Bab I, Magang FI

29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Endapan porfiri terbentuk dalam beragam setting tektonik. Endapan porfiri Cu biasanya terdapat pada zona akar dari stratovolkano andesitic dalam seting tektonik busur-kepulauan (islandarc) dan busur - benua (continental arc) yang berhubungan dengan subduksi (Mitchell dan Garson, 1972; Sillitoe, 1973, 1988a; Sillitoe dan Bonham, 1984 dalam Sinclair, 2007; gambar 1). Di Arizona Selatan, endapanporfiri Cu dikaitkan dengan batuan granitik yang bertempat dalam setting kontinental, dalam atau sepanjang batas dari kaldera yang sekarang tererosi intensif (Lipman dan Sawyer, 1985 dalam Sinclair, 2007) Endapan porfiri adalah endapan dengan tonase besar dan kadar rendah hingga mineral bijih utamanya secara dominan terkontrol oleh struktur dan secara spasial dan pembentukan berhubungan dengan serial intrusi porfiri felsik hingga intermediet (Kirkham, 1972 dalam Sinclair, 2007). Ukurannya yang besar serta control struktural (contoh: urat, set urat, stockwork, rekahan, dan breksi) membedakan endapan porfiri dengan endapan lain yang mungkin berdekatan. Seperti skarn, urat mesothermal, dan endapan epithermal. Tipe endapan porphyry umumnya terbentuk pada daerah tectonic yang aktif dan berhubungan dengan pluton batuan granitic didalam kerak bumi sehinga akan menghasilkan logam yang terbentuk dari larutan hidrotermal dengan mempunyai nilai endapan bijih yang mempunyai nilai ekonomis sangat tingi seperti phorphyry Cu dan Mo dalam luasan area yang sangat kecil. hampier 75% semua persediaan system endapan porphyry Cu di dunia endapan porphyry Cu 50% dan dari porphyry Mo 25% dan, terbesar kedua dari Au (129 Moz: Gras- berg, Indonesia; J. MacPherson,dan sejumlah kecil logam lainnya (Ag, Pd, Te, Se, Bi, Zn, dan Pb). Sistem ini juga mengandung sumber utama logam serta termasuk terbesar yang diketahui konsentrasi dieksploitasi di dunia Cu (203 Mt.. Los Bronces-Rio Blanco, Chili tengah, AJ Wilson, surat perintah com- mun, 2009) dan Mo (2,5 Mt: El Teniente, Chili tengah, Camus, 2003), dan terbesar kedua dari Au (129 Moz: Gras- berg, termasuk Endapan Skarn yang kontak intrusi nya berdekatan, Indonesia; J. MacPherson, (Sillitoe, 2010).

Transcript of Bab I, Magang FI

Page 1: Bab I, Magang FI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endapan porfiri terbentuk dalam beragam setting tektonik. Endapan porfiri Cu

biasanya terdapat pada zona akar dari stratovolkano andesitic dalam seting tektonik

busur-kepulauan (islandarc) dan busur - benua (continental arc) yang berhubungan

dengan subduksi (Mitchell dan Garson, 1972; Sillitoe, 1973, 1988a; Sillitoe dan

Bonham, 1984 dalam Sinclair, 2007; gambar 1). Di Arizona Selatan, endapanporfiri Cu

dikaitkan dengan batuan granitik yang bertempat dalam setting kontinental, dalam atau

sepanjang batas dari kaldera yang sekarang tererosi intensif (Lipman dan Sawyer, 1985

dalam Sinclair, 2007)

Endapan porfiri adalah endapan dengan tonase besar dan kadar rendah hingga

mineral bijih utamanya secara dominan terkontrol oleh struktur dan secara spasial dan

pembentukan berhubungan dengan serial intrusi porfiri felsik hingga intermediet

(Kirkham, 1972 dalam Sinclair, 2007). Ukurannya yang besar serta control struktural

(contoh: urat, set urat, stockwork, rekahan, dan breksi) membedakan endapan porfiri

dengan endapan lain yang mungkin berdekatan. Seperti skarn, urat mesothermal, dan

endapan epithermal.

Tipe endapan porphyry umumnya terbentuk pada daerah tectonic yang aktif dan

berhubungan dengan pluton batuan granitic didalam kerak bumi sehinga akan

menghasilkan logam yang terbentuk dari larutan hidrotermal dengan mempunyai nilai

endapan bijih yang mempunyai nilai ekonomis sangat tingi seperti phorphyry Cu dan

Mo dalam luasan area yang sangat kecil. hampier 75% semua persediaan system

endapan porphyry Cu di dunia endapan porphyry Cu 50% dan dari porphyry Mo 25%

dan, terbesar kedua dari Au (129 Moz: Gras- berg, Indonesia; J. MacPherson,dan

sejumlah kecil logam lainnya (Ag, Pd, Te, Se, Bi, Zn, dan Pb). Sistem ini juga

mengandung sumber utama logam serta termasuk terbesar yang diketahui konsentrasi

dieksploitasi di dunia Cu (203 Mt.. Los Bronces-Rio Blanco, Chili tengah, AJ Wilson,

surat perintah com- mun, 2009) dan Mo (2,5 Mt: El Teniente, Chili tengah, Camus,

2003), dan terbesar kedua dari Au (129 Moz: Gras- berg, termasuk Endapan Skarn

yang kontak intrusi nya berdekatan, Indonesia; J. MacPherson, (Sillitoe, 2010).

Page 2: Bab I, Magang FI

2

Rekahan dan, vein, serta breksia selalu berhubungan dengan porphyry

magmatis. Naiknya silika magma secara menengah ke dalam bagian atas lempeng yang

sumbernya terbentuk paling dalam serta magma yang terbentuk lebih tebal

dibandingkan lempeng. Densitas magma berkurang di bagian atas lempeng, membentuk

batolith. Hidrasi fluida dari magma yang mendingin, kristalisasi, dan pemadatan akibat

proses penguapan.

caracterisitic sisitem alterasi porphyry yang sangat luas dan besar dipengaruhi

oleh kedua pola porphyry host rock dan porphyritic stock (Creasey, 1966; Meyer and

Hemley, 1967), (Figure 1.1) dan hubungan zona dari pola alterasi mineral logam,

caracterisitic dari zona potassic and phyllic pada system Cu ± Mo ± Au terdapat pada

bagian tengah (Sillitoe, 2010). Ukuran dari beberapa kilometer di dalam atau bagian

tengah dari anomaly Zn-Pb-Ag ± Mn. ahkirnya zona ini akan berisi Au-As ± Sb, yang

mana biasanya terdapat lithocap. Zona ini adalah hasil dari ruang, sehinga menyebapkan

terjadinya pengendapan logam di bagian dalam dari larutan fluida, yang berasal dari

pergantian temperature fluida.

