BAB I itil
-
Upload
ayu-komang-dian-cahyanti -
Category
Documents
-
view
156 -
download
18
Transcript of BAB I itil
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penderita gawat darurat adalah penderita yang berada dalam keadaan terancam
jiwanya dan bila tidak dilakukan pertolongan segera akan meninggal dunia. Penderita ini
dapat kita temukan di luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit. Kasus yang
diketemukan di luar rumah sakit yang terbanyak adalah korban kecelakaan, baik berupa
kecelakaan dalam rumah tangga yang sering menimpa anak-anak maupun orang lanjut
usia. Kecepatan dalam bidang transportasi baik kecelakaan Ialu lintas jalan raya,
kecelakaan penerbangan maupun pelayaran. Kecelakaan kerja pada bidang industri,
pertanian, pertambangan, maupun kecelakaan akibat bencana alam atau kecelakaan yang
menimpa pelaku kegiatan di alam bebas. Selain karena kecelakaan kegawatan penderita
dapat diketemukan karena penyakit yang diderita sebelumnya.
Pada penelitian Canadian selama 5 tahun yang diakui oleh unit trauma, 96,3%
mendukung terjadinya trauma tumpul, sisanya 3,7% cedera dengan mekanisme penetrasi.
Penyebab trauma tumpul berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas (70%), bunuh diri
(10%), jatuh (8%), pembunuhan (7%), dan lain-lain (5%). Banyak kejadian tersebut yang
akhirnya mejuju kedalam kegawatdaruratan.
Keberhasilan penanganan kasus gawat darurat tergantung pada beberapa hal, tidak
hanya alat-alat canggih ataupun obat-obatan, tetapi tergantung pada kecepatan
penanganan pertama dan kualitas dari usaha pertolongan yang dilakukan. Untuk itu
penilaian awal ( intial assessment) yang meliputi primary dan secondary survey sangat
penting dalam usaha untuk penanganan pertama saat kita menemukan penderita.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa pengertian initial assesment ?
b) Bagaimana pendiagnosaan pada pasien kegawatdaruatan ?
c) Bagaimana Intervensi dan evaluasi pada pasien dengan kegawatdaruratan ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
1
Untuk mengetahui secara umum tentang konsep Initial Assesement
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengertian initial assesment
b) Untuk mengetahui pendiagnosaan pada pasien kegawatdaruatan
c) Untuk mengetahui intervensi dan evaluasi pada pasien dengan
kegawatdaruratan
1.4 Metode
Dalam penulisan makalah ini,penulis menggunakan metode penelusuran melalui
media internet dan sumber-sumber kepustakaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Initiaaal Assesement
Initial assessment adalah untuk memprioritaskan pasien dan menberikan penanganan
segera. Informasi digunakan untuk membuat keputusan tentang intervensi kritis dan waktu
yang dicapai. Ketika melakukan pengkajian, pasien harus aman dan dilakukan secara cepat
dan tepat dengan mengkaji tingkat kesadaran (Level Of Consciousness) dan pengkajian
ABC (Airway, Breathing, Circulation), pengkajian ini dilakukan pada pasien memerlukan
tindakan penanganan segera dan pada pasien yang terancam nyawanya. (John Emory
Campbell, 2004 : 26)
I. Pendahuluan
Apabila kita menemukan penderita yang luka parah, maka sering kali kita dalam
kebingungan untuk memulai penilaian dan pengelolaan penderita, sedangkan tindakan
kita seharusnya cepat dan tepat. Cara penilaian awal serta pengelolaannya yang akan di
uraikan dibawah ini merupakan suatu protocol menurut Advanced trauma life support
Penilaian awal ini intinya adalah :
1. Primery survey, yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicar keadaan
yang mengancam nyawa, dan apabila menemukan harusdilakukan resusitasi.
2. Secondary survey, yaitu head to toe/ pemeriksaan yang teliti dari ujung kepala
sampai kaki
3. Penanganan definitive atau menetap
Survei primer maupun sekunder harus selalu diulang-ulang untuk menentukan adanya
keadaan penurunan penderita, dan memberikan resusitasi dimana diperlukan.
II. Tahapan Pengelolaan Penderita
Penanganan penderita berlangsung dalam 2 tahap :
a. Tahap pra-rumah sakit( Pre-hospital)
b. Tahap rumah sakit
a. Tahap Pra-Rumah sakit
3
Di Indonesia peyanan pra-rumah sakit ini merupakan bagian yang sangat terbelakang
dari pelayanan penderita gawat darurat secara menyeluruh. Berbeda di jalan tol hampir
semua korban penderita trauma dibawa oleh ambulans ke rumah sakit. Pelayanan korban
dengan trauma pra-rumah sakit yang membawanya biasanya adalah keluarga sendiri atau
orang yang berbaik hati.
Prinsip utama adalah bahwa tidak boleh membuat keaadanlebih parah
Prinsip : Do No futher Harm
Keadaan yang ideal dimana ‘ Unit Gawat Darurat yang datang ke penderita’, dan
merupakan sebaliknya karena itu ambulan yang datang sebaiknya memiliki peralatan
yang lengkap.
Petugas atau paramedik yang datang membantu penderita juga sebaiknya
mendapatkan latihan khusus, karena pada saat menaangani penderita mereka harus
menguasai keterampilan khusus yang dapat menyelamatkan nyawa.
Sebaiknya rumah sakit sudah diberitahukan sebelum penderita diangkat dari tempat
kejadian, dan koordinasi yang baik antara dokter di RS dengan petugas lapangan akan
menguntungkan penderita.
Yang harus dilakukan oleh seorang paramedik adalah :
- Menjaga Airway dan Breathing,
- Kontrol perdarahan dan syok,
- Imobilisasi penderita,
- Pengiriman kerumah sakit terdekat yang cocok
b. Tahap Rumah sakit
1. Evakuasi Penderita
Dalam keadaan dimana penderita trauma di RS yang dibawa tanpa persiapan pada
pra erumah sakit maka sebaiknya evakkuasi dari kendaraan ke brankar dilakukan
oleh petugas rumah sakit dengan berhati-hati. Selalu harus diperhatikan control
servikal
2. Triage
Triage adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapai dan
sumber daya yang tersedia. Pada umumnya kita akan melakukan triage, tidak
perduli apakah penderita hanya 1 atau banayak.
