BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang -...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Papua merupakan salah satu pulau yang terletak di wilayah paling timur Negara Kesaatuan Republik Indonesia, dibagi menjadi 2 (dua) Propinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Daerahnya belum banyak dirambah aktivitas manusia dan kaya akan sumber daya alam. Sebagai pulau terluar Indonesia, Papua memiliki luas daratan 21.9% dari total tanah seluruh Indonesia yaitu 421.981 Km 2 , membujur dari Barat ke Timur (Sorong- Jayapura) sepanjang 1.200 Km (744 mil) dan dari Utara ke Selatan (Jayapura-Merauke) sepanjang 736 Km (456 mil). Papua memiliki topografi yang sangat bervariasi dan juga memiliki banyak pulau yang berjejer di sepanjang pesisirnya 1 .Kekayaan Papua tidak saja pada aspek SDA nya, tetapi juga pada keragaman kulturnya. Dengan struktur geografis yang berbeda-beda, membentuk cara pandang dan budaya yang juga berbeda di antara para komunitas yang mendiami berbagai lokasi geografis tersebut. Kekayaan kultural ini, tidak dapat dipungkiri, akhirnya sering melahirkan konflik, karena terjadi kesalahapahaman bahasa. Meskipun begitu, Papua bukan saja kosakata untuk menyebut geografis atau kultural semata, istilah Papua telah menjadi identitas imajiner bersama yang kadang mampu melampaui batas-batas teritorial juga kultural. Menggunakan terminologi Fukuyama tentang komunitas dalam konteks Modal Sosial, Papua bagaimanapun adalah 1 Bedes, Dessy Musina, Modal Sosial dalam Perspektif Orang Papua: Studi Terhadap Dimensi dan Tipologi Modal Sosial yang Dimiliki HIMPPAR.(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga, 2013), 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pulau Papua merupakan salah satu pulau yang terletak di wilayah paling timur

Negara Kesaatuan Republik Indonesia, dibagi menjadi 2 (dua) Propinsi yaitu Papua dan

Papua Barat. Daerahnya belum banyak dirambah aktivitas manusia dan kaya akan sumber

daya alam. Sebagai pulau terluar Indonesia, Papua memiliki luas daratan 21.9% dari total

tanah seluruh Indonesia yaitu 421.981 Km2, membujur dari Barat ke Timur (Sorong-

Jayapura) sepanjang 1.200 Km (744 mil) dan dari Utara ke Selatan (Jayapura-Merauke)

sepanjang 736 Km (456 mil). Papua memiliki topografi yang sangat bervariasi dan juga

memiliki banyak pulau yang berjejer di sepanjang pesisirnya1.Kekayaan Papua tidak saja

pada aspek SDA nya, tetapi juga pada keragaman kulturnya. Dengan struktur geografis

yang berbeda-beda, membentuk cara pandang dan budaya yang juga berbeda di antara para

komunitas yang mendiami berbagai lokasi geografis tersebut. Kekayaan kultural ini, tidak

dapat dipungkiri, akhirnya sering melahirkan konflik, karena terjadi kesalahapahaman

bahasa.

Meskipun begitu, Papua bukan saja kosakata untuk menyebut geografis atau

kultural semata, istilah Papua telah menjadi identitas imajiner bersama yang kadang

mampu melampaui batas-batas teritorial juga kultural. Menggunakan terminologi

Fukuyama tentang komunitas dalam konteks Modal Sosial, Papua bagaimanapun adalah

1Bedes, Dessy Musina, Modal Sosial dalam Perspektif Orang Papua: Studi Terhadap Dimensi dan

Tipologi Modal Sosial yang Dimiliki HIMPPAR.(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas

Kristen Satya Wacana. Salatiga, 2013), 1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

2

sebuah komunitas moral.Disebut demikian karena mereka mampu mengakuisisi dirinya

menjadi sebuah komunitas yang disebut Papua.Padahal, ada perbedan-perbedaan yang

sangat tajam diantara mereka.Pertama, secara geografis. Papua terbagi dalam struktur

geografis berbeda-beda yang membentuk cara pandang komunitasnya masing-masing.

