BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...
Neng Marlina Efendi, 2013 Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Republik Rakyat Cina (RRC) merupakan negara di kawasan Asia Timur
yang saat ini disebut sebagai salah satu negara industri maju bersama Jepang dan
Korea Selatan. Kemajuan negeri yang identik dengan warna merah ini tidak lepas
dari bagaimana sejarah membentuk Cina itu sendiri sejak masa dinasti hingga saat
ini. Sejak tahun 1949, Cina diproklamasikan sebagai negara komunis yang
diketuai oleh Mao Ze Dong dan bertahan sebagai salah satu negara komunis
hingga saat ini.
Selain itu, Cina juga dikenal sebagai negara dengan seratus aliran filsafat
yang melahirkan paham-paham yang membentuk masyarakat cina sebagai suatu
kesatuan yang terstruktrur. Seperti Confusianisme, Taoisme, Mohisme, Legalisme
dan banyak aliran filsafat lainnya. Bahkan, aliran-aliran filsafat ini berkembang
hingga saat ini dan menyebar ke berbagai daerah khususnya di sekitar kawasan
Asia Timur (Wiriatmadja, 2003: 108-109).
Keberhasilan Cina hingga sampai saat ini tidak lepas dari kehidupan
politik yang berpengaruh pada kestabilan sebuah negara. Kehidupan politik di
Cina merupakan produk dari masa revolusi yang panjang yang berlangsung paling
tidak dari tahun 1911 sampai tahun 1949 dan meliputi tiga perombakan sistem
politik secara kekerasan (Townsend, 1997: 173). Dunia politik Cina saat ini tidak
hanya dikuasai oleh kaum pria, namun para perempuannya pun memiliki
pengaruh yang besar dalam kemajuan bangsa ini.
Kehidupan perempuan perempuan tidak jauh berbeda dengan kehidupan
perempuan di Indonesia yang menganggap bahwa derajat laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan atau dengan kata lain perempuan dikatakan sebagai
manusia lemah dibandingkan laki-laki sehingga kedudukan perempuan tidak
lebih sebagai pelengkap dari kejayaan laki-laki.
2
Neng Marlina Efendi, 2013 Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Kedudukan perempuan dalam pemerintahan Cina biasanya terbatas hanya
sebagai Selir atau istri seorang Kaisar. Hal tersebut tidak lepas dari pengaruh
ajaran Konghucu yang mengatakan bahwa pria dan wanita tidak boleh duduk di
ruangan yang sama pada saat mereka telah berusia tujuh tahun (Muray, 1983:14).
Dalam ajaran Konghucu ini perempuan hanya bertugas untuk melayani
suami dan keluarga suaminya. Kedudukan perempuan ditegaskan lagi oleh ajaran
Konfusius yang merupakan pembenaran secara akali atas sistem kemasyarakatan.
Menurut Konfusius keharmonisan dalam masyarakat bersifat hirarkis dan anti
egaliter yang didasarkan pada jenis kelamin, usia, pertalian saudara, dan fungsi
sosial. Konfusianisme menekankan doktrin superordinasi – subordinasi dalam
lima norma dasar tentang hubungan-hubungan. Dalam etika Konfusian kelima
norma dasar kesopanan tentang hubungan dalam masyarakat tersebut menjadi
tuntunan hidup bermasyarakat. Kelima norma dasar tersebut meliputi hubungan
antara Raja dengan rakyatnya yaitu kesetiaan mutlak rakyat kepada penguasa,
kebaktian kepada orang tua (filial piety) yaitu rasa hormat dan patuh anak kepada
ayahnya, cinta kasih dalam hubungan suami dengan istri, rasa hormat adik kepada
kakaknya, dan sifat dapat dipercaya dalam hubungan antar teman (Yu-
Lan,1990:26). Dalam perkembangannya tidak banyak perempuan yang aktif
dalam dunia politik. Umumnya mereka hanya dilibatkan pada perkawinan politik
atau jaminan antara dua keluarga yang berpengaruh dalam bentuk persekutuan
kekuatan.
Namun pada masa Dinasti Tang (618-906), kedudukan perempuan mulai
naik kelas dengan memiliki Kaisar seorang perempuan untuk pertama kalinya
dalam sejarah yang bernama Wu Zetian (605-690). Wu Zetian merupakan satu-
satunya perempuan dalam sejarah Cina yang mengangkat dirinya sebagai Kaisar.
Pemerintahan Wu Zetian memiliki pengaruh besar bagi Dinasti Tang. Besarnya
kekuasaan Wu Zetian ini dibuktikan dengan adanya catatan sejarah pada masa itu
yang mengatakan bahwa Kekuasaan negara kini berada di tangan sang Ratu.