Bila satu penderita akan mencari masalah penderita(selection of problems)
Bila banyak penderita, akan mencari penderita yang paling bermasalah.
4
Pemilahan didasarkan pada keadaan ABC
Dua jenis keadaan triage dapat terjadi :
- Jumlah penderita Dan Beratnya Perlukaan Tidak Melampaui Kemampuan Petugas
Dalam keadaan ini penderita dengan masalah gawat darurat dan multi trauma
akan dilayani terlebih dahulu, sesuai prinsip ABC.
- Jumlah Penderita Dan Beratnya Perlukaan Melampaui Kemampuan Petugas
Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahlu adalah penderita dengan
kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan
dan tenaga paling sedikit
3. Primary Survay dan Resusitasi
Pada tahap ini harus dicari keadaan yang mengancam nyawa, tetapi sebelum
memegang penderita trauma selalu harus proteksi diri terlebih dahulu untuk
menghindari tertular penyaklit seperti hepatitis, dan AIDs.
Alat proteksi diri sebaiknya :
- Sarung tangan
- Kaca mata terutama apabila penderita menyemburkan darah
- Apron, melindungi pakaian sendiri
- Sepatu
Langkah pertama : memakai alat proteksi diri
Lakukan Primary Survey atau mencari keadaan yang mengancam nyawa adalah:
a. Airway dengan kontrol servikal (gangguan airway adalah pembunuh tercepat)
b. Breathing dan Ventilasi
c. Circulation dengan kontrol perdarahan
d. Disability : status neurologis dan nilai GCS
e. Exposure/environmental : buka baju penderita tetapi cegah hipotermia
a. Menjaga Airway Dengan Kontrol Servikal
Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas, namun harus diingat bahwa
kebanyakan usaha untuk memperbaiki jalan nafas akan menyebabkan gerakan pada
leher. Karena itu apabila ada kemungkinan fraktur servikal harus dilakukan kontrol
servikal
5
Kemungkinan patahnya tulang servikal diduga bila ada :
Trauma kapitis, terutama bila ada penurunan kesadaran
Adanya luka karena trauma tumpul kranial dari klavikula
Setiap multi trauma (trauma pada 2 regio tubuh atau lebih)
Juga harus waspada kemungkinan patah servikal bila bio-mekanik trauma
mendukung (misalnya ditabrak dari belakang)
Karena itu langkah selanjutnya adalah:
Langkah kedua : proteksi servikal
Pertahankan posisi kepala
Pasang kolar servikal dan
Pasang di atas Long Spine Board
Lalu perhatian ditujukan kepada airway. Ajaklah penderita berbicara, apabila
penderita dapat berbicara dengan jelas dan dengan kalimat panjang, maka untuk
sementara dapat dianggap bahwa airway dan breathing dalam keadaan bai. Juga
kemungkinan penderita tidak syok, dan tidak ada kelainan neurologis,namun asumsi ini
selalu dilakukan dengan berhati-hati
Langkah berikut: lakukan penilaian airway
Bila dapat berbicara jelas -> airway baik
Bila ada gangguan airway -> perbaiki
Sumbatan pada jalan nafas akan menyebabkan sesak yang harus dibedakan dengan
sesak karena gangguan breathing. Pada obstruksi jalan nafas biasanya akan ditemukan
pernafasan yang berbunyi seperti : bunyi gargling, bunyi mengorok, ataupun stridor.
Lakukan penanganan sebagai berikut:
Bila ada cairan dilakukan suction
Bila mengorok dilakukan penjagaan jalan nafas secara manual dengan chin lift atau
jaw thrust disusul pemasangan – pemasangan pipa oro-atau naso faringeal
Pemasangan pipa orofaringeal dilakukan apabila penderita masih sadar ataupun berusaha
mengeluarkan pipa tersebut ( masih ada gag replek).
Dalam keadaan ini lebih baik dipasang pipa nasofaringeal. Harus diingat bahwa
pemasangan pipa melalui hidung merupakan kontraindikasi apabila penderita ada
kecurigaan fraktur basis crania bagian depan, karena pipa dapat masuk kerongga
cranium.
6
Apabila penderita apnu, ada ancaman obstruksi ataupun ada ancaman aspirasi lebih baik
memasang jalan nafas definitive ( pipa dalam trakea). Jalan nafas definitive ini dapat
melalui hidung (naso trakeal), melauli mulut (oro trakea) ataupun langsung melaui suatu
kriko – tiroidotomi.
Menjaga jalan nafas pada penderita trauma dapat sangat suliut. Sebagai contoh adalah
penderita dengan kapitis dengan mulut yang penuh darah karena fraktur pada basis kranii
ataupun karena fraktur tulang wajah. Contoh lain adalah penderita kesadaran menurun
yang gelisah dan gigi terkatup. Betapapu sulitnya, tetapi merupakan tugas dokter yang
menerima penderita itu untuk dapat menjaga jalan nafas dengan baik dan dalam waktu
yang secepat mungkin.
Selama memeriksa dan memperbaiki jalan napas, harus diperhatikan bahwa tidak
boleh dilakukan ekstensi, fleksi, ataupun rotasi leher.
Ingat: gangguan airway adalah pembunuh tercepat
b. Breathing dan ventilasi
langkah berikut: periksa breathing dan atasi bila kurang baik jalan napas yang baik
tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas
adalah mutlak untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida dari tubuh.
Tiga hal yang hartus dilakukan dalam breathing:
nilai apakah brathing Baik (look, listen, feel)
ventilasi tambahan apabila breathing kurang adekuat
selalu berikan oksigen
Menilai pernafasan
Petugas yang berpengalaman dalam hitungan detik dapat menilai apakah pernafasan
baik atau tidak. Penderita yang dapat berbicara kalimat panjang tanpa adanya kesan sesak,
umumnya breathing-nya baik.