Droglover, membagi struktur geografis orang Papua menjadi tiga bagian, yaitu pesisir,

pedalaman dan pegunungan yang ikut mempengaruhi pembentukan Modal Sosial menjadi

Papua2.Kedua, keragaman sosio-kultural. Siregar, melaporkan bahwa ada 258 suku dengan

193 sistim kebudayaan, ditambah dengan 138 suku migran – yang tentu saja memberikan

warna dalam transaksi sosial dan pembentukan Modal Sosial menjadi Papua.3

Menariknya adalah perbedaan yang begitu tajam, tampaknya tidak menghalangi

kemauan untuk menjadi Papua bisa jadi dipengaruhi oleh hal-hal berikut. Pertama,

transkasi sosial yang lebih luas dan kompleks, termasuk kesadaran akan pentingnya

pendidikan.4 Kedua, hal yang tak dapat diabaikan dalam pembentukan Modal Sosial orang

Papua adalah sejarahnya. Catatan Asyari Afan, bahwa kegagalan memahami struktur sosial

orang Papua, sehingga menghasilkan pendekatan yang keliru tentang membangun orang

Papua menjadikan kosakata Papua sebagai salah satu pengikat, dalam rangka membentuk

2 Droglover, P.J. Tindakan Pilihan Bebas, (Kanisius. Yogyakarta, 2010), 1

3Bedes, Dessy Musina, Modal Sosial dalam Perspektif Orang Papua: Studi Terhadap Dimensi dan

Tipologi Modal Sosial yang Dimiliki HIMPPAR.(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas

Kristen Satya Wacana. Salatiga, 2013),1. 4 Bandingkan dengan pemikiran Bourdieu tentang pengaruh pendidikan dalam membentuk strata

sosial di Perancis dalam Bourdieu, Pierre, Habitus x Modal + Relasi: Praktik. Dalam Takwin Bagus, Proyek

Intelektual Pierre Bourdieu: Melacak Asal-usul Masyarakat, Melampaui Posisi Biner dalam Ilmu Sosial,

(Jalasutra, Yogyakarta, 1990), XV-XXV.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

3

identitas tersendiri dan Modal Sosial sebagai Papua. Berikutnya, tetapi bukan yang terakhir,

adalah sistim politik demokrasi yang diadopsi menjadi sistim pemerintahan di Papua.5

Mengacu pada konteks membentuk komunitas imajiner, atau dalam terminologi

Fukuyama disebut juga dengan komunitas moral, maka Papua adalah Modal Sosial sebuah

pengikat sosial yang mampu menjadi pengikat sekaligus jembatan perbedaan-perbedaan itu.

Prinsip dasar Modal Sosial adalah bahwa hanya kelompok-kelompok masyarakat yang

memiliki seperangkat nilai sosial dan budaya yang menghargai pentingya kerjasama yang

dapat maju dan berkembang dengan kekuatan sendiri. Konsep Modal Sosial muncul dari

pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak mungkin secara individu mengatasi berbagai

masalah yang dihadapi. Hanifan mengatakan Modal Sosial bukanlah modal dalam artian

biasa seperti harta kekayaan atau uang, tetapi lebih mengandung arti kiasan,namun

merupakan aset atau modal nyata yang penting dalam hidup bermasyarakat. Menurut

Hanifan, dalam modal sosial termasuk kemauan baik, rasa bersahabat, saling simpati, serta

hubungan sosial dan kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk

suatu kelompok social.6

Bourdieu mengatakan untuk dapat memahami struktur dan cara berfungsinya

dunia sosial, perlu dibahas modal dalam segala bentuknya dan tidak terbatas serta tidak

cukup hanya membahas modal seperti yang dikenal dalam teori ekonomi. Penting diketahui

bahwa bentuk-bentuk transaksi dalam teori ekonomi dianggap non ekonomi karena tidak

dapat secara langsung memaksimalkan keuntungan material. Hal ini dikarenakan dalam

5Asyari Afan, B, Mutiara Terpendam Papua:Potensi Kearifan Lokal untuk Perdamaian di Tanah

Papua. Program Studi Lintas Agama, (Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta, 2015), 8-

10.

