BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1...

98
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu, individu ketika berbelanja disebut sebagai konsumen, yaitu seseorang yang melakukan beberapa aktivitas seperti pembelian, penggunaan barang, jasa, dan mengevaluasinya (Schiffman & Kanuk, 2007). Salah satu tujuan dari berbelanja adalah untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Sebelum melakukan kegiatan berbelanja, biasanya calon pembeli sudah memiliki daftar barang-barang yang ingin dibeli, atau sudah mengetahui barang apa yang hendak dibeli dan seperti apa material dari barang tersebut. Berbelanja tidak hanya untuk membeli barang yang dibutuhkan atau untuk memenuhi kebutuhan saja, tetapi berbelanja telah menjadi gaya hidup, kesenangan, dan pemenuhan kebutuhan psikologis (Herabadi, Verplanken, & Knippenberg, 2009). Hal tersebut terlihat pada masa kini dimana banyak orang berbelanja hanya untuk memenuhi keinginan bukan untuk memenuhi kebutuhan seperti membeli pakaian, alat komunikasi, dan barang-barang yang sedang trend pada masa ini. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi mengakibatkan perubahan perilaku konsumen, dimana perilaku yang dulu berbelanja secara konvensional dengan mendatangi langsung pusat perbelanjaan untuk mencari produk yang diinginkan, kini berubah menjadi berbelanja secara virtual atau hanya melalui perangkat elektronik (electronic device) yang terhubung dengan media internet yang kemudian dikenal Electronic commerce (e-commerce). Dengan menggunakan PC atau smartphone yang sudah tersambung dengan jaringan internet, konsumen dapat dengan mudah mengakses daftar harga barang dan spesifikasi produk yang diinginkan, tanpa terbatas waktu dan tempat. E-commerce didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi dimana penjual dan pembeli melakukan perjanjian melalui media elektronik yang sudah terhubung

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

individu ketika berbelanja disebut sebagai konsumen, yaitu seseorang yang

melakukan beberapa aktivitas seperti pembelian, penggunaan barang, jasa, dan

mengevaluasinya (Schiffman & Kanuk, 2007). Salah satu tujuan dari berbelanja

adalah untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Sebelum

melakukan kegiatan berbelanja, biasanya calon pembeli sudah memiliki daftar

barang-barang yang ingin dibeli, atau sudah mengetahui barang apa yang

hendak dibeli dan seperti apa material dari barang tersebut. Berbelanja tidak

hanya untuk membeli barang yang dibutuhkan atau untuk memenuhi kebutuhan

saja, tetapi berbelanja telah menjadi gaya hidup, kesenangan, dan pemenuhan

kebutuhan psikologis (Herabadi, Verplanken, & Knippenberg, 2009). Hal

tersebut terlihat pada masa kini dimana banyak orang berbelanja hanya untuk

memenuhi keinginan bukan untuk memenuhi kebutuhan seperti membeli

pakaian, alat komunikasi, dan barang-barang yang sedang trend pada masa ini.

Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi mengakibatkan

perubahan perilaku konsumen, dimana perilaku yang dulu berbelanja secara

konvensional dengan mendatangi langsung pusat perbelanjaan untuk mencari

produk yang diinginkan, kini berubah menjadi berbelanja secara virtual atau

hanya melalui perangkat elektronik (electronic device) yang terhubung dengan

media internet yang kemudian dikenal Electronic commerce (e-commerce).

Dengan menggunakan PC atau smartphone yang sudah tersambung dengan

jaringan internet, konsumen dapat dengan mudah mengakses daftar harga barang

dan spesifikasi produk yang diinginkan, tanpa terbatas waktu dan tempat.

E-commerce didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi dimana penjual dan

pembeli melakukan perjanjian melalui media elektronik yang sudah terhubung

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

2

dengan internet, perjanjian atau kontrak bisa berupa kesepakatan harga dan

pengiriman barang atau jasa (Guay & Ettwein, 1998; Vladimir, 1996).

Fenomena kemunculan e-commerce dan perdagangan online lainnya,

memberikan kemudahan pada konsumen dalam melakukan aktivitas transaksi

jual beli barang atau jasa.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset asal

Inggris, Merchant Machine. Merchant Machine, merilis daftar sepuluh negara

dengan pertumbuhan e-commerce tercepat di dunia, dan Indonesia memimpin

jajaran negara-negara tersebut dengan pertumbuhan 78% pada tahun 2018

(Widowati, 2019). Diketahui usia dewasa awal merupakan kelompok usia yang

mendominasi perilaku pembelian secara online. Menurut Henrietta (2012)

kelompok usia dewasa awal memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi dan

senang melakukan sesuatu dengan kehendak sendiri tanpa banyak campur

tangan orang lain. Masa dewasa awal (young adulthood) berkisar antara usia 20

sampai dengan 40 tahun, dengan demikian mahasiswa merupakan bagian dari

kelompok dewasa awal (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Mahasiswa

merupakan target utama para pelaku bisnis e-commerce, karena sebagian besar

pengguna internet di Indonesia adalah kelompok mahasiswa. Penggunaan

internet sangat memungkinkan mahasiswa mendapatkan informasi mengenai

penawaran-penawaran, kemudahan, dan keuntungan dalam berbelanja dari

berbagai toko online. Jika membandingkan mahasiswa dengan kelompok usia

dewasa lain, mahasiswa tergolong pada kelompok usia dewasa awal yang

belum memiliki penghasilan sendiri. Namun mahasiswa cukup intens dalam

melakukan pembelian, pembelian yang sering dilakukan oleh mahasiswa bukan

pembelian pada barang-barang dengan harga yang tinggi. Mahasiswa sering

melakukan pembelian pada barang-barang yang memiliki harga terjangkau,

bentuk yang unik, menarik dan praktis. Pembelian tersebut dilakukan dengan

intensitas yang cukup sering tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu.

Kegiatan berbelanja semakin menjadi candu karena didukung dengan fasilitas

yang ditawarkan oleh e-commerce. Tidak hanya mempermudah dalam

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

3

mendapatkan barang yang dituju, e-commerce juga memiliki beberapa layanan

lain yang dapat memicu konsumen untuk berbelanja. Beberapa layanannya

yaitu gratis biaya pengiriman, pelayanan customer service online, penawaran

potongan harga, dan banyaknya pilihan sistem pembayaran, sehingga dapat

mendorong terjadinya pembelian impulsif khususnya dalam pembelian secara

online (Kacen & Lee, 2002). Keunggulan lain dari membeli secara online yaitu

menghemat waktu, calon customer dapat melakukan pembelian pada waktu

senggang. Mudah dan praktis, calon customer hanya tinggal membuka webstore

atau marketplace melalui smartphone /PC yang sudah terhubung dengan media

internet. Menghemat tenaga, calon customer tidak perlu keluar masuk beberapa

toko untuk mencari barang yang dituju atau hanya sekedar untuk

membandingkan harga. Menghemat biaya transportasi, calon customer hanya

perlu membayar biaya pengiriman atau menggunakan voucher gratis biaya

pengiriman yang biasa disediakan oleh toko online.

Peneliti melakukan wawancara dengan 10 mahasiswa yang berasal dari

Fakultas Pendidikan Psikologi, Fakultas Bahasa dan Seni, Fakultas Ilmu

Pendidikan dan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta untuk

mengetahui gambaran perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas

Negeri Jakarta. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diketahui

terdapat kecenderungan perilaku pembelian impulsif. Responden mengatakan

bahwa biasa membeli barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya.

Alasan responden melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya

karena tertarik dengan potongan harga yang ditawarkan dan merasa potongan

harga tersebut akan terjadi lagi dilain waktu. Kemudian barang-barang dengan

label limited edition, barang-barang yang dirasa unik, barang-barang yang

mudah dibawa, disimpan dan diguanakan serta barang dengan tawaran free gift.

Menurut Putra, dkk. (2017) calon customer akan cenderung lebih impulsif

ketika terdapat harga khusus dalam penjualan (diskon produk), kebutuhan

marginal rendah untuk item, masa kadaluarsa produk pendek, ukuran yang lebih

kecil, dan kemudahan penyimpanan barang itu sendiri juga memicu terjadinya

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

4

pembelian impulsif. Responden juga mengakui bahwa sering sekali merasakan

perasaan ingin memiliki suatu barang secepatnya dan terkadang mereka

menyesali ketika barang yang sudah dibeli tanpa dipertimbangkan atau

direncanakan sebelumnya tidak sesuai dengan harapannya atau bahkan tidak

bermanfaat. Menurut Verplanken dan Herabadi (2001) pembelian impulsif

terjadi disertai dengan adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.

Dorongan emosional tersebut berkaitan dengan dorongan ingin segera membeli

barang agar merasakan perasaan lega dan puas dengan mengabaikan

konsekuensi negatifnya.

Menurut Cooley (dalam Mulyono, 2012) pembelian impulsif sudah terjadi

sejak tahun 1896. Wales menyatakan bahwa sembilan dari sepuluh orang

melakukan pembelian impulsif (Impulse Buying). Pembelian Impulsif

merupakan perilaku individu untuk membeli secara spontan, segera, reflektif,

atau kurang melibatkan pikiran atau pertimbangan melainkan karena hasrat

untuk membeli begitu kuat (Rook & Fisher, 1995). Pengambilan keputusan

dalam pembelian impulsif terjadi karena reaksi psikologis yang terpengaruh

oleh stimulus dan menimbulkan keinginan secara mendesak untuk mendapatkan

barang yang tidak direncanakan sebelumnya.

Selain memberikan kepuasan secara psikologis, pembelian impulsif juga

memiliki dampak negatif yaitu seperti masalah finansial, pemborosan, dan

penyesalan dan rasa kecewa setelah membeli barang yang tidak bermanfaat.

Hasil wawancara dengan beberapa responden dalam penelitiannya, Rook (1987)

memaparkan kerugian dari pembelian impulsif, yaitu responden yang

menyatakan mereka mengalami kerugian yang bersifat materi sebanyak 56%,

responden yang menyatakan bahwa mereka kurang suka atau kecewa dengan

produk yang sudah dibeli secara impulsif sebanyak 37%, responden yang

merasa menyesal melakukan pembelian impulsif sebanyak 20%, dan responden

mengaku dijauhi oleh kerabat karena memiliki perilaku pembelian impulsif

sebanyak 19% (Rook, 1987).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

5

Perilaku pembelian impulsif seringkali terjadi hanya karena hal-hal kecil.

Misalnya, karena tergiur dengan promosi-promosi produk atau jasa yang

ditawarkan, baik dalam potongan harga yang diberikan (diskon) maupun dari

segi penampilan produk yang ditampilkan (Hadyan, Marianti, & Safitri, 2018).

Karbasivar dan Yarahmadi (2011) memaparkan bahwa perilaku pembelian

impulsif seseorang dipengaruhi oleh faktor internal (meliputi keadaan

emosional, faktor demografi, dan kepribadian) dan eksternal (meliputi

lingkungan di dalam toko, window display, dan kegiatan promosi seperti

potongan harga dan produk gratis) (Karbasivar & Yarahmadi, 2011). Selain

faktor-faktor diatas, karakteristik dari mahasiswa juga menjadi faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya pembelian impulsif, karena mahasiswa memiliki

karakteristik yang selalu ingin untuk mencoba hal-hal baru dan mencoba

barang-barang yang menurutnya unik.

Bersinggungan dengan hasil studi Karbasivar dan Yarahmadi (2011) yang

menyatakan kepribadian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

seseorang dalam melakukan pembelian impulsif. Kepribadian merupakan salah

satu faktor dalam mengambil keputusan, dengan demikian kepribadian juga

berperan ketika seseorang memutuskan untuk melakukan pembelian tidak

terencana. Hal ini juga dipertegas oleh Verplanken dan Herabadi (2001) yang

menyatakan bahwa pembelian impulsif memiliki perilaku umum yang sangat

berakar pada faktor personal (kepribadian) seseorang (Verplanken & Herabadi,

2001). Salah satu pendekatan dari teori kepribadian yaitu Big Five Personality

yang dikembangkan oleh McCrae dan Costa bersama para ahli dan peneliti

kepribadian. Big Five Personality. Big Five Personality membagi kepribadian

menjadi lima trait, yaitu openness to experience, conscientiousness,

extraversion, agreeableness, dan neuroticism (Feist & Feist, 2008).

Kepribadian dapat diartikan sebagai karakteristik unik yang dimiliki oleh setiap

individu, hal ini memungkinkan adanya perbedaan perilaku pembelian impulsif

ketika sedang berbelanja. Hal tersebut juga erat kaitannya dengan perilaku

pengambilan keputusan yang relatif cepat untuk membeli suatu barang.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

6

Terdapat beberapa penelitian yang meneliti bagaimana kepribadian big five

personality mempengaruhi perilaku pembelian impulsif. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Hendrawan dan Nugroho (2018) dalam penelitiannya juga

menemukan bahwa trait kepribadian extraversion dan agreeableness menjadi

faktor yang mempengaruhi konsumen muda dalam melakukan pembelian

impulsif. Sedangkan kepribadian openness to experience, conscientiousness,

neuroticism tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.

kemudian Farid dan Ali (2018) yang menunjukkan bahwa openness,

extraversion, dan neuroticism memiliki pengaruh positif sedangkan

agreeableness dan conscientiousness tidak memiliki pengaruh signifikan dalam

perilaku pembelian impulsif.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti pengaruh

tipe kepribadian big five terhadap pembelian impulsif mahasiswa Universitas

Negeri Jakarta yang berbelanja secara online. Penulis ingin mengetahui

keterkaitan masing-masing trait big five terhadap pembelian impulsif agar dapat

dapat lebih mengetahui trait big five yang paling kuat berpengaruh dengan

pembelian impulsif.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diuraikan beberapa rumusan

masalah yaitu :

1.2.1 Bagaimana gambaran perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa

Universitas Negeri Jakarta yang berbelanja secara online?

