BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga...

29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Desember tahun 1991, salah satu negara terbesar yang dapat mengimbangi kekuatan Amerika Serikat yaitu Uni Soviet runtuh dan berganti nama menjadi Rusia, setelah itu banyak wilayah yang memilih untuk melepaskan diri dari Uni Soviet dan mendirikan negara sendiri. 1 Negara yang melepaskan diri dari Uni Soviet berjumlah 14 negara yaitu, Armenia, Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirgizstan, Latvia, Lithuania, Moldova, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina dan Uzbekistan. 2 Wilayah ini tentu mempunyai nilai bargaining position 3 yang tinggi baik untuk Barat dan juga Rusia sendiri. Sehingga Rusia berusaha untuk kembali dapat mempengaruhi bekas negara-negara nya yang berbatasan langsung untuk dijadikan sebagai Buffer State atau zona penyangga. 4 Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Rusia untuk dapat tetap menjaga eksistensi dan pengaruhnya di wilayah bekas Uni Soviet. Runtuhnya Uni Soviet juga mulai terlihat ketika Pakta Warsawa 5 berakhir lebih dulu pada 1 Juli 1991. 6 Dahulu tujuan Uni Soviet membenbentuk Pakta Warswa adalah untuk dapat menyaingi NATO dalam 1 History.com Staff, Fall Of Soviet Union, diakses dalam http://www.history.com/topics/cold- war/fall-of-soviet-union (23/03/2017, 01.59 WIB) 2 Ibid 3 Bargaining Position adalah nilai tawar suatu negara terhadap negara lain 4 Istilah Buffer State menurut Oxford Dictionary adalah negara kecil yang netral terletak diantara dua negara besar yang bermusuhan dan bisa berfungsi untuk mencegah pecahnya konflik regional 5 Pakta Warsawa adalah suatu aliansi militer yang diinisiasi oleh Uni Soviet untuk menandingi NATO di Eropa 6 History.com Staff, Warsaw Pact Ends, diakses dalam http://www.history.com/this-day-in- history/warsaw-pact-ends (23/03/2017, 01.59 WIB)

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada bulan Desember tahun 1991, salah satu negara terbesar yang dapat

mengimbangi kekuatan Amerika Serikat yaitu Uni Soviet runtuh dan berganti nama

menjadi Rusia, setelah itu banyak wilayah yang memilih untuk melepaskan diri dari

Uni Soviet dan mendirikan negara sendiri.1 Negara yang melepaskan diri dari Uni

Soviet berjumlah 14 negara yaitu, Armenia, Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia,

Kazakhstan, Kirgizstan, Latvia, Lithuania, Moldova, Tajikistan, Turkmenistan,

Ukraina dan Uzbekistan.2 Wilayah ini tentu mempunyai nilai bargaining position3

yang tinggi baik untuk Barat dan juga Rusia sendiri. Sehingga Rusia berusaha untuk

kembali dapat mempengaruhi bekas negara-negara nya yang berbatasan langsung

untuk dijadikan sebagai Buffer State atau zona penyangga.4 Hal ini menjadi

tantangan tersendiri bagi Rusia untuk dapat tetap menjaga eksistensi dan

pengaruhnya di wilayah bekas Uni Soviet. Runtuhnya Uni Soviet juga mulai terlihat

ketika Pakta Warsawa5 berakhir lebih dulu pada 1 Juli 1991.6 Dahulu tujuan Uni

Soviet membenbentuk Pakta Warswa adalah untuk dapat menyaingi NATO dalam

1History.com Staff, Fall Of Soviet Union, diakses dalam http://www.history.com/topics/cold-war/fall-of-soviet-union (23/03/2017, 01.59 WIB) 2 Ibid 3 Bargaining Position adalah nilai tawar suatu negara terhadap negara lain 4 Istilah Buffer State menurut Oxford Dictionary adalah negara kecil yang netral terletak diantara dua negara besar yang bermusuhan dan bisa berfungsi untuk mencegah pecahnya konflik regional 5 Pakta Warsawa adalah suatu aliansi militer yang diinisiasi oleh Uni Soviet untuk menandingi NATO di Eropa 6 History.com Staff, Warsaw Pact Ends, diakses dalam http://www.history.com/this-day-in-history/warsaw-pact-ends (23/03/2017, 01.59 WIB)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

2

Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun

berakhirnya Pakta Warsawa ini membuat NATO8 dapat melakukan perluasan ke

bekas wilayah Uni Soviet. Pada tahun 1999 tiga negara Eropa Timur bergabung

dengan pakta pertahanan NATO yaitu Polandia, Ceko dan Hungaria yang dulunya

bergabung dalam Pakta Warsawa.9 Dengan waktu 15 tahun kini ada 12 negara yang

dulunya berada di bawah pengaruh Uni Soviet akhirnya bergabung dengan pakta

barat yaitu NATO.10 Hal ini memicu ketegangan yang tidak dapat dihindari lagi,

masalah ini membuat Presiden Rusia, Vladimir Putin merasa gelisah. Vladimir

Putin mengatakan “Munculnya sebuah aliansi militer di perbatasan Rusia bisa

dilihat sebagai ancaman langsung”.11 Hal ini juga merupakan penghinaan untuk

Rusia, karena dengan perluasan NATO ke Eropa Timur maka Pengaruh Rusia di

wilayah tersebut juga akan terganggu.

Apalagi NATO berniat untuk memasukkan negara Eropa Timur lain nya

khususnya Ukraina, tindakan ini membuat hubungan Rusia dan NATO semakin

merenggang. Dalam mencapai kepentingan nasional dan menghadapi dunia

internasional, Rusia membentuk suatu kebijakan.12 Pada tanggal 31 Desember 2015

Vladimir Putin menandatangani Russia National Security Strategies terbaru dimana

7 Ibid 8 NATO adalah singkatan dari North Atlantic Treaty Organization, adalah suatu organisasi untuk menjaga kebebasan dan keamanan anggotanya melalui cara militer dan politik. Merupakan organisasi yang dibentuk sebagai media untuk menghalau kekuatan Uni Soviet (sekarang Rusia) 9Bernd Riegert, Sejarah Perluasan NATO ke Eropa Timur, diakses dalam http://www.dw.com/id/sejarah-perluasan-nato-ke-eropa-timur/a-17528183 (23/03/2017, 04.19 WIB) 10 Ibid 11NATO dan Perluasannya, diakses dalam http://www.dw.com/id/nato-dan-perluasannya/a-3231679 (23/03/2017, 04.31 WIB) 12Denny Armandhanu, Hadapi NATO Putin siapkan strategi pertahanan baru, diakses dalam http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160101191957-134-101675/hadapi-nato-putin-siapkan-strategi-pertahanan-baru/ (23/03/2017, 04.41 WIB)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

