BAB I Infeksi Saluran Kemih

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala. Infeksi saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan: a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis karena infeksi hematogen. b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi. c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika. 1

Transcript of BAB I Infeksi Saluran Kemih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang

jalan saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu

mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih

harus ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan

jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun jika hanya

terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan

bahwa adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai

gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan

yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala. Infeksi saluran

kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan:

a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis

karena infeksi hematogen.

b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.

c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.

Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu

penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri

kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain

yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi

kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang pendek

meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang

uretra sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung

kemih. Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot polos yang

dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung kemih dan ureter,

sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian tersebut. Uterus

1

pada kehamilan dapat pula menghambat aliran urin pada keadaan-

keadaan tertentu.

Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada

wanita adalah pembentukan selaput mukus yang dependen estrogen

di kandung kemih. Mukus ini mempunyai fungsi sebagai antimikroba.

Pada menopause, kadar estrogen menurun dan sistem perlindungan

ini lenyap sehingga pada wanita yang sudah mengalami menopause

rentan terkena infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap infeksi saluran

kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang asam

dan berfungsi sebagai antibakteri.

Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan

usia yang sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostatitis

atau hyperplasia prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran

kenari yang terletak tepat di bawah saluran keluar kandug kemih.

Hiperplasia prostat dapat menyebabkan obstruksi aliran yang

merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam keadaan

normal, sekresi prostat memiliki efek protektif antibakteri.

Pengidap diabetes juga berisiko mengalami infeksi saluran

kemih berulang karena tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi

imun yamg menurun, dan peningkatan frekuensi kandung kemih

neurogenik. Individu yang mengalami cedera korda spinalis atau

menggunakan kateter urin untuk berkemih juga mengalami

peningkatan risiko infeksi.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:

- Bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada Nn. AM dengan

Urinary Tract Infection?

2

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1.3.1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud

dengan Urinary Tract Infection serta tanda dan gejalanya.

1.3.2. Tujuan Khusus

Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu

untuk:

a. Melakukan pengkajian pada Nn. AM dengan Urinary

Tract Infection.

b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawataan

pada Nn. AM dengan Urinary Tract Infection.

c. Menyusun intervensi keperawatan pada Nn. AM dengan

Urinary Tract Infection.

d. Melakukan implementasi keperawatan pada Nn. AM

dengan Urinary Tract Infection.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Nn. AM dengan

Urinary Tract Infection.

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah:

- Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan

pembaca yang berkaitan tentang asuhan keperawatan pada pasien

Urinary Tract Infection.

3

BAB II

PEMBAHASAN

1.5. Tinjauan Pustaka

A. Definisi Urinary Tract Infection

Urinarius Tractus Infection atau Infeksi Saluran Kemih (ISK)

(UTI) adalah adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus

urinarius, dengan atau tanpa disertai gejala. (Smeltzer & Bare, 2002)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi

sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat

proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001 : 480).

UTI adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan

gejala infeksi. Ada pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala

infeksi yang disertai adanya mikroorganisme patogenik (patogenik :

yang menyebabkan penyakit) pada urine, uretra (uretra : saluran

yang menghubungkan kandung kemih dengan dunia luar), kandung

kemih, atau ginjal

B. Klasifikasi Urinary Tract Infection

ISK secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu :

a. Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis, Uretritis dan Prostatitis)

1. Uretritis

Merupakan suatu inflamasi pada uretra, kuman penyebab

tersering adalah kuman gonorrhoe atau kuman lain yang

biasanya terjadi karena infeksi asending. (Smeltzer &

Bare, 2002, 1436)

2. Sistitis dan Prostatitis

Merupakan peradangan pada Vesika urinaria. Pada wanita

menginfeksi uretra distal veriko urinaria dinamakan Sistitis

sedangkan pada pria menginfeksi bagian prostat dan

4

vesika urinaria yang disebut Prostatitis. (Smeltzer & Bare,

2002, 1432)

Patofisiologi :

Sistitis dapat disebabkan infeksi asending dari uretra,

aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih

(refluk uretrovesikal), kontaminasi fekal. Bagian distal

uretra dikolonisasi oleh bakteri yang dapat masuk ke

mukosa uretra akan menyebabkan organisme melekat dan

berkolonisasi di periuretral kemudian masuk ke dalam

kandung kemih.

