BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...

9
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disadari atau tanpa disadari, teori evolusi manusia sebenarnya masih terus berjalan dari waktu ke waktu, jaman ke jaman, masa ke masa. Manusia selalu berkembang setiap detiknya walau mungkin berlahan, mungkin tak terlihat, tapi sesungguhnya pasti. Pemikiran dari waktu-ke-waktu terus berkembang dan menciptakan peradaban-peradaban yang berharmonisasi dan sebisa mungkin menunjang kelangsungan hidup spesies homo sapiens. Manusia masih merupakan makhluk (spesies satu-satunya di bumi) yang berbudaya. Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu buddayah, bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan adalah “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Dalam bahasa Latin makna ini sama dengan colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama menyangkut tanah. Konsep tersebut lambat laun berkembang menjadi segala upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. (Deddy Mulyana, Jalaludin Rakhmat, 1990) Ki Hajar Dewantar (dalam Widiarto, 2009) menyatakan bahwa kebudayaan adalah budi daya manusia dalam hidup bermasyarakat. Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia melalui belajar. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa; 1) Manusia hidup dalam masyarakat karena manusia adalah mahkluk bermasyarakat, dan didalam masyarakat, kebudayaan mengalami pertumbuhan dan perkembangan; 2) Kebudayaan diperoleh melalui proses belajar. Kebudayaan tidak dapat lahir dengan sendirinya, namun melalui proses belajar; 3) Kebudayaan pada

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8427/2/T1_362008022_BAB I… · Salah satu contoh legenda sabung ayam yang terkenal di pulau Jawa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Disadari atau tanpa disadari, teori evolusi manusia sebenarnya masih terus

berjalan dari waktu ke waktu, jaman ke jaman, masa ke masa. Manusia selalu

berkembang setiap detiknya walau mungkin berlahan, mungkin tak terlihat, tapi

sesungguhnya pasti. Pemikiran dari waktu-ke-waktu terus berkembang dan

menciptakan peradaban-peradaban yang berharmonisasi dan sebisa mungkin

menunjang kelangsungan hidup spesies homo sapiens.

Manusia masih merupakan makhluk (spesies satu-satunya di bumi) yang

berbudaya. Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu buddayah, bentuk

jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan

adalah “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Dalam bahasa Latin makna ini

sama dengan colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama menyangkut

tanah. Konsep tersebut lambat laun berkembang menjadi “segala upaya serta

tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam”. Secara formal

budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,

nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam

semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok orang dari

generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. (Deddy Mulyana,

Jalaludin Rakhmat, 1990)

Ki Hajar Dewantar (dalam Widiarto, 2009) menyatakan bahwa

kebudayaan adalah budi daya manusia dalam hidup bermasyarakat. Kebudayaan

dapat diartikan sebagai keseluruhan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia

dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia melalui

belajar. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa; 1) Manusia

hidup dalam masyarakat karena manusia adalah mahkluk bermasyarakat, dan

didalam masyarakat, kebudayaan mengalami pertumbuhan dan perkembangan; 2)

Kebudayaan diperoleh melalui proses belajar. Kebudayaan tidak dapat lahir

dengan sendirinya, namun melalui proses belajar; 3) Kebudayaan pada

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8427/2/T1_362008022_BAB I… · Salah satu contoh legenda sabung ayam yang terkenal di pulau Jawa

2

hakekatnya berupa gagasan, tindakan dan hasil karya manusia sehingga dalam

kebudayaan dapat ditemukan tiga wujud umum yaitu kebudayaan berupa ide-ide,

kebudayaan berupa tingkaha laku (aktivitas manusia), dan kebudayaan berupa

fisik/materi/kebendaan.

Lain rumput lain belalang, seperti pula lain kelompok masyarakat, lain

juga budaya dan peradaban yang berkembang. Hal tersebut dikarenakan setiap

masyarakat memiliki sistem komunikasi masing-masing, maka dengan sendirinya

demi kelangsungan hidupnya, setiap masyarakat membentuk kebudayaannya.