Pada skala endapan bijih, struktur yang berhubungan dapat menghasilkan variasi

dari tipe mineralisasi, termasuk urat, set urat, stockwork, rekahan, crackled zones, dan

pipa breksi Pada endapan porfiri yang besar dan ekonomis, urat yang termineralisasi

dan rekahan biasanya memiliki densitas yang sangat tinggi. Orientasi dari struktur

mineralisasi dapat dihubungkan dengan lingkungan stress lokal disekitar bagian atas

dari pluton atau dapat menunjukkan kondisi stress regional. Ketika struktur mineralisasi

tumpang tindih satu-sama-lain dalam sebuah batuan bervolume besar, kombinasi dari

struktur mineralisasi individual menghasilkan zona dengan kadar bijih yang lebih tinggi

dan karakteristik dari endapan porfiri berukuran besar.Pembagian zona lokasi dari

masing-masing struktur yang timbul dari tipe mineralisasi yang berbeda,

Batas dari luasan PORPHYRY Cu systems dengan folume (10−>100 km3)

didalam alterasi dinding batuan pada tubuh intrusi porphyry Cu dan apabila intrusi

terjadi pada tubuh batuan sediment maka terjadi pelepasan mineral carbonat sehinga

akan terbentuk skarn, hige intermediate-sulfidation ephitermal pada bagian bawah yang

mengandung mineralisasi logam berharga. calc-alkaline terbentuk di sepanjang

rangkaian batholiths dan volcanic, sebagai tanda dari semua pembentukan yang terjadi

Page 3: Bab I, Magang FI

3

pada zona lempeng konvergen magmatic arcs yang aktif subdaksi (Sillitoe, 1972;

Richards, 2003), walapun biasanya dari system post collisional yang terbentuk dari

beberapa setingan tektonik, dan berkembang sesudah setingan tektonik itu berhenti

(e.g., Richards, 2009). kedalaman dari system porphyry Cu berisi komponen Cu ± Mo ±

Au deposit dengan ukuran yang bervariasi dari (<10 million metric tons [Mt]-10 billion

metric tons [Gt]) sebagai sumber dari Cu, Au,/ Zn Skarn (<1 Mt−>1 Gt), karena dimana

terbentuk pada tempat yang dangkal dan suhu yang rendah sehing mengandung semua

omponen hige intermediate-sulfidation epithermal Au ± Ag ± Cu tubuh biji. (<1 Mt−>1

Gt).

1.1.Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitianini bertujuan untuk memperoleh informasi - informasi geologi

secara regional yang mempengaruhi kondisi geologi lokal yang berdampak pada proses

intrusi, mineralisasi dan, alterasi yang berkembang untuk endapan porphyry cooper.

1.2. Pembatasan Masalah

Agar kegiatan penelitian dan penulisan dapat terencana dan terfokus, maka batasan

masalah geologi yang akan dibahas adalah :

1. Kondisi geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi yang mempengaruhi intrusi,

mineralisasi dan alterasi.

2. Tipe alterasi dan mineralisasi untuk endapan porphyry cooper.

1.3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1.3.1. Alat :

a. Kompas Geologi

b. Palu Geologi

c. Hand Lens 10 x dan 20 x pembesaran

d. Pen magnetite

e. Tape

f. Orienting plastic type HQ – NQ – BQ

g. Global position system ( GPS )

Page 4: Bab I, Magang FI

4

h. Camera digital

i. Peta Topografi Skala 1 : 25.000

j. Pita ukur 1 meter

k. Papan data

l. Kuas tangan

1.3.2. Bahan :

a. HCL 0.5 ( Asam Chloride )

b. Core hasil pemboran.

c. Kantong Sampel

1.4. Metode Penelitian

Guna mencapai hasil penelitian yang baik, perencanaan penelitian penting untuk

dipersiapkan baik dari tahapan persiapan penelitian sampai tahapan penyusunan hasil

penelitian. Tahapan – tahapan tersebut adalah :

a. Persiapan ;

b. Penelitian Lapangan ;

c. Penelitian laboratorium ;

d. Pengolahan data ;

e. Penyusunan skripsi.

1.4.1. Tahap Persiapan

Dalam tahapan persiapan yang dilakukan adalah penerbitan surat izin penelitian

dari tingkatan jurusan, fakultas sampai universitas kepada pihak perusahaan / instansi

pemerintah terkait di tingkatan kabupaten hingga desa setempat di lokasi penelitian dan

pengecekan serta melengkapi peralatan – peralatan yang dapat digunakan sehingga

dapat membantu kegiatan penelitian.

1.4.2. Penelitian Lapangan

Pada pelaksanaan penelitian lapangan sangatlah penting mengingat data - data

geologi permukaan yang menjadi obyek penelitian harus dapat dicatat dan direkam

Page 5: Bab I, Magang FI

5

dengan baik, sebab itu data-data yang terambil dapat memberikan informasi geologi

yang bekerja dan mempengaruhi kondisi di sekitar areal penelitian serta tentunya model

alterasi dan mineralisasi yang menjadi obyek utama penelitian dapat teramati dengan

baik.

1.4.3. Pengamatan Laboratorium / Studio

Tahap penelitian laboratorium sangat penting, namun tahapan ini dilakukan jika

kegiatan penelitian lapangan sudah dilakukan. Penelitian laboratorium berupa penelitian

terhadap contoh-contoh batuan yang diperoleh di lapangan berupa analisa petrografi.

Tujuan analisa petrografi adalah untuk mengetahui secara detail jenis, bentuk,

komposisi dan persentase mineral serta nama batuan. Analisa ini pentng guna

penafsiran mengenai genesa, lingkungan pengendapan, dan sejarah pembentukannya.

Analisa mikropaleontologi untuk mengetahui kandungan fosil dari batuan guna

mengetahui penentuan umur relatif dari singkapan.

Analisa struktur geologi meliputi analisa struktur primer dan sekunder yang

dipengaruhi oleh pergerakan tektonik secara regional yang berdampak pada lokal

struktur geologi.

1.4.4. Pengolahan Data dan Analisa Data

Tahapan pengolahan data ini dimaksudkan untuk mengolah semua data – data

hasil penelitian lapangan dan hasil analisis laboratorium.

Data analisa laboratorium berupa analisis petrografi sampel batuan beku

menggunakan klasifikasi Russel B. Travis, 1975, untuk batuan metamorf menggunakan

klasifikasi William, Turner dan Gilbert, 1982, sedangkan untuk batuan sedimen dan

karbonat digunakan klasifikasi Pettijhon, 1975, Folk, 1959, dan Dunham, 1962.Untuk

analisis mikro paleontologi guna kesebandingan umur berdasarkan foraminifera

planktonik menggunakan zonasi dari Blow, 1969.

Page 6: Bab I, Magang FI

6

1.4.5. Penyusunan Skripsi

Setelah selesainya kegiatan penelitian lapangan, analisa laboratorium dan

pengolahan data maka tahapan penyusunan laporan ilmiah dalam bentuk skripsi yang

memuat kondisi geologi umum daerah penelitian dan analisa tipe alterasi dan

mineralisasi porphyry di daerah penelitian sebagai spesifikasi dalam kegiatan penelitian.

Page 7: Bab I, Magang FI

7

BAB II

TATANAN GEOLOGI REGIONAL

2.1. FISIOGRAFI

Pulau New Guinea merupakan pulau yang sangat kompleks baik dari morfologi

bentang alam, dan proses tektonik yang aktif sampai saat ini. Secara umum dari selatan

dan utara pulau Papua dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : continental ( benua ),

transitional provinces ( daerah transisi ), dan Oceanic ( Samudera ). Ada 2 klasifikasi

yang digunakan untuk mengidentifikasi pulau Papua menurut Van Bemellen ( 1949 )

dan klasifikasi Quarless van Ufford ( 1996 ). Menurut Quarless van Ufford( 1996 )

pulau Papua seperti burung yang menghadap ke arah Barat dan terbagi sebagai berikut :

1. Fisiografi klasifikasi Van Bemellen (1949)

Fisiografi pulau New Guinea dibagi menjadi 3 yakni :

a. zona semenanjung Barat ( Vogelkop ),

b. bagian utama ( mainland ), dan

c. bagian timur dan ekor.