Kenaikan atau penurunan pangkat, hidup atau mati, semuanya bergantung pada
sabda sang Ratu. Sementara itu Kaisar hanya duduk diam berpangku tangan
(Taniputera, 2009:331).
3
Neng Marlina Efendi, 2013 Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Kedudukan perempuan mulai mengalami perubahan seiring dengan
kebijakan yang dilakukan oleh Wu Zetian selama masa pemerintahannya, dengan
menentang kebijakan Konfusius mengenai kedudukan dan keberadaan perempuan
Cina dengan memberlakukan kebijakan untuk meningkatkan pendidikan bagi
kaum perempuan.
Pada masa Dinasti Qing (1644-1912) dikenal pula seorang perempuan
yang bernama Cixi. Cixi merupakan salah satu selir yang berpengaruh pada masa
Kaisar Hsien-feng dan perempuan berpengaruh kedua dalam sejarah Cina setelah
Wu Zetian. Cixi tidak mengangkat dirinya sebagai Kaisar, tetapi dirinya
berpengaruh dalam kekuasaan Dinasti Qing dengan menjadi penguasa di belakang
layar bagi dua Kaisar Dinasti Qing. Meskipun tidak menjadi Kaisar tapi
kekuasaannya setara dengan kedudukan Kaisar yang dibuktikan dengan besarnya
pengaruh Cixi dalam menentukan siapa Kaisar selanjutnya dengan mengangkat
Kaisar yang masih balita (Puyi) yang merupakan Kaisar terakhir pada masa
Dinasti. Tidak hanya dalam menentukan seorang Kaisar, Cixi pula yang
menentukan kebijakan pemerintahan pada saat itu sehingga Kaisar hanya
dijadikan alat Cixi untuk meneruskan kekuasaannya, meskipun hanya di belakang
layar. Cixi sendiri pernah terlibat dalam pemberontakan Boxer tahun 1091 yang
bertujuan untuk mengusir bangsa Barat dari Cina.
Runtuhnya Dinasti Qing yang merupakan akhir dari masa Dinasti yang
sudah berabad-abad lamanya menguasai Cina dan dimulainya Cina baru dengan
berdirinya Republik Cina pada tanggal 1 Januari 1912 oleh Sun Yat Sen. Pada
masa ini dikenal sebuah gerakan yang menuntut perubahan terhadap kedudukan
perempuan yang disebut gerakan Wusi Yundong.
Wusi Yundong terjadi pada tanggal 4 mei 1919 yang dilakukan oleh para
mahasiswa Cina yang menuntut suatu perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan
seperti kesusteraan, budaya dan pendidikan. Gerakan ini mengubah pola pikir
orang tua untuk lebih terbuka dan mengirimkan anak perempuan mereka
bersekolah sampai perguruan tinggi serta mengubah pandangan masyarakat Cina
tentang wanita sehingga mulai timbul persamaan derajat dalam bidang
pendidikan, salah satunya adalah untuk kuliah di universitas. Para perempuan
4
Neng Marlina Efendi, 2013 Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Cina belajar menjadi ahli hukum, dokter, politikus, dan lain-lain. Bahkan ada dari
mereka yang melanjutkan pendidikan mereka ke luar negeri. Wusi Yundong telah
memberikan pengaruh di berbagai segi kehidupan masyarakat Cina dan arti
penting dari Wusi Yundong adalah kebangkitan kaum perempuan untuk menuju
kebebasan dan mencapai persamaan hak.
Setelah berdirinya Republik Rakyat Cina pada tahun 1949 dan
kemenangan Partai Komunis Cina (PKC), ruang lingkup perempuan Cina semakin
luas dan berkembang hingga saat ini. bahkan didalam Undang-undang Dasar dan
Dasar-dasar Haluan politik Republik Rakyat Cina No 5 yang berisi antara lain
bahwa wanita Cina mempunyai Hak yang sama dengan pria dalam segala
kehidupan (Sukisman,1989:48). Undang-undang tersebut menegaskan bahwa
PKC menempatkan pria dan perempuan dikedudukan yang sama disegala aspek
kehidupan termasuk politik. Perempuan juga mempunyai hak untuk mencalonkan
diri sebagai anggota parlemen.
Tidak sedikit perempuan Cina yang memiliki kedudukan penting dalam
pemerintahan Cina seperti Song Qingling yang dikenal aktif di ranah politik
bersama sang suami yaitu Dr. Sun Yat Sen. Ia pernah terpilih dua kali sebagai
Ketua Kehormatan Rapat Persekutuan Anti-Imperialisme Internasional dari tahun
1927 sampai 1929. Ketika masa Mao Ze Dong (1949-1976), Song Qingling
terpilih sebagai Wakil Presiden Pemerintah Rakyat Pusat dan Ketua Komite
Penghubung Perdamaian Kawasan Asia-Pasifik sekitar tahun 1952.
