BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/1064/2/BAB I-III.pdf · 2018. 12. 20. · Program...
Transcript of BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/1064/2/BAB I-III.pdf · 2018. 12. 20. · Program...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kinerja bidan adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan bidan untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang
mempunyai kewenangan mandiri dalam melaksanakan asuhan pada ibu hamil,
perlu memiliki kemampuan propesional yang telah distandarisasi. Keberhasilan
upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu
(AKI)
Pelayanan antanatal care (ANC ) adalah layanan kesehatan yang dilakukan
oleh tenaga profesional (dokter spesialis, dokter umum,bidan,perawat) untuk ibu
selama masa kehamilannya, sesuai dengan setandard minimal pelayanan.
Kesehatan ibu dan anak mendapat perhatian besar dari negara di dunia
sehingga dimasukkan ke dalam deretan delapan tujuan MDGs (Millennium
Development Goals) yang harus dicapai pada tahun 2015. MDGs adalah suatu
rancangan pembangunan milenium oleh 191 negara termasuk Indonesia yang
bertujuan untuk menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan, mencapai
pendidikan dasar secara universal, mendorong kesejahteraan gender dan
pemberdayaan perempuan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan
kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired
Immunodeficiency Syndrome), malaria, dan penyakit lainnya, menjamin
kelestarian lingkungan hidup, serta membangun kemitraan global dalam
pembangunan. (2)
2
Program Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030
mendatang diharapkan jumlah AKIsebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup yang
harus dicapai. Banyak faktor penyebab kematian ibu diantaranya perdarahan
sekitar 30,3%, Hipertensi 27,1%, Infeksi 7,3%, partus lama 1,8%, abortus 4,2%
dan lain-lain 40,8 %. (3)
Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Batang Kuis
hingga bulan Juli 2018 di dapati beberapa program KIA belum mencapai target
yang telah ditentukan seperti K1 dan K4 juga pertolongan persalinan belum 100%
dilakukan oleh bidan, yakni kunjungan K1 sebanyak 44,4%, dan untuk kunjungan
K4 sebanyak 39,3% dari cakupan 100%. Faktor rendahnya cakupan program KIA
diakibatkan bidan tidak mencatat dan melaporkan kegiatannya sehingga cakupan
dalam laporan Puskesmas tidak lengkap. Dan dari 10 orang bidan (100%) yang
peneliti lakukan wawancara didapati 4 bidan (40%) memiliki pengetahuan baik
dalam memberikan pelayanan ibu hamil. pendidikan D3 sebanyak 37 bidan, dan
D4 sebanyak 4 bidan dan Magister sebanyak 1 bidan, memiliki sikap positif
sebanyak 2 bidan (20%),memiliki motivasi tinggi 2 bidan (20%), dalam
memberikan pelayanan pada ibu hamil dengan lama bekerja >3 tahun sebanyak 1
bidan (10%).
Menurut laporan World Health WHO tahun 2015 Angka Kematian Ibu
(AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara
179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara
negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina
170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup,
3
Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup,
dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup. (2)
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada 2015 angka
kematian ibu (AKI) masih tinggi. Tercatat ada 305 ibu meninggal per 100 ribu
orang. Meskipun ada penurunan dibandingkan angka kematian ibu (AKI) menurut
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 sebesar 359
ibu meninggal per 100 ribu orang, namun angka ini masih terbilang tinggi. (4)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara, Angka Kematian Ibu di Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun
2010 yaitu 259 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2012 yaitu sebesar 268 per
100.000 kelahiran hidup. Sementara itu pada tahun 2013, angka kematian ibu
mencapai 249 per 100.000 kelahiran ibu, pada tahun 2014 mengalami penurunan
yaitu 187 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2015 kembali menurun
yaitu 175 per 100.000 kelahiran hidup. (5)
Salah satu program untuk menurunkan AKI di Indonesia dengan upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terutama pelayanan pemeriksaan ibu
hamil oleh tenaga profesional yang sesuai dengan standar pelayanan Antenatal
Care (ANC), yaitu timbang berat badan (BB), ukuran tekanan darah, ukuran tinggi
fundus uteri (TFU), imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap, pemberian tablet zat
besi, tes terhadap penyakit menular dan di akhiri temawicara dalam rangka
persiapan rujukan. (6)
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia salah satu penyebabnya terjadi
pada ibu hamil yang berisiko tidak terdeteksi sejak dini, untuk itu bidan harus
4
mampu dan terampil memberikan pelayanan sesuai dengan standart yang
ditetapkan khususnya bidan desa sebagai ujung tombak, dengan peran serta yang
proaktif dari petugas supervisi. Untuk itu bidan desa diharapkan mampu
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia serta
meningkatkan cakupan kunjungan pertam ibu hamil (K1), kunjungan keempat
(K4), dan semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Dan
semua komplikasi obstetrik medapatkan pelayanan rujukan yang adekuat. (7)
Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang
erat antar berbagai tingkat sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang dimulai
dari puskesmas. Upaya tersebut mencakup berbagai upaya pencegahan, deteksi
dini komplikasi kehamilan melalui kegiatan antenatal care (ANC), persalinan
aman dan bersih, serta rujukan ke fasilitas rujukan yang memadai yang tercakup
dalam pelayanan KIA. (8)
Kemampuan dan keberhasilan kerja bidan dalam memberikan pelayanan
antenatal care dapat diukur dari jumlah cakupan kunjungan K1 dan K4 yang
