BAB I Infeksi Saluran Kemih
-
Upload
yuniar-valentine-putri-pratiwi -
Category
Documents
-
view
20 -
download
5
Transcript of BAB I Infeksi Saluran Kemih
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang
jalan saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu
mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih
harus ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan
jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun jika hanya
terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan
bahwa adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai
gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan
yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala. Infeksi saluran
kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan:
a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis
karena infeksi hematogen.
b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.
c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.
Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu
penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri
kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain
yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi
kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang pendek
meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang
uretra sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung
kemih. Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot polos yang
dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung kemih dan ureter,
sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian tersebut. Uterus
1
pada kehamilan dapat pula menghambat aliran urin pada keadaan-
keadaan tertentu.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada
wanita adalah pembentukan selaput mukus yang dependen estrogen
di kandung kemih. Mukus ini mempunyai fungsi sebagai antimikroba.
Pada menopause, kadar estrogen menurun dan sistem perlindungan
ini lenyap sehingga pada wanita yang sudah mengalami menopause
rentan terkena infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap infeksi saluran
kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang asam
dan berfungsi sebagai antibakteri.
Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan
usia yang sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostatitis
atau hyperplasia prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran
kenari yang terletak tepat di bawah saluran keluar kandug kemih.
Hiperplasia prostat dapat menyebabkan obstruksi aliran yang
merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam keadaan
normal, sekresi prostat memiliki efek protektif antibakteri.
Pengidap diabetes juga berisiko mengalami infeksi saluran
kemih berulang karena tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi
imun yamg menurun, dan peningkatan frekuensi kandung kemih
neurogenik. Individu yang mengalami cedera korda spinalis atau
menggunakan kateter urin untuk berkemih juga mengalami
peningkatan risiko infeksi.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
- Bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada Nn. AM dengan
Urinary Tract Infection?
2
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.3.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud
dengan Urinary Tract Infection serta tanda dan gejalanya.
1.3.2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu
untuk:
a. Melakukan pengkajian pada Nn. AM dengan Urinary
Tract Infection.
b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawataan
pada Nn. AM dengan Urinary Tract Infection.
c. Menyusun intervensi keperawatan pada Nn. AM dengan
Urinary Tract Infection.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada Nn. AM
dengan Urinary Tract Infection.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Nn. AM dengan
Urinary Tract Infection.
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah:
- Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan
pembaca yang berkaitan tentang asuhan keperawatan pada pasien
Urinary Tract Infection.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1.5. Tinjauan Pustaka
A. Definisi Urinary Tract Infection
Urinarius Tractus Infection atau Infeksi Saluran Kemih (ISK)
(UTI) adalah adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius, dengan atau tanpa disertai gejala. (Smeltzer & Bare, 2002)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi
sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat
proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001 : 480).
UTI adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan
gejala infeksi. Ada pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala
infeksi yang disertai adanya mikroorganisme patogenik (patogenik :
yang menyebabkan penyakit) pada urine, uretra (uretra : saluran
yang menghubungkan kandung kemih dengan dunia luar), kandung
kemih, atau ginjal
B. Klasifikasi Urinary Tract Infection
ISK secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis, Uretritis dan Prostatitis)
1. Uretritis
Merupakan suatu inflamasi pada uretra, kuman penyebab
tersering adalah kuman gonorrhoe atau kuman lain yang
biasanya terjadi karena infeksi asending. (Smeltzer &
Bare, 2002, 1436)
2. Sistitis dan Prostatitis
Merupakan peradangan pada Vesika urinaria. Pada wanita
menginfeksi uretra distal veriko urinaria dinamakan Sistitis
sedangkan pada pria menginfeksi bagian prostat dan
4
vesika urinaria yang disebut Prostatitis. (Smeltzer & Bare,
2002, 1432)
Patofisiologi :
Sistitis dapat disebabkan infeksi asending dari uretra,
aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih
(refluk uretrovesikal), kontaminasi fekal. Bagian distal
uretra dikolonisasi oleh bakteri yang dapat masuk ke
mukosa uretra akan menyebabkan organisme melekat dan
berkolonisasi di periuretral kemudian masuk ke dalam
kandung kemih.