3

salah satu isinya menyinggung ekspansi keanggotaan yang dilakukan oleh NATO

yang sudah melewati batas.13 Di dalam strategi terbaru ini Rusia juga meningkatkan

kekuatan militernya khususnya rudal balistik baik non-nuklir dan nuklir,

pemerintah Rusia mengatakan bahawa kebijakan luar negeri ini adalah sebagai

bentuk respon Rusia selama ini atas langkah yang dilakukan oleh Amerika Serikat

dan NATO di Eropa.14

Selain dalam bidang militer Russia National Security Strategies 2015 berisi

poin-poin tentang bagaimana politik dalam dan luar negeri Rusia yang nantinya

akan dijalankan baik masalah politik, ekonomi, militer, hubungan dengan Ukraina,

korupsi dan hal lain nya.15 Hal ini dilakukan demi menjaga keamanan nasional yang

mencakup keamanan individu, masyarakat dan negara dalam menghadapi ancaman

internal dan eksternal.16 Keamanan nasional sendiri menurut Rusia memiliki bidang

prioritas seperti keamanan negara, keamanan publik, keamanan sosial ekonomi,

kemananan pertahanan, informasi, militer dan juga hubungan internasional.17 Yang

nantinya demi menjaga semua keamanan nasional Russia dalam mewujudkan

kepentingannya akan diteruskan ke dalam politik luar negeri Rusia.

Namun di sisi lain bahwa langkah strategis Rusia ini membuat NATO khawatir

yang nantinya akan membuat kondisi menjadi dilema. Karena dengan adanya

Russia National Security Strategies 2015, dimana salah satu poin nya yang

13 Ibid 14 Ibid 15Olga Oliker, Unpacking Russia’s New National Security Strategy, diakses dalam https://www.csis.org/analysis/unpacking-russias-new-national-security-strategy (23/03/2017, 04.41 WIB) 16About Security Council, diakses dalam http://en.kremlin.ru/structure/security-council (23/03/2017, 05.54 WIB) 17 Ibid

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

4

menunjukkan bahwa “NATO dan sekutunya merupakan ancaman akan

menimbulkan efek bagi wilayah yang berbatasan langsung dengan Rusia”.18 Hal

ini akan membuat NATO tidak tinggal diam, bahwa NATO dianggap sebagai

ancaman bagi Rusia justru akan membuat NATO agresif dengan meningkatkan

militernya pada negara-negara Baltik.

Dalam sudut pandang yang berbeda, hal ini dilakukan oleh NATO karena sesuai

dengan prinsip-prinsip yang dijalankan oleh NATO yaitu untuk menjaga keamanan

bersama para anggota NATO salah satunya dengan cara militer. Karena menurut

NATO, militer merupakan cara yang paling efektif sebagai pencegahan terhadap

ancaman dari luar.19 Namun penggunaan militer bukanlah satu-satunya jalan bagi

NATO dalam menyelesaikan masalah, NATO bukanlah ancaman bagi negara-

negara manapun. NATO siap berdialog secara dua arah dan transparan untuk

meminimalisir resiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dalam penggunaan

militer, dan menginginkan kondisi regional yang stabil bagi negara-negara

anggotanya.20 Hal ini lah yang dicoba untuk disampaikan NATO kepada seluruh

negara-negara di dunia dalam pertemuan besar NATO Summit yang dilaksanakan

di Warsawa pada tahun 2016 tahun lalu.21

Demi mencapai tujuan tersebut, NATO memperkuat kekuatan militernya di

kawasan Baltik dengan menempatkan pasukan di negara-negara Baltik dan juga

18 Oliker, Loc. Cit. 19 NATO, The Warsaw declaration on Transatlantic Security, diakses dalam http://www.nato.int/cps/en/natohq/official_texts_133168.htm?selectedLocale=en (23/04/2017, 13.32 WIB) 20 Ibid 21 Ibid

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

5

Polandia.22 Kegelisahan ini mulai muncul pada negara-negara baltik yaitu Estonia,

latvia dan Lithuania, akibat aneksasi yang dilakukan oleh Rusia. Karena aneksasi

yang dilakukan Rusia dianggap ilegal karena melanggar kedaulatan Ukraina

sebagai bagian dari Ukraina, juga sebagai perbuatan yang sangat tidak bertanggung

jawab dan membuat ketidakstabilan kondisi regional.23

Pada tahun 2016, NATO mengadakan Warsaw Summit yang dilaksanakan di

Warsawa ibukota Polandia.24 Pada pertemuan tersebut terdapat salah satu satu

deklarasi yang dibahas yaitu The Warsaw declaration on Transatlantic security

yang berisi bahwa NATO bukanlah merupakan suatu ancaman untuk Rusia dan siap

melakukan dialog dengan Rusia. Sehingga upaya militer NATO untuk menjaga

negara-negara baik yang berbatasan langsung maupun tidak langsung dengan Rusia

bukanlah suatu ancaman yang ditunjukan untuk Rusia. Hal ini dikarenakan dalam

The Warsaw declaration on Transatlantic security poin 7 terdapat kutipan “if our

neighbour are stable we are more secure” yang mana tindakan NATO tersebut

adalah salah satu upaya NATO untuk menciptakan rasa aman dan terbebas dari

ancaman.25

Untuk menjaga keamanan lebih di Baltik, NATO akan menunjukkan

kehadirannya di wilayah Baltik dan Polandia. Dengan membangun infrastruktur

yang lebih maju, sehingga dapat menunjukkan secara jelas bahwa NATO memiliki

solidaritas, tekad dan kemampuan mengambil tindakan terhadap segala ancaman

22 Ibid 23 Ibid 24 Ibid 25 Ibid

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

6

dan agresi.26 Hal ini secara jelas dan tegas tercantum pada poin 40 pada Warsaw

Summit 2016. Dapat diamati bahwa setelah disahkannya Rusia National Security

Strategies tahun 2015 oleh Presiden Rusia terdapat peningkatan baik latihan militer

maupun penempatan pasukan yang cukup signifikan yang dilakukan oleh NATO

khususnya di negara-negara Baltik.27

Hal menarik inilah yang membuat penulis ingin mengangkat masalah ini, yang

bermula dari disahkannya Russia National Security Strategies tahun 2015 dan

memberikan efek domino terhadap NATO yang semakin agresif untuk menjaga

keamanan dan stabilitas regional. Kebijakan Rusia dan efek domino terhadap

NATO inilah yang ingin dideskripsikan dan dijelaskan dalam skripsi ini. Penulis

akan menggunakan metode library research, juga dari berita-berita terkini mengenai

hubungan Rusia dan NATO juga hal lainnya yang berhubungan dengan masalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Penulisan karya ilmiah selalu membutuhkan titik fokus suatu masalah yang

akan menjadi barometer dalam penulisan. Harus ada permasalahan utama yang

dijelaskan untuk mengetahui seberapa penting permasalahan itu untuk dingkat.