2. Berdasarkan kenampakan morfologi pulau New Guinea yang digambarkan

seperti seekor burung yang sedang terbang dan menghadap ke arah Barat.

Menurut Quarless van Ufford ( 1996 ), maka fisiografi pulau Papua terbagi :

a. Bagian kepala burung ( Bird’s Head )

b. Bagian leher burung ( Bird’s Neck )

c. Bagian Badan burung ( Bird’s body )

d. Bagian Ekor burung ( Bird’s Tail )

Page 8: Bab I, Magang FI

8

Gambar 2.1. Fisiografi Pulau Papua

a. Zona Semenanjung Barat ( Vogelkop ) / Bird’s Head

Zona ini berada pada koordinat 130o

BT – 135o BT. Secara umun terbagi 2 subzona

yakni :

Subzona Utara – Timur

Dicirikan oleh kompleks pegunungan masif yang tersusun oleh batuan metamorfik

dan granitik yang berumur Neogen sampai Kuarter.

Subzona Selatan – Barat

Dataran rendah yang tersusun oleh plateu batugamping yang dikenal Onin dan

Kumawa Peninsula yang berumur tersier, dataran aluvial, dan rawa-rawa.

Subzona selatan – Barat dipotong oleh teluk Bintuni. Kedua subzona ini dipisahkan oleh

depresi seperti lembah dan dataran Warren – Momi Ransiki yang terdapat di sepanjang

zona sesar Sorong dan Ransiki, Down – Irai, Danau Anggi, Kasi – Kebar, Warsamsan,

serta Sorong

Page 9: Bab I, Magang FI

9

b. Bagian Leher ( Bird’s Neck )

Pada bagian terdapat kelurusan yang dinterpretasikan sebagai struktur geologi yang

berarah N – S dan NW – SE. Pada bagian leher memiliki beberapa subzona yaitu

Lengguru Fold Belt ( antiklin yang tersesarkan dari Kelompok Batugamping New

Guinea ), danau Jamur ( Dibentuk hasil ekstrusif lava yang berasal dari aktivitas

vulkanik kecil di bagian selatan yang berumur Resen ), Wandamen peninsula (

Selatan danau Jamur dan bagian paling utara dari kompleks batuan metamorfik ) dan

Weyland Range ( pegunungan masif yang menghubungkan bagian kepala dan badan.

c. Bagian Utama ( Mainland ) / Bird’s Body

Bagian utama berada di koordinat 135o BT – 143.5

o BT. Dicirikan oleh kelurusan –

kelurusan NW – SE. Zona ini didominasi oleh pegunungan masif ( Kompleks

Pegunungan Tengah atau Central Range ) di bagian utara dan dataran di bagian selatan,

rawa-rawa di bagian yang dekat permukaan laut. Bird’s Body dibagi beberapa sub zona:

Zona Central Range mountain, digambarkan sebagai tulang punggung dari burung.

Zona Cyclops Mts

Zona Bougenville Mts

Zona Mamberamo – Dewani Depression

Zona Digul – Fly depression

Zona Merauke

d. Bagian Timur Termasuk Ekor ( Bird’s Tail )

Berada pada koordinat 143.5o BT – 150.48

o BT. Zona ini ditandai oleh kelurusan –

kelurusan yang berarah NW – SE, daerah ini dibagi dalam 3 sub zona :

Zona vulkanik di pesisir utara

Zona sepanjang pesisir timur laut

Zona pegunungan tengah ( central range )

Page 10: Bab I, Magang FI

10

2.2. KERANGKA TEKTONIK PAPUA

Pulau New Guinea merupakan hasil dari aktivitas tektonik yaitu tumbukan

(collision) yang bersifat oblique convergent antara lempeng benua Australia dan

lempeng samudara Pasifik (Quarless van Ufford, 1996 dan Sapiie, 1998 ).

Ada beberapa model dari evolusi tektonik pulau New Guinea yang masih

menjadi perdebatan sampai sekarang. Beberapa model tersebut adalah :

a. Teori Pembalikan Subduksi ( Subduction Polarity Reversal )

Teori ini menyatakan bahwa pergerakan lempeng benua Australia bergerak ke arah

utara dan terjadi subduksi dengan Lempeng Benua Pasifik, selanjutnya diikuti oleh

proses kolisi dan inisiasi dari subduksi lempeng Samudera Pasifik ke arah selatan

palung laut New Guinea ( Dewey dan Bird, 1970 ; Hamilton, 1979 ; Jhonson and

Jaques, 1980 ; Milson, 1985 ; dan Sapiie, 2001 ).

b. Teori Zippering Model

Teori zippering model menjelaskan dua lempeng subduksi ( doubly subducting

slab ) dari lempeng samudera Pasifik pada pulau New Guinea bagian timur yang

kemungkinan merupakan bagian Lempeng Samudra Solomon Sea bagian barat

( Ripper dan Mcque, 1983 ; cooper dan Taylor, 1987 ; Sapiie, 2001 )

c. Teori Sesar Mendatar ( Strike Slip Fault )

Teori ini menjelaskan bahwa terjadi subduksi antara Lempeng Benua Australia dan

Lempeng Samudera Pasifik yang kemiringannya ke arah utara namun tidak terjadi

subduksi several seperti yang dijelaskan oleh teori pembalikan subduksi, tetapi hanya

pembentukan proses sesar - sesar mendatar akibat proses oblique convergence dimana

lempeng Australia memiliki kemiringan yang sangat vertikal ( Dow et all, 1988 ; Sapiie,

2001 ).

Para ahli geologi setuju bahwa New Guinea sekarang ini merupakan bagian dari

passive margin lempeng benua Australia bagian utara yang pada Mesozoik sampai

Kenozoik ditumbuk oleh satu atau beberapa kali busur vulkanik. Beberapa ahli juga

masih memperdebatkan mengenai proses collision yang terjadi di pulau New Guinea.

Page 11: Bab I, Magang FI

11

Ada ahli geologi yang menyatakan bahwa New Guinea terbentuk akibat satu kali proses

collision ( Ripper and Mcque, 1983 ; Milsom, 1985 ; Cooper and Taylor, 1987 ; Sapiie,

2001 ), tetapi beberapa menyatakan bahwa collision terjadi dua kali.

Gambar 2.2. Peta Tektonik New Guinea. Adaptasi Dari Hamilton, 1979.

Cooper Dan Taylor, 1987 Dan Closs. Spreading Centers Dari Northwest Dan Southwest.

Berdasarkan perubahan batuan sedimen karbonat menjadi batuan sedimen

silisiklastik pada cekungan batuan pengendapaan ( orogenic uplifts ), proses collision

yang membentuk Melanesian Orogeny dimulai pada Miosen Akhir ( Dow dan Sukamto,

1984 a ; Dow et all, Dow at all, 1988 ; Sapiie, 2001 ). Namun berdasarkan penentuan

umur batuan tahap metamorf di pulau New Guinea dan daerah busur kepulauan

diperoleh umur Oligosen Awal, yang berarti proses collision berlangsung pada awal

Oligosen ( Pigram et al, 1989 ; Davies, 1990 ; Sapiie, 2001 ). Dow et al, 1988

menyimpulkan bahwa pulau New Guinea merupakan hasil collision antara busur

kepulauan dan benua yaitu yang pertama pada Oligosen dan kedua pada masa Miosen (

Dow et al, 1988, Sapiie, 2001 ).