Kebudayaan mencakup semua hal yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat.

Suatu kebudayaan mengandung semua pola kebiasaan-kebiasaan suatu

masyarakat, seperti dalam bidang ekonomi, religi, hukum, kesenian, dll.

(Kuswarno, 2008).

Salah satu wujud nyata suatu kebudayaan adalah Folklore (Folklor).

Folklor berasal dari bahasa inggris yakni folk n lore. Folk adalah kelompok dari

orang-orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakan dari

kelompok lain, misalnya mata pencaharian, bahasa agama dan lain-lain. Yang

utama adalah mereka memiliki tradisi kebudayaan yang sudah turun temurun serta

sadar akan identitas kelompok mereka sendiri. Sedangkan menurut Brunvand,

lore adalah tradisi dari folk yang turun temurun secara lisan atau melalui sebuah

contoh yang disertai dengan perbuatan. Jadi definisi foklor Indonesia adalah

sebagian dari kebudayaan Indonesia yang tersebar dan diwariskan turun temurun

secara tradisionil, diantar anggota-anggota dari kelompok apa saja di Indonesia

dalam versi yang berbeda baik secara lisan maupun dalam bentuk contoh yang

disertai perbuatan (Danandjaja, 1984).

Salah satu folklor Indonesia yang akan menjadi perhatian khusus penulis

adalah permainan “Sabung Ayam”. Sabung ayam merupakan salah satu

kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Indonesia. Sabung ayam

adalah permainan yang telah dilakukan masyarakat di kepulauan Nusantara sejak

dahulu kala. Permainan ini merupakan perkelahian ayam jago yang memiliki taji

dan terkadang taji ayam jago ditambahkan serta terbuat dari logam yang runcing.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8427/2/T1_362008022_BAB I… · Salah satu contoh legenda sabung ayam yang terkenal di pulau Jawa

3

Salah satu contoh legenda sabung ayam yang terkenal di pulau Jawa berasal

adalah kisah Cindelaras yang memiliki ayam sakti dan diundang oleh raja

Jenggala, Raden Putra untuk mengadu ayam. Ayam Cindelaras diadu dengan

ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia

bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah

kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras. Dua ekor ayam itu bertarung

dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil

menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan

Cindelaras dan ayamnya. Akhirnya raja mengakui kehebatan ayam Cindelaras

dan mengetahui bahwa Cindelaras tak lain adalah putranya sendiri yang lahir dari

permaisurinya yang terbuang akibat iri dengki sang selir.1

Permainan Sabung Ayam di Nusantara ternyata tidak hanya sebuah

permainan hiburan semata bagi masyarakat, tetapi merupakan sebuah cerita

kehidupan baik sosial, budaya maupun politik . Menurut Budiharto S. (1974),

sabung ayam termasuk dalam bentuk foklor yang menjadi permainan rakyat yang

populer diberbagai tempat di dunia seperti Prancis, Kanada, Muangthai, Taiwan,

Jepang, Filiphina, Indonesia, dan Negara lainnya dari dahulu hingga sekarang.

Sabung ayam pertama kali berawal di India dan Asia kira-kira 1400 tahun

sebelum masehi. Catatan sejarah menunjukan sabung ayam digambarkan sebagai

jenis burung yang digunakan untuk mencegah gangguan iblis terhadap suatu

daerah tertentu. Paham ini sangat meluas di negara-negara seperti Iran dan India.

