BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan...

57
Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat dunia mulai dihadapkan pada bayang-bayang krisis air yang perlu penanganan dengan tepat. Salah satu upaya penanganan yang telah terbukti berhasil baik, adalah dengan cara membangun bendungan guna menampung air disaat berlebih dan menggunakannya saat kekurangan. Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat, juga menyimpan potensi bahaya yang besar pula. Membangun bendungan disamping akan memperoleh manfaat juga berarti dengan sengaja akan mengundang datangnya potensi bahaya yang dapat mengancam kehidupan masyarakat luas. Bendungan yang runtuh akan menimbulkan banjir besar yang akan mengakibatkan bencana dahsyat di daerah hilir bendungan. Pembangunan dan pengelolaan bendungan perlu diatur secara khusus agar pembangunan dan pengelolaan bendungan dilaksanakan dengan tertib dan aman sesuai dengan konsep dan kaidah-kaidah keamanan bendungan, hingga risiko kegagalan bendungan dapat dicegah atau dikurangi dan pada akhirnya masyarakat terlindungi dari ancaman keruntuhan bendungan. Bahan ajar ini terdiri dari dua topik bahasan yaitu: - garis besar pengaturan keamanan bendungan dan - konsepsi keamanan bendungan. Topik bahasan garis besar pengaturan keamanan bendungan mencakup: pertimbangan perlunya pengaturan, peraturan perundang-undangan yang terkait, maksud dan tujuan pengaturan keamanan bendungan, lingkup pengaturan, instansi teknik keamanan bendungan, persetujuan dan izin dalam rangka keamanan bendungan dan kewajiban pemilik bendungan.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini masyarakat dunia mulai dihadapkan pada bayang-bayang krisis air

yang perlu penanganan dengan tepat. Salah satu upaya penanganan yang telah

terbukti berhasil baik, adalah dengan cara membangun bendungan guna

menampung air disaat berlebih dan menggunakannya saat kekurangan.

Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat, juga

menyimpan potensi bahaya yang besar pula. Membangun bendungan

disamping akan memperoleh manfaat juga berarti dengan sengaja akan

mengundang datangnya potensi bahaya yang dapat mengancam kehidupan

masyarakat luas. Bendungan yang runtuh akan menimbulkan banjir besar yang

akan mengakibatkan bencana dahsyat di daerah hilir bendungan.

Pembangunan dan pengelolaan bendungan perlu diatur secara khusus agar

pembangunan dan pengelolaan bendungan dilaksanakan dengan tertib dan

aman sesuai dengan konsep dan kaidah-kaidah keamanan bendungan, hingga

risiko kegagalan bendungan dapat dicegah atau dikurangi dan pada akhirnya

masyarakat terlindungi dari ancaman keruntuhan bendungan.

Bahan ajar ini terdiri dari dua topik bahasan yaitu:

- garis besar pengaturan keamanan bendungan dan

- konsepsi keamanan bendungan.

Topik bahasan garis besar pengaturan keamanan bendungan mencakup:

pertimbangan perlunya pengaturan, peraturan perundang-undangan yang

terkait, maksud dan tujuan pengaturan keamanan bendungan, lingkup

pengaturan, instansi teknik keamanan bendungan, persetujuan dan izin dalam

rangka keamanan bendungan dan kewajiban pemilik bendungan.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 2

Topik bahasan konsepsi keamanan bendungan mencakup: konsepsi keamanan

bendungan seacara umum, keamanan struktur, pemantauan dan pemeliharaan,

serta kesiapan tanggap darurat.

Mata diklat ini, perlu diberikan kepada peserta diklat sebagai bekal untuk

mempelajari mata diklat lain yang terkait dengan keamanan bendungan, seperti

perencanaan bendungan, pelaksanaan konstruksi bendungan serta operasi dan

pemeliharaan bendungan.

1.2. Pengertian

1). Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu,

beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan

dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan

menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur

sehingga terbentuk waduk.

2). Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat

dibangunnya bendungan.

3). Bangunan pelengkap adalah bangunan berikut komponen dan

fasilitasnya yang secara fungsional menjadi satu kesatuan dengan

bendungan.

4). Pengamanan bendungan adalah kegiatan yang secara sistematis

dilakukan untuk mencegah atau menghindari kemungkinan terjadinya

kegagalan bendungan.

5). Pemilik bendungan adalah Pemerintah, pemerintah provinsi,

pemerintah kabupaten/kota, atau badan usaha, yang bertanggung

jawab atas pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan

beserta waduknya.

6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh

Pemilik bendungan, badan usaha yang ditunjuk oleh Pemilik

bendungan, atau Pemilik bendungan untuk menyelenggarakan

pembangunan bendungan.

7). Pengelola bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh

Pemilik bendungan, badan usaha yang ditunjuk oleh Pemilik

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 3

bendungan, atau Pemilik bendungan untuk menyelenggarakan

pengelolaan bendungan beserta waduknya.

8). Unit pengelola bendungan adalah unit yang merupakan bagian dari

Pengelola bendungan yang ditetapkan oleh Pemilik bendungan untuk

melaksanakan pengelolaan bendungan beserta waduknya.

9). Komisi Keamanan Bendungan (KKB) adalah Instansi teknis

keamanan bendungan yang bertugas membantu Menteri dalam

penanganan keamanan bendungan.

10). Balai Bendungan adalah Unit pelaksana teknis bidang keamanan

bendungan yang dibentuk untuk memberikan dukungan teknis dan

administratif kepada instansi teknis keamanan bendungan/KKB.

11). NSPM adalah kepanjangan dari Norma (peraturan), standar (SNI),

Pedoman dan Manual.

1.3. Deskripsi Singkat

Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan

mengenai garis besar pengaturan keamanan bendungan dan konsepsi

keamanan bendungan yang disajikan dengan cara ceramah dan tanya jawab.

1.4. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu

memahami garis besar pengaturan keamanan bendungan dan konsepsi

keamanan bendungan.

1.5. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:

1) menjelaskan garis besar pengaturan keamanan bendungan

2) menjelaskan konsepsi keamanan bendungan

1.6. Pokok Bahasan

1) Pengaturan Keamanan Bendungan

2) Konsepsi Keamanan Bendungan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 4

1.7. Petunjuk Belajar

Modul ini disusun sebagai bahan acuan dan buku pegangan bagi peserta diklat

yang terkait dengan keamanan bendungan seperti: perencanaan bendungan,

pengawasan konstruksi bendungan serta operasi dan pemeliharaan bendungan,

dengan harapan dapat membuka wawasan pembaca mengenai pengaturan dan

konsep keamanan bendungan secara umum. Materi perlu diajarkan lebih dulu

kepada peserta diklat sebagai dasar dalam memahami teknik-teknik keamanan

bendungan lebih lanjut.

Bagi fasilitator, widyaiswara atau instruktur yang akan mengajarkan modul ini

hendaknya lebih dulu mempersiapkan diri sebaik-baiknya mulai dari

penguasaan materi, sampai pada pemahaman peraturan, standard, pedoman-

pedoman dan buku-buku referensi yang terkait dengan keamanan bendungan

Gambar 1-1: Bendungan serbaguna Juanda Jatiluhur Propinsi Jawa Barat yang merupakan bendungan terbesar di Indonesia yang memiliki tampungan

sebesar 3 milyard m3

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 5

BAB II GARIS BESAR

PENGATURAN KEAMANAN BENDUNGAN

2.1 Pertimbangan perlunya pengaturan Saat ini di Indonesia telah dibangun lebih dari dua ratus bendungan besar dan

kecil. Sebagian besar bendungan tersebut dibangun untuk menampung air

guna memenuhi kebutuhan air irigasi, air rumah tangga, air industri,

pembangkit listrik tenaga air, dan lain-lain. Disamping itu bendungan juga

dibangun untuk menampung sedimen dan limbah tambang dan lain sebagainya.

Pembangunan bendungan dilakukan oleh : Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Swasta.

Seperti yang dijelaskan di bab I, bendungan disamping memiliki manfaat yang

besar, juga menyimpan potensi bahaya yang besar pula yang dapat

mengancam kehidupan masyarakat luas dihilir bendungan. Membangun

bendungan disamping akan memperoleh manfaat, juga berarti dengan sengaja

mengundang datangnya potensi bahaya. Keruntuhan bendungan akan

menimbulkan banjir besar yang akan mengakibatkan bencana dahsyat di daerah

hilir bendungan. Bencana yang ditimbulkan oleh keruntuhan bendungan tidak

hanya terjadi di lokasi bangunan/ bendungan seperti pada bangunan gedunga

atau jembatan, tetapi akan menyebar sampai jauh ke hilir mencakup areal yang

luas. Sebagai contoh runtuhnya bendungan Situ Gintung dengan tampungan air

kurang dari 1 juta m3, telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sebanyak

hampir 100 orang berikut harta benda, fasilitas sosial dan kerusakan lingkungan

yang parah.

Walaupun bendungan menyimpan potensi bahaya yang besar, karena tuntutan

kebutuhan, pembangunan bendungan-bendungan baru terus berjalan. Dari sisi

lain pembangunan bendungan juga sering diikuti dengan perkembangan dan

Setelah mempelajari bab II ini, diharapkan peserta mampu

menjelaskan garis besar pengaturan keamanan bendungan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 6

pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah hilirnya karena harapan

memperoleh manfaat dari bendungan. Seperti halnya bendungan Juanda

Jatiluhur yang semula daerah hilirnya sebagian besar berupa daerah pertanian,

saat ini telah berkembang pesat menjadi daerah industri dan pusat-pusat

permukiman (menurut survai 2001/2002 penduduk yang berada didaerah

potensi genangan banjir hampir mencapai 4 juta jiwa), hingga bila terjadi

keruntuhan bendungan akibat yang ditimbulkannya sulit dibayangkan.