6Syahrah, R,“Modal Sosial: Konsep,” 2.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

4

setiap transaksi modal ekonomi, selalu disertai oleh modal immaterial berbentuk modal

budaya dan Modal Sosial.7

Modal Sosial telah disepakati oleh para ahli disebut sebagai pengingat relasi

sosial. Disebut demikian, karena modal ini bersifat tidak kelihatan, tidak seperti modal

manusia (pengetahuan dan ketrampilan), modal finansial, ataupun modal fisik (material).8

Namun, kekuatan modal ini telah menjadi jembatan juga pengikat dalam relasi sosial demi

kepentingan-kepentingan bersama9. Meminjam bahasa Fukuyama, bahwa Modal Sosial

dibutuhkan guna menciptakan jenis komunitas moral yang tidak bisa diperoleh hanya

seperti dalam kasus-kasus modal manusia.

Studi-studi terdahulu tentang Modal Sosial baik yang telah dibahas Coleman;

Bourdieu; Fukuyama; Boisjoly, et al; Putnam; Stephenson; Zhao10

semuanya berarah

sangat terbatas pada akumulasi ekonomi, sebagai salah satu akibat yang dibangun karena

adanya unsur-unsur Modal Sosial seperti jaringan, kepercayaan dan norma. Bahkan di

Indonesia kajian-kajian tentang Modal Sosial yang diarahkan terkait dengan pengembangan

dan penguatan kapasitas masyarakat hampir semuanya mengarah pada kemampuan suatu

komunitas terkait akumulasi ekonomi. Meskipun demikian, dengan semakin maraknya

pembahasan tentang Modal Sosial dalam kajian-kajian sosial maupun ekonomi, penelitian-

penelitian pada bidang lain mulai dilirik dengan menggunakan Modal Sosial sebagai

variabel yang memiliki pengaruh dalam relasi sosial. Sungkar dan Kudubun

7Bourdieu, Pierre, The Forms of Capital, dalam J. Richardson, ed. Handbook of Theory and

Research for the Sociology of Education.(Greenwood Press.Westport, 1992), 135. 8Bourdieu, Pierre, The Forms of Capital, dalam J. Richardson, ed. Handbook of Theory and

Research for the Sociology of Education.(Greenwood Press.Westport, 1992), 137 9Alfitry, 2011. Community Development: Teori dan Aplikasi(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 12

10John Field, Sosial Capital, Routledge: London., Nurhadi ,penj terj cet 2 (Kreasi Wacana

Yogyakarta 2011), 126-223.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

5

mengembangkan variabel modal sosial dalam melihat relasi sosial beda agama11

. Mitzal

dan James menggunakan kajian Modal Sosial dalam konteks ketimpangan rasial pada

pengungsi dan imigran.Caligiuri et, al menggunakan variabel Modal Sosial untuk melihat

ketimpangan gender terkait posisi pekerjaan manager dan tugas-tugas pada level

internasional pada perempuan dan laki-laki.12

Studi lain yang dikemukakan Harper,

Ledeneva menjelaskan bagaimana variabel Modal Sosial berpengaruh dalam menerima

ketertindasan sebagai sesuatu yang alamiah - dimana pada ratusan tahun lebih awal Marx

telah mengungkapkan itu dalam tesisnya dengan menggunakan salah satu indikator Modal

Sosial yaitu norma agama yang disebutnya sebagai candu.