mempunyai target tersendiri. Antenatal care (ANC) merupakan salah satu
program safe motherhood yang merupakan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
dan janinnya oleh tenaga profesional yang meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai
dengan standart pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan,
satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester
III. (6)
Belum tercapainya target K1 dan K4 di Kecamatan Beringin disebabkan
oleh banyak faktor, salah satunya kinerja bidan yang belum maksimal dalam
5
pelayanan ibu hamil (ANC). Kinerja merupakan indikator keberhasilan suatu
program termasuk dalam penerapan asuhan kebidanan yang merupakan bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan, dan salah satu faktor yang memerlukan
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Oleh karena itu, pelayanan
yang diberikan oleh bidan seyogyanya dilandasi oleh ilmu pengetahuan dan kiat
kebidanan bersifat komprehensif yang berbentuk pelayanan bio-psikososial dan
spiritual. (9)
Bidan sebagai ujung tombak dari pembangunan kesehatan yang
berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan masyarakat dapat menjadi
faktor pendukung atau pendorong namun juga dapat menjadi faktor penghambat
keberhasilan program pelayanan ibu hamil (ANC). Kinerja seorang bidan juga
dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu kompetensi individu, dukungan organisasi
dan dukungan manajemen. Kompetensi individu ini dilihat pada kemampuan dan
keterampilan melakukan kerja. (3)
Faktor yang diperhitungkan dapat meningkatkan kinerja bidan adalah
kualitas kinerja asuhan yang diperoleh secara maksimal seiring harapan dalam visi
misi bidan, hal ini ditopang oleh kemampuan dan keterampilan, motivasi kerja,
supervisi dan dibarengi dengan kompensasi kerja baik berupa finansial maupun
non finansial yang layak. Menurut Abdullah ada 3 (tiga) variabel yang
berhubungan kinerja seseorang, yaitu variabel individu, variabel organisasi dan
variabel psikologis. Variabel individu terdiri dari sub variabel kemampuan dan
keterampilan (mental dan fisik), latar belakang (keluarga, tingkat sosial dan
pengalaman), demografis (umur, etnis dan jenis kelamin). Variabel organisasi
6
terdiri dari sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain
pekerjaan. Variabel psikologis terdiri dari sub variabel persepsi, sikap,
kepribadian, belajar dan motivasi. (10)
L.W.Green dalam Pieter dan Lubis (9) mengatakan bahwa faktor perilaku
yang perlu dikembangkan atau perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kerja
meliputi faktor predisposisi (predisposing factor) yaitu pengetahuan, pengalaman,
pendidikan, sikap, motivasi, asal, dan sebagainya. Faktor yang kedua yaitu
pemungkin (enabling factor), yang memungkinkan seseorang/individu
berperilaku seperti yang diharapkan antara lain adanya pelatihan yang diperlukan,
faktor sarana seperti tempat kerja, alat transport, pedoman kerja, dana dan
sebagainya, sedangkan faktor pendorong (reinforcing factor) yaitu yang
mendukung seseorang untuk berperilaku, seperti untuk penampilan kerja, antara
lain dukungan pimpinan, teman sekerja, dukungan sosial (masyarakat), dukungan
dukungan pemerintah dan lain sebagainya.
Ada lima faktor yang berhubungan dengan kinerja individu yaitu harapan
dalam pekerjaan, umpan balik, motivasi dan insentif, lingkungan dan alat, serta
pengetahuan dan keterampilan. (10)
Penghargaan atau insentif sebagian besar bidan di desa atau puskesmas
tidak ada, dan penentuan angka kredit bagi jabatan fungsional bidan tidak
didasarkan kinerja atau prestasi. Evaluasi kinerja merupakan sistem formal yang
digunakan untuk mengevaluasi kinerja pegawai secara periodik yang ditentukan
oleh organisasi. (3)
7
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelian dengan judul “Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Dalam
Pelayanan Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018”.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana Hubungan Pengetahuan Dengan Kinerja Bidan Dalam
Pelayanan Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
2. Bagaimana Hubungan Pendidikan Dengan Kinerja Bidan Dalam
Pelayanan Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
3. Bagaimana Hubungan Sikap Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Ibu
Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
4. Bagaimana Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan
Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
5. Bagaimana Hubungan Lama Bekerja Dengan Kinerja Bidan Dalam
Pelayanan Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dengan Kinerja Bidan Dalam
Pelayanan Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
2. Untuk mengetahui Hubungan Pendidikan Dengan Kinerja Bidan Dalam
Pelayanan Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
8
3. Untuk mengetahui Hubungan Sikap Dengan Kinerja Bidan Dalam
Pelayanan Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
4. Untuk mengetahui Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Bidan Dalam
Pelayanan Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
5. Untuk mengetahui Hubungan Lama Bekerja Dengan Kinerja Bidan Dalam
Pelayanan Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Bagi Responden
Untuk menambah informasi dan wawasan kepada bidan dalam
memberikan pelayanan kepada ibu hamil sehingga dapat meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dan dapat mewujudkan kehamilan
dan persalinan yang aman.
1.4.2. Manfaat Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan kepada Bidan Koordinator KIA Kabupaten, Bidan
Koordinator KIA Puskesmas, dan Kepala Puskesmas dalam mengevaluasi
dan meningkatkan kinerja bidan desa.
1.4.3. Manfaat Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa di D4 kebidanan dan sebagai
informasi yang diperlukan mahasiswa dalam proses pembelajaran dan
penyusunan tugas akhir.