Selain Song Qingling, dikenal pula Cai Chang (1900-1990) yang pernah
ikut serta dalam Long March yang dipimpin oleh Mao Ze Dong. Ia merupakan
pelopor dan pemimpin gerakan wanita Tiongkok (Cina) dan pernah menjabat
sebagai Wakil Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok ke empat
dan lima. Wanita lain yang berpengaruh dalam dunia politik Cina adalah istri dari
Zhou Enlai yaitu Deng Yingchao (1904-1992) yang pernah 3 kali menjabat
sebagai Wakil Ketua Gabungan Wanita seluruh Tiongkok. Ada pula Shi Liang
(1990-1985) yang dikenal sebagai pemimpin gerakan anti-Jepang dan pernah
menjabat sebagai Menteri Kehakiman pemerintah rakyat pusat. Di abad ke 21, ada
Wu Yi yang menjabat sebagai Perdana Menteri RRC pada tahun 2003.
5
Neng Marlina Efendi, 2013 Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Diantara perempuan-perempuan tersebut dikenal pula tokoh perempuan
yang bernama Jiang Qing (Madame Mao) yang menjadi fokus penelitian penulis.
Ia merupakan istri dari pendiri RRC yang sebelumnya merupakan seorang
seniman sebelum menikah dengan Mao Ze Dong. Dalam Pemerintahan Mao,
Jiang Qing terlibat dalam sebuah gerakan besar yang merupakan salah satu dari
kebijakan Mao Ze Dong saat itu yang dinamakan Revolusi Kebudayaan.
Revolusi Kebudayaan Proletar merupakan periode paling penting
dalam politik China setelah tahun 1949. Revolusi ini merupakan
kampanye yang paling besar. Kehidupan di kota-kota besar berhenti,
produksi juga berhenti. Banyak bangunan dan gedung yang rusak,
termasuk kelenteng, gereja dan masjid. Jumlah korban manusia
diperkirakan sebesar 729.511 jiwa. Pada tahun 1978 ketika Deng
Xiaoping mengumumkan kebijakan merehabilitasi korban Revolusi
Kebudayaan, tercatat sedikitnya 300.000 orang yang menjadi korban
tuduhan palsu. Deng Xiaoping sendiri yakin bahwa ada 2,9 juta orang
mengalami berbagai macam penganiayaan selama kampanye tersebut
(James Wang, 1985:30)
Dari data tersebut dapat dilihat betapa revolusi tersebut berdampak besar
bagi negara Cina pada saat itu. Akibat dari gerakan revolusi kebudayaan ini tidak
lepas dari siapa yang memimpin gerakan yang berlangsung selama 10 tahun
tersebut yaitu Jiang Qing. Dari sinilah Jiang Qing membuat momentum karir
politiknya sebagai wakil pemimpin suatu gerakan.
Seperti sejarah menulis bahwa meskipun posisi perempuan Cina sebagai
orang nomor dua atau hanya di balik layar tetapi kekuasaannya lebih dari posisi
yang didapatkan. Seperti halnya Jiang Qing, meskipun secara struktural Jiang
Qing hanya sebagai wakil ketua dari gerakan Revolusi Kebudayaan tetapi
kekuasaannya untuk memimpin gerakan ini melebihi dari peran Cheng Bo da
sebagai Ketua gerakan tersebut.
Revolusi kebudayaan ini banyak diatur oleh Jiang Qing. Dalam revolusi
kebudayaan tersebut, Jiang Qing menjadi wakil ketua dari tim revolusi
kebudayaan di bawah pimpinan Cheng Bo da. Namun, Cheng Bo da justru tidak
berperan secara signifikan terhadap revolusi kebudayaan. Tetapi Jiang Qing yang
lebih banyak berperan dalam menggerakkan revolusi kebudayaan yang
berlangsung dari tahun 1966 sejak dicetuskannya gerakan ini oleh Mao Ze Dong
6
Neng Marlina Efendi, 2013 Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
hingga berakhir tahun 1976 yang ditandai atas kematian dari Mao Ze Dong pada
tanggal 9 September 1976.
