BAB I lia fix.docx
-
Upload
wahyu-ramadhan -
Category
Documents
-
view
19 -
download
1
description
Transcript of BAB I lia fix.docx
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia melakukan konvergensi IFRS ini karena Indonesia (diwakili
Presiden SBY) sudah memiliki komitmen dalam kesepakatan negara-negara G-20.
Tujuan dari kesepakatan tersebut adalah untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas dalam pelaporan keuangan. Selain itu, konvergensi IFRS ini
memiliki manfaat lain seperti meningkatkan arus investasi global melalui
keterbandingan laporan keuangan (saat ini sekitar 120 negara sudah berkomitmen
untuk melakukan konvergensi dengan IFRS). Konvergensi ini seharusnya dicapai
Indonesia pada tahun 2008 lalu, namun karena beberapa hal, DSAK (Dewan
Standar Akuntansi Keuangan) berkomitmen bahwa konvergensi akan dicapai pada
1 Januari 2012.
Kegagalan Indonesia untuk mencapai konvergensi pada tahun 2008 ini
harus dibayar dengan masih tingginya tingkat suku bunga kredit untuk Indonesia
yang ditetapkan oleh World Bank. Hal ini dikarenakan World Bank menganggap
investasi di Indonesia masih berisiko karena penyajian laporan keuangan masih
menggunakan Standar Akuntansi buatan Indonesia (belum IFRS). Indonesia akan
mengadopsi IFRS secara penuh pada tahun 2012 .
2
Definisi arti kata konvergensi adalah dua benda atau lebih bertemu/bersatu di suatu titik; pemusatan pandangan mata ke suatu tempat. Dalam hal ini, konvergensi IFRS berarti bahwa standar akuntansi yang berlaku di Indonesia akan sesuai dengan standar yang ada di internasional. Alasan perlu adanya standar akuntansi internasional ada empat macam, yaitu:
1. Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi
yang berkualitas di pasar modal internasional.
2. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi
perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
3. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan
biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.
4. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practice”.
Globalisasi didefinisikan sebagai tindakan atau proses globalisasi: keadaan
menjadi global, terutama: perkembangan ekonomi global yang semakin
terintegrasi ditandai terutama oleh perdagangan bebas, aliran bebas modal, dan
penyadapan murah pasar tenaga kerja asing. Globalisasi telah mengubah standar
akuntansi dengan menciptakan kebutuhan untuk satu set universal standar
pelaporan. Sebagai akibat dari kebutuhan mendesak untuk Standar Akuntansi
global, globalisasi telah menciptakan lebih berdampak pada pendidikan akuntansi
juga. Dampak globalisasi dalam profesi akuntansi harus diatasi agar akuntan
untuk sukses bersaing dalam perekonomian global saat ini dan untuk memberikan
pengguna informasi keuangan dengan data pembanding.
Tak usah dikatakan bahwa dampak globalisasi terhadap standar akuntansi
pada gilirannya berdampak pendidikan akuntansi juga. Pergerakan menuju IFRS
telah mempengaruhi pengetahuan bahwa akuntan harus dimiliki untuk bersaing di
3
pasar global saat ini. Misalnya, Akuntan di AS harus memahami perbedaan antara
IFRS dan GAAP pelaporan standar dan mampu menyampaikan perbedaan-
perbedaan ini kepada klien membuat keputusan investasi. Keputusan SEC untuk
memungkinkan penggunaan kedua IFRS dan GAAP di bursa saham AS adalah
contoh lain mengapa penting untuk akuntansi pendidikan untuk mencakup IFRS
dan GAAP ke dalam kurikulum. Selain itu, Bruce Pounder telah membuat titik
yang valid dalam hal dampak pada pendidikan akuntansi sebagai berikut; "sebagai
standar akuntansi internasional telah mulai standar membayangi AS secara
signifikan, paling US akuntan akan menemukan bahwa pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang lebih cepat obsolescing dari sebelumnya
"(Pounder, 2006). Dengan pemikiran ini dapat diasumsikan bahwa AS akuntan
punya pilihan selain untuk beradaptasi dengan baik GAAP dan IFRS untuk
mempersiapkan diri untuk pergeseran ke arah IFRS. Hal ini ditunjukkan agar
mahasiswa dapat menguasai kedua bidang ilmu tersebut sehingga mampu
bersaing di era globalisasi.