1.4.4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi dalam penelitian selanjutnya dan menambah
variabel-variabel yang belum peneliti lakukan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Rauzatul Jannah dengan judul Faktor-faktor
yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam pelayanan Antenatal Care di
wilayah Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. penelitian ini merupakan penelitian
survey yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah
sampel adalah 40 responden. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan
masa kerja dengan kinerja bidan, tidak ada hubungan motivasi dengan kinerja
bidan, ada hubungan sikap bidan dengan kinerja bidan. (11)
Penelitian yang dilakukan Ainy Qurratul dengan judul Analisis Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Antenatal Care Di
Wilayah Puskesmas Kabupaten Jember Tahun 2015. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara pengetahuan
(p=0,001), supervisi (p=0,001), motivasi (0,001), sikap (0,000) dengan kinerja dan
ada hubungan negatif antara fasilitas kerja (p=0,000), pelatihan dan
pengembangan (p=0,014) dengan kinerja. Adapun masa kerja (p=0,097), status
kepegawaian (p=0,109) dan beban kerja tambahan (p=0,498) tidak signifikan
sehingga tidak ada hubungan dengan kinerja. (12)
Penelitian yang dilakukan Emy Yulianti dengan judul Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja bidan puskesmas dalam penanganan ibu hamil risiko tinggi
di kabupaten Pontianak. Jenis penelitian survei analitik pendekatan cross
10
sectional. Populasi penelitian adalah seluruh bidan Puskesmas 47 orang dari 14
Puskesmas di wilayah kabupaten Pontianak. Hasil penelitian menunjukkan
variabel yang berhubungan dengan kinerja bidan puskesmas dalam penanganan
ibu hamil risiko tinggi yaitu pengetahuan (p = 0,018 dan ρ= 0,345) pendidikan (p
= 0,014 dan ρ= 0,357), kepemimpinan (p = 0,020 dan ρ= 0,338), motivasi (p =
0,026 dan ρ= 0,325). Hasil analisis multivariat variabel berpengaruh terhadap
kinerja bidan puskesmas dalam penanganan ibu hamil risiko tinggi adalah
keterampilan (p=0,041). (3)
Penelitian yang dilakukan Harlen Yunita dengan judul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Bidan Desa dalam Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil
pada Pelayanan Antenatal di Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2013. Jenis
penelitian bersifat explanatory research dengan pendekatan cross sectional
dengan sampel 93 responden diambil dengan teknik simple random
sampling.Analisis bivariatdengantabulasi silang dan uji Pearson Product Moment
menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kinerja yaitu
pengetahuan (p=0,000), motivasi (p=0,004), perepsi supervisi bidan koordinator
(p=0,016), persepsi beban kerja (p=0,047). Analisis multivariat dengan uji regresi
logistik berganda menunjukkan adanya pengaruh bersama-sama variabel
pengetahuan dan sarana prasarana dengan nilai signifikansi 0,000 dan r² 0,394,
berarti 39,4% variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel
tersebut. (13)
11
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Kehamilan
1. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan
Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk
memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil
normal atau bermasalah. Menjaga kesehatan ibu hamil merupakan tanggung
jawab bersama antara ibu, suami, keluarga, masyarakat dan pemerintah khususnya
stake holders kesehatan. (14)
Berbagai upaya baik promosi kesehatan melalui penyuluhan atau
konseling pemenuhan kebutuhan ibu hamil maupun dengan upaya preventif
misalnya pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, pemberian tablet Fe dan lain
sebagainya. (15) Menjaga kehamilan adalah suatu hal yang wajib ibu hamil
lakukan untuk menjaga kehamilannya. Keguguran, bayi lahir cacat atau premature
atau bahkan mungkin kematian bagi sang ibu saat persalinan adalah akibat dari
lalainya ibu hamil dalam menjaga kehamilan. Selain tips-tips tersebut, terdapat
pula beberapa beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan janin,
mengetahui posisi janin, serta menambah kekuatan dan kesehatan ibu hamil. (16)
2. Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan
Ada 5 (lima) prinsip-prinsip utama asuhan kebidanan, antara lain :
1) Kelahiran adalah proses yang normal.
Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan proses yang normal,
alami, dan sehat. Sebagai bidan, kita membantu dan mlindungi proses
kelahiran tersebut.
12
2) Pemberdayaan
Ibu dan keluarga mempunyai kebijaksanaan dan seringkali tahu
kapan mereka akan melahirkan.
3) Otonomi
Ibu dan keluarga memerlukan informasi sehingga mereka dapat
membuat suatu keputusan. Kita harus tahu dan menjelaskan informasi
yang akurat tentang resiko dan keutungan semua prosedur, obat-obatan
dan tes.
4) Jangan membahayakan
Intervensi haruslah tidak dilaksanakan secara rutin kecuali terdapat
indikasi-indikasinya spesifik.
5) Tanggung jawab
Setiap penolong persalinan harus bertangung jawab terhadap kualitas
asuhan yang ia berikan. (17)
3. Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan asuhan kehamilan adalah sebagai berikut :
1) Untuk memfasilitasi hamil yang sehat dan postif bagi ibu maupun bayi
dengan menegakkan hubungan kepercayan dengan ibu.
2) Memantau kehamilan dengan memastikan ibu dan tumbuh kembang
anak sehat.
3) Mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa selama hamil.
4) Mempersiapkan kelahiran cukup bulan dengan selamat, ibu dan bayi
dengan trauma minimal
13
5) Mempersiapkan hidup, agar nifas berjalan normal dan dapat
memberikan asi eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang normal.
7) Membantu ibu mengambil keputusan klinik. (7)
4. Kunjungan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut antenatal care
adalah kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelum melahirkan atau dalam masa
kehamilan. Pemeliharaan kehamilan merupakan suatu upaya yang dilakukan
dalam pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan kandungannya. Asuhan
kehamilan ini diperlukan karena walaupun pada umumnya kehamilan berkembang
dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat cukup bulan melalui
jalan lahir, namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit
diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah.
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali
selama kehamilan yaitu: satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester
ke dua, dan dua kali pada trimester tiga. Pemeriksaan pertama dilakukan segera
setelah diketahui terlambat haid.
1) Kunjungan K1
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standar.
14
2) Kunjungan K4
K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan
terpadu dan komprehensif sesuai standar.(18)
Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I
(kehamilan 0-12 minggu), dan trimester ke-2 (>12-24 minggu), minimal 2 kali
kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan
minggu ke-36.
Menurut Kusmiyati tindakan bidan untuk setiap kali kunjungan adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1. Tindakan Bidan Setiap Kali Kunjungan Ibu Hamil
Kunjungan Waktu Kegiatan / Tindakan
TrimesterPertama
Sebelumminggu ke-
14
1. Membina hubungan saling percaya antarabidan dan ibu hamil.
2. Mendeteksi masalah dan mengatasinya.3. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia
kehamilan.4. Mengajari ibu cara mengatasi ketidak-
nyamanan.5. Mengajarkan dan mendorong perilaku yang
sehat (cara hidup sehat ibu hamil, nutrisi,mengenali tanda-tanda bahaya kehamilan)
6. Memberikan imunisasi tetanus toxoid (TT),tablet besi.
7. Mulai mendiskusikan mengenai persiapankelahiran bayi dan kesiapan untukmenghadapi kegawatdaruratan.
8. Menjadwalkan kunjungan berikutnya.9. Mendokumentasikan pemeriksaan dan
asuhan.Trimester
KeduaSebelum
minggu ke-28
1. Sama seperti di atas, ditambah dengan:2. Kewaspadaan khusus terhadap preeklampsia(tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsia,pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksauntuk mengetahui proteinuria).
15
Trimesterketiga
Antaraminggu 28-
36
1. Sama seperti di atas2. Palpasi abdominal untuk mengetahui apakahada kehamilan ganda.
Setelah 36minggu
1. Sama seperti di atas, ditambahkan2. Deteksi letak janin dan kondisi lain kontraindikasi bersalin di luar rumah sakit.
Apabila ibu mengalamimasalah/ komplikasi/kegawatdaruratan
Diberikan pertolongan awal sesuai denganmasalah yang timbul. Ibu dirujuk ke SpOG/RSUuntuk konsultasi/ kolaborasi dan melakukantindak lanjut.