Pernafasan yang baik adalh pernafasan yang:
- Freuensi normal (dewasa rata-rat 20, anak 30,bayi 40)
- tidak ada gejala dan tanda sesak
- pada pemeriksaan fisik baik
Lakukan pemeriksaan fisik dengan cara:
1. Lihat dada penderita dengan membuka untuk melihat pernafasan yang baik. Lihat
apakha ada jejas, luka terbuka, dan ekspansi kedua paru.
7
2. Auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke dalam kedua paru
dengan mendengarkan bising nafas( jangan lupa sekaligus memeriksa jantung)
3. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara(hipersonor), atau darah(dull) dalam
rongga pleura.
Cedera thorak yang dapat mengakibatkan gangguan ventilasi yang berta dan ditemukan
pada saat melakukan survey primer adalah:
- tension pneumothorak
- flail chest
- open pneumothorak
- hematothorak massif
Kelainan-kelainan diatas harus segera ditangani untuk menghindari kematian.
Ventilasi tambahan
Apabila pernafasan tidak adekuat harus dilakukan bantuan pernafasan (assisted
ventilation). Di UGD sebaiknya membantu pernafasan adalah dengan memakai dog valve
mask (ambubag), ataupun ventilator.
Oksigen
Berikan oksigen, apabila diperlukan konsentrasi oksigen yang tinggi dengan memakai
rebreathing atau non-rebreathing mask, atau dengan kanul (berikan 5-6 lpm)
c. Circulation langkah berikut: periksa sirkulasi dengan memeriksa kulit akral dan
nadi. Bila ada tanda syok atasi!
Perdarahan merupakan sebab utama trauma kematian pasca bedah yang mungkin
dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat dirumah sakit.
Syok pada penderita trauma harus dianggap disebabkan oleh hipovelemia, sampai
terbukti sebaliknya. Dengan demikian maka diperlukan penilaian yang cepat dari status
hemodinamik penderita.
1. Pengenalan syok
Ada dua pemeriksaan dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai
keadaan hemodinamik, yakni keadaan kulit akral dan nadi
Keadaan kulit akral;
8
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovelemia. Penderita trauma yang
kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan ekstremitas, jarang yang dalam
keadaan hipovelemia. Sebaliknya wajah pucat keabuan dan kulit ekstremitas
yang pucat sertta dingin, merupakan tanda syok.
Nadi
Nadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri carotis harus diperiksa
bilateral, untuk kekuatan andi, kecepatan dan irama. Pada syok nadi akan kecil
dan cepat.
Bila nadi kecil dan cepat, kulit pucat, dan akral dingin= syok
Catatan mengenai tekanan darah:
Pada fase awal jangan terlalu percaya kepada tekanan darah dalam menentukan syok
karena;
tekanan darah sebelumnya tidak diketahui
diperlukan kehilangan volume darah >30% untuk dapat terjadi penurunan
tekanan darah yang signifikan.
2. Control perdarahan
Perdarahan dapat secara eksternal (terluhat) dan internal (tidak terlihat). Perdarahan
internal berasal dari:
rongga thorak
rongga abdomen
fraktur pelvis
fraktur tulang panjang
jarang: perdarahan retro-peritoneal karena robekan vena kava/ aorta atau
perdarahan massif dari ginjal
Syok hemorragik pada orang dewasa tidak disebabkan perdarahan intracranial
Perdarahan yang berat harus dikelola pada survai primer.
- Perdarahan eksternal
Perdarahan eksternal dikendalikan dengan penekanan langsung pada luka.
9
Jarang diperlukan penjahitan untuk mengendalikan perdarahan luar. Torniket
jangan dipakai, karena apabila dipasang secara benar ( diatas tekanan sistolik)
justru akan merusak jaringan karena menyebabkan iskemia distal dari torniket.
Pemakaian hemostat (di klem) memerlukan waktu dan dapat merusak jaringan
sekitar seperti saraf dan pembuluh darah.
- Perdarahan internal:
Spalk/bidai dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan dari suatu fraktur
pada ekstremitas.
Pneumatic anti shock garment adalah suatu alat untuk menekan pada keadaan
fraktur pelvis, namun alat ini mahal dan sul;it didapat. Sebagai gantinya dapat
dipakai gurita sekitar pelvis.
Perdarahan intra abdominal atau intratorakal yang massif, dan tidak dapat diatasi
derngan pemberian cairan intravena yang adekuat, menuntut diadakannya
operasisegera untuk menghentikan perdarahan ( resusative laparo/thoracotomy).
3. Perbaikan Volume
Kehilangan darah sebaiknya diganti dengan darah, namun penyediaan darah
memerlukan waktu, karena itu pada awalnya akan diberikan cairan kristaloid 1-2 liter
untuk mengatasi syok hemoragik melalui 2 jalur dengan jarum intravena yang besar.
Cairan kristalod ini sebaiknya ringer laktat walaupun NaCl fisiologis juga
dapat dipakai. Cara ini diberikan dengan tetesan cepat melalui suatu kateter intravena
yang besar (minimal ukuran 16). Cairan ini juga harus dihangatkan untuk
menghindari terjadinya hipotermia. Pemasangan kateter urin dapat dipertimbangkan
disini, guna pemantauan urin.
Alur Pikir Pada Penderita trauma yang mengalami syok :
Saat ini dikenali syok (penderita trauma), harus dianggap sebagi syok hemoragik.
Sambil dipasang infuse, dilakuka penekanan pada perdarahan luar (bila ada). Bila tidak ada
perdarahan luar dilakukan pencarian akan adanya perdarahan internal (lima tempat : thorax,
abdomen, pelvis, tulang panjang, retroperitoneal). SAmbil mencari sumber perdarahan
dilakukan evaluasi respon penderita terhadap pemberian cairan.
