk uang yang kemudian terserah bagi nasabah debitur untuk

memakainya. Artinya uang yang dikucurkan oleh bank dapat dipakai untuk

kegiatan produktif maupun konsumtif tanpa menghiraukan jenis transaksi tersebut

dibenarkan agama maupun tidak.9 Batasan hanya mengacu pada ketentuan hukum

positif yang berlaku pemberian kredit oleh bank didasarkan kesepakatan atau

perjanjian pinjam-meminjam (uang) yang dilakukan pihak bank dengan pihak lain

nasabah peminjam dana. Perjanjian pinjam-meminjam (uang) itu dibuat atas dasar

kepercayaan bahwa nasabah peminjam dana dalam tenggang waktu yang telah

ditentukan, akan melunasi atau mengembalikan pinjaman uang atau tagihan itu

kepada bank disertai pembayaran sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil

keuntungan sebagai imbal jasanya. Pada umumnya, dalam perjanjian pinjam-

meminjam (uang) akan ditekankan kewajibannya melunasi atau mengembalikan

dengan cara mengangsur atau mencicil utang pokoknya, ditambah dengan bunga,

imbalan, atau bagi hasil keuntungannya sesuai dengan waktu yang ditentukan

bersama.

Apabila ditelusuri pengertian kredit lebih lanjut, maka dapat ditemukan

unsur-unsur yang terkandung dalam makna kredit tersebut, yaitu:

9 Djoni S.Gazali dan Rachmadi Usman, Op.cit., hal. 266.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

18

1. Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi

yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan

dilunasinya sesuai dengan perjanjian pada waktu tertentu.

2. Waktu, yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian dan

pelunasan kreditnya, jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih

dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan

nasabah peminjam dana.

3. Prestasi dan kontraprestasi, yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi

dan kontraprestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan

pemberian kredit yang dituangkan dalam perjajian kredit antara bank

dan nasabah peminjam dana, yaitu berupa uang atau tagihan yang

diukur dengan uang dan bunga atau imbalan, atau bahkan tanpa

imbalan bagi bank syariah.

4. Risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka

waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk

mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya

wanprestasi dari nasabah peminjam dana, diadakan pengikatan

jaminan.

Pemberian kredit oleh bank merupakan unsur yang terbesar dari aktiva

bank, yang juga sebagai aset utama serta sekaligus menentukan maju mundurnya

suatu bank dalam menjalankan fungsi dan usahanya dalam menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat. Di samping menjalankan fungsi pengerahan dana

masyarakat, bank juga menjalankan fungsi sebagai lembaga kredit sebagaimana

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

19

dinyatakan dalam Pasal 6 huruf b dan Pasal 13 huruf b Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan. Dalam kenyataannya, kredit yang telah diberikan oleh bank

sebagian besar tidak dapat dikembalikan secara utuh oleh nasabah debiturnya,

yang membawa risiko bagi usaha bank yang bersangkutan, yang akhirnya

menimbulkan kredit-kredit macet (dubieus).

Untuk memberikan rasa aman bagi, bank biasanya akan melakukan

analisis kredit, analisis kredit dilakukan untuk menyakinkan bank bahwa nasabah

benar-benar dapat dipercaya, maka sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu

mengadakan analisis kredit.10 Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah

atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan, serta faktor-faktor

lainnya. Tujuan dari analisis kredit adalah agar bank yakin bahwa kredit yang

diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali.

Karena pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat

membahayakan bank. Namun salah analisis bukanlah merupakan penyebab utama

kredit macet walaupun sebagian kredit macet diakibatkan salah dalam

mengadakan analisis.

Apabila kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang

dilakukan oleh bank adalah berupaya untuk menyelamatkan kredit tersebut

dengan berbagai cara, tergantung dari kondisi nasabah atau penyebab kredit

tersebut menjadi macet. Apabila memang masih bisa dibantu, maka tindakan bank

membantu nasabah dengan menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang

10 Djoni S.Gazali dan Rachmadi Usman, Op.cit., hal. 267.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

20

jangka waktunya. Namun jika sudah tidak dapat diselamatkan kembali, maka

tindakan yang terakhir bank adalah dengan menyita jaminan yang telah

dijaminkan oleh nasabah.

