BAB I- III Lptk Ppg (1)

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan amanat konstitusi (UUD 1945), bahwa setiap warga negara Indonesia harus memperoleh pendidikan yang baik, dalam rangka untuk mewujudkan kecerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat dari asal katanya yang bersumber dari UU NO.14/2005 pasal 1, ayat 1 dan 4, yaitu guru ialah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lalu, profesional adalah pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi strandart mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan lembaga yang bertanggung jawab mengembang tugas untuk menyiapkan calon tenaga pendidik. LPTK di Indonesia ditugaskan untuk meningkatkan kualifikasi guru menjadi minimal sarjana (S1), setelah melalui perdebatan panjang sejak 2005 yang lalu. 1.2 Rumusan Masalah 1

description

Lptk Ppg

Transcript of BAB I- III Lptk Ppg (1)

Page 1: BAB I- III Lptk Ppg (1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan amanat konstitusi (UUD 1945), bahwa setiap warga negara

Indonesia harus memperoleh pendidikan yang baik, dalam rangka untuk

mewujudkan kecerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat dari asal

katanya yang bersumber dari UU NO.14/2005 pasal 1, ayat 1 dan 4, yaitu guru

ialah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.

Lalu, profesional adalah pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi strandart mutu atau norma tertentu

serta memerlukan pendidikan profesi. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

(LPTK) merupakan lembaga yang bertanggung jawab mengembang tugas untuk

menyiapkan calon tenaga pendidik. LPTK di Indonesia ditugaskan untuk

meningkatkan kualifikasi guru menjadi minimal sarjana (S1), setelah melalui

perdebatan panjang sejak 2005 yang lalu.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut.

1. Apa pengertian dari LPTK ?

2. Bagaiman tugas, peranan dan tanggung jawab LPTK dan lembaga lain

yang relevan dalam pengembangan profesi guru?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka dituliskan tujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian dari LPTK.

2. Untuk mengetahui tugas, peran dan tanggung jawab LPTK dan lembaga

lain yang relevan dalam pengembangan profesi guru.

1

Page 2: BAB I- III Lptk Ppg (1)

BAB II

ISI

2.1 Pengertian LPTK

Selama ini (sebelum diberlakukannya UU tentang Guru dan Dosen),

secara eksplisit lembaga yang menghasilkan tenaga kependidikan (guru) di

jenjang pendidikan tinggi adalah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

(LPTK). Bentuk pendidikannya dapat berupa Sekolah Tinggi (STKIP), Institut

(IKIP) atau FKIP (di bawah universitas), dan lain-lain. Adapun penyelenggaraan

pendidikannya bersifat pendidikan akademik mau[pun profesional.

Sebagaimana disebutkan oleh Ibrahim (1993) bahwa : ‘Dari kedua

karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing pendidikan ini (akademik dan

profesional), maka LPTK mempunyai kedua ciri tersebut di atas, artinya LPTK

merupakan pendidikan yang akademik professional”. Secara umum ada dua

fungsi LPTK yaitu : pertama, LPTK yang fungsinya hanya menyelenggarakan

pendidikan prajabatan, dan kedua adalah LPTK yang hanya menyelenggarakan

pendidikan dalam jabatan (Natawidjaya, 1992)

2.2 Tugas, Peranan dan Tanggung jawab LPTK dan lembaga lain yang

relevan

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan lembaga

yang kegiatannya berkaitan dengan upaya pengadaan atau penyiapan tenaga

kependidikan. Khusus bagi LPTK dalam kedudukannya sebagai lembaga

pendidikan tinggi secara jelas selain mengemban tugas dharma pendidikan, juga

harus mengemban dharma penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

sebagaimana yang berlaku bagi lembaga pendidikan lainnya. Dengan demikian

secara akademis LPTK harus setaraf dengan lembaga pendidikan tinggi (institut

atau universitas) lainnya, sama halnya sebagai pusat pembaharuan dan

pembangunan masyarakat.

LPTK merupakan akronim dari Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan

sebagai generik dari semua lembaga atau satuan pendidikan yang bidang garapan

kegiatannya bertalian dengan upaya pengadaan atau penyiapan dan/atau

pengembangan tenaga kependidikan. Penggunaannya secara resmi di lingkungan 2

Page 3: BAB I- III Lptk Ppg (1)

Depdiknas, khususnya Ditjen Dikti, dimulai dengan terbitnya dokumen PPSPTK

(1978). Sedangkan dokumen formal lebih lanjut (PP No. 38 tahun 1992) untuk

maksud yang serupa menggunakan ungkapan Lembaga Pendidikan Tenaga

Keguruan, tanpa akronim. Yang terakhir itu dipandang serupa dengan terdahulu

berdasarkan asumsi bahwa perkataan GURU dalam versi UNESCO/ILO

mencakup semua personel yang terlibat dalam tugas pekerjaan kependidikan

(Dokumen resmi Internasional Hasil Konferensi Antar Pemerintah, termasuk

Indonesia terwakili di dalamnya, yang diselenggarakan oleh UNESCO/ILO

tanggal 21 September s.d. 5 oktober 1966 di Paris).