Terjadinya urine statis karena pengosongan yang
tidak sempurna dari kandung kemih, batu ginjal, obstruksi
akan memberi kesempatan yang besar bagi bakteri untuk
tumbuh dan dengan media yang lebih alkalis akan
menyuburkan pertumbuhan dan multiplikasi.
Pecahnya integritas jaringan akibat erosi oleh ujung
kateter / oleh pinggir batu memungkinkan bakteri masuk
menyerang jaringan dan menyebabkan infeksi. Sistitis
dapat dibagi menjadi dua yaitu sistitis akut dan kronis.
Sistitis kronis dapat terjadi karena pengobatan sistitis akut
yang tidak sempurna maupun infeksi berulang yang
menetap.
Gejala Klinis:
Dysuria (panas dan nyeri pada saat berkemih)
Urgency
Polakisuria
Nokturia
Nyeri/spasme pada area kandung kemih dan supra pubis
Urine keruh
5
Pada pemeriksaan urine ditemukan adanya eritrosit,
leukosit, dan bakteri dalam urine.
b. Infeksi Saluran Kemih Atas (Ureteritis, Pyelonefritis)
1. Ureteritis
Suatu peradangan pada ureter. Penyebab Adanya infeksi
pada ginjal maupun kandung kemih. Aliran urine dari ginjal ke
buli-buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada
dinding ureter menyebabkan striktura dan hydronephrosis,
selanjutnya ginjal menjadi rusak, dan mengganggu peristaltik
ureter.
2. Pyelonefritis
Inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang
disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri
pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian
bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai
parenkim maupun renal pelvis (pyelum=piala ginjal) dan
bakteri menyebar melalui limfatik.
Penyebab:
a. Kuman Escericia Coli ( bakteri yang paling sering)
b. Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis
c. Abnormalitas struktur ( striktur, anomalia
ketidaksempurnaan hubungan ureterovesikalis)
d. Gangguan inervasi kandung kemih
e. Penyakit kronis : DM, Gout, Penyakit ginjal
Patofisiologi:
Pyelonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis.
Pielonefritis akut disebabkan oleh infeksi bakteri yang
menjalar dari saluran kemih bagian bawah keatas ginjal. Hal
6
ini dapat mempengaruhi fungsi ginjal walaupun jarang
menyebabkan kegagalan ginjal. Pyelonefritis kronis dapat
terjadi dari infeksi bakteri dan juga factor lain seperti refluks
urine dan obstruksi saluran kemih. Pielonefritis kronik dapat
merusak jaringan ginjal untuk selamanya akibat inflamasi
yang berulangkali dan timbulnya jaringan parut.
Gejala klinis:
Pielonefritis akut :
Demam dan menggigil,
Nyeri pinggang,
Nyeri tekan pada sudut kostovertebral (CVA),
Leukositosis, bakteri, leukosit, dan eritrosit dalam urine,
Gejala ISK bawah seperti dysuria dan sering berkemih
umumnya terjadi kadang disertai dengan mual dan muntah
akibat reflek reno intestinal.
Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
Pielonefritis kronis :
Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang
biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik.
Adanya keletihan.
Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia,
asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya
pasien mengalami gagal ginjal.
Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah
korteks.
7
Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun
dikarenakan luka pada jaringan.
C. Epidemiologi Urinary Tract Infection
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun
perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa
maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umur,
kurang lebih 5 – 15 %. Anak wanita dan wanita dewasa
mempunyai insiden infeksi saluran kemih yang lebih tinggi
dibandingkan pria. halTingkat infeksi untuk wanita dikalangan usia
sekolah kira-kira 1% dan 4% pada usia masa subur.
ISK lebih sering terjadi pada wanita, salah satu
penyebabnya karena kedekatan jarak anus dengan meatus uretra
dan uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih
mudah masuk ke kandung kemih. (Potter & Perry, 2005,1687)
Faktor lain adalah kecenderungan wanita menahan miksi,
serta iritasi kulit lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin.
