BAB I Pendahuluah

download BAB I Pendahuluah

of 15

Transcript of BAB I Pendahuluah

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    1/15

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sungai Krueng Peudada terletak di Kecamatan Peudada Kabupaten

    Bireuen Propinsi Aceh. Krueng Peudada memiliki luas daerah aliran sungai

    sebesar 284,40 km 2, panjang 45,50 km, lebar 60 m. Pada saat musim hujan

    Krueng peudada memiliki debit air yang sangat besar. Debit air tersebut sering

    menjadi masalah sehingga mengganggu pemukiman warga di sekitar DAS.

    Sedangkan disaat musim kemarau debit air sungai sangat sedikit, daerah-daerah di

    sekitarnya kering, pertanian dan perkebunan kekurangan air.

    Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah direncanakan

    suatu tempat untuk menampung air yaitu waduk. Waduk adalah tempat

    menampung kelebihan debit air pada saat musim hujan, sehingga debit air tersebut

    bisa dimanfaatkan pada saat musim kemarau.

    Dalam merencanakan sebuah waduk harus ada sebuah Cekungan (tampungan air)

    yang berguna untuk menampung air sehingga ketersediaan air dapat terjaga dalam

    waktu jangka panjang.

    Untuk membangun waduk perlu perencanaan yang sangat teliti supaya

    mampu mensuplai air untuk kebutuhan masyarakat di kecamatan Peudada dan

    daerah-daerah di sekitarnya dalam waktu jangka panjang. Adapun analisa jumlah

    tampungan debit air dalam waduk telah di rencanakan sebelumnya dengan judul

    Analisa Kapasitas Tampung Waduk Krueng Peudada Kabupaten Bireuen, untuk

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    2/15

    2

    itu Penulis melakukan Perencanaan Penampang Hidrolis Waduk Krueng Peudada

    tersebut. Perencanaan penampang hidrolis waduk bertujuan untuk mengetahui

    berat total bendungan, aman terhadap geser (sliding), aman terhadap rembesan

    dan aman terhadap gaya akibat gempa bumi.

    1.2 Permasalahan

    Waduk Krueng Peudada merupakan satu-satunya waduk di Kecamatan

    Peudada, sehingga kelayakan pembangunan waduk sangat penting dan harus

    ditinjau dari berbagai aspek diantaranya adalah tujuan pokok dari pembangunan

    waduk tersebut supaya mampu mengatasi permasalahan masyarakat di sepanjang

    DAS Krueng Peudada.

    1.3 Tujuan Tugas Akhir

    Tujuan penulis adalah mengetahui stabilitas waduk sehingga aman

    terhadap geser (sliding), aman terhadap rembesan dan aman terhadap gaya akibat

    gempa bumi. Posisi waduk terletak pada koordinat ''27,44'075 0 LU dan

    ''98,10'3496 0 BT. Lokasi studi di perlihatkan pada lampiran A.1.3 halaman 35.

    1.4 Metode Pengumpulan Data

    Dalam penulisan menggunakan data sekunder. Pengumpulan data

    sekunder merupakan data yang diperoleh dengan tinjauan instansional dari

    instansi-instansi terkait, meliputi pengumpulan data angka dan peta. Sumber data

    sekunder yaitu studi pustaka dan dari instansional.

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    3/15

    3

    Adapun data yang diperoleh dari instansional untuk studi ini adalah

    sebagai berikut :

    a. Peta topografi Daerah Aliran Sungai Peudada

    b. Peta topografi Daerah Area Waduk Peudada.

    c. Data hasil survey lapangan dari dinas PU Kabupaten Bireuen

    1.5 Teknik Analisa Data

    Dari data-data yang didapatkan akan dilalukan beberapa analisis data

    untuk Perencanaan Penampang Hidrolis Waduk yaitu dari segi hidrologi dan

    stabilitas waduk.

    1. Analisa Hidrologi

    Maksud dan tujuan dari analisa hidrologi ini adalah untuk menyajikan data-

    data dalam analisis hidrologi yaitu untuk mengetahui besarnya curah hujan

    rancangan di lokasi tinjauan studi. Hal ini nantinya akan digunakan sebagai

    pedoman dalam pelaksanaan fisik konstruksi.