Sumber : Kusmiyati (16)
2.2.2. Kinerja Bidan
1. Definisi Kinerja
Kinerja adalah hasil kerja yang dicapi seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan seseuai dengan moral maupun etika. (10)
Kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan atau
seluruh aktifitas kerja dalam periode tertentu. Kinerja juga merupakankombinasi
antara kemampuan dan usaha untuk menghasilkan apa yang dikerjakan. Agar
dapat menghasilkan kinerja yang baik, seseorang memiliki kemampuan, kemauan,
usaha serta dukungan dari lingkungan. Kemauan dan usaha akan menghasilkan
motivasi kemudian setelah adamotivasi seseorang akan menampilkan perilaku
untuk bekerja. (19)
Menurut Kusmiyati (16), kinerja bidan dalam pelayanan ANC atau asuhan
kebidanan meliputi layanan kebidanan primer, layanan kebidanan kolaborasi dan
layanan kebidanan rujukan. 1) Layanan kebidanan primer merupakan pelayanan
16
bidan yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab bidan; 2) Layanan kebidanan
kolaborasi merupakan layanan bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersama atau sebagai salah satu urutan proses kegiatan layanan;
3) Layanan kebidanan rujukan adalah layanan bidan dalam rangka rujukan ke
sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya bidan menerima rujukan dari
dukun, juga layanan horisontal maupun vertikal ke profesi kesehatan lain.
2. Penilaian/ Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja adalah proses penilaian pelaksanaan tugas (performance)
seseorang atau kelompok orang atau unit – unit kerja dalam satu perusahaan atau
organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu.
Evaluasi kinerja disebut juga “performance evaluation” atau “performanc
appraisal” yang berasal darikata latin “apparatiare” yang berarti memberikan
nilai atau harga. Dengan demikian evaluasi kinerja berarti memberikan nilai atas
pekerjaan yang dilakukan seseorang dan untuk itu diberikan imbalan, kompensasi
atau penghargaan. Evaluasi kinerja merupakan cara yang paling adil dalam
memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerjaan. (20)
Tujuan evaluasi kinerja secara umum adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja individu melalui peningkatan kinerja dalam upaya
peningkatan produktivitas organisasi. Secara khusus dilakukan dalam
kaitannya dengan berbagai kebijakan terhadap pegawai seperti untuk tujuan
promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan latihan, sehingga penilaian kinerja dapat
menjadi landasan untuk penilaian sejauh mana kegiatan dilaksanakan. (19)
17
3. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah menetapkan ktriterianya, kemudian langkah
berikutnya adalah mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan hal
tersebut, baik berupa data primer maupun data sekunder selama periode tertentu
kemudian di bandingkan hasil tersebut terhadap target yang dibuat untuk periode
yang sama, sehingga didapatkan suatu tingkat kinerja dari seseorang yang sedang
diukur.
Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
selama pelaksanaan kinerja sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, atau
apakah kinerja dapat dilakukan sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan, atau
apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk
melakukan pengukuran tersebut diperlukan adanya ukuran kinerja. (19)
Menurut Benardin dan Russel dalam Yulianty mengungkapkan ada enam
kriteria pokok yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja, yaitu :
1) Kualitas (Quality), terkait dengan proses atau hasil mendekati
sempurna / ideal dalam memenuhi maksud atau tujuan kegiatan,
2) Kuantitas (Quantity), terkait dengan satuan jumlah yang dihasilkan /
diwujudkan melalui nilai mata uang, jumlah unit, atau jumlah dari
siklus aktivitas yang telah diselesaikan,
3) Ketepatan waktu (Timeliness), terkait dengan tingkatan dimana
aktivitas telah diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari yang
ditentukandan memaksimalkanwaktu yang ada untuk katifitas
lainnya,
18
4) Efektifitas biaya (Cost effectiveness), terkait dengan tingkat
penggunaan sumber – sumber organisasi (orang, material, uang,
teknologi) dalam mendapatkan atau memperoleh hasil atau
pengurangan pemborosan dalam penggunaan sumber – sumber
organisasi,
5) Kebutuhan akan supervisi (Need for supervision), terkait dengan
kemampuan individu dapat menyelesaikan pekerjaan atau fungsi –
fungsi pekerjaan tanpa asistensi pemimpin atau intervensi
pengawasan pimpinan,
6) Pengaruh hubungan personal (Interpersonal Impact), terkait dengan
kemampuan individu dalam meningkatkan perasaan harga diri,
keinginan baik serta kerja sama diantara sesama pekerja maupun
dengan atasan. (3)
4. Kinerja bidan desa
Kinerja bidan desa sesuai dalam buku panduan bidan di tingkat desa dapat
di ukur melalui keberhasilan bidan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
bidandesa yaitu:
1) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan, perawatan nifas, kesehatan bayi dan anak
balita serta pelayanan dan konseling pemakaian kontrasepsi serta
keluarga berencana melalui upaya strategis antara lain : Posyandu
dan Polindes.
19
2) Menjaring seluruh kasus risiko tinggi ibu hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir untuk mendapatkan penanganan memadai sesuai
kasus dan rujukannya.
3) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan
ibu dan anak di wilayah kerjanya.
4) Meningkatkan perilaku sehat pada ibu, keluarga dan masyarakat
yang mendukung upaya penurunan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi.
Untuk mendukung keberhasilan kinerja bidan desa maka bidan desa
diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya yang
meliputi 1 atau 2 desa serta melakukan pelayanan secara aktif, artinya tidak selalu
menetap atau menunggu pasien di tempat pelayanan atau polindes, namun juga
melakukan kegiatan pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai dengan
kebutuhan.
Batasan tugas pokok dan fungsi bidan desa seperti yang telah diuraikan di
atas dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut:
1) Pelayanan antenatal: dilaksanakan sesuai standar 5T yaitu pemeriksaan
fundus uteri, mendapat tetanus toxoid, penimbangan berat badan,
pemeriksaan tekanan darah dan mendapat tablet tambah darah.