Uterus pada wanita juga dapat menghambat aliran urine pada
keadaan tertentu. David S Howes, MD (University of Chicago,
2005) memperkirakan sekitar 20% wanita mengalami masalah
saluran kemih selama hidupnya.
ISK sering terjadi pada bayi dan anak-anak kecil dan
merupakan suatu keadaan yang perlu dicermati karena 5% dari
penderitanya hanya menunjukkan gejala yang amat samar dengan
risiko kerusakan ginjal yang lebih besar dibandingkan anak-anak
yang sudah lebih besar. Pengenalan awal, pengobatan yang tepat
dan mengetahui faktor dasar yang mempermudah infeksi lebih jauh
penting untuk mencegah perjalanan penyakit untuk menjadi
pyelonefritis atau urosepsis dan menghindari sekuele akhir seperti
8
jaringan parut pada ginjal dan gagal ginjal.(Stanley Hellerstein, MD.
2006)
ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak
laki-laki.2 Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir
rendah mencapai 10-100 kali lebih besar dibanding bayi dengan
berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih
banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya,
sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. Rasio ini terus
meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak
perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Dan
pada anak laki-laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga
menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat.
Karena tingginya angka kejadian ISK pada anak-anak
dengan gejala klinis yang tak terlalu jelas serta tingginya resiko
komplikasi yang lebih berat, maka dalam referat kali ini penulis
akan membahas tentang ISK.
D. Etiologi Urinary Tract Infection
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih
adalah jenis bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih
tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, tetapi uretra bagian
bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang
jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung
kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri,
namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena
jamur dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi
jika dibandingkan dengan infeksi gram negatif.
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari
vagina, perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari
pasangan (akibat hubungan seksual), masuk ke dalam saluran
9
kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih
sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal.
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara
lain:
a. Escherichia Coli: 90% penyebab ISK uncomplicated
(simple): ISK sederhana yang terjadi pada penderita
dengan saluran kencing baik anatomik maupun
fungsional normal. ISK sederhana ini terutama mengenai
penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superfisial kandung kemih.
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK
complicated. ISK yang sering menimbulkan masalah
karena kuman penyebab sulit diberantas, kuman
penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakteriemia, sepsis dan shock.
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci,
dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
3. Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-
bakteri di bawah ini :
10
a. . Kelompok anterobacteriaceae seperti :
- Escherichia coli
- Klebsiella pneumoniae
- Enterobacter aerogenes
- Proteus
- Providencia
- Citrobacter
b. Pseudomonas aeruginosa
c. Acinetobacter
d. Enterokokus faecalis
e. Stafilokokus sarophyticus
E. Faktor Risiko Urinary Tract Infection
1. Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:
Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih
pendek dibandingkan pria sehingga lebih mudah.
Faktor usia. Orang tua lebih mudah terkena dibandingkan
dengan usia yang lebih muda. Pada usia lanjut terjadinya
ISK ini sering disebabkan karena adanya:
- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau
kurang efektif.
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang sering kurang baik
- System imunnitas yng menurun
- Adanya hambatan pada saluran urin
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit ini karena
penaruh hormonal ketika kehamilan yang menyebabkan
11
perubahan pada fungsi ginjal dibandingkan sebelum
kehamilan.
Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa
menopause lebih rentan terkena karena selaput mukosa
yang tergantung pada esterogen yang dapat berfungsi
sebagai pelindung.
Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang
asam dapat menjadi antibakteri alami tetapi apabila terjadi
gangguan dapat menyebabkan menurunnya pertahanan
terhadap kontaminasi bakteri.
Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda
spinalis, atau menggunakan kateter dapat mengalami
peningkatan resiko infeksi.
2. Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan
faktor risiko tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih berulang,
perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko seperti :
Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih
Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder
emptying)
Konstipasi
Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap
saluran kemih sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
kontaminasi dari luar.
Kekebalan tubuh yang rendah
3. Faktor predisposisi dalam perkembangan ISK:
Obstruksi saluran kemih : Batu saluran kemih, hipertrofi prostat,
tumor.
Refluks vesikoureter: congenital, disfungsi neuropathy, striktur,
tuberculosis saluran kemih.
Penyakit kronik: Diabetes Melitus, Gout, penyakit ginjal.