Page 12: Bab I, Magang FI

12

Quarless van Ufford (1996) juga menyimpulkan bahwa pulau New Guinea

terbentuk akibat dua kali proses orogenesa yang berbeda satu dengan yang lain. Proses

orogenesa pertama terjadi pada Eosen – Oligosen yang disebut Peninsula Orogeny yang

terbatas sampai sebagian besar bagian timur New Guinea. Kemudian proses orogenesa

selanjutnya dimulai pada Miosen Tengah yang disebut Central Range Orogeny.

Peristiwa ini berhubungan dengan pembentukan geologi pulau New Guinea sampai

sekarang ini.

Selanjutnya tahap Central Range Orogeny dibagi menjadi dua proses oleh Quarles

Van Ufford ( 1996 ) yaitu tahap pre-collisional dan tahap collisional. Tahap pre-

collisional adalah tahap pengangkatan ( Bulldozing ) dan metamorfisme dari sedimen

passive margin pada zona subduksi dengan kemiringan ke arah utara. Tahap collisional

terjadi ketika litosfer Australia yang mengapung berhenti di zona subduksi (Closs, et al,

1994 dalam Sapiie, 2001). Akibat dari aktivitas ini melibatkan basemen batuan kristalin,

terjadi aktivitas magma pada tahap akhir dan pengangkatan pegunungan secara vertikal

setinggi 1-2 km yang diperkirakan berlangsung 7-3 juta tahun yang lalu. Puncak dari

proses ini adalah inisiasi dari sesar mendatar mengiri yang berarah timur – barat ( E-W )

yang mendominasi proses tektonik dari bagian barat New Guinea ( Sapiie, 1998 ).

Proses pergerakan realtif lempeng benua Australia dan lempeng samudra Pasifik

berperan penting dalam perkembangan struktur di New Guinea, Sapiie (2001)

menjelaskan bahwa pada 4 juta tahun lalu pergerakan lempeng Pasifik terhadap

lempeng Australia berubah arah N 246o E ( SW ) sampai N 270

o E ( WSW ).

2.3. GEOLOGI REGIONAL PULAU NEW GUINEA

Berdasarkan batuan asal penyusun Pulau New Guinea, secara umum pulau ini

dibagi menjadi satuan geologi yaitu :

2.3.1. Satuan Samudera ( Oceanic Provinces )

Satuan ini terdiri dari kompleks batuan offiolit, serta kompleks kepulauan

sebagai bagian dari Lempeng Samudera Pasifik, berada di sebelah utara kompleks

pegunungan Tengah.

Page 13: Bab I, Magang FI

13

2.3.2. Satuan Benua ( Continental Provinces )

Satuan ini tersusun dari batuan sedimen yang berasal dari Lempeng Benua

Australia, dan berada di sebelah selatan Kompleks Pegunungan Tengah.

2.3.3. Satuan Transisi ( Transitional Provinces )

Satuan ini tersusun dari batuan metamorfik yang dihasilkan dari proses

metamorfisme akibat interaksi antara Lempeng Benua Australia dan Lempeng

Samudera Pasifik.

Berdasarkan batuan penyusun serta evolusi tektonik yang berkembang, bagian

badan burung ( Bird’s body ) dapat dibagi menjadi empat satuan litotektonik, yaitu :

a. Satuan Depan Busur New Guinea

Merupakan dataran rendah di bagian selatan Pulau New Guinea. Batuan penyusun

satuan ini merupakan batuan sedimen karbonat berumur Kenozoikum, serta batuan

sedimen silisiklastik, batuan sedimen marin, serta sedimen berumur Mesozoikum

(Dow dan Sukamto, 1984 a,b : op cit Darman and Sidi, 2000 )

b. Satuan Sabuk Lipatan dan Sesar Anjakan Pegunungan Tengah

Merupakan sabuk orogenesa yang memanjang dari Papua hingga Papua Peninsula

di bagian timur sepanjang 1300 km dan lebar 150 km, ditandai dengan pegunungan

dengan ketinggian lebih dari 3000 mdpl ( Dow et al, 1988 ; Darman and Sidi, 2000 ).

c. Satuan Sabuk Metamorfik Ruffaer

Satuan ini terdiri dari batuan metamorf temperatur rendah ( T < 300oC ), dengan

luas 150 dan merupakan daerah yang mengalami deformasi kuat. Satuan ini dibatasi

sabuk Offiolit New Guinea pada bagian utara, sedangkan bagian selatan dibatasi oleh

daerah terdeformasi dengan batuan penyusun berasal dari Passive margin Lempeng

Australia ( Dow et all, 1988 ; Sapiie, 2000 )

Page 14: Bab I, Magang FI

14

Gambar 2.3. Distribusi Karbonat Pada Awal Dan Pertengahan Miosen

Sepanjang Utara Australia Pada Pinggiran Kontinen, Katili (1986), Apthorpe

(1988), P.J. Davies, et al, (1989), Buther ( 1990 ) dan McLennan (1990).

d. Satuan Tumbukan Busur Kepulauan Melanesia

Satuan ini merupakan daerah yang kompleks, terdiri atas kerak samudera yang

berasal dari tumbukan Busur Kepulauan Melanesia dengan Lempeng Samudera Pasifik.

Satuan ini terdiri dari Zona Depresi Meervlakte dan Mamberamo Trust Fold- Belt

( MTFB ), dengan luas 200 km 2. Tumbukan yang membentuk satuan ini diperkirakan

pada kala Pliosen dan aktif sampai sekarang ( Dow dan Sukamto, 1984 a,b ; Dow et al,

1988 ; Darman dan Sidi, 2000 ).

Page 15: Bab I, Magang FI

15

BAB III

DASAR TEORI

3.1. ALTERASI HIDROTERMAL

Alterasi hidrotermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan

secara mineralogy kimia dan tekstrur yang dihasilkan dari interaksi larutan hirdotermal

dengan batuan yang dilaluinya pada kondisi kimia fisika tertentu, (DalamPirajno, 1992).

Pada umumnya fluida hidrotermal merupakan fluida air bawah tanah atau air laut yang

terpanaskan oleh adanya intrusi magma di bawah permukaan sehingga fluida panas

tersebut mencari zona permeable atau zona rekahan dan kemudian secara kimiawi akan

mengubah mineral-mineral pada batuan samping yang dilaluinya membentuk

kumpulan-kumpulan mineral yang setimbang pada kondisi yang baru. Proses ini disebut

metasomatisme yaitu pertukaran komponen – komponen kimia antara fluida dengan

batuan samping. Oleh karenaitu, hal tersebut juga memungkinkan adanya perubahan

komposisi kimia pada fluida yang di sebabkan oleh reaksinya pada batuan samping,

(Dalam Henley dan Ellis, 1983). Produk alterasi pada system epitermal tidak

sepenuhnya tergantung pada komposisi batuan samping (termasuk permeabilitas,

temperature, dan komposisi fluida batuan). Mereka menyatakan, sebagai contoh pada

temperature antara 250-2800C, kumpulan mineral yang sama (kuarsa, albit, K-feldspart,

epidot, illit, kalsit, dan pirit) terbentuk pada basalt, batu pasir, riolit, dan andesit.

Sedangkan peneliti lainnya percaya bahwa, komposisi batuan samping memiliki

peranan yang penting dalam proses alterasi hidrotermal, terutama pada system

porphyry-Cu.

Alterasi hidrotermal biasanya melibatkan volume fluida yang relaitf besar.

