BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktifitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan tanah dan dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah. Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang disediakan oleh UUPA, adalah untuk digunakan atau dimanfaatkan. Diberikannya dan dipunyainya tanah dengan hak-hak tersebut tidak akan bermakna jika penggunaanya terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan bumi saja. Untuk keperluan apapun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan sebagai tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya. Oleh karena itu dalam ayat (2) dinyatakan bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya memberikan wewenang untuk mempergunakan sebagaian tertentu permukaan bumi yang bersangkutan, yang disebut “tanah”, tetapi juga tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta yang ada di atasnya. 1 Di dalamnya juga terdapat penguasaan tanah yang dapat dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia. Pengertian penguasaan dapat dipakai dalam arti fisik, juga dalam arti yuridis. Penguasaan yuridis dilandasi hak, yang dilindungi 1 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya,( Jakarta : Djambatan, 2008), hal 18.

Transcript of BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah...

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia

hidup serta melakukan aktifitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu

berhubungan dengan tanah dan dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup

manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah.

Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang

disediakan oleh UUPA, adalah untuk digunakan atau dimanfaatkan. Diberikannya

dan dipunyainya tanah dengan hak-hak tersebut tidak akan bermakna jika

penggunaanya terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan bumi saja. Untuk

keperluan apapun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan sebagai

tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya. Oleh

karena itu dalam ayat (2) dinyatakan bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya

memberikan wewenang untuk mempergunakan sebagaian tertentu permukaan

bumi yang bersangkutan, yang disebut “tanah”, tetapi juga tubuh bumi yang ada

di bawahnya dan air serta yang ada di atasnya.1

Di dalamnya juga terdapat penguasaan tanah yang dapat dimiliki oleh

seluruh warga negara Indonesia. Pengertian penguasaan dapat dipakai dalam arti

fisik, juga dalam arti yuridis. Penguasaan yuridis dilandasi hak, yang dilindungi

1Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok

Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya,( Jakarta : Djambatan, 2008), hal 18.

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

2

oleh hukum dan umumnya memberi kewenangan kepada pemegang hak untuk

menguasai secara fisik tanah yang dihaki. Tetapi ada juga penguasaan yuridis

yaitu biarpun memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang dihaki secara

fisik, pada kenyataannya penguasaan fisiknya dilakukan pihak lain. Misalnya

kalau tanah yang dimiliki disewakan kepada pihak lain dan penyewa yang

menguasainya secara fisik. Atau tanah tersebut dikuasai secara fisik oleh pihak

lain tanpa hak. Dalam hal ini pemilik tanah berdasarkan hak penguasaan

yuridisnya, berhak untuk menuntut diserahkannya kembali tanah yang

bersangkutan secara fisik kepadanya.2

Penguasaan tanah yang dimaksudkan diatas juga dapat beralih apabila

terjadi pewarisan dari pewaris kepada ahli waris. Pewaris biasanya adalah orang

tua atau seseorang yang telah meninggal dunia, sedangkan ahli waris biasanya

adalah anak atau orang yang masih berkaitan dengan pewaris. Nantinya, harta

warisan yang ditinggalkan oleh pewaris harus adanya pembagian warisan yang

adil kepada ahli warisnya tanpa terkecuali. Namun kenyataannya, masih banyak

dijumpai beberapa kasus mengenai pembagian warisan yang menyebabkan

munculnya konflik antar ahli waris.

Untuk membuktikan kebenaran atas sengketa tanah waris tersebut, maka

akan ditelusuri sebuah kasus yang dinilai menarik untuk dikaji lebih lanjut, yakni

masalah sengketa tanah waris berupa tanah dan bangunan diatasnya yang terletak

di Jalan Bekisar II/8 RT. 04 RW. 04 Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari

Kota Surakarta antara Teguh dan Soedarso.

2Ibid, hal 23.

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

3

Teguh merupakan penggugat yang dalam hal ini sebagai pewaris pengganti

dari Slamet Hadi Pranoto ( Pewaris Golongan Pertama ) dan merupakan orangtua

kandung Teguh. Dalam kasus ini Teguh menggantikan hak waris atas

meninggalnya Slamet Hadi Pranoto. Sedangkan Soedarso merupakan tergugat

dalam hal ini sebagai Pewaris Golongan Pertama dikarenakan Soedarso

merupakan anak kandung dari Singowijoyo sekaligus Paman dari Teguh serta

saudara kandung dari mendiang Slamet Hadi Pranoto.