Sejalan dengan kemajuan pendidikan, masyarakat semakin peka terhadap

ancaman bahaya bendungan dan semakin sadar terhadap hak-haknya.

Masyarakat berhak mendapatkan perlindungan terhadap ancaman keruntuhan

bendungan, yang sebelum bendungan dibangun ancaman tersebut tidak ada.

Dalam rangka melindungi masyarakat dari ancaman potensi bahaya bendungan,

pembangunan dan pengelolaan bendungan perlu diatur secara khusus. Untuk

itu Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1997 telah mengeluarkan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan,

kemudian pada tahun 2010 Pemerintah mengeluarkan PP no. 37 tahun 2010

tentang Bendungan yang mengatur mengenai : pembangunan bendungan,

pengelolaan bendungan, keamanan bendungan, dokumentasi dan informasi,

dll.

2.2. Peraturan peruandang-undangan lain yang terkait

Landasan hukum yang mendasari pengaturan bendungan di Indonesia antara

lain:

1) Undang-undang RI nomor 23 tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, antara lain mengatur bahwa setiap

usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting

terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak

lingkungan hidup.

2) Undang-undang RI nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, antara

lain mengatur mengenai : kegagalan konstruksi, kegagalan bangunan,

sanksi bagi pihak yang bertanggung jawab, dll.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 7

3) Undang-Undang RI nomor 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air,

mengatur antara lain: mengenai pengendalian daya rusak air pada sungai,

danau, waduk dan/atau bendungan (ps 58); keharusan setiap pelaksanaan

konstruksi SDA didasarkan pada NSPM/norma, standar, pedoman, manual

(ps 63); keharusan setiap konstruksi pada sumber air memperoleh izin dari

pemerintah pusat/daerah (ps 63); Sanksi pidana bagi: yang melakukan

kegiatan berakibat rusaknya prasarana SDA, melakukan pengusahaan SDA

tanpa izin, melaksanakan kegiatan SDA tanpa didasarkan pada NSPM,

melaksankan konstruksi SDA tanpa izin, dll (ps 94).

4) Undang-undang no.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

mengatur antara lain: Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat

mewajibkan pelaku penanggulangan bencana untuk melaksanakan

perencanaan penanggulangan bencana (ps 37). Setiap kegiatan

pembangunan yang mempunyai risiko tinggi yang menimbulkan bencana

dilengkapi dengan analisis risiko bencana (ps 40), Penyelenggaraan

penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana

adalah meliputi:

(a). kesiapsiagaan;

(b). peringatan dini; dan

(c). mitigasi bencana.

4). Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2000, tentang Peran

Masyarakayat Jasa Konstruksi, antara lain mengatur: tenaga kerja konstruksi

harus mengikuti sertifikasi keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja

(ps 15) dan wajib mengikuti registrasi yang dilakukan oleh Lembaga (ps 17).

5). Peraturan Pemerintah RI nomor 29 tahun 2000, tentang Penyeleng-garan

Jasa Konstruksi, antara lain mengatur: Kontrak kerja konstruksi harus tunduk

pada hukum yang berlaku di Indonesia (ps 23); Perencanaan pekerjaan

konstruksi dengan risiko tinggi harus dilakukan prastudi kelayakan, studi

kelayakan, perencanaan umum dan perencanaan teknik (ps 26); pekerjaan

tertentu (bendungan, listrik, nuklir) wajib dilakukan uji coba atau disyahkan

oleh instansi yang berwenang yaitu instansi yang membidangi: pengairan,

pembangkit listrik, kenukliran (ps 29); Kegagalan pekerjaan konstruksi,

kegagalan bangunan dan sanksinya (ps 31 s/d 48); dll.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 8

2.3. Maksud tujuan pengaturan keamanan bendungan

Pengaturan keamanan bendungan dimaksudkan untuk mewujudkan tertib

penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan bendungan agar layak teknis

desain dan konstruksi, aman dalam pengelolaannya, sehingga dapat mencegah

atau sekurang-kurangnya mengurangi risiko kegagalan bendungan.

Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi bendungan dari

kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta dan prasarana

umum di wilayah yang terpengaruh oleh potensi bahaya akibat kegagalan

bendungan.

2.4. Lingkup Pengaturan Keamanan Bendungan Lingkup pengaturan keamanan bendungan mencakup pengaturan terhadap

kegiatan:

- pembangunan (desain dan pelaksanaan konstruksi)

- pengelolaan bendungan beserta waduknya.

Pengaturan berlaku bagi bendungan yang memenuhi kreteria sebagai berikut:

1). bendungan dengan tinggi 15 (lima belas) meter atau lebih diukur dari dasar

fondasi terdalam;

2). bendungan dengan tinggi 10 (sepuluh) meter sampai dengan 15 (lima

belas) meter diukur dari dasar fondasi terdalam dengan ketentuan:

(1). panjang puncak bendungan paling sedikit 500 (lima ratus) meter;

(2) daya tampung waduk paling sedikit 500.000 (lima ratus ribu) meter

kubik; atau

(3). debit banjir maksimal yang diperhitungkan paling sedikit 1.000 (seribu)

meter kubik per detik; atau

3). bendungan yang mempunyai kesulitan khusus pada fondasi atau

bendungan yang didesain menggunakan teknologi baru dan/atau

bendungan yang mempunyai kelas bahaya tinggi.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 9

2.5. Instansi Teknis Keamanan Bendungan

Dalam melaksanakan pengaturan keamanan bendungan Menteri PU

(selanjutnya akan disebut: Menteri) dibantu oleh : Instansi teknis

keamanan bendungan, yang kemudian dinamakan Komisi Keamanan

Bendungan (KKB). Dalam melaksanakan tugasnya, KKB didukung oleh

Unit Pelaksana Teknis Bidang Keamanan Bendungan atau Balai

Bendungan.

a. Komisi Keamanan Bendungan

Tugas Komisi Keamanan Bendungan:

- Melakukan kajian terhadap hasil evaluasi keamananan bendungan

yang disiapkan oleh Pembangun/Pemilik/Pengelola bendungan

- Memberi rekomendasi mengenai pengaturan keamanan bendungan

- Menyelenggarakan inspeksi keamanan bendungan

Fungsi Komisi Keamanan Bendungan:

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut diatas, KKB

menyelenggarakan fungsi:

(1). pemberian rekomendasi kepada Menteri dalam rangka pemberian

persetujuan desain, izin pengisian awal, izin operasi, persetujuan

desain perubahan atau persetujuan desain rehabilitasi, dan izin

penghapusan fungsi bendungan;

(2). pemberian rekomendasi kepada Menteri PU dalam penyiapan

rekomendasi teknis kepada menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang lingkungan hidup dalam rangka pemberian

izin penempatan awal limbah tambang.

(3). pengkajian terhadap hasil kegiatan yang dilakukan oleh Balai

Bendungan dan

(4). penyelenggaraan inspeksi bendungan bersama Balai Bendungan.

Keanggotaan Anggota KKB terdiri dari:

- Ketua merangkap anggota, adalah Direktur Jenderal Sumber Daya Air

- Anggota, ditunjuk dari instansi pemerintah, BUMN berstatus sebagai

pemilik bendungan, wakil asosiasi profesi di bidang bendungan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 10

- Sekretaris bukan anggota, secar fungsional dijabat Kepala Balai

Bendungan.

Ketua Komisi Keamanan Bendungan adalah Direktur Jenderal Sumber

daya Air Kementerian Pekerjaan Umum; dan anggota ditunjuk dari

instansi pemerintah, asosiasi profesi terkait bidang bendungan dan

BUMN yang berstatus sebagai pemilik bendungan. Sekretaris Komisi

Keamanan Bendungan adalah Kepala Balai Bendungan.

b. Balai Bendungan

Balai Keamanan Bendungan adalah organisasi struktural di lingkungan

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum,

berkedudukan di Jakarta dan bertanggung jawab langsung kepada

Direktur Jenderal Sumber Daya Air.

Balai Bendungan, bertugas memberi dukungan teknis kepada Komisi

Keamanan Bendungan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut Balai Bendungan memiliki fungsi :

1). pengumpulan dan pengolahan data;

2). pengkajian bendungan dan analisis perilaku bendungan;

3). penyiapan saran teknis bendungan;

4). penyelenggaraan inspeksi keamanan bendungan;

5). inventarisasi dan registrasi bendungan dan klasifikasi bahaya

bendungan;

6). penyiapan peraturan, pedoman dan petunjuk teknis keamanan

bendungan;

7). penyebarluasan dan pemberian bimbingan keamanan bendungan;

dan

8). pelaksanaan kerjasama dengan instansi terkait dan pihak pemilik

bendungan.

9). Dokumentasi dan pusat informasi bendungan

2.6. Izin dan Persetujuan dalam pembangunan dan pengelolaan

bendungan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 11

2.6.1. Izin dan Persetujuan pada tahap persiapan pembangunan

Pada tahap persiapan pembangunan, ada izin dan persetujuan yang

wajib dimiliki oleh pembangun bendungan, yaitu:

- Izin penggunaan sumber daya air, dan

- Persetujuan prinsip pembangunan (PP 42/2008 ttg Pengel SDA, ada lagi izin konstruksi yang dikeluarkan

oleh Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota)

a. Izin penggunaan sumber daya air

Izin ipenggunaan sumber daya daya air diberikan oleh:

1). Menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai

lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai

strategis nasional;

2). Gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai

lintas kabupaten/kota; dan

3). Bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah

sungai dalam satu kabupaten/kota.