Rumusan masalah yang akan diangkat penulis dalam tulisan ini adalah:

Mengapa Russia National Security Strategies 2015 (RNSS) berpengaruh

terhadap penguatan aliansi NATO di Kawasan Baltik?

26 Ibid 27 Ibid

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah,

• Alasan NATO meningkatkan militernya di Baltik

• Memahami Russia National Security Strategies baik sejarah maupun

tujuan dibuatnya kebijakan ini

• Memahami poin-poin penting di dalama Russia National Security tahun

2015 yang mempengaruhi stabilitas di Baltik

1.3.2 Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan rujukan

untuk menambah sumbangan pemikiran, wawasan, dan pengetahuan bagi

ilmu hubungan internasional Universitas Muhammadiyah Malang terkait

Pengaruh Russia National Security Strategies tahun 2015 terhadap

penguatan aliansi NATO di Baltik. Hasil pemikiran ini juga dapat

dimanfaatkan sebagai dasar pemikiran oleh peneliti lain yang berminat

melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis,

diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya. Sehingga dapat memberikan manfaat kepada pembaca

khsususnya Ilmu Hubungan Internasional mengenai pengaruh Russia

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

8

National Security Strategies pada tahun 2015 terhadap penguatan aliansi

NATO di Baltik.

1.4 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan lima hasil penelitian terdahulu yang

membantu penelitian ini, terkait bagaimana hubungan Rusia dengan NATO selama

ini.

Pertama, penelitian dari Fadhiah Silmina yang mengangkat jurnal berjudul

Alasan Rusia menganggap NATO sebagai Ancaman dalam Sistem Pertahanan Anti

Rudal Pasca Perang dingin tahun 2008-201528 menggunakan pendekatan

deterrence dengan metode deskriptif. Fadhiah menjelaskan bahwa hubungan NATO

dengan Rusia sudah mengalami ketegangan semenjak NATO dan Amerika Serikat

melakukan ekspansi ke kawasan Eropa. Hal ini mulai dirasakan oleh Rusia ketika

NATO berhasil memasukkan negara peahan Uni Soviet menjadi anggotanya.

Dengan peristiwa tersebut dan mulai terancamnya keamanan nasional Rusia,

akhirnya Rusia bergabung dengan NATO. Mengapa negara yang dulunya super

power mau bergabung dengan NATO, dalam penelitian ini saya melihat bahwa

berkurangnya pengaruh Rusia dalam wilayah yang berbatasan langsung dengannya

membuat Rusia terpaksa bergabung. Namun setelah 9 tahun bergabung, hubungan

Rusia dan NATO tidak berjalan mulus dan dipenuhi kecurigaan satu sama lain.

Ancaman ini dirasakan Rusia dalam bentuk adanya intervensi dalam urusan internal

28 Fadhiah Silmina, 2016, Alasan Rusia menganggap NATO sebagai Ancaman dalam Sistem Pertahanan Anti Rudal Pasca Perang dingin tahun 2008-2015, Jurnal, Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2673/JURNAL.pdf?sequence=15&isAllowed=y

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

9

Rusia, juga ada nya upaya untuk mengabaikan kepentingan Rusia dalam

menyelesaikan masalah keamanan internasional.

Oleh karena itu Rusia dalam doktrin militernya menganggap NATO sebagai

suatu ancaman yang dapat menganggu keamanan nasional Rusia. Rusia merespon

ini dengan meningkatkan anggaran militer dan menempatkan pasukan nya ke

wilayah yang berbatasan langsung dengan negara lain. Hal ini sebagai respon Rusia

terhadapn NATO yang dianggap sudah tidak dapat bekerja sama lagi secara

koperatif.

Kedua dari Rita Widia Astuti yang mengangkat skripsi dengan judul

Perubahan Politik Luar Negeri Rusia Rusia terhadap Perjanjian Missile Defense

System dengan NATO29 menggunakan pendekatan Rational Actor Theory dan

Konsep Politik Luar Negeri dengan menggunakan metode Eksplanatif. Widia

menjelaskan bahwa kepemilikan senjata pemusnah massal yang terus

dikembangkan oleh Rusia, mendorong perwakilan NATO untuk mengundang Rusia

pada tanggal 21 Novemver 2010 untuk melakukan kerjasama mengenai Missile

Defense System. Kerjasama ini tidak hanya dilatarbelakangi oleh adanya

kepemilikan senjata pemusnah massal antara NATO dan Rusia, namun dilatar

belakangi oleh faktor lain seperti adanya peningkatan senjata pemusnah massal

yang dimiliki oleh Iran.

Meskipun mendapat dukungan dari presiden Rusia, Dimitri Medvedev yang

telah dirangkum dalam sebuah perjanjian atau kerjasama ternyata pada akhirnya

29 Rita Widia Astuti, 2016, Perubahan Politik Luar Negeri Rusia terhadap perjanjian Missie Defense System dengan NATO, Skripsi, Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

10

dukungan tersebut tidak bertahan lama. Diawali dengan penolakan usulan Presiden

Rusia untuk membangun perisai rudal untuk melindungi ancaman rudal Iran dan

negara lainnya. Anehnya selang beberapa waktu kemudian, NATO berniat ingin

membangun dan mengembangkan sistem pertahanan rudal di Eropa tanpa

persetujuan oleh Rusia. Selain itu NATO tidak ingin memberikan rincian informasi

mengenai sistem pertahanan rudalnya secara rinci terhadap Rusia,

Adanya perubahan sikap oleh NATO ini menyebabkan Rusia mengubah politik

luar negerinya terhadap NATO dalam perjanjian Missile Defense System. Padahal

jika kita lihat dari sitem keamanan, kerjasama ini akan menguntungkan Rusia

karena adanya jaminan terhadap keamanan negaranya, akan tetapi Rusia mengubah

politik luar negerinya tersebut.