1.2.2 Apakah terdapat pengaruh tipe kepribadian big five terhadap perilaku

pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang

berbelanja secara online?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka pembatasan masalah yang

dikaji pada penelitian ini yaitu hanya sebatas mengkaji bagaimana pengaruh tipe

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

7

kepribadian big five terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa

Universitas Negeri Jakarta yang berbelanja secara online.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti mengajukan rumusan masalah yaitu,

apakah terdapat pengaruh tipe kepribadian big five terhadap perilaku pembelian

impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang berbelanja secara

online.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui apakah tipe kepribadian big five

berpengaruh dengan pembelian impulsif pada mahasiswa di Universitas Negeri

Jakarta Jakarta yang berbelanja secara online.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi

bagi peneliti lain yang ingin meneliti di bidang psikologi yang berkaitan

dengan variabel tipe kepribadian big five dan pembelian impulsif.

1.6.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan kepada mahasiswa

bagaimana tipe kepribadian big five mempengaruhi perilaku seorang

dalam melakukan pembelian impulsif. Serta dapat memberikan

pemahaman kepada pihak-pihak terkait seperti perusahaan perdagangan,

bagaimana peran tipe kepribadian big five terhadap perilaku pembelian

impulsif pada seseorang, khususnya mahasiswa.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelian Impulsif

2.1.1 Definisi Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak direncanakan, tidak

rasional, dihubungkan dengan pembelian yang cepat dan diikuti oleh

adanya konflik pikiran dan adanya dorongan emosional (Verplanken &

Herabadi, 2001). Dorongan emosional tersebut berkaitan dengan adanya

perasaan yang ditunjukkan dengan melakukan pembelian karena adanya

dorongan untuk membeli suatu produk dengan segera, mengabaikan

konsekuensi negatif, merasakan kepuasan dan mengalami konflik di dalam

pemikiran (Verplanken & Herabadi, 2001).

Menurut Semuel (2015) pembelian impulsif merupakan kegiatan

menghabiskan uang yang tidak terkontrol, kebanyakan pada barang-barang

yang tidak diperlukan. Barang-barang yang dibeli secara tidak terencana

biasanya barang-barang yang diinginkan namun tidak begitu diperlukan.

Biasanya konsumen membeli barang-barang tersebut karena tergiur dengan

harga murah, merek yang jarang ditemukan, atau tampilan barang yang

unik.

Definisi lain menjelaskan pembelian impulsif yaitu perilaku cenderung

cepat bertindak terhadap rangsangan (Cunha & Silva, 2015). Perilaku

cenderung cepat bertindak ini tidak selalu dikaitkan dengan kebutuhan dari

fungsi suatu produk, namun dikaitkan juga ada aspek kebahagiaan dan

aspek simbolik seperti nilai hedonis yang didapatkan dari pengalaman

ketika membeli atau menggunakan suatu produk. Bayley dan Nancarrow

(1998) juga berpendapat bahwa pembelian impulsif merupakan perilaku

tiba-tiba, menarik, perilaku pembelian hedonis yang kompleks dimana

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

8

kecepatan dari proses keputusan pembelian impulsif menghalangi

pertimbangan serta kebijaksanaan dan disengaja.

Sedangkan menurut Thompson dkk. (dalam Semuel, 2007)

mengemukakan bahwa pelaku pembelian impulsif hanya akan merasakan

pengalaman emosional lebih daripada rasional, sehingga tidak dilihat

sebagai suatu sugesti, dengan demikian pembelian impulsif lebih dilihat

sebagai keputusan yang rasional dibandingkan irasional. Pelaku pembelian

impulsif tinggi cenderung tidak melibatkan pemikiran mereka, secara

emosional tertarik pada objek dan menginginkan kepuasan segera (Kacen

& Lee, 2000).

Seorang yang memiliki perilaku pembelian impulsif akan kesulitan

untuk mengendalikan perasaan ingin segera membelinya, mereka mudah

jatuh hati pada barang-barang yang mereka anggap unik dan berlabel

limited edition. Hal tersebut menyebabkan seseorang akan langsung

membeli barang tersebut tanpa melakukan pertimbangan yang matang.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

pembelian impulsif merupakan perilaku individu untuk membeli barang

secara segera, tiba-tiba, serta disertai konflik pikiran dan dorongan

emosional. Individu yang melakukan pembelian impulsif tidak memiliki

pertimbangan yang matang sehingga kurang memikirkan konsekuensi

negatif yang dapat ditimbulkan setelah membeli barang.

2.1.2 Aspek-Aspek Pembelian Impulsif

pembelian impulsif terbagi menjadi dua aspek (Verplanken &

Herabadi, 2001), yaitu :

1. Kognitif

Aspek kognitif berfokus pada kondisi kognitif seseorang, dimana

individu tidak melakukan pertimbangan dan perencanaan sebelum

melakukan pembelian. Individu tidak melakukan evaluasi sebelumnya,

apakah barang tersebut memang dibutuhkan atau hanya diinginkan.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

9

2. Afektif

Aspek afektif berfokus pada kondisi emosional konsumen yaitu

individu hanya memikirkan dorongan untuk memenuhi kepuasan,

seperti desakan untuk segera membeli dan kebahagiaan yang didapat

setelah membeli sebuah produk. Konsumen kemudian akan merasa

bersalah setelah melakukan pembelian.

Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui pembelian impulsif memiliki

dua aspek yaitu aspek kognitif yang berkaitan mengenai pertimbangan,

perencanaan dan evaluasi individu dan aspek afektif yang berkaitan dengan

dorongan memenuhi kepuasan serta penyesalan setelah melakukan

pembelian.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif

Faktor‐faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif (Loudon &

Bitta, 1993), yaitu :

1. Produk dengan karakteristik harga murah, kebutuhan kecil atau

marginal, produk jangka pendek, ukuran kecil, dan toko yang mudah

dijangkau.

2. Pemasaran dan marketing yang meliputi distribusi dalam jumlah

banyak outlet yang self service, iklan melalui media massa yang sangat

sugestibel dan terus menerus, iklan di titik penjualan, posisi display

dan lokasi toko yang menonjol.

3. Karakteristik konsumen seperti kepribadian, jenis kelamin, sosial

demografi atau karakteristik sosial ekonomi.

Berdasarkan penjelasan diatas, faktor yang dapat mempengaruhi

pembelian impulsif yaitu jenis produk dan harga, marketing, dan

karakteristik konsumen.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

10

2.1.4 Karakteristik Pembelian Impulsif

Menurut Rook (Engel, Blackwell, & Miniard, 1995) pembelian

impulsif memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

1. Spontanitas

Pembelian ini menimbulkan motivasi konsumen untuk membeli pada

saat itu juga, hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap tampilan produk

sehingga memicu konsumen untuk melakukan pembelian pada saat itu

juga.

2. Kekuatan, Kompulsi, dan Intensitas

Adanya motivasi untuk tidak memikirkan yang lain dan bertindak

sesegera mungkin.

3. Kegairahan dan Stimulasi

Dorongan tiba-tiba untuk membeli sering melibatkan emosi

4. Ketidakpedulian akan akibat

Dorongan untuk membeli sulit untuk dilawan sehingga mengabaikan

dampak buruk yang akan ditimbulkan.

Berdasarkan penjelasan diatas karakteristik dari pembelian impulsif

meliputi spontanitas yang muncul memberikan motivasi konsumen untuk

membeli ketika melihat tampilan suatu produk. kekuatan, kompulsi dan

intensitas dimana terdapat dorongan untuk segera bertindak atau membeli

barang tersebut. Kegairahan dan stimulasi merasakan dorongan untuk

segera bertindak disertai dengan emosi. Dan ketidakpedulian akibat dimana

calon pembeli mengabaikan akibat negatif yang akan terjadi setelah

membeli barang.

2.1.5 Tipe-Tipe Pembelian Impulsif

Terdapat empat tipe pembelian impulsif (Loudon & Bitta, 1993)

meliputi :

1. Pure Impulse (pembelian impulsif murni)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

11

Pada pembelian impulsif murni seorang individu merasakan dorongan

sangat kuat untuk melakukan pembelian terhadap produk yang baru,

mencari varian produk yang baru, atau melakukan pembelian terhadap

produk di luar rutinitas pembeliannya yaitu seseorang menghentikan

pola pembelian normal yang biasa dilakukan.

2. Suggestion Impulse (pembelian impulsif yang timbul karena sugesti)

Dorongan untuk membeli yang dialami oleh seorang individu

didasarkan karena adanya stimulus pada toko (tempat penjualan) dan

didukung pula dengan pemberian saran serta masukan baik dari

penjualan, sales promotion, pramuniaga, maun teman-temannya.

3. Reminder Impulse (pembelian impulsif karena pengalaman masa

lampau)

Pada pembelian ini seseorang merasakan adanya dorongan untuk

segera membeli yang muncul pada saat melihat barang yang dipajang

pada window display atau secara tiba-tiba mengingat iklan atau

informasi tentang suatu produk.

4. Planned Impulse (pembelian impulsif yang direncanakan)

Pembelian impulsif yang berlangsung karena adanya kondisi penjualan

tertentu yang ditawarkan kepada konsumen seperti harga khusus,

kupon, diskon, dan lain sebagainya.

Berdasarkan penjelasan diatas, pembelian impulsif memiliki empat

tipe yaitu pure impulse dimana individu merasa ingin membeli produk-

produk terbaru atau produk yang tidak pernah dimiliki. Suggestion impulse

dimana dorongan ingin membeli karena adanya stimulasi dari toko dan

pemberian saran oleh sales. Reminder impulse dimana dorongan ingin

membeli karena teringat suatu iklan produk tertentu atau melihat window

display toko. Selanjutnya planned impulse dimana dorongan ingin membeli

karena tertarik dengan penawaran khusus yang diberikan.

Berdasarkan paparan materi diatas, pembelian impulsif merupakan

perilaku individu untuk membeli barang secara tiba-tiba, tidak

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

12

direncanakan sehingga kurang memikirkan konsekuensi negatif yang dapat

ditimbulkan setelah membeli barang. Pembelian impulsif memiliki dua

aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Terdapat tiga faktor yang

dapat mempengaruhi pembelian impulsif yaitu jenis produk dan harga,

marketing, dan karakteristik konsumen. Pembelian impulsif juga memiliki

karakteristik meliputi spontanitas, kekuatan, kompulsi dan intensitas,

kegairahan dan stimulasi. Kemudian terdapat empat tipe yaitu pure

impulse, suggestion impulse , reminder impulse, dan planned impulse.

2.2 Kepribadian

2.2.1 Definisi Kepribadian

Kepribadian (personality) adalah suatu emosi, perilaku, serta

karakteristik yang menetap dan berbeda yang dapat menjelaskan

bagaimana cara individu beradaptasi dengan lingkungan (King, 2010).

Feist dan Feist (2008) mendefinisikan kepribadian yaitu karakteristik yang

unik dan relatif bertahan lama yang memberikan individualitas atau

perbedaan terhadap perilaku seseorang (Feist & Feist, 2008).

Kepribadian adalah sebagai organisasi tidak tetap dalam sistem

psikologis individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri

secara unik terhadap lingkungannya (Robbins & Judge, 2007). Terdapat

beberapa pendekatan dalam memahami kepribadian, salah satunya adalah

pendekatan trait. Pendekatan trait menyatakan bahwa kepribadian terdiri

atas sifat-sifat (trait) yang luas dan menetap kemudian cenderung

mengarah pada berbagai reaksi karakteristik. Dalam mendefinisikan

kepribadian, Allport (King, 2010) menekankan keunikan tiap-tiap orang

kapasitas mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bagi Allport, unit

yang harus kita gunakan untuk memahami kepribadian adalah trait.

Pervin, Cervone, dan John (2005), mendefinisikan trait kepribadian

sebagai pola yang konsisten pada cara individu berperilaku, merasa, dan

berpikir, dengan tujuan untuk menyimpulkan, memprediksi, dan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

13

menjelaskan perilaku dan sikap seseorang. Kepribadian menurut Larsen &

Buss (2002) adalah sekumpulan trait psikologis di dalam diri individu yang

bersifat relatif menetap serta dapat mempengaruhi bagaimana individu

berinteraksi dan beradaptasi di dalam lingkungan (Larsen & Buss, 2002).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan

pola tingkah laku, trait atau karakteristik unik, dan konsisten yang dimiliki

setiap individu sebagai suatu tanda individualitas dan cara menyesuaikan

diri terhadap lingkungannya.

2.2.2 Big Five Personality

Big Five Personality merupakan salah satu teori kepribadian yang

berkembang di abad ke-20an. Teori ini memiliki lima faktor kepribadian

yang masing-masing faktornya memiliki enam facet. Dengan demikian, Big

Five Personality memiliki 30 unsur kepribadian yang mendasari

kepribadian setiap orang. Teori ini dibentuk menggunakan analisis faktor.

Teori Big Five Personality merupakan hasil kesepakatan para ahli. Para

pakar psikologi kepribadian meyakini bahwa Big Five Personality sudah

dapat menggambarkan berbagai trait utama kepribadian setiap individu.

McCrae dan Allik (dalam Feist & Feist, 2017) mengatakan bahwa lima

trait dari Big Five Personality juga telah banyak ditemukan di antara

beragam budaya dan Bahasa. Selain itu, kelima trait tersebut terlihat

bertahan seiring dengan pertambahan usia, disamping tidak ada penyakit

yang dapat merusak seperti Alzheimer (Costa & McCrae dalam Feist &

Feist, 2017).

McCrae dan Costa setuju dengan Eysenck (dalam Feist & Feist, 2017)

bahwa sifat dari kepribadian adalah bipolar dan mengikuti distribusi

lonceng. Artinya, kebanyakan orang akan memiliki skor yang berada dekat

dengan titik tengah dari setiap sifat, dan hanya sedikit orang yang memiliki

skor pada titik ekstrim atau dapat dikatakan individu cenderung memiliki

salah satu trait yang dominan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

14

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tipe

kepribadian big five adalah suatu teori dalam menjelaskan kepribadian

individu yang disusun dalam lima trait kepribadian yang terbentuk dengan

menggunakan analisis faktor. Lima trait kepribadian itu adalah openness to

experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness dan

neuroticism.

