Bab i Pendahulua1

11
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH Peningkatan perkembangan penduduk di Indonesia yang makin cepat menyebabkan kepentingan dan ketergantungan manusia dalam penggunaan lahan yang makin meningkat di mana menuntut masyarakat dalam peningkatan infrastruktur ,usaha pertanian ,maupun usaha – usaha di segala bidang. Usaha-usaha tersebut memerlukan lahan sebagai tempat melaksanakan pembangunan di berbagai bidang. Seiring dengan perkembangan penduduk kepentingan dan ketergantungan manusia pada lahan-pun meningkat, sehinggah banyak menimbulkan masalah karena makin banyaknya hutan yang menjadi korban sebagai areal pertanian menjadi areal permukiman. konflik penggunaan dan pemanfaatan lahan bersifat dilematis mengingat peluang perluasan areal pertanian sudah sangat terbatas, sementara tuntutan terhadap kebutuhan lahan untuk perkembangan sektor industri, jasa, perumahan, dan properti semakin meningkat. Dengan demikian perubahan penggunaan lahan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak mungkin dapat dihindarkan. Bila keadaan dilematis ini tidak segera diatasi dengan pengembangan kebijakan pertanahan maka kelangsungan sistem pertanian sulit dipertahankan, mengingat selama tiga dekade terakhir belum ada sesuatu terobosan teknologi dan kelembagaan yang mampu mengkompensasi penurunan produksi pertanian akibat berkurangnya tanah-tanah pertanian, yang dirubah kepenggunaan lain. Memasuki masa pemulihan ekonomi saat ini, pemerintah melalui kebijakan pemanfaatan lahan tidur atau terlantar telah berupaya mendorong para pemilik maupun petani penggarap agar dengan kesepakatan bersama mengusahakan tanahnya dengan komoditi tanaman pangan. Upaya ini hanya bersifat sementara. Dengan adanya perbaikan kemampuan investasi, para pengembang atau developer yang sudah terlanjur menguasai lahan pertanian, akan tetap berusaha melaksanakan kegiatan nonpertanian (jasa, industri, dan perumahan) pada lahan tersebut. Hal ini lebih jauh telah menimbulkan persoalan baru sejalan dengan penerapan otonomi daerah. Permasalahan ini semakin kompleks di lapangan karena arah

Transcript of Bab i Pendahulua1

Page 1: Bab i Pendahulua1

BAB I PENDAHULUANLATAR BELAKANG MASALAHPeningkatan perkembangan penduduk di Indonesia yang makin cepat menyebabkan kepentingan dan ketergantungan manusia dalam penggunaan lahan yang makin meningkat di mana menuntut masyarakat dalam peningkatan infrastruktur ,usaha pertanian ,maupun usaha – usaha di segala bidang. Usaha-usaha tersebut memerlukan lahan sebagai tempat melaksanakan pembangunan di berbagai bidang. Seiring dengan perkembangan penduduk kepentingan dan ketergantungan manusia pada lahan-pun meningkat, sehinggah banyak menimbulkan masalah karena makin banyaknya hutan yang menjadi korban sebagai areal pertanian menjadi areal permukiman. konflik penggunaan dan pemanfaatan lahan bersifat dilematis mengingat peluang perluasan areal pertanian sudah sangat terbatas, sementara tuntutan terhadap kebutuhan lahan untuk perkembangan sektor industri, jasa, perumahan, dan properti semakin meningkat. Dengan demikian perubahan penggunaan lahan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak mungkin dapat dihindarkan. Bila keadaan dilematis ini tidak segera diatasi dengan pengembangan kebijakan pertanahan maka kelangsungan sistem pertanian sulit dipertahankan, mengingat selama tiga dekade terakhir belum ada sesuatu terobosan teknologi dan kelembagaan yang mampu mengkompensasi penurunan produksi pertanian akibat berkurangnya tanah-tanah pertanian, yang dirubah kepenggunaan lain. Memasuki masa pemulihan ekonomi saat ini, pemerintah melalui kebijakan pemanfaatan lahan tidur atau terlantar telah berupaya mendorong para pemilik maupun petani penggarap agar dengan kesepakatan bersama mengusahakan tanahnya dengan komoditi tanaman pangan. Upaya ini hanya bersifat sementara. Dengan adanya perbaikan kemampuan investasi, para pengembang atau developer yang sudah terlanjur menguasai lahan pertanian, akan tetap berusaha melaksanakan kegiatan nonpertanian (jasa, industri, dan perumahan) pada lahan tersebut. Hal ini lebih jauh telah menimbulkan persoalan baru sejalan dengan penerapan otonomi daerah. Permasalahan ini semakin kompleks di lapangan karena arah kebijakan nasional dalam hal pengendalian alih fungsi lahan pertanian sering bertabrakan dengan kebijakan pemerintah daerah yang lebih memprioritaskan kepentingan lokal dan kebijakan daerah. Walaupun penerapan kebijakan pengendalian alih fungsi lahan masih dipandang cukup efektif dalam membatasi penggunaan lahan bagi kegiatan nonpertanian (seperti mekanisme perijinan lokasi dan penerapan Rencana Tata Ruang Wilayah), namun ternyata masih banyak prilaku “spekulan tanah” yang tidak terjangkau oleh penerapan kebijakan tersebut. Banyak dijumpai kasus-kasus dimana para pemilik lahan pertanian secara sengaja mengubah fungsi lahan agar lebih mudah untuk diperjualbelikan tanpa melalui mekanisme perijinan atau pelanggaran Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada. Misalnya kasus yang masih hangat terjadi di