Untuk memperoleh izin ini, pembangun bendungan lebih dulu harus

mendapatkan rekomendasi teknik dari unit pelaksana teknis yang

membidangi sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan

(BWS atau BBWS untuk permohonan izin penggunaan sumber daya air

kepada Menteri).

b. Persetujuan prinsip pembangunan

Permohonan Persetujuan prinsip pembangunan bendungan, diajukan

oleh pembangun bendungan kepada :

1). Menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai

lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai

strategis nasional;

2). Gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai

lintas kabupaten/kota; dan

3). Bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah

sungai dalam satu kabupaten/kota.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 12

Permohonan persetujuan prinsip harus memenuhi persyaratan

admisitrasi dan persyaratan teknik yang antara lain:

- rekomendasi teknis dari unit pelaksana teknis yang membidangi

sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan;

- dokumen studi kelayakan; dan

- dokumen pengelolaan lingkungan hidup.

2.6.2. Izin dan Persetujuan dalam rangka keamanan bendungan

Izin dan persetujuan dalam rangka keamanan bendungan, dikeluarkan

oleh Menteri Pekerjaan Umum. Menteri mengeluarkan izin dan

persetujuan setelah mendapat rekomendasi dari Komisi Keamanan

Bendungan. Komisi Keamanan Bendungan akan mengeluarkan

rekomendasi, setelah proses pembangunan atau pengelolaan

bendungan dikaji dan dinilai telah memenuhi konsepsi keamanan

bendungan dan kaidah-kaidah keamanan bendungan yang tertuang di

dalam NSPM (norma/peraturan, standar/SNI, dan pedoman dan manual)

yang terkait dengan keamanan bendungan.

Untuk memastikan bahwa konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan

bendungan telah dipenuhi dalam setiap kegiatan tahapan pembangunan

dan pengelolaan bendungan, setiap kegiatan tahapan tersebut perlu

diperiksa/dikaji keamanan bendungan-nya lebih dulu.

Kajian keamanan bendungan dilakukan oleh Balai Bendungan yang

kemudian hasilnya (laporan kajian) dikaji lebih lanjut oleh Komisi

Keamanan Bendungan dalam sidang Komisi.

Komisi Keamanan Bendunganakan akan mengeluarkan rekomendasi

kepada Menteri untuk memberikan persetujuan dan atau izin, apabila

konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan telah terpenuhi.

Jenis kajian, persetujuan serta izin yang dikeluarkan dalam rangka

keamanan bendungan adalah sebagai berikut:

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 13

No. Jenis kajian Jenis persetujuan dan izin keamanan bendungan

1. Kajian desain Persetujuan desain dan izin pelaks konstruksi

2. Kajian pelaksanaan kons-truksi (+laporan evaluasi dan persiapan pengelolaan bendungan)

Izin pengisian awal waduk

(untuk bendungan limbah tambang izin ini dikeluarkan oleh KLH)

3. Kajian pelaksanaan pengi-sian awal waduk (+laporan evaluasi, kesiapan penge-lolaan bendungan)

Izin pengoperasian bendungan, (untuk bendungan limbah tambang izin ini

dikeluarkan oleh KLH)

4. Kajian penghapusan fungsi bendungan

Izin penghapusan fungsi bendungan

Setiap pembangunan bendungan baru, harus melalui tiga tahapan kajian

dan mendapat 3 macam persetujuan dan izin seperti pada angka 1, 2

dan 3 tabel tersebut diatas; demikian pula untuk kegiatan perubahan dan

rehabilitasi bendungan.

Pelaksanaan konstruksi bendungan baru boleh dilaksanakan setelah

dokumen desain (kreteria, nota desain, gambar desain, spesifikasi teknis,

metode pelaksanaan, dll) dikaji oleh Balai Bendungan dan KKB,

kemudian mendapat persetujuan desain serta izin pelaksanaan

konstruksi dari Menteri.

Izin pelaksanaan akan dikeluarkan apabila:

- Desain telah mematuhi NSPM yang berlaku

- Persyaratan adminisitrasi dan teknis terpenuhi.

Pengisian awal waduk baru dapat dilaksanakan setelah: laporan akhir

pelaksanaan konstruksi beserta evaluasi pelaksanaan konstruksi dan

persiapan pengelolaan bendungan (rencana pembentukan unit pengelola

bendungan, rencana pengisian awal waduk, rencana pengelolaan

bendungan dan rencana tindak darurat) dikaji oleh Balai Bendungan dan

KKB serta mendapat izin pengisian dari Menteri.

Izin pengisian awal akan dikeluarkan, apabila:

- Bendungan telah siap dan aman untuk diisi (ditinjau terhdap daerah

hulu, hilir dan bendungannya sendiri)

- Persyaratan adminisitrasi dan teknis terpenuhi.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 14

Terakhir bendungan baru boleh dioperasikan setelah: laporan

pelaksanaan pengisian awal beserta laporan evaluasi pelaksanaan

pengisian awal dan laporan kejadian khusus selama pengisian serta

kesiapan pengelolaan bendungan (kesiapan organisasi unit pengelola

dan keputusan pembentukannya, pedoman OP) dikaji oleh Balai

Bendungan dan KKB serta mendapat izin operasi dari Menteri.

Izin operasi akan dikeluarkan apabila:

- Operasi bendungan tidak akan membahayakan keselamatan umum

(public safety).

- Bangunan pelimpah mampu beroperasi dengan baik (bila ada

termasuk bangunan pengeluaran darurat/emergency rilis facility)

- Hasil evaluasi pelaksanaan pengisian awal menunjukkan bahwa

bendungan aman dioperasikan tanpa adanya pembatasan operasi

(unrestricted operation)

- Unit pengelola siap melaksanakan pengelolaan bendungan.

- Serta persyaratan adminisitrasi dan teknis terpenuhi

2.7. Kewajiban pemilik bendungan terkait dengan keamanan bendungan

Keamanan suatu bendungan, menjadi tanggung jawab pemilik

bendungan. Setelah bendungan selesai dibangun dan memasuki tahap

operasi, pemilik/pengelola bendungan berkewajiban antara lain:

a. Mengumpulkan serta mengarsipkan data dan dokumen bendungan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melakukan pemantauan kondisi bendungan, yang kegiatannya

meliputi:

1). Mengadakan, memasang dan memelihara instrumen yang

berkaitan dengan keamanan bendungan ( alat pantau tekanan

pori, tekanan angkat, deformasi, rembesan),

2). Melakukan pengukuran/pembacaan instrumen, mencatat,

menyimpan dan mengevaluasi datanya secara berkala.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 15

3). Mengatur agar setiap bendungannya selalu berada di dalam

pemantauan satuan yang bertugas melakukan pemantauan

perilaku bendungan.

4). Melakukan:

- pemeriksaan rutin (harian, mingguan, bulanan)

- pemeriksaan berkala biasa (tengah tahunan, tahunan)

- pemeriksaan besar dan evaluasi keamanan bendungan

sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun

- pemeriksaan luar biasa (setelah dan sebelum hujan badai,

setelah gempa) dan pemeriksaan khusus (setelah terjadinya

kondisi khusus seperti: longsoran besar, retakan besar, dll)

3). Melakukan uji operasi secara berkala, sekurang-kurangnya satu

kali per tahun terhadap peralatan yang terkait dengan keamanan

bendungan.

4). Melaporkan hasil pemantauan tengah tahunan dan tahunan, serta

hasil pemeriksaan luar biasa, pemeriksaan khusus, pemeriksaan

besar beserta evaluasi keamanan bendungan ke Balai

Bendungan.

c. Melakukan pemeliharaan bendungan, yang mencakup pemeliharaan

rutin dan berkala; dan pada kondisi bendungan mengalami kerusakan

wajib melakukan perbaikan atau rehabilitasi sehingga bendungan

selalu dalam kondisi aman untuk dioperasikan.

d. Memiliki kesiagaan menghadapi kondisi darurat. Untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya kondisi darurat, pemilik bendungan harus

menyiapkan system penanganan kondisi darurat, yang “selalu siap

menangani kondisi terburuk”. System dimaksud mencakup antara

lain: system gawar darurat, organisasi dan staf yang terlatih, peralatan

dan bahan untuk penanganan pada kondisi darurat serta panduan

Rencana Tindak Darurat (RTD).

e. Dalam melakukan operasi bendungan, harus mempertimbangkan

keamanan bendungan serta keamanan daerah hulu dan daerah hilir

bendungan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 16

f. Dalam kondisi bendungan sudah tidak digunakan lagi atau tidak dapat

berfungsi lagi dan pemilik bendungan bermaksud melepas kewajiban

pengelolaan bendungan, atau apabila bendungan dianggap tidak

memenuhi syarat keamanan dalam pengelolaannya, maka pemilik

bendungan harus melaksanakan penghapusan fungsi bendungan.

Sebelum pengahapusan dilaksanakan, pemilik harus menyiapkan

desain penghapusan lebih dulu dan mendapat izin dari Menteri.

2.8. Rangkuman

1). Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar, juga

menyimpan

potensi bahya yang besar pula.

2). Pengaturan keamanan bendungan dimaksudkan untuk mewujudkan

tertib penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan bendungan

agar layak teknis desain dan konstruksi, aman dalam

pengelolaannya, sehingga dapat mencegah atau sekurang-

kurangnya mengurangi risiko kegagalan bendungan.

3). Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi

bendungan dari kemungkinan kegagalan bendungan, serta

melindungi jiwa, harta dan prasarana umum di wilayah yang

terpengaruh oleh potensi bahaya akibat kegagalan bendungan.

4). Setiap pembangunan bendungan harus melalui tiga tahapan kajian

dan mendapat tiga macam persetujuan dari Menteri PU, yaitu: kajian

desain untuk persetujuan desain dan izin pelaksanaan konstruksi,

kajian pelaksanaan konstruksi untuk izin pengisian awal waduk dan

kajian pelaksanaan pengisian awal untuk izin pengoperasian

bendungan.

5). Keamanan suatu bendungan merupakan tanggung jawab pemilik

bendungan.

2.9. Latihan 1). Jelaskan kenapa diperlukan adanya pengaturan keamanan bendungan? 2). Apakah maksud dan tujuan pengaturan keamanan bendungan?

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 17

3). Sebutkan macam-macam kajian serta persetujuan dan izin dalam

rangka keamanan bendungan

4). Siapakah yang bertanggung jawab terhadap keamanan suatu

bendungan dan sebutkan kewajiban pemilik bendungan setelah

bendungan beroperasi!

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 18

BAB III

KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN

3.1 Umum

Bendungan dianggap aman apabila pembangunan dan pengelolaan bendungan

telah memenuhi konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan yang

tertuang didalam peraturan, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang

berlaku. Pada gambar 2-1 disajikan bagan Konsepsi Keamanan Bendungan

yang memiliki 3 pilar sebagai berikut:

- Pilar I : Keamanan struktur

Bendungan harus didesain dan dikonstruksi sesuai perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, kokoh dan aman untuk segala

kondisi dan kombinasi beban kerja serta aman dioperasikan pada

segala kondisi operasi.

- Pilar II : Pemantauan dan pemeliharaan

Bendungan harus selalu dipantau sehingga dapat diketahui sedini

mungkin setiap problem yg sedang berkembang sebelum menjadi

ancaman yang nyata dan selalu dipelihara dengan baik sehingga

selalu siap dioperasikan pada segala kondisi operasi.

- Pilar III : Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap siaga

menghadapi kondisi darurat sampai kondisi terburuk dari

bendungan yang dimilikinya /dikelolanya. Penanganan pada

kondisi darurat tidak dibenarkan dilakukan dengan cara

”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasarkan RENCANA

TINDAK DARURAT yang telah disiapkan secara matang.

Upaya-upaya yang dilakukan pada Pilar I, adalah merupakan upaya untuk

mengurangi risiko kegagalan bendungan, sedang upaya-upaya pada Pilar II dan

Setelah mempelajari bab III ini, peserta diharapkan mampu

menjelaskan konsepsi keamanan bendungan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 19

Pilar III adalah merupakan upaya untuk menjaga agar risiko yang ada/yang

tersisa tidak berkembang menjadi lebih buruk.

IUpaya mengurangi risikoI I Upaya menjaga risiko yang ada agar tidak memburuk

I

Gambar 3-1 : Bagan Konsepsi Keamanan Bendungan

3.2 KEAMANAN STRUKUR

3.2.1 Umum

Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh bendungan, pondasi, abutmen

(bukit tumpuan) dan lereng sekeliling waduk, harus kokoh dan aman pada

semua kondisi dan kombinasi beban yang bekerja serta aman dioperasikan

pada segala kondisi operasi, yaitu operasi normal, operasi luar biasa, operasi

darurat maupun operasi banjir bagi bendungan pengendali banjir.

Keamanan Struktur (Pilar I) akan dapat dicapai apabila desain dan konstruksi

bendungan dilaksanakan dengan benar sesuai Norma, Standar, Pedoman, dan

Manual, dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan

KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN

PEMANTAUAN DAN

PEMELIHARAAN

KEAMANAN STRUKTUR

KESIAP-SIAGAAN TANGGAP DARURAT

DESAIN DAN

KONSTRUKSI LAYAK

TEKNIS

DIDUKUNG PEMERIKSAAN RUTIN, BERKALA, LUAR BIASA,

KHUSUS, SERTA PEMELIHARAAN, PERBAIKAN

DAN REHABILITASI

DILENGKAPI RENCANA

TINDAK DARURAT

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 20

teknologi sehingga desain dan konstruksi layak teknis. Upaya-upaya yang

dilakukan pada Pilar I, adalah merupakan upaya untuk mengurangi risiko

kegagalan bendungan, sehingga risiko kegagalan dapat ditekan sampai dengan

tingkat yang wajar sesuai kreteria yang berlaku.

Agar desain suatu bendungan layak teknis, kegiatan survai dan investigasi sejak

tahap pemilihan lokasi bendungan, harus dilakukan dengan cermat dengan

mematuhi standard NSPM yang berlaku. Demikian pula dalam pembuatan

kreteria desain untuk penyiapan desain pendahuluan (basic design) maupun

untuk desain rinci (detil design) serta penyiapan desainnya harus mematuhi

NSPM . Untuk memastikan bahwa penyiapan desain telah dilaksanakan sesuai

NSPM, desain bendungan harus dikaji oleh Balai Bendungan dan Komisi

Keamanan Bendungan serta mendapat persetujuan desain dari Menteri PU.

Konstruksi bendungan baru boleh dilaksanakan setelah desain bendungan

mendapat persetujuan dan dikeluarkan izin pelaksanaan konstruksi dari Menteri

PU. Konstruksi bendungan, harus dilaksanakan sesuai dengan desain yang

telah mendapat persetujuan dari Menteri PU.

Selama tahap operasi, keamanan struktur harus tetap dipertahankan melalui

kegiatan pemantauan dan pemeliharaan. Keamanan struktur suatu bendungan

(yang telah terbangun) harus dievaluasi ulang sekurang-kurangnya sekali dalam

kurun waktu 5 tahun bersamaan dengan kegiatan pemeriksaan besar.

Ilmu mengenai bendungan adalah merupakan kombinasi antara ilmu (scient)

dan seni (art) yang berkembang terus. Meningkatnya risiko keruntuhan

bendungan telah mendorong tumbuhnya ilmu pengetahuan bendungan. Hal-hal

yang kemarin biasa dijalankan, untuk esok hari mungkin sudah tidak sesuai lagi

(out of date). Suatu teknologi yang dulu dianggap baik, kadang-kadang setelah

diterapkan dan dipelajari oleh para pakar, ternyata memiliki kelemahan-

kelemahan sehingga perlu penyempurnaan dengan teknologi baru. Desain

bendungan dituntut untuk mengikuti perekembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi terbaru tersebut. Sebagai contoh pemakaian “colar” pada “conduit”

semula dianggap sebagai metode yang tepat untuk mencegah terjadinya

konsentrasi aliran rembesan pada permukaan luar pipa conduit. Saat ini, hal

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 21

tersebut tidak dianjurkan lagi karena dari berbagai pengalaman pemakaian colar

justeru akan mengganggu proses pemadatan timbunan. Akibatnya hasil

pemadatan timbunan disekitar conduit kurang baik, sehingga justeru terjadi

kebocoran. Hal demikian harus diketahui oleh perencana dan diterapkan dalam

penyiapan desain

Agar keamanan struktur bendungan tercapai, desain bendungan harus

memenuhi 3 kreteria pokok, sebagai berikut:

1). Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional.

2). Aman terhadap kegagalan hidrolik

3). Aman terhadap kegagalan akibat rembesan

3.2.2 Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional Desain bendungan harus memperhitungkan semua kondisi dan kombinasi

beban yang bekerja yang terdiri dari beban normal maupun beban luar biasa

dan beban ekstrim. dengan faktor keamanan yang cukup sesuai standar yang

berlaku. Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh bendungan, pondasi,

abutmen (bukit tumpuan) dan lereng sekeliling waduk, harus selalu stabil

dalam kondisi apapun termasuk kondisi gempa bumi dan semua kondisi

operasi. Faktor keamanan minimal, memenuhi persyaratan SNI.

Untuk bendungan urugan, angka/faktor keamanan minimal yang dipersyaratkan

disajikan dalam tabel dibawah. Analisis stabilitas paling tidak harus dilakukan

pada kondisi:

- selesainya pembangunan,

- rembesan tetap,

- pengoperasian waduk: surut cepat dari elevasi muka air normal ke

minimum; dari elevasi muka air maksimum ke minimum,

- luar biasa: adanya kebuntuan pada system drainasi; surut cepat

karena penggunaan air melebihi kebutuhan; surut cepat karena

gawat darurat.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 22

Gambar 3-2 : Ilustrasi macam-macam beban yang bekerja pada

bendungan

Macam-macam beban normal yang harus diperhitungkan minimal adalah

: beban sendiri, tekanan air waduk, tekanan angkat dan atau tekanan

pori, rembesan dan suhu (bagi bendungan beton), sedang untuk beban

luar biasa dan beban ekstrim berupa banjir dan beban gempa.

Hal lain yang perlu diperhatikan untuk mencegah kegagalan bendungan

karena kegagalan operasi, antara lain:

- desain pilar, pintu dan mungkin dinding pelimpah perlu

memperhitungkan vibrasi yang mungkin terjadi akibat aliran air.

- harus tersedia sarana: jalan, jembatan atau tangga menuju lokasi

pengoperasian, yang dapat digunakan dengan aman pada kondisi

normal maupun kondisi luar biasa/darurat.