Kemungkinan adalah :
10
a. Respon baik : setelah diguyur, tetesan diperlahan, tanda-tanda perfusi baik
(kulit menjadi hangat, nadi menjadi besar dan melambat, tensi naik). Ini pertanda
perdarahan sudah berhenti
b. Respon sementara : setelah tetesan dipelankan, ternyata penderita masuk syok
lagi, ini mungkin disebabkan : resusitasi cairan masih kurang, atau perdarahan
berlanjut.
c. Respon tidak ada : Apabila sama sekali tidak ada rspon terhadap
kpemberian cairan maka harus dipikirkan perdarahan yang hebat atau syok hemoragik
(paling sering kardiogenik
d. Dissability (defisit neurologis)
Perdarahan intra karnial dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat (the patien
who talks and dies), sehinggadiperlukan evaluasi keadaan neurologis secara cepat. Yang
dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil
1. GCS ( Glassglow Coma Scale)
GCS adalah system, scoring yang sederhana dan dapat meramal kesudahan (out
come) penderita. Penurunan kesadaran dapat disebabkan oksigenasi atau dan
penurunan perfusi ke otak, atau disebabkan perlukaan pada otak sendiri.
Perubahan kesadaran akan dapat menggangu Airway serta Breathing yang
seharusnya sudah diatasi terlebih dahulu. Jangan lupa bahwa alcohol dan obat-
obatan dapat menggangu tingkat kesadaran penderita.
Penurunan tingkat GCS yang lebih dari 1(2 atau lebih) harus sangat diwaspadai.
2. Pupil :
Nilai adakah perubahan pupil. Pupil yang tidak sama besar (anisokor)
kemungkinan menandakan adanya suau lesi masa intracranial (perdarahan). Perlu
diingat bahwa lesi biasanya tidak selalu akan terjadi pada sisi pupil yang melebar.
3. Resusuitasi
Terhadap kelainan primernya di otak tidak banyak yang dapat dilakukan, namun
tugas sangat penting dari dokter yang menerima penderita trauma kapitis di UGD
adalag dengan menghindari cedera otak sekunder (Secundary brain Injury). Yang
harus dilakukan repai dengan agresif adalah adanya hipovolemia, hipoksia, dan
hiperkarbia untuk menghindari cedera otak sekunder tersebut
e. Exposure/ control lingkungan
11
Di rumah sakit penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya untulk evaluasi
kelainan atau injuri secara cepat pada tubuh penderita. Setelah pakaian dibuka perhatikan
terhadap injury atau jejas pada penderita, dan harus dipasang selimut agar penderita tidak
kedinginan. Harus dipakaikan selimut hangat, ruangan cukup hangat dan diberikan cairan
intravena yang sudah dihangatkan apabila pada primary survey dicurigai adanya
perdarahan dari belakang tubuh maka dilakukan “ log rog” untuk mengetahui sumber
perdarahan
f. Folley cateter/ kateter urin
Pemakainan kateter urin dan lambung harus dipertimbangkan. Jangan lupa mengambil
sempel urin untuk pemeriksaan urin rutin. Produksi urin merupakan indicator yang peka
untuk menilai keadaan hemodinamik keadaan penderita.
Catatan : urin penderita dewasa s1/2 cc/kgbb perjam, anak 1 cc/kgbb/jam, bayi
2cc/kgbb/jam. Kateter urin jangan dipakai bila ada dugaan rupture uretra yang ditandai
oleh : adanya darah di lubang uretra bagian luar (OUE/Orifisium uretra eksterna),
hematom di skrotum, pada colok dubur prostat letak tinggi atau tidak teraba.
Dengan demikian maka pemasangan kateter urin tidak boleh dilakukakn sebelum
colook dubur ( khusus pada penderita trauma).
g. Gastrik tube/Kateter Lambung
Kateter lambung dipakai untuk mengurangi distensi lambung dan mencegah muntah.
Isi lambung yang pekat akan menyebabkan NGT tidak berfungsi, pemasangannya sendiri
dappat menagkibatkan muntah. Darah dalam lambung dapat disebabkan darah tertelan,
pemasangan NGT yang traumatic atau perlukaan lambung. Bila lamina kribosa patah
(frkatur kranii anterior) atau diduga patah, kateter lambung harus dipasang melalui mulut
untuk mencegah masuknya NGT dalam rongga otak.
h. Heart monitoring/ Monito EKG
Monitoring hasil resusitasi didasarkan pada ABC penderita.
- Airway : seharusnya sudah diatasi.
- Breathing : pemantauan laju napas ( sekaligus me,mantau airway), dab kalau ada
pulse oksimetri
- Circulation : nadi tekanan nadi, tekanan dara, suhu tubuh, dan jumah urine tiap
jam. Bila ada sebaiknya terpasang monitor EKG
- Dissability ; nilai tingkat kesadaran penderita dan adakah perubahan pupil.
i. Foto Rontgen
12
Pemakain foto rontgen harus selektif, dan jangan mengganggu proses resusitasi.
Pada penderita trauma tumpul harus dilakukan tiga foto rutin
- Cervical
- Thorax (AP)
- Pelvis (AP)
Foto cervical AP harus terlihat ke 7 ruas tulang cervical, apabila tidak terlihat harus
dengan menarik kedua bahu kea rah kaudal, ataupun dengan swemmer’s view.
4. Survei Sekunder dan Pengelolaannya
Survei sekunder adalah survey teliti yang dilakukan dari ujng rambut sampai ujung
kaki, dari depan sampai belakng, dan setiap lubang dimasukkan jari (tube finger in every
orifice). Survei sekunder hanya dilakukan apabila penderita telah stabil
Survei sekunder juga harus meliputi pemeriksaan yang teliti akan setiap lubang
alami(tubes finger in every orifice)
a. Anamnesis
Anamnesis harus lengkap karena akan memebrikan gambaran mengenai cedera
yang mungkin diderita. Beberapa contoh :
o Tabrakan frontal seorang pengemudi mobil tanpa sabuk pengaman : cedera
wajah, maksilofacial. Cervical, thorax, abdomen, dan tungkai bawah.
o Jatuh dari pohon setinggi 6 meter : perdarahan intracranial, fraktur servikL
Tu vertebra lain, fraktur ekstremitas.
o Terbakkar dalam ruangan tertutup: cedera inhalasi, keracunan CO
Anamnesis juga harus meliputi :
A : alergi
M : medikasi/obat-obatan
P : penyakit sebelumnya yang diderita : hipertensi, DM
L : last meal (terakhir makan ) jam berapa, bukan makan apa.
