BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/46754/2/BAB I.pdf1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan Hasil...

7
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman kejahatan narkotika di Indonesia merupakan bentuk kejahatan yang bersifat laten, dinamis, dan berdimensi transnasional sehingga menjadi tantangan bagi Bangsa Indonesia kedepan. Terlebih Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat terbuka dengan luas wilayah darat Indonesia mencapai 1.922.570 km² dan berpenduduk lebih dari 250 juta, menjadikan bangsa Indonesia sebagai negara yang sangat rentan sebagai sasaran peredaran gelap narkotika. Di samping itu, tingkat prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia pada tahun 2015 sudah mencapai 2,20% atau lebih dari 4 juta jiwa. Kondisi tersebut mengakibatkan penyalahgunaan narkotika dan aksi penyelundupan narkotika oleh jaringan narkotika semakin masif sehingga menjadikan Indonesia berada dalam kondisi darurat narkotika (BNN, 2017). Data dari Europe School Survei Project on Alcohol and Drugs (ESPAD) dalam Survei Nasional BNN (2011) melaporkan 1 dari 5 pelajar di Republik Ceko, Perancis, Islandia, Swiss dan Inggris pernah menyalahgunakan narkoba dalam sebulan terakhir (19-22%). Menurut “World Drug Report” tahun 2012 yang diterbitkan oleh UNODC, organisasi dunia yang menanangani masalah narkoba dan kriminal, diperkirakan terdapat 300 juta orang yang berusia produktif antara 15 s.d 64 tahun yang mengonsumsi Narkoba, dan kurang lebih 200 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyalahgunaan Narkoba (Mendikbud, 2014). Hasil survey nasional terhadap penyalahgunaan narkoba pada tahun 2011 diperkirakan prevalensi pengguna Narkoba sebesar 2,2% atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa terdapat 4 juta penduduk Indonesia sebagai penyalahgunan

Transcript of BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/46754/2/BAB I.pdf1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan Hasil...

Page 1: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/46754/2/BAB I.pdf1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ancaman kejahatan narkotika di Indonesia merupakan bentuk kejahatan yang

bersifat laten, dinamis, dan berdimensi transnasional sehingga menjadi tantangan bagi

Bangsa Indonesia kedepan. Terlebih Indonesia merupakan negara kepulauan yang

sangat terbuka dengan luas wilayah darat Indonesia mencapai 1.922.570 km² dan

berpenduduk lebih dari 250 juta, menjadikan bangsa Indonesia sebagai negara yang

sangat rentan sebagai sasaran peredaran gelap narkotika. Di samping itu, tingkat

prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia pada tahun 2015 sudah mencapai

2,20% atau lebih dari 4 juta jiwa. Kondisi tersebut mengakibatkan penyalahgunaan

narkotika dan aksi penyelundupan narkotika oleh jaringan narkotika semakin masif

sehingga menjadikan Indonesia berada dalam kondisi darurat narkotika (BNN, 2017).

Data dari Europe School Survei Project on Alcohol and Drugs (ESPAD) dalam

Survei Nasional BNN (2011) melaporkan 1 dari 5 pelajar di Republik Ceko, Perancis,

Islandia, Swiss dan Inggris pernah menyalahgunakan narkoba dalam sebulan terakhir

(19-22%). Menurut “World Drug Report” tahun 2012 yang diterbitkan oleh UNODC,

organisasi dunia yang menanangani masalah narkoba dan kriminal, diperkirakan

terdapat 300 juta orang yang berusia produktif antara 15 s.d 64 tahun yang

mengonsumsi Narkoba, dan kurang lebih 200 juta orang meninggal setiap tahunnya

akibat penyalahgunaan Narkoba (Mendikbud, 2014).

Hasil survey nasional terhadap penyalahgunaan narkoba pada tahun 2011

diperkirakan prevalensi pengguna Narkoba sebesar 2,2% atau dengan kata lain dapat

dikatakan bahwa terdapat 4 juta penduduk Indonesia sebagai penyalahgunan

Page 2: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/46754/2/BAB I.pdf1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa

2

narkoba. Pada tahun 2012 pengguna narkoba terbanyak di Indonesia yaitu Jawa

Timur sebanyak 8.142 pengguna narkoba (Kemenkes, 2014). Penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba telah sampai kesemua lapisan masyarakat, mulai dari tingkat

peserta didik SD sampai Perguruan Tinggi bahkan juga dikalangan karyawan.

Sekolah, kampus dan tempat bekerja menjadi rawan terhadap penyalahgunaan

peredaran gelap narkoba (Mendikbud, 2014).

Kaum remaja menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap

penyalahgunaan Narkoba, karena selain memiliki sifat dinamis, energik, selalu ingin

tahun. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun.

Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam

rentang usia 10-18 tahun dan belum menikah. Pada masa remaja cenderung mudah

putus asa dan mudah dipengaruhi oleh pengedar yang berakibat jatuh pada masalah

penyalahgunaan Narkoba. Bahkan hasil temuan terakhir, ditemukan anak yang baru

berusia 6 (enam) bulan sudah terdeteksi kena narkoba. Hal ini menggambarkan

bahwa orang tua anak tersebut merupakan pengguna narkoba, yang apabila tidak

dilakukan penanganan serius akan berakibat bisa kehilangan generasi (lost generation)

(BNN, 2017).

