BAB I ok

10
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini merupakan tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Pemerintah harus mempersiapkan kader-kader penerus bangsa yang berkualitas dan memiliki sumber daya manusia yang tinggi untuk menghadapi tantangan tersebut. Langkah awal untuk memepersiapkan kader-kader penerus yang berkualitas tersebut adalah melakukan perbaikan- perbaikan dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan tidak lepas dari proses pembelajaran, sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran yaitu proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik. Berdasarkan definisi pembelajaran tersebut yaitu terdapat dua komponen yang terlibat langsung dalam

description

media pembelajaran

Transcript of BAB I ok

Page 1: BAB I ok

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini

merupakan tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Pemerintah harus

mempersiapkan kader-kader penerus bangsa yang berkualitas dan memiliki

sumber daya manusia yang tinggi untuk menghadapi tantangan tersebut.

Langkah awal untuk memepersiapkan kader-kader penerus yang berkualitas

tersebut adalah melakukan perbaikan-perbaikan dalam dunia pendidikan.

Dunia pendidikan tidak lepas dari proses pembelajaran, sedangkan

yang dimaksud dengan pembelajaran yaitu proses belajar mengajar yang

ditandai dengan adanya interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan

peserta didik. Berdasarkan definisi pembelajaran tersebut yaitu terdapat dua

komponen yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran, komponen guru

dan peserta didik.

Pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi

antara guru dan peserta didik. Dalam hal ini, kegiatan yang terjadi adalah guru

mengajar dan peserta didik belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil dan

berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta

didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses

pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi,

semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Berdasarkan

hal tersebut di atas, upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar

1

Page 2: BAB I ok

2

siswa sangatlah penting, sebab keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi

keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Belajar tidak cukup hanya

dengan mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas yang

lain di antaranya membaca, bertanya, menjawab, berpendapat, mengerjakan

tugas, menggambar, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi, menyimpulkan,

dan memanfaatkan peralatan. Ketika siswa menemukan permasalahan dalam

menyelesaikan tugas, selain berinteraksi dengan guru, peserta didik juga dapat

bertanya dan berdiskusi dengan peserta didik lain. Peserta didik dikatakan

belajar dengan aktif jika mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Peserta

didik secara aktif mengunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari

materi, memecahkan persoalan, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari.

Aktivitas dalam suatu pembelajaran bukan hanya peserta didik yang aktif

belajar tetapi di lain pihak, guru juga harus mengorganisasi suatu kondisi yang

dapat mengaktifkan peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu

usaha yang dapat dilakukan guru adalah merencanakan dan menggunakan

model pembelajaran yang dapat mengkondisikan peserta didik agar belajar

secara aktif.

Dalam pembelajaran ada beberapa metode yang telah lama digunakan

oleh para guru antara lain metode ceramah dan metode tanya jawab. Metode

tersebut boleh dikatakan metode konvensional. Metode pembelajaran

konvensional yang selama ini digunakan oleh sebagian besar guru sudah tidak

sesuai dengan tuntutan jaman, karena pembelajaran yang dilakukan kurang

Page 3: BAB I ok

3

memberikan kesempatan seluas luasnya kepada peserta didik untuk

mengkonstruksikan pengetahuan dalam pengembangan diri.

Menurut Lie (2002:8), salah satu model pembelajaran yang dapat

mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa tipe

dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Teams Games

Tournament (TGT). Pada tipe ini terdapat beberapa tahap yang harus dilalui

selama proses pembelajaran. Tahap awal, peserta didik belajar dalam suatu

kelompok dan diberikan suatu materi yang dirancang sebelumnya oleh guru.

Setelah itu siswa bersaing dalam turnamen untuk mendapatkan penghargaan

kelompok. Selain itu terdapat kompetisi antar kelompok yang dikemas dalam

suatu permainan agar pembelajaran tidak membosankan. Pembelajaran

kooperatif tipe TGT juga membuat siswa aktif mencari penyelesaian masalah

dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain,

sehingga masing-masing siswa lebih menguasai materi. Dalam pembelajaran

tipe TGT, guru berkeliling untuk membimbing siswa saat belajar kelompok.

Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru. Dengan

mendekati siswa, diharapkan tidak ada ketakutan bagi siswa untuk bertanya

atau berpendapat kepada guru.

Menurut Nur (2005: 3), pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw,

siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar dari

kemampuan, suku/ ras, sosial serta ekonomi yang berbeda. Setiap anggota

bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan

itu. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topik yang sama

Page 4: BAB I ok

4

berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut

kelompok ahli. Selanjutnya kelompok ahli ini kembali ke kelompok asal dan

mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di dalam

kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada kelompoknya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba melakukan

penelitian tentang bagaimana perbedaan hasil belajar model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran Jigsaw dengan judul “

Perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran Jigsaw pada

standar kompetensi instalasi penerangan listrik bangunan sederhana di SMK

Negeri 1 Cerme kelas X TITL ”. Dengan model pembelajaran TGT siswa

diharapkan dapat ikut terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, bekerja sama

dalam menyelesaikan tugas kelompok dan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti

merumuskan beberapa rumusan masalah antara lain sebagai berikut:

1. Apakah ada pembeda hasil belajar peserta didik yang menggunakan model

pembelajaran TGT dan pesrta didik yang menggunakan model

pembelajaran Jigsaw?

2. Bagaimana respon peserta didik terhadap model pembelajaran TGT dan

respon peserta didik terhadap model pembelajaran Jigsaw?

Page 5: BAB I ok

5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik SMK Negeri 1

Cerme kelas X TITL dengan menggunakan model pembelajaran TGT dan

model pembelajaran Jigsaw.

2. Untuk mengetahui respon peserta didik pada kelas yang menggunakan

model pembelajaran TGT dan respon peserta didik pada kelas yang

menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada standar kompetensi

memasang instalasi penerangan lisrik bangunan sederhana.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik

a. Meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran di kelas.

b. Meningkatkan interaksi peserta didik dalam proses pembelajaran,

sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

2. Bagi guru

a. Sebagai alternatif pilihan model pembelajaran bagi guru.

b. Melatih ketrampilan dan penguasaan dalam mengelola pembelajaran

kooperatif tipe TGT.

Page 6: BAB I ok

6

3. Bagi lembaga

Sebagai masukan dan tambahan informasi sekaligus sebagai bahan

perbandingan untuk menerapkan penelitian-penelitian lain yang berkaitan

dengan model pembelajaran dalam upaya peningkatan kualitas

pembelajaran di sekolah.

E. Asumsi

Berbagai asumsi penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik memiliki kemampuan awal yang dibutuhkan untuk

mengikuti KBM ini.

2. Peneliti mampu menyampaikan materi dan mengelola kelas dengan baik.

3. Peserta didik mengerjakan soal tes secara mandiri dan penuh tanggung

jawab.

4. Peserta didik menjawab angket respon peserta didik pada terapan model

pembelajaran TGT dan jigsaw secara jujur, sesuai dengan kondisi yang

sebenarnya.

F. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada kelas X program keahlian teknik

instalasi tenaga listrik SMK Negeri 1 Cerme yang terdiri dari 2 kelas, yaitu

kelas X TITL 1 dan X TITL 2.

Page 7: BAB I ok

7

2. Perlakuan yang diberikan kepada peserta didik ialah penerapan model

pembelajaran TGT (pada kelas eksperimen) dan model pembelajaran

Jigsaw (pada kelas kontrol).

3. Materi yang disampaikan adalah kompetensi dasar memahami instalasi

penerangan 1 fasa.