    1. Analisa Stabilitas Waduk

    Maksud stabilitas waduk adalah mengetahui faktor keamanan waduk sehingga

    aman terhadap geser (sliding), aman terhadap rembesan dan aman terhadap gaya

    akibat gempa bumi serta mampu menampung debit air yang masuk di sepanjang

    DAS Krueng Peudada Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen.

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    4/15

    4

    BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    Dalam perencanaan penampang hidrolis waduk, kajian data analisa

    stabilitas memperkirakan faktor keamanan waduk sehingga aman terhadap geser

    (sliding), aman terhadap rembesan dan aman terhadap gaya akibat gempa bumi.

    Berdasarkan tujuan pembangunannya, waduk dibagi menjadi dua macam yaitu :

    2.1 Waduk dengan Tujuan Tunggal ( singgle purpose )

    Adalah waduk yang dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja, Misalnya

    untuk : Irigasi atau pengendalian banjir atau perikanan atau tujuan lainnya, tetapi

    hanya untuk satu tujuan saja.

    2.2 Waduk Serbaguna ( multipurpose )

    Adalah waduk yang dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan misalnya

    untuk: Pengendalian banjir, irigasi, air minum, perikanan dan lain-lain.

    2.3 Jenis-Jenis Tubuh Waduk / Bendungan

    Berdasarkan jenis material yang digunakan pada konstruksinya, jenis

    tubuh waduk terdiri atas:

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    5/15

    5

    2.3.1 Waduk urugan tanah

    Waduk Urugan Tanah merupakan waduk dengan struktur utamanya adalah

    tanah dengan lapisan inti kedap air serta menggunakan lapisan inti dari beton atau

    material lainnya.

    Gambar 2.1. Waduk Urugan Tanah

    2.3.2 Waduk dari beton

    Waduk beton adalah tubuh waduk dengan struktur utamanya terdiri dari

    campuran beton.

    Gambar 2.2.Waduk Beton

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    6/15

    6

    2.3.3 Bendungan karet

    Bendungan karet merupakan bendungan dengan struktur utamanya adalah

    Karet dengan sistem pengisian udara.

    Gambar 2.3.Bendungan Karet

    2.4 Analisa Hidrolo gi

    Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk air, kejadian dan

    distribusinya, sifat alami dan sifat kimianya, serta reaksinya terhadap kebutuhan

    manusia. Pengumpulan data dan informasi, terutama data untuk perhitungan

    hidrilogi sangat diperlukan dalam analisa penentuan debit banjir rancangan yang

    selanjutnya dipergunakan sebagai dasar rancangan suatu bangunan air. Semakin

    banyak data yang terkumpul berarti semakin menghemat biaya dan waktu,

    sehingga kegitan analisis dapat berjalan lebih cepat, selain itu akan didapatkan

    hasil perhitungan yang lebih akurat. Secara keseluruhan pengumpulan data

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    7/15

    7

    hidrologi ini dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan pengumpulan data dasar

    dan pengujian (kalibrasi) data-data terkumpul.

    2.4.1 Analisa curah hujan maksimum

    Analisa frekuensi curah hujan maksimum dimaksudkan untuk

    memprediksikan besaran curah hujan maksimum dengan periode ulang tertentu,

    yang nantinya akan dipergunakan untuk perhitungan debit banjir rencana dengan

    Metode empiris. Metode analisis frekuensi yang digunakan adalah :

    2.4.1.1 Distribusi normal

    Untuk analisis frekuensi curah hujan menggunakan metode distribusi

    Normal, dengan persamaan sebagai berikut :

    X T T S K X X . ........................................................................................ (2.1)

    Dimana:

    T X = variabel yang diektrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rencana untuk

    periode ulang T tahun.

    X= Harga rata-rata dari data = n

    X n

    i

    1

    ........................................................ (2.2)

    SX= Standar deviasi

    1

    )( 21

    n

    X X

    .................................................................................... (2.3)

    KT= Variabel reduksi Gauss (Lampiran T.2.3)

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    8/15

    8

    2.4.1.2 Distribusi gumbel tipe 1

    Metode Gumbel merupakan suatu cara yang paling sering digunakan

    dalam perhitungan curah hujan rencana. Untuk analisis frekuensi curah hujan

    yang terjadi dapat digunakan persamaan sebagai berikut :

    XT= X + K.S X ............................................................................................... (2.4)

    Dimana :

    XT = Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rencana untuk

    periode ulang T tahun.