Ketiga menggunakan hasil penelitian Sri Wahyuni yang mengangkat skripsi

dengan judul Dampak Kebijakan Pertahanan Rusia dan Dampaknya terhadap

NATO.30 Menggunakan konsep pertahanan keamanan, perimbangan kepentingan

dan juga dampak dengan menggunakan metode deskriptif. Sri Wahyuni

menjelaskan Rusia melakukan reformasi persenjataan untuk mencegah ancaman

militer dari luar, melalui kebijakan pertahanan nya yang terbaru dengan

menggunakan instrumen militer untuk melindungi keamanan nasionalnya dan

mengembalikan pengaruhnya pasca perang dingin.

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa Rusia ingin menjadi negara yang

adidaya kembali, dengan begitu Rusia memiliki posisi yang kuat untuk

30 Sri wahyuni, 2012, Dampak Kebijakan Pertahanan Rusia dan Dampaknya terhadap NATO, Skripsi, Jurusan Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin Makassar, dalam http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1646/SKRIPSI%20SRI%20RAHYUNI.pdf;sequence=1

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

11

mempengaruhi kesepakatan dan memasukkan kepentingan nasional negaranya.

Dalam berusaha untuk mencapai kepentingannya tiap-tiap negara berusaha

melakukan peningkatan kekuatan nasionalnya, yang memiliki berbagai unsur salah

satunya adalah kekuatan militer. Sehingga disimpulkan bahwa kebijakan

pertahanan ini digunakan untuk dapat memenuhi kekuatan nasionalnya dalam

memenuhi kepentingan nasionalnya. Kebijakan Rusia ini juga berdampak pada

NATO, yang akan mengancam eksistensi NATO yang masih eksis hingga sekarang.

Keempat menggunakan hasil penelitian Khairunisaa yang mengangkat jurnal

dengan judul Dampak Kebijakan Pertahanan Rusia dan Politik Luar Negeri Rusia

terhadap Perluasan keanggotaan NATO di Eropa Timur tahun 2002-2010.31

Menggunakan konsep politik luar negeri dan deterrence dengan metode deskriptif.

Khairunisaa menjelaskan Adanya upaya perluasan keanggotaan NATO di wilayah

Eropa Timur sejak tahun 2000-2010 merupakan bentuk usaha NATO dalam

mempersempit pengaruh dan kekuasaan Rusia di Eropa Timur, dengan merangkul

negara- negara bekas pecahan Uni Soviet yang berbatasan langsung dengan Rusia.

Perluasan ini dianggap oleh Rusia sebagai suatu ancaman terhadap security interest-

nya dan kepentingan nasional Rusia dalam upaya untuk mengembalikan hegemoni

di kawasan Eropa Timur ditanggapi dengan sangat responsif. Pemerintah Rusia

sejak kepemimpinan Vladimir Putin hingga Dimitri Medveded mencetuskan

kebijakan Politik Luar Negeri yang kontra terhadap NATO.

31 Khairunisaa, 2013, Dampak Kebijakan Pertahanan Rusia dan Politik Luar Negeri Rusia terhadap Perluasan keanggotaan NATO di Eropa Timur tahun 2002-2010, Jurusan Hubungan Internasional Universitas Mulawarman, dalam http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/04/Politik%20Luar%20Negeri%20Rusia%20Terhadap%20Perluasan%20Keanggotaan%20NATO%20di%20Eropa%20Timur%20Tahun%202002-2010%20(Khairunisaa)%20(04-03-13-09-36-32).pdf

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

12

Salah satu caranya adalah dengan menetapkan doktrin kebijakan pertahanan

tentang adanya ancaman dari luar salah satunya adalah NATO, dan tindakan Rusia

yang diambil dengan meningkatkan kapabilitas dan pertahanan untuk ditempatkan

di perbatasan Rusia dan aliansinya. Selain itu Rusia juga meningkatkan kekuatan

nuklir nya sebagai deterrence lawan-lawannya. Kesimpulannya adalah Rusia

meningkatkan militernya dan nuklir untuk menjaga wilayahnya dari NATO.

Kelima, menggunakan penelitian Ali Muhammad yang mengangkat jurnal

dengan judul “Selamat Datang Perang Dingin !” Kepentingan Rusia di Krimea

dan Ukraina Timur dan Ketegangan hubungan dengan Barat32. Menggunakan

konsep balance of power dengan metode eksplanatif. Ali Muhammad menjelaskan

bahwa aneksasi yang dilakukan oleh Rusia maupun internvensinya ke Ukraina jelas

melanggar hukum Internasional dan tatanan internasional.

Namun permasalahannya sekali lagi bukan masalah hukum tetapi masalah

politik dan keamanan nasional Rusia. Rusia adalah sebuah great power atau bahkan

masih superpower militer dalam arti kemampuan dan kapabilitas militernya masih

termasuk yang terkuat di dunia. Disamping Rusia merupakan negara nuklir

terbesar, Rusia bukanlah negara sembarangan karena posisi politik sangat kuat

karena merupakan salah satu anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa

Bangsa (PBB). Bagi Amerika Serikat dan Uni Eropa, respon seperti apa yang pas

untuk mengukum Rusia itulah yang sangat dilematis. Upaya yang sudah dilakukan

Barat adalah melakukan isolasi diplomatik dan sanksi ekonomi terhadap Rusia

32 Ali Muhammad, 2015, “Selamat Datang Perang Dingin!” Kepentingan Rusia di Krimea dan Ukraina Timur dan Ketegangan hubungan dengan Barat, Skripsi, Jurusan Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman, dalam http://fisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/Ali%20Muhammad.pdf

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

13

walaupun keduanya tidak menimbulkan efek jera.