Kasus tersebut dinilai menarik karena berdasarkan data awal yang diperoleh

diketahui bahwa sengketa tanah tersebut bermula adanya perbuatan hukum

mendaftarkan hak milik objek tanah sengketa oleh Soedarso, dengan menyatakan

bahwa tanah tersebut sebagai tanah hak andarbeni dari Soedarso. Padahal

kenyataannya, objek sengketa tersebut belum pernah dibagi waris diantara ahli

waris dan objek sengketa tersebut ditempati oleh Teguh, Parjiman dan salah satu

keturunan Mbok Surip. Perbuatan hukum tersebut telah dilakukan dengan adanya

Sertifikat Hak Milik Nomor 2714 Kelurahan Manahan seluas kurang lebih 440m2,

namun terjadi sengketa dalam hal pendaftaran objek sengketa tersebut tanpa

persetujuan dan pengetahuan ahli waris Singowijoyo (Pewaris) sehingga harus

dinyatakan sebagai cacat hukum dan dilakukan secara melawan hukum.

Diselesaikan melalui lembaga peradilan hingga ke tingkat kasasi di Mahkamah

Agung Republik Indonesia dengan putusan gugatan perdata tersebut melawan

hukum sehingga harus dieksekusi.

Kemudian masing-masing pihak diwakili oleh Teguh sebagai ahli waris dari

Slamet Hadi Pranoto mengajukan gugatan ke Pengadilan Surakarta dengan alasan

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

4

agar menetapkan bahwa Soedarso, Mbok Surip (meninggal), Slamet Hadi Pranoto

(meninggal), Mbok Tuminem dan Parjiman sebagai ahli waris sah dari pasangan

suami istri Singowijoyo. Di Pengadilan Negeri kota Surakarta masing-masing

permohonan gugatan dinyatakan tidak dapat diterima sehingga Majelis Hakim

tidak perlu lagi mempertimbangkan pokok perkara. Berdasarkan keputusan

tersebut, Teguh mengajukan lagi gugatan ke Pengadilan Tinggi Semarang hingga

proses kasasi di Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Penyelesaian atas sengketa tanah tersebut akhirnya dapat dilakukan oleh

lembaga peradilan yakni Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan

kewenangan yang ada padanya, yakni dengan menetapkan bahwa permohonan

kasasi yang dilakukan oleh Pemohon Kasasi yaitu Teguh ditolak dan selanjutnya

menetapkan Pemohon Kasasi sebagai pihak yang kalah.

Namun perlu kita pahami pula bahwa dalam penyelesaian sengketa tanah

waris, ada hukum waris yang mengatur di dalamnya. Telah diketahui pula bahwa

di Indonesia berlaku lebih dari satu sistem Hukum Perdata, yaitu: Hukum Barat

(Hukum Perdata Eropa), Hukum Adat, dan Hukum Islam. Ketiga sistem hukum

tersebut semuanya antara lain juga mengatur cara pembagian harta warisan.3 Di

negara Indonesia juga memberlakukan tiga macam hukum waris, yaitu hukum

waris adat, hukum waris Islam, dan hukum waris Barat (dikenal juga dengan

nama hukum waris perdata. Setiap penduduk, dibolehkan menggunakan salah satu

dari hukum-hukum tersebut. Bagi penduduk yang beragama Islam, diberlakukan

3Mulyadi, Hukum Waris Tanpa Wasiat, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro,

2011), hal 1.

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

5

penggunaan hukum waris Islam. Bagi penduduk nonmuslim asli pribumi,

diberlakukan hukum adatnya masing-masing yang dipengaruhi oleh unsur-unsur

agama dan kepercayaan. Adapun hukum waris Barat diberlakukan kepada orang-

orang Eropa, Timur asing dan orang-orang pribumi serta muslim yang mau

tunduk dengan hukum tersebut.4

Lebih jelasnya dijabarkan bahwa, hukum barat atau hukum waris

KUHPerdata adalah hukum waris yang menganut sistem pembagian waris

berdasarkan individual. Harta warisan dibagi berdasarkan jumlah ahli waris, laki-

laki dan perempuan mendapat jumlah yang sama.5

Sedangkan hukum waris adat adalah cabang dari ilmu pengetahuan tentang

hukum adat yang berhubungan dengan kekeluargaan dan kebendaan.6 Hukum

waris adat juga merupakan tata cara pewarisan menurut hukum adat yang berlaku

dan hukum ini merupakan konsekuensi dari masih terpeliharanya hukum adat di

beberapa daerah di Indonesia sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa

Indonesia.7

4NM. Wahyu Kuncoro, Waris Permasalahan dan Solusinya Cara Halal dan Legal Membagi

Warisan, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2015), hal 6. 5Ibid, hal 30. 6Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung : Alumni, 1983), hal 14. 7NM. Wahyu Kuncoro, Op Cit, hal 12.