Terjadinya urine statis karena pengosongan yang

tidak sempurna dari kandung kemih, batu ginjal, obstruksi

akan memberi kesempatan yang besar bagi bakteri untuk

tumbuh dan dengan media yang lebih alkalis akan

menyuburkan pertumbuhan dan multiplikasi.

Pecahnya integritas jaringan akibat erosi oleh ujung

kateter / oleh pinggir batu memungkinkan bakteri masuk

menyerang jaringan dan menyebabkan infeksi. Sistitis

dapat dibagi menjadi dua yaitu sistitis akut dan kronis.

Sistitis kronis dapat terjadi karena pengobatan sistitis akut

yang tidak sempurna maupun infeksi berulang yang

menetap.

Gejala Klinis:

Dysuria (panas dan nyeri pada saat berkemih)

Urgency

Polakisuria

Nokturia

Nyeri/spasme pada area kandung kemih dan supra pubis

Urine keruh

5

Pada pemeriksaan urine ditemukan adanya eritrosit,

leukosit, dan bakteri dalam urine.

b. Infeksi Saluran Kemih Atas (Ureteritis, Pyelonefritis)

1. Ureteritis

Suatu peradangan pada ureter. Penyebab Adanya infeksi

pada ginjal maupun kandung kemih. Aliran urine dari ginjal ke

buli-buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada

dinding ureter menyebabkan striktura dan hydronephrosis,

selanjutnya ginjal menjadi rusak, dan mengganggu peristaltik

ureter.

2. Pyelonefritis

Inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang

disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri

pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian

bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai

parenkim maupun renal pelvis (pyelum=piala ginjal) dan

bakteri menyebar melalui limfatik.

Penyebab:

a. Kuman Escericia Coli ( bakteri yang paling sering)

b. Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis

c. Abnormalitas struktur ( striktur, anomalia

ketidaksempurnaan hubungan ureterovesikalis)

d. Gangguan inervasi kandung kemih

e. Penyakit kronis : DM, Gout, Penyakit ginjal

Patofisiologi:

Pyelonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis.

Pielonefritis akut disebabkan oleh infeksi bakteri yang

menjalar dari saluran kemih bagian bawah keatas ginjal. Hal

6

ini dapat mempengaruhi fungsi ginjal walaupun jarang

menyebabkan kegagalan ginjal. Pyelonefritis kronis dapat

terjadi dari infeksi bakteri dan juga factor lain seperti refluks

urine dan obstruksi saluran kemih. Pielonefritis kronik dapat

merusak jaringan ginjal untuk selamanya akibat inflamasi

yang berulangkali dan timbulnya jaringan parut.

Gejala klinis:

Pielonefritis akut :

Demam dan menggigil,

Nyeri pinggang,

Nyeri tekan pada sudut kostovertebral (CVA),

Leukositosis, bakteri, leukosit, dan eritrosit dalam urine,

Gejala ISK bawah seperti dysuria dan sering berkemih

umumnya terjadi kadang disertai dengan mual dan muntah

akibat reflek reno intestinal.

Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal

Pielonefritis kronis :

Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang

biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik.

Adanya keletihan.

Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.

Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia,

asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.

Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya

pasien mengalami gagal ginjal.

Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah

korteks.

7

Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun

dikarenakan luka pada jaringan.

C. Epidemiologi Urinary Tract Infection

Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun

perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa

maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin

ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umur,

kurang lebih 5 – 15 %. Anak wanita dan wanita dewasa

mempunyai insiden infeksi saluran kemih yang lebih tinggi

dibandingkan pria. halTingkat infeksi untuk wanita dikalangan usia

sekolah kira-kira 1% dan 4% pada usia masa subur.

ISK lebih sering terjadi pada wanita, salah satu

penyebabnya karena kedekatan jarak anus dengan meatus uretra

dan uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih

mudah masuk ke kandung kemih. (Potter & Perry, 2005,1687)

Faktor lain adalah kecenderungan wanita menahan miksi,

serta iritasi kulit lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin.

Uterus pada wanita juga dapat menghambat aliran urine pada

keadaan tertentu. David S Howes, MD (University of Chicago,

2005) memperkirakan sekitar 20% wanita mengalami masalah

saluran kemih selama hidupnya.