Bentuk kelembagaan dari LPTK memang cukup bervariasi sesuai dengan

diversifikasi (jenis kategori bidang keahlian/pekerjaan) dan stratifikasi (tingkat

dan/atau jenjang kualifikasi keahlian/kemampuan) tenaga guru yang harus

disiapkan atau dibina dan dikembangkan baik persekolahan maupun lembaga lain.

Selain bentuk kelembagaan LPTK yang bersifat persekolahan (IKIP yang

sekarang berubah menjadi universitas dengan wider mandate-nya, STKIP, dan

FKIP), sesungguhnya masih terdapat berbagai format lainnya yang titik berat

garapannya pada segi pengembangan (keprofesian) guru. Di antaranya, terdapat

BPG – Balai Pendidikan Guru (sekarang berganti fungsi menjadi LPMP) yang

selanjutnya diasosiasikan dengan gagasan PPPG-Pusat Pengembangan Pendidikan

Guru (sekarang berganti fungsi menjadi P4TK) dengan bidang garapannya yang

secara spesifik difokuskan kepada pengembangan kemampuan guru-guru bidang

studi, sebagai program sertifikasi.

Berdasarkan asumsi bahwa proses penyiapan (pre-service) dan

pengembangan (in-service) tenaga guru dengan segala kategorinya seyogianya

digariskan sebagi suatu kesatuan yang integral. Seperti direkomendasikan oleh

Konferensi Pendidikan Internasonal yang diselenggarakan di Jenewa mulai 27

Agustus s.d. 4 Sepetember 1974 oleh UNESCO (Goble, 1977: 206).

Pendidikan lanjutan hendaknya merupakan bagian integral dari proses

pendidikan guru sehingga perlu ditata secara teratur bagi semua kategori tenaga

kependidikan. Prosedur hendaknya seluwes mungkin dan dapat disesuaikan

terhadap kebutuhan guru individual maupun terhadap ciri-ciri khas setiap daerah,

3

Page 4: BAB I- III Lptk Ppg (1)

dengan memperhitungkan perkembangan kekhususan yang berbeda dan perluasan

perkembangan ilmu pengetahuan.

Secara konseptual, kedua tahapan proses pendidikan guru tersebut pada

dasarnya tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab LPTK. Dengan demikian,

LPTK itu seyogianya mampu menjalankan peranannya baik dalam pelaksanaan

fungsi pendidikan prajabatan maupun fungsi pendidikan dalam jabatan.

Sebagaimana halnya direkomendasikan pula oleh UNESCO (Goble, 1977:206).

Fungsi lembaga pendidikan guru hendaknya tidak saja diperluas untuk

memberikan pendidikan prajabatan kepada para guru, melainkan juga

memberikan banyak sumbangan bagi pendidikan lanjutan mereka; dengan

demikian, lembaga-lembaga tersebut hendaknya memberikan pendidikan

prajabatan dan pendidikan lanjutan.

Di Indonesia, sesungguhnya gagasan UNESCO itu telah dicoba untuk

diimplementasikan dalam rangka pengembangan pola pembaharuan sistem

pendidikan tenaga kependidikan. Pengadaan (penyiapan) tenaga kependidikan

yang termasuk kategori tenaga guru TK, SD, SL, dan juga sebagian PLS pada

dasarnya merupakan tugas dan tanggungjawab LPTK. Terdapat kemungkinan

juga pendidikan prajabatan saat itu dikonsepsikan dapat ditempuh melalui

pendidikan dalam jabatan, dengan asumsi bahwa hingga saat itu masih terdapat

sejumlah guru yang telah bertugas. Sedangkan aturan lain menunjukkan bahwa

pada dasarnya semua jenis kategori tenaga kependidikan dari semua jenang

dan/atau tingkat kelembagaan satuan dan program pendidikan dapat menempuh

program pendidikan lanjutan baik di LPMP maupun di LPTK. Dengan catatan

bahwa kepada jenis dan jenjang satuan pendidikan TK itu termasuk Raudhatul

Atfhal, kepada SD itu mencakup Pondok Pesantren dan kepada PT mencakup

IAIN dan sejenisnya, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah (negeri) maupun

oleh swasta (LSM).