Indonesia telah mengadopsi IFRS secara penuh pada tanggal 1 Januari
2012. Dengan mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat
berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan
keuangan berdasarkan IFRS. Namun, perubahan tersebut tentu saja akan
memberikan efek di berbagai bidang, terutama dari segi pendidikan.
Untuk para pelajar yang sudah tamat akan sulit mencari perkerjaan,
karena mereka hanya menguasai PSAK waktu duduk di bangku kuliah. Jika
mereka ingin mencari kerja bagian akuntan maka mereka harus belajar lagi untuk
4
memahami IFRS. Untuk memahami IFRS juga agak sulit, karena buku yang
merujuk ke IFRS menggunakan bahasa Inggris.
Tantangan terbesar pendidikan tinggi adalah minimnya sarana
pengajaran yang berbasis IFRS seperti buku, studi kasus, dan lain-lain. Tantangan
lainnya tak lain dan tak bukan adalah sumber daya manusia. Dosen-dosen
akuntansi keuangan yang sudah bertahun-tahun menggunakan buku berbasis US
GAAP, harus mau belajar lagi dan dengan niat tulus ikhlas memberikan para calon
akuntan masa depan pengetahuan yang relevan. Banyak pengelola jurusan yang
mengeluh kepada penulis sulitnya mendorong dosen-dosen ini untuk belajar lagi,
sementara universitas tidak bisa serta-merta seenaknya mempekerjakan dosen-
dosen baru karena ada kendala anggaran dan lain sebagainya. Sampai saat ini
masih saja banyak dosen-dosen akuntansi yang belum mengetahui (atau tidak mau
tahu) bahwa Indonesia sudah mengadopsi IFRS pada tahun 2012 ini.
Dampak konvergensi IFRS untuk bidang pendidikan terutama adalah
perubahan mind stream dari rule-based ke principle-based . Standar Akuntansi
IFRS memiliki pendekatan berbasis prinsip (principle based). Sehingga standar-
standar Akuntansi IFRS mengatur prinsip-prinsip utamanya. IFRS misalnya tidak
memiliki standar-standar yang spesifik untuk industri. Kalaupun ada standar
mengenai kontrak asuransi ( IFRS 4 Insurance Contract), standar tersebut tidak
mengatur entitas asuransi tapi mengatur entitas apapun yang memiliki kontrak
asuransi.
5
Mendengar komentar dalam beberapa public hearing DSAK selama lima
bulan terakhir maupun masukan tertulis atas exposure draft PSAK yang
dikeluarkan sepanjang tahun 2009, jelas tertangkap kegamangan para akuntan
menghadapi standar akuntansi yang menjadi lebih principle based. DSAK
sepanjang tahun 2009 mencabut kurang lebih 9 PSAK yang berbasis industri yang
tidak harmonis dengan IFRS dan rule based. Dampak dari pencabutan ini adalah
kepanikan para pelaku di industri-industri terkait bahwa mereka harus mulai
mempelajari seluruh PSAK secara komprehensif dan tidak dapat lagi hanya
memahami standar akuntansi industrinya saja. Akhirnya banyak pihak yang
meminta adanya buletin teknis, panduan implementasi atau pedoman akuntansi
yang lebih detail.
Seiring dengan bergesernya arah pelaporan akuntansi global dari rule
based menjadi principle based, bukankah aneh apabila pendidikan Akuntansi kita
(terutama untuk S1) masih sangat rule based. Mahasiswa kita diajarkan Akuntansi
yang berkutat mengenai transaksi, bagaimana menjurnalnya, dan bagaimana
membuat laporan keuangan. Perdebatan mengenai principle based vs rule based
biasanya hanya dibahas sekilas pada mata kuliah Teori Akuntansi ataupun
Akuntansi Internasional yang rata-rata hanya berbobot 2 sks. Itu pun dalam
tatanan teori dan tidak masuk ke dalam contoh aplikasinya. Akuntansi berbasis
prinsip ini juga menjadi perhatian utama para akademisi di Amerika. Mary E
Barth (2009) professor Standford University dan anggota IASB juga meminta
akademisi di Amerika lebih memperhatikan pengajaran prinsip-prinsip utama
Akuntansi.
6
Sebagai contoh, tengoklah para dosen yang mengajarkan mata kuliah
Akuntansi Keuangan Lanjutan yang biasanya menggunakan buku Beams (2009).