2.2.3 Trait Big Five Personality

Goldberg bersama beberapa pakar ahli kepribadian (dalam Rapika &

Sari, 2017) mengemukakan yaitu 5 trait dari big five personality sebagai

berikut :

1. Openness to Experience

Trait Kepribadian Opennes to Experience ini mengelompokan individu

berdasarkan ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan keinginan untuk

mengetahui serta mempelajari sesuatu yang baru. Karakteristik positif

pada Individu yang memiliki trait ini cenderung lebih Imagination

(imajinasi), Artistic Interest (minat artistik), Emotionality (emosional),

Intellect (kecerdasan), Adventurousness (petualang), dan Liberalism

(liberalis).Sifat kebalikan dari Openness to Experience ini adalah

individu yang cenderung konvensional dan nyaman terhadap hal-hal

yang telah ada,

2. Conscientiousness

Individu yang memiliki trait kepribadian Conscientiousness ini

cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan ataupun

penuh pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan, mereka juga

memiliki disiplin diri yang tinggi dan dapat dipercaya. Karakteristik

positif pada trait adalah Self-discipline (disiplin diri), Dutifulness

(patuh), Self Efficacy (efikasi diri), Orderliness (teratur), Cautiousness

(kehati-hatian) dan Achievement Striving (pecanpaian pretasi). Sifat

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

15

kebalikan dari Conscientiousness adalah individu yang cendurung

kurang bertanggung jawab, terburu-buru, tidak teratur dan kurang dapat

diandalkan dalam melakukan suatu pekerjaan.

3. Extraversion

Trait kepribadian Extraversion ini berkaitan dengan tingkat kenyamanan

seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Karakteristik positif

individu Extraversion adalah Gregariousness (suka berkumpul), Activity

Level (aktivitas yang tinggi), Assertiveness (asertif), Excitement seeking

(mencari kesenangan), Cheerfulness (ceria), Friendliness (ramah).

Sebaliknya, individu yang Introversion (kebalikan dari Extraversion)

adalah mereka yang pemalu, suka menyendiri, penakut dan pendiam.

4. Agreeableness

Individu yang memiliki trait Agreeableness ini cenderung lebih patuh

dengan individu lainnya dan memiliki kepribadian yang ingin

menghindari konflik. Karakteristik positifnya adalah Morality

(moralitas), Trust (kepercayaan), Altruism (pengorbanan), Modesty

(kesopanan), Sympathy (simpati), Cooperation (kerjasama).

Karakteristik sebaliknya adalah mereka yang tidak mudah bersepakat

dengan individu lain karena suka menentang, bersifat dingin dan tidak

ramah.

5. Neuroticism

Neuroticism adalah trait kepribadian yang menilai kemampuan

seseorang dalam menahan tekanan atau stress. Karakteristik positif dari

Neuroticism disebut dengan Emotional Stability (Stabilitas Emosional),

Individu dengan Emosional yang stabil cenderung tenang saat

menghadapi masalah, percaya diri, memiliki pendirian yang teguh.

Sedangkan karakteristik kepribadian Neuroticism (karakteristik negatif)

adalah mudah gugup, depresi, tidak percaya diri dan mudah berubah

pikiran.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

16

Tabel 2.1 Costa and McCrae’s Five-Factor Model of Personality

Trait of Personality Skor Tinggi Skor Rendah

Openness to

experience

Imajinasi yang tinggi,

memiliki kreatifitas

yang tinggi, inovasi,

lebih menyukai

variasi, rasa ingin

tahu tinggi, memiliki

perasaan bebas.

Realistis, tidak kreatif,

konvensional, lebih

menyukai hal yang

biasa dilakukan,

konservatif.

Conscientiousness Memiliki sifat teliti,

pekerja keras, tertata

dengan baik, tepat

waktu, ambisius,

tekun.

Tidak hati-hati,

cenderung malas, tidak

tertata, tidak tepat

waktu, tidak memiliki

tujuan, keluar.

Extraversion Penyayang, mudah

berteman, banyak

bicara, menyukai

kesenangan.

Pemalu, suka

kesendirian, pendiam,

sadar, tidak banyak

bicara, tidak

berperasaan.

Agreeableness Memiliki hati yang

lembut, mudah

dipercaya oleh orang

lain, suka memberi,

menghargai sesama,

bersahabat.

Kejam, curiga, pelit,

antagonis, kritis,

mudah tersinggung.

Neuroticism Cenderung memiliki

kecemasan tinggi,

Tenang, terkadang

tempramen, bangga

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

17

memiliki emosi

tinggi, mengasihani

diri sendiri, sadar diri,

rapuh.

dengan dirinya sendiri,

nyaman.

Sumber : Feist dan Feist (2017)

Berdasarkan paparan materi diatas dapat diketahui bahwa kepribadian

merupakan pola tingkah laku, trait atau karakteristik unik, dan konsisten

yang dimiliki setiap individu sebagai suatu tanda individualitas dan cara

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Salah satu pendekatan yang

menjelaskan kepribadian individu adalah tipe kepribadian big five. Dalam

konsepnya, tipe kepribadian big five menyusun kepribadian individu dalam

lima trait kepribadian yang dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.

Lima trait kepribadian itu adalah openness to experience,

conscientiousness, extraversion, agreeableness dan neuroticism.

2.3 Mahasiswa

2.3.1 Definisi Mahasiswa

Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan

Tinggi, Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa

didefinisikan sebagai orang yang menempuh pendidikan di Perguruan

Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id).

Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai

individu yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik

perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mahasiswa sendiri dinilai

memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, serta kemampuan berpikir kritis

dan bertindak dengan cepat dan tepat.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

18

Hartaji (2012) menyatakan bahwa mahasiswa adalah individu yang

sedang menimba ilmu dan terdaftar pada salah satu bentuk perguruan

tinggi. Susantoro (dalam Rahmawati, 2006) berpendapat bahwa mahasiswa

adalah kalangan muda yang berumur 19-28 tahun yang memang dalam usia

tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa.

Selain itu, mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap

keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan objektif, sistematis

dan rasional.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

mahasiswa adalah individu dengan rentang usia 19-28 tahun yang sudah

terdaftar dan sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi. Mahasiswa

juga dicirikan memiliki sifat kritis, dinamis, sistematis, objektif, rasional

dan bertindak secara cepat.

2.4 Hubungan Pembelian Impulsif dengan Tipe Kepribadian

Pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak direncanakan, tidak

rasional, dengan pembelian yang cepat dan diikuti oleh adanya konflik pikiran

dan adanya dorongan emosional (Verplanken & Herabadi, 2001). Dorongan

emosional tersebut berkaitan dengan adanya perasaan yang ditunjukkan

dengan melakukan pembelian karena adanya dorongan untuk membeli suatu

produk dengan segera, mengabaikan konsekuensi negatif, merasakan

kepuasan dan mengalami konflik di dalam pemikiran (Rook dalam

Verplanken, 2001).

Aspek pembelian impulsif yang terjadi pada individu terbagi menjadi

dua, yakni kognitif dan afektif (Verplanken & Herabadi dalam Pudyastari,

2019). Aspek kognitif mengacu pada individu yang melakukan pembelian

tanpa pertimbangan yang matang dan perencanaan sebelumnya. Selanjutnya,

aspek afektif mengacu pada perasaan individu setelah melakukan pembelian

impulsif, seperti merasa puas secara psikologis dan bahagia. Namun, untuk

beberapa waktu perilaku impulsif ini terjadi secara berulang, sehingga

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

19

menimbulkan penyesalan karena telah membelanjakan uangnya untuk

memenuhi keinginan yang bersifat sementara.

Pembelian impulsif juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor

eksternal yang meliputi lingkungan di dalam toko, window display, kegiatan

promosi (seperti potongan harga dan produk gratis) dan faktor internal yang

meliputi keadaan emosional, faktor demografi, dan kepribadian (Karbasivar

dan Yarahmadi, 2011).

Kepribadian adalah sekumpulan trait psikologis di dalam individu

relatif menetap dan dapat mempengaruhi interaksi dan adaptasi individu di

dalam lingkungan (Larsen & Buss, 2002). Kepribadian menekankan keunikan

tiap-tiap orang pada kapasitas mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Unit yang harus digunakan untuk memahami kepribadian adalah trait (Allport

dalam King, 2010). Trait merupakan salah satu pendekatan dalam memahami

kepribadian, salah satu teori pendekatan trait adalah Big Five Personality.

Big Five Personality merupakan salah satu teori kepribadian yang

memiliki lima faktor kepribadian. Masing-masing faktor kepribadian tersebut

memiliki enam facet. Dengan demikian, Big Five Personality memiliki 30

unsur kepribadian yang mendasari kepribadian setiap orang. Menurut para

pakar kepribadian teori Big Five Personality ini sudah dapat menggambarkan

berbagai trait utama kepribadian setiap individu. Dimana individu cenderung

memiliki salah satu trait yang dominan.

Kepribadian merupakan salah satu faktor yang mendasari seseorang

dalam mengambil keputusan, dengan demikian kepribadian juga berperan

ketika seseorang memutuskan untuk melakukan pembelian impulsif.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

20

2.5 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Saat ini fenomena online shopping atau yang sekarang dikenal sebagai

e-commerce merupakan metode berbelanja yang sangat banyak diminati oleh

masyarakat khususnya mahasiswa. Hanya dengan smartphone atau PC yang

sudah terhubung dengan internet, konsumen sudah dapat mengakses berbagai

toko online yang dituju. Kemudahan dalam melihat pilihan produk,

membandingkan harga produk, hingga melakukan pembayaran membuat

konsumen dengan mudah mendapatkan barang yang diinginkan.

Selain kemudahan yang sudah disebutkan diatas, e-commerce juga

banyak menawarkan promosi-promosi yang menggiurkan seperti adalah

voucher potongan harga, gratis biaya pengiriman, hingga penawaran buy 1 get

1. Hal ini sangat sangat berpotensi memunculkan perasaan ingin membeli,

sehingga dapat melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya.

Mahasiswa merupakan kelompok yang rentan dalam melakukan pembelian

impulsif, karena kelompok mahasiswa sangat erat kaitannya dengan

penggunaan internet, sehingga mahasiswa dengan mudah mendapatkan

informasi terkait iklan dan promosi produk.

Salah satu faktor yang mendasari dalam membuat keputusan adalah

kepribadian. Dengan demikian, kepribadian memiliki peran penting ketika

konsumen melakukan pembelian impulsif. Terdapat beberapa pendekatan

dalam memahami kepribadian, salah satunya adalah pendekatan trait. Trait

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

21

adalah karakteristik kepribadian menetap yang cenderung mengarah pada

perilaku-perilaku tertentu (King, 2010).

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Big Five

Personality yang memiliki lima trait kepribadian yaitu openness to

experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism.

Mahasiswa yang memiliki skor tinggi pada trait kepribadian openness to

experience, dicirikan dengan seorang yang keterbukaan pikiran, kreatif dan

fleksibel. Individu yang memiliki skor tinggi pada trait ini diduga akan

memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi, hal ini dikarenakan

mereka memiliki pemikiran yang terbuka dan berani mencoba sesuatu yang

baru. Sehingga mereka dapat saja melakukan pembelian impulsif ketika

menemukan produk yang menurutnya unik.

Mahasiswa yang memiliki skor tinggi pada trait kepribadian

conscientiousness, dicirikan dengan seorang yang teratur, disiplin dan

terencana. Individu yang memiliki skor tinggi pada trait ini diduga akan

memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah, hal ini dikarenakan

mereka memiliki sifat yang terencana dan terorganisir. Sehingga mereka

hanya akan membeli barang yang sudah direncanakan sebelumnya dan tidak

akan membeli barang tanpa tujuan. Mahasiswa yang memiliki skor tinggi

pada trait kepribadian extraversion, dicirikan dengan seorang yang mudah

bergaul, aktif dan riang. Individu yang memiliki skor tinggi pada trait ini

diduga akan memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi, hal ini

dikarenakan mereka memiliki sifat yang menyukai kesenangan dan antusias.

Sehingga mereka akan membeli barang secara impulsif dikarenakan faktor

pengendalian diri yang kurang.

Mahasiswa yang memiliki skor tinggi pada trait kepribadian

agreeableness, dicirikan dengan seorang yang dermawan, baik hati, dan

bersahabat. Individu yang memiliki skor tinggi pada trait ini diduga akan

memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah, hal ini dikarenakan

mereka memiliki sifat yang sederhana, sehingga berkemungkinan akan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

22

melakukan pertimbangan dengan matang sebelum melakukan atau membeli

sesuatu. Mahasiswa yang memiliki skor tinggi pada trait kepribadian

neuroticism dicirikan dengan seorang yang cenderung merasa cemas,

emosional, dan memiliki perasaan yang sensitif. Individu yang memiliki skor

tinggi pada trait ini diduga akan memiliki kecenderungan pembelian impulsif

yang tinggi, hal ini dikarenakan mereka memiliki tekanan emosional dan

kecemasan berlebih yang berpotensi pada perilaku impulsif. Sehingga mereka

berkemungkinan melakukan pembelian impulsif untuk menyalurkan

kecemasannya.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penulis mengajukan hipotesis

sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Openness To Experience

terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

yang berbelanja secara online

2. Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Conscientiousness terhadap

pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang

berbelanja secara online.

3. Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Extraversion terhadap

pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang

berbelanja secara online.

4. Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Agreeableness terhadap

pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang

berbelanja secara online.

5. Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Neuroticism terhadap pembelian

impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang berbelanja

secara online

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

23

2.7 Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini telah

dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian Nama dan Tahun Judul Hasil penelitian

Kajian 1 Ratnawat R. G. &

Borgave S. A.

(2019)

“Impact of Big

Five Personality

on Impulsive

Buying Behavior”

Trait agreeableness dan

neuroticism berkorelasi

signifikan terhadap

perilaku pembelian

impulsif, dan

conscientiousness,

extraversion, openness to

experience tidak memiliki

korelasi terhadap perilaku

pembelian impulsif.

Kajian 2 Farid, D. S., & Ali,

M. (2018)

“Effects Of

Personality On

Impulsive Buying

Behavior:

Evidence From A

Developing

Country”

Trait kepribadian openness

to experience,

extraversion, neuroticism

memiliki korelasi positif

dengan perilaku pembelian

impulsif, dan trait

kepribadian

conscientiousness dan

agreeableness memiliki

korelasi negatif dengan

perilaku pembelian

impulsif.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

24

Kajian 3 Turkyilmaz, C. A.,

Erdem, S., & Uslu,

A. (2015)

“The Effects Of

Personality Traits

And Website

Quality On

Online Impulse

Buying”

Trait kepribadian

extraversion, openness to

change and agreeableness

memiliki korelasi positif

terhadap perilaku

pembelian impulsif, dan

trait kepribadian

conscientiousness and

neuroticism memiliki

korelasi negatif terhadap

perilaku pembelian

impulsif.