2) Penjaringan (deteksi): penemuan ibu berisiko hamil.
3) Kunjungan ibu hamil: kunjungan tidak mengandung arti bahwa ibu hamil
yang berkunjung ke sarana kesehatan tetapi setiap kontak dengan tenaga
kesehatan.
20
4) Kunjungan baru ibu hamil (K-I): kunjungan ibu hamil yang pertama kali.
5) Kunjungan ulang adalah: kontak ibu hamil yang kedua dan seterusnya
dengan tenaga kesehatan.
6) Kunjungan K-4 : adalah kunjungan yang keempat (atau lebih) untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan
syarat minimal satu kali kontak pada triwulan I, minimal satu kali kontak
pada triwulan II dan minimal dua kali kontak pada triwulan III.
7) Cakupan K-I (akses) adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, waktu
tertentu yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling
sedikit satu kali selama kehamilan.
8) Cakupan ibu hamil cakupan K-4: persentase ibu hamil di suatu wilayah
waktu tertentu, yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai stándar
paling sedikit empat kali, dengan distribuísi pemberian pelayanan minimal
satu kali pada triwulan I, satu kali pada triwulan II dan dua kali pada
triwulan III.
9) Sasaran ibu hamil: semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu
satu tahun.
10) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan: persentase ibu
bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.
11) Cakupan penjaringan: deteksi dini ibu yang berisiko yang ditemukan oleh
tenaga kesehatan dan dirujuk ke sarana yang lebih tinggi.
12) Cakupan kunjungan neonatal adalah persentase bayi neonatal (kurang dari
satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal dua kali dari
21
tenaga kesehatan, satu kali pada hari pertama sampai dengan hari ketujuh
dan satu kali pada hari kedelapan sampai pada hari kedua puluh delapan.
Salah satu pemeriksaan yang dilakukan saat Ante Natal Care adalah
pemeriksaan leopold. Pemeriksaan palpasi leopold adalah suatu teknik
pemeriksaan pada ibu hamil dengan cara perabaan bagian yang terdapat pada
perut ibu hamil menggunakan tangan pemeriksaan dalam posisi tertentu atau
memindahkan bagian tersebut dengan cara – cara tertentu menggunakakn tingkat
tekanan tertentu tiori ini dikebangkan oleh Chirtian Grehard Leopold.Pemeriksaan
ini sebaiknya di lakukan setelah UK 24 minggu, ketika semua bagian janin sudah
dapat diraba . teknik pemeriksaan ini utamanya bertujuan untuk menentukan
posisi dan letak janin pada uterus, dapat juga berguna untuk memastikan usia
kehamilan ibu dan memperkirakan berat janin.
1. Pemeriksaan leopold I
Tujuannya : untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian
janin apa yang ter dapat difundus uteri ( bagian atas perut ibu).
Teknik :
1) Memposisikan ibu dengan lutut fleksi ( kaki ditekukan 45ᴼ atau lutut di
bagian dalam diganjal bantal) dn pemeriksaan menghadap ke arah ibu
2) Menegahkan utrus dengan menggunakan kedua tanggan dari atah samping
umbilical
3) Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU
4) Meraba bagian fundus dengan menggunakan ujung kedua tangan tentukan
bagian janin.
22
Hasil :
1) Apa bila kepala janin teraba di bagian fundus, yang lah akan teraba ada
keras bundar dan melenting ( seperti mudah di gerakan )
2) Apa bilak bokong teraba di bagian fundus yang akan terasa adalah lunak
kurang bundar, dan kurang melinting
3) Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada fundus teraba
bokong .
2. Pemeriksaan leopold II
Tujuan: untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada
letak lintang tentukan dimana letak kepala janin
Teknik :
1) Posisi ibu masih dengan lutut feleksi ( kaki ditekuk) dan pemeriksaan
menghadap ibu
2) Meletakan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
ketinggian yang sama
3) Mulai dari bagian atas tekan secar ber gantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan. Tangan kiri dan kanan kemudian geser kearah bawah dan
rasakan adanya bagian yan rata dan memanjang ( punggung ) atau bagian
– bagian kecil ( punggung )
Hasil
1) Bagian punggung : akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapatn
digerakan
23
2) Bagian – bagian kecil (tangan dan kaki): akan aba kecil, bentuk/posisi
tidak jelas dan menonjol, kemungkinan teraba kaki janin secara aktif
maupuan pasif .
3. Pemeriksaan leopold III
Tujuan: untuk bagian janin apa ( kepala atau bokong ) yang terdapat dibagian
bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas
panggul ( PAP)
Teknik :
1) Posisi masih dengan lutut fleksi (kaki di tekuk) dan pemeriksa
mengahadap ibu
2) Meletakan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah,
telapak tangan kanan bawah perut ibu
3) Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk menentukan
bagian bawah bayi.
4) Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian
goyang bagian terbawah janin
Hasil
1) Bagian keras, bulat dan hampir homogen adalah kepal sedangkan tonjolan
yang lunak dan kurang simetris adalah bokong
2) Apabila bagian terbawah janin sudah masuk PAP, maka saad bagian
bawah digoyang sudah tidak bisa (seperti ada tahanan)
24
4. Pemeriksaan leopold IV
Tujuan : untuk mengkompirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat dibagian
bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah
masuk pintu atas panggul.
Teknik
1) Pemeriksaan menghadap kearah kaki ibu dengan posisi kaki ibu lurus
2) Meletakan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan
utresus bawah ujung- ujung jari tangan
3) Menentukan kedua ibu jari kiridan kanan kemudian rapatkan semua jari –
jari tangan yang meraba dinding bawah uterus
4) Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari – jari: bertemu ( konvergen) atau
tidak bertemu ( divergen)
5) Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian
terbawah bayi (bila persentasi kepala upayakan memegang bagian
kepaladi dekat leher dan bila persentsi bokong upayakan untuk memegang
pinggang bayi.
6) Memfiksasikan bagian tersebut kearah pintu atas panggul kemudian
meletakan jari – jari tangan kanan di antara tangan kiri dan simpisis untuk
menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas
panggul.