Page 2: Bab i Pendahulua1

Kabupaten minahasa dimana Bupati telah menetapkan ijin lokasi bagi pengalihan fungsi lahan peranian.Penelitian ini mencoba mendiskusikan keberadaan lahan pertanian dan konflik kepentingan penggunaannya serta kedudukan instrumen kebijakan pertanahan dalam rangka mempertahankan kelangsungan sektor pertanian, terutama pengendalian terhadap peman-faatan lahan pertanian bagi kepentingan pembangunan di sektor nonpertanian. Lahan sebagai satu kesatuan adalah sumber daya alam yang terdapat dan terbatas, mengharuskan para perencana pembangunan dapat mengatur penggunaan lahan secara proporsional, agar dapat di ciptakan kualitas lingkunggan hidup yang optimal. Apabila penggunaan lahan tiddak di atur secara proporsional maka lahan pertanian berkurang bahkan akan sangat terbatas akibatnya ,,land man ratio,, mengecil atau menipis, bahkan banyak peduduk di pedesaan tidak lagi memiliki lahaan garapan. (Ambar.Suoth G.F.E, 2001).Berdasarkan hasil sensus tahun 1947 dan 1957 mengenai berbagai perubahan-perubahan yang terjadi selama sepuluh tahun dimana pertambahan penduduk dalam golongan –golongan etnik, dalam pola pemukiman, struktur penduduk dan struktur dalam pola lapangan pekerjaan. Pertambahan penduduk dalam golongan-golongan etnik ternyata bahwa terutama terjadi pertambahan jumlah penduduk. Sala satunya adalah komunitas cina. Di samping itu hanya sedikit perubahan terjadi dalam komposisi etnik dan keadaan bahasa, selain pertambahan bangsa eropa. Pola pemukiman ini tidak berubah sifatnya yang utama segregasi orang yang kaya dan golongan menengah bertempat tinggal terpisah dari golongan lainya telah terjadi subur sehingga terjadi orbanisasi yang luas dan beberapa desa di sekitarnya.Belakangan ini kita sering melihat banyak lahan terbuka yang di bangun menjadi sebuah perumahan, lahan yang tentunya telah di miliki pengembangan dalam pengelolahan pertanian tersebut sudah kini dijadikan sebagai pemukiman atau perumahan masyarakat, baik perumahan kelas menengah atau perumahan mewah. Dimana hal ini telah membawa perubahan-perubahan bagi masyarakat sala satunya adalah perubahan lahan yang terjadi di Kecamatan Tondano selatan. Perumahan memang merupakan hal yang sangat penting bagi kebutuhan manusia, dimana sebagai tempat berlindung dari bahaya alam maupun lainya. Setiap masyarakat yang berada di kabupaten minahasa, terlebih khusus minahasa selatan telah memiliki banyak perubahan-perubahan yang terjadi, sala satu perubahan tersebut adalah perubahan lahan pertanian menjadi tempat pemukiman warga. Hal Ini sejalan dengan kepindahan insitut keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP) Manado, yang sekarang ini di kenal dengan Universitas Negeri Manado (UNIMA) pada tahun 1987, membawa keberuntungan bagi masyarakat kecamatan tondano selatan yang lebih khususnya di kelurahan tataara I dan masyarakat kelurahan tataaran II serta masyarakat kelurahan perum UNIMA. Di katakan demikian karena dengan adanya institut