Mereka umumnya mengajarkan mahasiswa membukukan transaksi investasi
menggunakan metode biaya (bila investasi yang dimiliki kepemilikan saham
dibawah 20%), menggunakan metode ekuitas (untuk investasi sebesar 20%-50%),
dan metode konsolidasi bila investasi di atas 50%. Kemudian mereka akan fokus
bagaimana mengajarkan mahasiswa membuat laporan keuangan konsolidasi yang
sangat rumit.
Padahal di dalam IFRS keputusan mengonsolidasi anak perusahaan
bergantung dengan adanya kontrol yang rambu-rambunya sangat principle based.
Mungkin saja suatu perusahaan induk memiliki saham anak perusahaan 100% tapi
tidak mengonsolidasi karena tidak memiliki kontrol terhadap anak perusahaan
melainkan hanya memiliki pengaruh signifikan. Hal ini banyak contohnya pada
perusahaan-perusahaan yang membuat laporan akuntansinya berbasis IFRS. (Dwi
Martani, 2012).
Mahasiswa Akuntansi harus memiliki fondasi yang kuat mengenai teori-
teori Akuntansi, juga prinsip-prinsip Akuntansi. Mahasiswa Akuntansi harus
memahami bahwa Akuntansi bukan hanya bookkeeping. Seorang akuntan di masa
depan harus memiliki professional judgement yang kuat. Dengan semakin
majunya sistem teknologi informasi, proses bookkeeping juga semakin diambil
oleh komputer sehingga tantangan profesi akuntan di masa depan akan bergeser
pula bukan lagi sebagai “tukang catat” transaksi perusahaanBerdasarkan uraian
tersebut maka penulis ingin mencari kejelasan sekaligus mendapatkan bukti atas
7
fenomena tersebut dalam sebuah judul penelitian “Analisis Konvergensi Standar
Akuntansi Dan Dampaknya Tehadap Pengembangan Kurikulum Akuntansi
Di Perguruan Tinggi Palembang (Studi Kasus Dosen Akuntansi di
Perguruan Tinggi Palembang)”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian penulis merumuskan
permasalahan “Bagaimanakah Konvergensi Standar Akuntansi Dan
Dampaknya Tehadap Pengembangan Kurikulum Akuntansi Di Perguruan
Tinggi Palembang (Studi Kasus Dosen Akuntansi di Perguruan Tinggi
Palembang)”
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu tentang
“Analisis Konvergensi Standar Akuntansi Dan Dampaknya Tehadap
Pengembangan Kurikulum Akuntansi Di Perguruan Tinggi Palembang
(Studi Kasus Dosen Akuntansi di Perguruan Tinggi Palembang). Yang akan
di teliti Tahun 2013 di Universitas Bina Darma palembang, Universitas Sriwijaya
Palembang, dan Universitas Muhamaddiyah Palembang.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
Konvergensi Standar Akuntansi Dan Dampaknya Tehadap Pengembangan
8
Kurikulum Akuntansi Di Perguruan Tinggi Palembang (Studi Kasus Dosen
Akuntansi di Perguruan Tinggi Palembang)
1.3.2 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka penelitian ini diharapkan
memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Bagi penulis
Menambah wawasan, pengalaman dan ilmu pengetahuan penulis tentang
pemahaman mahasiswa akuntansi terhadap konvergensi standar akuntansi
dan dampaknya terhadap pengembangan kurikulum akuntansi di perguruan
tinggi palembang.
b. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
1.4 Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini menggunakan sistematika yang terdiri dari 5 (lima)
bab yang berisikan uraian secara singkat mengenai materi penulisan dengan
pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang menguraikan secara jelas
latar belakang masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian
9
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian
yang dilakukan. Landasan teori tersebut berisikan antara lain :
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan mengenai meteode penelitian yang dilakukan
terdiri dari : tempat penelitian, jenis data penelitian, operasional
variabel penelitian, metode pengumpulan data, populasi dan
sampel,instrumen penelitian, metode analisis data, uji validitas dan uji
reliabilitas.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan
tentang Konvergensi Standar Akuntansi Dan Dampaknya Tehadap
Pengembangan Kurikulum Akuntansi Di Perguruan Tinggi Palembang
(Studi Kasus Dosen Akuntansi di Perguruan Tinggi Palembang)
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup, pada bab ini diuraikan kesimpulan dan
saran yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan.
10