E : events, hal-hal yang bersangkutan dengan penyebab cidera
Dapatkan riwayat AMPLE dari penderita, keluarga, atau petugas pra-RS
b. Pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
1. Kulit kepala
13
Seluruh kulit kepala diperiksa. Cukup sering terjadi bahwa penderita yang
nampaknya cidera ringan, tiba-tiba ada darah di lantai yang berasal dari tetesan
luka dibelakang kepala. Lakukan inspeksi dan palpasi seluiruh kepala dan wajah
untuk adanya laserasi, kontusi, fraktur, dan luka termal.
2. Wajah
Ingat prinsip Look-Listen- Feel. Apabila cidera sekitar mata jangan lalai
memeriksa mata, karena pembengkakan di mata akan menyebabkan pemeriksaan
mata selanjutnya menjadi sulit. Re-evaluasi tingkat kesadaran dengan GCS.
- Mata : periksa kornea ada cidera atau tidak, pupil mengenai isokori serta
reflex cahaya, acies visus dan acies campus.
- Hidung : apabila ada pembengkakan, lakukan palpasi akan kemungkinan
krepitasi dari suatu fraktur.
- Zigoma : apabila ada pembengkakan jangan lupa mencari krepitasi akan
adanya fraktur zigoma
- Telinga : periksa dengan senter mengenai keutuhan membran timpani atau
adanya hemotimpanu.
- Rahang atas : periksa stabilitas rahangt atas.
- Rahang bawah : periksa akan adanya fraktur.
3. Vertebraservikalis dan leher
Pada saat memeriksa leher, colar terpaksa dilepas. Jangan lupa untuk pembantu
tetap melakukan fiksasi pada kepala. Periksa adanya cidera tumpul atau tajam,
deviasi trakea, dan pemakaian otot tambahan. Palpasi akan adanya nyeri,
deformitas, pembengkakan, emfisema subkutan, deviasi trakea dan simetri pulsasi.
Tetap jaga imobilisasi segaris dan proteksi servikal. Jaga airway, pernafasan, dan
oksigenasi. Kontrol perdarahan cegah kerusakan otak sekunder dan lepaskan lensa
kontak.
4. Thorak
Pemeriksaan dilakukan dengan Look-Listen-Feel. Inspeksi dinding dada bagian
depan, samping, dan belakang untuk adanya truma tumpul tajam, pemakaian otot
bantu pernafasan dan ekspansi thorak dilateral. Auskultasi pada bagiuan depan
untuk bising nafas (dilateral dan bising jantung). Palpasi seluruh dinding dada
untuk adnya trauma tajam/ tumpul, emfisema subkutan. Nyeri tekan dan krepitas.
14
Perfusi untuk adanya hipersonor dan keredupan. Ingat bahwa setiap cidera
dibawah puting susu, ada kemungkinan cidera intra abdominal pula.
5. Abdomen
Cidera intra abdomen kadang-kadang luput terdiagnosis, misalnya pada keadaan
cidera kepala dengan penurunan kesadaran, fraktur vertebra dengan kelumpuhan
(penderita tidak sadar dengan nyeri perutnya dan gejala defans otot dan nyeri
tekan/lepas tidak ada). Inspeksi abdomen bagian depan dan belakang untuk
adanya trauma tajam, tumpul dan adanya perdarahan interna. Auskultasi bising
usus, perfusi abdomen untuk mendapatkan nyeri lepas(ringan). Palpasi abdomen
untuk nyeri tekan, defans muscular, nyeri lepas yang jelas atau uterus yang hamil.
Bila ragu-ragu akan adanya perdarahan intra abdominal dapat dilakukan DPL
(diagnostic peritoneal lavage), ataupun USG.
Inmgat bahwa pada perforasi organ berlumen misalnya usus halus, gejala
mungkin tidak akan Nampak dengan segera, karena itu memerlukan re-avaluasi
berulang kali.
Pengelolaan :
Transfer penderita ke ruang operasi bila diperlukan.
6. Pelvis
Cidera pada pelvis yang berat, akan Nampak pada pemeriksaan fisik (pelvis
menjadi tidak stabil). Pada cidera berat ini kemungkinan penderita akan masuk
dalam keadaan syok, yang harus segera diatasi. Bila ada indikasi pasang PSAG/
gurita untuk kontrol perdarahan dari fraktur pelvis.
7. Ekstremitas
Pemeriksaan dilakukan dengan ‘look-feel-move’. Pada saat inspeksi, jangan lupa
untuk memeriksa adanya luka dekat daerah fraktur (fraktur trbuka), pada saat
palpasi jangan lupa untuk memeriksa denyut nadi distal dari fraktur, pada saat
menggerakan, jangan dipaksakan bila jelas fraktur.
Sindroma kompartemen (tekanan intra-kompartemen dalam ekstremitas meninggi
sehingga membahayakan aliran darah) mungkin luput terdiagnosis pada penderita
dengan penurunan kesadaran atau kelumpuhan.
8. Bagian punggung
Memeriksa punggung dilakukan dengan ‘patient roll’ (memiringkan penderita
dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh).
15
c. Tambahan terhadap survei sekunder
Pertimbangan perlunya diadakan pemeriksaan tambahan : seperti foto tambahan, CT
scan, endoskopi, dll
5. Re-evaluasi Penderita
Penilaian ulang penderita dengan melaporkan setiap perubahan pada kondisi penderita
dan respon terhadap pengobatan. Monitoring dari tanda vital dan jumlah urin dilakukan.