Dalam beberapa literatur penulis menemukan bahwa Jiang Qing dikenal
sebagai salah satu perempuan yang berpengaruh di dunia. Terlebih setelah tampil
sebagai tokoh penggagas dari revolusi kebudayaan yang berlangsung selama
hampir 10 tahun lamanya. Revolusi ini pulalah yang kemudian merubah Cina,
tidak hanya bagi Mao tetapi Cina keseluruhannya. Keterlibatan Jiang Qing dalam
Revolusi kebudayaan inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ini.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah “Bagaimana
dominasi keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina dan
dampaknya bagi kekuasaan Mao Ze Dong?”. Untuk Membatasi dalam penelitian
ini, penulis membatasi dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang terjadinya Revolusi Kebudayaan Cina?
2. Bagaimana proses berlangsungnya gerakan Revolusi Kebudayaan Cina?
3. Bagaimana latar belakang kehidupan politik Jiang Qing?
4. Bagaimana Jiang Qing menggerakan Revolusi Kebudayaan di Cina?
5. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan akibat keterlibatan Jiang Qing
dalam Revolusi Kebudayaan Cina terhadap kekuasaan Mao Ze Dong?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah untuk
menjawab rumusan masalah di atas, yakni:
1. Menjelaskan latar belakang Revolusi Kebudayaan Cina.
2. Menjelaskan proses berlangsungnya gerakan Revolusi Kebudayaan Cina
3. Menjelaskan latar belakang dan keterlibatan Politik Jiang Qing.
4. Menganalisis usaha Jiang Qing dalam menggerakan Revolusi Kebudayaan
Cina.
7
Neng Marlina Efendi, 2013 Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5. Menganalisis dampak yang ditimbulkan akibat keterlibatan Jiang Qing
dalam Revolusi Kebudayaan di Cina terhadap kekuasaan Mao Ze Dong
1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.4.1 Metode Penelitian
Dalam Penelitian ini penulis menggunakan metode historis atau metode
sejarah. Metode historis adalah suatu usaha untuk mempelajari dan mengenali
fakta-fakta serta menyusun kesimpulan mengenai peristiwa masa lampau. Dalam
penelitian ini dituntut menemukan fakta, menilai dan menafsirkan fakta-fakta
yang diperoleh secara sistematis dan objektif untuk memahami masa lampau.
Selain itu metode historis juga mengandung pengertian sebagai suatu proses
menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau
(Gottschalk, 1986: 32).
Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan
penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005: 48-50).
1. Heuristik
Di dalam heuristik, penulis mencoba mencari dan mengumpulkan sumber-
sumber yang berkaitan dan sesuai dengan masalah yang diangkat oleh penulis.
Sumber-sumber tersebut hanya berasal dari sumber buku, dokumen/ arsip dan
hasil browsing internet yang dijadikan alat dalam pencarian sumber.
2. Kritik
Setelah melalui tahap heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan sumber,
langkah berikutnya adalah penulis melakukan kritik atas sumber yaitu dengan
melakukan analisis terhadap sumber yang telah penulis dapatkan, apakah sesuai
dengan permasalahan yang diteliti. Tahap ini bertujuan untuk memilah dan
menyaring keotentikan sumber-sumber yang telah ditemukan. Pada tahap ini
penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk
mendapatkan kebenaran sumber. Pada tahap ini kritik dibagi dua menjadi kritik
eksternal dan internal. Kritik eksternal ditunjukan untuk melihat orientasi sumber.
Sedangkan dalam kritik internal lebih ditunjukan untuk menilai kredibilitas
sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan perbuatannya, tanggung
8
Neng Marlina Efendi, 2013 Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
jawab dan moralnya. Pada tahap ini penulis membandingkan isi dari buku satu
dengan buku yang lainnnya apakah ada kesesuaian dengan masalah yang penulis
angkat.
3. Interpretasi
Pada tahap ini penulis mencoba memaknai atau memberikan penafsiran
terhadap fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian dengan cara
menghubungkan satu sama lainnya sehingga didapatkan deskripsi yang jelas
mengenai Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-
1976. Di dalam Interpretasi juga terdapat eksplanasi yaitu penjelasan.
4. Historiografi
Terakhir adalah historiografi yakni menyajikan hasil temuannya pada tiga
tahap sebelumnya mengenai Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan
Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976) dengan cara
menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana
menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar sesuai kaidah yang
berlaku.
1.4.2. Teknik Pengumpulan Data
Penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi
literatur. Studi Literatur merupakan teknik yang digunakan oleh penulis dengan
membaca berbagai sumber buku dan mencari sumber lewat browsing internet
yang berhubungan, serta mengkaji sumber lain berupa dokumen seperti arsip yang
mendukung penulisan karya ilmiah ini. Setelah sumber-sumber ditemukan,
dianalisis, ditafsirkan kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang ilmiah
sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia
(Ismaun, 2005: 125-131).