12
Iatrogenic: keteterisasi, nefrostomi, sistokopi
Kehamilan
PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan
kuman.
Pasien yang mendapat antibiotik spektrum luas (cth. Amoxicillin,
cephalexin), yang dapat menggangu flora usus dan saluran
kemih, dan meningkatkan resiko karena gangguan pada
pertahanan alami terhadap kolonisasi oleh bakteri pathogen.
Inkubasi bakteri yang diperlama dalam kandung kemih akibat
pengosongan kandung kemih yang tak sempurna atau jarang
berkemih dapat melemahkan pertahanan kandung kemih
terhadap infeksi bakteri. Gejala dari gangguan berkemih seperti
urgensi, frekuensi, hesistensi, dribbling, atau inkontinensia
dapat terjadi tanpa adanya infeksi atau iritasi lokal karena
kontraksi detrusor yang tak terhalangi. Ketika inkontinensia
dicegah oleh obstruksi uretra, urine yang mengandung bakteri
dari distal uretra akan kembali ke kandung kemih. Hal tersebut
yang umum menyebabkan ISK pada anak-anak.
F. Patofisiologi Urinary Tract Infection
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya
mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme
ini masuk melalui meatus uretra bisa karena terkontaminasi
dengan feses, kateterisasi, sistoskopi maupun berasal dari infeksi
darah dan limfe yang terinfeksi mikroorganisme). Pada normalanya
kandung kemih mampu membersihkan dirinya dari sejumlah besar
bakteri dalam 2 hari sejak masuknya bakteri kedalam kandung
kemih. Akan tetapi infeksi dapat terjadi karena bakteri mencapai
kandung kemih, melekat pada mukosa dan mengkolonisasi
13
epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan kandung
kemih.
Distensi kandung kemih mengurangi aliran darah ke lapisan
mukosa dan submukosa sehingga jaringan menjadi lebih rentan
terhadap bakteri. Urine yang tersisa didalam kandung kemih
menjadi lebih basa sehingga kandung kemih merupakan tempat
yang yang ideal untuk pertumbuhan organisme. Kolonisasi
organisme tersebut mengiritasi dan menimbulkan peradangan
pada mukosa yang selanjutnya menyebar ke sistem urinarius.
Bila jaringan yang mengalami inflamasi dialiri urine maka
akan menimbulkan nyeri dan ras terbakar selama
berkemih.demam, menggigil, mual, muntah serta kelemahan terjadi
ketika infeksi memburuk. Kandung kemih yang teriritasi
menyebabkan timbulnya sensasi ingin berkemih yang mendesak
dan sering. Iritasi pada kandung kemih dan uretra yang sering
menyebabkan darah bercampur dalam urine.
Ketika infeksi tidak teratasi dan menetap akan menyebar ke
traktus urinarius bagian atas (ginjal) yang mengiritasi jaringan-
jaringan ginjal yang terjadi secara berulang yang kemudian akan
menimbulkan jaringan parut pada ginjal. Adanya obstruksi aliran
kemih proksimal yang mengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai
hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut
ginjal, batu, neoplasma, dan hipertrofi prostate.
*Pathway (Terlampir)
G. Manifestasi Klinis Urinary Tract Infection
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda
dan gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
Desakan yang kuat untuk berkemih
14
Rasa terbakar pada saat berkemih
Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang
sedikit (oliguria)
Adanya darah pada urin (hematuria)
Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda – tanda dan
gejala yang spesifik, tergantung bagian saluran kemih yang terkena
infeksi:
1. Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal
mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang terjadi pada
kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan
rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi,
gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
2. Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat
dapat menyebabkan rasa tertekan pada pelvis,
ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada
saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan
rasa terbakar pada saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat
menyebabkan gangguan pada penis.
Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat
(misalnya: pyelonephritis) pada orang dewasa, meliputi:
1. kedinginan
2. demam tinggi dan gemetar
3. mual
4. muntah (emesis)
5. rasa sakit di bawah rusuk
6. rasa sakit pada daerah sekitar abdomen
15
Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:
1. Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya,
khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan
sakit, misalnya: letih dan lesu.
2. Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak
dapat mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan
mencium urin bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis
diperlukan).
3. Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan
penyakit, walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi
tersebut bebas dari Infeksi saluran kemih).
4. Rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5. Muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi).
6. Jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi,
khususnya bayi yang berusia setlah delapan hari.
H. Penatalaksanaan Urinary Tract Infection
Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi)
bakteri dengan antibiotika.
Tujuan pengobatan :
Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih.
Menanggulangi keluhan (gejala).
Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).
Tata cara pengobatan :
Menggunakan pengobatan dosis tunggal.
Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari.
Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu.
Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah.
16
Menggunakan pengobatan supresif, yaitupengobatan lanjutan jika
pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.
Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah
diseleksi terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi,
serta timbulnya komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain
termasuk efek samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain.
Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan toleransi dan terabsorbsi
dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum
yang spesifik terhadap mikroba pathogen. Antibiotika yang digunakan untuk
pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua, yaitu antibiotika oral dan
parenteral.
1. Antibiotika Oral
a. Sulfonamida
Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali.
Sulfonamida umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif
karena sifat resistensinya. Keuntungan dari sulfonamide adalah obat
ini harganya murah.
b. Trimetoprim-sulfametoksazol
Kombinasi dari obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan
bakteri aerob, kecuali Pseudomonas aeruginosa. Obat ini penting
untuk mengobati infeksi dengan komplikasi, juga efektif sebagai
profilaksis pada infeksi berulang. Dosis obat ini adalah 160 mg dan
interval pemberiannya tiap 12 jam.
c. Penicillin
Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas
spektrum luas, termasuk terhadap bakteri penyebab infeksi
saluran urin. Dosis ampicillin 1000 mg dan interval
pemberiannya tiap 6 jam.
17
Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek
samping. Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih
disukai untuk mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis
amoxsicillin 500 mg dan interval pemberiannya tiap 8 jam.
d. Cephaloporin
Cephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan
antibiotika lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih,
selain itu obat ini juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya
digunakan pada kasus resisten terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-
sulfametoksazol.
e. Tetrasiklin
Antibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap
awal. Sifat resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau
dengan tes sensitivitas. Antibotika ini umumnya digunakan untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh chlamydial.
f. Quinolon
Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk
mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli dan
Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadap Pseudomonas
aeruginosa. Ciprofloxacin ddan ofloxacin diindikasikan untuk terapi
sistemik. Dosis untuk ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval
pemberiannya tiap 12 jam. Dosis ofloxacin sebesar 200-300 mg dan
interval pemberiannya tiap 12 jam.
g. Nitrofurantoin
Antibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien
infeksi saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah
hilangnya resistensi walaupun dalam terapi jangka panjang.
h. Azithromycin
Berguna pada terapi dosis tunggal yang disebabkan oleh infeksi
chlamydial.
18
i. Methanamin Hippurat dan Methanamin Mandalat
Antibiotika ini digunakan untuk terapi profilaksis dan supresif diantara
tahap infeksi.
2. Antibiotika Parenteral.
a. Amynoglycosida
Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas yang sama, tetapi
gentamicin sedikit lebih mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas lebih
besar terhadap pseudomonas memilki peranan penting dalam
pengobatan onfeksi sistemik yang serius. Amikasin umumnya
digunakan untuk bakteri yang multiresisten. Dosis gentamicin
sebesar 3-5 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 24
jam dan 1 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 8 jam.
b. Penicillin
Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati
infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin
sering digunakan pada pasien yang ginjalnya tidak sepasang atau
ketika penggunaan amynoglycosida harus dihindari.
c. Cephalosporin
Cephalosporin generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas melawan
bakteri gram negative, tetapi tidak efektif melawan Pseudomonas
aeruginosa. Cephalosporin digunakan untuk mengobati infeksi
nosokomial dan uropsesis karena infeksi pathogen.
d. Imipenem/silastatin
Obat ini memiliki spectrum yang sangat luas terhadap bakteri gram
positif, negative, dan bakteri anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi
yang disebabkan enterococci dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi
banyak dihubungkan dengan infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini
sebesar 250-500 mg ddengan interval pemberian tiap 6-8 jam.
e. Aztreonam
19
Obat ini aktif melawan bakteri gram negative, termasuk
Pseudomonas aeruginosa. Umumnya digunakan pada infeksi
nosokomial, ketika aminoglikosida dihindari, serta pada pasien yang
sensitive terhadap penicillin. Dosis aztreonam sebesar 1000 mg
dengan interval pemberian tiap 8-12 jam.