Jangan laukan pemeriksaan yang tidak perlu apabila penderita akan dirujik ke rumah
sakit lain.
6. Transfer ke Pelayanan Definitif
Tentukan indikasi rujukan, prosedur dan kebutuhan penderita selama perjalanan,
komunikasi dengan dokter yang akan dirujuk.
3A:
- Aman diri (APD)
- Aman lingkungan
- Aman pasien
Cek kesadaran: AVPU (Respon Alert, Respon Verbal, resppon Pain, Un Respon)
- Sadar: pemeriksaan selanjutnya.
- Tidak sadar: lakukan:
Primary Survey (pasien trauma)
A: Airway + control servikal
1. Pegang kepala (fiksasi), lalu pasang neck collar (bila curiga fraktur servikal).
2. Buka airway: Chin-lift LLf
a. Biloa gurgling, lakukan suction,
b. Bila snoring, lakukan Jaw Thrust (tindakan manual),gunakan OPA (pasien
tidak sadar) atau NPA (pasien sadar).
c. Bila terdengar stridor, perlu airway definitive (intubasi/surgical airway).
3. Curiga fraktur servikal, bila:
a. Trauma kapitis dengan penurunan kesadaran.
b. Multi trauma.
c. Terdapat jejas di ata klavikula kea rah cranial.16
d. Biomekanika trauma mendukung.
4. Curiga fraktur basis kranii:
a. Perdarahan dari lubang hidung.
b. Raccoon eyes.
c. Beatle sign.
Pasien non-trauma yang tidak sadar buka airway dengan head tilt chin lift.
Catatan:
o Snoring (ngorok), sering terjadi bila pasien tidak sadar karena pangkal lidah
jatuh ke belakang.
o Gurgling (kumur-kumur), terjadi sumbatan karena cairan (darah,secret).
o Stridor, terjadi karena oedem faring/laring (cedera inhalasi), missal: pasien
dengan riwayat terpapar dengan uap panas
B: breathing + oksigenasi/ventilasi
Nilai pernapasannya, berikan oksigen bila ada masalah terhadap ABCD:
- Canul: 2-6 LPM
- Face mask/RM (rebreathing mask): 6-10 LPM
- NRM (non rebreathing mask): 10-12 LPM
Bila pernapasannya tidak adekuat, berikan ventilasi tambahan dengan
Bagging/ventilator. Pada pasien trauma, waspada terhadap gangguan/masalah
breathing yang cepat menyebabkan kematian.
Empat masalah yang mengancam breathing serta tindakannya adalah:
1. Tension Pneumothoraks (pasien sangat sesak, trakea bergeser, dan
distensi vena leher). Penanganannya memerlukan thoracosentesis di
ICS 2 midclavicula.
2. Open Pneumothoraks (terlihat Sucking Chest Wound pada luka) yaitu
paru menghidap udara lewat lubang luka. Penanganannya tutup dengan
kassa 3 sisi yang kedap udara.
3. Massive Hematothoraks (perdarahan di dalam rongga thoraks).
Penanganannya lapor dokter untuk segera WSD, nilai apakah perlu
thorakotomi?
17
4. Flail Chest dengan Kontusio Paru, terjadi nyeri yang sangat hebat.
Penangannanya dengan memberikan analgesic, assisted ventilasi (perlu
definitive).
Untuk mencari penyebab gangguan pada breathing lakukan pemeriksaan:
- Look:/inspeksi: buka baju yang menutup dada pasien, lihat ada
jejas/tidak. Nilai pergerakan apakah simetris/tidak.
- Listen/auskultasi (dengan stetoskop): kedua sisi dada, normalnya
sonor.
- Feel/perkusi: kedua sisi dada normalnya sonor. Nilai apakah terdapat
hipersonor atau dullness.
- Palpasi: kaji apakah ada krepitasi, flail chest, atau fraktur iga.
Tentukan apa masalah atau gangguanya, kemudian lakukan tindakan atau
perlu segera lapor dokter bedah.
C: circulation + control perdarahan dan perbaikan volume
Perdarahan eksternal: lakukan balut tekan, cek akral dan nadi, bila ada tanda-
tanda syok (hipovolemik) berikan infuse 2 jalur dengan cairan RL yang hangat
1-2 liter diguyur.
Perdarahan internal: perbaiki voluime untuk cegah syok lebih lanjut.
Perdarahan pada pelvis gunakan balut dengan gurita, perdarahan pada femur
gunakan balut bidai, perdarahan pada thoraks konsul dokter bedah
(torakotomy). Abdomen dan retroperineal untuk konsul dokter bedah
(laparatomy).
D. Disability (pemeriksaan status neurologis)
Nilai GCS dan Pupil
Eye :
4 : buka mata spontan
3 : buka mata terhadap suara
2 : buka mata terhadap nyeri
1 : tidak ada respon
Verbal :
5 : orientasi baik18
4 : berbicara bingung
3 : berbicara tidak jelas (hanya kata-kata yang keluar)
2 : merintih/mengerang
1 : tidak ada respon
Motorik :
6 : bergerak mengikuti perintah
5 : bergerak terhada nyeri dan dapat melokalisir nyeri
4 : fleksi abnormal (menarik anggota yang dirangsang)
3 : extensi abnormal (deserebrasi)
1 : tidak ada respon (flasid)
Nilai juga kekuatan otot motorik, bandingkan kedua sisinya.
E. Exposure (gunting pakaian dan lihat jelas/cidera ancaman yang lain), kemudian
cegah hipotermia dengan selimut.
F. Folley catheter, lihat ada kontra indikasi atau tidak
Tidak dipasang bila ada rupture uretra :
- Pada laki-laki, ada darah di OUE(urefisium), scrotum haematum, RT prostat
melayang.
- Pada wanita : keluar darah, haematum perineum.