Kajian 4 Hendrawan, D., &

Nugroho, D. A.

(2018)

“Influence Of

Personality On

Impulsive Buying

Behaviour Among

Indonesian Young

Consumers”

Trait kepribadian

extraversion dan

agreeableness menjadi

faktor yang mempengaruhi

konsumen muda dalam

melakukan pembelian

impulsif. Sedangkan trait

kepribadian openness to

experience,

conscientiousness,

neuroticism tidak memiliki

pengaruh terhadap

perilaku pembelian

impulsif.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

25

Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian-

penelitian lain yang sudah ada yaitu, penelitian ini dilakukan dimana

fenomena pembelian secara online sedang marak, banyak pelaku ekonomi

yang menggunakan media internet untuk menawarkan produk-produk yang

dijual dengan penawaran dan promosi yang menggiurkan. Pada masa ini,

semua orang dapat dengan mudah mengakses internet sehingga sangat

memungkinkan untuk melihat promosi atau penawaran-penawaran yang

dirasa menarik.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis

data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai, tujuan-tujuan

tertentu. Pengumpulan dan analisis data yang dimaksud adalah dengan

menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif maupun

kualitatif, eksperimental atau non eksperimental, interaktif atau non interaktif,

tergantung tujuan penelitian dan hasil yang ingin diketahui (Suyitno, 2018).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Siyoto & Sodik

(2015) menekankan penelitian kuantitatif pada fenomena-fenomena objektif

dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian

kuantitatif menurut Sukmadinata (dalam Siyoto & Sodik, 2015) dilakukan

dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan

percobaan terkontrol. Metode penelitian yang tergolong ke dalam penelitian

kuantitatif bersifat non eksperimental adalah deskriptif, survey, ex post facto,

komparatif, korelasional.

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode

survey dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner merupakan lembaran yang

berisi beberapa pertanyaan atau pernyataan dengan struktur yang baku. Dalam

pelaksanaan survey, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti

(Priyono, 2016).

3.2 Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (dalam Siyoto & Sodik, 2015) variabel adalah

suatu hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti sehingga dapat

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

26

memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian dibuat

kesimpulannya. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:

3.2.1.1 Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

terikat baik secara positif maupun negatif. Variabel bebas merupakan

variabel menjadi penyebab dari timbulnya variabel dependen (Barlian,

2016). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tipe

kepribadian big five yang memiliki lima trait, yaitu Openness to

Experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness,

Neuroticism.

3.2.1.2 Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang terjadi

akibatkan oleh adanya variabel bebas (Barlian, 2016). Variabel terikat

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pembelian impulsif.

3.2.2 Definisi Konseptual

3.2.2.1 Definisi Konseptual Tipe Kepribadian Big Five

Tipe Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan dalam

menjelaskan kepribadian individu yang disusun dalam lima trait

kepribadian yang terbentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima

trait kepribadian itu adalah openness to experience, conscientiousness,

extraversion, agreeableness dan neuroticism.

3.2.2.2 Definisi Konseptual Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif merupakan perilaku individu untuk membeli

barang secara segera, tiba-tiba, serta diikuti oleh adanya konflik pikiran

dan dorongan emosional. Individu yang melakukan pembelian impulsif

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

27

tidak memiliki pertimbangan yang matang sehingga kurang memikirkan

konsekuensi negatif yang dapat ditimbulkan setelah membeli barang.

3.2.3 Definisi Operasional

3.2.2.1 Definisi Operasional Tipe Kepribadian Big Five

Definisi operasional dari tipe kepribadian big five dalam penelitian ini

adalah skor dari setiap trait tipe kepribadian big five. Instrumen yang

digunakan merupakan inssatrumen Big Five Inventory (BFI) yang telah

diadaptasi oleh Neila Ramdhani (2012). Tipe kepribadian big five diukur

dengan trait openness to experience, conscientiousness, extraversion,

agreeableness, dan neuroticism. Dalam penelitian ini menggunakan skala

likert 1 sampai 5.

3.2.2.2 Definisi Operasional Pembelian Impulsif

Definisi operasional pembelian impulsif merupakan skor hasil

pengukuran pengisian instrumen pembelian impulsif. Instrumen ini disusun

berdasarkan pada teori Verplanken dan Herabadi (2001). Pada penelitian

ini menggunakan instrumen Impulse Buying Tendency (IBT) yang telah

diadaptasi oleh Mira Prabasita Pudyastari (2019). Pembelian impulsif

diukur dengan dimensi kognitif dan afektif (emosional). Dalam penelitian

ini menggunakan skala likert 1 sampai 5.

3.3 Populasi dan Sampel atau Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan bagian yang terdiri dari obyek atau subyek yang

memiliki kuantitas dan ciri khusus tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk kemudian dipelajari dan dibuat kesimpulan (Siyoto & Sodik, 2015).

Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa aktif di Universitas Negeri

Jakarta.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

28

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan ciri khusus yang dimiliki oleh

populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil

menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Siyoto &

Sodik, 2015). Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu

non probability sampling. Non probability sampling adalah teknik

sampling yang hanya memberikan kesempatan bagi setiap anggota populasi

sesuai dengan ciri khusus yang sudah ditetapkan. Untuk menyesuaikan

teknik sampling dengan tujuan yang ingin dicapai, maka jenis pengambilan

sampel di dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Purposive

sampling adalah teknik penentuan sampel dengan ketentuan tertentu atau

seleksi khusus (Siyoto & Sodik, 2015). Berikut kriteria sampel dalam

penelitian ini :

a. Mahasiswa aktif Universitas Negeri Jakarta

b. Pemah/sering melakukan pembelian barang di E-Commerce/ Online

Shop

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga

pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan suatu cara pengumpulan data,

dimana peneliti bertanya jawab dengan responden menggunakan angket atau

daftar pertanyaan (Barlian, 2016). Kuesioner dalam penelitian ini

menggunakan instrumen atau skala psikologi. Skala psikologi merupakan alat

ukur yang digunakan untuk mengukur atribut non kognisi berupa pernyataan

dengan respon yang tidak diklasifikasikan sebagai respon benar atau salah

(Azwar, 2015). Pada penelitian ini kuesioner disebarkan melalui Google Form

kepada orang-orang yang memenuhi kriteria. Alasan penggunaan Google

Form dalam penelitian ini adalah karena kondisi yang tidak memungkinkan

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

29

penulis mengambil data langsung dilapangan karena isu kesehatan yang

tengah terjadi.

3.4.1 Instrumen Penelitian

3.4.1.1 Instrumen Tipe Kepribadian Big Five

a. Pembuat Instrumen

Penelitian ini menggunakan instrumen Big Five Inventory (BFI).

Instrumen ini dikembangkan oleh John, Donahue, dan Kentle pada tahun

1990. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen BFI yang telah

diadaptasi oleh Neila Ramdhani (2012) ke dalam budaya dan bahasa

Indonesia.

b. Tujuan Pembuatan Instrumen

Tujuan dari pembuatan instrumen ini adalah untuk mengukur trait

kepribadian dari big five. BFI yang telah di adaptasi oleh Neila Ramdhani

(2012) bertujuan untuk memperoleh instrumen kepribadian yang relatif

baku hingga dapat digunakan untuk tujuan penelitian di Indonesia.

c. Dasar Teori Pembuatan Instrumen

Big Five adalah pengklasifikasian kepribadian yang tersusun

berdasarkan pendekatan suatu pendekatan yang disebut lexical, yaitu

pengklasifikasian kata-kata atau bahasa yang digunakan di dalam

kehidupan sehari-hari, untuk menggambarkan ciri-ciri individu yang

membedakannya dengan individu lain (Ramdhani, 2012). Big Five

merupakan nama pemberian dari Goldberg. Menurut Goldberg (dalam

Ramdhani, 2012) nama Big Five bukan berarti kepribadian hanya terdiri

dari lima, melainkan pengelompokkan dari ribuan ciri ke dalam lima

himpunan besar yang disebut dimensi atau trait kepribadian. Goldberg

(dalam Ramdhani, 2012) mengemukakan kelima trait itu adalah

openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness,

dan neuroticism.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

30

d. Populasi Uji Coba Instrumen

Pada tahap satu melibatkan tujuh orang subjek, diantaranya adalah dua

orang penerjemah berkebangsaan Indonesia dengan latar belakang

pendidikan psikologi, penerjemah professional yang tidak berlatar

belakang pendidikan psikologi, satu orang moderator dan tiga orang

awam yang bertugas membaca butir pada periode cognitive debriefing.

Penelitian tahap kedua bertujuan untuk menguji kesesuaian model

pengukuran tiap trait BFI versi bahasa Indonesia. Pada tahap ini

dilakukan analisis Confirmatory factor analysis (CFA) untuk melihat

kesesuaian model utama dengan data. CFA ini melibatkan 790 orang

terdiri dari subjek berusia 15-60 tahun. Mereka adalah 138 orang kepala

sekolah SD dan SMP, 423 orang guru, 50 orang mahasiswa, dan 179

orang siswa SMA dari kota Yogyakarta, Pandeglang, Jakarta, dan

Surabaya. Dari keseluruhan subjek penelitian, 249 orang adalah laki-laki,

dan 468 adalah perempuan, sedangkan sisanya tidak mencantumkan data

jenis kelaminnya.

Penelitian ini juga memperlihatkan kelima trait memiliki nilai

reliabilitas yang cukup baik, yaitu antara openness to experience (0,79),

conscientiousness (0,78), extraversion (0,73), agreeableness (0,76), dan

neuroticism (0,74).

e. Kisi-Kisi Instrumen

Big Five Inventory (BFI) yang peneliti gunakan dari hasil adaptasi BFI

yang dilakukan oleh Neila Ramdhani (2012). Instrumen ini terdiri dari 44

pernyataan yang didalamnya terdiri dari 28 butir favourable dan 16 butir

unfavourable (Ramdhani, 2012).. Penelitian ini menggunakan 5 alternatif

jawaban, yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Agak Tidak Setuju, (3) Netral,

(4) Agak Setuju, dan (5) Sangat Setuju

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

31

Tabel 3.1 Norma Skor Instrumen Big Five Inventory

Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Tidak Setuju (TS) 2 4

Netral (N) 3 3

Setuju (S) 4 2

Sangat Setuju (SS) 5 1

Tabel 3.2 Blueprint Instrumen Tipe Kepribadian Big Five

Trait Indikator Fav Unfav

Openness To

Experience

Berpikir Kreatif,

Imajinatif, Inovatif,

Berpikiran terbuka,

Memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi.

5, 10, 15,

20, 25, 30,

40

35, 41

Conscientiousness Teliti, Pekerja

Keras,

Terorganisir/

Teratur, Tekun,

Ambisius, Tepat

waktu..

3, 13, 28,

33, 38

8, 18, 23,

43

Extraversion Mudah bergaul,

banyak bicara,

1, 11, 16, 6, 21, 31

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

32

memiliki

kepribadian asertif,

bersemangat.

26, 36

Agreeableness Dapat dipercaya,

dermawan

bersahabat, toleran,

berperilaku lembut

7, 17, 22,

32, 42

2, 12, 27,

37

Neuroticism Mudah cemas,

emosional, rentan

terhadap stress.

4, 14, 19,

29, 39

9, 24, 34

Total 44

3.4.1.2 Instrumen Pembelian Impulsif

a. Pembuat Instrumen

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah instrumen yang

disusun oleh Verplanken dan Herabadi (2001). Alat ukur ini terdiri dari

20 butir yang mengukur dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi

afektif. Dimensi kognitif mengarah pada tidak adanya perencanaan

sebelumnya dan kehati-hatian, sedangkan dimensi afektif mengukur

perasaan puas, kebahagiaan dan penyesalan setelah melakukan

pembelian.

b. Tujuan Pembuatan Instrumen

Instrumen Kecenderungan pembelian impulsif ini dilakukan melalui 2

studi. Pada studi pertama, tujuannya untuk mengembangkan instrumen

kecenderungan pembelian impulsif yang terdiri dari aspek-aspek yang

sudah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, untuk meneliti hubungan antara

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

33

kecenderungan pembelian impulsif dan sejumlah perbedaan individu,

seperti kebutuhan pribadi untuk struktur, kebutuhan untuk evaluasi, dan

tindakan dibandingkan dengan penyampaian orientasi

Tujuan dari pengadaptasian instrumen oleh peneliti sebelumnya yaitu

untuk menyesuaikan bahasa dan budaya, sehingga subjek memahami

setiap pernyataan yang terdapat di instrumen penelitian.

c. Dasar Teori Pembuatan Instrumen

Instrumen pembelian impulsif didasarkan oleh teori Verplanken dan

Herabadi (2001) dan telah diadaptasi oleh Mira Prabasita (2019).

Verplanken dan Herabadi mengatakan bahwa pembelian impulsif

merupakan pembelian yang tidak direncanakan, tidak rasional,

dihubungkan dengan pembelian yang cepat dan diikuti oleh adanya

konflik pikiran dan adanya dorongan emosional.

d. Populasi Uji Coba Instrumen

Uji coba instrument asli pertama dilakukan pada mahasiswa aktif di

University of Nijmegen, Belanda.Kemudian pada studi kedua dilakukan

pada 144 orang di Tromso, Norway. Sample tersebut terdiri dari yang

terdiri dari penduduk lokal, turis yang ada di bandara, dan mahasiswa

aktif di University of Tromso. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 20

butir untuk mengukur kecenderungan pembelian impulsif yang reliable.

20 butir tersebut didapatkan dari 10 butir yang memiliki loading butirs

paling tinggi dari setiap aspek, yaitu aspek afektif dan kognitif.

Reliabilitas keseluruhan 20 butir tersebut adalah 0,86.

Pengadaptasian instrumen pembelian impulsif juga tak luput dari

proses uji coba instrumen. Sebelum melakukan uji coba kepada sampel

penelitian, instrument Impulse Buying Tendency terlebih dahulu

dilakukan expert judgement dan menentukan bahwa instrumen ini

termasuk kedalam unidimensional. Kemudian uji coba dilakukan kepada

50 mahasiswa aktif pada berbagai Universitas di Jakarta. Setelah

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

34

dilakukan uji coba terdapat tiga butir soal yang gugur. Sehingga hanya 17

butir dari total 20 butir soal yang dapat digunakan. Reliabilitas

keseluruhan 17 butir tersebut adalah 0,89.

e. Kisi-Kisi Instrumen

Impulse Buying Tendency (IBT) yang penulis gunakan dari hasil

adaptasi IBT yang dilakukan oleh Mira Prabasita (2019). Instrumen ini

terdiri dari 17 pernyataan yang didalamnya terdiri dari 13 butir favourable

dan 4 butir unfavourable. Penelitian ini menggunakan 5 alternatif

jawaban, yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Agak Tidak Setuju, (3) Netral,

(4) Agak Setuju, dan (5) Sangat Setuju (Pudyastari, 2019).