Khusus bagi LPTK, dalam kedudukannya sebagi lembaga pendidikan

tinggi (telaah PP NO. 38 pasal 11-16 serta pasal 32) secara jelas selain

mengemban tugas dharma pendidikan (menyiapkan dan mengembangkan tenaga

kependidikan profesional) itu juga harus mengemban dharma penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat sebagaimana yang berlaku bagi lembaga

4

Page 5: BAB I- III Lptk Ppg (1)

pendidikan lainnya (non LPTK). Dengan demikian, secara akademis LPTK-pun

harus setaraf dengan lembaga pendidikan tinggi (universitas/institut) lainnya,

sama halnya juga sebagai pusat pembaharuan dan pembangunan masyarakat. Dari

LPTK itulah diharapkan lahirnya IPTEK dan humaniora yang relevan dengan

bidang kependidikan sebagai sumber dan pendukung serta penunjang profesi

kependidikan

Peran LPTK

a. Menghasilkan guru SD, SMP dan SMA yang bermutu dan meliputi

berbagai bidang studi sesuai dengan kebutuhan.

b. Menghasilkan tenaga kependidikan lain yang menunjang berfungsinya

sistem pendidikan, seperti petugas administrasi pendidikan , petugas

bimbingan dan konseling, pengembang kurikulum dan teknologi

pendidikan, petugas pendidikan luar sekolah, dan lain-lain sesuai dengan

ketentuan sistem.

c. Menghasilkan tenaga ahli pendidik dalam berbagai bidang studi, yang

mampu memenuhi kebutuhan tenaga pendidik/instruktur bagi lembaga

pendidikan pemerintah maupun swasta.

d. Menghasilkan ilmuan/peneliti dalam ilmu pendidikan baik bidang studi

maupun bidang pendidikan lainnya.

e. Mengembangkan ilmu, teknologi dan seni kependidikan untuk menunjang

praktek profesional kependidikan.

f. Mempersiapkan dan membina tenaga akademik untuk LPTK, sesuai

dengan kebutuhan.

g. Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam jabatan

(in-service) untuk tenaga kependidikan.

h. Melayani usaha perbaikan dan pengembangan aparat pengelola

pendidikan sesuai dengan pengembangan ilmu, metodologi dan teknologi

serta seni kependidikan.

i. Melaksanakan penelitian dalam bidang kependidikan, baik pendidikan

formal maupun pendidikan nonformal dan informal.

j. Melaksanakan program pengabdian pada masyarakat, yang berhubungan

dengan masalah-masalah kependidikan (Natawidjaya, 1993)

5

Page 6: BAB I- III Lptk Ppg (1)

2.3 Model Penyelenggaraan Pendidikan Guru

Menurut Nurulpaik (2008) bahwa selama ini dikenal ada dua model

penyelenggaraan pendidikan guru yaitu concurrent model dan consecutive

model“.

1. Concurrent model (model seiring).

Concurrent model yaitu suatu model penyelenggaraan pendidikan guru

yang menyiapkan calon guru yang dilakukan dalam satu napas, satu fase, antara

penguasaan bidang studinya (subject matter) dengan kompetensi pedagogi(ilmu

pendidikan). Model inilah yang dipakai selama lebih dari 50 tahun dalam

penyelenggaraan pendidikan guru di Indonesia. PTPG, FKIP, IKIP, SGB, SGA,

SPG, SGO, PGA, sebagai bentuk LPTK yang pernah ada di Indonesia

menggunakan model ini. Model ini mengasumsikan bahwa seorang calon guru

sejak awal sudah mulai memasuki iklim, menjiwai, menyadari akan dunia

profesinya. Seorang guru tidak hanya dituntut menguasai bidang studi yang akan

diajarkannya, melainkan juga kompetensi pedagogi, sosial, akademik, dan

kepribadian sebagai pendidik.

Kompetensi tersebut bukan sesuatu yang terpisah, melainkan jadi ramuan

komposisi yang khas yang dijiwainya. Kalau guru diasumsikan sebagai petugas

profesional, harus disiapkan secara profesional, secara sengaja untuk jadi guru,

juga di lembaga yang sengaja dibuat dan dipersiapkan untuk mendidik calon

guru. Kritik terhadap model ini, penguasan subject matter (bidang ilmu) dianggap

lemah karena perolehan kemampuan bidang ilmu yang diajarkannya dianggap

kurang dari sarjana bidang ilmu (murni). Ini dianggap kelemahan dan dinisbahkan

sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kompentensi guru yang

selama ini dipersipkan di LPTK.