ISK sering terjadi pada bayi dan anak-anak kecil dan

merupakan suatu keadaan yang perlu dicermati karena 5% dari

penderitanya hanya menunjukkan gejala yang amat samar dengan

risiko kerusakan ginjal yang lebih besar dibandingkan anak-anak

yang sudah lebih besar. Pengenalan awal, pengobatan yang tepat

dan mengetahui faktor dasar yang mempermudah infeksi lebih jauh

penting untuk mencegah perjalanan penyakit untuk menjadi

pyelonefritis atau urosepsis dan menghindari sekuele akhir seperti

8

jaringan parut pada ginjal dan gagal ginjal.(Stanley Hellerstein, MD.

2006)

ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak

laki-laki.2 Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir

rendah mencapai 10-100 kali lebih besar dibanding bayi dengan

berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih

banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya,

sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. Rasio ini terus

meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak

perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Dan

pada anak laki-laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga

menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat.

Karena tingginya angka kejadian ISK pada anak-anak

dengan gejala klinis yang tak terlalu jelas serta tingginya resiko

komplikasi yang lebih berat, maka dalam referat kali ini penulis

akan membahas tentang ISK.

D. Etiologi Urinary Tract Infection

Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih

adalah jenis bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih

tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, tetapi uretra bagian

bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang

jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung

kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri,

namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena

jamur dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi

jika dibandingkan dengan infeksi gram negatif.

Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari

vagina, perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari

pasangan (akibat hubungan seksual), masuk ke dalam saluran

9

kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih

sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal.

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara

lain:

a. Escherichia Coli: 90% penyebab ISK uncomplicated

(simple): ISK sederhana yang terjadi pada penderita

dengan saluran kencing baik anatomik maupun

fungsional normal. ISK sederhana ini terutama mengenai

penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa

superfisial kandung kemih.

b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK

complicated. ISK yang sering menimbulkan masalah

karena kuman penyebab sulit diberantas, kuman

penyebab sering resisten terhadap beberapa macam

antibiotika, sering terjadi bakteriemia, sepsis dan shock.

c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci,

dan-lain-lain.

2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat

pengosongan kandung kemih yang kurang efektif

b. Mobilitas menurun

c. Nutrisi yang sering kurang baik

d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

e. Adanya hambatan pada aliran urin

f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

3. Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-

bakteri di bawah ini :

10

a. . Kelompok anterobacteriaceae seperti :

- Escherichia coli

- Klebsiella pneumoniae

- Enterobacter aerogenes

- Proteus

- Providencia

- Citrobacter

b. Pseudomonas aeruginosa

c. Acinetobacter

d. Enterokokus faecalis

e. Stafilokokus sarophyticus

E. Faktor Risiko Urinary Tract Infection

1. Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:

Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih

pendek dibandingkan pria sehingga lebih mudah.

Faktor usia. Orang tua lebih mudah terkena dibandingkan

dengan usia yang lebih muda. Pada usia lanjut terjadinya

ISK ini sering disebabkan karena adanya:

- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat

pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau

kurang efektif.

- Mobilitas menurun

- Nutrisi yang sering kurang baik

- System imunnitas yng menurun

- Adanya hambatan pada saluran urin

- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit ini karena

penaruh hormonal ketika kehamilan yang menyebabkan

11

perubahan pada fungsi ginjal dibandingkan sebelum

kehamilan.

Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa

menopause lebih rentan terkena karena selaput mukosa

yang tergantung pada esterogen yang dapat berfungsi

sebagai pelindung.

Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang

asam dapat menjadi antibakteri alami tetapi apabila terjadi

gangguan dapat menyebabkan menurunnya pertahanan

terhadap kontaminasi bakteri.

Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda

spinalis, atau menggunakan kateter dapat mengalami

peningkatan resiko infeksi.

2. Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan

faktor risiko tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih berulang,

perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko seperti :

Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih

Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder

emptying)

Konstipasi

Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap

saluran kemih sehingga terdapat kemungkinan terjadinya

kontaminasi dari luar.

Kekebalan tubuh yang rendah

3. Faktor predisposisi dalam perkembangan ISK:

Obstruksi saluran kemih : Batu saluran kemih, hipertrofi prostat,

tumor.

Refluks vesikoureter: congenital, disfungsi neuropathy, striktur,

tuberculosis saluran kemih.