Tabel 3.3 Norma Skor Instrumen Pembelian Impulsif

Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Tidak Setuju (TS) 2 4

Netral (N) 3 3

Setuju (S) 4 2

Sangat Setuju (SS) 5 1

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

35

Tabel 3.4 Blueprint Instrumen Pembelian Impulsif

Dimensi Indikator Fav Unfav

Afektif Tidak melakukan

pertimbangan,

perencanaan, dan

evaluasi

3, 8, 9, 10 1, 2, 4, 5, 6,

7

Kognitif Keinginan yang

memaksa,

kebahagiaan, dan

penyesalan

11, 12, 13, 15,

16, 17, 18, 19,

20

14

Total 20

3.4.2 Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.4.2.1 Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tipe Kepribadian Big

Five

Uji coba instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teknik uji coba terpakai. Menurut Hadi, uji coba terpakai adalah uji coba

yang data sampelnya langsung digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian, kelebihan dari uji coba terpakai ini cara pengambilan datanya

hanya sekali dan hasil uji cobanya langsung digunakan untuk menguji

hipotesis adapun kelemahannya yakni jika banyak butir yang gugur maka

harus dilakukan penyebaran ulang (dalam Ayuningtyas, 2013).

Sebelum dilakukan uji coba, instrumen Big Five Inventory (BFI),

penulis membuat kisi-kisi instrumen. Selanjutnya penulis melakukan

proses expert judgement dengan dua dosen ahli psikologi Universitas

Negeri Jakarta yaitu ibu Kencana Wulan M.Psi dan ibu Dr. R.A.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

36

Fadhallah, S.Psi, M.Si setelah itu dihasilkan kesimpulan bahwa

instrument tersebut dapat digunakan.

Uji coba dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan

melalui link Google Form kepada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.

Link Google Form ini disebarkan ke 8 fakultas di Universitas Negeri

Jakarta dan terdapat 301 responden.

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dari

instrumen penelitian. Validitas dapat melihat sejauh mana pengukuran

tepat dalam mengukur apa yang hendak diukur (Yusup, 2018). Beberapa

kriteria butir dikatakan memiliki validitas yang baik dan layak

dipertahankan jika memenuhi kriteria berikut :

a. Korelasi butir total positif dan nilainya lebih besar dari r kriteria

yang ditetapkan, yaitu 0.3 maka butir memiliki validitas tinggi.

b. Suatu butir dikatakan memiliki validitas tinggi apabila korelasi

butir total positif dan nilai koefisien korelasinya lebih besar dari r

tabel yang ditetapkan.

c. Suatu butir dikatakan memiliki validitas tinggi apabila nilai Alpha

if butir deleted lebih kecil dari alpha per faktor instrumen

Berdasarkan kriteria di atas, yang lebih disarankan untuk menjadi

patokan penulis adalah kriteria pertama dan kedua (Rangkuti dalam

Sibarani, 2019). Hasil uji coba instrumen Big Five Inventory

menghasilkan nilai validitas yang berbeda-beda untuk masing-masing

trait. Butir dikatakan gugur apabila nilai korelasi total nya lebih kecil dari

r-kriteria (0.113). Trait openness to experience memiliki nilai validitas

dari 0.102-0.522 dan terdapat satu butir yang gugur yaitu butir 35 (0.102),

trait conscientiousness memiliki nilai validitas dari 0.281-0.559 dan tidak

memiliki butir yang gugur, trait extraversion memiliki nilai validitas dari

0.314-0.84 dan tidak memiliki butir yang gugur, trait agreeableness

memiliki nilai validitas dari 0.010-.0424 dan memiliki satu butir yang

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

37

gugur yaitu butir 7, selanjutnya trait neuroticism memiliki nilai validitas

dari 0.364-0.628 dan tidak memiliki butir yang gugur.

Tabel 3.5 Perubahan Butir Instrumen Big Five Setelah Uji Coba

Dimensi/ Trait Butir Valid Butir Drop

Fav Unfav Fav Unfav

Openness To

Experience

5, 10,

15, 20,

25, 30,

40

41 - 35

Conscientiousness 3, 13,

28, 33,

38

8, 18, 23,

43

- -

Extraversion 1, 11,

16, 26,

36

6, 21, 31

- -

Agreeableness 17, 22,

32, 42

2, 12, 27,

37

7 -

Neuroticism 4, 14,

19, 29,

39

9, 24, 34

- -

Berdasarkan tabel 3.5, maka untuk blueprint instrumen final big five

adalah sebagai berikut:

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

38

Table 3.6 Blueprint Final Instrumen Big Five

Trait Indikator Fav Unfav

Openness To

Experience

Berpikir Kreatif,

Imajinatif, Inovatif,

Berpikiran terbuka,

Memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi.

5, 10, 15,

20, 25, 30,

40

41

Conscientiousness Teliti, Pekerja

Keras,

Terorganisir/

Teratur, Tekun,

Ambisius, Tepat

waktu.

3, 13, 28,

33, 38

8, 18, 23,

43

Extraversion Mudah bergaul,

banyak bicara,

memiliki

kepribadian asertif,

bersemangat.

1, 11, 16,

26, 36

6, 21, 31

Agreeableness Dapat dipercaya,

dermawan

bersahabat, toleran,

berperilaku lembut

17, 22, 32,

42

2, 12, 27,

37

Neuroticism Mudah cemas,

emosional, rentan

terhadap stress.

4, 14, 19,

29, 39

9, 24, 34

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

39

Total 44

Selain untuk mengetahui validitas instrumen, uji coba instrumen juga

dilakukan untuk mengetahui reliabilitas. Reliabilitas mempermasalahkan

sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya karena keajegannya

(Yusup, 2018).

Tabel 3.7 Kaidah Reliabilitas Model Guilford

Koefisien Reliabilitas Kriteria

> 0.9 Sangat Reliabel

0.7 – 0.9 Reliabel

0.4 – 0.69 Cukup Reliabel

0.2 – 0.39 Kurang Reliabel

< 0.2 Tidak Reliabel

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas, maka dihasilkan nilai koefisien

reliabilitas untuk masing-masing trait dari tipe kepribadian big five, yaitu

:

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

40

Tabel 3.8 Koefisien Reliabilitas Trait Kepribadian Big Five

Model of Personality Koefisien

Reliabilitas

Kriteria

Openness To

Experience

0.702 Reliabel

Conscientiousness 0.756 Reliabel

Extraversion 0.816 Reliabel

Agreeableness 0.610 Cukup Reliabel

Neuroticism 0.789 Reliabel

3.4.2.2 Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pembelian Impulsif

Sebelum dilakukan uji coba, instrumen Pembelian impulsif (Impulse

Buying Tendency) penulis membuat kisi-kisi instrumen. Selanjutnya

penulis melakukan proses expert judgement dengan dua dosen ahli

psikologi Universitas Negeri Jakarta yaitu ibu Kencana Wulan M.Psi dan

ibu Dr. R.A. Fadhallah, S.Psi, M.Si setelah itu dihasilkan kesimpulan

bahwa instrument tersebut dapat digunakan.

Uji coba dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan

melalui link Google Form kepada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.

Link Google Form ini disebarkan ke 8 fakultas di Universitas Negeri

Jakarta dan terdapat 301 responden.

Berdasarkan uji validitas instrumen yang dilakukan, terdapat butir soal

yang gugur yaitu butir 2 (-0.225), butir 7 (0.067), dan butir 17 (0.062).

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

41

Tabel 3.9 Perubahan Butir Instrumen Pembelian Impulsif Setelah Uji

Coba

Dimensi/ Trait Butir Valid Butir Drop

Fav Unfav Fav Unfav

Afektif 3, 9, 10 1, 4, 5, 6,

8

- 2,7

Kognitif 11, 12,

13, 15,

16, 18,

19, 20

14 17 -

Berdasarkan tabel 3.9, maka untuk blueprint instrumen final big five

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10 Blueprint Instrumen Final Pembelian Impulsif

Dimensi Indikator Fav Unfav

Afektif Tidak melakukan

pertimbangan,

perencanaan, dan

evaluasi

3, 9, 10 1, 4, 5, 6, 8

Kognitif Keinginan yang

memaksa,

kebahagiaan, dan

penyesalan

11, 12, 13, 15,

16, 18, 19, 20

14

Total 20

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

42

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas, maka dihasilkan nilai koefisien

reliabilitas untuk masing-masing dimensi dari pembelian impulsif, yaitu :

Tabel 3.11 Koefisien Reliabilitas Pembelian Impulsif

Variabel Koefisien

Reliabilitas

Kriteria

Impulse Buying

Tendency

0.854 Reliabel

3.5 Analisis Data

Proses analisis data dan hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

Software IBM SPSS Statistic 25.

3.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model yang diusulkan

memiliki kesesuaian dengan data atau tidak (Riadi, 2016).

3.5.2 Uji Linearitas

Uji linieritas merupakan pengujian asumsi yang wajib dilakukan

apabila dalam pengujian hipotesis akan menggunakan teknik analisis

regresi linear. Pengujian linearitas dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan Software IBM SPSS Statistic 25 dengan membandingkan p-

value dengan signifikansi (0.05) antar variabel. Linearitas terbukti apabila

p-value lebih besar dari taraf signifikansi (0.05) (Riadi, 2016).

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

43

3.5.3 Uji Korelasi

Uji korelasi adalah suatu analisis untuk mengetahui tingkat hubungan

antara dua variabel atau lebih variabel bebas dengan variabel terikatnya

(Riadi, 2016).

3.5.4 Uji Analisis Regresi

Uji analisis regresi adalah menguji tentang hubungan suatu variabel

dengan variabel lain, yaitu variabel bebas bertujuan membuat prediksi dari

nilai rata-rata variabel terikat dengan diketahuinya nilai variabel bebas

(Riadi, 2016).

3.5.5 Uji Hipotesis

Rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : r = 0

Hα : r ≠ 0

Keterangan :

Ho = Hipotesis nol

Hα = Hipotesis alternatif

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis 1

Ho = Tidak terdapat pengaruh dari trait kepribadian Openness To

Experience terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa yang

berbelanja secara online

Hα = Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Openness To

Experience terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa yang

berbelanja secara online .

2. Hipotesis 2

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

44

Ho = Tidak terdapat pengaruh dari trait kepribadian Conscientiousness

terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa yang berbelanja secara

online

Hα = Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Conscientiousness

terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa yang berbelanja secara

online

3. Hipotesis 3

Ho = Tidak terdapat pengaruh dari trait kepribadian Extraversion

terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa berbelanja secara online.

Hα = Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Extraversion terhadap

pembelian impulsif pada mahasiswa yang berbelanja secara online .

4. Hipotesis 4

Ho = Tidak terdapat pengaruh dari trait kepribadian Agreeableness

terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa mahasiswa yang

berbelanja secara online .

Hα = Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Agreeableness terhadap

pembelian impulsif pada mahasiswa yang berbelanja secara online

5. Hipotesis 5

Ho = Tidak terdapat pengaruh dari trait kepribadian Neuroticism

terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa mahasiswa yang

berbelanja secara online .

Hα = Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Neuroticism terhadap

pembelian impulsif pada mahasiswa yang berbelanja secara online .

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden/Subjek Penelitian

Setelah melakukan pengambilan data, diketahui responden yang

berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 301 orang. Berdasarkan analisa

data menggunakan SPSS 25, tidak terdapat responden yang drop (outlier).

Di dalam penelitian ini, kriteria responden yang sudah ditentukan

adalah mahasiswa aktif Universitas Negeri Jakarta dan pernah/sering

berbelanja melalui Online Shop/E-Commerce. Berikut adalah gambaran

demografi responden sesuai karakteristik yang ditentukan.

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut adalah gambaran responden berdasarkan jenis kelamin yang

dapat dilihat pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 :

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

1. Laki-Laki 49 16.3

2. Perempuan 252 83.7

Jumlah 301 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan

responden sebanyak 301 orang. Dengan persentase 16.3% berjenis kelamin

laki-laki dan 83.7% berjenis kelamin perempuan. Gambaran demografi

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

46

responden berdasarkan jenis kelamin ini juga dapat digambarkan dalam

bentuk grafik.

Grafik 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Berikut adalah gambaran responden berdasarkan usia yang dapat

dilihat pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 :

Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Presentase (%)

1. 18 Tahun 9 3.0

2. 19 Tahun 52 17.3

3. 20 Tahun 62 20.6

4. 21 Tahun 74 24.6

5. 22 Tahun 89 29.6

0

50

100

150

200

250

300

Laki-Laki Perempuan

Jum

lah

Jenis Kelamin

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

47

6. 23 Tahun 15 5.0

Jumlah 301 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan

responden sebanyak 301 orang. Dengan persentase 3.0% berusia 18 tahun,

17.3% berusia 19 tahun, 20.6% berusia 20 tahun, 24.6% berusia 21 tahun,

29.6% berusia 22 tahun dan 5.0% berusia 23 tahun. Gambaran demografi

responden berdasarkan usia ini juga dapat digambarkan dalam bentuk

grafik.

Grafik 4.2 Data Responden Berdasarkan Usia

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Fakultas

Berikut adalah gambaran responden berdasarkan fakultas yang dapat

dilihat pada tabel 4.3 dan grafik 4.3 :

0

20

40

60

80

100

18 19 20 21 22 23

Jum

lah

Usia

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

48

Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Fakultas

No. Usia Jumlah Presentase (%)

1. Fakultas Ilmu Pendidikan 41 13.6

2. Fakultas Pendidikan

Psikologi

131 43.5

3. Fakultas Ilmu Sosial 25 8.3

4. Fakultas Ilmu Olahraga 9 3.0

5. Fakultas Matematika dan IPA 8 2.7

6. Fakultas Teknik 16 5.3

7. Fakultas Ekonomi 33 11.0

8. Fakultas Bahasa dan Seni 38 12.6

Jumlah 301 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan

responden sebanyak 301 orang. Dengan persentase 13.6% berasal dari

Fakultas Ilmu Pendidikan, 43.5% berasal dari Fakultas Pendidikan

Psikologi, 8.3% berasal dari Fakultas Ilmu Sosial, 3.0% berasal dari

Fakultas Ilmu Olahraga, 2.7% berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, 5.3% berasal dari Fakultas Teknik, 11.0% berasal dari

Fakultas Ekonomi dan 12.6% berasal dari Fakultas Bahasa dan Seni.