Hasil
1) Apa bila kedua jari – jari tangan pemeriksaan bertemu (Konvergen)berarti
bagian terendah janin belum masuk kepintu atas panggul sedangkan apa
25
bila kedua tangan pemerikasa membentuk jarak atau tidak bertemu (
divergen) maka bagian terendah janin sudah memasuki pintu atas panggul
2) Penurunan kepala dinilai dengan 5/5 ( seluruh bagian jari masih meraba
kepala, kepala belum masuk PAP) 1/5 ( terba kepala 1jari dari limas jari,
bagian kepala sudah masuk 4 bagian ) dan seterusnya sampai 0/5( seluruh
kepala sudah masuk PAP)
Bidan sebagai profesi dalam pelayanan kesehatan memiliki tanggungjawab
dalam menurunkan masalah kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak, dan
memiliki peran yang sangat strategi dalam menciptakan SDM berkualitas dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh, merata,
terjangkau dan dapat diterima sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu
dan bayi. (1)
Berbagai teori yang menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kinerja. Berbagai faktor penting yang berhubungan dengan prestasi kerja individu.
Dapat dikelompokkan pada tiga kelompok besar meliputi faktor individu,
organisasi, pisikologi:
1) Faktor individu yang meliputi: kemampuan dan keterampilan:
mental dan fisik, latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian,
demografis: umur, asal-usul,jenis kelamin
2) Faktor organisasi meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur,desain pekerjaan.
26
3) Faktor psikologi meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar ,
motivasi. Teori lain berasumsi peningkatan motivasi akan meningkat
kinerja.(13)
2.2.3. Faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja personil dilakukan
kajian terhadap teori kinerja. Ada 3 variabel yang mempengaruhi perilaku kinerja
yaitu variabel individu (keterampilan dan kemampuan, latar belakang,
demografis), variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur
dan desain pekerjaan), dan variabel psikologi (persepsi, sikap, keperibadian,
belajar, motivasi). (12)
L.W.Green dalam Pieter dan Lubis (9) mengatakan bahwa faktor perilaku
yang perlu dikembangkan atau perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kerja
meliputi faktor predisposisi (predisposing factor) yaitu pengetahuan, pengalaman,
pendidikan, sikap, motivasi, asal, dan sebagainya. Faktor yang kedua yaitu
pemungkin (enabling factor), yang memungkinkan seseorang/individu
berperilaku seperti yang diharapkan antara lain adanya pelatihan yang diperlukan,
faktor sarana seperti tempat kerja, alat transport, pedoman kerja, dana dan
sebagainya, sedangkan faktor pendorong (reinforcing factor) yaitu yang
mendukung seseorang untuk berperilaku, seperti untuk penampilan kerja, antara
lain dukungan pimpinan, teman sekerja, dukungan sosial (masyarakat), dukungan
dukungan pemerintah dan lain sebagainya.
27
1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau dari manusia, yaitu yang
sekedar menjawab pertanyaan, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan dan kongnitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang.
Tingkat pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6
(enam) tingkatan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpensikannya
secara luas.
28
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4) Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan
meteri atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling
terkait dan masih didalam suatu struktur organisasi tersebut.
5) Sintesis
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.(21)
2. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.(22)
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada
29
akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika
seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat
perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai
yang baru diperkenalkan.
Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya pembangunan suatu
Bangsa, seiring dengan berkembangnya Ilmu pengetahuan dan tekhnologi maka
harus disesuaikan dengan sumber daya manusia berkualitas sehingga pendidikan
merupakan pilar utama dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu aspek untuk mewujudkan
pembangunan nasiaonal. Dalam upaya meningkatkan peran pendidikan dalam
pembangunan maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan.
3. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih Dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek.
Menurut Notoatmodjo (21), sikap mempunyai 3 (tiga) komponen pokok,
yaitu:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
30
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh,
pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan yang penting.
4. Motivasi
Setiap orang dalam melakukan suatu tindakan tertentu pasti didorong oleh
adanya motif tertentu. Motivasi biasanya timbul karena adanya kebutuhan yang
belum terpenuhi, tujuan yang ingin ingin dicapai atau adanya harapan yang
diinginkan. (23)
Motivasi atau motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai
suatu tujuan.Motif tidak dapat diamati, yang dapat diamati adalah kegiatan atau
mungkin alas an-alasan tindakan tersebut. (24)
Motif dapat dibagi berdasarkan berbagai pandangan dari para ahli antara
lain:
a. Pembagian motif berdasarkan kebutuhan manusia, dibedakan menjadi
tiga macam, yakni:
1) Motif kebutuhan biologis, seperti minum, makan, bernapas, seksual,
bekerja, dan beristirahat.
2) Motif darurat, yang mencakup dorongan –dorongan menyelamatkan
diri, berusaha, dan dorongan untuk membalas.
3) Motif objektif, yang meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,
melakukan manipulasi, dan sebagainya. (24)
b. Pembagian motif berdasarkan atasterbentuknya motif tersebut mencakup:
31
1) Motif-motif pembawaan, yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari,
misalnya dorongan untuk makan,minum, beristirahat, dorongan
seksual, dan sebagainya.
2) Motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari,
seperti dorongan untuk belajar sesuatu, dorongan untuk mengajar
kedudukan, dan sebagainya.
c. Pembagian motif menurut penyebabnya:
1) Motif ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya
rangsangan dari luar. Misalnya, seorang ibu mau mendatangi
penyuluhan gizi, karena menurut kader kesehatan bahwa informasi
gizi penting dalam rangka perkembangan anaknya.
2) Motif instrinsik, yaitu motif yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar
tetapi sudah dengan sendirinya terdorong untuk berbuat sesuatu.
Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga
produktivitas tenaga kerja meningkat, sementara itu, manfaat yang diperoleh
karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat
diselesaikan dengan tepat.Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang
benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan.Sertaorang senang
melakukan pekerjaannya. Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang
mendorongnya akan membuat orang senang mengerjakannya.