Penyakit kronik: Diabetes Melitus, Gout, penyakit ginjal.

12

Iatrogenic: keteterisasi, nefrostomi, sistokopi

Kehamilan

PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan

kuman.

Pasien yang mendapat antibiotik spektrum luas (cth. Amoxicillin,

cephalexin), yang dapat menggangu flora usus dan saluran

kemih, dan meningkatkan resiko karena gangguan pada

pertahanan alami terhadap kolonisasi oleh bakteri pathogen.

Inkubasi bakteri yang diperlama dalam kandung kemih akibat

pengosongan kandung kemih yang tak sempurna atau jarang

berkemih dapat melemahkan pertahanan kandung kemih

terhadap infeksi bakteri. Gejala dari gangguan berkemih seperti

urgensi, frekuensi, hesistensi, dribbling, atau inkontinensia

dapat terjadi tanpa adanya infeksi atau iritasi lokal karena

kontraksi detrusor yang tak terhalangi. Ketika inkontinensia

dicegah oleh obstruksi uretra, urine yang mengandung bakteri

dari distal uretra akan kembali ke kandung kemih. Hal tersebut

yang umum menyebabkan ISK pada anak-anak.

F. Patofisiologi Urinary Tract Infection

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya

mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme

ini masuk melalui meatus uretra bisa karena terkontaminasi

dengan feses, kateterisasi, sistoskopi maupun berasal dari infeksi

darah dan limfe yang terinfeksi mikroorganisme). Pada normalanya

kandung kemih mampu membersihkan dirinya dari sejumlah besar

bakteri dalam 2 hari sejak masuknya bakteri kedalam kandung

kemih. Akan tetapi infeksi dapat terjadi karena bakteri mencapai

kandung kemih, melekat pada mukosa dan mengkolonisasi

13

epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan kandung

kemih.

Distensi kandung kemih mengurangi aliran darah ke lapisan

mukosa dan submukosa sehingga jaringan menjadi lebih rentan

terhadap bakteri. Urine yang tersisa didalam kandung kemih

menjadi lebih basa sehingga kandung kemih merupakan tempat

yang yang ideal untuk pertumbuhan organisme. Kolonisasi

organisme tersebut mengiritasi dan menimbulkan peradangan

pada mukosa yang selanjutnya menyebar ke sistem urinarius.

Bila jaringan yang mengalami inflamasi dialiri urine maka

akan menimbulkan nyeri dan ras terbakar selama

berkemih.demam, menggigil, mual, muntah serta kelemahan terjadi

ketika infeksi memburuk. Kandung kemih yang teriritasi

menyebabkan timbulnya sensasi ingin berkemih yang mendesak

dan sering. Iritasi pada kandung kemih dan uretra yang sering

menyebabkan darah bercampur dalam urine.

Ketika infeksi tidak teratasi dan menetap akan menyebar ke

traktus urinarius bagian atas (ginjal) yang mengiritasi jaringan-

jaringan ginjal yang terjadi secara berulang yang kemudian akan

menimbulkan jaringan parut pada ginjal. Adanya obstruksi aliran

kemih proksimal yang mengakibatkan penimbunan cairan

bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai

hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut

ginjal, batu, neoplasma, dan hipertrofi prostate.

*Pathway (Terlampir)

G. Manifestasi Klinis Urinary Tract Infection

Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda

dan gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:

Desakan yang kuat untuk berkemih

14

Rasa terbakar pada saat berkemih

Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang

sedikit (oliguria)

Adanya darah pada urin (hematuria)

Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda – tanda dan

gejala yang spesifik, tergantung bagian saluran kemih yang terkena

infeksi:

1. Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal

mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang terjadi pada

kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan

rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi,

gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.

2. Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat

dapat menyebabkan rasa tertekan pada pelvis,

ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada

saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.

3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan

rasa terbakar pada saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat

menyebabkan gangguan pada penis.

Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat

(misalnya: pyelonephritis) pada orang dewasa, meliputi:

1. kedinginan

2. demam tinggi dan gemetar

3. mual

4. muntah (emesis)

5. rasa sakit di bawah rusuk

6. rasa sakit pada daerah sekitar abdomen

15

Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:

1. Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya,

khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan

sakit, misalnya: letih dan lesu.

2. Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak

dapat mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan

mencium urin bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis

diperlukan).

3. Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan

penyakit, walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi

tersebut bebas dari Infeksi saluran kemih).

4. Rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.

5. Muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi).

6. Jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi,

khususnya bayi yang berusia setlah delapan hari.

H. Penatalaksanaan Urinary Tract Infection

Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi)

bakteri dengan antibiotika.

Tujuan pengobatan :

Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih.

Menanggulangi keluhan (gejala).

Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).

Tata cara pengobatan :

Menggunakan pengobatan dosis tunggal.

Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari.

Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu.

Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah.

16

Menggunakan pengobatan supresif, yaitupengobatan lanjutan jika

pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.

Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah

diseleksi terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi,

serta timbulnya komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain

termasuk efek samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain.

Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan toleransi dan terabsorbsi

dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum

yang spesifik terhadap mikroba pathogen. Antibiotika yang digunakan untuk

pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua, yaitu antibiotika oral dan

parenteral.

1. Antibiotika Oral

a. Sulfonamida

Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali.

Sulfonamida umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif

karena sifat resistensinya. Keuntungan dari sulfonamide adalah obat

ini harganya murah.

b. Trimetoprim-sulfametoksazol

Kombinasi dari obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan

bakteri aerob, kecuali Pseudomonas aeruginosa. Obat ini penting

untuk mengobati infeksi dengan komplikasi, juga efektif sebagai

profilaksis pada infeksi berulang. Dosis obat ini adalah 160 mg dan

interval pemberiannya tiap 12 jam.

c. Penicillin

Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas

spektrum luas, termasuk terhadap bakteri penyebab infeksi

saluran urin. Dosis ampicillin 1000 mg dan interval

pemberiannya tiap 6 jam.

17

Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek

samping. Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih

disukai untuk mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis

amoxsicillin 500 mg dan interval pemberiannya tiap 8 jam.

d. Cephaloporin

Cephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan

antibiotika lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih,

selain itu obat ini juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya

digunakan pada kasus resisten terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-

sulfametoksazol.

e. Tetrasiklin

Antibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap

awal. Sifat resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau

dengan tes sensitivitas. Antibotika ini umumnya digunakan untuk

mengobati infeksi yang disebabkan oleh chlamydial.

f. Quinolon

Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk

mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli dan

Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadap Pseudomonas

aeruginosa. Ciprofloxacin ddan ofloxacin diindikasikan untuk terapi

sistemik. Dosis untuk ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval

pemberiannya tiap 12 jam. Dosis ofloxacin sebesar 200-300 mg dan

interval pemberiannya tiap 12 jam.

g. Nitrofurantoin

Antibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien

infeksi saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah

hilangnya resistensi walaupun dalam terapi jangka panjang.

h. Azithromycin

Berguna pada terapi dosis tunggal yang disebabkan oleh infeksi

chlamydial.

18

i. Methanamin Hippurat dan Methanamin Mandalat

Antibiotika ini digunakan untuk terapi profilaksis dan supresif diantara

tahap infeksi.

2. Antibiotika Parenteral.

a. Amynoglycosida

Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas yang sama, tetapi

gentamicin sedikit lebih mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas lebih

besar terhadap pseudomonas memilki peranan penting dalam

pengobatan onfeksi sistemik yang serius. Amikasin umumnya

digunakan untuk bakteri yang multiresisten. Dosis gentamicin

sebesar 3-5 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 24

jam dan 1 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 8 jam.

b. Penicillin

Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati

infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin

sering digunakan pada pasien yang ginjalnya tidak sepasang atau

ketika penggunaan amynoglycosida harus dihindari.

c. Cephalosporin

Cephalosporin generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas melawan

bakteri gram negative, tetapi tidak efektif melawan Pseudomonas

aeruginosa. Cephalosporin digunakan untuk mengobati infeksi

nosokomial dan uropsesis karena infeksi pathogen.

d. Imipenem/silastatin

Obat ini memiliki spectrum yang sangat luas terhadap bakteri gram

positif, negative, dan bakteri anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi

yang disebabkan enterococci dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi

banyak dihubungkan dengan infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini

sebesar 250-500 mg ddengan interval pemberian tiap 6-8 jam.

e. Aztreonam

19

Obat ini aktif melawan bakteri gram negative, termasuk

Pseudomonas aeruginosa. Umumnya digunakan pada infeksi

nosokomial, ketika aminoglikosida dihindari, serta pada pasien yang

sensitive terhadap penicillin. Dosis aztreonam sebesar 1000 mg

dengan interval pemberian tiap 8-12 jam.

