Bab i Magang

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan modal salah satunya adalah sumber daya manusia atau yang lebih dikenal dengan karyawan. Perusahaan pasti berusaha untuk meningkatkan produktivitasnya agar perusahaan tersebut semakin maju dan dapat bersaing dengan perusahaan lain. Hal ini memacu setiap perusahaan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan yang ada dan memperluas lapangan pekerjaan

description

BAB I MAGANG TENTANG INDUSTRI KANTORAN

Transcript of Bab i Magang

Page 1: Bab i Magang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu yang akan

dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan modal salah satunya adalah

sumber daya manusia atau yang lebih dikenal dengan karyawan. Perusahaan pasti

berusaha untuk meningkatkan produktivitasnya agar perusahaan tersebut semakin

maju dan dapat bersaing dengan perusahaan lain. Hal ini memacu setiap perusahaan

untuk meningkatkan kualitas pekerjaan yang ada dan memperluas lapangan

pekerjaan sehingga dapat menampung pekerja yang terus bertambah. Dalam era

globalisasi sekarang ini kemajuan di bidang teknologi dan tranportasi semakin pesat.

Kemajuan teknologi telah banyak menyumbangkan berbagai hal positif dalam

pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri.

Kompleknya teknologi modern, perubahan bentuk kerja, organisasi kerja, dan

sistem produksi juga menempatkan suatu tuntutan yang tinggi pada daya kerja.

Page 2: Bab i Magang

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka perlu adanya peningkatan kinerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di setiap perusahaan. Kebutuhan karyawan

dalam melaksanakan pekerjaannya perlu mendapat perlindungan dengan adanya

lingkungan kerja yang aman, nyaman dan tenteram karena akan menimbulkan

keinginan untuk bekerja dengan baik. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan

kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Selain keselamatan

kerja, kesehatan kerja juga merupakan faktor yang penting. Kesehatan kerja yang

menunjuk pada bebas dari gangguan fisik maupun mental yang dapat berasal dari

lingkungan kerja.

Masalah kesehatan kerja adalah adanya Penyakit Akibat Kerja (PAK),

Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) ataupun Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)

yang disebabkan adanya interaksi antara pekerja dengan alat, metode, bahan dan

proses kerja serta lingkungan kerja.

Penyebaran pola penyakit makin beragam, yaitu penyakit infeksi dan

penyakit non-infeksi sejalan dengan perkembangan era industrialisasi di Indonesia.

Page 3: Bab i Magang

Data PAK di Indonesia saat ini masih dilaporkan sebagai data KAK, sedangkan

gambaran PAK yang ada saat ini seperti Puncak “Gunung Es”, dimana PAK yang

diketahui dandilaporkan baru sedikit, sedangkan yang tidak dilaporkan dan tidak

menunjukan gejala sebenarnya lebih banyak.

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1

pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja

mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka

kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta

kasus setiap tahun.

Hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Provinsi di Indonesia tahun

2013, jumlah kasus penyakit umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766  kasus, dan

jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844  kasus.

Rendahnya jumlah kasus terkait kerja yang relatif rendah tidak menggambarkan

keadaan sesungguhnya, tetapi lebih pada tidak terdeteksi dan terdiagnosis. ( Direktur

Page 4: Bab i Magang

Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, Sp.OK,

Ph.D ).

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh

pekerja demi melindungi dirinya dari potensi bahaya serta kecelakaan kerja yang

kemungkinan dapat terjadi di tempat kerja. Penggunaan APD oleh pekerja saat

bekerja merupakan suatu upaya untuk menghindari paparan risiko bahaya di tempat

kerja. Walaupun upaya ini berada pada tingkat pencegahan terakhir, namun

penerapan alat pelindung diri ini sangat dianjurkan (Tarwaka,2008). Berdasarkan

data Depnakertrans tahun 2006, jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia

sebanyak 95.624 kasus kecelakaan kerja yang terdiri dari cacat fungsi sebanyak

4.973 kasus, cacat sebagian sebanyak 2.918 kasus, cacat total sebanyak 122 kasus,

jumlah kematian sebanyak 1.784 kasus dan yang mengalami sembuh sebanyak

85.827 kasus. Kemudian pada tahun 2007 terdapat 65.474 kasus kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja. Hal itu mengakibatkan jatuhnya korban 1.451 orang

Page 5: Bab i Magang

meninggal, 5.326 orang cacat,dan 58.697 orang sembuh tanpa cacat

(Wibowo,2010).

Sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian manusia. Selain

kelalaian saat bekerja faktor manusia yang lain yaitu perilaku penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai

peran yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu industri.

Oleh sebab itu pekerja harus diberi perlindungan melalui usaha-usaha peningkatan

dan pencegahan. Sehingga semua industri, baik formal maupun informal diharapkan

dapat menerapkan K3 di lingkungan kerjanya.

Selain itu terdapat faktor-faktor lainnya yang kemungkinan dapat

mempengaruhi perilaku penggunaan APD oleh pekerja berdasarkan teori perilaku

Lawrence Green (1980) yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, persepsi, motivasi,

sikap, dll), faktor enabling (fasilitas pendukung) dan faktor reinforcing (kebijakan,

pengawasan, peraturan, dll) (Notoatmodjo, 2010).

Page 6: Bab i Magang

Berdasarkan temuan bahaya di perusahaan yang ada di Indonesia bahwa

kecelakaan kerja akibat tidak menggunakan APD yaitu sebesar 60% tenaga kerja

cedera kepala karena tidak menggunakan helm pengaman, 90% tenaga kerja cedera

wajah karena tidak menggunakan alat pelindung wajah, 77% tenaga kerja cedera

kaki karena tidak menggunaka sepatu pengaman, dan 66% tenaga kerja cedera mata

karena tidak menggunakan alat pelindung mata. Penggunaan alat pelindung diri

sudah seharusnya menjadi keharusan, namun tidak di gunakan oleh pekerja.Hal ini

disebabkan masih lemahnya kedisiplinan dan kesadaran para pekerja.(Jamsostek,

2011).

Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap

tenaga kerja, karena perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu)

merupakan salah satu alasan mengapa seorang pekerja tidak menggunakan APD.

Pembinaan yang terus menerus dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan

mereka. Salah satu cara yang efektif adalah melalui pelatihan. Peningkatan

Page 7: Bab i Magang

pengetahuan dan wawasan akan menyadarkan tentang pentingnya penggunaan APD,

sehingga efektif dan benar dalam penggunaannya (Budiono, 2003).

Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di Singapura

dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala Sick Building

Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%, hidung mampat 40%,

sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%, tenggorokan kering 43%, iritasi mata 37%,

lemah 31%.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23

mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diseleng-

garakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko

bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa

membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh

produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga

kerja.

Page 8: Bab i Magang

Berkaitan dengan upaya penerapan K3, penggunaan alat pelindung diri

sebagai bagian dari pengendalian di tempat kerja merupakan syarat penting yang

harus mendapat perhatian. Dalam hal ini, berkaitan dengan alat pelindung diri,

pemerintah telah menetapkan K3 yang diatur dalam UndangUndang No 1 tahun

1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Selain itu, disebutkan pula dalam

Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 23

tentang kesehatan kerja bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan

disemua tempat kerja khususnya tempatkerja yang mempunyai resiko bahaya

kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10

orang.