Ditahun 2016, angka prevalensi narkoba ditingkat SMA relatif tidak jauh

berbeda dibandingkan perguruan tinggi. Mereka yang pernah pakar narkoba relatif

sama besar (4,3%) antara SMA dan perguruan tinggi, tetapi pada kelompok yang

pakai narkoba setahun terakhir mereka yang di SMA )2,4%) lebih tinggi diandingkan

perguruan tinggi (1,8%) di tahun 2016 (BNN, 2016). Menurut kota-kabupaten, di

Tahun 2016 proporsi penyalahguna coba pakai di kota (88%) lebih banyak

dibandingkan di kabupaten (83%). Sedangkan pada survey tahun 2009 dan 2011,

proporsi terbesar coba pakai ada di kabupaten, sedangkan survey 2006 relatif sama

Page 3: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/46754/2/BAB I.pdf1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa

3

besarnya. Data ini mengindikasikan ada pergeseran bahwa proporsi coba pakai

kemungkinan akan lebih banyak di kota nantinya (BNN, 2016)

Besaran jumlah penyalahgunaan cukup sulit diukur karena penyalahguna

narkoba adalah populasi tersembunyi (hidden population). Besaran jumlah

penyalahgunaan yang biasa dipergunakan adalah prevalensi. Untuk mengukur angka

prevalensi perlu ada beberapa indikator terkait masalah kesehatan dan sosial yang

dapat diperoleh angkanya melalui survei, namun untuk prevalensi penyalahgunaan

narkoba tidak dapat langsung dikutip dari hasil survei rumah tangga mengingat sifat

penyalahguna yang tertutup. Oleh karena itu perlu upaya khusus untuk mendapatkan

besaran penyalahgunaan melalui berbagai metode estimasiv (BNN, 2014).

Sebagai focal point penanggulangan Narkoba di tanah air, Badan Narkotika

Nasional (BNN) telah melakukan berbagai upaya penanggulangan dengan melakukan

ekstensifikasi dan intensifikasi P4GN (Pelaksanaan kerjasama Pencegahan dan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba kepada seluruh

lapisan masyarakat melalui Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Rehabilitasi, dan

Pemberantasan serta meningkatkan kerjasama nasional dan internasional (BNN,

2017). Pencapaian kinerja pada tahun 2016 yaitu sasaran strategis “Daya tangka

masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba” dengan target

9,75%, realisasinya 2,21% dan pencapainnya 178%. Sasaran kegiatan kedua yaitu

“Informasi P4GN kepada keluarga, pelajar, mahasiswa, pekerja dan kelompok masyarakat”

dengan target 60%, realisasinya 81,08% dan pencapaiannya 135,14% (BNN, 2017).

Menurut studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 16 Mei

2017 kepada 25 remaja di Pamekasan, 7 anak mengatakan tidak tahu tentang bahaya

narkoba dan 11 anak hanya mengatakan narkoba dapat membahayakan bagi

kesehatan. Saat peneliti melakukan wawancara secara pribadi pada 3 anak

Page 4: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/46754/2/BAB I.pdf1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa

4

mengatakan pernah menggunakan sebuah obat yang dapat menengkan tetapi anak

tersebut tidak tahu itu narkoba atau tidak yang didapatnya dari temannya. Saat

peneliti menanyakan apakah narkoba dan NAPZA itu sama pada 5 remaja lainnya,

mereka mengatakan narkoba dan NAPZA itu berbeda. Setelah peneliti melakukan

observasi disekitar alun-alun Pamekasan saat sore hari, banyak remaja duduk

dipinggir jalan yang mayoritas sedang merokok. Dengan gaya pergaulan seperti

sekarang, bukan hal yang sulit bagi remaja untuk mendapatkan obat-obatan maupun

minuman terlarang.

Menurut wawancara yang dilakukann oleh peneliti di Polres Pamekasan,

penyalahgunaan narkoba di Pamekasan setiap tahun cenderung ada peningkatan.

Pada tahun 2018 penyalahgunaan di Pamekasan meningkat dari tahun sebelumnya.

Tahun 2017 kasus penyalahgunaan narkoba di Pamekasan pada pendidikan SMP

sebanyak 15 pengguna, SMA 27 pengguna, sedangkan pada tahun 2018 pengguna

penyalahgunaan narkoba meningkat pada SMP sebanyak 17 pengguna dan SMA 37

pengguna. Menurut umur pada kasus penyalahgunaan narkoba pada tahun 2018,

umur 15 s/d 19 tahun sebanyak 4 pengguna, 20 s/d 24 tahun 16 pengguna. Menurut

petugas polres Pamekasan, faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan kurangnya

pengetahun tentang bahaya narkoba, dari segi ekonomi menguntungkan sebagai

sebuah bisnis yang menguntungkan dan faktor lingkungan. Dalam hal ini faktor

lingkungan yang dimaksud yaitu lingkungan pedesaan dan perkotaan. Pada

lingkungan pedesaan narkoba jenis shabu masih ada yang menganggap sebagai obat,

sedangkan pada lingkungan perkotaan walaupun sudah mengetahui akan bahaya dari

penggunaan narkoba tetapi masyarakat perkotaan cenderung mengggap hal biasa

terjadi melihat pergaulan yang semakin bebas di lingkungan perkotaan.