Page 3: Bab i Pendahulua1

/universitas mengakibatkan wilayah permukiman baru yang tersebar pada sepanjang jalur tataaran – remboken dengan luas wilayah (1.5 km), keadaan ini mengakibatkan perubahan fungsi penggunaan lahan di sekitar kampus menjadi daerah perkotaan yang dalam perkembangannya begitu pesat teriring dengan bertambahnya jumlah mahasiswa. Dengan demikian lahan pertanian dapat berkurang akibat bertambanya penduduk masyarakat minahasa selatan terlebih khusus masyarakat kelurahan tataaran I kelurahan tataaran II dan kelurahan maesa perum UNIMA, sehingga hal ini dapat mengakibatkan masyarakat menguba lahan pertanian menjadi lahan permukiman

Identifikasi MasalahDari latar belakang masalah di maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai beikut:Adanya kepadatan penduduk membawa dampak positif dan dampak negatif dalam pembangunan perumahan di kecamatan tondano selatanAdanya perubahan daerah areal pertanian menjadi areal permukiman di kecamatan tondano selatan Adakak lahan yang berubah fungsi dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman ?

Pembatasan MasalahBerdasarkan pada beberapa identifikasi masalah tersebut maka dalam penelitian iniAkan di kaji faktor – faktor penyebab perubahan pemanfaatan lahan pertanian di kecamatan tondano selatan.Rumusan masalah

1. Mengacu pada pembatasan masalah tersebut maka masalah dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut:

2. Apakah bertambahnya penduduk dapat mempengaruhi lahan pertanian ?3. Mengapa lahan pertanian di mafaatkan sebagai lahan permukiman ?4. Apakah dengan adanya perubahan lahan pertanian menjadi lahan permukiman dapat

memberikan keuntungan (ekonomi) terhadap masyarkat ?5. Bagaimana motivasi pemerintah terhadap perubahan lahan pertanian menjadi lahan

permukiman masayarakatTujuan penelitian Tujuan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:Untuk mengetahui sampai sejauh mana perubahan lahan pertanian menjadi lahan permukiman

Page 4: Bab i Pendahulua1

Agar dapat mengetahui dampak perubahan lahan pertanian menjadi lahan permukiman Untuk mengetahui kelancaran pemabangunan mengakibatkan sempitnya lahan pertanian

Manfaat PenelitianManfaat yang di peroleh dengan diadakannya penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dana. manfaat praktis.

Dimana manfaat teoritis adalah menamba wawasan pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor perubahan lahan pertanian menjadi lahan permukiman di Kabupaten Minahasa kec. Minahasa selatan terlebih khusus kelurahan Tataaran dan Perum Unima.

1. Manfaat Praktis:Memberikan gambaran terhadap masyarakat minahasa selatan, khusunya Warga Tataran dan Perum Unima mengenai pentingya lahan pertanian dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah untuk dapat memperhatikan dalam pembangunan permukiman di kecamatan tondano selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian lahanHampir semua aktivitas manusia melibatkan penggunaan lahan, dan kearena jumlah dan aktivitas manusia bertambah dengan cepat, maka lahan menjadi sumber yang langkah. mengubah pola penggunaan lahan mungkin memberikan keuntungan atau kerugian yang besar baik dari segi ekonomi maupun terhadap perubahan lingkungan . Jadi manfaat kegunaan lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan – hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencanaan serta berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat di harapkan berhasil.Lahan sebagai satu kesatuan adalah sumber daya alam yang tepat dan terbatas mengharuskan para perencana pembangunan dapat mengatur penggunaan lahan secara proporsional, agar dapat di ciptakan kualitas lingkungan hidup yang optimal. Apabila penggunaan laha tidak di atur