Dalam upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan proposal
skripsi, penulis melakukan teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk
memperoleh data yang dapat menunjang penelitian. Teknik penulisan pun akan
disesuaikan dengan pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan
Indonesia tahun 2012.
9
Neng Marlina Efendi, 2013 Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Akademis
1. Memperkaya khazanah kepustakaan mengenai sejarah
kawasan Asia Timur terutama sejarah Cina.
2. Menambah wawasan baik itu bagi peneliti sendiri maupun
masyarakat pada umummnya
3. Memberikan kontribusi dalam penelitian sejarah mengenai
peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina tahun
1966-1976
1.5.2 Praktis
1. Mengetahui mengenai sejarah terjadinya Revolusi
Kebudayaan Cina
2. Mengetahui mengenai peran Jiang Qing di perpolitikan
Cina khususnya ketika masa Revolusi Kebudayaaan
3. Sebagai materi bagi siswa SMA (Sekolah Menengah Atas)
khususnya yang berkaitan dengan peran Cina pada perang
dingin
1.6 Struktur Organisasi Skripsi
Adapun struktur organisasi skripsi dalam penulisan karya ilmiah yang
dilakukan oleh penulis adalah:
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini berisi latar belakang penulisan yang menjadi alasan penulis
dalam melakukan penelitian mengenai Madame Mao : The White Bone Demon
(Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976)
yang ditujukan sebagai bahan penulisan skripsi, rumusan dan batasan masalah,
1 0
Neng Marlina Efendi, 2013 Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik pengumpulan data serta
sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi.
BAB II Kajian Pustaka
Pada bab ini menjelaskan mengenai perangkat teoritis dalam berpikir yang
berisi konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun konsep yang
digunakan dalam penelitian ini adalah suatu konsep yang berkaitan dengan
permasalahan yang diangkat yakni tentang Madame Mao : The White Bone
Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-
1976). Penjelasan materi-materi tersebut adalah berupa data-data yang diperoleh
dari hasil kajian pustaka. Dari hasil kajian pustaka inilah dipaparkan beberapa
konsep. Konsep-konsep yang dikembangkan dalam bab ini adalah konsep yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan.
BAB III Metode dan Teknik Penelitian
Dalam bab ini penulis memaparkan bagaimana metode penelitian dan
teknik yang dilakukan terhadap suatu sumber yang berkaitan dengan kajian
peneliti. Metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang
digunakan adalah studi literatur. Pada tahap ini penulis melakukan langkah-
langkah penelitian sejarah yang berupa heuristik, kritik, interpretasi, dan
historiografi mengenai Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang
Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976).
BAB IV UPAYA JIANG QING DALAM REMAOISASI REVOLUSI
KEBUDAYAAN CINA TAHUN 1966-1976
Bab ini merupakan sebuah pemaparan dari hasil penelitian mengenai
Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi
Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976), dalam bab ini berisikan mengenai
informasi dan data-data yang diperoleh penulis selama proses penelitian tentang
Peran Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976 dan
Dampaknya bagi Kekuasaan Mao Ze Dong. Pemaparan dalam bab ini diuraikan
1 1
Neng Marlina Efendi, 2013 Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dalam bentuk uraian deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan semua
keterangan yang didapat dari hasil penelitian secara terinci. Dalam bab ini pula
ditemukan jawaban-jawaban atas permasalahan-permasalahan yang ada pada
rumusan masalah yang antara lain : Pertama, mengenai Latar Belakang terjadinya
gerakan Revolusi Kebudayaan Cina. Kedua mengenai proses berlangsungnya
gerakan Revolusi Kebudayaan di Cina. Ketiga, Kehidupan Politik Jiang Qing.
Keempat, mengenai usaha Jiang Qing dalam menggerakkan Revolusi Kebudayaan
di Cina selama tahun 1966-1976. Kelima, mengenai dampak yang ditimbulkan
akibat keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Terhadap
Kekuasaan Mao Ze Dong.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini merupakan pembahasan terakhir dimana penulis memberikan
suatu kesimpulan yang merupakan interpretasi terhadap jawaban masalah yang
dirumuskan dalam penelitian yaitu Madame Mao : The White Bone Demon
(Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976).
Interpretasi penulis ini disertai dengan analisis penulis dalam membuat
kesimpulan atas jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang
dirumuskan dalam suatu rumusan masalah. Selain itu, dalam bab ini juga
berisikan saran dari penulis yang diajukan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan dalam penelitian ini. Terutama saran bagi kontribusi penelitian ini
terhadap mata pelajaran sejarah di Sekolah.