- pada tempat-tempat pengoperasian yang tertutup, harus dilengkapi

dengan ventilasi atau pengaturan udara dan penerangan yang

memadai.

Beban luar biasa dan

beban ekstrim

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 23

Tabel 1 : Persyaratan angka keamanan minimal untuk stabilitas lereng bendungan urugan

No Kondisi Kuat geser

Tekanan Pori FK tnp

gempa

FK dg

Gempa

1. Selesai pembangunan tergantung : 1. Jadual pembangunan 2. Hubungan antara tek. pori dengan waktu

1. Efektif Peningkatan tek. pori pada timbunan dan pondasi dihitung menggunakan data lab. & pengawasan instrumen

1,30 1,20

Lereng U/S dan D/S

Idem hanya tanpa pengawasan instrumen

1,40 1,20

Dengan gempa tanpa kerusakan, digunakan 50% koef. gempa desain

Hanya pada timbunan tanpa data lab. & dengan/tanpa pengawasan instrumen

1,30 1,20

2. Total 1,30 1,20

2. Rembesan tetap tergantung : 1. Elevasi muka air normal sebelah udik 2. Elevasi muka air sebelah hilir Lereng U/S dan D/S. Dengan gempa tanpa kerusakan digunakan 100% koef. gempa desain

1. Efektif Dari analisis rembesan 1,50 1,20

3. Pengoperasian waduk tergantung : 1. Elevasi muka air maks. di udik 2. Elevasi muka air min. di udik (dead storage)

1. Efektif Surut cepat dan dari elevasi muka air normal sampai muka air minimum. Lereng U/S dan D/S

1,30 1,10

Lereng U/S harus dianalisis untuk kondisi surut cepat

Surut cepat dari muka air maks. sampai muka air min. Pengaruh gempa diambil 0% dari koef. Gempa desain

1,30 -

4. Luar biasa tergantung : 1. Pembuntuan pada sistim drainase 2. Surut cepat karena penggunaan air melebihi kebutuhan 3. Surut cepat keperluan gawat darurat

1. Efektif Surut cepat dari elevasi muka air maksimum sampai muka air terendah bangunan pengeluaran. Pengaruh gempa diabaikan

1,20 -

3.2.3 Aman terhadap kegagalan hidrolik

Sebagian besar bendungan yang runtuh, disebabkan oleh peluapan air lewat

puncak tubuh bendungan (overtopping). Kejadian ini biasanya terjadi karena:

- Kapasitas pelimpah yang tidak mencukupi.

- Pintu pelimpah gagal dioperasikan karena faktor manusia atau faktor

teknis;

- Longsoran besar yang tiba-tibak masuk kewaduk yang menimbulkan

gelombang besar, dan

- karena tinggi jagaan (freeboard) yang tidak cukup.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 24

Oleh karena itu bendungan harus didesain dengan mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut:

a). Setiap bendungan urugan harus dilengkapi dengan pelimpah yang

mampu mengalirkan banjir desain dengan aman, yaitu:

kapasitasnya cukup, dan aliran yang keluar lewat pelimpah tidak

boleh menimbulkan gerusan yang dapat mengancam kesetabilan

bendungan dan pelimpah sendiri. Penetapan banjir desain dan

kapasitas`pelimpah harus mengacu pada SNI 03-3432-1994

mengenai Patokan Banjir Desain dan Kapasitas Pelimpah untuk

Bendungan.

b). Tinggi jagaan harus cukup untuk mencegah terjadinya luapan air

waduk diatas puncak bendungan (pada kondisi banjir desain).

Penetapan besar tinggi jagaan mengacu pada standar/pedoman

yang berlaku.

c). Tidak boleh terjadi erosi permukaan yang membahayakan

keamanan bendungan, untuk itu puncak dan lereng tubuh

bendungan serta lereng disekitar tumpuan perlu dilindungi/proteksi

terhadap erosi dan longsoran sehingga aman terhadap erosi

permukaan.

d). Desain pilar, pintu dan dinding pelimpah harus memperhitungkan

gaya dinamis (vibrasi, pulsating force dan gempa)

e). Untuk mengantisipasi terjadinya kondisi darurat sangat disarankan

bendungan dilengkapi dengan sarana pengeluaran air pada kondisi

darurat (emergency rilis) seperti pengeluaran bawah (bottom outlet)

yang mampu menurunkan air waduk dengan cepat disaat kondisi

darurat.

f). Dinding tebing disekeliling waduk khususnya didekat bendungan

harus aman terhadap longsoran.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 25

A

B

Gambar 3-3 : A - Bendungan Nipah, Nampak bangunan pelimpah dan lereng

hilirnya yang dilindungi dengan lapis lindung urugan batu. B - Contoh erosi permukaan pada lereng hilir tubuh bendungan.

3.2.4 Aman terhadap Kegagalan Rembesan

Pada bendungan urugan, timbulnya rembesan merupakan kondisi yang tidak

dapat dihindari, akan tetapi rembesan yang berlebihan dapat berpotensi

membahayakan bendungan. Rembesan dapat terjadi pada tubuh bendungan,

fondasi, tumpuan bendungan maupun bukit-bukit tipis disekeliling waduk.

Rembesan yang berlebihan dapat memicu terjadinya erosi buluh yang semakin

lama semakin berkembang dan semakin luas, yang kemudian disusul dengan

terjadinya longsoran dan keruntuhan bendungan. Secara alami rembesan juga

cenderung membawa unsur-unsur yang penting bagi keutuhan bendungan.

Secara garis besar kegagalan bendungan akibat rembesan dapat terjadi karena:

- Gradien keluaran (exit gradient) yang terlalu tinggi (dapat mengakibatkan didih

pasir/sandboil, likuifaksi statis, erosi buluh),

- Tekanan air pori yang terlalu inggi (dapat mengakibatkan ketidakstabilan,

deformasi,

dan tekanan angkat yang berlebihan),

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 26

- Gradien internal pada zona inti yang terlalu tinggi (dapat mengakibatkan

perpindahan butiran halus dari zona inti ke zona dihilirnya, atau dari zona

inti/urugan tanah ke fondasi pasir kerikil,

- Debit rembesan berlebihan yang terjadi yang disertai dengan membawa

material dapat menimbulkan aliran buluh yang berbahya bagi stabilitas

bendungan.

- Tekanan angkat (uplift) yang terlalu tinggi (dapat mengganggu stabilitas

bangunan dan lapisan tanah fondasi kedap air yang berada di atasnya).

- Lereng yang terlalu curam sehingga permukaan aliran rembesan muncul pada

permukaan lereng, menimbulkan daerah basah pada lereng, meningkatkan

berat jenis material lereng, menurunkan kuat gesernya dan pada akhirnya

lereng akan mudah longsor

- Retak desikasi, terjadi akibat berkurangnya kadar air di dalam zona inti jauh di

bawah kadar air pelaksanaan, atau jika kadar air turun di bawah batas plastis.

Akibatnya saat waduk diisi dapat terjadi bocoran yang serius lewat retakan

dan terjadinya erosi, yang akhirnya mengakibatkan keruntuhan bendungan,

terutama pada bendungan yang tinggi.

Untuk menghindari terjadinya kegagalan rembesan, bendungan harus didesain

aman terhadap kondisi diatas dengan faktor keamanan yang cukup sesuai

pedoman yang berlaku. Material inti dipilih yang yang tidak bersifat erosif, zona

inti harus memiliki ketebalan yang cukup dengan pelaksanaan pemadatan yang

baik, inti dilindungi dengan filter dan drainasi yang memadai, hindari lereng hilir

bendungan yang terlalu curam, dll. Walaupun dari hasil perhitungan desain

tidak diperlukan adanya filter namun karena didalam pelaksanaan akan sangat

sulit menghasilkan uruga yang betul-betul homogeen, hendaknya pada

bendungan urugan selalu dilengkapi filter dan drainasi dengan kapasitasyang

cukup.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 27

Gambar 3-4 : Contoh longsoran lereng hilir bendungan yang diawali dengan aliran buluh disepanjang dinding beton, selain itu lereng

bendungan juga terlalu curam

Gambar 3-5 : Contoh bekas bendungan yang runtuh, lapisan pemadatan

terlalu tebal (>30 cm), kepadatan rendah hingga terjadi erosi buluh.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 28

Gambar 3-6 : Contoh berbagai metode pengendalian rembesan pada bendungan urugan

3.3 PEMANTAUAN DAN PEMELIHARAAN

3.3.1. Umum

Bendungan yang disesain dan dikonstruksi dengan baik (proper), akan

menghasilkan bangunan bendungan yang layak teknis, aman dengan tingkat

risiko kegagalan yang sangat kecil. Namun bendungan akan selalu mendapat

ancaman dari fenomena alam berupa banjir, gempa, tanah longsor dan

menurunnya kualitas pada bangunan dan pondasi. Sejalan dengan perjalanan

waktu, secara alami akan terjadi perubahan pada karakteristik struktur karena

proses kemerosotan mutu (deterioration). Kemerosotan mutu dapat terjadi

karena bendungan dan bangunan penunjangnya akan selalu diterpa dengan

perubahan cuaca panas, dingin, hujan yang silih berganti ataupun karena

kondisi internal bendungan.

Biasanya perubahan berjalan dengan lambat dan tidak langsung dapat diamati

secara visual. Dengan pemantauan atau monitoring perilaku bendungan secara

menerus, biasanya gejala perubahan yang merugikan dapat segera diketahui.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 29

Disamping itu bendungan juga sering mendapat ancaman gangguan dari

aktifitas makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuhan) yang cenderung akan

memperlemah konstruksi bendungan. Oleh karenanya bendungan harus selalu

dipantau, untuk mengetahui sedini mungkin setiap problem yang berkembang

sebelum menjadi ancaman yang nyata bagi keamanan bendungan.

Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan

atau problem yang sedang berkembang sebelum menjadi ancaman bagi

keamanan bendungan, hingga dapat diambil langkah perbaikan secara cepat

dan tepat.

Untuk mencegah terjadinya penurunan mutu secara cepat, bendungan harus

dipelihara dengan baik, dengan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan

perbaikan. Dan pada kondisi bendungan yang telah sangat menurun, perlu

dilakukan rehabilitasi, agar kondisi bendungan kembali seperti sediakala, selalu

siap dan aman untuk dioperasikan pada semua kondisi operasi.

Kegiatan pokok yang dilakukan dalam pemantauan, disajikan pada gambar 3-7,

yang dikelompokkan menjadi tiga macam kegiatan, sebagai berikut:

- Pengukuran dan pembacaan instrumen

- Pemeriksaan/inspeksi

- Uji operasi

3.3.2 Pengukuran dan Pembacaan instrument

Pengukuran dan pembacaan instrumen, terutama ditujukan untuk mengetahui

kondisi didalam tubuh bendungan dan pondasi. Pengukuran dan pembacaan

dilakukan terhadap aspek perilaku /kreteria keamanan bendungan dan

terhadap beban luar, seperti pada gambar 3-8 dan 3-9, yang terdiri dari:

Aspek perilaku bendungan, minimal:

- Deformasi

- Rembesan

- Tekanan Pori dan Gaya angkat (up lift)

Beban luar:

- Elevasi muka air waduk,

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 30

- Elevasi sedimen

- Data meteorology (hujan, suhu udara)

Hasil pembacaan dicatat oleh petugas lapangan, kemudian secara berkala

dikirim kekantor induk untuk dievaluasi oleh engineer yang berpengalam-an dan

setiap tahun sekali dibuat laporan perilaku bendungan tahunan, alur analisis

data disajikan dalam ilustrasi gambar 3-9.

Gambar 3-7 : Bagan macam-macam kegiatan dalam pemantauan perilaku bendungan

Gambar 3-8 : ilustrasi jenis-jenis pembacaan/pengukuran yang perlu dilakukan dalam kegiatan pemantauan perilaku bendungan.

PENGUKURAN /

PEMBACAAN

PEMERIKSAAN

/ INSPEKSI UJI

OPERASI

-Tekanan pori,

up lift.

-Deformasi

-Rembesan

Rutin: -Harian -Mingguan

-Bulanan

Berkala: -1/2Tahunan

-5 tahunan

Luar biasa/

khusus: Gem-

pa,topan,kon-

disi khusus

kkkhususkhu

suskhusukhu

susu

Peralatan Hidromekanikal, Gawar banjir

Minimal 1x/thn

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 31

Gambar 3-9 : ilustrasi alur pekerjaan pembacaan atau pengukuran instrumentasi bendungan mulai dari pembacaan di lapangan, pencatatan dan perhitungan yang dilakukan oleh petugas lapangan dan ploting data, pengiriman data dari lapangan ke kantor induk, sampai evaluasi data oleh Pemeriksa/Supervisor atau engineer

yang berpengalaman.

3.3.3 Pemeriksaan dan Inspeksi

Dalam PP 37 tentang Bendungan, dibedakan penggunaan istilah pemeriksaan

dan inspeksi. Istilah pemeriksaan, digunakan untuk petugas dari pemilik

bendungan, sedang istilah inspeksi digunakan untuk petugas dari Komisi

Keamanan Bendungan dan Balai Bendungan.

a. Pemeriksaan:

Kegiatan pemeriksaan yang harus dilakukan oleh petugas dari pemilik

bendungan, atau petugas OP adalah :

- Pemeriksaan Rutin, dilakukan dalam interval waktu pendek, yaitu : Harian,

Mingguan, Bulanan

- Pemeriksaan Berkala : Setengah Tahunan, Pemeriksaan besar minimal 1 x /

5 tahun

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 32

- Pemeriksaan luar biasa, dilakukan sebelum dan sesudah hujan badai dan

setelah gempa bumi

- Pemeriksaan khusus: dilakukan setelah terjadinya kondisi khusus yang dapat

mengancam keamanan bendungan, seperti : longsoran besar, retakan besar,

amblesan pada puncak bendungan, dll.

b. Inspeksi

Inspeksi dilakukan oleh petugas dari Komisi Keamanan Bendungan dan

Balai Keamanan Bendungan dengan tujuan untuk mengumpulkan data

lapangan dan verifikasi atas laporan kegiatan yang dilakukan oleh petugas

lapangan. Inspeksi dilakukan pada tahap penyiapan desain, pelaksanaan

konstruksi dan tahap pengelolaan bendungan.

3.3.4 Uji Operasi :

Semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan harus selalu siap

untuk dioperasikan pada segala kondisi. Untuk mengetahui kesiapan alat,

minimal satu tahun sekali perlu dilakukan uji operasi. Uji operasi hendaknya

dilakukan bersamaan dengan jadwal pemeliharaan dan disinkronkan dengan

pola operasi waduk. Uji dilakukan terhadap pintu pengeluaran bawah (contoh

Gambar 3-10), pintu pelimpah, system gawar darurat (flood warning system,)

dan lain-lain.

Tabel 3-1 : Frekuensi pemeriksaan rutin oleh petugas pengelola bendungan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 33

Tabel 3-2 : Besaran dan jarak gempa untuk pemeriksaan luar biasa

Gambar 3-10 : Contoh langkah pelaksanaan uji operasi pintu pengeluaran bawah. 1 = uji kering pintu pengaman (dry test of guard gate) 2 = uji basah pintu pengatur (wet test of regulating gate) 3~4 = uji kering pintu pengatur (dry test of regulating gate)

Kembali ke posisi awal

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 34

Gambar 3-11 : Bagan tanggung jawab masing-masing petugas lapangan dalam kegiatan pemantauan/pengamatan.

3.4 KESIAP-SIAGAAN TANGGAP DARURAT 3.4.1 Pertimbangan umum

Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kondisi darurat,

Pembangun/Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap siaga

menghadapi kondisi darurat sampai kondisi terburuk dari bendungan yang

dimilikinya /dikelolanya. Penanganan pada kondisi darurat tidak dibenarkan

dilakukan dengan cara ”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasarkan

RENCANA TINDAK DARURAT yang telah disiapkan secara matang.

Kesiapsiagaan darurat dilakukan dengan serangkaian kegiatan melalui

pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Rencana tindak darurat disiapkan melalui langkah penetapan strategi

penanganan keadaan darurat dan kegiatan persiapan penanganan keadaan

darurat.

Strategi penanganan keadaan darurat, meliputi tiga macam kegiatan:

1). identifikasi terhadap ancaman keamanan bendungan;

2). penetapan siaga bendungan; dan

3). tindak penanganan/perlindungan.

Persiapan penanganan keadaan darurat, meliputi kegiatan sbb:

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 35

1). perencanaan untuk menetapkan daerah potensi genangan banjir; dan

pembuatan peta evakuasi;

2). penyiapan peralatan sistem gawar banjir dan penyiapan bahan yang

diperlukan saat terjadi kondisi darurat;

3). pembentukan organisasi penanggulangan bencana; dan

4). pelatihan dan sosialisasi.

Gambar 3-12 : Konsepsi penanganan kondisi darurat

3.4.2 Strategi Strategi daIam penanganan kondisi darurat meliputi tiga macam kegiatan, yaitu:

identifikasi ancaman keamanan bendungan, penetapan siaga bendungan dan

tindak penanganan atau perlindungan.

Secara garis besar, bendungan akan selalu mengalami ancaman dari

fenomena alam dan manusia, berupa:

(1) Perilaku bendungan yang abnormal

KONSEPSI PENANGANAN

KONDISI DARURAT

STRATEGI PERSIAPAN

- IDENTIFIKASI ANCAMAN

- PENETAPAN SIAGA BENDUNGAN

- TINDAK PENANGANAN

- PENETAPAN DAERAH PO-TENSI GENANGAN BANJIR

- PENYIAPAN SISTEM GAWAR BANJIR DAN BAHAN BANJIRAN

- PEMBENTUKAN ORGANIS PENANGGUL BENCANA

- PELATIHAN DAN SOSIALISASI

SELALU SIAP TERHADAP KONDISI

TERBURUK

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 36

(2) Longsoran

(3) Banjir

(4) Gempa

(5) Sabotase, kerusuhan social (social riot)

(6) Serangan disaat perang.

Upaya penanganan, perlindungan atau pencegahan yang dilakukan tergantung

pada jenis ancaman tingkat bahaya ancaman. Sesuai dengan tingkat bahaya

ancaman, ditetapkan tiga tingkat SIAGA BENDUNGAN, yaitu:

siaga III (awal/rendah), siaga II (menengah), siaga I ( tinggi).

Pada prinsipnya: setiap ditemukan adanya suatu ancaman terhadap

keamanan bendungan, tindakan yang perlu segera dilakukan adalah:

observasi terus menerus terhadap perkembangan situasi dan peningkatan

pelaksanaan pemantauan dari pemantauan regular menjadi pemantauan

yang lebih intensif.

Tingkat siaga III (awal)

Diberlakukan bila ancaman yang terjadi diyakini dapat ditangani oleh para ahli.