Page 5: Bab i Pendahulua1

secara proporsional maka lahan pertanian berkurang bahkan sangat terbatas akibatnya “land man ratio” mengecil atau menipis bahkan banyak penduduk di pedesaan tidak lagi memiliki lahan garapan. (Ambar, dalam Suoth G. F. E, 2001)Lahan merupakan bagian dari bentang alam (lansdscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief , hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berperang terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah di pengaruhi oleh aktivitas manusia baik di masa lalu maupun pada masa sekarang. Aktivitas dalam penggunaan lahan pertanian reklamasi lahan rawa pasang surut, atau tindakan konsumsi tanah.Mangunsukardjo (1995) mengemukakan bahwa lahan meliputi segalah hubungan timbal balik aspek-aspek faktor biofisik di permukaan bumi yang dapat di pandang dari segi ekologika. Lebih lanjut di kemukakan, lahan adalah merupakan sumber daya (resources) bagi manusia karena dapat menyediakan bahan/material, tanah, air, zat-zat yang dapat menumbuhkan tanaman, ataupun sebagai tampak (site) untuk jalan, permukiman, industri, perairan maupun rekreasi dan sebagainya. B.Teori Perubahan Penggunaan LahanPerubahan guna lahan secara umum artinya adalah menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Namun dalam kajian land economics, pengertiannya difokuskan pada proses dialihgunakannya lahan dari lahan pertanian atau perdesaan ke penggunaan non pertanian atau perkotaan.Ada empat proses utama yang menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan yaitu (Bourne, dalam Suberlian, 2003:42):Perluasan batas kota Peremajaan di pusat kotaPerluasan jaringan infrastruktur terutama jaringan transportasiTumbuh dan hilangnya pemusatan aktivitas tertentu.

Menurut (Sujarto, dalam Suberlian, 2003 : 36) faktor-faktor yang mempengaruhiperubahan guna lahan di perkotaan adalah :TopografiTopografi merupakan faktor pembatas bagi perkembangan suatu kawasan karenatopografi tidak dapat berubah kecuali dalam keadaan yang labil. Meskipun demikian usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah topografi atau mengatasi keadaan ketinggian, kelerengan tanah; misalnya menggali bukit, menguruk tanah reklamasi laut/rawa.

Page 6: Bab i Pendahulua1

PendudukPerkembangan penduduk menyebabkan kebutuhan lahan untuk permukiman meningkat sebagai akibat langsung dari pemenuhan kebutuhan permukiman. Peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman sudah tentu diikuti oleh tuntutan kebutuhan lahan untuk sarana dan prasarana serta fasilitas yang lain.Nilai lahanDilihat dari faktor-faktor penyebabnya, pada umumnya proses perubahan penggunaan lahan kota-kota di Indonesia dipengaruhi faktor penentu dari segi ekonomi (economic determinants). Dalam perspektif ekonomi, penggunaan sebidang lahan perkotaan di tentukan pasar lahan perkotaan (the urban land market). Ini berarti bahwa lahan merupakan komoditi yang diperdagangkan sehingga penggunaannya ditentukan oleh tingkat demand dan supply. Sesuai dengan teori keseimbangan klasik harga lahan menjadi fungsi biaya yang menjadikan lahan produktif dan fungsi pendapatan dari pengembangan suatu lahan. Secara rasional penggunaan lahan oleh masyarakat biasanya ditentukan berdasarkan pedapatan atau produktifitas yang bisa dicapai oleh lahan, sehingga muncul konsep highest and best use, artinya adalah penggunaan lahan terbaik adalah penggunaan yang dapat memberikan pendapatan tertinggi. Jadi faktor ekonomi menjadi pegangan dalam pengambilan keputusan untuk mengembangkan sebidang lahan.Aksesibilitas lahan. (accesibility) suatu lahan dan faktor saling melengkapi (complementarity) antar penggunaan lahan akan menentukan nilai ekonomi suatu lahan. Suatu lahan dengan jangkauan transportasi yang baik mempunyai nilai ekonomi yang relatif lebih baik, karena akan mengurangi biaya perjalanan (traveling cost) dan waktu tempuh. Sebagaimana dikemukakan (Wingo, dalam Suberlian, 2003 : 36) bahwa harga lahan merupakan fungsi dari biaya transportasi. Sementara faktor complementarity akan menarik kegiatan-kegiatan yang saling melengkapi/terkait untuk berlokasi saling berdekatan sehingga saling memberikan keuntungan.Prasarana dan saranaKelengkapan sarana dan prasarana, sangat berpengaruh dalam menarik pendudukuntuk bermukim disekitarnya, sehingga dapat menarik pergerakan penduduk untuk menuju ke daerah tersebut.Daya Dukung LingkunganKemampuan daya dukung lahan dalam mendukung bangunan yang ada diatasnya, menentukan kawasan terbangun, lahan pertanian, dan harus dipelihara serta dilindungi.