Di bidang militer. Apapun yang akan dilakukan Rusia terhadap Ukraina bahkan

seandainya invasi militer kecil kemungkinan NATO akan mengmbil resiko terlibat

konflik langsung dengan Rusia. Konflik terbuka antara NATO dan Rusia terlalu

mahal resiko yang akan ditanggung oleh NATO, dan yang sangat mengkhawtirkan

adalah bahwa Rusia merupakan pemilik senjata nuklir besar di dunia. NATO tidak

mau mengambil resiko konfrontasi langsung dengan Rusia bila saja negeri ini

diinvasi oleh Rusia. Disamping kekawatiran akan terjadi konfrontasi langsung,

tetapi juga karena organisasi di NATO sendiri Ukraina bukanlah anggota. Namun,

NATO masih bisa berperan untuk mencegah rencana Rusia dengan mengirim sinyal

bantuan militer supaya terjadi deterrence effect dengan member bantuan militer ke

negara tetangga Rusia seperti Estonia. Kesimpulannya bahwa walaupun kekuatan

militer NATO cukup besar namun NATO tidak ingin mengambil resiko yang terlalu

besar untuk berkonfrontasi dengan Rusia secara langsung.

Judul Skripsi/Nama Peneliti

Metode Penelitian

Hasil

Alasan Rusia menganggap NATO sebagai Ancaman dalam Sistem Pertahanan Anti Rudal Pasca Perang dingin tahun 2008-2015 Fadhiah Silmina

Skripsi Deskriptif Deterrence

• Perluasan NATO membuat ancaman bagi Rusia, khususnya ketika negara-negara yang berbatasan langsung dengan Rusia inggin dijadikan tempat rudal balistik NATO

• Terjadi hubungan yang fluktuatif antara Rusia dengan NATO

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

14

• Pada akhirnya Rusia sendiri mau tidak mau bersiap-siap terhadap segala kemungkinan dengan meningkatkan militernya

Perubahan Politik Luar Negeri Rusia terhadap Perjanjian Missile Defense System dengan NATO Rita Widia Astuti

Skripsi Eksplanatif Rational Actor Theory, Konsep Politik Luar Negeri.

• Awalnya Rusia menganggap positif kerja sama Missile Defense System dengan NATO oleh Dmitri Medvedev sehingga dapat meredakan konflik .

• Kerja sama ini tidak berlangsung lama karena baik Rusia dan NATO masih terdapat konflik-konflik yang berkelanjutan

• Puncaknya pada kasus ikutnya NATO dalam konflik Georgia yang terjadi tahun 2008

Kebijakan Pertahanan Rusia dan Dampaknya terhadap NATO Sri Wahyuni

Skripsi Konsep Pertahanan Keamanan, Konsep Perimbangan Kepentingan, Konsep tentang dampak

• Mulai bangkitnya Rusia di era Presiden Vladimir Putin

• Terancamnya Rusia oleh perluasan yang dilakukan NATO

• Untuk merespon NATO, Rusia mengeluarkan National Security Strategies atau Kebijakan Pertahanan Rusia.

• Hal ini menimbulkan berbagai dampak dalam stabilitas keamanan di Eropa Timur

• Adanya perimbangan kepentingan yang dilakukan Rusida dan NATO masing masing ingin kepentingan nya dapat terpenuhi di dalam Dunia Internasional

• Kedua belah pihak sama-sama menggunakan instrumen militer untuk mendapatkan kepentingannya

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

15

Politik Luar Negeri Rusia terhadap Perluasan keanggotaan NATO di Eropa Timur tahun 2002-2010 Khairunisaa

Jurnal Deskriptif Konsep Politik Luar Neger, Konsep Deterrence

• Perluasan NATO mendapatkan respon negatif dari Rusida karena dapat mengancam Geopolitik Rusia

• Untuk mencegah penyebaran NATO Rusia mengeluarkan kebijakan luar negeri yang agresif

• Salah satu caranya dengan menempatkan beberapa angkatan militernya di wilayah pecahan Uni-Soviet.

“Selamat Datang Perang Dingin !” Kepentingan Rusia di Krimea dan Ukraina Timur dan Ketegangan hubungan dengan Barat Ali Muhammad

Jurnal Eksplanatif Konsep Balance of Power

• Bahwa aneksasi yang dilakukan oleh Rusia memperoleh kecaman dari Barat yang menyatakan tidak sah nya Krimea menjadi bagian Rusia.

• NATO pun tidak bisa berbuat banyak pada konflik yang terjadi

1.5 Kerangka Konseptual Penelitian yang baik dan benar harus didukung dengan adanya konseptualisasi

dan juga penggunaan teori maupun konsep yang mana kedua hal tersebut sangat

penting dalam kegiatan pemikiran dan hasil pemikiran itu sendiri. Sehingga

penggunaan teori maupun konsep merupakan hal yang mutlak dalam suatu

penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Adapun dalam penelitian menggunakan beberapa konsep sebagai berikut:

Teori Deterrence

Menurut Professor Branislav L. Slantchev bahwa strategi penggunaan kekuatan

dibagi menjadi 2 yaitu brute force dan strategic coercion.33 Apabila kita analogikan

33 Branislav L. Slantchev, 2005, Introduction to International Relations Lecture 8: Deterrence and Compellence, San Diego, hal.1

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

16

bahwa brute force adalah anak SMA yang memukul anak SMP dan mengambil

uangnya, dapat kita pahami bahwa anak SMA tersebut menggunakan kekuatannya

secara langsung kepada anak SMP. Hal ini lah yang disebut dengan brute force.34

Berbeda dengan strategic coercive dimana anak SMA ini akan mengancam

memukul anak SMP tadi jika dia tidak menyerahkan uangnya, strategi ini bertujuan

untuk membujuk lawan untuk melakukan apa yang kita mau tanpa harus

menyerangnya. Hal ini disebut strategic coercive.35

Stretaegic coercive mempunyai 2 bentuk dasar yaitu deterrence dan

compellence. Dalam penulisan ini, penulis akan menggunakan deterrence karena

lebih sesuai dan cocok untuk menjelaskan fenomena ini. Deterrence bertujuan

untuk membujuk atau menghasut lawan untuk tidak memulai tindakan, kita akan

menuntut dan menjelaskan konsekuensi yang akan diterima jika lawan bertindak

lalu menunggu. Dimana suksesnya deterrence jika lawan melakukan tindakan,

namun kesuksesan deterrence susah untuk diukur apakah faktor deterrence atau

faktor yang lainnya.