Tindakan yang dilakukan:

- berupa tindakan teknis dan atau operasional mulai dari peningkatan

pemantauan, observasi terhadap perkembangan situasi, perbaikan secara

tepat atau bila perlu penurunan muka air waduk.

- meningkatan kesiapan system peringatan banjir.

Tujuan dari tindakan ini adalah: untuk menghilangkan ancaman atau untuk

menjaga agar ancaman tidak semakin parah.

Tingkat siaga II (menengah)

Diberlakukan bila ancaman semakin parah dan ancaman tidak pasti/tidak yakin

dapat ditangani oleh para ahli.

Tindakan yang dilakukan adalah:

- tindakan teknis dan atau operasional, umumnya perlu segera penurunan

muka air waduk, lanjutkan observasi terhadap perkembangan situasi,

- permintaan/perintah kesiapan penuh system peringatan banjir.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 37

- kesiapan penuh system gawar banjir,

- siap evakuasi seluruh penduduk di daerah genangan banjir, (penduduk

terkena risiko/penris)

- bila perlu lakukan evakuasi sebagian penduduk terkena risiko terbesar.

Tujuan dari tindakan ini: pada tahap awal adalah mengurangi risiko, kemudian

memastikan bahwa penduduk dapat dievakuasi dalam waktu yang singkat

khususnya bila penurunan muka air waduk tidak dapat berjalan dengan cepat.

Tingkat siaga I (tinggi)

Diberlakukan bila berdasar penilaian ahli bendungan, kemungkinan tidak dapat

dihindari terjadinya keruntuhan bendungan.

Tindakan yang dilakukan pada situasi ekstrim ini adalah: permintaan

pengumuman akan terjadinya bahaya banjir bendungan dan pelaksanaan

evakuasi seluruh penduduk terkena risiko. Tujuan dari tindakan ini adalah meng-

evakuasi seluruh penduduk sebelum terjadinya bencana dahsyat.

Gambar 3-13 : Strategi dalam penanganan kondisi darurat

Observasi terus menerus terhadap perkembangan

situasi Peningkatan pemantauan

pemantauan Peningkatan kesiapan

system peringatan banjir

Siaga III :

Ancaman diyakini dapat ditangani

Tindakan teknis

dan atau

Tindakan operasional

Penurunan muka air

waduk

Siaga II :

Ancaman tidak pasti /tidak yakin dapat ditangani

Evakuasi sebagian

penduduk

Evakuasi penduduk

Siaga II :

Keruntuhan diperkirakan akan / telah mulai terjadi

Kesiapan penuh system

peringatan banjir

Setiap ditemukan

adanya ancaman

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 38

Agar strategi penganan kondisi darurat ini dapat dijalankan dengan tepat, dam

specialist dari pengelola bendungan harus tahu apa penyebab terjadinya

ancaman dan bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu. Untuk itu

diperlukan: data perilaku bendungan yang lebih banyak, demikian pula

pembacaan instrument yang lebih rapat melalui peningkatan pemantauan atau

pemantauan intensif seperti gambar 3-13.

Gambar 3- 13 : Konsep pemantauan; Kiri: pemantauan regular; Kanan:

pemantauan intensif

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 39

Ancaman

Upaya

Perilaku

abnormal

Longsoran

Banjir

Gempa

bumi

Sabotase

Perang

Perbaikan/

rehabilitasi

1 ev

Penurunan m.a.

waduk sebagian

1 opt

Penurunan m.a.

waduk sluruhnya

2

Evakuasi

pencegahan

3 2 1

Evakuasi setelah

kejadian

2 1 1 1

nampak tidak terduga

Gambar 3-14: Contoh matriks ancaman dan upaya perlindungan pada kondisi darurat (Konsepsi Keamanan Bendungan Swiss).

3.4.3 Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada persiapan, yaitu:

- planning,

- penyiapan peralatan,

- pembentukan organisasi penanggulangan bencana

a. Planning

Kegiatan yang dilakukan:

- Penetapan daerah potensi genangan banjir berdasar analisis

keruntuhan bendungan (dam break analysis)

- Pembuatan peta evakuasi, termasuk arti tanda bunyi sirine dan

bagaimana/apa yang harus dilakukan penduduk, arah dan jalan

pengungsian, titik pertemuan pengungsi.

b. Penyiapan peralatan

Peralatan yang harus disiapkan adalah peralatan system gawar darurat

atau system peringatan dini, berupa sirine di bendungan dan di daerah

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 40

potensi genangan banjir di hilir. Disamping itu juga penyiapan bahan

yang diperlukan pada saat terjadi kondisi darurat, yang dapat berupa

bahan banjiran yang diperlukan untuk perbaikan sementara dan bahan

yang diperlukan di tempat pengungsian,

c. Pembentukan organisasi penanggulangan bencana

Organisasi penanggulangan bencana keruntuhan bendungan tidak

dibentuk secara khusus, tapi menggunakan organisasi Satuan

Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB/Satkorlak PB) yang

telah ada di daerah yang sekarang berada dibawah koordinasi Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk tingkat pusat, atau

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Yang diperlukan

adalah menguraikan secara jelas tugas setiap instansi yang terlibat

dalam penanggulangan bencana; demikian pula system komunikasinya.

a. Pelatihan dan sosialisasi

Pelatihan yang dilakukan berupa pelatihan bagi petugas O&P

bendungan dan pelatihan/simulasi bagi anggota Satlak/Satkorlak PB

atau instansi yang terkait dalam penanggulangan bencana yang

dikoordinasikan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) untuk tingkat pusat, atau Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD).

Sosialisasi dilakukan terhadap penduduk terkena risiko di daerah

potensi genangan banjir. Sosialisasi hendaknya dilakukan secara hati-

hati agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat. Sosialisasi diawali

dengan penjelasan ringkas mengenai konsepsi keamanan bendungan,

kemudian baru dijelaskan rencana tindak darurat.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 41

Gambar 3-15: Contoh peta evakuasi penduduk dalam rencana tindak darurat

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 42

BAB IV PENUTUP

1). Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar, juga menyimpan

potensi bahya yang besar pula.

2). Pengaturan keamanan bendungan dimaksudkan untuk mewujudkan tertib

penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan bendungan agar layak

teknis desain dan konstruksi, aman dalam pengelolaannya, sehingga

dapat mencegah atau sekurang-kurangnya mengurangi risiko kegagalan

bendungan.

3). Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi

bendungan dari kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi

jiwa, harta dan prasarana umum di wilayah yang terpengaruh oleh

potensi bahaya akibat kegagalan bendungan.

4). Setiap pembangunan bendungan harus melalui tiga tahapan kajian dan

mendapat tiga macam persetujuan dari Menteri PU, yaitu: kajian desain

untuk persetujuan desain dan izin pelaksanaan konstruksi, kajian

pelaksanaan konstruksi untuk izin pengisian awal waduk dan kajian

pelaksanaan pengisian awal untuk izin pengoperasian bendungan.

5). Keamanan suatu bendungan merupakan tanggung jawab pemilik

bendungan.

6). Bendungan dianggap aman apabila pembangunan dan pengelolaannya

telah memenuhi konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan yang

tertuang dalam berbagai NSPM terkait.

7). Agar keamanan suatu bendungan terwujud, harus didukung dengan tiga pilar, yaitu:

- Pilar 1 : Keamanan Struktur

- Pilar 2 : Pemantauan dan Pemeliharaan

- Pilar 3 : Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

8). Bendungan dianggap aman ditinjau dari aspek keamanan struktur,

apabila memenuhi tiga kreteria pokok sebagai berikut:

- Bendungan harus aman terhadap semua beban yang bekerja

pada segala kondisi operasi.

- Bendungan harus aman terhadap kegagalan hidrolik

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 43

- Bendungan harus aman terhadap kegagalan akibat rembesan

9). Bendungan perlu dipantau perilakunya, karena bendungan akan selalu

mendapat ancaman dari fenomena alam berupa banjir dan gempa yang

dapat mengancam keamananan bendungan, dan sejalan dengan

perjalanan waktu secara alami karakteristuk struktur akan berubah yang

mengarah pada penurunan mutu.

10). Pemantauan bendungan bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin

problem yang sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang

nyata, hingga dapat diambil tindakan secepatnya sebelum problem

berkembang lebih buruk.

11). Rencana Tanggap Darurat, disusun dengan prinsip: Pengelola

bendungan dan Organisasi Penanggulangan selalu siap menghadapi

segala kondisi darurat (sampai kondisi terburuk), sehingga risiko

kegagalan bendungan dapat ditekan sekecil mungkin.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 44

Latihan

1) Agar keamanan bendungan terwujud, pilar-pilar apa saja yang harus

dimiliki suatu bendungan? Jelaskan!

2) Jelaskan jenis-jenis izin dalam rangka keamanan bendungan, yang

harus dimiliki dalam pembangunan bendungan!

3) Jelaskan tiga kreteria pokok yang harus dipenuhi agar bendungan

aman ditinjau dari aspek strukturnya!

4) Jelaskan apa tujuan pemantauan perilaku bendungan!

5) Jelaskan prinsip yang menjadi dasar dalam penyusunan

Rencana Tanggap Darurat?

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 45

Jawab:

1. Keamanan struktur, Pemantauan dan pemeliharaan, Kesiapsiagaan

Tanggap Darurat.

2. Izin: Pelaksanaan Konstruksi, Pengisian awal, Operasi

3. Aman dari kegagalan struktural dan operasional, Aman dari kegagalan

Hidrolik, Aman dari kegagalan rembesan

4. Tujuan pemantauan bendungan adalah agar diketahui sedini mungkin

problem yang sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang

nyata, sehingga dapat dilakukan tindakan yang cepat dan tepat.