Preventif Infeksi Saluran Kemih
Agar terhindar dari penyakit infeksi saluran kemih, dapat dilakukan hal-hal
berikut:
Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran
kemih.
Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus
yang memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan
air saja tidak cukup bersih.
Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak
menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika
terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya
sebaiknya bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet
umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan
pembersih dudukan toilet.
Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang
ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran.
Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat
agar tidak lembab.
I. Pemeriksaan Diagnostik Urinary Tract Infection
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisa Urin (Urinalisis)
Pemeriksaan urinalisis meliputi:
Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).
20
Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel
darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urin.
Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin).
Merupakan petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika
ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan
pandang sedimen urin. Hematuria bisa juga karena
adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal
dan penyakit ginjal lainnya.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
Memperlihatkan adanya bakteriuria, sel darah putih (leukosit),
dan endapan sel darah merah (eritrosit). Dimana Leukosuria
atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif (+) bila terdapat > 5 leukosit/lpb (lapang
pandang besar) sedimen air kemih
Hematuria positif (+) bila terdapat 5-10 eritrosit/lpb sediment
air kemih.
Hematuria bisa disebabkan oleh berbagai keadaan patologis
baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme
spesifik (102 – 103 organisme koliform/mL urin (+) piuria)
Hitung koloni bila terdapat sekitar 100.000 koloni per
milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari
specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama
adanya infeksi.
c. Metode Tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit)
dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat).
21
Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria.
Tes Griess positif : terdapat bakteri yang mengurangi
nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): untuk mengetahui
apakah terdapat organisme menular secara seksual
misalnya pada Uretritia akut akibat organisme menular
secara seksual (Klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
d. Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah
infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate.
e. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
f. DMSA (Dimercaptosuccinic acid nuclear scan) scan :
Pemeriksaan ini terutama untuk melihat fungsi saluran kemih.
DMSA scan masih diperdebatkan batasan usianya. Namun
biasanya dilakukan pada anak di bawah 5 tahun dengan hasil
ultrasonografi yang tidak normal. Umumnya dilakukan 2 bulan
setelah episode ISK untuk memberi waktu perbaikan pada
saluran kemih. Selama menunggu dilakukannya pemeriksaan
ini, beberapa pihak menganjurkan pemberian antibiotik dosis
rendah.
g. Cystogram : Ini adalah pemeriksaan kandung kemih yang juga
masih diperdebatkan batasan usianya. Namun umumnya
dilakukan pada anak di bawah 1 tahun atau anak dengan hasil
ultrasonografi atau DMSA yang tidak normal.
22
PENUTUP
1. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli
atau penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan
merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada sekitar 90%
wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain : sering kencing,
disuria, hematuria dan piuria. Adanya keluhan nyeri pinggang
berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Bakteri yang
dapat menimbulkan infeksi saluran kemih selain E.coli melalui infeksi
nosokomial Klebsiella, Proteus, Providencia, Citrobacter, P. aeruginosa,
Acinetobacter, Enterococcus faecalis dan Stafilokokus saprophyticus.
Diagnosa yang dilakukan untuk pendeteksian penyakit infeksi
saluran kemih adalah dengan tujuan untuk mengidentifikasikan adanya
infeksi bakteri yang menyebabkan penyakit tersebut. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala yang ada, namun gejala- gejala dari
infeksi saluran kemih, baik akut maupun kronik sangat sukar dibedakan
dengan infeksi saluran kemih yang biasa. Hal ini dikarenakan gambaran
klinik dari infeksi saluran kemih berat mirip dengan infeksi bakteri biasa.
2. Saran
Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Diharapkan agar pembaca
mengetahui apa tanda dan gejala serta yang menyebabkan seseorang
menderita penyakit infeksi saluran kemih..
23