Meluasnya penggunaan variabel Modal Sosial dalam berbagai aspek relasi

sosial, menunjukkan bahwa Modal Sosial merupakan salah satu elemen yang sangat vital

dalam relasi sosial.Artinya, kualitas sebuah relasi sosial sangat ditentukan oleh kekuatan

Modal Sosial.Pada tataran organisasi, Fukuyama bahkan mengatakan bahwa keberhasilan

oraganisasi bahkan kesehatan ekonomi sebuah Negara ditentukan oleh kualitas Modal

Sosial yang bersandar pada akar-akar kultural.13

Hanifan sebagai penggagas awal Modal

Sosial mengatakan hal-hal yang terkandung dalam Modal Sosial bahkan menentukan

keberlanjutan sebuah komunitas sosial. Putnam berujar, keberhasilan pencapaian tujuan

bersama sebuah komunitas menunjukkan kualitas modal sosial yang dimiliki komunitas

tersebut. Karena itu dalam bahasa Putnam Modal Sosial disebut sebagai kapabilitas sosial.

11

Sungkar, E.K & Kudubun, E. Esra. 2016. Modal Sosial Keluarga Beda Agama:Studi Sosiologis

Tentang Relasi Pergaulan Anak dari Pasangan Beda Agama, (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi

Universitas Kristen Satya Wacana.Salatiga, 2016). 12

John Field, Sosial Capital, Routledge: London., Nurhadi, penj terj cet 2 (Kreasi Wacana

Yogyakarta 2011), 126. 13

Fukuyama, Francis.Sosial Capital and Civil Society.International Monetary Fund Working Paper,

WP/00/74.In Elinor Ostrom and T.K. Ahn. 2003. Foundation of Sosial Capital,(Massachusetts. Edward Elgar

Publishing Limited, 2000), 1 – 8.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

6

Tinggi rendahnya kapabilitas sosial ditentukan oleh tiga unsur dalam Modal

Sosial, yakni jaringan, kepercayaan dan norma. Semakin meluasnya jaringan dan tidak

terbatas pada komunitas yang homogen seperti dalam studi kasus Putnam, maka dalam

temuan Mitzal dan James bahwa diperlukan pertukaran kepercayaan yang tinggi diantara

mereka yang basis komunitasnya sangat heterogen.14

Dalam terminologi Fukuyama,

diperlukan pembiasaan terhadap norma-norma moral agar terbangun kepercayaan yang

kuat untuk kepentingan akuisisi menjadi sebuah komunitas.15

Berdasarkan pada pembahasan tentang Modal Sosial dan kemanfaatannya pada

suatu komunitas, penelitian ini kemudian dilakukan. Penelitian ini berfokus pada

Mahasiswa asal Papua yang memilih untuktinggaldi Asrama Mansinam selama menempuh

studi di Universitas Kristen Satya Wacana.Ada beberapa dugaan awal yang melatar

belakangi penelitian tentang mahasiswa penghuni Asrama Mansinam ini.Pertama, bahwa

rasa solidaritas yang terbentuk antara mereka sebagai sesama penghuni Asrama Mansinam,

didasarkan pada satu kesamaan yang dimiliki oleh mereka bahwa mereka sama-sama

berasal dari Papua.Kedua, solidaritas ini yang terjadi pada mereka sebagai sesama penghuni

Asrama Mansinam, karena pengkondisian tertentu yang telah ditata sebelumnya semenjak

Asrama Mansinam didirikan.

Dugaan ini berawal dari rasa ketertarikan penulis melihat kehidupan penghuni

Asrama Mansinam yang tertata begitu baik dibandingkan dengan asrama lain yang juga

berasal dari Papua. Disebut tertata baik, karena Asrama Mansinam memiliki jam malam

yang teratur, memilik jadwal harian untuk aktivitas-aktivitas rutin, dan sepanjang

14

John, Field,Sosial 1 15

Fukuyama, Francis, Sosial Capital, 8

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

7

pengamatan penulis, aturan-aturan yang diberlakukan maupun kegiatan-kegiatan ini

dilakukan dengan konsisten. Artinya, jika dibandingkan dengan asrama-asrama mahasiswa

Papua yang lain, yang hampir tidak memiliki aturan-aturan yang ketat, maka Asrama

Mansinam sesungguhnya dapat menjadi percontohan tentang kehidupan berasrama dalam

konteks pembinaan mahasiswa.