2. Consecutive model (pendekatan berlapis).

Asumsi yang dipakai dalam model ini menghendaki penyiapan guru

dilakukan dalam napas atau rangkaian yang berbeda. Artinya, calon guru

sebelumnya tidak dididik dalam setting LPTK. Mereka adalah para sarjana bidang

ilmu, kemudian setelah itu menempuh pendidikan lanjutan di LPTK untuk

memperoleh akta kependidikan yang selama ini diposisikan sebagai lisensi profesi

6

Page 7: BAB I- III Lptk Ppg (1)

guru. Model ini menghendaki sarjana dulu di bidangnya kemudian mengikuti

pendidikan akta kependidikan sebagai sertifikasi profesi kependidikan.

Keunggulan model ini dianggap memiliki penguasaan bidang studi lebih baik

unggul, tetapi lemah dari aspek kompetensi ilmu pendidikan (pedagogis), sosial,

dan kepribadian sebagai calon guru. Dalam pola ini penyiapan subject matter

dengan kompetensi pedagogi, sosial, dan kepribadian adalah hal yang berbeda,

bukan desain pendidikan profesional yang terpadu. Sejak diberlakukannya UU

Guru dan Dosen, nampaknya penyelenggaraan pendidikan guru saat ini cenderung

dilakukan dengan menggunakan concecutive model, ini dapat dilihat pada 12 yang

berbunyi :

“Setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki

kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan

tertentu”. Salah satu dampak nya adalah meningkatnya minat dan apresiasi

masyarakat terhadap profesi guru. Disamping itu, UU tersebut juga menggariskan

bahwa profesi guru minimal berpendidikan S-1 atau D-4, baik kependidikan

maupun nonkependidikan. Hal ini mengisyaratkan bahwa profesi guru merupakan

profesi yang bersifat terbuka, bukan hanya bagi lulusan dari lembaga pendidikan

tenaga kependidikan (LPTK), melainkan pula dari non-LPTK.

Lalu apa urgensi eksistensi LPTK kalau profesi guru itu pun secara yuridis

dan akademik berhak dimasuki oleh mereka yang tidak dipersiapkan di LPTK.

Mereka yang berlatar pendidikan dari non-LPTK/nonkependidikan untuk menjadi

guru cukup mengikuti pendidikan sertifikasi profesi guru. Pertanyaannya sekarang

adalah manakah yang lebih baik dari kedua model penyelenggaraan pendidikan

tersebut (concurrent atau consesutive). Jawabannya masing-masing mempunyai

kelebihan dan kelemahan, disamping itu tergantung kepada penafsiran apakah

sebaiknya profesi guru merupakan profesi yang tertutup atau terbuka. Artinya :

Jika profesi guru adalah “profesi tertutup’, maka concurrent model yang

dijadikan acuannya dengan memberikan penguatan lebih dalam pada

penguasaan bidang ilmu (subject matter). Artinya, perguruan tinggi yang

berperan sebagai LPTK harus semakin diperkuat dan didorong untuk lebih

bagus lagi. Pemerintah pun wajib memberikan perhatian yang tinggi terhadap

penyelenggaraan pendidikan guru di LPTK. Sejalan dengan semakin

7

Page 8: BAB I- III Lptk Ppg (1)

bergengsinya profesi guru maka LPTK akan semakin menjadi perhatian

publik dan minat menjadi guru akan semakin kompetitif.

Jika profesi guru adalah “profesi terbuka”, maka berarti model

concecutiveyang dijadikan acuan. Akibatnya akan terjadi kecenderungan

tereduksinya keberadaan LPTK hanya sebagai lembaga sertifikasi profesi guru

semakin mendekati kenyataan, sebab untuk menjadi guru, tidak perlu studi di

LPTK. Berlatar belakang perguruan tinggi apapun (sepanjang bidang studinya

relevan) bila akan jadi guru cukup mengikuti pendidikan sertifikasi profesi

guru yang diselenggarakan oleh pemerintah di LPTK. Lebih lanjut Nurulpaik

(2008) mengatakan bahwa : “disinilah keharusan redefinisi dan refungsi

kelembagaan LPTK. Yang diperlukan adalah keputusan yang jelas dan tegas

dari pemerintah dalam menetapkan model mana yang akan dipilih dalam

penyelenggaraan pendidikan guru”.