Inti dari deterrence sendiri adalah bagaimana negara menggunakan power nya

untuk mencegah pihak lain untuk melakukan tindakan yang mengancam

kepentingan negara tersebut hal ini terjadi karena hidup di dalam kondisi

internasional yang anarki menimbulkan kegelisahan di tiap-tiap negara, menurut

Waltz bahwa sistem internasional adalah anarki dimana tidak adanya pemerintahan

dunia.36 Sehingga hubungan internasional merupakan suatu sistem anarki yang

34 Ibid, hal.3 35 Ibid, hal.4 36 Patrick M. Morgan, 2003, Deterrence Now, New York: Cambridge University Press, hal.1

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

17

terdiri dari negara-negara yang beragam dan memiliki kepentingan yang berbeda

pula. Hal ini dilakukan untuk mempengaruhi kondisi psikologis pihak lain yang

mengancam kita dan mencegah terjadinya perang.37

Dalam melakukan deterrence, nantinya kita akan melakukan 2 cara yang akan

diambil. Jika kita ingin mengambil tindakan menyakiti lawan maka kita

menggunakan threat, namun jika kita ingin memberinya penhargaan atas apa yang

dia lakukan maka kita menggunakan promise.

Branislav L. Slanychev menjelaskan deterrence dapat menggunakan threats

dan promise, tergantung dari apa yang menjadi tujuan mereka yang ingin dicapai.

Threat membebankan biaya kepada lawan jika mereka tidak mengikuti apa yang

kita mau, sedangkan promise memberikan keuntungan kepada lawan jika mereka

mengikuti apa yang kita mau. Dimana keduanya sangat membutuhkan biaya yang

sangat besar apabila threats gagal untuk mempengaruhi lawan, dan jika rencananya

berhasil.38

Penggunaan deterrence threat bersifat pasif dan statis, yang kita lakukan hanya

memasang jebakan dan membiarkannya tanpa waktu yang tidak dapat ditentukan.

Contohnya, Amerika Serikat menempatkan pasukannya sebanyak 10.000 di Eropa

untuk menjaga Eropa dari serangan Uni Soviet. Pasukan ini sangatlah sedikit,

namun jika Uni Soviet ingin menyerang maka Uni Soviet akan mengerahkan

pasukan yang lebih besar lagi untuk mengalahkannya. Hal ini memaksa Amerika

Serikat melakukan tindakan dan tidak akan diam saja melihat pasukannya mati

37 Robert Jackson dan George Sorensen, 2014, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Edisi Kelima, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 83 38 Ibid, hal 4

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

18

begitu saja, tujuan Amerika Serikat adalah untuk mengorbankan pasukannya untuk

mati secara terhormat yang merupakan sebuah jebakan.

Menggunakan deterrence promise mungkin dilakukan namun susah untuk

dicapai. Karena jika kita bayangkan bahwa Amerika Serikat akan memberikan

bantuan ekonomi kepada Uni Soviet jika tidak menyerang Eropa Barat. Hal ini

membutuhkan langkah yang berlangsung secara terus-menerus yang dapat

memperkuat Uni Soviet dan bisa jadi Uni Soviet berbohong dan melakukan yang

seharusnya tidak dilakukan dalam perjanjian.39 Namun hal ini dapat terjadi apabila

kita dapat membuat argumen yang kuat, intinya dalam prakteknya deterrence dapat

dicapai dengan baik menggunakan threat.40

Deterrence dibagi menjadi dua tipe. Pertama adalah general deterrence adalah

dimana situasi pada saat itu tidak ada nya bahaya yang jelas namun untuk mencegah

adanya perlawanan dan pertentangan yang terjadi. Contohnya adalah perjanjian

antara Jepang dan Amerika Serikat dalam melindungi negara kepulauan Jepang dari

ancaman yang ada walaupun saat itu belum ada ancaman yang ada. Selain itu

contoh general deterrence yang tepat dapat dilihat bagaimana Amerika Serikat

melindungi Eropa Barat dari ancaman USSR ketika perang dingin.41 Berbeda

dengan general deterrence, immediate deterrence mengacu pada situasi dimana

lawan dapat menyerang kapan saja. Sebagai contoh, tahun 1950 Tiongkok berusaha

untuk mencegah Amerika tidak melakukan penaklukan Korea Utara namun tidak

dihiraukan.42 Hal ini memicu Tiongkok untuk meyerang sungai Yalu dan memukul

39 Ibid, hal. 5 40 Ibid. 41 Ibid, hal.7 42 Ibid.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

19

mundur pasukan Amerika Serikat. Setiap krisis yang berakhir dengan perang

seperti contoh studi kasus diatas merupakan sebuah kegagalan Immediate

Deterrence.

Untuk mengoperasikan teori ini, apabila general deterrence gagal maka tidak

langsung memicu immediate deterrence. Terdapat beberapa tahap dan syarat yang

dipenuhi, namun kegagalan general deterrence dapat mengindikasikan bahwa

suatu negara ingin menyerang. Jika kita lihat di tabel bawah maka Rusia sebagai

defender mengeluarkan kebijakan Russia National Security Strategies tahun 2015

untuk membuat NATO sebagai challenger resah akan kebijakan itu. Karena dalam

salah satu poin kebijkan tersebut Rusia secara jelas menyebut NATO merupakan

sebuah ancaman.43 Hal tersebut memicu reaksi dari NATO untuk melakukan

penguatan aliansinya khususnya di kawasan Baltik, NATO menganggap bahwa

kebijakan yang telah ditandatangani oleh presiden Rusia Vladimir Putin merupakan

sebuah ancaman. Terjadi pola saling membalas antara Rusia dan NATO yang

akhirnya memasuki pada fase immediate deterrence seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya dimana ketika musuh sudah dapat diidentifikasi dan dapat menyerang

kapan saja

43 Oliker, Loc. Cit.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

20

Bagan 1.5 Operasional Teori General dan Immediate Deterrence

Ketika menggunakan deterrence, aktor harus memperhitungkan kalkulasi yang

relevan yang harus diambil. Yaitu cost and benefit ketika status quo dan pilihan

alternatif cost and benefit ketika terlibat perang. Jika aktor memilih untuk berperang

maka akan ada cost yang dikeluarkan seperti, biaya perang, hilangnya banyak

nyawa, sumber daya yang digunakan, adanya pajak baru untuk menambah biaya

perang, kerusakan yang harus diperbaiki. Sebelum memilih perang aktor juga harus

mengukur secara tepat jika dia berhasil menang dalam konflik tersebut. Pilihan

untuk memilih perang harus juga dibandingkan dengan cost and benefit ketika aktor

ingin untuk mempertahankan perdamaian, apakah dengan tidak ikut perang kondisi

sesuai dengan ekspektasi aktor ? apakah situasi akan semakin memburuk di

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

21

kemudian hari ? apakah situasi akan semakin baik, namun sampai kapan situasi ini

bertahan ?. Oleh karena itu aktor yang mengambil keputusan harus berhati-hati,

apakah ia ingin memperburuk keadaan hubungan dengan lawannyaa atau bisa

memperbaiki hubungannya dengan lawannya.