Konsistensi pada aturan-aturan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

berimplikasi besar pada aktivitas dan hasil studi mereka.Berdasarkan pada data awal,

ditemukan bahwa hampir semua mahasiswa penghuni Asrama Mansinam memiliki indeks

prestasi di atas, 2. 75, tidak ada yang mengalami kendala seperti kendala keuangan dalam

studi mereka meskipun mereka berasal dari latar belakang keluarga dengan kondisi

ekonomi yang berbeda; demikian juga dengan kendala lain seperti makan dan minum

sebagai kebutuhan harian mereka. Pada aktivitas harian mereka di Asrama Mansinam,

konsistensi mereka pada aturan yang telah mereka sepakati bersama, mampu menghasilkan

rasa persaudaraan yang erat, dan meminimalisir konflik yang dapat terjadi karena hal-hal

kecil, menyalakan musik pada saat yang lain sedang istirahat atau sedang belajar.

Fenonema yang tampak ini membuat penulis membangun dugaan bahwa ada

Modal Sosial yang kuat pada mahasiswa penghuni Asrama Mansinam, dimana ada dugaan

bahwa ada norma-norma tertentu yang disepakati bersama, dan terutama serta yang

terpenting ialah ada rasa saling percaya yang tinggi di antara mereka untuk membentuk

jejaring di antara mereka ataupun di luar mereka. Meskipun demikian, penulis juga

menduga bahwa terbentuknya rasa saling percaya di antara mereka sebagai sesama

penghuni Asrama Mansinam, mungkin saja dikondisikan terlebih dahulu. Karena itu,

pengkondisian semacam apa yang membentuk rasa saling percaya, rasa membentuk

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

8

jejaring di antara mereka dan juga dengan yang lain di luar mereka, menjadi penting untuk

diungkapkan dalam penelitian ini. Artinya, penulis melihat bahwa modal sosial terbentuk

karena sebuah pengkondisian, sebuah penciptaan keadaan dimana norma menjadi dasar

atau aturan bersama, dan rasa saling mempercayai karena saling membutuhkan satu sama

lain, dimana rasa percaya inilah yang mengikat mereka dalam membentuk jejaring di antara

mereka.

1.2. Identifikasi Masalah

Melihat pentingnya Modal Sosial dalam komunitas maupun masyarakat, maka

penelitian ini akan mencoba mengungkap tentang Modal Sosial yang dimiliki oleh

Mahasiswa yang tinggal di Asrama Mansinam. Mengacu pada aspek sejarah, Asrama

Mansinam pertama kali didirikan karena ada kebutuhan tentang tempat tinggal Mahasiswa

Papua sekaligus pembinaan Mahasiswa yang kala itu dikirim oleh sinode GKI Papua untuk

studi di UKSW.16

Hal menarik tentang Asrama Mansinam ini dibandingkan asrama-asrama

Mahasiswa Papua sekarang ini adalah pada proses pembinaan, dan terutama pada proses

pembentukan kemandirian. Sejak awal, Asrama Mansinam diserahkan sepenuhnya untuk

dikelola oleh mahasiswa penghuni tanpa ada dukungan finansial sama sekali baik dari

pihak sinode GKI ataupun dari pihak pemerintah.17

Hal ini menarik, karena bagaimanapun

proses keberlangsungan Asrama Mansinam, menjadi sepenuhnya tanggungjawab mereka

yang menjadi penghuni disitu.

16

Bedes, M Dessy Modal Sosial, 35 17

Wawancara Penulis dengan penghuni Asrama Mansinam pada 9 Februari 2017 bertempat di

Asrama Mansinam Pukul 16.00 wib

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

9

Asrama Mansinam mengalami pasang surutnya sendiri. Pada periode awal,

asrama ini mengijinkan siapapun yang datang dari Papua, baik mereka yang penerima

beasiswa maupun bukan, selama mereka belum mendapatkan pemondokan atau indekos,

mereka boleh tinggal mondok sementara di Asrama Mansinam.Dalam kondisi semacam ini,