Sabung ayam juga dianggap suci bagi agama Mamu di India. Lama-kelamaan,

kegiatan sabung ayam semakin meluas, umum, dan berkembang pada persaingan

bibit-bibit ayam petarung yang andal.2

Saat ini sabung ayam acap kali menjadi sebuah kegiatan yang sering

digunakan untuk mencari materi, bahkan identik dengan perjudian. Dalam

perspektif kebudayaan, sabung ayam merupakan sebuah aktifitas budaya yang

1 www.dongeng.org

2 Di negara lain, sabung ayam juga mendapatkan tempat kehormatan. Di Yunani, permainan tersebut

menghiasi lambang agama dan mata uang serta perisai pada masa jaman purba. Setelah menyaksikan

pertandingan sabung ayam, seorang jendral Yunani, Tamistocles, mengutus para pahlawannya agar dapat

mencontoh keberanian sabung ayam sebelum menuju ke medan perang.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8427/2/T1_362008022_BAB I… · Salah satu contoh legenda sabung ayam yang terkenal di pulau Jawa

4

layak untuk dilestarikan, sementara dalam pandangan hukum, sabung ayam

menjadi sebuah kegiatan yang memungkinkan terjadinya aktifitas perjudian.

Clifford Geertz, dalam penelitiannya mengenai sabung ayam (Deep Play: Notes

on the Balinese Cockfight, 1972) yang telah beberapa kali menyaksikan bahkan

ikut tergusur dalam penggusuran sabung ayam yang dilakukan oleh polisi

setempat, menyatakan bahwa para pelakunya tetap saja melakukan adu ayam

ataupun menikmati tontonan sabung ayam karena sabung ayam telah melekat erat

pada struktur sosial dan kehidupan masyarakat Bali, khususnya kaum pria.

Kenyataan seperti ini membuktikan bahwa permainan sabung ayam yang hidup

dan memiliki daya tahan yang kuat pada kalangan masyarakatnya.

Tersebutlah satu nama, Sugeng (68) yang merupakan peternak dan pemilik

kios jual-beli ayam Bangkok, baik ayam hiasan ataupun aduan, merupakan

pemain aktif sabung ayam di Salatiga sejak tahun 1990. Menurut penuturannya di

kota Salatiga dan beberapa wilayah sekitarnya (Beringin, Tingkir, Banyubiru)

sabung ayam menjadi sebuah aktifitas yang melibatkan komunitas-komunitas

pecinta ayam bangkok atau ayam jago. Di beberapa tempat bahkan disediakan

arena aduan bagi ayam-ayam yang akan di adu. Pria paruh baya yang telah sejak

kecil memang hobi memelihara ayam Bangkok ini menuturkan bahwa walau telah

sering digerebek atau dibubarkan polisi karena terindikasi mengandung perjudian,

Pemain-pemain sabung ayam seperti tak pernah lelah. “Kalau satu tempat

digerebek, ya besok pindah tempat lainnya”, tutur beliau. 3

Sebagai pemain aktif, Sugeng tentu memiliki „jagoan‟ juga seperti pemain-

pemain lainnya. Ayam andalannya, „Intan‟, adalah sebuah ayam berdarah

Thailand berbadan tegap, bersisik kaki kuning totol hitam, dan bercucuk kuning

hitam. Jari ceker yang paling belakang berukuran panjang membuat „Intan‟ dapat

dengan mudah melakukan pukulan dan dorongan keras pada ayam naas yang

menjadi musuh tarungannya. Kemenangan yang sering kali diraih membuat ayam

bermahar 30 juta rupiah ini menjadi salah satu „primadona‟ di kalangan pemain

sabung ayam Salatiga.

3 Wawancara dengan Sugeng di kios ayam „Swalayan‟, Lopait, Kab. Semarang. (23/06/13)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8427/2/T1_362008022_BAB I… · Salah satu contoh legenda sabung ayam yang terkenal di pulau Jawa

5

Sabung ayam sebenarnya merupakan sebuah fenomena yang unik dan

menarik. Sabung ayam bukan hanya sekedar tontonan ayam satu lawan ayam

yang lain, taruhan, menang, selesai, lalu pulang. Sabung ayam ternyata bukanlah

sekedar „judi‟. Ada nilai-nilai lain yang bagi para pelakunya lebih penting

daripada sekedar uang. Bagi para pecintanya, sabung ayam merupakan sebuah

kegiatan yang melibatkan gengsi dan emosi di mana ayam-ayam yang diadu

merupakan lambang strata bagi para pemiliknya. Semakin tangguh ayam aduan

maka semakin tinggi pula strata pemiliknya di mata para pecinta ayam aduan.