Proses terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian disebabkan oleh beberapa faktor. Kustiwan (1997) dalam Supriyadi (2004) menyatakan bahwa setidaknya ada tiga faktor

Page 7: Bab i Pendahulua1

penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian yaitu:

1. Faktor Eksternal. Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan (fisik maupun spasial), demografi maupun ekonomi.

2. Faktor Internal. Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.

3. Faktor Kebijakan. Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.

Pasandaran (2006) menjelaskan paling tidak ada tiga faktor, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang merupakan determinan konversi lahan pertanian, yaitu:

1. Kelangkaan sumberdaya lahan dan air

2. Dinamika pembangunan entasi rencana tata ruang.

Sedangkan faktor langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana transportasi,

pertumbuhan kebutuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana pemukiman dan sebaran lahan

pertanian.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian di tingkat petani, sebagaimana dikemukakan oleh Rusastra (1994) dalam Munir (2008) adalah sebagai pilihan alokasi sumber daya melalui transaksi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi petani seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan kemampuan ekonomi secara keseluruhan serta pajak tanah, harga tanah dan lokasi tanah. Sehingga diperlukan kontrol agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munir (2008) di Desa Candimulyo, Kecamatan

Kertek, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, dapat diketahui bahwa ada faktor-faktor yang berhubungan dengan konversi lahan. Faktor- faktor tersebut meliputi faktor internal petani dan faktor eksternal. Faktor internal adalah karakteristik petani yang mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki, dan tingkat ketergantungan terhadap lahan. Sedangkan faktor eksternal mencakup pengaruh tetangga, investor, dan kebijakan pemerintah daerah dalam hal pengembangan pertanian.

Tiga kebijakan nasional yang berpengaruh langsung terhadap alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian ialah: 1. Kebijakan privatisasi pembangunan kawasan industri sesuai Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1989

yang telah memberikan keleluasaan kepada pihak swasta untuk melakukan investasi dalam

Page 8: Bab i Pendahulua1

pembangunan kawasan industri dan memilih lokasinya sesuai dengan mekanisme pasar. Dampak kebijakan ini sangat berpengaruh pada peningkatan kebutuhan lahan sejak tahun 1989, yang telah berorientasi pada lokasi subur dan menguntungkan dari ketersediaan infrastruktur ekonomi.

2. Kebijakan pemerintah lainnya yang sangat berpengaruh terhadap perubahan fungsi lahan pertanian ialah kebijakan pembangunan permukiman skala besar dan kota baru. Akibat ikutan dari penerapan kebijakan ini ialah munculnya spekulan yang mendorong minat para petani menjual lahannya.

3. Selain dua kebijakan tersebut, kebijakan deregulasi dalam hal penanaman modal dan perizinan sesuai Paket Kebijaksanaan Oktober Nomor 23 Tahun 1993 memberikan kemudahan dan penyederhanaan dalam pemrosesan perizinan lokasi. Akibat kebijakan ini ialah terjadi peningkatan sangat nyata dalam hal permohonan izin lokasi baik untuk kawasan industri, permukiman skala besar, maupun kawasan pariwisata.

Teori pengertian peranian

Pertanian merupakan akivitas ekonomi dunia yang paling penting .ia menggunakan satu pertiga dari

pada permukaan bumi dan 45% dari pada jumlah penduduk dunia terlibat dengan akivias pertanian .