Orang pun akan merasa dihargai/diakui, hal ini terjadi karena
pekerjaannya itu betul betul berharga bagi orang yang termotivasi, sehingga dia
berkerja keras. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena dorongan yang begitu tinggi
32
berhasil mencapai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya akan dipantau oleh
individu yang bersangkutan dan tidak membutuhkan terlalu banyak pengawasan
serta semangat juangnya akan tinggi. (24)
5. Lama bekerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja (pada suatu kantor
dan badan). Semakin lama seseorang bekerja maka semakin terampil dan makin
berpengalaman pula dalam melaksanakan pekerjaan. Masa kerja merupakan faktor
individu yang berhubungan dengan prilaku dan persepsi individu yang
mempengaruhi kompetensi individu, misalnya seseorang yang lebih lama bekerja
akan dipertimbangkan lebih dahulu dalam hal promosi, hal ini berkaitan erat
dengan apa yang disebut senioritas. (13)
Lama berkerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu
bekerja di suatu tempat. Masa kerja adalah rentang waktu yang telah ditempuh
oleh seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya, selama waktu itulah banyak
pengalaman dan pelajaran yang dijumpai sehingga sudah mengerti tindakan apa
yang harus dilakukan.
2.2.4.Kerangka Teoritis
Faktor perilaku yang perlu dikembangkan dalam upaya peningkatan kerja
yang dikaitkan dengan teori perilaku Lawrence Green dalam Pieter dan Lubis (9)
meliputi faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling
factor), dan faktor pendorong (reinforcing factor).
33
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Menurut Lawrence Greendalam Pieter dan Lubis (9)
faktor-faktor perilaku :
Faktorpredisposisi(predisposing
factor):1. Pengetahuan2. Pengalaman3. Pendidikan4. Sikap5. Motivasi6. Lama bekerja7. Kepercayaan8. Nilai-nilai
Faktor pemungkin(enabling factor) :
1. Perilaku atau tindakan
Faktor pendorong (reinforcingfactor):
1. Peran tenaga kesehatan2. Dukungan tenaga kesehatan3. Dukungan anggota keluarga
Menurut Gibson (2009) faktor-faktoryang berhubungan dengan kinerja :
1. Variabel Individu- Kemampuan dan keterampilan- Tingkat sosial- Keluarga- Umur- Asal-usul- Jenis kelamin
2. Variabel Organisasional- Sumber daya- Kepemimpinan- Imbalan- Struktur- Desain pekerjaan
3. Variabel psikologi- Sikap- Kepribadian- Belajar- motivasi
Kinerja Bidan DalamPelayanan Ibu Hamil
57
2.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu
1. Ada Hubungan Pengetahuan Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Ibu
Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
2. Ada Hubungan Pendidikan Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Ibu
Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
3. Ada Hubungan Sikap Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Ibu Hamil
Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
4. Ada Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Ibu
Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
5. Ada Hubungan Lama Bekerja Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Ibu
Hamil Di Wilayah Puskesmas Batang Kuis Tahun 2018
34
35
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Survei Analitik adalah penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross-Sectional yang merupakan jenis
penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara
faktor-faktor risiko dengan faktor efeknya.(25)
3.2 Lokasi dan Waktu Peneliltian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Batang Kuis.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakanmulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli
2018.
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau yang diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh bidan di Wilayah Puskesmas Batang Kuis
dengan jumlah 42 orang.
36
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. (26) Menurut Arikunto (27), apabila
jumlah populasi dalam penelitian kurang dari seratus, maka seluruhnya diambil
untuk dijadikan sampel.
Sampel dalam penelitian ini adalah bidan di Wilayah Puskesmas Batang
Kuis dengan cara pengambilan sampel Total Population yang artinya, seluruh
populasi di ambil sebagai sampel yaitu sebanyak 42 orang.
3.4. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.5 Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran
3.5.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan
variabel-variabel atau faktor-faktor yang memengaruhi variabel dependen. (28)
Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi :
Faktor-Faktor1. Pengetahuan2. Pendidikan3. Sikap4. Motivasi5. Lama Bekerja
Kinerja Bidan DalamPelayanan Ibu Hamil
37
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh responden
mengenai pelayanan ibu hamil. Pengetahuan diukur dengan menggunakan
kuisioner yang kemudian dikelompokkan :
a. Baik :jika responden memperoleh Skor >50% (6-10)
b. Kurang Baik:jika responden memperoleh Skor ≤50% (1-5)
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan seseorang dalam usaha meninkatkan pengetahuannya. Pendidikan
diukur dengan menggunakan kuisioner yang kemudian dikelompokkan :
a. Diploma : Jika pendidikan terakhir D- III
b. Sarjana : Jika pendidikan terakhir D-IV/S1
c. Magister : Jika pendidikan terakhir S2
3. Sikap
Sikap reponden diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala
Likert dengan pembobotan nilai yaitu sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi
skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1, sehingga
diperoleh nilai tertinggi 40 dan terendah 10. Setelah pemberian skor kemudian di
masukkan dalam kategori :
a) Positif, jika responden memperoleh skor jawaban ≥ 50% (26-40)
b) Negatif, jika responden memperoleh skor jawaban < 50% (10-25)
38
4. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan internal dan eksternal pada diri bidan dalam
melaksanakan kerjanya di dalam memberikan pelayanan pada ibu hamil.
Pengukuran motivasi dilakukan dengan menggunakan kuisioner dengan alternatif
pilihan jawaban tidak diberi skor 1 dan jawaban benar diberi skor 2. Setelah
pemberian skor kemudian di masukkan dalam kategori :
a. Tinggi : Bila ibu menjawab ya > 50% dari total skor (6-10)
b. Rendah : Bila ibu menjawab tidak ≤ 50% dari total skor (1-5).
5. Lama Bekerja
Periode lama bekerja sebagai tenaga bidan di puskesma dalam
memberikan pelayanan pada ibu hamil. Lama bekerja di kategorikan menjadi :
a. Lama kerja kategori lama > 3 tahun
b. Lama kerja kategori baru ≤ 3 tahun
6. Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Ibu Hamil
Kinerja bidan merupakan suatu indikator keberhasilan pelayanan
kesehatan ibu hamil oleh bidan di wilayah kerjanya yang diukur berdasarkan
cakupan K4 dengan target 90%. Kinerja Bidan dalam pelayanan ibu hamil di
kategorikan menjadi :
a. Baik : Jika skor> 50% dari total skor (6-10)
b. Kurang Baik : Jika skor ≤ 50% dari total skor (1-5).