Asrama Mansinam dikatakan pernah mengalami periode surut, karena belum

dimaksimalkan fungsinya. Pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an, dari segi tampilan

luar, Asrama Mansinam terkesan tidak terurus, tidak terawat dan terkesan kumuh.18

Kondisi inilah yang mendorong terjadinya revitalisasi fungsi Asrama

Mansinam pada tahun 2004.19

Revitalisasi fungsi Asrama Mansinam ini berarti bahwa

mengembalikan lagi fungsi Asrama Mansinam sejak pertama kali didirikan, yaitu sebagai

tempat pembinaan.Segala aturan baru dibuat, termasuk membatasi waktu berkunjung, juga

membatasi waktu-waktu untuk membuka dan menutup gerbang Asrama Mansinam20

.Tentu

saja hal ini membawa konsekuensi pada keberlangsungan Asrama Mansinam.Telah

menjadi hakikat manusia bahwa dirinya tidak suka diatur.Dengan membatasi jam-jam

berkunjung, bagi penghuni tentu saja ini sebuah pembatasan pada kebebasan. Namun

begitu, fenomena menarik adalah sejak 2004 atau sejak 13 tahun revitalisasi fungsi ini

dilakukan, Asrama Mansinam masih kokoh berdiri saat ini, dan masih saja memiliki

penghuni yang memilih untuk tinggal di Asrama tersebut.

18

Wawancara penulis dengan salah satu pengurus sekaligus penghuni Asrama Mansinam

2017.Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Febuari 2017 Pukul 16.30 wib 19

Wawancara penulis dengan salah satu pengurus sekaligus penghuni Asrama Mansinam

2017.Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Febuari 2017 Pukul 17.00wib 20

Wawancara penulis dengan salah satu pengurus sekaligus penghuni Asrama Mansinam

2017.Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Febuari 2017 Pukul 17.25 wib

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

10

Direvitalisasi tetapi masih dengan menerapkan metode yang sama yaitu tidak

memberikan dukungan finansial untuk perawatan dan pemeliharan Asrama Mansinam dari

pihak sinode GKI Papua maupun oleh pihak pemerintah daerah, otomatis bahwa seluruh

biaya perawatan maupun pemeliharaan menjadi tanggungjawab penghuni Asrama

Mansinam. Pertanyaan menggelitik adalah bagaimana mereka dapat sehati untuk bersedia

merawat Asrama Mansinam ini, sementara dipihak lain, mereka boleh saja memilih untuk

indekos dengan segala kebebasan yang mengikuti mereka? Bagaimana mereka menyadari

kebebasannya, tetapi lebih utama dari itu adalah bagaimana mereka mampu menggunakan

kesadaran akan kebebasan itu untuk bersedia menjadi di Asrama Mansinam selama mereka

menempuh studi di UKSW? Karena itu, perlu diketahui apa yang menjadi motivasi mereka

melakukan keputusan untuk tetap mondok di Asrama Mansinam. Motivasi-motivasi yang

mendasari inilah, yang kemudian diangkat sebagai dasar yang membentuk Modal Sosial di

antara mereka sebagai sesama penghuni Asrama Mansinam.

Kesediaan untuk memilih tetap tinggal di Asrama Mansinam, tentu saja

menggoda kita untuk segera mengatakan kesimpulan bahwa ada sesuatu yang menarik yang

disediakan oleh Asrama Mansinam yang tidak dimiliki oleh pemondokan atau indekos

lainnya. Karena itu, perlu juga diketahui hal-hal apa saja yang dapat saja menjadi daya tarik

tersendiri yang ada di Asrama Mansinam. Dengan kata lain, dalam kondisi yang tidak

terbebas, dan bisa saja dikatakan terkekang, karena dibatasi dengan berbagai aturan,

bagaimana mereka dapat merasakan Asrama Mansinam sebagai tempat yang tepat untuk

tinggal hingga mereka selesai studi?