Page 5: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/46754/2/BAB I.pdf1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa

5

Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan

(rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Perbedaan masyarakat

pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual. Salah satu

yang dapat membedakan masyarakat pedesaan dan perkotaan yaitu dari kesiapan

psikologisnya. Kesiapan psikologis meliputi pengetahuan, sikap dan kecenderungan

untuk melakukan tindakan tertentu. Diterapkan pada penyalahgunaan narkoba,

kesiapan psikologis meliputi pengetahuan tentang bahaya narkoba, sikap terhadap

penyalahgunaan narkoba, kecenderungan untuk menggunakan narkoba. Selain itu

narkoba di pedesaan masih bersifat tabu sehingga penyebaran informasi masih minim

dibandingkan dengan perkotaan.

Pengetahuan narkoba yang mumpuni dan adekuat dipercaya dapat mencegah

dan menghindari orang pakai narkoba. Untuk itu, berbagai upaya telah dilaksanakan

dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang narkoba. Dari hasil

studi diketahui, hampir semua (91%) pelajar dan mahasiswa pernah mendengar jenis

narkoba di tahun 2016, dengan proporsi terendah pada kelompok SMP (88%).

Jumlah median yang dapat menyebutkan nama jenis narkoba ada sebanyak 6 jenis.

Ada 7 jenis narkoba yang banyak disebut adalah ganja, shabu, heroin, zat yang

dihisap, kokain, analgesik yang dipakai tidak sesuai dosis dengan sengaja (berlebihan),

dan ekstasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin banyak yang mengenali

jenis-jenis narkoba (BNN, 2016). Faktor penyalahgunaan narkoba seperti rasa ingin

tahu, mengikuti teman, menghilangkan rasa kebosanan, terpengaruh gaya hidup

modern dll. Selain itu, Penyalahgunaan narkoba memiliki dampak yang multi dimensi

terutama pada kondisi fisik, mental, dan sosial (Mendikud, 2014).

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba diluar keperluan medis,

tanpa pengawasan dokter, dan merupakan perbuatan melanggar hukum (pasal 59,

Page 6: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/46754/2/BAB I.pdf1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa

6

Undang-undang No. 5 tahun 1997, tentang psikotropika; pasal 84, 85, dan 86,

Undang-undang No. 22, Tahun 1997 tentang Narkotika. Upaya penanggulangan dan

pencegahan sudah banyak dilakukan dari berbagai model kampanye, penyuluhan,

pelatihan dan pemeriksaan untuk pendeteksian dini. Tetapi dari usaha-usaha tersebut

belum ditemukan penurunan penyalahgunaan narkoba. Kejahatan narkoba pada

umumnya tidak hanya dilakukan oleh perorangan atau secara sendiri-sendiri,

melainkan dilakukan bersama-sama oleh sindikat yang terorganisir secara rapi, sangat

teliti bahkan dilakukan dengan sangat rahasia (Mendikbud, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Tingkat pengetahuan remajan tentang bahaya narkoba di pedesaan dan perkotaan di

Pamekasan”. Diharapkan dari penelitian ini dapat menyajikan secara rinci dan jelas

tentang pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut : “Bagaiaman tingkat pengetahuan remajan tentang bahaya narkoba di

pedesaan dan perkotaan di Pamekasan?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan tentang bahaya narkoba pada remaja di

pedesaan

b. Mengdeskripsikan tingkat pengetahuan tentang bahaya narkoba pada remaja

di perkotaan.

c. Mendeskripsikan perbedaan tingkat pengetahuan bahaya narkoba pada remaja

perkotaan dan pedesaan

Page 7: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/46754/2/BAB I.pdf1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa

7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan Peneliti tentang tingkat pengetahuan remaja tentang

narkoba sehingga dapat mendukung program pemerintah. Hasil penelitian ini

diharapkan bermanfaat sebagai informasi, perbandingan, serta referensi bagi peneliti

selanjutnya.

1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas

wawasan mahasiswa ilmu keperawatan tentang bahaya narkoba.

1.4.3 Bagi Profesi keperawatan

Sebagai acuan bagi perawat dalam melakukan promosi kesehatan. Karena

selain sebagai care giver, perawat juga sebagai educator. Sehingga dalam memberikan

pendidikan kesehatan ataupun promosi kesehatan, perawat memerlukan media yang

menarik dan bersifat ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan. Serta sebagai sebuah

inovasi untuk perawat dalam melakukan promosi kesehatan dengan menggunakan

media permainan untuk meningkatkan derajat kesehatan remaja.