39
3.5.2 Aspek Pengukuran
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran
Variabel JumlahPertanyaan
Cara danAlatUkur
Hasil Ukur Kategori SkalaUkur
Variabel Independen
Pengetahuan 10 Kuisioner - Skor >50%(6-10)- Skor ≤50%(1-5)
2. Baik
1.KurangBaik
Ordinal
Pendidikan 1 Kuisioner - D-III- D-IV/S1- S2
3. Diploma2. Sarjana1. Magister
Ordinal
Sikap 10 Kuisioner - Skor 26-40- Skor 10-25
2. Positif1. Negatif
Ordina
Motivasi 10 Kuisioner - Skor >50%(6-10)
- Skor ≤50%(1-5)
2. Tinggi
1. Rendah
Ordinal
LamaBekerja
1 Kuisioner - > 3 tahun- ≤ 3 tahun
2. Lama1. Baru
Ordinal
Variabel DependenKinerjaBidan
10 Kuisioner - Skor> 50 %(6-10)
- Skor ≤50%(1-5)
2. Baik
1. KurangBaik
Ordinal
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian,
yang diperoleh melalui kuesioner penelitian. Kuisioner ini merupakan alat ukur
yang dipakai untuk mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan (kuisioner)
yang diajukan kepada responden dengan wawancara langsung.
40
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang mendukung dalam penelitian berupa data
umum, yang diperoleh dari dokumentasi administrasi di Puskesmas Batang Kuis.
3. Data Tertier
Data tertier diperoleh dari berbagai referensi yang sangat valid, seperti :
jurnal, text book, sumber elektronik (tidak boleh sumber anonim), misal: SDKI
(Survei Demografi Kesehatan Indonesia), Riskesdes (Riset Kesehatan Dasar),
danWHO.
3.6.2. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau
nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan
cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada
analisis realibility dengan melihat nilai correlation correcteditem, dengan
ketentuan jika nilai r hitung> rtabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya. (30) Uji
validitas dengan dilakukan di Puskesmas Bandar Khalipah dengan jumlah
responden sebanyak 20 responden dengan nilai r tabel (0,444).
Tabel 3.2. Uji Validitas Kuisioner Pengetahuan Bidan Dalam Pelayanan IbuHamil
No. Butir rtabel Corrected item total correlation Keterangan12345678
0,4440,4440,4440,4440,4440,4440,4440,444
0,5100,6190,8940,4640,5280,7670,7580,455
ValidValidValidValidValidValidValidValid
41
910
0,4440,444
0,5150,641
ValidValid
Tabel 3.3. Uji Validitas Kuisioner Sikap Bidan Dalam Pelayanan Ibu Hamil
No. Butir rtabel Corrected item total correlation Keterangan12345678910
0,4440,4440,4440,4440,4440,4440,4440,4440,4440,444
0,5500,7200,4710,5570,5500,7740,8950,9540,7920,889
ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValid
Tabel 3.4. Uji Validitas Kuisioner Motivasi Bidan Dalam Pelayanan IbuHamil
No. Butir rtabel Corrected item total correlation Keterangan12345678910
0,4440,4440,4440,4440,4440,4440,4440,4440,4440,444
0,5010,7760,5470,5960,7990,6430,5990,5570,5550,555
ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValid
b. Reliabilitas
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat menunjukkan ketetapan dan dapat dipercaya dengan
menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur
dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha> rtabel, maka
dinyatakan reliabel. (30)
42
Tabel 3.5. Uji Reliabilitas Kuisioner Pengetahuan Bidan Dalam PelayananIbu Hamil
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha rtabel Keterangan0,820 0,444 Reliabel
Pada pengujian realibilitas yang telah dilakukan peneliti di peroleh nilai
Cronbach's Alpha (reliabilitas) adalah 0,820 dengan α = 0,05 dengan r tabel
0,444. Karena r hitung > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba
kuisioner pengetahuan tersebut reliabel.
Tabel 3.6. Uji Reliabilitas Kuisioner Sikap Bidan Dalam Pelayanan IbuHamil
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha rtabel Keterangan0,921 0,444 Reliabel
Pada pengujian realibilitas yang telah dilakukan peneliti di peroleh nilai
Cronbach's Alpha (reliabilitas) adalah 0,921 dengan α = 0,05 dengan r tabel
0,444. Karena r hitung > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba
kuisioner sikap tersebut reliabel.
Tabel 3.7. Uji Reliabilitas Kuisioner Motivasi Bidan Dalam Pelayanan IbuHamil
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha rtabel Keterangan0,676 0,444 Reliabel
Pada pengujian realibilitas yang telah dilakukan peneliti di peroleh nilai
Cronbach's Alpha (reliabilitas) adalah 0,676 dengan α = 0,05 dengan r tabel
0,444. Karena r hitung > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba
kuisioner motivasi tersebut reliabel.
43
3.7. Metode Pengolahan Data
Pada masa sekarang penggunaan aplikasi komputer dalam proses
pengolahan data sudah semakin mudah. Data yang terkumpul diolah dengan
komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Collecting : Mengumpulkan data yang berasal dari kuisioner.
2. Cheking : Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuisioner
dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data
memberikan hasil yang valid dan reliabel dan terhindar dari bias.
3. Coding : Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada
variabel-variabel yang diteliti, misalnya nama responden dirubah menjadi
nomor 1,2,3,....,42.
4. Entering : Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing
responden yang masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) di
masukkan ke dalam program komputer yang digunakan peneliti yaitu
program SPSS 17.0.
5. Data Processing : Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi
komputer akan diolah sesuai dengan kebutuhan dari peneliti.(26)
3.9. Analisa Data
3.9.1. Analisis Univariat
Tujuan analisis ini untuk menjelaskan distribusi frekuensi dari masing-
masing variabel independen dan variabel dependen.
44
3.9.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua
variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif. Setelah diketahui
karakteristik masing-masing variabel pada peneitian ini maka analisis dilanjutkan
pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui hubungan (korelasi) antara variabel
bebas (Independent Variabel) dengan variabel terikat (Dependent Variabel).
Aturan yang berlaku pada chi square adalah sebagai berikut :
a. Bila ada 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”.
b. Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya
“Continuity Correction (a)”.
c. Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 3x2x3x3 tersebut, maka digunakan
uji “Pearson Chi Square”.
d. Uji “Likelihood Ratio” dan “Linear-by-Linear Assciation”, biasanya
digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis stratifikasi
pada bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua
variabel katagorik, sehingga kedua jenis ini jarang digunakan. (30)