Fluida ini akan menghasilkan alterasi yang intensif terhadap batuan samping, bila

batuan samping tersebut bersifat permeable (rekahan atau pori-pori yang saling

berhubungan). Artinya, semakin banyak fluida dan semakin permeable suatu batuan

maka alterasi hidrotermal akan semakin intensif. Kemudian, rasio fluida terhadap

batuan, (w/r) ini menjadi sangat penting untuk melihat seberapa besar derajat alterasi

yang dihasilkan.Pada system hidrotermal w/r akan umumnya berkisar antara 0,1-4,

(Dalam Henley dan Ellis, 1983).

Page 16: Bab I, Magang FI

16

Alterasi hidrotermal terjadi secara ekstensif dan biasanya mengalami zonasi

pada skala endapan dan juga pada urat dan rekahan individual. Pada banyak endapan

porfiri, zona alterasi pada skala endapan terdiri dari zona bagian dalam potassic yang

dicirikan oleh K-feldspar dan/atau biotit (± amfibol ± magnetit ± anhidrit ) dan zona

bagian luar alterasi propylitic yang terdiri dari kuarsa, khlorit, epidot, kalsit, dan secara

lokal, albit yang berhubungan dengan pirit. Zona alterasi phyllic (kuarsa + serisit +

pirit,) dan alterasi argilic (kuarsa + ilit + pirit ± kaolinit ± smektit ± montmorillonit ±

kalsit) yang dapat menjadi bagian dari pola zonal diantara zona potassic dan propylitic,

atau dapat menjadi zona lebih muda berbentuk irregular atautabular yang menumpuk

diatas alterasi lebih tua dan kumpulan sulfida.Zona sulfida ekonomis paling banyak

diasosiasikan dengan alterasi potassic.Hubungan spasial dan temporal diantara tipe

berbeda dari alterasi ditunjukan secara skematik dalam Sementara zona alterasi dan

mineralisasi dari sebuah endapan porfiri

Caractericitic dan type utama alterasi dan mineralisasi yang umumnya hadir

dalam intrusi porphyry Cu sistim. pada zona alterasi dinding batuan dan tersebar pada

bagian dalam dan pada bagian luar dai zona intrusi dinding batuan hinga bias mencapai

beberapa kilometer luasan skalanya umumnya adalah alterasi potassic, sericitic,

advanced argillic, intermediate argillic, propylitic, sodic-calcic dan sodic, greisen,

serta skarn.

Page 17: Bab I, Magang FI

17

Gambar 3.1. gambaran schematic dari susunan pembentukan alterasi –

mineralisasi (Modified from Sillitoe (2000).

gambaran schematic dari susunan pembentukan alterasi – mineralisasi yang

berurutan pada system endapan porphyry copper dan hubungannya pada batas

kedalaman dengan seistem yang berkaitan dengan susunan watu pembentukan, dari

potasic yang berhubungan dengan sekeliling porphylitic (prop) setelah itu clorit –

cericitie dan cericite – advanced argillic, sangat meningkat dari hasil percampuran kadar

asam sehinga terjadi penurunan temperature dari larutan hydrothermal. sebagai

berikut, dengan pertambahan sulphida state secara meluas dalam bentuk pararel dari

hasil larutan fluida dan menyebapkan perubahan dari sulphida celompok dari

chalcopyrite (Cp) – bornite (bn) setelah itu chalcopyrite-pyrite (py) dan pyrite-bornite,

ke pyrite-enargite (en) atau pyrite-covellite (cv), sebagai penciri dari beberapa endapan

by Einaudi et al. (2003). dari yang tidak hadir pada Cu haig sulphidasi dari early, high-

temperature advanced argillic zone. Modified from Sillitoe (2000).

Page 18: Bab I, Magang FI

18

Potassic alteration indikasi dari beberapa mineral alterasi yang biasnya hadir

pada alterasi ini adalah kelompok secondary biotite dan K-feldspar dan chalcopyrite ±

bornite. Phyllic alteration lebih dulu terbentuk dari Potassic alteration characteristic dari

alterasi ini hamper semuanya berwarna hijau-hijau tua tersusun oleh mineral mafic dan

merupakan ubahan dari mineral chlorite, plagioclase - sericite, and magnetite – hematite

dan penambahan pyrite and chalcopyrite deposit

Chlorite-sericite alteration system pembentukan pada alterasi ini terbentuk pada

bagian atas dan mengandung tubuh bijih endpan porphyry yang sangat melimpah

mineral utama yang umumnya hadir pada alterasi ini (Chlorite) Carbonate, epidote,

hadir sebagai mineral secunder, dan Chlorite ± sericite ± sulfides hadir sebagai

kelompok mineral sulphida yang sangat kecil, kelompok mineral sulphida ini biasanya

hadir sebagai veinlets dan merupakan tipe bentuk dari alterasi Chlorite-sericite.dan

Veinlet selvages mengisi sebagai Chlorite, sericite/illite Alterasi ini merupakan bentuk

dari perpindahan sebagian mineral mafic, ke klorit, ke plagioklas dan plagioklas ke

sericite secara complit (fine-grained muscovite) dan/ilite.

Advanced Argillic alterasi ini adalah alterasi hidrolisis dan alkali yang kationnya

terubah dan membentuk alkali bebas dari hydrous alumunium mineral silika (

pyrophyllite, dickite, kaolinite akibat pengurangan panas fluida ). Zona lokal dengan

temperatur tinggi hadir andalusite, alunite, dan variasi aluminiium seperti flourine,

mineral yang kaya silika seperti topaz, diaspore, zunyite, corundum, dumortierite dan

pyrite. Zona yang kaya akan kuarsa dengan ubahan alumunium ( alterasi sisa silika )

secara umum hadir dekat permukaan dari zona transisi lingkungan epithermal. Mineral

hypogen di dominasi oleh pyrite dan mineral tembaga yaitu enargite, covellite, digenite,

dan umumnya tetahedrite / tennantite. (Sillitoe, 1995) pada bagian atas sering terjadinya

percampuran clay minerals dan alunite. Dan dengan panjang lithocap antara >10 km²

hamper rata – rata 100 km² (Sillitoe, 1995) demikian menjadi besar dan banyak pada

bagian bawah dari endapan porphyry

Intermediate argillic alterasi merupakan kumpulan mineral lempung yang

terbentuk oleh hidrolisis alteration dengan karakteristik suhu yang rendah dibandingkan

zona alterasi sericitic, dan relatif derajat keasaman rendah, tetapi suhu yang relatif tinggi

Page 19: Bab I, Magang FI

19

dibandingkan alterasi argillic dengan suhu yang relatif sama. Mineral yang dominan

hadir pada alterasi ini adalah mineral lempung seperti smectite, kaolinite ubahan dari

plagioklas, potassium feldspar stabil, dan mineral feromagnesian yang terubah oleh

chlorite dan pyrite.

Propylitic alteration bentuk carakterisitik dari alterasiini adalah terjadi karena

reaksi dehidrasi dan CO2 secara metasomatism sehinga membentuk chlorite, epidote,

dan mineral carbonate Propillitic merupakan alterasi batuan beku akibat hidrasi,

karbonasi, oksidasi, dan reaksi sulfidasi secara lokal, dan membentuk mineral hydrous

dan sedikit mineral karbonat, sulfide dan atau hematit. Mineral – mineral yang hadir di

zona alterasi ini adalah epidote, chlorite, atau actinolite, di beberapa tempat hadir

pyrite,pada suhu yang tinggi dan chlorite-illite-sericite atau smectite dan pyrite, pada

suhu yang lebih rendah hasil perubahan calcic plagioclase dan mineral feromagnesian.