Selain dugaan tentang daya tarik Asrama Mansinam, hal yang perlu diketahui

juga adalah bagaimana mereka dalam kesehariannya membangun interaksi yang bermakna

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

11

antara satu dengan lainnya.Adakah hal-hal yang menarik yang diciptakan diantara mereka

sendiri yang berimplikasi pada keberlangsungan Asrama Mansinam? Bagaimana Modal

Sosial, yang terekspresi melalui jaringan yang dibangun di antara mereka, ataupun dengan

yang lain di luar mereka, bagaimana rasa saling percaya juga dibangun di antara mereka

juga di luar mereka, serta norma-norma apa yang mendasari terbangunnya jejaring maupun

rasa percaya tersebut? Pertanyaan-pertanyaan ini selanjutnya dirumuskan dalam pertanyaan

penelitian ini sebagai proses pembentukan Modal Sosial di antara mereka sebagai sesama

penghuni Asrama Mansinam.

Penelitian-penelitian tentang Modal Sosial, telah banyak dilakukan. Pada

umumnya, seperti kajian-kajian yang dilakukan Putnam, Coleman, Bourdieu dan

Fukuyama, tujuan akhir dari Modal Sosial adalah pada akumulasi ekonomi atau dalam

bahasa Fukuyama adalah untuk kesejahteraan. Penelitian-penelitian berikut juga

mengasumsikan hal demikian, bahwa Modal Sosial yang dibangun oleh individu maupun

komunitas, selalu saja bermuara pada akumulasi ekonomi. Karena itu, terkait dengan

pertanyaan motivasi yang telah di paparkan di atas, apakah motivasi ekonomi, dalam hal ini

karena Asrama Mansinam pada satu sisi menawarkan harga yang lebih murah

dibandingkan dengan harga-harga kos-kosan, sehingga menjadi pertimbangan mereka yang

memilih tinggal di Asrama Mansinam, untuk menggunakan pertimbangan tersebut untuk

tetap menjadi anggota Asrama, Apakah motivasi ini juga yang mendorong mereka, untuk

membentuk Modal Sosial di antara mereka, demi merawat Asrama Mansinam? Dengan

kata lain, apakah ini adalah dasar pembentukan Modal Sosial mahasiswa yang tinggal di

Asrama Mansinam, dan atas dasar inilah, mereka kemudian berproses untuk membentuk

Modal Sosial, melalui seperangkat aturan baik aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

12

Sinode Gereja Kristen Injili Papua, maupun aturan-aturan yang mereka sepakati bersama,

yang tercermin dalam aktivitas harian mereka sebagai penghuni Asrama Mansinam.

1.3. Rumusan Masalah

Mengacu pada beberapa pertanyaan di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah penelitian ini adalah:

a. Bagaimana Modal Sosial mahasiswa Papua Salatiga yang tinggal di Asrama

Mansinam?

b. Bagaimana proses pembentukan Modal Sosial tersebut?

1.4. Tujuan Penelitian

Berpijak dari rumusan masala penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:

a) Menggambarkan Modal Sosial yang dimiliki oleh mahasiswa Papua yang tinggal di

Asrama Mansinam

b) Menggambarkan proses-proses pembentukan Modal Sosial Mahasiswa yang tinggal

di Asrama Mansinam.

1.5. Manfaat Penelitian

Sebagai sebuah kajian, Bourdieu,Coleman,Putnam bahkan Fukuyama

memberikan simpulan bahwa Modal Sosial telah menjadi jembatan juga pengikat dan

memberikan kontribusi bagi perkembangan sosio-ekonomi komunitas bahkan masyarakat

juga Negara.Tidak dipungkiri bahwa Modal Sosial juga memiliki sisi gelap.Prostitusi,

narkoba, kekerasan termasuk bersifat eksklusif juga karena Modal Sosial yang dimiliki oleh

suatu komunitas.Di Indonesia mengulas bagaimana Modal Sosial digunakan sebagai

kekuatan dalam kontribusinya terhadap pembangunan dan pemberdayaan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

13

Dalam khazanah keilmuan, penelitian diharapkan memberikan kemanfaatan baik teoritis

maupun praktis. Berdasarkan itu, maka penelitian ini dirancang untuk memberikan manfaat