Memang diakui sabung ayam di Salatiga sangat identik dengan kegiatan

perjudian, walau pada hakikatnya para pecinta sabung ayam di Salatiga

menganggap gengsi dan strata sosial lokal menjadi lebih penting daripada sekedar

judi.

Kontroversi mengenai sabung ayam sebagai sebuah warisan budaya

namun sekaligus menjadi sebuah kegiatan yang melanggar hukum menarik hati

peneliti untuk menyusun sebuah karya dokumentasi yang berbentuk film

dokumenter. Film dokumenter secara umum merupakan rekaman kejadian atau

peristiwa dalam bentuk audio-visual yang tercipta tanpa ada unsur rekayasa.

Film dokumenter dapat dibuat oleh perorangan, kelompok/organisasi, atau

institusi pemerintah dan swasta dengan berdasarkan maksud dan tujuan yang

diinginkan. Beberapa proses yang harus dilakukan dalam pembuatan film

dokumenter adalah pra produksi, produksi dan pasca produksi. Hal terpenting

dalam proses produksi adalah riset, karena dokumenter membutuhkan data-data

yang valid untuk dituangkan dalam bentuk audio visual. Gaya dan bentuk film

dokumenter lebih memiliki kebebasan dalam bereksperimen meskipun isi

ceritanya tetap berdasarakan pada sebuah peristiwa nyata apa adanya. (Ayawaila,

2009)

Berangkat dari latar belakang yang telah peneliti tuliskan, peneliti ingin

membuat sebuah rancangan produksi film dokumenter mengenai seluk beluk

kegiatan sabung ayam di Salatiga yang menjadi kontroversi antara sebuah warisan

nilai kebudayaan sekaligus kegiatan yang melanggar hukum dalam sebuah

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8427/2/T1_362008022_BAB I… · Salah satu contoh legenda sabung ayam yang terkenal di pulau Jawa

6

tayangan audio-visual yang diproduksi secara sistematis dan ilmiah dalam bentuk

film dokumenter investigasi.

1.2 Rumusan Perancangan Produksi

Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan pada latar

belakang, maka penulis merumuskan perancangan produksi sebagai berikut :

- Seperti apa kontroversi nilai kebudayaan dan pelanggaran hukum yang

terjadi dibalik kegiatan sabung ayam di Salatiga?

1.3 Tujuan dan Manfaat Produksi

1.3.1 Tujuan Produksi

Berdasarkan rumusan perancangan diatas, peneliti memiliki tujuan

sebagai berikut :

- Memberikan informasi mengenai kontroversi nilai kebudayaan dan

pelanggaran hukum yang berlangsung di balik permainan sabung ayam

melalui media film dokumenter investigasi.

1.3.2 Manfaat Produksi

Manfaat yang diharapkan dari penelitian serta pengerjaan film

dokumenter investigasi ini antara lain:

- Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan wacana untuk bidang studi Ilmu

komunikasi, khususnya pada konsentrasi penyiaran (broadcasting)

yang berkaitan dengan proses (pra-produksi, produksi, pasca-

produksi) pengerjaan film dokumenter investigasi jurnalistik.