Preventif Infeksi Saluran Kemih

Agar terhindar dari penyakit infeksi saluran kemih, dapat dilakukan hal-hal

berikut:

Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran

kemih.

Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus

yang memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan

air saja tidak cukup bersih.

Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak

menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika

terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya

sebaiknya bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet

umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan

pembersih dudukan toilet.

Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang

ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran.

Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat

agar tidak lembab.

I. Pemeriksaan Diagnostik Urinary Tract Infection

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Analisa Urin (Urinalisis)

Pemeriksaan urinalisis meliputi:

Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).

20

Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel

darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urin.

Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin).

Merupakan petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika

ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan

pandang sedimen urin. Hematuria bisa juga karena

adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal

dan penyakit ginjal lainnya.

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Urinalisis

Memperlihatkan adanya bakteriuria, sel darah putih (leukosit),

dan endapan sel darah merah (eritrosit). Dimana Leukosuria

atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.

Leukosuria positif (+) bila terdapat > 5 leukosit/lpb (lapang

pandang besar) sedimen air kemih

Hematuria positif (+) bila terdapat 5-10 eritrosit/lpb sediment

air kemih.

Hematuria bisa disebabkan oleh berbagai keadaan patologis

baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

b. Bakteriologis

Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme

spesifik (102 – 103 organisme koliform/mL urin (+) piuria)

Hitung koloni bila terdapat sekitar 100.000 koloni per

milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari

specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama

adanya infeksi.

c. Metode Tes

Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit)

dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat).

21

Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami

piuria.

Tes Griess positif : terdapat bakteri yang mengurangi

nitrat urin normal menjadi nitrit.

Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): untuk mengetahui

apakah terdapat organisme menular secara seksual

misalnya pada Uretritia akut akibat organisme menular

secara seksual (Klamidia trakomatis, neisseria

gonorrhoeae, herpes simplek).

d. Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan

ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah

infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,

massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie

prostate.

e. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur

urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab

kambuhnya infeksi yang resisten.

f. DMSA (Dimercaptosuccinic acid nuclear scan) scan :

Pemeriksaan ini terutama untuk melihat fungsi saluran kemih.

DMSA scan masih diperdebatkan batasan usianya. Namun

biasanya dilakukan pada anak di bawah 5 tahun dengan hasil

ultrasonografi yang tidak normal. Umumnya dilakukan 2 bulan

setelah episode ISK untuk memberi waktu perbaikan pada

saluran kemih. Selama menunggu dilakukannya pemeriksaan

ini, beberapa pihak menganjurkan pemberian antibiotik dosis

rendah.

g. Cystogram : Ini adalah pemeriksaan kandung kemih yang juga

masih diperdebatkan batasan usianya. Namun umumnya

dilakukan pada anak di bawah 1 tahun atau anak dengan hasil

ultrasonografi atau DMSA yang tidak normal.

22

PENUTUP

1. Kesimpulan

Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli

atau penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan

merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada sekitar 90%

wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain : sering kencing,

disuria, hematuria dan piuria. Adanya keluhan nyeri pinggang

berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Bakteri yang

dapat menimbulkan infeksi saluran kemih selain E.coli melalui infeksi

nosokomial Klebsiella, Proteus, Providencia, Citrobacter, P. aeruginosa,

Acinetobacter, Enterococcus faecalis dan Stafilokokus saprophyticus.

Diagnosa yang dilakukan untuk pendeteksian penyakit infeksi

saluran kemih adalah dengan tujuan untuk mengidentifikasikan adanya

infeksi bakteri yang menyebabkan penyakit tersebut. Diagnosis

ditegakkan berdasarkan gejala yang ada, namun gejala- gejala dari

infeksi saluran kemih, baik akut maupun kronik sangat sukar dibedakan

dengan infeksi saluran kemih yang biasa. Hal ini dikarenakan gambaran

klinik dari infeksi saluran kemih berat mirip dengan infeksi bakteri biasa.

2. Saran

Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Diharapkan agar pembaca

mengetahui apa tanda dan gejala serta yang menyebabkan seseorang

menderita penyakit infeksi saluran kemih..

23