1. Manfaat Teoritis

Terkait penelitian ini, maka manfaat melakukan Penelitian Modal Sosial

Mahasiswa yang tinggal di Asrama Mansinam secara teoritik dapat

memberikan masukan baik itu memperkuat teori-teori yang telah ada tentang

Modal Sosial, atau sekaligus dapat memberikan masukan baru baik berupa

variabel atau indikator-indikator lain yang dapat digunakan dalam kajian

tentang Modal Sosial.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian tentang Modal Sosial mahasiswa yang tinggal di Asrama

Mansinam diharapkan dapat memberikan masukkan kepada pihak-pihak terkait,

dalam hal ini pihak Universitas misalnya dalam merancang tentang pembinaan

mahasiswa dengan menggunakan kekuatan Modal Sosial yang dimiliki

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukkan kepada pihak Pemeritah

daerah yang setiap tahun mengirimkan mahasiswa dari Papua untuk studi, agar

dapat memaksimalkan Modal Sosial, demi pencapaian tujuan-tujuan

Pemerintah Daerah yaitu mahasiswa yang dikirim untuk studi agar berhasil

sesuai rencana waktu yang ditetapkan.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sebuah rencana untuk mengungkapkan sesuatu.Karena

itu, penelitian memerlukan aspek metodologis untuk menjawab bagaimana sesuatu itu

diungkapkan.Metode atau methodos dalam bahasa Yunani (meta+bodos), berarti cara.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

14

Tashakkori & Charles mengungkapkan bahwa dengan demikian, metode penelitian adalah

cara yang sistimatik digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data yang diperlukan

dalam proses identifikasi dan penjelasan fenomena yang sedang ditelisiknya21

. Menurut

Kusuma juga Sugiyono, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik

pelaporannya menggunakan teknik deskriptif, sementara cara mengumpulkan datanya,

menggunakan teknik teknik observasi dan wawancara.22

1.7. Rencana Penulisan

Penelitian merupakan upaya terstruktur dan sistimatik untuk mengungkapkan

kebenaran dibalik fakta.Sebagai upaya terstruktur dan sistimatik, maka penelitian tentu

perlu memiliki kerangka. Dalam maksud itu maka penelitian ini disusun dalam beberapa

bab, dengan isi dari masing-masing bab tersebut, sebagai berikut

1. BAB I yaitu Pendahuluan, berisi tentang latar belakang penulisan, identifikasi

masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltiian, metode

penelitian.

2. BAB II yaitu Landasan Konseptual, berisis tentang konsep Modal Sosial, Fungsi

Modal Sosial, Unsur-Unsur dalam Modal Sosial, Proses Pembentukan Modal Sosial

dan Pengelompokkan Modal Sosial.

3. BAB III Modal Sosial Mahasiswa Di Asrama Mansinam SalatigaDasar Dan Proses

Pembentukan Modal Sosialberisi tentang Salatiga, Kota Persemaian Tentang

Indonesia, .Sejarah Asrama Mansinam Salatiga, Kehidupan Mahasiswa Sebelum

21Tashakkori, A & Charles, T. 2003.Handbook of Mixed Methods in Sosial & Behavior

Research.(Sage Publ. Oak California, 2003), 227 22

Djaelani, A. R,“Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualiatatif,” 13-15.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13350/1/T2_752016002_BAB I.pdf · Latar. Belakang Pulau Papua merupakan salah satu

15

dan Awal Masuk Asrama Mansinam Salatiga, Dasar dan Proses Pembentukan

Modal Sosial Mahasiswa Penghuni Asrama Mansinam, Nilai, Kepercyaan dan

Jejaring Selama Menjadi Penghuni Asrama Mansinam.

4. BAB IV Berisi Tentang Pembahasan Kebutuhan Psiko-Sosiologis Sebagai

pembentuk Modal Sosial dan Analisis.

5. BAB V Berisi tentang Kesimpulan dan Saran.