    X = harga rata-rata dari data =n

    X 1 ..................................................... (2.5)

    SX = simpangan standar (Standar Deviasi)

    K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari peroode ulang ( return period )

    dan tipe frekuensi.

    Harga faktor frekuensi (k) tergantung dari banyaknya data yang dianalisa,

    dan dari perioe ulang yang dikehendaki sehingga dapat dirumuskan sebagai

    berikut :

    n

    nT

    S

    Y Y K ................................................................................................ (2.6)

    YT =1

    loglog303,2834,0T

    T ............................................................ (2.7)

    Dari persamaan (2.4) dapat didistribusikan ke persamaan (2.6) menjadi :

    XT=X+ SX S

    Y Y

    n

    nT ...................................................................................... (2.8)

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    9/15

    9

    Di mana :

    YT = Reduced variate sebagai fungsi dari periode ulang T(Lampiran T.2.4)

    Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyak data (N) (lampiran T.2.1)

    Sn = Reduced standar deviation sebagai fungsi dari banyak data (N) (lampiran

    T.2.2)

    Untuk standar deviasi dapat digunakan rumus sebagai berikut :

    SX =1

    )(2

    1

    n X X

    ................................................................................... (2.9)

    2.4.2 Intensitas hujan

    Menurut Suripin (2004), intensitas hujan adalah jumlah hujan yang

    dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu atau intensitas

    hujan adalah ketinggian hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu atau hujan

    terkonsentrasi.

    Di Indonesia alat pengukur hujan yang paling banyak digunakan alat

    pencatat hujan biasa yang mengukur hujan 24 jam atau disebut hujan harian.

    Untuk mengubah intensitas hujan harian ke intensitas hujan dengan lama waktu

    yang lebih pendek, maka digunakan rumus Mononobe:

    3 / 224 24

    24

    T

    I t ...................................................................................... (2.10)

    Dimana :

    It = intensitas hujan untuk lama hujan jam (mm/jam)

    R24 =I24 = curah hujan efektif dalam 1 hari (mm)

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    10/15

    10

    T = lama hujan (jam)

    Besar intensitas curah hujan tidak sama di segala tempat hal ini

    dipengaruhi oleh topografi, durasi dan frekuensi di tempat atau lokasi yang

    bersangkutan. Ketiga hal ini dijadikan pertimbangan untuk membuat lengkung

    IDF (Indensity Duration Frequensi) . Lengkung IDF ini digunakan untuk

    menghitung debit puncak dengan metode rasional untuk menentukan intensitas

    curah hujan rata-rata dari waktu konsentrasi yang dipilih (Sosrodarsono dan

    Takade, 2003).

    Lama hujan (time of concentration) di sini dianggap lamanya hujan yang

    akan menyebabkan debit banjir dan Tc dihitung dengan rumus Kirpich (1940) :

    Tc =385,02

    1000

    87,0

    xS

    xL................................................................................ (2.11)

    Dimana :

    Tc = Waktu konsentrasi (jam)

    L = Panjang Saluran (km)

    S = Kemiringan Sungai (mm)

    2.4.3 Koefesien pengaliran (c)

    Menurut Yulianur (2004), koefesien aliran (runoff conficient) adalah

    perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas di atas

    permukaan tanah dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfer. Nilai

    koefisien ini berkisar antara nol sampai dengan satu dan bergantung dari jenis

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    11/15

    11

    tanah, jenis vegetasi (tumbuhan hidup) dan konstruksi yang ada di permukaan

    tanah.

    2.4.4 Analisis debit banjir rencana

    Debit banjir rencana adalah debit maksimum pada saat curah hujan

    maksimum. Perhitungan debit banjir rencana menggunakan metode rasional

    Jepang, yaitu:

    Q=0,278 C.I.A ......................................................................................... (2.12)

    Dimana :

    Q = debit banjir (m 3 /det)

    C = Koefisien aliran limpasan

    I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

    A = luas DAS (KM 2 )

    2.5.1 Analisa stabilitas waduk

    Stabilitas waduk dianalisis pada tiga macam kondisi yaitu pada saat waduk

    kosong, normal dan pada saat banjir. Tinjauan stabilitas yang diperhitungkan

    dalam perencanaan suatu waduk meliputi :

    2.5.2 Analisa tinggi puncak waduk

    Untuk mendapatkan tinggi puncak maka perlu dicari tinggi jagaan sebagai

    berikut :

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    12/15

    12

    2.5.2.1 Penentuan tinggi jagaan waduk

    Tinggi jagaan adalah jarak bebas antara mercu embung dengan permukaan

    air maksimum rencana. Tinggi jagaan dapat dihitung dengan mengunakan

    persamaan sebagai berikut :

    iae

    w f hhh

    atauh )2

    ( ............................................................ (2.13)

    iae

    w f hhh

    h )2

    .......................................................................... (2.14)

    Dimana :

    f = tinggi jagaan (tinggi kemungkinan kenaikan permukaan air waduk).

    = yang terjadi akibat timbulnya banjir abnormal. Untuk waduk dipakai

    koefesien 0,12 m.

    Hw = tinggi ombak akibat tiupan angin (koefesien pengali 0,23m).

    eh = Tinggi ombak akibat gempa.

    ah = Tinggi kemungkinan kenaikan permukaan air waduk, apabila terjadi

    kemacetan- kemacetan pada pintu bangunan pelimpah.

    ih = tinggi tambahan yang didasarkan pada tingkat urgensi (keharusan) dari

    waduk.

    Perhitungan intensitas seismis horizontal dapat dihitung dengan persamaan

    sebagai berikut :

    g

    V Ac ze .. ) ............................................................................................ (2.15)

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    13/15

    13

    Dimana :

    e = Intensitas seismis horizontal

    z = zona gempa

    Ac = koefisien aliran

    V = kecepatan aliran

    G = gravitasi (9,81) m 2 /det

    Rumus Besarnya tinggi gelombang yang disebabkan oleh gempa (h e)

    adalah :

    he= o H ge

    ..

    ......................................................................................... (2.16)

    dimana :

    e = Intensitas seismis horizantal

    = Siklus seismis ( 1 detik )

    ho = Kedalaman air dalam waduk

    = elevasi puncak elevasi dasar

    2.5.2.2 Penentuan lebar puncak waduk

    Lebar puncak mercu minimum dihitung berdasarkan persamaan sebagai

    berikut :

    B = 3,6 H 3 / 1 - 3,0 ..................................................................................... (2.17)

    Dimana :

    H = Tinggi waduk (m)

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    14/15

    14

    2.6 Analisa Stabilitas Waduk

    Rumus :

    2,1).(

    e

    e

    T T

    tg N U N ClFs

    ............................................................. (2.18)

    Dimana :

    Fs = Faktor stabilitas CL = Lebar Pias (m)

    N = Besar sudut U = Faktor pengali

    Ne = Berat jenis material T = Koefien geserTe = Sudut pias

    2.7 Perhitungan spillway

    Spillway merupakan Bangunan Pelimpah pada tubuh waduk untuk

    mengatasi debit banjir atau kelebihan air dalam waduk.

    Rumus :

    W H .51

    ................................................................................................. (2.19)

    Dimana :

    W = Tinggi Spillway (m)

    H = Tinggi Jagaan waduk (m)

    Ls=1/5Lw ................................................................................................ (2.20)

    Dimana :

    Ls = Lebar Spillway (m)

    Lw = Lebar Waduk (m)

  • 7/30/2019 BAB I Pendahuluah

    15/15

    15

    3.5 Bangunan Intake/Penyadap pada Waduk

    Bangunan intake adalah bangunan pengambilan air untuk berbagai macam

    keperluan. Misalnya untuk irigasi, air bersih, pembangkit tenaga listrik dan

    keperluan lainnya.

    Kapasitas lubang-lubang penyadap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    gH AC Q 2. ....................................................................................... (2.21)

    Dimana :

    Q = debit penyadapan sebuah lubang (m3/detik)

    C = koefisien debit 0,62

    A = luas penampang lubang (m2)

    g = gravitasi (9,8 m/detik)

    H = tinggi air dari titik tengah lubang ke permukaan (m)