Dari kedua model di atas dan jika melihat semangat UU No. 14 Tahun

2005, nampaknya yang dijadikan rujukan dewasa ini tampaknya consecutive

modelakan menjadi arah baru model pendidikan guru di Indonesia. Dengan

demikian, menurut Nurulpaik (2008) implikasinya bahwa LPTK hanya akan

difungsikan sebagai lembaga sertifikasi dan universitas eks IKIP harus secara total

berubah menjadi universitas biasa, tidak lagi menjadi universitas yang diperluas

fungsinya (wider mandate)dengan basis ke-LPTK-an.

2.4 Lembaga yang Berkaitan dengan LPTK

Ada beberapa lembaga yang berkaitan dengan LPTK, yaitu:

A. IKIP

Institut keguruan dan ilmu pendidikan, disingkat IKIP,

adalah perguruan tinggi di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan

akademik, khususnya dalam disiplin ilmu pendidikan. Sebagian besar fakultas

dan jurusan IKIP mencetak mahasiswanya untuk menjadi guru atau tenaga

kependidikan lainnya. IKIP dapat berbentuk perguruan tinggi negeri maupun

swasta.

Sejak akhir tahun 1990-an, sejumlah IKIP negeri diubah statusnya

menjadi universitas. Jurusannya pun tidak terbatas hanya dalam bidang

8

Page 9: BAB I- III Lptk Ppg (1)

pendidikan, tetapi merambah ilmu murni, teknik, dan program profesi

lainnya.

B. STKIP

Sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan, disingkat STKIP, adalah

sekolah yang termasuk jenjang pendidikan tinggi. Sebagai sekolah tinggi,

setiap STKIP mempunyai beberapa program studi yang berasal dari rumpun

yang sama, yaitu rumpun kependidikan. Sekolah ini merupakan salah satu

jenis perguruan tinggi yang mempunyai misi untuk menghasilkan tenaga

kependidikan terutama tenaga guru, atau sering disebut sebagai lembaga

pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).

Pada masa lalu, STKIP bisa dianggap sebagai miniatur institut

keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP). Seiring perubahan beberapa IKIP

menjadi universitas, STKIP sekarang menjadi sebagai satu-satunya jenis

perguruan tinggi yang merupakan LPTK murni, karena universitas-

universitas jelmaan IKIP kini juga memperluas mandatnya dengan membuka

jurusan-jurusan non-kependidikan.

Umumnya STKIP diselenggarakan oleh masyarakat sebagai perguruan

tinggi swasta. Saat ini di Indonesia ada 98 STKIP antara lain:

1. STKIP Abdi Pendidikan  di Payakumbuh

2. STKIP Abdi Wacana Wamena  di Wamena

3. STKIP Agama Hindu Amlapura  di Amlapura

4. STKIP Agama Hindu Singaraja  di Singaraja

5. STKIP Ahlussunnah  di Bukittinggi

6. STKIP Aisyiyah Riau  di Pekanbaru

7. STKIP Fiam S-gsa  di Langsa Aceh

8. STKIP Albana  di Jakarta

9. STKIP Al-Washliyah  di Banda Aceh

9

Page 10: BAB I- III Lptk Ppg (1)

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Dilihat dari perspektif pendidikan, dianggap sebagai suatu bentuk investasi

modal, dan oleh sebab itu ia harus di kelola secara efisien, ka-rena

pendidikan dilaksanakan berdasarkan prinsip efisiensi. Pendidikan yang

berkualitas adalah pendidikan yang dilaksanakan secara efisien.

2. Sebagai pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu ke-berhasilan

pendidikan. Turun atau meningkatnya mutu pendidikan yang diperoleh

anak didik tidak hanya ditentukan oleh kurikulum yang bagus dan sarana

yang lengkap saja, namun peranan guru sangat menentukan

3. Peningkatan kualitas guru merupakan tanggung jawab LPTK, baik melalui

koncurrent model atau pun konsecutive model, di sam-ping itu tugas LPTK

lainnya adalah melaksanakan disertifikasi, sehingga guru menjadi guru

yang profesional.

3.1 Saran

Adapun saran dalam penulisan makalah ini yaitu:

1. Sebaiknya referensi yang digunakan dalam pembuatan makalah ini

lebih diperbanyak lagi.

10

Page 11: BAB I- III Lptk Ppg (1)

DAFTAR RUJUKAN

Ibrahim, (1993). Kurikulum Pendidikan Tinggi. (Makalah). Bandung.

Natawidjaya, Rochman. 1992. Peningkatan Kualitas Profesional Guru Sekolah

Dasar Melalui Pemantapan Lembaga Kependidikannya. Jurnal

Pendidikan No.1 Tahun XI April 1992.

Nurulpaik, Lik. 2008. LPTK. Jakarta ; Press.

11