1.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan yang belum tentu kebenarannya dan hanya

bersifat sementara. Untuk membuktikan kebenarannya, harus diadakan penelitian

dan kemudian dianalisa. Berdasarkan landasan teori diatas, maka dapatlah ditarik

suatu jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dirumuskan sebagai

berikut :

1. Dasar hukum perjanjian kredit antara PT. Bank Pembangunan Daerah Bali

Cabang Renon Dengan Pegawai Negeri Sipil dengan persyaratan Surat

Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil adalah Perjanjian Pinjam-

Meminjam. Pengertian Pinjam-Meminjam sebagaimana diatur dalam Pasal

1754 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1769 KUH Perdata. Tentang

Perjanjian Pinjam-Meminjam diatur dalam Buku III Bab ke XIII

KUHPerdata. Pasal 1754 KUH Perdata berbunyi “Pinjam meminjam ialah

persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang

lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena

pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan

mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama

pula”.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

21

2. Upaya yang dilakukan oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang

Renon dalam menyelesaikan kredit macet dalam perjanjian kredit dengan

persyaratan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil adalah

melalui 2 (dua) cara, yaitu:

a. Upaya penyelesaian dengan cara administrasi, upaya administrasi

tersebut antara lain adalah:

- Penjadwalan Kembali (reschedulling) yaitu perubahan syarat kredit

yang menyangkut jadwal pembayaran dan/atau jangka waktu

termasuk masa tenggang, baik meliputi perubahan besarnya

angsuran maupun tidak;

- Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian

atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada

perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan/atau persyaratan

lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo

kredit dan konversi seluruh atau sebagian dari pinjaman menjadi

penyertaan bank.

- Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat

kredit berupa penambahan dana bank dan/atau koversi seluruh atau

sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan/atau

konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan

dalam perusahaan.

b. Upaya penyelesaian dengan menggunakan lembaga hukum (litigasi),

yaitu upaya yang menggunakan jalur hukum atau lembaga hukum.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

22

Pihak Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Renon menggunakan

bantuan lembaga hukum dalam menyelesaikan kredit macet dalam

perjanjian kredit dengan persyaratan Surat Keputusan Pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Renon

dapat menggunakan bantuan beberapa lembaga hukum, antara lain

yaitu penyelesaian kredit melalui badan peradilan dan penyelesaian

kredit melalui arbitrase untuk menyelesaikan kredit macet tersebut.

1.9 Metode Penelitian

Metodelogi sangat diperlukan untuk memenuhi syarat-syarat penulisan

ilmiah dalam penulisan skripsi. Hal tersebut dibutuhkan agar penulisan ilmiah

tersebut tidak menyimpang dari permasalahan yang akan dibahas. Metodelogi

penelitian ialah suatu ilmu tentang kerangka kerja melaksanakan penelitian yang

bersistem. Bersistem berarti penelitian dikerjakan secara kontekstual, metodelogi

merupakan suatu proses, prinsip-prinsip dan tata cara yang digunakan dalam

pendekatan terhadap permasalahan dan mencari jawabannya. Metodelogi

memberikan pedoman tentang cara-cara seseorang untuk mempelajari,

menganalisis, dan memahami lingkungan yang dihadapi.

1.9.1 Jenis Penelitian

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “methodos” yang

berarti “cara” atau “jalan”, sehubungan dengan upaya ilmiah, maka menyangkut

masalah kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

23

ilmu yang bersangkutan.11 Dalam suatu penelitian hukum, Ronny Hanitjo

Soemitro membedakan dalam dua metode penelitian yang didasarkan kepada data

yang diperoleh. Pertama, penelitian hukum normatif yaitu penelitian hukum yang

mempergunakan sumber data sekunder, dan kedua penelitian hukum empiris yaitu

penelitian hukum yang memperoleh data dari data primer.12

Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum empiris,

dimana hukum dikonsepsikan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati

dalam kehidupan nyata, penelitian ini beranjak dari adanya kesenjangan das solen

dan das sein yaitu kesenjangan antara keadaan teoritis dengan fakta hukum, dan

atau adanya situasi ketidaktahuan yang dikaji untuk pemenuhan kepuasan

akademik.

1.9.2 Jenis Pendekatan

Penelitian hukum dapat dibedakan atas penelitian hukum normatif dan

penelitian hukum empiris. 13 Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris

yaitu pengetahuan penulis diperoleh dari hasil pengamatan yang terjadi

dilapangan, sehingga penulis mengangkat permasalahan ini dan menganalisa

dalam bentuk karya tulis skripsi.

11 Fuad Hasan dan Koentjaninggrat, 1983, Beberapa Azas Metodelogi Ilmiah, PT.

Gramedia, Jakarta, hal.7.

12 Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, Semarang, hal. 52.