Dalam hal ini sebuah negara atau aliansi melihat suatu ancaman sebelum

melakukan tindakan adalah bagaimana mengelaborasikan dari fungsi aggregate

power, geographic proximity, offensive capabilities, dan Aggresive intensions yang

akan dihadapi.44

1) Aggregate power

Indikator yang pertama adalah aggregate power dimana jika semakin besar

jumlah suatu sumber daya negara maka semakin besar potensi ancaman

yang dapat ditimbulkan terhadap orang lain. Contohnya sepert populasi,

kapabilitas industri dan militer, dan teknologi. Populasi memiliki suatu

gambaran suatu sumber daya manusia yang dapat mendukung suatu negara,

yang secara otomatis dengan banyak nya populasi akan meningkatkan

personel yang dibutuhkan negara apabila terjadi konflik. Kapabilitas

industri dan militer memilki hubungan yang saling tergantung satu sama

lain, dimana jika kapabilitas industri yang dapat diukur dengan peningkatan

GDP (Gross Domestic Product) tiap tahunnya. GDP adalah pendapatan

kotor suatu negara yang digunakan sebagai indikator kekuatan ekonomi

suatu negara yang nantinya akan dialokasikan untuk memenuhi kepentingan

44 Stephen M. Walt, 1990, The Origin of Alliances, New York, Cornell PaperBack, hal. 22-26

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

22

nasional contohnya belanja militer dan pengembangan ilmu pengetahuan

alam dan teknologi.

2) Geographical proximity

Indikator kedua adalah geographical proximity dimana kondisi geografi

atau wilayah dapat mempegaruhi power yang dilakukan oleh negara lain.

Sehingga semakin dekat kondisi geografi dengan lawan maka ancamannya

semakin besar pula. Hal ini yang akan membuat perlombaan senjata oleh

negara-negara agar mampu memberi ancaman tanpa terhalangi kondisi

geografi.

3) Offensive power

Indikator ketiga adalah offensive power, berbeda dengan aggresive power

offensive power mengkonversi military capabilities suatu negara menjadi

kemampuan untuk mengancam kedaulatan dan wilayah negara lain. Hal inni

membuat offensive power dan geographical proximity sangat berhubungan

karena negara-negara yang dekat satu sama lain dapat mengancam satu

sama lain dengan lebih mudah. Sehingga semakin dekat negara tersebut

dengan satu sama lain maka offensive powernya akan semakin besar

4) Aggresive intention

Semakin agresif suatu negara maka akan semakin banyak negara yang akan

menentang dan ingin menyeimbangkan. Karena jika suatu negara A dilihat

sebagai negara yang agresif itu akan memicu negara lain untuk

menyeimbangkannya. Oleh karena itu agresifitas suatu negara akan

menimbulkan respon dari beberapa negara khusunya negara sekitar.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

23

Penulis menggunakan teori deterrence untuk mengamati fenomena penguatan

aliansi NATO di kawasan Baltik, yang dipengaruhi oleh kebijakan Rusia pada tahun

2015 yaitu Russia National Security Strategies (RNSS) yang salah satu poin nya

membuat NATO semakin agresif khususnya di Baltik. Ditambah dengan level of

threat untuk mengukur suatu ancaman yang akan dihadapi yang membantu untuk

menjelaskan bagaimana kebijakan Rusia pada tahun 2015 ini meningkatkan aliansi

NATO dengan negara-negara di Baltik yaitu Lithuania, Estonia, Latvia ditambah

dengan Polandia. Dimana kedua belah pihak ingin untuk melindungi negaranya dari

ancaman, sehingga dengan menggunakan teori deterrence diharapkan dapat melihat

dan menjelaskan fenomena ini secara jelas

1.6 Metodelogi Penelitian 1.6.1 Variabel Penelitian dan Level Analisa

Dalam melakukan sebuah penelitian, diperlukan adaya sasaran analisa yang

tepat agar dapat mempermudah dalam mencari pokok permasalahan yang sedang

dihadapi oleh para analisi. Dalam Ilmu Hubungan Internasional terdapat dua level

analisa seperti yang dijelaskan oleh Mohhtar Mas’oed yaitu unit eksplanasi dan unit

Analisa.45 Unit analisa merupakan perilaku yang hendak kita deskripsikan, jelaskan

dan ramalkan (variabel dependen), sedangkan unit eksplanasi merupakan dampak

terhadap Unit analisa yang hendak kita amati (variable Independen)46. Kemudian

dikelompokkan ke dalam identifikasi tingkat analisa yang mana memiliki tiga

45 Mohtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, Jakarta, LP3ES, hal.49 46 Ibid, hal.39

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

24

tingkatan yaitu individu dan kelompok, negara-bangsa, dan sistem regional dan

global.47

Setelah analis dapat membedakan unit analisa dan unit eksplanasi, juga

dapat mengelompokkan identifikasi tingkat analisa. Langkah selanjutnya adalah

mengelompokkan ke dalam tingkat analisa yang dapat dilihat dari tiga

kemungkinan, yaitu Reduksionis (unit analisa lebih tinggi dibandingkan unit

eksplanasi), Korelasionis ( unit analisa dan unit eksplanasinya pada tingkat yang

sama), Induksionis (unit analisa lebih rendah dibandingkan dengan unit

eksplanasi)48

Tabel 1.6.1 Level Analisa

Unit Analisa

47 Ibid, hal.43 48 Ibid, hal.44

Individu & Kelompok

Negara-Bangsa Sistem Regioanal dan

Global

Individu&Kelompok

2 (Korelasionis)

1 (Reduksionis)

1 (Reduksionis

Negara-bangsa

3 (Induksionis)

2 (Korelasionis)

1 (Reduksionis)

Sistem Regioanal dan Global

3 (Induksionis)

3 (Induksionis)

2 (Korelasionis)

Unit Eksplanasi

Unit Analisa

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

25

Penjelasan diatas tentang level analisa, maka dalam penelitian ini dengan

judul Pengaruh Rusisa National Security Strategies tahun 2015 terhadap penguatan

aliansi NATO di Baltik. Maka penulis menggunakan jenis penelitian Korelasionis

karena Unit eksplanasi dan Unit analisanya sama. Unit eksplanasinya adalah

pengaruh Russia National Security Strategies tahun 2015 terhadap NATO,

sedangkan Unit analisanya penguatan aliansi NATO di Baltik sebagai respon

terhadap Rusia National Security Strategies tahun 2015.