Bila ada kontra indikasi, pasang kateter, urin pertama dibuang, kemudian ditampung
satu jam berikutnya. Periksa pengeluaran urin/ jam, Normalnya :
- 0,5 cc/kg BB/ jam, orang dewasa
- 1 cc/kg BB/ jam, anak-anak
- 2 cc/kg BB, bayi
G. Gastric Tube
Bila lewat hidung perhatikan kontra indikasi : fraktur tulang basis crania. Indikasinya
mencegah distensi abdomen.
H. Heart Monitor, pulse oxymeter, pemeriksaan radiologi dengan EKG
SECONDARY SURVEY
- Anamnesa : AMPLE (Alergi, Medication, Past Histori, Last Meal, Event) atau
KOMPAK (Keluhan, Obat, Makan Terakhir, Penyakit Penyerta, Alergi, Kejadian)
- Log Roll : From Head to toe, Finger in every orifice : periksa dengan teliti untuk
menilai adakah BTLS (perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit)
19
- TTV
Siapkan untuk :
- RS rujukan, jangan lupa hubungi RS yang dituju
- OK
- ICU
- Jahit
II.2 Diagnosa Kegawatdaruratan pada Berbagai Sistem
1. Rapid trauma survey
a. Kepala dan leher
Adakah luka yang nyata pada kepala dan leher?
Apakah pembuluh darah vena pada leher distensi?
Inspeksi dan palpasi trakea, apakah berada dalam satu garis atau
menyimpang?
Adakah deformitas atau tenderness (nyeri tekan) pada leher?
b. Dada
Apakah dadanya bentuk simetris? Adakah perbedaan pergerakan? Adakah
trauma tumpul atau trauma tusuk?
Adakah luka terbuka atau perbedaan pergerakan?
Adakah TIC (nyeri tekan, instabilitasi, krepitasi), tanda-tanda fraktur pada
tulang rusuk?
Jika suara nafas abnormal, adakah hipersonor, atau dullness.
Apakah suara jantung normal? Atau berkurang?
c. Abdomen
Adakah luka nyata pada abdomen?
Palpasi adanya distensi, lembek, keras pada abdomen?
Apakah ada nyeri tekan?
d. Pelvis
Apakah ada luka atau perubahan bentuk?
Adakah tanda-tanda fraktur TIC?
e. Ekstremitas atas
Apakah ada luka, bengkak, atau perubahan bentuk?20
Apakah adanya tanda-tanda fraktur?
f. Pengamatan ekstremitas atas dan bawah
Adakah luka, bengkak, atau perubahan bentuk?
Apakah ada tanda-tanda fraktur?
Dapatkan pasien merasakan atau menggerakkan jari-jari kaki dan tangan?
g. Pengkajian bagian belakang (lakukan selama memindahkan pasien ke backbroad)
Apakah ada perubahan bentuk, memar, lecet, robek, luka tusuk, luka bakar,
nyeri tekan, luka goresan, bengkak pada pasien dibagian belakang?
h. Keputusan
Apakah situasinya dalam keadaan kritis?
Adakah intervensi yang dilakukan segera?
i. Riwayat
Apakah ada riwayat penyakit terdahulu ?
Apakah ada riwayat alergi ?
Ada riwayat pengobatan terdahulu ?
Intake terakhir ?
Proses mekanisme injury ?
j. Vital sign
Apakah vital sign abnormal ?
k. Disability
Dilakukan segera jika terjadi perubahan status mental ?
Apakah pupilnya seimbang dan peka terhadap rangsang ?
Bagaimana dengan tingkat kesadaran (GCS) ?
Apakah ada tanda-tanda herniasiasi cerebral (tidak sadar, keterlambatan
reflex pupil, hipertensi, bradikardi, posturing) ?
(John Emory Campbell, 2004 : 41)
2. Ongoing Exam
Dibawah ini informasi yang perlu dilakukan pada masing-masing langkah :
Subjektif Changes
Apakah anda merasakan nyaman atau tidak nyaman sekarang?
Status Mental
Berapa Level kesadaran pasien?
21
Berapakah ukuran pupil pasien ? Apakah keduanya seimbang? Apakah berespons
pada cahaya?
Jika ada perubahan status mental brapa nilai GCS nya sekarang?
Kaji kembali ABC
Apakah jalan napas pasien terbuka dan bersih?
Jika ada luka baker pada daerah muka pasien, apakah ada cedera inhalasi?
Pernapasan dan sikulasi
berapa frekuensi dan kualitas pernapasan?
Berapakah frekuensi dan kualitas denyut nadi?
Berapakah tekanan darah pasien?
Bagaimana warna kulit pasien, kondisi dan suhunya?
Leher
Adakah penyimpangan bentuk pada trakea pasien ?
Apakah Vena jugularis pasien normal, datar atau distensi?
Adakah pembekakan pada leher pasien?
Dada
Apakah suara napas pasien abnormal?
Jika suara napas pasien tidak seimbang, apakah hipersonor atau dulnes?
Apakah bunyi jantung pasien normal atau adanya murmur?
Abdomen (jika ada kemungkinan cedera pada abdomen)
Adakah nyeri tekan pada abdomen?
Apakah abdomen pasien lembek, keras atau distensi?
Pengkajian dalam cedera
Sudahkah ada perubahan kondisi dari cedera yang telah ditemukan?
Periksa Intervensi
Tanyakan hal-hal dibawah ini pada pasien anda secara tepat :
Apakah konsentrasi pemberian oksigen sudah tapat?
Apakah Tabung oksigen terhubung dengan benar?
Apakah luka terbuka pada dada pasien sudah tertutup dengan benar?
Apakah pembalutan dari perdarahan masih basah?
Apakah pembidaian sudah pada posisi yang tepat?
Apakah pasien yang hamil posisinya sudah miring ke kiri?
22
Apakah Monitor jantung sudah terpasang dan bekerja dengan baik?
Apakahh pulse oximeter sudah terpasang dan bekerja dengan baik? (John Emory
Campbell, 2004 : 44)
3. Detail Exam
Riwayat SAMPLE (Symptoms, Allergies, Medicines, Past medical history, Last
meal, Event preceding the injury) harus dikaji penuh.