5. Pemilik bendungan dan organisasi penanggulangan bencana, selalu siap

menghadapi kondisi darurat sampai kondisi terburuk.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 46

Daftar Pustaka

1. Undang-Undang RI nomor 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air,

2. Undang-undang RI no.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

3. Peraturan Pemerintah Indonesia no. 37 tahun 2010 tentang bendungan.

4. Tatacara Keamanan Bendungan, SNI 1731-1989-F, Oktober 1987

5. Pedoman Penyiapan Rencana Tindak Darurat, Kep Dirjen Pengairan

no.94/KPTS/1998, Juli 1998.

6. H.Pougatsch, R.W. Muller & A.Kobelt, Water Alarm Concept in

Swistzerland, Federal Office for Water and Geology FOWG, Baden

Swistzerland, Feb 2003

7. L.Mouver, R.W.Muller & H.Pougatsch, Structural safety of dams,

according to the new Swiss legislation, Federal Office for Water and

Geology FOWG, Baden Swistzerland, Feb 2003

8. Rudolf Biederman Dr, Safety concept for dams development for dams

development of the Swiss concept since 1980, Federal Office for Water

and Geology FOWG, Baden Swistzerland, Feb 2003.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 47

TERIMAKSIH

[email protected]

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 48

Lampiran 3

Lampiran 3

Lampiran 2

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 49

Lampiran 3

DOKUMEN USULAN PERSETUJUAN DESAIN

Dokumen yang diperlukan (minimal 2 rangkap), antara lain mencakup :

1. Perijinan

a. Copy ijin penggunaan sumber daya air dan persetujuan prinsip pembangunan bendungan dari Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenangannya..

b. Copy persetujuan AMDAL.

2. Laporan studi kelayakan (termasuk basic design) 3. Ringkasan eksekutif ANDAL, RKL, RPL 4. Laporan desain rinci :

a. Laporan utama (main report) b. Laporan ringkasan (excecutive summary) c. Laporan penunjang (supporting report) yang terdiri antara lain:

- Kriteria desain - Laporan investigasi geoteknik - Laporan pengukuran - Laporan analisis hidrologi - Laporan model test - Perhitungan desain(design calculation) - Rencana dan Metode pelaksanaan konstruksi (construction method)

- Spesifikasi teknik - Rencana / Panduan O &P awal - Gambar desain lengkap - dll.

d. Laporan penyelidikan rinci mengenai perilaku, unjuk kerja (performance)

riwayat operasi, dan kekokohan bangunan (lihat pasal 38 Pedoman Keamanan Bendungan) bagi desain rehabilitasi, perluasan, perubahan dan penghapusan fungsi bendungan.

5. Laporan kaji ulang desain ( bila ada)

6. Uraian desain ringkas mencakup butir-butir yang tercantum dalam Daftar Simak

7. Data teknis bendungan sesuai format baku 8. Foto-foto lokasi calon bendungan, sumber material, dll.

Catatan: butir 1) dan 3) tidak untuk dikaji.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 50

Lampiran 4

DOKUMEN USULAN PERSETUJUAN PENGISIAN WADUK Dokumen yang diperlukan (minimal 2 rangkap ), paling tidak terdiri atas : 1. Laporan geologi teknik, berdasar hasil observasi galian pondasi dan investigasi

tambahan (kalau ada) serta laporan mengenai perbaikan pondasi. 2. Laporan pekerjaan grouting, (bila dilakukan perbaikan pondasi dengan grouting). 3. Laporan perubahan desain (kalau ada) disertai pertimbangan perubahan. 4. Laporan kendali mutu pekerjaan (termasuk hasil uji) dan pelaksanaan konstruksi

berikut kendala dan cara mengatasinya. 5. Hasil pemeriksaan peralatan hidromekanik di pabrik maupun di lapangan serta

hasil uji kering dan basah. 6. Laporan Penyelesaian Proyek (Project Completion Report). Bila butir 1 sampai

dengan 5 sudah tercakup dalam laporan ini, maka laporan secara terpisah tidak diperlukan lagi.

7. Laporan pembacaan instrumentasi selama pelaksanaan konstruksi serta

analisisnya. 8. Rencana Tindak Darurat, sistem peringatan banjir dan laporan sosialisasinya. 9. Rencana kegiatan pengisian awal waduk, termasuk petugas-petugas yang terlibat

dan tanggung jawab masing-masing. 10. Panduan Operasi dan Pemeliharaan secara menyeluruh, Petunjuk khusus

Operasi dan Pemeliharaan peralatan hidromekanik dan Pola operasi waduk. 11. Program Pengamatan / Pemantauan (Surveillance Programme).

12. Organisasi pelaksana O & P lengkap dengan :

a. Bagan organisasi b. Uraian tugas beserta kualifikasi personilnya.

13. Laporan pelatihan petugas O & P mencakup operasi normal dan operasi darurat. 14. Uraian ringkas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi

mencakup tabel/matriks perbandingan kondisi/parameter desain dengan hasil pelaksanaan di lapangan serta mencakup uraian dan butir-butir seperti tercantum pada Daftar Simak.

15. Gambar konstruksi dan gambar purna konstruksi (as built drawing. 16. Data teknis bendungan (sesuai format baku) yang telah dimutakhirkan. 17. Foto-foto dokumentasi pelaksanaan konstruksi..

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 51

Lampiran 5

DOKUMEN USULAN PERSETUJUAN PENGOPERASIAN WADUK

Dokumen yang diperlukan (minimal rangkap 2), antara lain terdiri atas : 1. Hasil pembacaan alat pemantau perilaku bendungan (instrumentasi) sejak

saat pelaksanaan konstruksi (pembacaan awal) sampai dengan pembacaan terakhir.

2. Analisis perilaku bendungan berdasar hasil pembacaan butir 1 dan hasil

pemeriksaan bendungan, waduk, lingkungan sekitar, fasilitas penunjang. 3. Panduan operasi dan pemeliharaan waduk yang telah disesuaikan dengan

kondisi yang sebenarnya. 4. Surat Keputusan pembentukan Organisasi O & P termasuk penanggung

jawab/satuan pemantau bendungan berikut program pelatihannya. 5. Laporan operasi peralatan hidromekanik. 6. Laporan kejadian khusus/ peristiwa dan musibah (incidents & accidents)

seperti longsoran, rembesan, bocoran, pergeseran, kegempaan, deformasi, tidak berfungsi suatu komponen penting, dll.

7. Laporan ringkasan pelaksanaan pengisian waduk termasuk uraian dari

butir-butir yang tercantum dalam Daftar Simak. 8. Untuk persetujuan desain, pengisian awal maupun operasi bagi

bendungan yang direhabilitasi/diperluas, selain laporan seperti pada buti-butir di atas, juga perlu dilengkapi laporan-laporan sebagai berikut :

Kondisi bendungan sebelum direhabilitasi, termasuk gambar-gambar desain asli dan gambar purna konstruksi (as built drawing).

Alasan dilakukannya rehabilitasi/perluasan,

Hasil survey dan investigasi dan desain rehabilitasi/perluasan.

Kendali mutu pelaksanaan konstruksi rehabilitasi/perluasan. 9. Data teknis bendungan sesuai format baku yang telah dimutakhirkan

10. Foto-foto, a.l. saat air melimpas bangunan pelimpah, muka air tertinggi di waduk, daerah genangan waduk.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 52

Lampiran 6

DOKUMEN USULAN PERSETUJUAN

PENGHAPUSAN FUNGSI BENDUNGAN

Dokumen yang diperlukan (minimal rangkap 2), antara lain mencakup: 1. Rencana rinci mengenai penghentian, eksploitasi atau pembongkaran

bendungan (kalau diperlukan), termasuk program pemugaran kondisi lingkungan, keamanan dan pengamanan lingkungan. Bila bendungan ditanggalkan dalam keadaan utuh, rencana pemantauan dan pemeliharaan yang mencakup organisasi pelaksana dan penyediaan dananya.

2. Hasil analisis stabilitas bangunan-bangunan yang tersisa atau ditinggalkan

atau evaluasi keamanan bendungan bagi bendungan yang ditinggalkan utuh. 3. Hasil investigasi rinci mengenai konsekuensi atau dampak penghapusan

fungsi bendungan terhadap kondisi hidrologi dan hidrolika setempat, terutama mengenai:

pemilihan dan penetapan alur sungai baru yang melintasi waduk yang

kosong. pengendalian banjir. pengaruh banjir dan/atau kekeringan yang terjadi disepanjang lembah

sungai di hilir bendungan, termasuk peningkatan muatan sedimen. 4. Dampak lingkungan antara lain kemungkinan berkembangbiaknya penyakit-

penyakit tertentu, stabilitas tebing atau lereng waduk, dan lain-lain. 5. Gambar-gambar yang diperlukan ukuran A1 dan A3. 6. Foto-foto dokumentasi

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 53

Lampiran 7

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 54

Lampiran 8

Lampiran 9

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 55

Contoh “Sertifikat” Persetujuan Desain

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 56

PENGATURAN DAN

KONSEPSI

KEAMANAN

BENDUNGAN

Disusun oleh :

Ir. Zainuddin, ME

Jakarta, 12 April 2010

BALAI BENDUNGAN

BEKERJA SAMA DENGAN

PUSDIKLAT PU

R E P L U B L I K I N D O N E S I A

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - bpsdm.pu.go.id filebeserta waduknya. 6). Pembangun bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang

Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Urugan Tingkat Dasar

Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan 57