Gambaran demografi responden berdasarkan fakultas ini juga dapat

digambarkan dalam bentuk grafik.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

49

Grafik 4.2 Data Responden Berdasarkan Fakultas

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Angkatan

Berikut adalah gambaran responden berdasarkan fakultas yang dapat

dilihat pada tabel 4.4 dan grafik 4.4 :

Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Angkatan

No. Usia Jumlah Presentase (%)

1. 2019 55 18.3

2. 2018 47 15.6

3. 2017 56 18.6

4. 2016 143 47.5

Jumlah 301 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan

responden sebanyak 301 orang. Dengan persentase 18.3% berasal dari

angkatan 2019, 15.6% berasal dari angkatan 2018, 18.6% berasal dari

0

20

40

60

80

100

120

140

FIP FPPsi FIS FIO FMIPA FT FE FBS

Jum

lah

Fakultas

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

50

angkatan 2017, dan 47.5% berasal dari angkatan 2016. Gambaran

demografi responden berdasarkan angkatan ini juga dapat digambarkan

dalam bentuk grafik.

Grafik 4.4 Data Responden Berdasarkan Angkatan

4.2 Prosedur Penelitian

4.2.1 Persiapan Penelitian

Proses persiapan penelitian diawali dari penentuan masalah yang akan

dijadikan topik penelitian. Cara menentukan masalah atau topik penelitian

yaitu dengan mengobservasi langsung lingkungan sekitar penulis. Penulis

memperhatikan kerabat dan teman di sekitarnya memiliki kecenderungan

membeli barang tanpa perencanaan baik berbelanja secara langsung di toko

maupun berbelanja secara online. Lalu penulis melakukan tinjauan pustaka

melalui jurnal-jurnal penelitian. Tahap selanjutnya yaitu berdiskusi dengan

dosen pembimbing hingga mendapatkan variabel penelitian yang sesuai

yaitu tipe kepribadian big five dan pembelian impulsif.

Tahap selanjutnya yaitu penulis mencari literatur, referensi, serta data-

data yang sesuai dengan variabel-variabel dalam penelitian guna

mendukung penyusunan proposal penelitian. Selanjutnya peneliti juga

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2019 2018 2017 2016

Jum

lah

Angkatan

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

51

melakukan pencarian alat ukur, penentuan teknik analisis dan sampel. Di

dalam penelitian ini variabel Tipe Kepribadian Big Five menggunakan

instrumen trait Kepribadian Big Five Inventory (BFI) yang telah diadaptasi

ke dalam bahasa dan budaya Indonesia oleh Neila Ramdhani (2012).

Sedangkan untuk variabel pembelian impulsif penulis menggunakan

instrumen Impulse Buying Tendency yang dibuat oleh Verplanken dan

Herabadi. Penulis juga menentukan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian, mengingat fenomena ini diangkat dari lingkungan sekitar

penulis, maka penulis menyimpulkan akan menjadikan mahasiswa aktif

Universitas Negeri Jakarta sebagai sampel dalam penelitian. Penulis juga

memutuskan untuk menggunakan teknik analisis regresi berganda dalam

penelitian.

Kemudian proses selanjutnya yaitu melakukan Expert Judgement pada

kedua instrumen yang akan digunakan. Proses Expert Judgement dilakukan

oleh dosen Psikologi Universitas Negeri Jakarta. Penelitian ini

menggunakan metode uji coba terpakai, dengan demikian proses uji coba

dilakukan bersama dengan pengambilan data final.

4.2.2 Pelaksanaan Penelitian

Dalam pengambilan data penelitian menggunakan kuesioner yang

dibuat melalui google form dengan menyebarkan link form ke media sosial

seperti Instagram, Line, Whatsapp dan meminta bantuan kepada beberapa

teman di berbeda fakultas untuk menyebarkan link form tersebut. Penulis

juga mencantumkan kriteria responden penelitian. Pengambilan data

berlangsung dari tanggal 21 Juni sampai 30 Juni 2020. Dalam

pengumpulan data didapatkan sebanyak 301 responden yang mengisi

kuesioner melalui google form.

Data yang terkumpul sebanyak 301 responden kemudian diolah oleh

penulis dengan menggunakan program IBM SPSS 25. Data dimasukkan

kedalam Ms. Excel yang kemudian data di berikan kode untuk dapat diolah

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

52

dengan IBM SPSS 25. Dikarenakan penulis menggunakan metode uji coba

terpakai, maka data tersebut harus melalui proses uji validitas dan

reliabilitas. Setelah itu data dapat diolah untuk memenuhi pengujian

hipotesis dan tujuan penelitian. Data

4.3 Hasil Analisis Data Penelitian

Dalam bagian ini akan dijelaskan hasil dari data penelitian yang terdiri

dari data deskriptif, hasil normalitas, hasil uji linearitas, hasil uji korelasi, dan

hasil uji analisis regresi.

4.3.1 Data Deskriptif Pembelian Impulsif

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan IBM SPSS 25,

diperoleh data deskriptif untuk variabel pembelian impulsif pada tabel 4.5

sebagai berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Deskriptif Variabel Pembelian Impulsif

Pengukuran Statistik Pembelian Impulsif

Mean 51.04

Median 50

Modus 47

Standar Deviasi 11.358

Varians 129.015

Range 59

Minimum 27

Maximum 86

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

53

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa variabel pembelian impulsif

memiliki rata-rata sebesar 51.04, nilai tengah sebesar 50, nilai yang paling

sering muncul 47, standar deviasi sebesar 11.358, nilai varian sebesar

129.015, jarak antara nilai tertinggi dan terendah sebesar 59, dengan nilai

terendahnya 27 adalah dan nilai tertingginya 86. Gambar 4.1 menyajikan

histogram dari sebaran data variabel pembelian impulsif.

Gambar 4.1 Grafik Histogram Variabel Pembelian Impulsif

4.3.1.1 Kategorisasi Skor Pembelian Impulsif

Kategorisasi variabel pembelian impulsif terdiri dari dua skor kategori

yaitu tinggi dan rendah. Kategorisasi dilakukan dengan menggunakan hasil

dari mean. Berikut penjelasan mengenai pembagian kategori skor variabel

pembelian impulsif:

Skor Minimum = Jumlah item x skala terendah

= 20 x 1 = 20

Skor Maksimum = Jumlah item x skala tertinggi

= 20 x 5 = 100

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

54

Mean Teoritis = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚+𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

2

=100+20

2 = 60

Tabel 4.6 Tabel Norma Kategorisasi Skor Pembelian Impulsif

Kategori Norma

Rendah X ≤ Nilai Mean Teoritik

Tinggi X > Nilai Mean Teoritik

Tabel 4.7 Tabel Kategorisasi Skor Pembelian Impulsif

Kategori Kategori Pembelian

Impulsif

Frekuensi Presentase

Rendah X ≤ 60 240 79.7%

Tinggi X > 61 61 20.3%

Total 301 100%

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh hasil persentase pembelian impulsif

sebanyak 240 responden 79.7% pada kategori rendah, dan 61 responden

20.3% pada kategori tinggi. Dengan demikian, sebaran pada variabel

pembelian impulsif lebih banyak berada pada kategori rendah.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

55

4.3.2 Data Deskriptif Big Five

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan IBM SPSS 25,

diperoleh data deskriptif untuk variabel big five pada tabel 4.6 sebagai

berikut.

Tabel 4.8 Distribusi Deskriptif Variabel Big Five

Pengukuran

Statistik

O C E A N

Mean 35.37 30.47 25.76 34.37 25.60

Median 35 31 26 34 26

Modus 34 31 22 32 26

Standar

Deviasi

4.784 5.107 5.654 4.372 5.297

Varians 22.886 26.083 31.969 19.114 28.055

Range 26 30 32 23 29

Minimum 24 15 8 22 11

Maximum 50 45 40 45 40

Keterangan: O = Openness To Experience

C = Conscientiousness

E = Extraversion

A = Agreeableness

N = Neuroticism

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa trait openness to experience

memiliki rata-rata sebesar 35.37, nilai tengah sebesar 35, nilai yang paling

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

56

sering muncul 34, standar deviasi sebesar 4.784, nilai varian sebesar

22.886, jarak antara nilai tertinggi dan terendah sebesar 26, dengan nilai

terendahnya 24 adalah dan nilai tertingginya 50. Gambar 4.2 menyajikan

histogram dari sebaran data trait openness to experience.

Gambar 4.2 Grafik Histogram Variabel Tipe Kepribadian Big five

(Openness to Experience)

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa trait conscientiousness

memiliki rata-rata sebesar 30.47, nilai tengah sebesar 31, nilai yang paling

sering muncul 31, standar deviasi sebesar 5.107, nilai varian sebesar

26.083, jarak antara nilai tertinggi dan terendah sebesar 30, dengan nilai

terendahnya 15 adalah dan nilai tertingginya 45. Gambar 4.3 menyajikan

histogram dari sebaran data trait conscientiousness.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

57

Gambar 4.3 Grafik Histogram Variabel Tipe Kepribadian Big five

(Conscientiousness)

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa trait extraversion memiliki

rata-rata sebesar 25.76, nilai tengah sebesar 26, nilai yang paling sering

muncul 22, standar deviasi sebesar 5.654, nilai varian sebesar 31.969, jarak

antara nilai tertinggi dan terendah sebesar 32, dengan nilai terendahnya 8

adalah dan nilai tertingginya 40. Gambar 4.4 menyajikan histogram dari

sebaran data trait extraversion.

Gambar 4.4 Grafik Histogram Variabel Tipe Kepribadian Big five

(Extraversion)

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

58

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa trait agreeableness memiliki

rata-rata sebesar 34.37, nilai tengah sebesar 34, nilai yang paling sering

muncul 32, standar deviasi sebesar 4.372, nilai varian sebesar 19.114, jarak

antara nilai tertinggi dan terendah sebesar 23, dengan nilai terendahnya 22

adalah dan nilai tertingginya 45. Gambar 4.5 menyajikan histogram dari

sebaran data trait agreeableness.

Gambar 4.5 Grafik Histogram Variabel Tipe Kepribadian Big five

(Agreeableness)

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa trait neuroticism memiliki rata-

rata sebesar 25.60, nilai tengah sebesar 26, nilai yang paling sering muncul

26, standar deviasi sebesar 5.297, nilai varian sebesar 28.055, jarak antara

nilai tertinggi dan terendah sebesar 29, dengan nilai terendahnya 11 adalah

dan nilai tertingginya 40. Gambar 4.6 menyajikan histogram dari sebaran

data trait neuroticism.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

59

Gambar 4.6 Grafik Histogram Variabel Tipe Kepribadian Big five

(Neuroticism)

4.3.3 Uji Normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel pembelian impulsif dan tipe kepribadian big five berdistribusi

normal atau tidak.

Analisis asumsi normalitas data dilakukan menggunakan aplikasi

SPSS 25 dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov. Tabel 4.15

berikut merupakan hasil uji normalitas.

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas

Variabel p α Interpretasi

Pembelian Impulsif dan

Tipe Kepribadian Big Five 0.200 0,05

Berdistribusi

Normal

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas

(sig) pembelian impulsif dan tipe kepribadian big five sebesar 0,200.

Kriteria data berdistribusi normal menurut rumus Kolmogorov-Smirnov

adalah apabila nilai probabilitas (sig) lebih besar daripada taraf

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

60

signifikansi. Sehingga dapat disimpulkan, hasil uji asumsi normalitas data

penelitian ini menunjukkan nilai probabilitas (sig) 0,200 lebih besar dari

taraf signifikansi (α) 0,05. Berdasarkan nilai tersebut data penelitian ini

berdistribusi secara normal.

4.3.4 Uji Linearitas

Uji linieritas merupakan pengujian asumsi yang wajib dilakukan

apabila dalam pengujian hipotesis akan menggunakan teknik analisis

regresi linear (Rangkuti dalam Sibarani, 2019).

Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas

Variabel p α Interpretasi

Openness To Experience

dan Pembelian Impulsif 0.579 0,05 Linear

Conscientiousness dan

Pembelian Impulsif 0.080 0,05 Linear

Extraversion dan

Pembelian Impulsif 0.004 0,05 Tidak Linear

Agreeableness dan

Pembelian Impulsif 0.524 0,05 Linear

Neuroticism dan

Pembelian Impulsif 0.015 0,05 Tidak Linear

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p pada trait tipe

kepribadian openness to experience, conscientiousness, and agreeableness

lebih besar dari nilai α = 0,05 sehingga ketiga trait tersebut menunjukkan

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

61

hubungan linear dengan variabel pembelian impulsif. sebaliknya nilai p

dari extraversion dan neuroticism lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga

kedua trait tersebut tidak menunjukkan hubungan linear dengan variabel

pembelian impulsif .

Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas Keseluruhan

Variabel p α Interpretasi

Big Five dan Pembelian

Impulsif 0.720 0,05 Linear

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai p tipe kepribadian

big five sebesar 0.720 dengan nilai α = 0,05. Dengan demikian nilai p lebih

besar dari nilai α artinya kedua variabel memiliki hubungan yang linear.

Pada kasus tertentu uji linearitas bukan tidak menjadi syarat uji

statistik korelasi maupun regresi. Apabila terdapat data yang tidak

memenuhi asumsi linearitas, maka kesimpulan analisisnya tidak selalu

invalid (Azwar, 2000). Dengan demikian, penulis tetap melanjutkan proses

pengolahan data dengan menguji multikolinearitas, uji korelasi, hingga uji

hipotesis.

4.3.5 Uji Multikolinearitas

Variance Inflation Factor (VIF) digunakan untuk melihat apakah

terdapat multikolinieritas antara variabel independen pada model. Nilai VIF

yang tinggi (> 10) mengindikasikan adanya multikolinieritas. Selain itu

Tolerance juga dapat mengindikasikan adanya multikolinieritas. Nilai

tolerance yang kurang dari 0.10 menunjukkan adanya multikolinieritas.