Memberikan sumbangan informasi kajian ilmu sosiologi dan

antropologi mengenai fenomena sabung ayam di Salatiga yang

ternyata bukan hanya sekedar kegiatan perjudian, namun sebuah

nilai yang dapat ditelaah lebih mendalam lagi, melalui kemasan

media informasi audio visual yang menarik.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8427/2/T1_362008022_BAB I… · Salah satu contoh legenda sabung ayam yang terkenal di pulau Jawa

7

- Manfaat Praktis

Secara praktis, film dokumenter ini akan menjadi sumber

informasi mengenai fenomena sabung ayam di kota Salatiga yang

dikemas dalam format film dokumenter yang menarik, menghibur,

dan informatif, yang mana sejauh pengamatan penulis belum

pernah di produksi oleh pihak lain sebelumnya.

1.4 Pembatasan Perancangan Produksi

Tugas akhir ini berfokus pada upaya merancang film dokumenter yang

berisi tentang kegiatan sabung ayam serta kontroversi yang ada di balik

permainan yang ternyata telah membudaya pada masyarakat Salatiga ini. Film

dokumenter ini memiliki beberapa informasi penting, seperti berikut:

1.4.1 Berisi informasi tentang sejarah serta gambaran umum mengenai

kegiatan Sabung Ayam di Indonesia

1.4.2 Berisi mengenai gambaran umum kegiatan sabung ayam di Salatiga

(Lokasi, arena, pertarungan, taruhan)

1.4.3 Berisi mengenai persiapan pra pertarungan serta wawancara

terhadap nara sumber mengenai latar belakang sabung ayam,

perjudian, serta makna-makna simbolik yang ada pada kegiatan

sabung ayam di Salatiga

1.4.4 Berisi mengenai penutup serta kesimpulan yang berdasar pada

pengamatan Budayawan setempat, dinas pemerintahaan yang

terkait – Dishubkombudpar (Dinas Perhubungan, Komunikasi,

Kebudayaan, dan Pariwisata) kota Salatiga, analisa pakar Hukum,

dan pakar Antropologi di Salatiga

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8427/2/T1_362008022_BAB I… · Salah satu contoh legenda sabung ayam yang terkenal di pulau Jawa

8

1.4.5 Segmentasi :

1. Segmen Geografis

Seluruh masyarakat Indonesia

2. Segmen Demografis

Umur : 15 tahun – 50 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan

Agama : Semua kepercayaan

Kelas Sosial : Semua lapisan masyarakat

1.4.6 Gaya penyampaian dari media ini adalah film dokumenter

investigasi, sehingga semua gambar, tokoh, lokasi, waktu, dan

peristiwa merupakan kejadian yang faktual, bersifat informatif, dan

dapat dipertanggung-jawabkan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8427/2/T1_362008022_BAB I… · Salah satu contoh legenda sabung ayam yang terkenal di pulau Jawa

9

1.5 Kerangka Pikir

Fakta :

Kegiatan sabung ayam merupakan salah satu budaya peninggalan nenek

moyang yang masih terus berjalan bahkan dapat dikatakan „hidup‟ di Salatiga.

Stigma negatif mengenai sabung ayam yang bertalian erat dengan perjudian

dan pelanggaran hukum selalu hinggap di benak masyarakat.

Masalah :

Tidak semua masyarakat mengetahui tentang nilai filosofis apa yang

sebenarnya terkandung dalam permainan sabung ayam itu sendiri, tentunya

selain perjudian dan pelanggaran hukum

Tujuan:

Memberikan informasi mengenai kontroversi antara nilai budaya dan

pelanggaran hukum dari fenomena sabung ayam dengan format film

dokumenter investigasi

Produksi :

1. Perancangan konsep film dokumenter

2. Proses pengambilan gambar

3. Sharing dengan dosen pembimbing

4. Proses editing gambar

Hasil :

Publikasi Film Dokumenter Investigasi Jurnalistik “Taji Tajam Jago

Petarung Salatiga”

Mengunggah video ke dalam situs Youtube

Menyebarkan link film dokumenter yang sudah diunggah di situs Youtube,

melalui situs jejaring sosial (Facebook dan Twitter)

Menyerahkan video dalam bentuk keping DVD kepada

Dishubkombudpar kota Salatiga