Apakah riwayat pasien?
Vital sign
Berapa nilai Vital sign pasien?
Pengkajian Neurologi
Apakah level kesadaran pasien?
Apakah pupil normal? Apakah reflek pupil pasien normal?
Berapakah kadar glukosa darah pasien? (jika adanya perubahan status mental
pasien)
Bisakah pasien menggerakan jari tangan dan kakinya?
Bisakah pasien merasakan sentuhan perawat pada jari tangan dan kaki pasien?
Berapakah nilai GCS pasien?
Kepala
Apakah ada DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions, Penetrations-Burn,
Tenderness, Lacerations, Swelling) pada muka dan kepala pasien ?
Apakah pada mata pasien terdapat battle’s sign atau raccoon?
Adakah darah cairan yang keluar dari telinga atau hidung?
Adakah muka pucat, sianosis atau keringat dingan (diahoresis)?
Jalan napas
Apakah jalan napas terbuka dan bersih?
Jika ada luka pada muka pada muka pasien, adakah tanda-tanda yang menunjukan
adanya luka bakar pada mulut dan hidung?
Pernapasan
Bagaimana frekuensi dan kualitas pernapasan pasien?
Leher
Apakah ada tanda-tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions,
Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada leher?
Apakah vena dileher normal, datar atau distensi?
23
Adakah penyimpangan pada trakea pasien?
Sirkulasi
Bagaimana frekuensi dan kualitas dari denyut nadi?
Bagaimana keadaan, warna, dan suhu kulit pasien? (kaji kapilary refill pada pasien
anak)
Apakah sumua perdarahan yang terjadi pada pasien sudah terkontrol?
Dada
Apakah ada tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions, Penetrations-
Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada dada?
Apakah ada luka terbuka pada dada dan adanya pergerakan yang berlawanan arah?
Apakah suara napas pasien terdengar dan seimbang? Jika suara napas tidak
seimbang adakah hipersonor dan dullness?
Apakah suara jantung normal atau terdengar lemah/menurun?
Abdomen
Apakah ada tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions, Penetrations-
Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada abdomen?
Apakah abdomen pasien lembek, keras, atau kembung?
Pelvik
Jika sudah dilakaukan pengkajian pelvic pada intial assessment maka tidak perlu
melakukan pengkajian lebih lanjut.
Ekstremitas bawah
Adakah tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions, Penetrations-Burn,
Tenderness, Lacerations, Swelling) pada kaki?
Apakah PMS (Pulse, Motorik, Sensori) normal?
Apakah rentang gerak pasien (ROM) normal?
Ektremitas Atas
Adakah tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions, Penetrations-Burn,
Tenderness, Lacerations, Swelling) pada tangan?
Apakah PMS (Pulse, Motorik, Sensori) normal?
Apakah rentang gerak pasien (ROM) normal? (John Emory Campbell, 2004 : 46)
24
II.3 Intervensi dan Evaluasi Keperawatan Gawatdaruratan pada Berbagai
Sistem
PENGKAJIAN AWAL TINDAKAN
Scene size-up
Keamanan
Jumlah pasien
Tindakan yang dibutuhkan
Mekanisme injury
Kesan umum
Umur, jenis kelamin, berat badan
Posisi (disekitarnya, posisi
tubuh/postur)
Aktivitas
Injuri mayor yang nyata; perdarahan
mayor.
Tingkat kesadaran
Kewaspadaan/respon terhadap suara
Tidak berespon terhadap suara
Jalan nafas
Snoring
Gurgling
Memakai sarung tangan, memakai baju
pelindung. Mengurangi resiko infeksi
silang.
Panggil bila memerlukan bantuan
Panggil bila memerlukan alat-alat khusus
Kemungkinan injuri yang cocok
(contohnya, penekaan servikal)
Awal untuk menentukan prioritas
Menangani pembatasan gerak dari
penekanan servikal
Modifikasi jaw trust
Mdofikasi jaw trust
Suction
25
Stridor
Silence
Pernafasan
Tidak ada nafas
<10 x per menit
Volume tidal rendah
Kesulitan bernafas
Normal atau cepat
Nadi radialis
Tidak ada
Ada
Bradikardi
Takikardi
Nadi karotis
Tidak ada
Periksa adanya obstruksi jalan nafas
Coba untuk melakukan ventilasi- jika
tidak berhasil:lakukan reposisi; lepaskan
dengan segera
Visualisai.
Suction
Pertimbangkan maneuver Heimlich
lakukan ventilasi sebanyak 2 kali (cek
nadi sebelum melanjutkan ventilasi pada
10-20 + oksigen
bantuan ventilasi pada 10-20+oksigen
bantuan ventilasi
oksigen non rebreathing 15 liter per menit
pertimbangkan penggunaan oksigen
cek nadi karotis
catat kecepatan dan kualitasnya
pertimbangkan adanya spinal syok, injuri
kepala
berikan ketenangan untuk mengurangi
kecepatan nadi, pertimbangkan
CPR+BVM+oksigen
catan kecepatan dan kualitas
pertimbangkan adanya spinal syok, injuri
kepala
pertimbangkan syok
26
Ada
Bradikardi
Takikardi
Kulit
Warna dan keadaan
Pucat, dingin, lembab
Cyanosis
Perdarahan mayor
pertimbangkan syok
berikan 100% oksigen
penekanan langsung, pembalutan dengan
tekanan
27
BAB III
PENUTUP
3.1 KesimpulanBerdasarkan pembahasan dalam BAB II dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam penanganan pasien dengan kegawatdaruratan harus segera ditangani dengan dengan cepat, tepat, cermat dan dilakukan pengenalan kegawatdaruratan.
3.2 Saran Diharapkan pada tahun-tahun berikutnya terjadi kemajuan di bidang kegawatdauratan dalam penanganan pasien di rumah sakit.
28