Berikut adalah nilai skor VIF dan Tolerance untuk setiap variabel bebas.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

62

Tabel 4.12 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Interpretasi

Openness To

Experience dan

Pembelian Impulsif

0.774 1.344

Tidak terjadi

Multikolinearitas

Conscientiousness dan

Pembelian Impulsif 0.810 1.235

Tidak terjadi

Multikolinearitas

Extraversion dan

Pembelian Impulsif 0.661 1.512

Tidak terjadi

Multikolinearitas

Agreeableness dan

Pembelian Impulsif 0.740 1.351

Tidak terjadi

Multikolinearitas

Neuroticism dan

Pembelian Impulsif 0.796 1.256

Tidak terjadi

Multikolinearitas

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat hasil uji multikolinearitas setiap

trait dari variabel tipe kepribadian big five yaitu openness to experience,

conscientiousness, extraversion, agreeableness dan neuroticism tidak

terjadi multikolinearitas karena kelima nilai tolerance > dari 0,10 dan

masing-masing nilai VIF > 0,10.

4.3.6 Uji Korelasi

Uji korelasi adalah suatu analisis untuk mengetahui tingkat hubungan

antara dua variabel atau lebih variabel bebas dengan variabel terikatnya

(Riadi, 2016).

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

63

Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi

Variabel R p α Interpretasi

Openness To

Experience dan

Pembelian Impulsif

0.176 0.002 0.05

Terdapat hubungan

yang berkorelasi

positif

Conscientiousness dan

Pembelian Impulsif 0.231 0.000 0.05

Terdapat hubungan

yang berkorelasi

positif

Extraversion dan

Pembelian Impulsif 0.280 0.000 0.05

Terdapat hubungan

yang berkorelasi

positif

Agreeableness dan

Pembelian Impulsif 0.230 0.000 0.05

Terdapat hubungan

yang berkorelasi

positif

Neuroticism dan

Pembelian Impulsif 0.314 0.000 0.05

Terdapat hubungan

yang berkorelasi

positif

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan sesuai pada tabel diatas,

dapat diketahui hasil nilai koefisien korelasi trait openness to experience

sebesar 0.176, trait conscientiousness sebesar 0.231, trait extraversion

sebesar 0.280, trait agreeableness sebesar 0.230 dan trait neuroticism

sebesar 0.314 dan memiliki nilai signifikansi (p = 0.000) yang lebih kecil

dari nilai α, hal ini menunjukkan bahwa lima trait dari variabel tipe

kepribadian big five memiliki hubungan signifikan yang berkorelasi positif.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

64

4.3.7 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan hipotesis-hipotesis

yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini terdapat lima hipotesis yang dapat

dibuktikan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk

pengujian hipotesis.

Tabel 4.14 Uji Regresi Linear Berganda

Variabel p α t-hitung t-tabel Interpretasi

Openness To

Experience dan

Pembelian Impulsif

0.649 0.05 0.455

1.960

Ho diterima,

Ha ditolak

Conscientiousness

dan Pembelian

Impulsif

0.113 0.05 1.590 1.960

Ho diterima,

Ha ditolak

Extraversion dan

Pembelian Impulsif 0.077 0.05 1.774 1.960

Ho diterima,

Ha ditolak

Agreeableness dan

Pembelian Impulsif 0.394 0.05 0.854 1.960

Ho diterima,

Ha ditolak

Neuroticism dan

Pembelian Impulsif 0.000 0.05 3.577 1.960

Ho ditolak,

Ha diterima

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan sesuai pada tabel diatas,

dapat diketahui bahwa didapatkan trait kepribadian dan neuroticism

berpengaruh terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri

Jakarta yang berbelanja secara online. Sedangkan trait kepribadian openness

to experience, conscientiousness, extraversion, dan agreeableness tidak

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

65

berpengaruh terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri

Jakarta yang berbelanja secara online.

Tabel 4.15 Uji Persamaan Regresi

Model

Unstandardize

d Coefficients

Standardized

Coefficient

T Sig

B Std.

Error Beta

(Constant) 3.268 .096 34.189 .000

Openness .001 .002 . 029 .455 .649

Conscientiousness .005 .003 .096 1.590 .113

Extraversion .005 .003 .118 1.774 .077

Agreeableness .003 .004 .054 .854 .394

Neuroticism .008 .002 .217 3.577 .000

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai

berikut:

𝑌 = 3.268 + 0.008𝑋5

Keterangan

Y = Pembelian Impulsif

X5 = trait kepribadian neuroticism

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

66

Koefisien regresi neuroticism sebesar 0,008, artinya jika neuroticism

mengalami kenaikan satu satuan, maka pembelian impulsif akan mengalami

kenaikan sebesar 0,008 satuan.

Tabel 4.16 Uji Signifikansi Keseluruhan

Model Sum of

Square

Df Mean

Square

F Sig

Regression 0.788 5 0.158 9.180 0.000

Residual 5.066 295 0.017

Total 5.855 300

Uji regresi menghasilkan nilai F sebesar 9.180 sedangkan F tabel

untuk sampel berjumlah 301 sebesar 3.84 dan nilai p sebesar 0,000. nilai p

tersebut lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05 dan F hitung lebih besar dari pada

F tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa trait kepribadian big five

yaitu openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness,

dan neuroticism memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel

pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.

4.17 Tabel Koefisien Determinasi (model summary)

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

Estimate

1 .367a .135 .120 .13105

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bagaimana gambaran trait

kepribadian big five yaitu openness to experience, conscientiousness,

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

67

extraversion, agreeableness, dan neuroticism berpengaruh secara simultan

terhadap pembelian impulsif. berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui besar

pengaruh (R Square) trait kepribadian big five yaitu openness to experience,

conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism secara

simultan sebesar 0.135 (13,5%). Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa tipe

kepribadian big five secara simultan mempengaruhi variabel pembelian

impulsif sebesar 13,5% terhadap pembelian impulsif mahasiswa Universitas

Negeri Jakarta, sedangkan 86,5% lainnya merupakan variabel atau faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.4 Pembahasan

Penelitian ini memiliki 301 responden yang merupakan mahasiswa

aktif Universitas Negeri Jakarta yang pernah atau sering melakukan kegiatan

belanja secara online. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari

analisis regresi berganda menunjukkan bahwa trait kepribadian openness to

experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness dan neuroticism

secara simultan mempengaruhi variabel pembelian impulsif pada mahasiswa

Universitas Negeri Jakarta sebanyak 13,5% , sedangkan 86,5% lainnya

merupakan variabel atau faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Dengan demikian mahasiswa Universitas Negeri Jakarta memiliki tingkat

pembelian impulsif yang rendah. Hal ini berkemungkinan besar disebabkan

oleh faktor gaya hidup yang tidak mengarah pada kegiatan yang konsumtif,

tingkat daya beli yang rendah dan pola kegiatan mahasiswa Universitas

Negeri Jakarta yang cenderung lebih berfokus pada bidang pendidikan atau

akademis serta pada organisasi dan komunitas di kampus. Pada penelitian ini

juga menunjukkan dari lima trait, hanya satu trait yang memiliki pengaruh

terhadap pembelian impulsif yaitu trait neuroticism. Sedangkan keempat trait

lainnya yaitu openness to experience, conscientiousness, extraversion, dan

agreeableness tidak memiliki pengaruh terhadap pembelian impulsif.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

68

Trait openness to experience diketahui tidak memiliki pengaruh

terhadap perilaku pembelian impulsif, tetapi memiliki hubungan yang bersifat

positif. Individu yang memiliki skor tinggi pada trait openness to experience

digambarkan sebagai individu yang memiliki pemikiran terbuka dan berani

mencoba sesuatu yang baru (King, 2010 ; Feist & Feist, 2017). Pada

penelitian ini karakteristik individu yang memiliki pikiran terbuka dan berani

dalam mencoba hal baru erat kaitannya dengan kegiatan akademis seperti

berani dalam mengajukan pendapat walau pendapatnya berbeda dengan yang

lain, atau dalam berani mecoba hal baru dengan mengikuti berbagai kegiatan

organisasi serta komunitas di kampus.

Trait conscientiousness diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap

perilaku pembelian impulsif, tetapi memiliki hubungan yang bersifat positif.

Individu yang memiliki skor tinggi pada trait conscientiousness digambarkan

sebagai individu yang memiliki sifat yang terencana, memiliki tujuan dan

terorganisir (King, 2010 ; Feist & Feist, 2017). Pembelian impulsif merupakan

pembelian yang tidak terencana dan erat kaitannya dengan dorongan yang

bersifat segera dalam membeli barang. Dengan demikian perilaku pembelian

impulsif dalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh karakter yang dimiliki

trait conscientiousness.

Trait extraversion diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap

perilaku pembelian impulsif, tetapi memiliki hubungan yang bersifat positif.

Individu yang memiliki skor tinggi pada trait extraversion digambarkan

sebagai individu yang menyukai kesenangan dan antusias (King, 2010). Pada

penelitian ini karakteristik individu yang menyukai kesenangan dan antusias

yang erat kaitannya dengan situasi belajar, antuas dalam menambah wawasan

baru, serta senang berinteraksi dengan orang lain.

Trait agreeableness diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap

perilaku pembelian impulsif, tetapi memiliki hubungan yang bersifat positif.

Individu yang memiliki skor tinggi pada trait agreeableness digambarkan

sebagai individu yang dermawan, baik hati, dan sederhana (King, 2010).

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

69

Pembelian impulsif erat kaitannya dengan membeli barang tanpa

pertimbangan dan tidak memikirkan konsekuensi setelah membeli barang.

Dampak yang dapat ditimbulkan karena perilaku pembelian impulsif yaitu

boros atau mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang yang kurang

bermanfaat. Dengan demikian perilaku pembelian impulsif dalam penelitian

ini tidak dipengaruhi oleh karakter yang dimiliki trait agreeableness.

Trait neuroticism diketahui memiliki pengaruh terhadap perilaku

pembelian impulsif dan memiliki hubungan yang bersifat positif.. Individu

yang memiliki skor tinggi pada trait neuroticism digambarkan sebagai

individu yang cenderung merasa cemas, emosional, dan memiliki perasaan

yang sensitif (Feist & Feist, 2017). Individu yang memiliki skor tinggi pada

trait ini cenderung melakukan pembelian impulsif yang tinggi, hal ini

dikarenakan mereka memiliki tekanan emosional dan kecemasan berlebih

yang berpotensi pada perilaku impulsif. Sehingga mereka berkemungkinan

melakukan pembelian impulsif untuk menyalurkan kecemasannya. Selain itu,

individu yang memiliki trait ini juga akan merasa cemas dan tidak nyaman

jika dirinya tidak bisa mengikuti hal yang sedang menjadi trend pada masa itu.

Individu tersebut akan merasa berbeda dengan orang lain, sehingga memicu

timbulnya perilaku pembelian impulsif dan merasakan kepuasan setelah

melakukan pembelian.

Individu yang memiliki skor tinggi pada trait neuroticism juga

memiliki karakteristik tidak konsisten pada keputusannya serta mudah kecewa

pada sesuatu yang tidak memenuhi harapannya. Dengan begitu individu

dengan trait neuroticism akan mudah merasa menyesal dan kecewa ketika

sudah membeli barang secara impulsif namun barang tersebut tidak seperti

apa yang diinginkan.

Hasil penelitian diatas juga sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Amelia, D. (2019) yang menunjukkan bahwa dari kelima trait

tipe kepribadian big five, hanya trait neuroticism yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif. Penelitian yang dilakukan

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

70

oleh Ratnawat R. G. & Borgave S. A. (2019) juga menunjukkan salah satu

trait yang memiliki korelasi signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif

adalah trait neuroticism, dan trait openness to experience, conscientiousness,

dan extraversion dinyatakan tidak memiliki korelasi yang signifikan dalam

penelitian tersebut. Temuan dalam penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Farid, D. S., & Ali, M. (2018) yang

menyatakan bahwa salah satu trait yang memiliki korelasi signifikan terhadap

perilaku pembelian impulsif adalah trait neuroticism memiliki korelasi positif

dengan perilaku pembelian impulsif.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penyebaran kuesioner di

dalam penelitian ini menggunakan google form yang kurang menyeluruh

kepada seluruh mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, sehingga hasil

penelitian ini kurang signifikan atau kurang dapat menggambarkan perilaku

pembelian impulsif yang sebenarnya terjadi pada mahasiswa Universitas

Negeri Jakarta. Hal tersebut juga disebabkan oleh penyebaran data yang

kurang merata dan jumlah responden yang mengisi kuesioner dari setiap

kategori demografis seperti jenis kelamin, usia, serta fakultas berbeda-beda,

sehingga sampel kurang merepresentasikan populasi. Keterbatasan waktu dan

kondisi yang mengharuskan penulis tidak dapat langsung turun lapangan

untuk mengambil data. Dan pengambilan data menggunakan google form

juga membatasi penulis untuk dapat mengawasi dan mengetahui kejujuran

data yang diberikan. Hasil ini juga tidak dapat menggambarkan Pada

penelitian ini juga tidak mengontrol data demografis yang berkaitan dengan

kriteria subjek yaitu intensitas subjek dalam melakukan pembelian tidak

direncanakan, sehingga responden dengan intensitas pembelian impulsif yang

jarang atau rendah juga dapat mengisi kuesioner ini.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

69

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian secara statistic dari 301 responden, dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara trait neuroticism dari tipe

kepribadian big five terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas

Negeri Jakarta yang berbelanja secara online..

Trait openness to experience, conscientiousness, extraversion, dan

agreeableness dari tipe kepribadian big five tidak memiliki pengaruh terhadap

pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang

berbelanja secara online.

Tipe kepribadian big five secara simultan menyumbang 13,5%

terhadap pembelian impulsif dan sisanya sebesar 86,5% dipengaruhi oleh

variabel atau faktor lain diluar penelitian ini.

5.2 Implikasi

Hasil pada penelitian ini menunjukkan implikasi kepada mahasiswa

khususnya mahasiswa Universitas Negeri Jakarta bahwa semakin tinggi

tingkat neuroticism pada individu, maka akan semakin tinggi periaku

pembelian impulsifnya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tipe

kepribadian tertentu dapat membantu bagaimana seseorang dalam melakukan

kegiatan pembelian impulsif.