Mineral tembaga pada umumnya tidak hadir pada zona alterasi propilitic. (e.g.

Sillitoe,2010).

Sodic-calcic dan sodic alteration, system pembentukan alterasi ini kebanyakan

terbentuk pada zona dibagian bawah dari endapan porphyry dan mengandung

Umumnya hadir mineral besi yang sudah lapuk. Karakteristik mineral alterasi adalah

reaksi mineral yang kaya sodium, plagioklas yang terubah menjadi potassium feldspar.

Sodic plagioklas, actinolite, epidote, chlorite, calcic-pyroxene, calcic-plagioklas, dan

Ca-Al-Fe dan garnet yang terbentuk pada temperatur yang tinggi ( lebih dari 450oC).

sangat melimpah (e.g., Panguna, Papua New Guinea and El Teniente; Ford, 1978;

Cannell et al., 2005) biasanya intrusi porphyry akan terbentuk dan berasosiasi dengan

dinding batuan intermediet dan bentuk dari alterasi ini hamper sama dengan alterasi

propylitic, meskipun begitu, tetapi, biasanya caractericitic dari lokasi pada semua zona

endapan porphyry stock dapat dilihat seperti di (e.g., Koloula, Solomon Islands and

Island Copper, British Columbia; Chivas, 1978; Perelló et al., 1995; Arancibia and

Clark, 1996). Sodic-calcic alteration secara khusus mengandung sulpihida dan sedikit

mineral logam kecuali (magnetite dan Fe) tetapi mineralisasi Au dapat hadir pada tubuh

endapan porphyry Cu(e.g., Nugget Hill, Philippines), beberapa mineral yang umumnya

hadir pada alterasi potassic-calcic (biotite-actinolite-magnetite) komponen dari

Page 20: Bab I, Magang FI

20

kelompok yang biasa (e.g., Santo Tomas II, Ridgeway, and Cotabambas, southern Peru;

Sillitoe and Gappe, 1984; Wilson et al., 2003; Perelló et al., 2004a).

Alterasi Greisen Himpunan mineral pada greisen adalah kuarsa-muskovit (atau

lipidolit) dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, turmalin, dan florit yang

dibentuk oleh alterasi metasomatik post-magmatik granit (Best, 1982, Stempork, 1987,

dalam Sutarto, 2004). Greisen merupakan alterasi vein selvage dengan kristal macro-

scopically hidrothermal muscovite. Greisen terdapat vein yang terisisi urat muscovite,

quartz, minor sulfides mineral ( pyrite lebih banyak dibandingkan chalcopyrite) dengan

potassium feldspar –muscovite selvages.

Skarn Alterasi Alterasi ini terbentuk akibat kontak antara batuan sumber

dengan batuan karbonat, zona ini sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya

akan kandungan mineral karbonat. Pada kondisi yang kurang akan air, zona ini dicirikan

oleh pembentukan mineral garnet, klinopiroksin dan wollastonit serta mineral magnetit

dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan pada kondisi yang kaya akan air, zona ini

dicirikan oleh mineral klorit,tremolit – aktinolit dan kalsit dan larutan hidrotermal.

Garnet-piroksen-karbonat adalah kumpulan yang paling umum dijumpai pada batuan

induk karbonat yang orisinil (Taylor, 1996, dalam Sutarto, 2004). Amfibol umumnya

hadir pada skarn sebagai mineral tahap akhir yang menutupi mineral-mineral tahap

awal. Aktinolit (CaFe) dan tremolit (CaMg) adalah mineral amfibol yang paling umum

hadir pada skarn. Jenis piroksen yang sering hadir adalah diopsid (CaMg) dan

hedenbergit (CaFe). Alterasi skarn terbentuk pada fluida yang mempunyai salinitas

tinggi dengan temperatur tinggi (sekitar 300°-700°C). Proses pembentukkan skarn

akibat urutan kejadian Isokimia – metasomatisme – retrogradasi.

Page 21: Bab I, Magang FI

21

3.1.2. GOMETRY ENDAPAN PORPHYRY

Luasan yang utama dari system prophyri Cu dan Mo, kebanyakan composisi

dari percampuran batoliths ke dioritic sampai granitic akan membentuk 1-2 Ma sebelum

terjadinya proses intrusi pada tubuh porphyry (e.g. Dilles and Wright, 1988; Mortensen

et al., 1995; Dilles et al., 1997;Deckart et al., 2005; Campbell et al., 2006) at depths of

~5 km (e.g. Sillitoe, 2010; Richards,2011). Tetapi apabila kedudukan dari endapan

relative miring tetapi tidak ada katianya dengan tubuh magma maka dapat dilihat pada

endapan. semua system endapan porphyry akan berasosiasi dengan khalk –Allkaline

composisi dari intermediet ke felsick volkanisme (Sillitoe, 1973) tetapi biasanya stok

intrusi dari catatan di Bingham mencapai peningkatan 0.5 - 3 Ma(Waite et al., 1997).

Akan tetapi erosi volcanism biasanya akan menyebapkan pencucian dari atas

permukaan pada tubuh intrusi, tetapi dibagian bawah permukaan akan terjadi

perpindahan volcanic pada suatu tempat. Total batasan dari aktivitas volcanic yang

sangat panas dengan intensitas yang lebih tingi bersifat explosive erupsi dapat dengan

mudah kehilangan beberapa endapan mineral logam yang mempunyai nilai ekonomis

sangat tingi karena magma mudah mengup, sehinga akan menyebapkan kurang atau

hilangnya endapan mineral berharga pada pembentukan formasi endapan bijih yang

sangat besar pada bagian lapisan kerak (e.g. Sillitoe, 1980; Pasteris, 1996; Cloos, 2001;

Richards, 2005).

Dibagian pusat dari system endapan porphyry akan terbentuk tubuh porphyry

yang sangat ideal dan akan berbentuk slinder (e.g. Seedorff et al., 2005) sebagian akan

mencapai penigkatan tempat diatas level >2km di diatas permukaan. (e.g. Richards,

2011), Porphyry mempunyai masa dasar dan ukuran butir yang berfaiasi dari yang halus

- kasar dan , pembentukan masa dasarnya tidak tetap dan selalu berubah, masadasarnya

merupakan produck yang berasal dari tekanan fluida yang sangat tingi yang bersifat

flotail dan mengalir dengan cepat selama atau pada waktu pembentukan, berjalan

(Burnham, 1967). Dan phaneritic breccias banyak mengisi Di sepanjang tubuh magma,

magmatic-hidrotermal.

Page 22: Bab I, Magang FI

22

Hidrotermal breccia banyak mengandung lebih dari mineral logam termasuk

didalamnya seperti stockwork dan mempunyai premeabilitas yang tingi. Dari

kebanyakan proses pembentukan Phreatic breccias disebapkan dari waktu pembentukan

yang lambat atau sampai menegah sesudah pembentukan proses mineralisasi

(Sillitoe,2010). Sebagian besar breccia diaterms mengambarkan proses pembentukan di

bagian dalam volcanic yang membentuk phreatomagmatic erupsi dan hamper

mempunyai kedalaman lebih dari 1Km dengan diameter.(e.g. Sillitoe, 1985).

Gambar3.2. bagian idealis permukaan dari pola alterasi hidrotermal,

structure termal, dan incluisi dari larutan fluida (modified from Richards,2011).