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

6

Terakhir, hukum waris Islam dalam terminologi Islam disebut dengan ilmu

fara’idh. Di dalam ilmu tersebut, segala hal berkaitan dengan pewarisan telah

diatur secara lengkap, termasuk juga cara menghitungnya. Bagian-bagian yang

bisa diperoleh ahli waris juga telah ditetapkan secara jelas.8

Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang peralihan harta

kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para

ahli warisnya. Pada asasnya hanya hak-hak dan kewajiban dalam lapangan hukum

kekayaan atau harta benda saja yang dapat diwaris.9 Sedangkan hukum waris

menurut para sarjana pada pokoknya adalah peraturan yang mengatur perpindahan

kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada satu atau beberapa orang lain.

Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat hukum dari kematian

seseorang terhadap harta kekayaan yang berwujud: perpindahan kekayaan si

pewaris dan akibat hukum perpindahan tersebut bagi ahli waris, baik dalam

hubungan anatara sesama ahli waris maupun antara mereka dengan pihak ketiga.10

Dari kasus yang ada di atas dapat dijelaskan hubungan antara pewaris

dengan harta warisan adalah tentunya pewaris sendiri adalah orang yang telah

meninggal. Dapat dipahami juga bahwa orang yang meninggal pastilah

meninggalkan harta warisan berupa harta benda dan lain sebagainya. Sepeninggal

pewaris pastilah ada hak atas harta warisan yang turun kepada hak waris atau

anak-anak dan saudaranya. Harta waris tersebut juga harus dibagi sesuai ketentuan

8Ibid, hal 17. 9Effendi Perangin, Hukum Waris, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2016), hal 3. 10J Satrio, Hukum Waris, (Bandung: Alumni, 1992), hal 8.

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

7

hukum waris yang nantinya akan di pakai untuk menetapkan bagian-bagian dari

harta waris yang ditinggalkan pewaris kepada ahli waris.

Lebih jelasnya, dimana saja persoalan hukum waris itu akan dibicarakan,

maka ia akan menyangkut tiga unsur yaitu adanya harta peninggalan atau harta

kekayaan pewaris yang disebut warisan, adanya pewaris yaitu orang yang

menguasai atau memiliki harta warisan dan yang mengalihkan atau

meneruskannya, dan adanya waris yaitu orang yang menerima pengalihan atau

penerusan atau pembagian harta warisan itu, yang terdiri dari ahli waris dan

mungkin juga bukan ahli waris.11

Oleh karena itu perlu diketahui sebelumnya bahwa perlunya wasiat atau

pembagian yang dilakukan pewaris sebelum dia meninggal, untuk menghindari

adanya sengketa waris dari para pihak ahli waris. Dalam pembagian harta

warispun apabila sudah ada wasiat berarti pewarislah yang menentukan bagian-

bagian dari setiap harta waris. Namun apabila belum ada wasiat atau belum

dibagi, hukum warislah yang akan menentukan dan hal semacam inilah yang

pastinya menimbulkan sengketa. Karena pada kasus di atas pula, sengketa waris

terjadi atas dasar belum dibaginya harta waris yang ditinggalkan oleh pasangan

suami-istri Singowijoyo yaitu berupa tanah seluas kurang lebih 452 M2 dan

diatasnya terdapat bagunan. Tanah tersebut dahulunya merupakan pemberian

Kraton/Bupati Pangreh Praja Kutho Mangkunegaran dengan sistem anggaduh

yang dituangkan dalam Pikukuh angka 316 tanggal 7 Nopember 1936 semasa

hidupnya Singowijoyo. Pada tanggal 21 Februari 2008, terbitlah hak kepemilikan

11Hilman Hadikusuma, Op Cit, hal 12.

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

8

atas objek sengketa Sertifikat Hak Milik Nomor 2174 Kelurahan Manahan seluas

kurang lebih 440 M2 nama pemegang hak Soedarso.

Karena alasan itulah, Teguh mengajukan gugatan mewakili ayahnya yang

sudah meninggal dan sebagai ahli waris yang sah dari pasangan suami-istri

Singowijoyo atas tanah dan bangunan, untuk menuntut haknya. Atas dasar itu

pula, Soedarso tidak seharusnya mendaftarkan tanah dan bangunan tersebut

menjadi hak milik atas nama dirinya.

Dengan demikian, sengketa pertanahan telah ditangani oleh lembaga

peradilan dan menjamin masalahnya dapat diselesaikan, apabila para pihak telah

sepakat dan menerima keputusan akhir tanpa adanya peninjauan kembali.

Lembaga peradilan seperti Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah

Agung dengan kewenangan yang ada padanya menempuh cara penyelesaian yang

menciptakan dan memenuhi rasa keadilan para pihak. Kewenangan dalam

penyelesaian sengketa tanah waris berdasarkan Putusan Mahkamah Agung itulah

yang selanjutnya akan dikaji dalam skripsi dengan judul “ANALISIS YURIDIS

PENYELESAIAN SENGKETA TANAH WARIS BERDASARKAN PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG NOMOR 3050 K/PDT/2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Bertolak dari uraian latar belakang di atas, permasalahan pokok dalam

penelitian ini adalah terletak pada masalah penyelesaian sengketa berdasarkan

analisis yuridis terhadap sengketa tanah, maka penulis dapat merumuskan

permasalahan antara lain sebagai berikut:

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

9

1. Bagaimana pembagian harta warisan Almarhum Singowijoyo menurut hukum

adat Jawa ?