Mahasiswa yang memiliki skor tinggi dalam trait neuroticism maka

akan mudah melakukan pembelian impulsif, hal ini dikarenakan individu

dengan trait neuroticism cenderung memiliki kecemasan berlebih yang

berpotensi pada perilaku impulsif, sehingga mereka melakukan pembelian

impulsif untuk menyalurkan kecemasannya.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

70

Implikasi dalam penelitian ini untuk mahasiswa khususnya di

Universitas Negeri Jakarta yang memiliki skor tinggi dalam trait neuroticism

dalam tipe kepribadian big five untuk dapat mencari kegiatan positif lain

untuk menyalurkan rasa cemas tersebut. Karena jika terus melakukan

kegiatan pembelian impulsif itu akan berdampak negatif seperti pemborosan

atau mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan

dan akan timbul rasa penyesalan setelah membeli barang tersebut.

5.3 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian diatas

masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Dengan demikian untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya, penulis akan memberi saran agar

penelitian selanjutnya dapat menjadi lebih baik.

Saran untuk mahasiswa yang memiliki kecenderungan kecemasan

tinggi, temperamental, dan mudah sedih untuk dapat mencari kegiatan yang

lebih positif seperti mengikuti kegiatan organisasi atau komunitas di kampus,

meningkatkan kemampuan bersosialisasi dengan cara banyak bergaul dan

berinteraksi baik dengan teman maupun dengan orang baru sehingga dapat

menambah wawasan. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan untuk

menyalurkan emosi atau kecemasan, sehingga akan mengurangi dampak

buruk dari perilaku impulsif yang dilakukan, khususnya pada perilaku

pembelian impulsif.

Saran untuk mahasiswa khususnya di Universitas Negeri Jakarta

dengan yang memiliki kecenderungan perilaku pembelian impulsif untuk

selalu mempertimbangkan secara matang sebelum melakukan pembelian,

mempunyai daftar kebutuhan, memproporsikan anggaran bulanan untuk

barang-barang yang dibutuhkan, dan mengendalikan diri untuk tidak

mengakses toko-toko online sehingga akan menimbulkan perasaan ingin

membeli.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

71

Saran untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas dan

mempertimbangkan jumlah sampel penelitian agar dapat sampel dapat

merepresentasikan populasi yang di pakai. Kemudian peneliti selanjutnya juga

disarankan untuk menggunakan variabel lain selain tipe kepribadian big five

seperti variabel shopping lifestyle, celebrity endorser, atau kepercayaan

terhadap merek. Sehingga penelitian tentang pembelian impulsif dapat

berkembang dan memberikan manfaat dalam bidang keilmuan maupun

kehidupan sehari-hari.

Page 76: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

74

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, A. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah

Malang.

Ayuningtyas, S. N. (2013). Persepsi Siswa Terhadap Kinerja Guru di SMKN 2

Wonosari. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Azwar, S. (2001). Asumsi-Asumsi Dalam Inferensi Statistika. Buletin Psikologi.

Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Barlian, E. (2016). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Padang: Sukabina.

Bayley, G., & Nancarrow, C. (1998). Impulse Purchasing : A Qualitative Exploration

of The Phenomenon. Qualitative Market Research : An International Journal.

Cunha, R. A., & Silva, D. (2015). Impulsive Buying Behavior : An Empirical Study

in Brazil. Australian Journal of Basic and Applied Science, 292-296.

Engel, J. F., Blackwell, R. D., & Miniard, P. W. (1995). Perilaku Konsumen Edisi

Keenam Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.

Farid, D. S., & Ali, M. (2018). Effects of Personality on Impulsive Buying Behavior:

Evidence from a Developing Country. Marketing and Branding Research, 31-

34.

Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Theories of Personality. McGraw-Hill.

Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T.-A. (2017). Teori Kepribadian (Theories of

Personality). Jakarta: Salemba Humanika.

Guay, D., & Ettwein, J. (1998). Internet Commerce Basics. Electronic Markets, 12-

15.

Hadyan, A., Marianti, S., & Safitri, M. (2018). Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap

Impulsive Buying Pada Mahasiswi Psikologi Universitas Esa Unggul Yang

Melakukan Pembelian Secara Online Shopping. Jurnal Psikologi.

Hartaji, R. D. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan

Jurusan Pilihan Orang Tua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Page 77: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

75

Hendrawan, D., & Nugroho, D. A. (2018). Influence of Personality on Impulsive

Buying Behavior Among Indonesian Young Consumers. International

Journal of Trade and Global Markets, 31-39.

Henrietta, P. (2012). Impulsive Buying Pada Dewasa Awal di Yogyakarta. Jurnal

Psikologi Undip, 8.

Herabadi, A., Verplanken, B., & Knippenberg, A. V. (2009). Consumption

Experience of Impulse Buying in Indonesia: Emotional Arousal and

Hedonistic Considerations. Asian Journal of Social Psychology, 20-31.

Kacen, J. J., & Lee, J. A. (2002). The Influence of Culture on Consumer Impulsive

Buying Behavior. Journal of Consumer Psychology, 163-176.

Karbasivar, A., & Yarahmadi, H. (2011). Evaluating Effective Factors on Consumer

Impulse Buying Behavior. Asian Journal of Business Management Studies,

174-181.

KBBI Online. (2020, Mei 06). KBBI Daring. Retrieved from

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/mahasiswa

King, L. A. (2010). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 2. Jakarta:

Salemba Humanika.

Larsen, R. J., & Buss, D. M. (2002). Personality Psychology: Domain of Knowledge

about Human Nature. New York: McGraw-Hill.

Lee, J. A., & Kacen, J. J. (2000). The Relationship Between Independent and

Interdependent Self Concepts and Reason for Purchase. Journal of

Euromarketing, 83-99.

Loudon, D. L., & Bitta, A. J. (1993). Consumer Behavior: Concepts & Applications.

New York: McGraw-Hill Series Marketing.

Mulyono, F. (2012). Faktor Demografis dalam Perilaku Pembelian Impulsif. Jurnal

Administrasi Bisnis.

Nuryati, A. (2008). Hubungan Self Monitoring Dengan Impulsive Buying Terhadap

Produk Fashion Pada Remaja . Jurnal Psikologi, 181-193.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development:

Perkembangan Manusia Edisi 10 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Priyono, M. M. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama.

Page 78: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

76

Pudyastari, M. P. (2019). Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Terhadap

Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Fashion Melalui E-Commerce

Pada Mahasiswi Di Jakarta. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Ramdhani, N. (2012). Adaptasi Bahasa dan Budaya Inventory Big Five. Jurnal

Psikologi, 189-207.

Rapika, S., & Sari, A. P. (2017). Pengaruh Kepribadian dan Kemampuan Intelektual

Terhadap Kompetensi Guru di SMKN 3 Kota Bengkulu. Management

Insight: Jurnal Ilmiah Manajemen, 64-76.

Ratnawat, R. G., & Borgave, S. A. (2019). Impact of Big Five Personality on

Impulsive Buying Behavior. Research Review International Journal of

Multidisciplinary, 500-505.

Riadi, E. (2016). Statistik Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS). Yogyakarta:

Andi Penerbit.

Robbins, S. P., & Judge. (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Roberts, B. W., & Mroczek, D. (2008). Personality Trait Change in Adulthood.

Current Directions in Psychology Science, 31-35.

Rook, D. W. (1987). The Buying Impulse. Journal of Consumer Research, 189-99.

Rook, D. W., & Fisher, R. J. (1995). Normative Influences on Impulsive Buying

Behavior. Journal of Consumer Research, 305-313.

Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. (2007). Perilaku Konsumen Edisi Kedua. Jakarta:

PT. Indeks Gramedia.

Semuel, H. (2005). Respons Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian

Tidak Terencana Pada Toko Serba Ada (Toserba) (Studi Kasus Carrefour

Surabaya). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 152-170.

Semuel, H. (2007). Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia, dan Gender

Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif (Studi Kasus Produk

Pariwisata). Jurnal Manajemen Pemasaran.

Setyowati, R. (2012, Oktober 05). Prospek Belanja "Online". Retrieved from

Kompas.com:

https://tekno.kompas.com/read/2012/10/05/02371027/prospek.belanja.quotonl

inequot

Page 79: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

77

Sibarani, D. L. (2019). Pengaruh Citra Diri Terhadap Pembelian Impulsif Pada

Dewasa Awal di Jakarta. Jakarta: Repository Universitas Negeri Jakarta.

Siregar, A. R. (2006). Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau dari Pola Asuh.

Program Studi Psikologi, Universitas Sumatera Utara Medan.

Siswoyo, D. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media

Publishing.

Tanzeh, E., & Tanzeh, A. (2018). Metode Penelitian Kualitatif: Konsep, Prinsip dan

Operasionalnya. Tulungagung: Akademia Pustaka.

Turkyilmaz, C. A., Erdeem, S., & Uslu, A. (2015). The Effects of Personality Traits

and Website Quality on Online Impulsive Buying. Procedia Social and

Behavioral Sciences, 98-105.

Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001). Individual Differences in Impulse Buying

Tendency: Feeling and No Thinking. European Journal of Personality, 71-83.

Vladimir, Z. (1996). Electronic Commerce: Structure and Issues. International

Journal of Electronic Commerce, 3-23.

Widowati, H. (2019, April 25). Indonesia Jadi Negara dengan Pertumbuhan E-

Commerce Tercepat di Dunia. Retrieved from Databoks.

Yusup, F. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif.

Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 17-23.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

75

LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

Instrumen Uji Coba Tipe Kepribadian Big Five

No. Pernyataan STS TS N S SS

Saya adalah orang yang…

1. Tidak kehabisan bahan

pembicaraan

2. Cenderung mencari kesalahan-

kesalahan orang lain

3. Melakukan pekerjaan hingga tuntas

4. Mudah murung

5. Sering mendapatkan ide baru

Page 81: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

76

Lampiran 2. Instrumen Penelitian

Instrumen Uji Coba Pembelian Impulsif

No. Pernyataan STS TS N S SS

1. Saya biasanya berpikir matang-

matang sebelum membeli sesuatu

2. …………………………………

20. Saya terkadang membeli barang

karena saya suka membelinya,

bukan karena saya

membutuhkannya

Page 82: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

77

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tipe Kepribadian Big Five

Hasil Uji Validitas Trait Openness To Experience

Hasil Uji Reliabilitas Trait Openness To Experience

Page 83: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

78

Hasil Uji Validitas Trait Conscientiousness

Hasil Uji Reliabilitas Trait Conscientiousness

Page 84: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

79

Hasil Uji Validitas Trait Extraversion

Hasil Uji Reliabilitas Trait Extraversion

Page 85: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

80

Hasil Uji Validitas Trait Agreeableness

Hasil Uji Reliabilitas Trait Agreeableness

Page 86: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

81

Hasil Uji Validitas Trait Neuroticism

Hasil Uji Reliabilitas Trait Neuroticism

Page 87: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

82

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pembelian Impulsif

Hasil Uji Validitas Pembelian Impulsif

Hasil Uji Reliabilitas Pembelian Impulsif

Page 88: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

83

Lampiran 5. Instrumen Final

Instrumen Final Tipe Kepribadian Big Five

No. Pernyataan STS TS N S SS

Saya adalah orang yang…

1. Tidak kehabisan bahan pembicaraan

2. Cenderung mencari kesalahan-

kesalahan orang lain

3. Melakukan pekerjaan hingga tuntas

4. Mudah murung

5. Sering mendapatkan ide baru

Page 89: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

84

Lampiran 6. Instrumen Final

Instrumen Final Tipe Kepribadian Big Five

No. Pernyataan STS TS N S SS

1. Saya biasanya berpikir matang-

matang sebelum membeli sesuatu

2. …………………………………

17. Saya terkadang membeli barang

karena saya suka membelinya,

bukan karena saya

membutuhkannya

Page 90: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

85

Lampiran 7. Distribusi Deskriptif Variabel

Distribusi Deskriptif Trait Openness To Experience Tipe Kepribadian Big Five

Distribusi Deskriptif Trait Conscientiousness Tipe Kepribadian Big Five

Page 91: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

86

Distribusi Deskriptif Trait Extraversion Tipe Kepribadian Big Five

Distribusi Deskriptif Trait Agreeableness Tipe Kepribadian Big Five

Page 92: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

87

Distribusi Deskriptif Trait Neuroticism Tipe Kepribadian Big Five

Distribusi Deskriptif Pembelian Impulsif

Page 93: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

88

Lampiran 8. Kategorisasi Variabel

Distribusi Deskriptif Trait Pembelian Impulsif

Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas

Page 94: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

89

Lampiran 10. Hasil Uji Linearitas

Hasil Uji Linear Trait Openness To Experience Tipe Kepribadian Big Five

Hasil Uji Linear Trait Conscientiousness Tipe Kepribadian Big Five

Hasil Uji Linear Trait Extraversion Tipe Kepribadian Big Five

Hasil Uji Linear Trait Agreeableness Tipe Kepribadian Big Five

Page 95: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

90

Hasil Uji Linear Trait Neuroticism Tipe Kepribadian Big Five

Hasil Uji Linear Tipe Kepribadian Big Five

Page 96: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

91

Lampiran 11. Hasil Uji Korelasi

Lampiran 12. Hasil Uji Hipotesis

Page 97: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

92

Lampiran 13. Hasil Uji Multikolinearitas

Page 98: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/BAB 1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,

93

RIWAYAT HIDUP

Nabila Yasmin, lahir di Serang pada tanggal 24

Desember 1997, putri dari pasangan Agus Setya

Sundayana dan Nurhayati. Penulis merupakan anak

ke 2 dari 3 bersaudara. Beralamat di Komplek Bukit

Permai Blok M No. 14 A/B, Kota Serang, Banten.

Penulis menempuh pendidikan formal dimulai dari

TK Pertiwi Kota Serang pada tahu 2003-2004, SDN

20 Kota Serang pada tahun 2004-2010, SMPN 2

Kota Serang pada tahun 2010-2013, dan SMAN 1 Kota Serang pada tahun 2013-

2016.

Pada tahun 2016 melalui jalur SNMPTN diterima menjadi mahasiswa

Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Pendidikan Psikologi, Program Studi Psikologi.