Perpindahan larutan fluida dimulai dari fase utama, supercritical larutan pada

kedalaman, yang bercampur dengan uap air, dan air asin dari Porphyry Cu – Mo

-ahkirnya bereaksi dengan lambat pada bagian atas permukaan sehinga akan

menyebapkan generalisasi dari pembentukan formasi Endapan epithermal Au

(Cu) deposits.

Hubungan dari percampuran mineral bijih yang utama hadir sebagai stockwork

secara intensif terdapat pada bagian atas dari permukaan sehinga tubuh endapan

porphyri, yang terbentuk berupa mineralisasi stockwork, breccias merupakan

Page 23: Bab I, Magang FI

23

caracterisitic dari semua system endapan porphyry yang mengandung mineral logam

(Fournier, 1968; Cunningham, 1978; Westra,1979).

3.1.3. Zona Alteration-mineralization dari endapan porphyry Cu

Gambaran bentuk dari zona alterasi dan pola mineralisasi pada Endapan

Porphyry Cu yang terdiri dari beberapa bentuk alterasi pada bagian bawah sampai

bagian atas terdiri dari alterasi sodic-calcic, potassic, chlorite-sericite, sericitic, and

advanced argillic (cf. Meyerand Hemley, 1967; Table 2; Figs. 10, 11). Chloritic dan

propylitic alterasi terbentuk pada bagian atas dan di terdapat di tengah zona bijih

porphyry Cu dan umumnya mengandung endapan Au yang melimpah, menurut

Hedenquist et al. (1998) alterasi sericite-clay-chlorite biasanya disingat dengan istilah

(SCC) of Sillitoe and Gappe (1984) bersama Meyer and Hemley’s (1967) intermediate

argillic type temperature rendah (e.g., Hedenquist et al., 1998; Sillitoe, 2000; Seedorff et

al., 2005; Bouzari and Clark, 2006) kemungkinan disebapkan karena terbentuk pada

temperature rendah sehinga berbentuk discontinued.

Sodic-calcic alteration, system pembentukan alterasi ini kebanyakan terbentuk

pada zona dibagian bawah dari endapan porphyry dan mengandung Umumnya hadir

mineral besi yang sudah lapuk. Karakteristik mineral alterasi adalah reaksi mineral yang

kaya sodium, plagioklas yang terubah menjadi potassium feldspar. Sodic plagioklas,

actinolite, epidote, chlorite, calcic-pyroxene, calcic-plagioklas, dan Ca-Al-Fe dan

garnet yang terbentuk pada temperatur yang tinggi ( lebih dari 450oC).

sangat melimpah (e.g., Panguna, Papua New Guinea and El Teniente; Ford, 1978;

Cannell et al., 2005) biasanya intrusi porphyry akan terbentuk dan berasosiasi dengan

dinding batuan intermediet dan bentuk dari alterasi ini hamper sama dengan alterasi

propylitic, meskipun begitu, tetapi, biasanya caractericitic dari lokasi pada semua zona

endapan porphyry stock dapat dilihat seperti di (e.g., Koloula, Solomon Islands

and Island Copper, British Columbia; Chivas, 1978; Perelló et al., 1995; Arancibia and

Clark, 1996). Sodic-calcic alteration secara khusus mengandung sulpihida dan sedikit

mineral logam kecuali (magnetite dan Fe) tetapi mineralisasi Au dapat hadir pada tubuh

endapan porphyry Cu(e.g., Nugget Hill, Philippines), beberapa mineral yang umumnya

hadir pada alterasi potassic-calcic (biotite-actinolite-magnetite) komponen dari

kelompok yang biasa (e.g., Santo Tomas II, Ridgeway, and Cotabambas, southern Peru;

Sillitoe and Gappe, 1984; Wilson et al., 2003; Perelló et al., 2004a).

Page 24: Bab I, Magang FI

24

Potassic alteration indikasi dari beberapa mineral alterasi yang biasnya hadir

pada alterasi ini adalah kelompok secondary biotite dan K-feldspar dan chalcopyrite ±

bornite. Phyllic alteration lebih dulu terbentuk dari Potassic alteration characteristic dari

alterasi ini hamper semuanya berwarna hijau-hijau tua tersusun oleh mineral mafic dan

merupakan ubahan dari mineral chlorite, plagioclase - sericite, and magnetite – hematite

dan penambahan pyrite and chalcopyrite deposit

Gambar 3.3. susunan zona Alterasi – mineralisasi dengan pola secara merata

dari yang pertama sebelum menerobos dalam system endapan porohyry copper

kelihatan cukup besar biasanya menekan celah diantara lubang yang ada dari

lithocap dan pada bagian bawah dari stock porphyry pada gambar 10.

Chlorite-sericite alteration system pembentukan pada alterasi ini terbentuk pada

bagian atas dan mengandung tubuh bijih endpan porphyry yang sangat melimpah

mineral utama yang umumnya hadir pada alterasi ini (Chlorite) Carbonate, epidote,

hadir sebagai mineral secunder, dan Chlorite ± sericite ± sulfides hadir sebagai

kelompok mineral sulphida yang sangat kecil, kelompok mineral sulphida ini biasanya

hadir sebagai veinlets dan merupakan tipe bentuk dari alterasi Chlorite-sericite.dan

Veinlet selvages mengisi sebagai Chlorite, sericite/illite Alterasi ini merupakan bentuk

dari perpindahan sebagian mineral mafic, ke klorit, ke plagioklas dan plagioklas ke

sericite secara complit (fine-grained muscovite) dan/ilite

Page 25: Bab I, Magang FI

25

Phyllic dan Cericitic (Lowell and Guilbert, 1970) merupakan typecal zona dari

alterasi dan mineralisasi pada batuan yang terbentuk di zona dari beberapa kilometers

Cubic (e.g., Lowell and Guilbert, 1970; Beane and Titley, 1981),walapun sericitic

terbentuk pertama kali,terutam advanced argillic alterasi kebanyakan alterasi ini

berasosiasi dengan alkaline dan calc-alkaline intrusions di dalam endapan porphyry Cu

(Lang et al., 1995; Sillitoe, 2002; Holliday and Cooke, 2007), dan merupakan control

dari perbandingan K+/H+ magma chemistry (e.g., Burnham, 1979). Dan pada

umumnya secara Specific terdiri dari kelompok mineral oppaqu untuk bagian bentuk

atau tipe alterasi dapat dilihat Pada (Table 2; Fig. 12) karena dari hubungan

pembentukan sulfidation secara langsung pada bagian atas dari kelompok sulfidation

dan larutan PH dan merupakan pembentukan utama dari tipe alterasi (Barton and

Skinner, 1967; Meyer and Hemley, 1967; Einaudi et al., 2003; Fig. 12).