2. Apakah penyelesaian sengketa tanah berdasarkan Putusan Mahkamah Agung

Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian tentunya mempunyai tujuan untuk mengkaji suatu

permasalahan yang rumit menjadi permasalahan yang jelas dengan maksud untuk

memecahkan permasalahan dan bagaimana mencari cara penyelesaiannya, maka

berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai pada

penelitian ini adalah:

1. Untuk menggambarkan bagaimana pembagian harta warisan Almarhum

Singowijoyo menurut hukum adat Jawa.

2. Untuk menganalisis apakah penyelesaian sengketa tanah berdasarkan Putusan

Mahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli

waris.

1.4 Manfaat Penelitian

Suatu penelitian yang dilaksanakan harus dapat memberikan manfaat yang

jelas. Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

10

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi

perkembangan ilmu hukum dan bagi para mahasiswa hukum mengenai

penyelesaian sengketa tanah dan bagi saya serta Hukum Pertanahan dan

Hukum Agraria pada khususnya.

b. Dapat menambah pengetahuan dalam upaya penyelesaian, sekaligus dasar

penyelesaiannya bagi semua pihak ( pewaris )

c. Dapat menambah literatur atau bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat

digunakan untuk melakukan kajian yang terkait dalam penelitian ini.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberi masukan bagi para Hakim untuk memberikan putusan

yang adil sesuai dengan hukum adat.

b. Untuk memperoleh gambaran penyelesaian yang lebih jelas mengenai

aspek yuridis sekaligus dasar pertimbangan pihak bersengketa dalam

penyelesaian sengketa tanah hak milik bagi pewaris, sehingga dapat

memberikan pemikiran alternatif yang diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan informasi berkaitan dengan pertimbangan yang menyangkut

masalah penyelesaian sengketa.

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

11

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan dan memahami pembahasan untuk memberikan

gambaran secara garis besar mengenai penyusunan penulisan hukum, maka

penulis akan sertakan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan mengemukakan awal pembahasan. Bagian ini

berisi pendahuluan dan akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai Tinjauan Hak Atas Tanah

yang didalamnya berupa pengertian tentang Hak Atas Tanah, Macam-macam Hak

Atas Tanah dan Wewenang Pemegang Hak Atas Tanah. Penulis juga menguraikan

tentang Tinjauan Hukum Waris yang di dalamnya berupa pengertian dan unsur

Hukum Waris. Pada bab ini, penulis menguraikan mengenai Tinjauan Hukum

Waris Adat yang di dalamnya berupa pengertian tentang Hukum Waris Adat, sifat

Hukum Waris Adat, sistem keturunan dalam pewarisan Hukum Waris Adat. Pada

bab ini juga, penulis menguraikan mengenai Tinjauan Hak Milik Atas Tanah yang

di dalamnya berupa pengertian tentang Hak Milik, peralihan Hak Milik, subjek

Hak Milik, terjadinya Hak Milik, kewajiban pendaftaran Hak Milik, penetapan

pemberian Hak Milik dan hapusnya Hak Milik. Penulis juga menguraikan

mengenai Pendaftaran Tanah. Di akhir bab ini, penulis akan menguraikan

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/1015/4/Chapter1.pdfMahkamah Agung Nomor 3050 K/Pdt/2013 telah memberi keadilan bagi ahli waris. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilaksanakan

12

mengenai Tinjauan Penyelesaian Sengketa Tanah yang di dalamnya berupa

pengertian tentang Sengketa Tanah, klasifikasi Sengketa Tanah serta penyelesaian

Sengketa Tanah berdasarkan pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang /

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016

Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab metode penelitian ini, pokok pembahasan berkisar pada jenis

penelitian, prosedur atau cara memperoleh bahan penelitian, sifat analisis, dan

juga hambatan serta penanggulangannya. Bab ini menguraikan mengenai metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti berdasarkan topik yang penulis bahas.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis terhadap rumusan masalah

yang diangkat di Bab I, yaitu mengenai Sengketa Tanah Hak Milik Oleh Pewaris

dan di dalam analisis ini rumusan masalah yang diangkat akan terjawab.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab akhir dari penulisan dimana penulis akan mengemukakan

beberapa hal yang akan menjadi kesimpulan yang merupakan intisari dari

pemikiran penulis sendiri yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh penulis, yang telah dibahas dari bab-bab sebelumnya. Dan saran

yang akan diberikan oleh penulis dimana saran tersebut berisikan rekomendasi

hukum baru atau perbaikan hukum.