1.6.2 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksplanatif yang

berupaya menjawab pertanyaan “mengapa” mengenai suatu gejala atau

permasalahan yang bisa terjadi. Selain itu, eksplanatif juga berupa penelitian yang

bersifat menggali sesuatu yang benar-benar belum diketahui (rincian, hubungan,

detail, sifat, dan keadaannya)

1.6.3 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis adalah menggunakan

deduksionis yang mana data-data yang sudah diperoleh kemudian diteliti

menggunakan teori dan konsep yang sudah ada sehingga dapat menghasilkan

analisa

1.6.4 Teknik pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah studi pustaka,

yang kemudian akan dimaksimalkan dengan pengumpulan data-data dari sumber

yang terpercaya. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh lebih akurat dan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

26

sumbernya dapat dipercaya. Beberapa sumber yang akan diperoleh dari studi

pustaka adalah

1) Situs internet

2) Buku dan skripsi yang berkaitan dengan konflik NATO dan Rusia

3) Surat kabar atau jurnal

4) Majalah dan artikel

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian

a. Batasan Waktu

Dalam melakukan penelitian yang berfokus pada Rusia National Security

Strategies ini, peneliti ingin melihat bahwa kebijakan di tahun 2015 ini

mempengaruhi peninpenguatan aliansi NATO di Baltik. Maka penelitian berfokus

pada tahun 2015-2019

b. Batasan Materi

Batasan materi menunjukkan ruang sebuah peristiwa yakni cakupan

kawasan dan gejala di daerah studi. Adapun batasan dari materi ini adalah

mengenai pengaruh Russia National Security Strategies tahun 2015 terhadap

NATO khususnya respon yang dilakukan NATO dengan melakukan penguatan

aliansi di Baltik dengan menggunakan kekuatan militer berdasarkan hasil NATO

Summit 2016 di Warsawa, Polandia

1.7 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori deterrence yang

digunakan oleh penulis, meningkatnya aktivitas militer NATO di kawasan Baltik

dipengaruhi oleh adanya kebijakan Russia National Security Strategies yang

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

27

dikeluarkan pada tahun 2015. Respon ini akibat dikarenakan terdapat salah satu

poin kebijakan tersebut yang menyatakan bahwa NATO merupakan suatu ancaman

bagi keamanan nasional Rusia. Hal ini memicu reaksi serius dari NATO untuk

meningkatkan aktivitas militernya dikawasan Baltik juga mengadakan latihan

militer terbesar yang pernah dilakukan oleh NATO. Penulis menggunakan teori

deterrence untuk melihat fenomena ini, dimana langkah yang dilakukan NATO

mempunyai tujuan untuk menunjukkan kepada Rusia konsekuensi yang diterima

jika Rusia menjalankan kebijakan keamanannya. Langkah ini merupakan bentuk

pencegahan NATO untuk menjaga stabilitas keamanan di Baltik.

1.8 Sistematika Penulisan BAB I

Pada bab ini penulis menulis mengenai latar belakang, rumusan masalah,

tujuan, manfaat, serta alasan mengapa penelitian ini menarik untuk diangkat.

Penulis juga menjelaskan tentang teori yang digunakan untuk menganalisa

penelitian ini. Didalam bab ini juga terdapat beberapa penelitian terdahulu yang

menjadi landasan penelitian penulis untuk memperkuat penelitian penulis. Penulis

menggunakan tipe penelitian eksplanatif sehingga penulis juga memberikan

hipotesis dari apa yang sedang dikaji.

BAB II

Pada bab II penulis akan memaparkan tentang kebijakan Rusia yaitu Russia

National Security Strategies (RNSS) yang telah ditanda tangani oleh Vladimir Putin

tahun 2015. Dimana salah satu poin dari kebijakan tersebut menimbulkan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

28

peningkatan aktivitas aliansi NATO di kawasan Baltik. Hal tersebut yang akan

dibahas di bab II

BAB III

Pada bab III penulis akan memaparkan tentang sejarah dan struktur North

Atlantic Treaty Organization (NATO). Dan membahas mengenai perluasan yang

dilakukan oleh NATO yang membuat Rusia merasa terancam. Dan terakhir

membahas mengenai respon yang dilakukan NATO untuk memperkuat aliansinya

khususnya di Baltik

BAB IV

Bab IV menjelaskan tentang analisa hubungan Rusia dan NATO

menggunakan landasan teoritik yaitu deterrence. Mendeskripsikan dan

menjelaskan fenomena yang terjadi ke dalam tipe immediate deterrence.

BAB V

BAB V berisikan kesimpulan dari penelitian ini, juga saran yang bisa

menjadi penelitian selanjutnya

BAB ISI BAB

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Kerangka Teori Dan Konsep

1.6 Metodologi Penelitian

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/55427/3/BAB I.pdf · Militer sehingga Uni Soviet dapat menjaga eksistensinya di Eropa Timur.7 Namun berakhirnya Pakta

29

1.6.1 Variabel Penelitian Dan Level Analisa

1.6.2 Metode/Tipe Penelitian

1.6.3 Teknik Analisa Data

1.6.4 Ruang Pengumpulan Data

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.7 Hipotesa

1.8 Sistematika Penulisan

BAB II RUSSIA NATIONAL SECURITY STRATEGIES

2.1 Profil Russia National Security Strategies

2.2 Tujuan Russia National Security Strategies 2015

2.3 Pengaruh Russia National Security Strategies

terhadap Kekuatan Militer Rusia

BAB III GAMBARAN UMUM NATO

3.1 Profil NATO

3.1.1 Sejarah terbentuknya NATO

3.1.2 Struktur Kerja dalam NATO

3.2 Perluasan North Atlantic Treaty Organization

(NATO) di Wilayah Eropa Timur

3.3 Penguatan Aliansi North Atlantic Treaty

Organization (NATO) di Kawasan Baltik

BAB IV ANALISA FENOMENA PENGUATAN

ALIANSI NATO DI KAWASAN BALTIK

MENGGUNAKAN TEORI DETERRENCE

4.1 Hubungan Rusia dan NATO dalam Perspektif

Immediate Deterrence

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran