BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa...

17
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum (rechtstaat). Sebagai negara hukum, maka Indonesia selalu menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dengan menjamin kedamaian warga negara bersamaan dan kedudukannya di dalam hukum dengan tidak ada pengecualian. Idealnya sebagai negara hukum, Indonesia menganut sistem kedaulatan hukum atas supremasi hukum yaitu hukum mempunyai kekuasaan tertinggi di dalam negara- negara. 1 Sehingga, segala tindakan atau perbuatan seluruh individu tanpa terkecuali harus mengacu pada ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang sudah ada. Negara berdasarkan asas hukum ini harus mengacu pada hukum yang baik dan adil tanpa ada pengecualian. Berbicara mengenai keadilan, Negara sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) begitu pula menyangkut Hak Asasi Anak yang di implementasikan dengan adanya jaminan perlindungan dan pemenuhan hak anak dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan didukung dengan beberapa ketentuan-ketentuan lain. Anak adalah manusia dan merupakan amanah serta karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, bahwa untuk menjaga harkat dan martabatnya, anak berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam berbagai segi kehidupan dan penghidupan karena pada hakikatnya 1 Yulia Neta dan M. Iwan Satriawan, Ilmu Negara, Bandar Lampung : PKKPU FH Universitas Lampung, 2013. hal. 2.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia

adalah negara berdasarkan asas hukum (rechtstaat). Sebagai negara hukum, maka

Indonesia selalu menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dengan menjamin

kedamaian warga negara bersamaan dan kedudukannya di dalam hukum dengan

tidak ada pengecualian. Idealnya sebagai negara hukum, Indonesia menganut

sistem kedaulatan hukum atas supremasi hukum yaitu hukum mempunyai

kekuasaan tertinggi di dalam negara- negara.1 Sehingga, segala tindakan atau

perbuatan seluruh individu tanpa terkecuali harus mengacu pada ketentuan hukum

dan peraturan perundang-undangan yang sudah ada. Negara berdasarkan asas

hukum ini harus mengacu pada hukum yang baik dan adil tanpa ada pengecualian.

Berbicara mengenai keadilan, Negara sangat menjunjung tinggi Hak Asasi

Manusia (HAM) begitu pula menyangkut Hak Asasi Anak yang di

implementasikan dengan adanya jaminan perlindungan dan pemenuhan hak anak

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

didukung dengan beberapa ketentuan-ketentuan lain.

Anak adalah manusia dan merupakan amanah serta karunia Tuhan Yang

Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, bahwa

untuk menjaga harkat dan martabatnya, anak berhak mendapatkan perlindungan

khusus dalam berbagai segi kehidupan dan penghidupan karena pada hakikatnya

1Yulia Neta dan M. Iwan Satriawan, Ilmu Negara, Bandar Lampung : PKKPU FH

Universitas Lampung, 2013. hal. 2.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

2

anak tidak dapat melindungi diri sendiri dari berbagai macam tindakan yang

menimbulkan kerugian mental, fisik, sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa anak

merupakan generasi muda yang mempunyai potensi yang diharapkan dapat

mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia untuk menjadikan bangsa Indonesia lebih

maju dan makmur sehingga patut dipertimbangkan dan diperhitungkan dari segi

kualitas dan masa depannya. Tanpa kualitas yang handal dan masa depan yang

jelas bagi anak, pembangunan nasional akan sulit dilaksanakan dan nasib bangsa

akan sulit pula dibayangkan.2Berbicara mengenai anak, merupakan hal yang

sangat penting karena anak merupakan potensi nasib manusia dihari mendatang,

dan dialah yang ikut berperan menentukan sejarah bangsa sekaligus cermin sikap

hidup bangsa pada masamendatang.3 Defisini anak menurut Undang-undang No.

35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yaitu anak adalah seseorang yang

belum berusia 18 (delapan belas ) tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan.

Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak banyak sekali terjadi

hal-hal yang sangat kompleks yang salah satunya adalah perbuatan kenakalan

yang menjurus kepada tindak pidana. Kenakalan anak sering disebut “juvenile

delinquency”yang diartikan dengan anak cacat sosial. Definisi anak nakal yaitu

anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang

dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan hukum lain yang hidup

dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.4Masa anak adalah masasedang

mencari jati diri yang ditandai dengan perbuatan-perbuatan tertentu untuk

2Bunadi Hidayat, Pemidanaan Anak Dibawah Umur, Bandung, PT. Alumni, 2010, hal. 1.

3Wigati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Bandung, PT. Refika Aditama, 2006, hal. 5.

4Ibid., hal. 19.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

3

menentukan sendiri siapa diri mereka yang sesungguhnya, bagaimana sikap baik

lahir maupun batin mereka, apa yang menjadi tumpuan mereka dan fungsi mereka

dalam konteks kehidupan bermasyarakat.

Dalam kondisi seperti ini, anak mencari dan menuntut kemandirian dan

tidak ingin campur tangan dari siapapun, termasuk orang tua mereka sendiri,

sehingga apabila mereka salah dalam menentukan cara untuk menentukan jati diri

mereka sendiri maka kenakalan-kenakalan itulah yang muncul dan kerap

dilakukan oleh anak bahkan sampai menjurus pada tindak pidana. Suatu

kenakalan yang dilakukan oleh anak, akan berakibat anak tersebut akan

berhadapan dengan hukum yang berlaku. Kenakalan yang dilakukan oleh anak

sangat meresahkan warga masyarakat karena masyarakat akan merasatidak

nyaman dalam lingkungannya, hal itu dianggap bertentangan dengan ketentuan-

ketentuan hukum yang berlaku di suatu negara dan yang oleh masyarakat itu

sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan tercela, keadaan seperti itu

tentu tidak diinginkan oleh setiap warga masyarakat sehingga masyarakat

cenderung melakukan peningkatan kewaspadaan dan upaya-upaya

penanggulangan agar tindak pidana yang dilakukan oleh anak bisa berkurang.

Salah satu tindak pidana yang dilakukan oleh anak adalah pencurian dengan

unsur memberatkan, atau anak melakukan tindak pidana seperti yang diatur dalam

Pasal 365 KUHP yang merupakan gequalificeerde diefstal atau suatu pencurian

dengan kualifikasi ataupun merupakan suatu pencurian dengan unsur-unsur

memberatkan.Dalam sejarah peradaban manusia pencurian ada sejak terjadi

ketimpangan antara kepemilikan benda-benda kebutuhan manusia, kekurangan

akan kebutuhan, dan ketidakpemilikan cenderung membuat orang berbuat

Page 4: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

4

menyimpang (pencurian). Pencurian dilakukan dengan berbagai cara, dari cara-

cara tradisional sampai pada cara-cara modern dengan menggunakan alat-alat

modern dengan pola yang lebih lihai. Hal seperti ini dapat terlihat dimana-mana,

dan cenderung luput dari jeratan hukum; yang lebih parah lagi banyak kasus-

kasus pencurian yang bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa tetapi juga

dilakukan oleh anak yang merupakan generasi penerus dimasa depan.5

Pada hakekatnya, pencurian dengan unsur memberatkan adalah perbuatan

yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta

membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Ditinjau dari kepentingan nasional, penyelenggaraan pencurian dengan unsur

memberatkan merupakan perilaku yang negatif dan merugikan terhadap moral

masyarakat.Tindak pidana pencurian merupakan salah satu tindak pidana yang

berkaitan dengan tindak pidana terhadap harta kekayaan orang. Tindak pidana

pencurian ini diatur dalam BAB XXII Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) “yang dirumuskan sebagai tindakan mengambil barang seluruhnya atau

sebagian milik orang lain dengan tujuan memilikinya secara melanggar hukum”.6

Tindak pidana pencurian sendiri tergolong dalam beberapa jenis, salah

satunya yang akan dibahas yaitu tindak pidana pencurian dengan unsur

memberatkan. Hal ini diatur dalam Pasal 363 dan Pasal 365 KUHP. Pencurian

dengan pemberatandapat diterjemahkan sebagai pencurian khusus, yaitu sebagai

suatu pencurian dengan cara tertentu sehingga bersifat lebih berat dan maka dari

itu di ancam dengan hukuman yang maksimumnya lebih tinggi, yaitu lebih dari

5Ibid., hal. 18.

6Wirdjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia,Bandung, PT. Refika

Aditama, 2003, hal.15.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

5

hukuman penjara lima tahun atau lebih dari pidana yag diancamkan.7Ancaman

pidana ini juga berlaku untuk pelaku tindak pidana pencurian dengan unsur

memberatkan yang mana pelakunya adalah anak. Apabila dalam menanggulangi

berbagai perbuatan dan tingkah laku anak, perlu mempertimbangkan kedudukan

anak dengan segala ciri dan sifatnya yang khas.

Walaupun anak telah dapat menentukan sendiri langkah perbuatan

berdasarkan pikiran, perasaan dan kehendaknya, tetapi keadaan di sekitar dapat

memengaruhi perilakunya. Oleh karena itu anak, orang tua dan masyarakat

sekitarnya seharusnya lebih bertanggung jawab terhadap pembinaan, pendidikan,

dan pengembangan perilaku tersebut. Pada hakikatnya anak tidak dapat

melindungi diri sendiri dari berbagai macam tindakan yang menimbulkan

kerugian mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan.

Anak harus dibantu oleh orang lain dalam melindungi dirinya, mengingat situasi

dan kondisi anak, khususnya dalam hal pelaksanaan Peradilan Pidana Anak yang

asing bagi dirinya.Setiap anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh, berkembang,

berpastisipasi secara wajar, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta

mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, sebagaimana

disebutkan Undang-undang Perlindungan Anak, khususnya anak yang memiliki

masalah dengan hukum, baik itu sebagai tersangka, terdakwa, terpidana.

Perlindungan, perhatian, kasih sayang, dan pemenuhan kebutuhan yang lainnya

sangat dibutuhkan bagi perkembangan seorang anak didalam menjalani

kehidupannya.

7Ibid., hal. 19.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

6

Seorang anak belum memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri

dari keadaan yang mengancam, oleh sebab itu merupakan suatu kewajiban dan

tanggung-jawab yang tidak dapat lepas begitu saja dari orang tua dan orang-orang

di lingkungan sekitar maupun negara untuk melindungi seorang

anak.Perlindungan anakadalah segala kegiatan untuk menjamin, melindungi anak

dan haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara

optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.8 Dengan definisi yang lebih dalam

yaitu, selain melindungi, juga mengayomi anak yang berhadapan dengan hukum

agar anak dapat menyongsong masa depannya yang masih panjang dan memberi

kesempatan kepada anak agar melalui pembinaan akan diperoleh jati dirinya

untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, berguna bagi diri

sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.9

Berbicara mengenai perlindungan anak, konsep perlindungan hukum bagi

anak berdasarkan konsep hukum yang berlaku sebagai suatu sistem dilakukan

secara sistematik yang meliputi, substansi hukum, struktur hukum, kultur hukum.

Konsephukum yang sistematik ini juga menjadi poin penting dan perlu diterapkan

dalam proses peradilan pidana anak karena perlindungan hukum adalah perbuatan

melindungi hak individu atau sejumlah individu yang kurang atau tidak mampu

atau tidak berdaya secara fisik dan mental, secara sosial, ekonomi, dan politik,

baik secara preventif maupun represif berdasarkan hukum yang berlaku dalam

upaya mewujudkan keadilan karena proses peradilan pidana anak harus

8Aziz Syamsudin, Tindak Pidana Khusus, Cetakan Ketiga, Jakarta, Pena Grafika, 2013, hal.

107. 9Abintoro Prakoso, Pembaruan Sistem Pidana Anak, Cetakan kedua, Jakarta, Aswaja

Pressindo, 2016, hal. 37.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

7

memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan anak dan tetap menjunjung tinggi

harkat dan martabat anak, tidak mengesampingkan hak-hak anak yang mana ini

ditegaskan dalam Undang-undang tanpa mengabaikan terlaksananya keadilan, dan

bukan membuat nilai kemanusiaan anak menjadi lebih rendah.

Untuk itu apabila konsep perlindungan hukum berlaku secara sistematik

dan berkesinambungan bisa ditarik kesimpulan perlindungan hukum bagi anak ini

dapat mencapai tujuan filosofis pemidanaan anak yaitu demi kesejahteraan anak.

Dikarenakan pada kenyataannya hal ini belum dilaksanakan sebagaimana

mestinya, sebagai contoh terlihat bahwa dalam pemidanaan anak masih banyak

ditemui penjatuhan tuntutan atau bahkan putusan yang tergolong tinggi bagi anak,

atau dalam hal melakukan penyidikan anak penyidik anak masih memakai

pakaian dinas, atau contoh lain pemeriksaan perkara dilakukan terbuka untuk

umum, dan masih banyak contoh lain.

Undang-undang perlindungan anak menegaskan bahwa anak berhadapan

dengan hukum harus tetap di lindungi sebagaimana mestinya. Akan tetapi tetap

dibutuhkan kontrol sosial agar dapat mengarahkan anak tersebut sehingga anak

terdidik dan menerapkan nilai-nilai, asas-asas, norma-norma dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta peraturan lain atau dengan kata

lainhukum ada untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan masyarakat,

apabila ada yang melakukan pelanggaran dan mendatangkan kerugian bagi pihak

lain akan dikenai sanksi seperti yang termuat di Undang-undang. Sanksi ini

bertujun untuk menciptakan kembali keseimbangan dalam masyarakat.

Walaupun proses peradilananak berlangsung dengan cara yang khusus,

proses ini harus menjadikan anak jera serta menyadari agar tidak mengulangi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

8

perbuatannya sehingga dengan begitu proses peradilan anak mencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu, terhadap putusan tindak pidana yang dilakukan oleh

anak hakim anak yang menangani perkara tersebut harus mempertimbangkan hak

anak dan berorientasi kepada kepentingan anak.

Kedudukan hakim sangat penting dalam menegakkan hukum dan keadilan.

Karena hakim merupakan penegak hukum dan keadilan, sekaligus merupakan

kunci keberhasilan penegakan hukum yang menjadi tujuan utama kehidupan

masyarakat di negara hukum. Hakim menjadi ujung tombak dan penjaga sendi-

sendi negara hukum, merupakan jabatan yang mulia karena merupakan wakil

Tuhan di dunia, serta hakim juga dipandang sebagai simbol keadilan sekaligus

simbol ketidakadilan. Sebagaimana Indonesia merupakan negara hukum, segala

tindakan dan perbuatan harus tunduk terhadap ketentuan dan peraturan

perundang-undangan tak terkecuali bagi siapapun atau asas persamaan kedudukan

didepan hukum bagi setiap warga negara (equaly before the law)sehingga apabila

terjadi hal yang tidak sesuai atau melanggar ketentuan perundang-undangan maka

konsekuensinya adalah berhadapan dengan hukum.

Sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 bahwa,

“kekusaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka

untukmenyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan’’,

dipertegas oleh Pasal 1 UU No.48 Tahun 2009, bahwa “kekuasaan kehakiman

adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila, demi terselenggaranya

Negara Hukum Republik Indonesia’’.10

Sesuai dengan undang-undang kekuasaan

10

Muladi & Barda Narawi, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cetakan Kedua, Bandung,

1984, hal 52, Bandung, PT. Alumni, 2010, hal. 1.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

9

kehakiman, bahwa seorang hakim memiliki kemampuan untuk

mengimplementasikan undang-undang sacara tersendiri, serta tidak terikat pada

yurisprudensi atau putusan dari hakim yang terdahulu pada suatu perkara yang

sejenis. Implementasi pidana yang dijatuhkan oleh hakim haruslah mengandung

rasa keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum ditengah-tengah masyarakat

sehingga dapat memberikan putusan yang terbaik bagi pelaku dan korban tindak

pidana tersebut.

Jabatan hakim merupakan organ inti dalam proses peradilan yang bertugas

menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman yang diselenggarakan

oleh Mahkamah Agung bersama-sama lingkungan peradilan yang berada di

bawahnya, adalah kekuasaan untuk menegakkan hukum dan keadilan melalui

kewenangan memeriksa dan mengadili serta memutus atas perkara-perkara pidana

yang diajukan kepadanya.11

Hakim dalam memutuskan perkara sering terjadi

disparitas pidana. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir

seluruh Negara di dunia menghadapi masalah ini. Disparitas pidana yang disebut

sebagai the disturbingdisparity of sentencing mengundang perhatian lembaga

legislatif serta lembaga lain yang terlibat dalam sistem penyelenggaraan hukum

pidana untuk memecahkannya.

Disparitas pidana timbul karena adanya penjatuhan hukuman yang berbeda

terhadap tindak pidana yang sejenis atau tingkat berbahayanya dapat

diperbandingkan. Penjatuhan pidana ini tentunya adalah hukuman yang

dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana sehingga dapatlah dikatakan

bahwa figur hakim di dalam hal timbulnya disparitas pemidanaan sangat

11

Adies Kadir, Menyelamatkan Wakil Tuhan, Jakarta, PT Semesta Merdeka Utama, 2018,

hal. 214.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

10

menentukan.12

Dalam pemidanaan anak, konsep dispritas putusan ini tidak hanya

dilihat dari penjatuhan putusan pada tindak pidana sejenis atau pokok perkaranya

setara dan sifat berbahayanya suatu perbuatan dapat diperbandingkan, tetapi juga

melihat kepada faktor-faktor yang berkaitan dengan tindak pidana tersebut (pelaku

anak itu sendiri, lingkungan anak, pendidikan anak, dst).

Kasus yang akan dijadikan contoh dan akan diteliti yaitu suatu kasus yang

telah diputus oleh pengadilan. Kasus pencurian dengan unsur memberatkan yang

dilakukan oleh anak perkaraNo. 01/PID.SUS-ANAK/2015/PN.PWD, dengan

perkara No. 34/PID.SUS-ANAK/2015/PT.MDN. Kedua putusan pengadilan pada

tindak pidana yang mana pokok perkaranya sejenis dan telah diputus oleh

Pengadilan Negeri Purwodadi dan Pengadilan Tinggi Medan, terlihat adanya

perbedaan penjatuhan putusan oleh hakim. Akan dijelaskan lebih lanjut dasar atau

pertimbangan hakim sehingga memunculkan disparitas putusan terhadap dua

kasus tersebut. Otoritas hakim yang begitu besar dalam memutuskan perkara

mengakibatkan banyak terjadi disparitas putusan dalam perkara yang sejenis. Hal

ini ditandai dengan adanya perbedaan secara substansial yang tajam antara

putusan hakim yang satu dengan hakim yang lain mengenai perkara yang sejenis,

padahal semuanya mengacu pada peraturan yang sama.13

Hakim dalam mengadili suatu perkara pidana selain menggunakan pedoman

undang-undang dalam penjatuhan vonis, hakim juga perlu menggunakan nilai

keadilan mengingat pelakunya adalah anak dibawah umur. Walaupun pelakunya

12

www://harkristutiharkrisnowo.com/disparitas, di kunjungi tanggal 19, oktober 2017,

pukul 09.00 WIB.

13

Bambang Sutiyoso. 2007. Metode Penemuan Hukum Upaya Mewujudkan Hukum yang

Pasti dan Berkeadilan. Yogyakarta: UII Press. hal.38.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

11

adalah anak dibawah umur sebagaimana yang ditetapkan Undang-undang, proses

peradilan harus tetap berjalan sebagaimana mestinya. Proses peradilan pidana

anak diatur dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak, dan unsur perlindungan anak termuat didalam Undang-undang No.

35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak,pada peradilan pidana anak ini

terdapatpembedaan atau pemberlakuan khusus tidak sama seperti proses peradilan

pidana yang pelakunya bukan anak. Pembedaan perlakuannya terletak pada

hukum acara dan ancaman pidananya. Pembedaan itu lebih ditujukan untuk

memberikan perlindungan dan pengayoman terhadap anak dalam menyongsong

masa depannya yang masih panjang serta memberi kesempatan kepada anak agar

setelah melalui pembinaan akan memperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia

yang mandiri, bertanggung jawab dan berguna bagi diri, keluarga, masyarakat,

bangsa dan negara.14

Sistem peradilan pidana anak adalah sistem pengendalian kenakalan anak

(juvenile deliquency) yang terdiri dari lembaga-lembaga yang menangani

penyelidikan anak, penyidikan anak, penuntutan anak, pengadilan anak dan

pemasyarakatan anak.15

Dari segi hukum acaranya pun juga berbeda. Tindak

pidana yang dilakukan oleh anak yang akan dibahas lebih lanjut yaitu tindak

pidana pencurian dengan unsur memberatkan . Tindak pidana pencurian dengan

unsur membertakanyang diakukan oleh anak sering terjadi, bahkan ketika masalah

ini di proses dan sampai di pengadilan, hakim memiliki banyak pertimbangan

dalam memutus perkara ini, walaupun kualifikasinya sama atau melakukan tindak

14

Wigati Soetodjo, Op.Cit., Hukum Pidana Anak, hal.23. 15

Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pustaka Kartini,

1993, Jakarta, hal. 5.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

12

pidana sejenis tidak semua kasus dihukum rata, tetapi tetap mempertimbangkan

aspek-aspek tertentu.

Dalam penegakan hukum, bila terjadi disparitas putusan kerap membawa

problematika. Dengan adanya disparitas putusan ini, membawa dampak

ketidakpuasan dan kecemburuan sosial bagi terpidana bakhan masyarakat pada

umumnya. Sehingga memunculkan pandangan inkonsistensi yang terjadi dalam

sistem peradilan, serta membuat pelaku anak atau bahkan masyarakat awam

bertanya-tanya apakah perbedaan penjatuhan vonis ini telah menjunjung nilai

keadilan dan memberikan perlindungan terhadap anak, lalu apakah penyelesaian

pada kasus tersebut telah mengacu pada pemenuhan hak dan berorientasi pada

kepentingan anak.

Dengan adanya berbagai pertimbangan hakim sehingga memunculkan

disparitas pidana, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa pada perkara sejenis

bisa terjadi disparitas putusan dalam penjatuhan hukuman, akan dijabarkan

dengan Studi kasus Perkara Pidana No. 01/ PID.SUS.ANAK/ 2015/ PN. PWD

Dan Perkara Pidana No. 34/PID.SUS.ANAK/2015/PT. MDN.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap penyelesaian hukum pada kasus yang tersangkanya adalah

anak melalui bentuk penulisan hukum skripsi yang berjudul “Disparitas Putusan

Hakim Dalam Pemidanaan Anak SebagaiPelaku PencurianDengan

Pemberatan Dikaitkan Dengan Perlindungan Anak”.

B. RUMUSAN MASALAH

Page 13: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

13

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pertimbangan hakim di dalam memutus perkara tindak

pidana Anak dalam Perkara Nomor 01/ PID. Sus. Anak/ 2015/ PN.

Pwd dan PerkaraNomor. 34/PID.Sus. Anak/2015/PT. Mdn.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasar rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan

penelitian adalah :

1. untuk mengetahui apa pertimbangan hakim di dalam memutus

perkara tindak pidana Anak, study kasus perkara Nomor 01/ PID.

Sus. Anak/ 2015/ PN. Pwd dan perkaraNomor. 34/PID.Sus.

Anak/2015/PT. Mdn.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini dibagi menjadi manfaat teoritis dan manfaat

praktis.

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

dalam bidang ilmu hukum pidana terkait dengan tindak pidana

pencurian kendaraan bermotor yang disertai dengan kekerasan

yang dilakukan oleh anak dibawah umur.Serta mengetahui tentang

bagaimana penyelesaian hukum tindak pidana pencurian kendaraan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

14

bermotor yang disertai dengan kekerasan yang dilakukan oleh anak

dibawah umur.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

para aparat penegak hukum dalam rangka meningkatkan kualitas

penegakan hukum pidana bagi pelaku anak dalam tindak pidana

pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan.

E. METODE PENELITIAN

1. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu penelitian

hukum normatif ataupenelitian perpustakaan ini merupakan penelitian

yang mengkaji studi dokumen, yakni menggunakan berbagai data

sekunder seperti peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan,

teori hukum, dan dapat berupa pendapat para pakar. Penelitian jenis

normatif ini menggunakan analisis kualitatif yakni dengan menjelaskan

data-data yang ada dengan kata-kata atau pernyataan bukan dengan

angka-angka.16

2. Jenis penelitian

16

https://idtesis.com/pengertian-penelitian-hukum-normatif-adalah/, di kunjungi tanggal 19,

oktober 2017, pukul 09.00 WIB.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

15

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum (legal

research) yaitu untuk mencari dan menemukan prinsip-prinsip dan

kaidah-kaidah yang mengatur status, yang hendak dikemukakan adalah

kecocokan aturan hukum dengan norma hukum.17

Dengan demikian

penlitian ini hendak mengkritisi, menemukan dan menjelaskan kaidah-

kaidah atau prinsip-prinsip berkaitan dengan perbedaan penjatuhan

hukuman terhadap dua putusan dengan akibat dari suatu putusan hakim

yang berbeda tetapi kasus yang sejenis atau setara dan tingkat

berbahayanya dapat diperbandingkan.

3. Jenis Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

analitis untuk mengetahui makna yang dikandung oleh istilah-istilah

yang digunakan dalam peraturanperundang-undangan secara konseptual,

sekaligus mengetahui penerapannya dalam praktek dan putusan-putusan

hukum.18

4. Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer, yakni bahan-bahan hukum yang mengikat

yang terdapat dalam unit amatan, yaitu:

1. UUD 1945

2. Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak

17

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), Kencana Prenada Media Grup,

Jakarta, 2013, hal. 41. 18

Jonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Edisi Revisi), cetakan

kedua, Bayumedia Publisihing, Malang, Januari, 2006, hal. 310.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

16

3. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Pengadilan Anak

4. Putusan Pidana Nomor 01/Pid.Sus-Anak/2015/PN Pwd/

5. Putusan Pidana Nomor 34/Pid.Sus-Anak/2015/PT Mdn

b. Bahan Hukum Sekunder, yakni memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer. Misalnya hasil-hasil penelitian dan buku-buku

yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder.

6. Unit Analisa

Yang menjadi unit analisa dalam tulisan ini yaitu :

1. Undang-undang No. 11 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

2. Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Pengadilan Anak

3. Putusan Pidana Perkara Nomor.01/ PID. SUS. ANAK/ 2015/ PN.

PWD

4. Putusan Pidana Perkara Nomor.34/PID.SUS. ANAK/2015/PT.

MDN.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

1. BAB I : PENDAHULUAN. Pada bab ini berisikan urain orientasi tentang

penelitian yang akan dilakukan, meliputi :

a. Latar belakang Masalah

b. Rumusan Masalah

Page 17: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan asas hukum …

17

c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian

e. Metode Penelitian

2. BAB II :Bab ini berisikan uraian pembahasan atau analisis terhadap

permasalahan penelitian. Penulis akan menguraikan hasil dari analisa

tentang kasus yang dipelajari, yaitu tentang “Disparitas Putusan Hakim

Dalam Pemidanaan Anak Sebagai Pelaku Pencurian Dengan Pemberatan

Dikaitkan Dengan Perlindungan Anak”.

3. BAB III :Bab ini berisikan tentang Kesimpulan dan Saran penulis.