13 Anonim, 2009, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana,

Universitas Udayana, Denpasar, hal. 60.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

24

1.9.3 Sifat Penelitian

Adapun sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat

sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu atau untuk

menentukan penyebaran suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Dalam

penulisan skripsi dengan sifat penelitian deskriptif, keberadaan hipotesis tidak

mutlak diperlukan karena teori-teori, ketentuan peraturan, norma-norma hukum

karya tulis yang dimuat baik dalam literatur maupun jurnal, doktrin serta laporan

penelitian terdahulu sudah cukup memadai. Namun dalam penulisan skripsi ini,

penulis mencoba untuk merumuskan hipotesis atas permasalahan yang muncul

tentang penyelesaian kredit macet oleh Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang

Renon pada perjanjian kredit dengan persyaratan Surat Keputusan Pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil.

1.9.4 Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini didapat dari 2 (dua) sumber,

yaitu :

1. Sumber Data Primer

Adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu sumber data

yang diperoleh langsung dari semua pihak yang terkait langsung

dilapangan berdasarkan permasalahan yang menjadi objek penelitian yaitu

yang berasal dari responden dan informasi.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

25

2. Sumber Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan yaitu data yang

secara tidak langsung diperoleh dari sumber pertamanya, melainkan

bersumber dari data-data yang terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan

hukum yang meliputi :

a. Bahan hukum primer yang meliputi Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan.

b. Bahan hukum sekunder yang meliputi bahan-bahan yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, seperti bahan-bahan

hukum kepustakaan, dokumen, arsip, artikel, makalah, literatur-

literatur hukum bisnis atau perbankan yang berhubungan dengan

penyelesaian hukum yang menyangkut penyelesaian kredit macet

dengan persyaratan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri

Sipil.

c. Bahan hukum tersier yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder, yang

meliputi kamus, ensiklopedia, dan lain-lain sebagai penunjang.14

1.9.5 Teknik Pengumpulan Data

14 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,

hal. 52.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

26

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal 3 jenis

alat pengumpulan data, yaitu bahan pustaka, pengamatan/observasi, wawancara

atau interview.15

1. Teknik Studi Dokumen

Dalam hal ini teknik studi dokumen digunakan dalam pengumpulan

data kepustakaan yakni dengan cara mengumpulkan, membaca,

mencatat, menelaah, mengkaji relevansi dengan permasalahan yang

ada.

2. Teknik Wawancara (Interview)

Teknik wawancara digunakan dalam hal mengumpulkan data-data

yang diperoleh dengan mewawancarai para pihak yang ada, seperti

bagian kredit pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang

Renon.

1.9.6 Teknik Penentuan Sampel

Penentuan populasi dan sampel penelitian yang tepat sangat penting

artinya dalam suatu penelitian. Yang dimaksud dengan populasi adalah

“keseluruhan dari objek pengamatan atau objek penelitian”, sedangkan yang

dimaksud dengan sampel adalah “bagian dari populasi yang akan diteliti yang

dianggap mewakili populasinya”. Teknik penentuan sampel yang digunakan

dalam penulisan skripsi ini adalah teknik non probality sampling, yaitu penelitian

memiliki peran yang sangat besar untuk menentukan dan mengambil sampelnya.

Bentuk non probality yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

15 Amirudin Dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, hal. 67.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I... · hukum, seperti melakukan tindak pidana ... Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum. 1.5.2 Tujuan Khusus

27

purposive sampling. Penarikan sampel dilakukan berdasarkan tujuan tertentu,

yaitu sampel dipilih atau ditentukan sendiri oleh peneliti, yang mana penunjukan

dan pemilihan sampel didasarkan pada pertimbangan bahwa sampel telah

memenuhi kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri

utama dari populasinya. Sampel yang penulis pilih dalam penulisan skripsi ini

adalah Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Renon.

1.9.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Setelah data kepustakaan dan data lapangan terkumpul, kemudian diolah

secara kualitatif, yaitu dengan tidak menggunakan tabel, angka-angka maupun

grafik sehingga pengolahan dan analisis data tersebut dapat dijadikan tolak ukur

kebenaran dalam pelaksanaanya dilapangan yang menjadi dasar pembahasan

materi penelitian ini. Selanjutnya dari pengolahan dan analisis data tersebut

pembahasan disajikan dalam bentuk deskriptif. Analisa adalah suatu cara

mengolah dan menganalisis data untuk mendapatkan gambaran umum. Setelah

data dianalisis kemudian disusun kembali secara sistematis sehingga mendapatkan

kesimpulan secara umum tentang masalah tersebut.