Sulfidation dan temperature merupakan fungsi dari fugacit, pergantian temperature

dari low intermediet sampai hige intermediet terus berjalan dan mengalami penurunan

suhu (Barton and Skinner, 1967; Einaudi et al., 2003). Di dallam susunan tipe alterasi

serta mineralisasi menjadi semakin progressive dari bagian bawah yang pertama sampai

pada yang tertua pada bagian atas (Fig. 12), dengan mengakibatkan pembentukan

alterasi-mineralisasi pada zona yang dangkal dan proses pembentukannya terjadi di

bagian dalam zona

Advanced Argillic alterasi ini adalah alterasi hidrolisis dan alkali yang kationnya

terubah dan membentuk alkali bebas dari hydrous alumunium mineral silika (

pyrophyllite, dickite, kaolinite akibat pengurangan panas fluida ). Zona lokal dengan

temperatur tinggi hadir andalusite, alunite, dan variasi aluminiium seperti flourine,

mineral yang kaya silika seperti topaz, diaspore, zunyite, corundum, dumortierite dan

pyrite. Zona yang kaya akan kuarsa dengan ubahan alumunium ( alterasi sisa silika )

secara umum hadir dekat permukaan dari zona transisi lingkungan epithermal. Mineral

hypogen di dominasi oleh pyrite dan mineral tembaga yaitu enargite, covellite, digenite,

dan umumnya tetahedrite / tennantite. (Sillitoe, 1995) pada bagian atas sering terjadinya

percampuran clay minerals dan alunite. Dan dengan panjang lithocap antara >10 km²

hamper rata – rata 100 km² (Sillitoe, 1995) demikian menjadi besar dan banyak pada

bagian bawah dari endapan porphyry

Page 26: Bab I, Magang FI

26

Propylitic alteration bentuk carakterisitik dari alterasiini adalah terjadi karena

reaksi dehidrasi dan CO2 secara metasomatism sehinga membentuk chlorite, epidote,

dan mineral carbonate Propillitic merupakan alterasi batuan beku akibat hidrasi,

karbonasi, oksidasi, dan reaksi sulfidasi secara lokal, dan membentuk mineral hydrous

dan sedikit mineral karbonat, sulfide dan atau hematit. Mineral – mineral yang hadir di

zona alterasi ini adalah epidote, chlorite, atau actinolite, di beberapa tempat hadir

pyrite,pada suhu yang tinggi dan chlorite-illite-sericite atau smectite dan pyrite, pada

suhu yang lebih rendah hasil perubahan calcic plagioclase dan mineral feromagnesian.

Mineral tembaga pada umumnya tidak hadir pada zona alterasi propilitic. (e.g.

Sillitoe,2010).

Gambar 3.4. Zona dan pola alterasi mineralisasi secara umum (Modified from

Sillitoe (1999b, 2000).

Zona dan pola alterasi mineralisasi secara umum dari bagian yang saling

menerobos pada endapan porphyry Cu secara geologis dan pada tipe endapan pada

gambar diatas dan gambar 6.dari bagian yang paling dangkal pada bagian bawah tipe

alterasi mineralisasi secara consisten di bagian dalam. jumlah dari perbedaan tipe

alterasi sangat mencolok dari endapan ke endapan. Sericitic alteration terbentuk secara

vertical cenderung ke bawah sebagai sebuah annulus dan memisahkan zona potassic dan

propylitic sebagai dinding dan sebagai pemisah dari zona potassic secara umum dari

yang baru. Sericitic alteration cenderung lebih melimpah di dalam endapan porphyry Cu

Page 27: Bab I, Magang FI

27

– Mo sedangkan chlorite-sericite alteration kehadirannya pada endapan porphyry Cu –

Au sangat melimpah. alterasi mineralisasi pada lithocap itu biasanya paling banyak dari

pada yang baru, terutama sekali yang sangat penting control struktur. Lihat cacatan

lebih lanjut secara detail dan table.2 untuk alterasi mineralisasi secara detail Modified

from Sillitoe (1999b, 2000).

Gambar 3.5. Anatomy dari system porphyry Cu Modified from Sillitoe

(1995b, 1999b, 2000).

Anatomy dari system porphyry Cu serta hubungan jarak di bagian dalam yang

saling menerobos pada bagian tengah dari endapan porphyry Cu ± Au ± Mo dari

multhipahase porphyry stock dan dengan hostrocknya; disekeliling piroximal dan distal

skarn pergantian carbonat (chimney-manto), dan sediment – hosted (distal-

disseminated) endapan yang berasal dari kelompok karbonat subepithermal veins dari

batuan noncarbonat dan sangat tingi dan pada endapan intermediate-sulfidation

Page 28: Bab I, Magang FI

28

epithermal dan disepanjang dari lingkungan lithocap.penjelasan pada legenda rangkaian

sementara dari tipe batuan,yang behubungan stock porphyry yang paling tua/pertama

terbentuk maar - diatreme emplacement,yang mana saling bergiliran pembentukan

lithocap dan phreatic brecciation. sistem individual satu – satunya yang luar biasa berisi

beberapa dari gambaran tipe endapan, sebagai penjelasan dari text ini dapat dilihat pada

table 3.meskipun demikian seperti bermacam-macam (mencangkup Fig. 10) dengan

penambahan sedikit dari pengertian tentang porphyry Cu Gnesis (Seedorff and Einaudi,

2004), mereka mengamati dan menambahkkan hubungan dari pemahaman dilapangan

dan sebap itu dari explorationist. Modified from Sillitoe (1995b, 1999b, 2000).

3.1.1. TECTONIC SETTING DAN CLASSIFICATION

Klasifikasi, hubungan endapan bijih porphyry dengan proses tektonik secara

subdaksi antara oceanic lithosphere dan intra continental rifting kedua ocean – ocean

dan ocean - continent collisions, subduction,delamination,dan postsubducition. dapat

membentuk endapan bijih porphyry. Pembentukan endapan porphyry yang berasosiasi

dengan Calhc-Allkaline di dalam busur benua dengan batuan granodioritic akan

membentuk (I-type granites; Ishihara, 1981) dan akan membentuk endapan bijih yang

mempunyai nilai ekonomis sangat tingi dan tonanse yang lebih besar, di bandingkan

dengan type endapan porphyry yang terbentuk pada busur kepulauwan, karena

kekentalanya magma cambers tidak lebih tingi di dalam formasi batuan dari kerak

benua, di dalam formasi dari kerak batuan yang sangat besar (Takada, 1994). Contoh

utamanya seperti endapan di Bingham Canyon (Utah), dan contoh yang terahkir dari

endapan yang berhubungan dengan tipe dari island-arcs seperti Panguna deposit (Papua

New Guinea). Dan perbandingan antara endapan Au / Cu yang terbentuk pada island

arc mempunyai composisi yang lebih tingi di bandingkan dengan Mo / Cu.(e.g.

Richards, 2005). Selain dari sumber magma pada formasi dari pluton, selain yang sama

seperti di sebapkan oleh strukturt ektonik major dengan skala besar merupakan suatu

fasilitas akses utama bagi larutan magma (Clark, 1993; Richards, 2000). Zona seperti itu

akan dapat membentuk semua porphyry pada luasan yang sangat besar, seperti

contohnya di ( Colorado Mineral Belt ) (Colorado) dimana pembentukan fault

structures nya dimulai sejak zaman Precambrian yang aktif sampai pada ahkir Tertiary

dalam pembentukan laramide orogenesa dan formasi dari cordiera di Western North

America (e.g.Tweto and Sims, 1963).

Page 29: Bab I, Magang FI

29

Proses Rekahan di bagian dari tangan sering kali terjadi pada belakang busur

dan sebagai setingan akibat dari subdaksi sebelumnya. magma yang berasosiasi bersama

Alkhali didalam rekahan dan dari A-tpie affinity (e.g.White et al., 1981; Carten et al.,

1993) akan menyebapkan pembentukan endapan porphyry Mo dengan beberapa

caractericitic perbandingan lebih dari Mo/ Cu contonhnya satu endapan terbesar di

Climax and Henderson (both Colorado, USA) yang mana terbentuk sebelum Laramida

subdaksi dan berasosiasi bersama formasi dari Rio Grande Rift (White et al., 1981;

Bookstrom, 1989).

Gambar 3.6. Beberapa Model Setting Tectonic Dari Pembentukan Endapan

Porphyry Copper. Richards, 2009